bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/bab ii.pdf10 (berat badan...

38
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting Pada Balita 2.1.1 Pengertian Stunting Stunting (pendek) merupakan suatu bentuk kegagalan pertumbuhan (growth faltering) yang terjadi pada anak akibat dari kekurangan gizi jangka panjang sehingga anak menjadi lebih pendek dari usianya. Kekurangan gizi pada anak tidak terjadi secara langsung dan cepat. Kekurangan gizi ini bisa terjadi mulai dari masa kehamilan ibu sampai dengan anak dilahirkan, dan akan mulai terlihat dari anak berusia 2 tahun (Djauhari, 2017). Stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) didasarkan pada indeks tinggi badan atau panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U) yang didapatkan hasil rendah. Anak yang dikatakan stunting adalah dalam pengukuran status gizi yang berdasarkan pada umur dan kemudian dibandingkan dengan standar baku dari WHO, didapatkan hasil z-score dibawah normal. Z-score kurang dari -2 SD (standar deviasi), anak dikategorikan dalam stunted (pendek) sedangkan jika nilai z-score maka anak dikategorikan dalam severely stunted (sangat pendek) (Kemenkes, 2016). 2.1.2 Faktor Yang Menyebabkan Stunting Faktor kejadian stunting dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung diantaranya adalah pola asupan gizi anak, BBLR

Upload: others

Post on 06-Jan-2020

7 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Stunting Pada Balita

2.1.1 Pengertian Stunting

Stunting (pendek) merupakan suatu bentuk kegagalan pertumbuhan (growth

faltering) yang terjadi pada anak akibat dari kekurangan gizi jangka panjang sehingga anak

menjadi lebih pendek dari usianya. Kekurangan gizi pada anak tidak terjadi secara

langsung dan cepat. Kekurangan gizi ini bisa terjadi mulai dari masa kehamilan ibu

sampai dengan anak dilahirkan, dan akan mulai terlihat dari anak berusia 2 tahun

(Djauhari, 2017).

Stunted (pendek) dan severely stunted (sangat pendek) didasarkan pada indeks tinggi

badan atau panjang badan menurut umur (TB/U atau PB/U) yang didapatkan hasil

rendah. Anak yang dikatakan stunting adalah dalam pengukuran status gizi yang

berdasarkan pada umur dan kemudian dibandingkan dengan standar baku dari WHO,

didapatkan hasil z-score dibawah normal. Z-score kurang dari -2 SD (standar deviasi), anak

dikategorikan dalam stunted (pendek) sedangkan jika nilai z-score maka anak dikategorikan

dalam severely stunted (sangat pendek) (Kemenkes, 2016).

2.1.2 Faktor Yang Menyebabkan Stunting

Faktor kejadian stunting dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor langsung dan

faktor tidak langsung. Faktor langsung diantaranya adalah pola asupan gizi anak, BBLR

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

10

(Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor

genetik. Sedangkan faktor tidak langsung adalah status gizi pada ibu hamil, pola asuh

yang tidak optimal dan karakteristik keluarga (pendidikan dan status ekonomi)(Hall et

al., 2018; Olsa et al., 2018).

2.1.2.1 Pola Asupan Gizi Anak

Anak yang berusia dibawah lima tahun merupakan kelompok anak yang

menunjukan tumbuh kembang yang sangat pesat, tetapi sering juga menderita

kekurangan gizi. Pemenuhan intake nutrisi yang tidak adekuat akan berpengaruh pada

kehidupan anak selanjutnya, karena gizi pada masa anak – anak berperan untuk

pertumbuhan fisik dan perkembangan otak. Kekurangan gizi pada anak, bisa karena

dampak dari malnutrisi ibu pada masa kehamilannya, atau pemenuhan intake nutrisi yang

tidak adekuat saat masa kanak - kanak. Pada anak usia tiga sampai lima tahun, anak akan

memilih makanan yang mereka inginkan, tidak jarang juga anak pada rentang usia ini

akan menolak makanan yang diberikan kepadanya (Maryam, 2016).

