bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep kebiasaan makan 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/65768/3/bab ii.pdf ·...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Kebiasaan Makan
2.1.1 Definisi Kebiasaan Makan
Masa remaja adalah masa peralihan dari usia anak-anak ke usia dewasa
dimana kepribadian mereka masih bersifat labil, hampir semua remaja seringkali
mengkonsumsi fast food (makanan cepat saji) dikarenakan banyak sekali pengaruh dari
selera, gaya hidup dan jenis makanan yang beredar di mall seperti Mcdonald,
kenctucky, pizza, donuts dll. Ditambah lagi letak sekolah yang dekat dengan pusat
perbelanjaan dan restoran-restoran yang juga menyediakan fast food (Mahpolah, dkk
2016). Perilaku makan anak remaja juga dipengaruhi oleh teman sebaya, meningkatnya
teman sebaya mengakibatkan remaja mengalami berbagai macam gaya hidup perilaku
dan pengalaman dalam menentukan makanan yang dikonsumsi sehingga terkadang
menimbulkan sikap yang negatif dalam pemenuhan pangannya. Waktu makan remaja
banyak dilakukan pada siang hari ketimbang makan pagi atau makan malam sehingga
hal tersebut juga dapat menimbulkan masalah pada remaja khususnya dalam
pemenuhan gizi (Kadir, 2016)
Kualitas dan kuantitas makanan dan minuman yang dikonsumsi
mempengaruhi kesehatan individu kemudian juga akan berpengaruh pada pola makan
dan keadaan gizi seseorang (Depkes RI, 2014). Menurut Kadir, 2016 menjelaskan
bahwa kebiasaan (habit) adalah pola perilaku yang diperoleh dari pola praktik yang
terjadi. Kebiasaan makan yaitu suatu pola kebiasaan
8
konsumsi yang diperoleh karena terjadi berulang-ulang. Kebiasaan makan adalah
tindakan manusia dan perasaan apa yang dirasakan mengenai persepsi tentang hal itu.
Istilah kebiasaan makan juga menunjukan tindakan manusia terhadap makan dan
makanan yang dipengaruhi oleh pengetahuan, dan perasaan serta persepsi tentang
suatu hal itu (Maulidia, 2006)
2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Makan
Menurut Kadir (2016) faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan dapat
digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
1. Faktor ekstrinsik yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia. Faktor-faktor ini
antara lain: (a) faktor lingkungan alam, pola makan masyarakat pedesaan
diindonesia pada umumnya dipengaruhi oleh jenis-jenis bahan makanan yang
umum dapat diperoleh ditempat. Diderah dengan pola pangan pokok beras
biasanya belum puas atau mengatakan belum makan apabila belum makan nasi,
meskipun perut sudah kenyang oleh makanan lain (non beras). Sebaliknya daerah
yang berpola pangan pokok jagung atau ubi kayu akan mengeluh kurang tenaga
kalau belum makan jagung atau ubi. Jadi apa yang ada dilingkungan itulah yang
dikonsumsi; (b) faktor lingkungan sosial, lingkungan sosial memberikan gambaran
yang jelas tentang perbedaan-perbedaan kebiasaan makan. Tiap-tiap bangsa dan
suku bangsa mempunyai kebiasaan makan yang berbeda-beda sesuai dengan
kebudayaan yang dianut turun temurun. Dalam suatu rumah tangga, kebiasaan
makan juga sering ditentukan adanya perbedaan antara suami dan istri, orang tua
dan anak-anak, tua dan muda. Asa budaya mendahulukan kepala keluarga, anggota
keluarga lainnya menempati urutan berikutnya dan yang paling umum
mendapatkan prioritas terbawah; (c) faktor lingkungan budaya dan agama, faktor
lingkungan budaya yang berkaitan dengan kebiasaan makan biasanya meliputi nila-
nilai kehidupan rohani dan kewajiban sosial. Pada masyarakat kita ada kepercayaan
9
bahwa nilai spiritual yang tinggi akan dapat dicapai oleh seorang ibu atau anaknya
apabila ibu tersebut sanggup memenuhi pantangan-pantangan dalam hal makanan.
Agama juga memberikan pedoman dan batasan-batasan dalam kebiasaan makan
misalnya “makanlah engkau setelah lapar dan berhentilah makan sebelum
kenyang”; (d) faktor lingkungan ekonomi, kebiasaan makan juga sangat ditentukan
oleh kelompok-kelompok masyarakat menurut tahap ekonominya. Golongan
masyarakat ekonomi yang baik mempunyai kebiasaan makan yang cenderung
banyak, dengan konsumsi rata-rata melebihi angka kecukupannya. Sebaliknya
masyarakat ekonomi paling rendah, yang justru pada umumnya produsen pangan,
mereka mempunyai kebiasaan makan yang memberikan nilai gizi dibawah
kecukupan jumlah maupun mutunya.
2. Faktor intrinsik yaitu faktor yang berasal dari dalam diri manusia. Faktor intrinsik
ini meliputi, antara lain: (a) faktor asosiasi emosional , misalnya seorang guru
sekolah dasar memberi pelajaran prakarya kepada muridnya dengan beternak ayam
atau kelinci misalnya anak itu tidak akan mau memakan daging hean peliharaannya
karena telah sumbuh saling kasih sayang antara yang memelihara dan dipelihara,
sehingga kita tidak sampai hati untuk memakan daging hewan peliharaan kita
tersebut. Wawasan konsumsi yang merupakan faktor internal yang ada pada tiap
individu akan berpengaruh terhadap kebiasaan makan; (b) faktor keadaan jasmani
dan kejiwaan yang sedang sakit, kebiasaan makan juga sangat dipengaruhi oleh
faktor keadaan atau status kesehatan seseorang. Disamping itu, perasaan bosan,
kecewa, putus asa, stres adalah ketidakseimbangan kejiwaan yang dapat
mempengaruhi kebiasaan makan. Pengaruhnya akan berdampak pada
berkurangnya nafsu makan; (c) faktor penilaian yang lebih terhadap mutu
makanan, seperti madu, telur ayam kampung dan beberapa jenis makanan lain
sering dianggap sebagai bahan makanan superior yang melebihi mutu zat gizi yang
10
dikandungnya. Keadaan yang demikian, apabila tampak menonjol dalam kebiasaan
makan akan menimbulkan kekurangan beberapa zat gizi. Kebiasaan makan yang
baik yaitu menunjang terpenuhinya kecukupan gizi, tetapi tidak kurang pula yang
buruk yang menghambat terpenuhinya cakupan gizi.
2.1.3 Faktor Konsumsi atau Kebiasaan Makan
1. Frekuensi Makan
Faktor yang berpengaruh terhadap kejadian gastritis salah satunya adalah
tidak teraturnya frekuensi makan. Penyakit gastritis disebabkan oleh iritan asam
lambung dan enzim pencernaan pada saluran yang kosong apabila seseorang
terlambat makan sampai 2-3 jam, maka asam lambung yang diproduksi semakin
banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi mukosa lambung serta menimbulkan
rasa nyeri disekitar epigastrium sehingga tidak teraturnya jadwal makan dapat
menyebabkan berbagai keluhan seperti penyakit gastritis (Hartati, dkk 2014). Selain
itu, jadwal makan yang tidak teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan dapat
mengakibatkan kelebihan asam lambung dan akan mengiritasi dinding mukosa
lambung (Putri dkk, 2010).
2. Frekuensi Makan Makanan Beresiko
Makanan beresiko yang dimaksud adalah makanan yang terbukti
berhubungan dengan kejadian gastritis, yaitu makanan pedas, makanan asam, dan
makanan yang bergaram (asin) tinggi. Mengkonsumsi makanan pedas secara
berlebihan akan merangsang sistem pencernaan, terutama lambung dan usus yang
berkontraksi. Hal ini akan menimbulkan rasa panas dan nyeri di ulu hati yang disertai
dengan mual dan muntah. Bila kebiasaan mengkonsumsi makanan pedas lebih dari
satu kali dalam seminggu selama minimal 6 bulan dibiarkan terus menerus dapat
menyebabkan iritasi pada lambung yang disebut dengan gastritis (Suparyanto, 2012).
11
Selanjutnya, makanan asam juga dapat menyebabkan gastritis. Asam dapat
memperlambat pengosongan lambung. Sebelum memasuki duodenum, kimus yang
bersifat asam akan dinetralisasi oleh natrium bikarbonat. Jika proses netralisasi
belum selesai maka kimus asam akan berada didalam lambung. Proses ini tentu akan
semakin mengiritasi lapisan mukosa lambung dan menimbulkan serangan gastritis
(Yunita, 2010). Kemudian makanan yang mengandung rempah-rempah seperti
merica, makanan yang mengandung cuka dan mustard juga dapat menjadi penyebab
gastritis.
Compare, dkk (2010) menyatakan bahwa makanan dengan rasa asin
berlebihan baik dalam segi rasa maupun frekuensi juga terbukti signifikan dalam
kasus pra kanker lambung karena makanan asin dapat meningkatkan resiko terinfeksi
bakteri lambung penyebab gastritis.