Asupan gizi yang tidak adekuat pada masa kanak – kanak akan berdampak pada

pertumbuhan dan perkembangan. Tidak adekuatnya zat gizi yang masuk kedalam tubuh

akan menyebabkan system kekabalan tubuh menurun, dan membuat anak mudah tertular

penyakit baik dari anak – anak atau pun tertular dari orang dewasa, penularan penyakit in

akan semakin parah jika lingkungan dan sanitasi yang ada buruk. System kekebalan tubuh

yang lemah pada anak dan intake gizi yang tidak adekuat bisa sering menyebabkan anak

mengalami infeksi pada saluran pencernaan yang berulang. Hal dapat meningkatkan

resiko terjadinya kekurangan gizi pada anak, yang membuat tubuh tidak dapat menyerap

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

11

nutrisi yang masuk dengan baik. Anak yang mengalami kekurangan gizi dan ditambah

dengan kejadian infeksi yang berulang akan mengakibatkan anak mengalami

pertumbuhan yang melambat (Septikasari, 2018).

Kekurangan zat gizi satu akan mempengaruh pemenuhan zat gizi lainnya. Seperti

contohnya kekurangan zat gizi magnesium akan menyebabkan anak menderita anoreksia

dan memmpengaruhi pemenuhan protein yang dapat menyebabkan pada tumbuh

kembang anak yang dapat berdampak pada jangka panjang. Selain itu kekurangan gizi

juga derdampak pada perkembangan otak, yang dapat menurunkan kecerdasan anak.

Selain itu kekurangan gizi yang tidak segera ditangani akan menyebabkan kematian

(Septikasari, 2018).

Tabel 2. 1 Asupan Makanan Perhari Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan

Golongan umur (tahun)

Berat badan (kg)

Tinggi (cm)

Angka kecukupan gizi energi (kkal)

1-3 4-6

±12,0 ±17,0

90 110

1000 1550

Bahan makanan Berat (gr)/URT Porsi pemberian Porsi pemberian

Nasi 100 gr (3/4 gelas) 2 kali 4 kali

Lauk hewani 50 gr ikan (1 potong) 2 kali 2 kali

Lauk nabati 50 gr tempe (1 potong) 1 kali 2 kali

Sayur 100 gr (1 gelas) 1 kali 1 kali

Buah 100 gr papaya

(1 potong)

1 kali 2 kali

Susu 200 ml (1 gelas) 1 kali 1 kali

Sumber : (Febri & Marendra, 2008).

2.1.2.2 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Berat badan lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang setalah 1 jam bayi lahir.

Normal berat badan bayi lahir berkisar anatar 2.500 – 4.000 gram. Bayi yang lahir dengan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

12

berat badan kurang dari 2.500 disebut dengan bayi lahir dengan berat badan rendah

(BBLR) (Septikasari, 2018).

Bayi yang lahir dengan BBLR erat kaitan nya dengan angka kematian, kesakitan

dan kejadian kekurangan gizi dikemudian hari. Hal ini dikarenakan system daya tahan

tubuh yang lebih rendah dibandingkan dengan bayi yang lahir normal. Selain itu pada

bayi juga didapatkan keadaan seperti, ketidaksetabilan keadaan umum bayi, kesulitan

dalam menjalani masa transisi, henti napas, inkoordinasi refelek menghisap, menelan,

atau bernafas, serta kurangnya control fungsi oral motor bayi. Sehingga bayi yang lahir

dengan BBLR akan mudah terserang dengan penyakit penyakit infeksius, jika tidak

segera di tangani dan didukung dengan pemberian nutrisi yang adekuat akan beresiko

lebih besar mengalami gizi buruk. Kekurangan gizi pada bayi bisa disebabkan karena

meningkatnya kecepatan pertumbuhan, tingginya kebutuhan untuk melakukan

metabolisme, cadangan gizi yang rendah didalam tubuh, keadaan fisiologis anak yang

belum sempurna atau anak dalam keadaan sakit (Septikasari, 2018).

Berat badan lahir rendah pada anak merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan stunting. BBLR bisa disebabkan karena asupan gizi yang rendah pada ibu

pada masa kehamilan atau bisa karena bayi yang lahir kurang bulan dan akan berdampak

pada linier pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang lahir dengan BBLR lebih

besar beresiko mengalami kejadian kekurangan gizi berupa stunting dibandingkan dengan

anak yang lahir normal dan cukup bulan (Fitri, 2018).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

13

2.1.2.3 Pemberian Asi Ekslusif

Keberhasilan pemberian ASI ekslusif sangat berpengaruh dengan proses

terjadinya kekurangan gizi. Pemenuhan nutrisi pada bayi yang baru lahir adalah dengan

cara memberikan ASI eklusif. Hal ini dapat dilakukan mulai dari bayi lahir dan sampai

anak berusia 6 bulan bisa terpenuhi hanya dengan memberikan ASI. Anak yang tidak

berhasil dalam melakukan ASI ekslusif mempunyai resiko 2,6 kali lebih besar mengalami

kekurangan gizi dibandingkan dengan anak normal yang lain (Septikasari, 2018).