3. Frekuensi Minum Minuman Beresiko
Frekuensi minum minuman iritatif seperti kopi, soda, dan alkohol
berpengaruh signifikan terhadap kejadian gastritis. Zat yang terkandung dalam kopi
adalah kafein. Kafein dapat merangsang sekresi getah lambung yang sangat asam
walaupun tidak ada makanan serta dapat menstimulasi produksi pepsin yang bersifat
asam sehingga dapat menyebabkan iritasi dan erosi mukosa lambung. Orang yang
minum kopi 3 kali/hari selama 6 bulan dapat menyebabkan gastritis (Oktavia,
2010).
Minuman bersoda merupakan minuman yang mengandung banyakgas. Gas
dalam lambung dapat memperberat kerja lambung, oleh karena itu orang yang
memiliki gangguan pencernaan dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi makanan dan
minuman yang mengandung banyak gas (Aninim, 2011).
12
4. Jeda Waktu Makan
Menurut Okvini (2011), menyatakan bahwa penyebab asam lambung tinggi
diantaranya adalah aktivitas padat sehingga telat makan. Secara alami lambung akan
terus memproduksi asam lambung setiap waktu dalam jumlah kecil, setelah 4-6 jam
sesudah makan biasanya kadar glukosa dalam darah telah banyak diserap dan
terpakai sehingga tubuh akan merasakan lapar dan pada saat itu jumlah asam
lambung terstimulasi. Bila seseorang telat makan sampai 2-3 jam, maka asam
lambung yang diproduksi semakin banyak dan berlebih sehingga dapat mengiritasi
mukosa lambung serta menimbulkan rasa nyeri disekitar epigastrium.
2.1.4 Membentuk Kebiasaan Makan yang Baik
Perilaku konsumsi makan pada diri seseorang, satu keluarga, atau
masyarakat dipengaruhi oleh wawasan dan cara pandang seperti halnya dalam
pengetahuan, sikap maupun perilaku yang terkait dalam pengambilan keputusan dalam
memilih jajanan sehat. Kebiasaan jajan cenderung menjadi bagian budaya dalam suatu
keluarga. Apabila jajanan yang dipilih kurang memenuhi syarat kesehatan dan gizi,
makan akan mengancam kesehatan pada diri sendiri (Febryanto, 2016). Disisi lain
nutrisi sangat berguna untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit. Penyakit
tersebut muncul akibat salah kebiasaan makan seperti kelebihan makan atau makan
makanan yang kurang seimbang. Penyakit tersebut paling sering terjadi akibat diet
yang sembarangan seperti makan yang terlalu banyak, terlalu cepat, konsumsi makanan
yang terlalu berbumbu, dan masakan yang mengandung mikroorganisme penyebab
penyakit sehingga untuk memiliki kebiasaan makan yang sehat dengan cara mematuhi
jadwal makan dan tidak makan pada kondisi lapar (Hartati, dkk 2014)
13
2.2 Konsep Gastritis
2.2.1 DefinisiGastritis
Mahmoud, et al (2016)menjelaskan bahwagastritis yaitu penyakit yang di
infeksi oleh Helicobacter pylori yang merupakan bakteri gram negatif yang menjajah
epitel gastrik manusia dan merupakan salah satu infeksi yang paling umum terjadi
pada manusia. Gastritis terjadi dalam suatu peradangan mukosa lambung yang
bersifat akut, kronik difus atau lokal, dengan karakteristik anoreksia, perasaan penuh
diperut (begah), tidak nyaman pada epigastrium, mual, dan muntah. Definisi lain
dijelaskan oleh Putri, dkk (2010) bahwa gastritis adalah peradangan lokal atau
menyebar pada mukosa lambung, yang berkembang bila mekanisme protektif
mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Gastritis (inflamasi mukosa
lambung) sering terjadi akibat diet yang salah. Kadang gastritis dapat menyebabkan
pendarahan pada lambung, tapi hal ini jarang menjadi parah kecuali bila pada saat
yang sama juga terjadi luka kronis pada lambung. Pendarahan pada lambung dapat
menyebabkan muntah darah atau terdapat darah pada feces dan memerlukan
perawatan segera. Pola makan yang tidak teratur, lambung menjadi sensitif bila asam
lambung meningkat. Produksi HCL (asam lambung) yang berlebihan dapat
menyebabkan terjadinya gesekan pada dinding lambung dan usus halus, sehingga
timbul rasa nyeri yang disebut tukak lambung. Gesekan akan lebih parah jika
lambung dalam keadaan kosong akibat makan yang tidak teratur yang pada akhirnya
akan mengakibatkan perdarahan pada lambung.
Definisi senada juga dikemukakan oleh Selviana (2012) menjelaskan gastritis
merupakan salah satu masalah kesehatan pada saluran pencernaan yang paling sering
terjadi. Penyakit ini sering dijumpai timbul secara mendadak yang biasanya ditandai
dengan rasa mual, muntah, nyeri, pendarahan, rasa lemah, nafsu makan menurun dan
14
sakit kepala. Gastritis juga merupakan penyakit yang disebabkan oleh pol makan yang
tidak teratur yang mencakup frekuensi makan, jenis makanan dan jumlah makanan.
2.2.2 Etiologi Gastritis
Miller (2010) mengatakan penyebab penyakit lambung yaitu agen fisiologis
internal dan eksternal seperti diet yang buruk dan penggunaan tembakau yang tinggi,
disebabkan karena sikap seseorang dalam memilih makanan didasarkan pada
konsumsi makanan yang hanya mereka sukai saja. Sedangkan menurut (Putri,dkk
2010) gastritis bisa disebabkan karena beberapa faktor yaitu jadwal makan yang tidak
teratur membuat lambung sulit beradaptasi dan dapat mengakibatkan kelebihan
asam lambung dan akan mengiritasi dinding mukosa lambung, makanan yang
teksturnya keras dan dimakan dalam keadaan panas misalnya bakso, mengkonsumsi
minuman yang mengandung kafein seperti kopi dan teh, makanan pedas dan asam,
dan makanan yang mengandung gas seperti ubi, buncis, dan kol. Penyebab lain
timbulnya gastritis adalah menggunakan obat aspirin atau antiradang non steroid,
infeksi kuman Helicobacter pylori, kebiasaan minum-minuman beralkohol, memiliki
kebiasaan merokok, sering mengalami stress dan kebiasaan minum kopi.
Menurut Muttaqin & Sari (2011) penyebab timbulnya gastritis adalah
sebagai berikut:
1. Obat-obatan, seperti obat Anti-Inflamasi Nonsteroid/OAINS (indometasin,
ibuprofen, dan asam salisilat), Sulfonamide, Steroid, Kokain, agen kemoterapi
(Mitomisin, 5-fluoro-2-deoxyuridine), salisilat, dan digitalis bersifat mengiritasi
mukosa lambung.
2. Minuman beralkohol; seperti whisky, vodka, dan gin
3. Infeksi bakteri; seperti H.pyilori (paling sering), H. Heilmanii, Streptococci,
Staphylococci, Proteus species, Clostridium species, E.coli, Tuberculosis, dan
secondary syphilis.
15
4. Infeksi virus oleh sitomegalovirus
5. Infeksi jamur; seperti Candidiasis, Histoplasmosis, dan phycomycosis
6. Stres fisik yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan, gagal
napas, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat, dan refluks usus-lambung.
7. Makanan dan minuman yang bersifat iritan. Makanan berbumbu dan minuman
dengan kandungan kafein dan alkohol merupakan agen-agen penyebab iritasi
mukosa lambung.
8. Garam empedu, terjadi pada kondisi refluks garam empedu (komponen penting
alkali untuk aktivasi enzim-enzim gastrointestinal) dari usus kecil ke mukosa
lambung sehingga menimbulkan respons peradangan mukosa.
9. Iskemia, hal ini berhubungan dengan akibat penurunan aliran darah ke lambung.
10. Trauma langsung lambung, berhubungan dengan keseimbangan antara agresi dan
mekanisme pertahanan untuk menjaga integritas mukosa, yang dapat
menimbulkan respons peradangan pada mukosa lambung.
Rahma,dkk (2013) menyatakan bahwa riwayat gastritis keluarga juga
merupakan salah satu faktor pencetus penyebab gastritis, riwayat keluarga yang
dimaksud disini bukan dikarenakan oleh faktor genetik yang diturunkan dari orang
tua atau keluarga melainkan lebih ke arah kebiasaan dalam keluarga sehingga
terdapat anggota keluarga yang gastritis.
2.2.3 Manifestasi Klinis Gatritis
Menurut Pasaribu (2014) gejala yang menunjukkan adanya gastritis baik
gejala ringan maupun gejala berat seperti sakit perut, gangguan pencernaan,
kehilangan nafsu makan, mual, muntah dan nyeri terbakar didaerah
epigastrium.(Megawati & Nosi, 2014) menjelaskan bahwa gejala gastritis juga ditandai
dengan nyeri, perdarahan, rasa lemah dan sakit kepala dimana gejala tersebut seringkali
dijumpai secara mendadak.