Pemberian ASI secara eksklusif pada bayi yang baru lahir sangatlah dianjurkan

karena terdapat banyak manfaat didalam kandungan ASI. ASI merupakan makanan yang

ideal untuk bayi yang baru lahir, karena mengandung nutrien untuk membangun dan

menyediakan energy yang dibutuhkan oleh bayi, ASI tidak memberatkan kerja dari

system pencernaan dan ginjal serta menghasilkan pertumbuhan fisik yang optimal

(Adriani & Wirjatmadi, 2012). Bayi yang diberikan ASI eksklutif selama 6 bulan dapat

menurunkan angka kejadian stunting, ASI juga bisa menurunkan angka kematian pada

bayi, karena bayi mebutuhkan asupan gizi untuk bertahan hidup dan tumbuh, karena

ASI mengandung protein yang baik dan terdapat antibody untuk melawan bakteri E.

Coli dalam konsentrasi tinggi sehingga dapat menurunkan resiko bayi terkena penyakit

infeksi (Fitri, 2018).

Pemberian ASI yang lebih dari 6 bulan juga meningkatkan resiko anak

mengalami stunting. Kebutuhan nutrisi pada anak semakin lama akan semakin meningkat

dan membutuhkan banyak asupan nutrisi. Pemberian ASI yang lebih dari 6 bulan akan

menunda pemberian MP-ASI pada anak. Akibatnya intake nutrisi yang diberikan kepada

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

14

anak tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya.

Anak yang sudah berusia 6 bulan, pemberian ASI sudahlah tidak bisa memenuhi

kebutuhan nutrisinya, sehingga perlu diberikan MP-ASI untuk memenuhi kebutuhan

nutrisi sampai anak berusia 59 bulan (Paramashanti, Hadi, & Gunawan, 2016).

Tabel 2. 2 Tekstur, Frekuenzi, Porsi, dan Jenis MP-ASI Tekstur Frekuenzi Porsi Jenis makanan

6 bulan – 6

bulan lebih

2 minggu

Makanan lumat

(disaring atau

diulek)

2 kali dalam

sehari

2-3 sendik

makan, tambah

secara bertahap

Menu tunggal (

1 jenis makanan

dalam sekali

makan)

6-9 bulan Makanan lumat

(disaring atau

diulek dan secara

bertahap

semakin padat)

Makanan

selingan

2-3 kali

dalam sehari

1-2 kali

dalam sehari

2-3 sendok

makan,

tambahkan

secara bertahap

hingga ½ gelas

(125 ml)

Menu lengkap (

karbohidrat,

protein hewani,

kacang-

kacangan, sayur

atau buah, dan

lemak

tambahan)

9-12 bulan Makanan lembek

(cincang halus

dan secara

bertahap

menjadi

cincangan kasar)

Makanan

selingan (mulai

kenalkan dengan

finger food)

3-4 kali

dalam sehari

1-2 kali

dalam sehari

½ gelas, dan

tambahkan

secara bertahap

sampai ¾ gelas

Menu lengkap (

karbohidrat,

protein hewani,

kacang-

kacangan, sayur

atau buah, dan

lemak

tambahan)

12 – 24

bulan

Makanan

keluarga (sudah

bisa diberikan

gula dan garam

dengan jumlah

sedikit)

Makanan

selingan

3-4 kali

dalam sehari

2 kali dalam

sehari

¾ gelas,

tambahkan

secara bertahap

sampai dengan

1 gelas (250 ml)

Menu lengkap (

karbohidrat,

protein hewani,

kacang-

kacangan, sayur

atau buah, dan

lemak

tambahan)

Sumber : (Tompanu, 2015)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

15

2.1.2.4 Penyakit Infeksi

Penyakit infeksi yang diderita oleh anak akan menghambat proses reasksi

imunolgis dan menghabiskan energy yang dimiliki oleh tubuh. Infeksi bisa disebabkan

oleh beberapa gangguan penyakit seperti, diare, ISPA, campak, cacingan, cacar air dan

rendahnya asupan gizi yang masuk kedalam tubuh akibat dari kuangnya ketersediaan

pangan di rumah atau karena pola asuh orang tua yang salah. Penyakit infeksi akan

sangat berbahaya jika terjadi pada anak yang menderita kekurangan gizi. Karena infeksi

akan menghancurkan jaringan tubuh, baik bibit penyakit atau pengahancuran untuk

memperoleh protein yang diperlukan untuk mempertahakan tubuh. Kejadian infeksi jika

disertai dengan muntah dan diare akan membuat penurunan daya tahan tubuh terhadap

serangan penyakit (Adriani & Wirjatmadi, 2014).

Penyakit infeksi pada anak akan berdampak negatif pada status gizi anak.

penyakit infeksi akan mempengaruhi nafsu makan anak menjadi menurun, penyerapan

zat gizi yang terjadi didalam usus, dan terjadi katabolisme sehingga cadangan gizi yang

berada didalam tubuh tidak mencukupi untuk membentuk jaringan baru dan

pertumbuhan anak. Penyakit infeksi yang sering terjadi pada anak adalah diare dan ISPA.

Berdasarkan penelitian pada tahun 2014 ditemukan bahwa pada anak usia 6-24 bulan

kejadian diare dan ISPA yang terjadi dalam 2 bulan terakhir memiliki resiko terjadi

stunting sebesar 5,04 kali (Lestari dkk, 2014). Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain

yang menyebutkan bahwa anak dengan ISPA dan diare pada usia 24 bulan awal akan

meningkatkan resiko terjadinya stunting sebesar 7,46 kali dibandingkan anak yang tidak

mengalami infeksi (Paudel et al, 2012).

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

16

Penyakit infeksi dan kekurangan gizi akan saling memberikan dampak satu

dengan yang lain. Kekurangan gizi yang terjadi pada anak akan mengakibatkan tubuh

tidak mampu dalam mengatasi penyakit yang berada didalam tubuh. Pada anak normal

kuman yang tidak berbahaya masuk kedalam tubuh tidak akan menimbulkan masalah,

tetapi pada anak yang kekurangan gizi hal itu akan menjadikan kematian. Penyakit infeksi

yang terjadi juga akan menyebabkan tubuh mengalami kekurangan gizi dan dapat

memperburuk keadaan anak yang menderita kekurangan gizi (Adriani & Wirjatmadi,

2014).

Pencegahan yang bisa dilakukan untuk mengurangi penyakit infeksi adalah

dengan mempertahankan kekebalan tubuh anak yang dimulai dari anak lahir. Kekebalan

tubuh ini bisa ditingkatkan secara pasif dan aktif. Kekebalan secara pasif didapatkan

bukan dari individu itu sendiri, sebagai contoh adalah kekebalan yang didapatkan janin

berasal dari ibu atau prnyuntikan imunoglobin, kekebalan ini tidak bertaha lama karena

akan dimetabolisme oleh tubuh. Kekebalan tubuh aktif adalah kekebalan tubuh yang

diperoleh oleh individu sendiri akibat paparan dari antigen. Menyuntikan antigen

kedalam tubuh adalah salah satu cara untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada anak

atau hal ini sering disebut dengan nama imunisasi (Handayani, 2011).

Imunisasi merupakan usaha untuk meningkatkan kekebalan tubuh pada anak

dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh. Imunisasi ini bertujuan untuk mencegah

anak penyakit tertentu sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas,

serta menurunkan kecacatan akibat dari penyakit. Sedanngkan vaksin adalah bahan yang

dipakai untuk merangsang antigen didalam tubuh (vaksisn BCG, DPT, Campak, Polio).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

17

Imunisasi yang harus diberikan kepada anak diantaranya adalah imunisasi BCG, hepatitis

B, polio, DPT (diphtheria, pertussis, tetanus), campak, MMR(measles, mumps, rubella), typhus

abdominalis, varicella, hepatitis A, HiB(hemophihus influenza tipe b) (Hidayat, 2008).