16
2.2.4 Patofisiologi Gastritis
Menurut Inayah (2004), patofisiologi gastritis yaitu:
- Analgetik antiinflamasi/aspirin
- Bahan kimia
- Merokok
- Alkohol
- Endotoksin
- Refluk asam lambung
- Stress fisik
- kerusakan mukosa barrier Difusi balik ion H+
- Perfusi mukosa lambung terganggu Infark
- Jumlah asam lambung meningkat
Iritasi mukosa lambung
Nyeri Hematemesis Rasa nausea dan vomitus
Gambar 2.1 Patofisiologi Gastritis
2.2.5 Klasifikasi Gastritis
Menurut Muttaqin & Sari (2011) klasifikasi gastritis adalah sebagai berikut;
(1) Gastritis Akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut
dengan kerusakan erosi pada bagian superfisial; (2) Gastritis kronik adalah suatu
peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Menurut Alianto
(2015) klasifikasi gastritis dari hispatologis dan kriteria diagnosisnya yaitu antara lain:
17
1. Gastritis Superfisial: Atrofi dan inflamasi sulit terlihat di kelenjar-kelenjar, infiltrasi
sel inflamatorik hanya terdapat dipermukaan mukosa
2. Gastritis Hemorhagik: Perdarahan, sedimentasi hemosiderin, makrofag fagositik
hemosiderin terlihat
3. Gastritis erosiva: Defek mukosa superfisial terlihat dengan biorespons relevan (
presipitasi fibrin, perdarahan, edema, infiltrasi neutrofil, dan pertumbuhan kapiler)
4. Gastritis Verrukosa: Hiper-regenerasi setelah erosi, dengan serat otot yang
berjalan ireguler pada mukosa muskularis dan hiperplasia kelenjar-kelenjar pilorik
yang dikelilingi myofibers pada area kelenjar-kelenjar pilorik dan penggantian
kelenjar-kelenjar pseudopilorik dan pergantian pada regenerasi epitelium foveolar
5. Gastritis Atrofi: Kelenjar-kelenjar atrofi terlihat
6. Gastritis Metaplastik: Metaplasia intestinal terlihat pada lebih dari satu per tiga
jaringan mukosa
7. Gastritis Hipertrofi: Kelenjar-kelenjar hipertrofi terlihat, sedangkan epitelium
foveolar dapat normal atau hipertrofik
8. Gastropati kongesif: Dilatasi dan lilitan pembuluh darah submukosa, tidak ada
inflamasi yang jelas
2.2.6 Pencegahan Gastritis
Pada dasarrnya penyakit gastritis dapat dicegah dengan berbagai cara
tergantung bagaimana tiap-tiap individu itu sendiri mengatur pola makannya dengan
baik. Pencegahan gastritis dapat dilakukan dengan menetapkan jadwal makan teratur
sehari-hari seperti; makan pagi pukul 07.00-08.00, makanan selingan pukul 10.00,
makan siang pukul 13.00-14.00, makanan selingan sore pukul 17.00 dan makan malam
pukul 19.00. selain itu, perilaku pencegahan gastritis juga dapat dilakukan dengan
pemilihan jenis makanan yang tepat seperti menyusun menu makanan yang terdiri dari
nasi, ikan, sayur, buah dan susu. Seseorang juga diusahakan agar mengurangi kebiasaan
18
makan makanan yang digoreng, dikeringkan, mengandung santan dan lemak hewani
karena dapat memicu terjadinya gatritis. Pencegahan lain dapat dilakukan dengan tidak
mengkonsumsi minuman seperti sirup, teh, soda, alkohol, dan kopi karena akan
memicu meningkatnya asam lambung seperti yang dijelaskan dalam teori bahwa
beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mencegah timbulnya gastritis yaitu makan
dalam jumlah kecil tetapi sering, tidak mengkonsumsi alkohol, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi obat anti inflamasi dan rutin memeriksakan diri ke dokter jika
mengalami gejala gastritis seperti mual, kepala pusing dan muntah (Mawey,dkk 2014)
2.2.7 Komplikasi Gastritis
Hartati & Cahyaningsih (2015) menyatakan bahwa jika gastritis tidak
ditangani dengan tepat makan akan menimbulkan komplikasi yang sangat parah yaitu
kanker lambung dan peptic ulcer. Komplikasi lain juga bisa terjadi seperti perdarahan
saluran cerna, jika terjadi perdarahan yang cukup banyak akan menyebabkan anemia
yang berakibat kematian. Selain itu, gastritis juga dapat menimbulkan komplikasi
seperti ulkus (jika prosesnya hebat), gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi
muntah hebat, anemia pernisiosa, ulkus peptikum dan keganasan lambung.