2.1.2.5 Faktor Genetik

Faktor genetik merupakan modal awal untuk mencapai hasil akhir pertumbuhan

dan perkembangan anak. Genetik yang diturunkan oleh orang tua kepada anak akan

tersimpan dalam deocsiribose mucleis acid (DNA) ini menampilkan bentuk fisik dan potensi

dari anak (Toliu, Malonda, & Kapantow, 2018). Tinggi badan yang dimiliki orang tua

merupakan faktor genetik yang biasanya diturunkan kepada anak. orang tua yang

mempunyai tubuh pendek, kemungkinan besar akan diturunkan kepada anaknya

sehingga bisa dikatakan bahwa anak tersebut stunting karena gen kromosom yang

dibawanya dari orang tua. Tubuh pendek yang dimiliki orang tua bukan karena gen,

melainkan karena gangguan gizi atau patologis tubuh, maka hal tersebut tidak akan

menurunkan kepada anak. Kategori tinggi badan orang dewasa dengan usia >18 tahun

dikatakan pendek jika tinggi <150 cm (perempuan) dan <161 cm (laki-laki) (Lelemboto

dkk, 2018 dalam Kusuma & Nuryanto, 2013).

2.1.2.6 Status Gizi Pada Ibu Hamil

Status gizi ibu prahamil merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

status gizi anak. Status gizi pada prahamil merefleksikan potensi cadangan gizi untuk

tumbuh kembang janin. Status gizi ini dapat diukur dengan menggunakan indeks massa

tubuh (IMT) dan juga lingkar lengan atas (LILA). Di Indonesia biasanya pengukuruan

gizi pada ibu prahamil lebih banyak menggunkan pengukuran LILA hal ini dikarenakan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

18

nilai LILA lebih relative stabil sehingga dapat disimpulkan tidak akan ada perbedaan yang

signifikan antara nilai LILA sebelum hamil dan saat kehamilan. Ambang batas LILA

yang digunakan untuk menentukan kehamilan dengan kekurangan energy kronik (KEK)

adalhah 23,5 cm (Septikasari, 2018).

Ibu hamil dengan KEK akan menyebabkan terjadinya gangguan pada system

plasenta, yang menunjukkan berat dan ukuran plasenta menjadi lebih kecil dari ukuran

normal. KEK pada ibu bisa mengurangi ekspansi volume darah yang berakibat pada

cardiac output tidak tercukupi. Sehingga aliran darah ke plasenta menjadi berkurang dan

membuat ukuran plasenta tidak optimal dan terjadi pengurangan distribusi zat gizi ke

janin yang menyebabkan pertumbuhan janin menjadi terhambat. KEK yang di alami oleh

ibu hamil jika tidak segera ditangani akan menyebabkan anak terlahir dengan BBLR dan

akan menghambat tumbuh kembang anak selanjutnya, sehingga anak yang lahir dengan

riwayat ibu KEK akan mengalami masalah gangguan gizi setelah dilahirkan (Septikasari,

2018).

Ibu hamil yang mempunyai status gizi rendah akan berpotensi untuk mempunyai

anak yang lebih pendek. Hal ini dikarenakan kebutuhan gizi pada ibu hamil mengalami

peningkatan, bukan hanya untuk dirinya tetapi juga untuk janin yang sedang dikandung.

Sehingga pada ibu hamil memerlukan protein yang mengandung asam amino dengan

jumlah yang cukup dan komplit. Zat gizi dalam vitamin A yang sering terikat pada

protein sebagai retinol blinding protein yang sering dijumpai dalam hati, serta abumin serum

yang juga mengandung protein. Selain komponen penting dari beberapa zat gizi protein

juga sangat diperlukan untuk perkembangan fisik anak. Ibu hamil yang mengonsumsi

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

19

protein di bawah rata – rata akan beresiko 1,6 kali lebih besar mempunyai anak dengan

tinggi badan rendah dibandingkan dengan ibu hamil yang cukup mengonsumsi protein.

Sehingga ibu hamil perlu mengnsumsi zat gizi mikro dan makro yang cukup, karena

status gizi pada saat lahir akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap petumbuhan

bayi selanjutnya, terutama pada usia 2 tahun pertema kelahiran (Ernawati, Rosamalina, &

Permanasari, 2013).

Kehamilan diusia dini merupakan salah satu penyebab dari stunting yang akan

terjadi pada anak. Kehamilan pada usia ini akan membuat anak lahir dengan BBLR,

karena terjadi persaingan untuk mendapatkan nutrisi pada janin dan tubuh ibu. Tubuh

ibu yang masih dalam tahap pertumbuhan membutuhkan banyak asupan nutrisi dalam

prosesnya, begitu pun dengan janin yang tengah dikandung. Hal ini akan menyebabkan

kekurangan gizi pada ibu dan janinnya dan berdampak pada kehidupan selanjutnya yang

dapat terjadi stunting secara turun menurun dan dapat disebut dengan lingkaran setan jika

tidak memutus rantai lingkaran tersebut seperti pada gambar 2.1 (Soetjiningsih &

Ranuh, 2016).

Gambar 2. 1 Pengaruh Gizi Ibu Terhadap Tumbuh Kembang Anak

(Ebrahim GJ, 1985 dalam Soetjiningsih, & Ranuh, 2016).

Nutrisi yang buruk saat kehamilan

BBLR (kurang

dari 2.500 gram) Infeksi

perinatal

Nutrisi buruk

Pertumbuhan anak terganggu

Penurunan intelektual anak

Wanita dewasa

yang stunting

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

20

2.1.2.7 Pola Asuh Yang Tidak Optimal

Pola asuh orang tua dikategorikan menjadi tiga aktivitas yaitu praktik sanitasi,

praktik pemenuhan nutrisi, dan perawatan kesehatan anak (Niga & Purnomo, 2017).

1. Faktor Sanitasi

Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah keadaan lingkungan optimal yang

berpengaruh positif terhadap peningkatan status kesehatan. Lingkup kesehatan

lingkungan meliputi, perumahan, pembuangan tinja, pembuangan air limbah,

pembuangan sampah, kandang ternak, penyediaan air bersih dan lain sebagainya.

Keadaan lingkungan yang bersih dan sehat maka akan meningkatkan status kesehatan

masyarakatnya. Tetapi jika sebaliknya, kesehatan lingungan kotor dan kurang baik

maka akan menimbulkan berbagai penyakit seperti diare ataupun infeksi saluran

pernafasan atau pencernaan (Apriluana & Fikawati, 2018).

Faktor sanitasi dan kebersihan lingkungan berpengaruh dengan kesehatan ibu

hamil dan tumbuh kembang anak, anak usia dibawah 2 tahun sangat rentan terhadap

infeksi dan penyakit, hal ini dikarenakan sanitrasi lingkungan yang buruk sehingga

berdampak pada asupan gizi yang sulit diserap oleh tubuh karena gizi yang masuk

kedalam tubuh bekerja untuk memerangi penyakit atau infeksi yang terjadi. Penyakit

infeksi pada anak yang dapat berhubungan dengan kejadian stunting bisa dicegah

dengan perawatan kesehatan anak dengan melakukan imunisasi secara teratur (Niga &

Purnomo, 2017).

2. Praktik Pemenuhan Nutrisi

Dalam pengasuhan anak ibu mempunyai pengaruh yang sangat tinggi

dibandingkan dengan ayah. Sebagai pengasuh ibu yang akan mengatur bagaimana

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

21

masukan gizi seimbang untuk diberikan kepada anak, sehingga ibu dituntut untuk

mempunyai pengetahuan terkait dengan pemenuhan gizi pada anak. Ibu dengan

pengetahuan yang baik kemungkinan besar akan menerapkan pengetahuannya untuk

menyeimbangkan dan memenuhi status gizi yang dibutuhkan oleh anaknya, memilih

bahan makan yang berkualitas untuk memenuhi kebutuhan gizi untuk anak maupun

keluarganya, sebaliknya jika ibu yang tingkat pengetahuannya kurang kemungkinan

akan mengalami kesusahan dalam memilih bahan makanan yang berkualitas dan

menyeimbangkan kebutuhan gizi, sehingga kebutuhan nutrisi anak dan keluarga tidak

terpenuhi (Apriluana & Fikawati, 2018; C. Ni’mah & Muniroh, 2016).

3. Perawatan Kesehatan Anak

Perawatan kesehatan masyarakat haruslah bisa memanfaatkan pelayanan

kesehatan yang berada disekitar tempat tinggal untuk memantau kesehatannya.

Pelayanan kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat, yang dapat memfasilitasi pemulihan kesehatan, perawatan, pengobatan,

dan pencegahan penyakit didalam masyarakat atau kelompok yang memerlukan

layanan kesehatan. Selain itu, pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh lokasi

tempat pelayanan, informasi, tenaga kesehatan yang melayani, serta motivasi

masyarakat untuk datang ke pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan mereka

tanpa adanya paksaan. Hal ini juga berlaku untuk ibu yang mempunyai anak, untuk

sering datang ke pelayanan kesehatan jika dicurigai anak mengalami tanda – tanda

terkena penyakit (Aramico, Sudargo, & Susilo, 2016).

Kegiatan posyandu yang ada dilingkungan masyarakat merupakan salah satu cara

untuk mencegah terjadinya pertumbuhan dan perkembangan upnormal pada anak.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

22

Posyandu berfungsi sebagai media promosi kesehatan gizi untuk masyarakat,

pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita dan ibu hamil, sehingga dapat

meningkatkan pengetahuan tentang kesehatan. Posyandu akan memperdayakan

masyarakat untuk sadar tentang kesehatan, dan memperoleh kemudahan dalam

pelayanan kesehatan dasar, pemantauan perkembangan dan pertumbuhan pada anak

serta menurunkan angka kematian pada ibu hamil dan bayi (Kusumawati, Rahardjo, &

Sari, 2015).

2.1.2.8 Karakteristik Keluarga (Pendidikan Dan Status Ekonomi)

Karakteristik keluarga erat kaitannya dengan pendidikan dan status sosial

seseorang. Pendidikan berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup, melalui

pendidikan akan menjadikan seseorang untuk lebih cepat mengerti dan lebih siap untuk

menghadapi suatu masalah, selain itu pendidikan juga sangatlah dibutuhkan untuk

mencari pekerjaan yang layak dan dapat meningkatkan keadaan perekonomiannya. Orang

tua dengan pekerjaan yang baik dan layak akan berdampak pada kebiasaan kesehariannya

dan secara tidak langsung mendorong juga dalam peningkatan status gizi anak dan

keluarga (Koro dkk, 2018).

Meskipun tingkat pengetahuan ibu atau kedua orang tua baik tentang gizi, tetapi

jika status ekonomi keluarga rendah akan susah juga untuk memenuhi kebutuhan gizi

pada anak. Dalam hal ini pendidikan pada ayah juga sangatlah penting dan akan

berpengaruh untuk mengurangi resiko terjadinya gizi buruk pada anak. Pendidikan ayah

akan mendapatkan pekerjaan yang layak dan secara tidak langsung akan berdampak pada

pemenuhan kebutuhan keluarga, termasuk sector pangan dan penyediaan lingkungan

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

23

tempat tinggal dengan sanitasi yang baik dan anak akan tumbuh dengan baik (Septikasari,

2018).

Status ekonomi yang rendah berkaitan dengan daya beli untuk memenuhi

kebutuhan gizi keluarga. Keluarga yang mempunyai perekonomian yang tinggi akan

mampu untuk membeli dan mencukupi kebutuhan keluarga yang diperlukan, terutama

bahan makanan untuk pertumbuhan anak. Pada keluarga yang mempunyai penghasilan

tinggi, tetapi tingkat pendidikan dikelurga rendah maka kebutuhan nutrisi untuk anak dan

anggota keluarga juga tidak akan terpenuhi. Hal ini dikarenakan status pendidikan

berpengaruh dengan pemilihan kualitas dan kuantitas bahan makan dalam pemenuhan

gizi anak, anak usia dibawah 2 tahun sangat rentan terhadap infeksi dan penyakit, hal ini

dikarenakan sanitrasi lingkungan yang buruk sehingga berdampak pada asupan gizi yang

sulit diserap oleh tubuh karena gizi yang masuk kedalam tubuh bekerja untuk memerangi

penyakit atau infeksi yang terjadi. Penyakit infeksi pada anak yang dapat berhubungan

dengan kejadian stunting bisa dicegah dengan perawatan kesehatan anak dengan

melakukan imunisasi secara teratur (Niga & Purnomo, 2017).

2.1.3 Penilaian Status Gizi

2.1.3.1 Pengertian Antropometri

Antopometri berasal dari kata “anthropos” yang atrinya tubuh dan “metros” yang

artinya ukuran. Jadi arti dari antropometri adalah ukuran dari tubuh seseorang manusia.

Jika ditinjau dari segi gizi antropometri adalah segala macam pengukuran dimensi tubuh,

komposisi tubuh dari segi umur dan tingkat gizi seseorang. Dari pengukuran ini dapat

diketahui apakah gizi anak ini baik atau tidak (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

24

2.1.3.2 Ukuran Antropometri

Ada beberapa parameter yang digunakan untuk menilai status gizi seorang anak

diantaranya adalah:

1. Umur

Faktor umur merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan status gizi

pada anak. Pengukuran berat badan dan tinggi badan yang akurat menjadi tidak

berpengaruh jika penentuan umur mengalami kesalahan. Karena penentuan umur

yang salah akan membuat interprestasi dalam status gizi juga salah (Adriani &

Wirjatmadi, 2014).

2. Berat Badan

Berat badan merupakan parameter pengukuran status gizi yang paling baik dan

mudah dilihat. Perubahan ini bisa dilihat dengan cepat karena melalui pola makan

anak akan dapat diketahui apakah berat badan anak mengalami kenaikan atau

penurunan. Berat badan anak merupakan indicator untuk melihat laju pertumbuhan

fisik dan status gizi anak dimana didalamnya mengandung jumlah protein,

karbohidrat, lemak, air dan mineral didalam tulang (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

3. Tinggi Badan

Tinggi badan (TB) adalah parameter yang dapat digunakan untuk melihat riyawat

gizi pada masa lampau. Nilai tinggi badan akan terus miningkat, mespikun

pertumbuhan yang sangat pesat terjadi pada masa bayi dan melambat dan akan

pesat lagi pada masa remaja. Pengukuran tinggi merupakan indicator yang dapat

digunakkan untuk melihat gangguan pertumbuhan fisik yang lalu seperti stunting.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

25

Selain itu, pengukuran tinggi badan juga objektif dan dapat diulang (Adriani &

Wirjatmadi, 2014).

2.1.3.3 Indeks Antropometri

Indeks antropometri merupakan kombinasi atau gabungan dari beberapa

paramenter gizi untuk melakukan penilaian gizi pada anak (Supriasa, 2002 dalam Adriani

& Wirjatmadi, 2014). Ada tiga parameter yang sering digunakan untuk dijadikan dasar

penilaian diantaranya adalah berat badan terhadap umur (BB/U), tinggi badan terhadap

umur (TB/U), dan berat badan terhadap tinggi badan (BB/TB). Parameter antropometri

yang sering digunakan untuk melihat anak mengalami stunting adalah tinggi badan

berdasarkan umur (TB/U) dengan menghitung menggunankan rumus Z-Score, jika

didapatkan <-3 SD maka dapat dikatakan anak sangat pendek dan hasil -3 SD sampai

dengan <-2 SD anak dikatakan pendek, seperti tabel 2.3. Tinggi badan adalah

pengukuran antropometri yang akan menggambarkan keadaan pertumbuhan tulang.

Pada keadaan normal, pertumbuhan anak akan terus meningkat dan mengikuti umur.

Defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan tidak akan tampak dalam jangka waktu dekat

seperti berat badan, defisiensi ini relative akan tampak dalam jangka waktu yang lama dan

merupakan penggambaran dari status gizi masa lampau (Adriani & Wirjatmadi, 2014).

Dalam menilai status gizi pada anak – anak nilai dari tinggi badan dan berat badan akan

dikonversikan dalam bentuk nilai standar (Z-Score) dengan menggunakan standar baku

dari WHO (Septikasari, 2018). Z-Score dapat diukur dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

26

Keterangan:

NIS : Nilai Inidividu Subyek

NMBR : Nilai Median Baku Rujukan

NSBR : Nilai Simpang Baku Rujukan

Tabel 2. 3Indeks Antropometri Anak Umur 0 – 60 Bulan

Indeks Kategori status

gizi

Z-Score

Panjang badan menurut umu

(BB/U)

Gizi buruk <-3 SD

Gizi kurang -3 SD sampai dengan <-2 SD

Gizi normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gizi lebih >2 SD

Tinggi badan menurut umur

(TB/U) atau panjang badan

menurut umur (PB/U)

Sangat pendek <-3 SD

Pendek -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Tinggi >2 SD

Berat badan menurut panjang

badan (BB/PB) atau berat badan

menurut tinggi badan (TB/U)

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Indeks massa tubuh menurut

umur (IMT/U)

Sangat kurus <-3 SD

Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD

Normal -2 SD sampai dengan 2 SD

Gemuk >2 SD

Sumber : (Kemenkes, 2011)

2.1.4 Dampak Stunting

Kekurangan gizi pada awal kehidupan anak yang menimbulkan stunting akan

berdampak untuk jangka pendek dan jangka panjang. Dampak jangka pendeknya adalah

terdapatnya gangguan dalam perkembangan otak, kecerdasan, gangguan pertumbuhan

fisik dan gangguan metabolisme tubuh. Sedangkan dampak jangka panjangnya adalah

penurunan fungsi kognitif dan prestasi belajar, penurunan kekebalan tubuh, dan kualitas

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

27

kerja yang tidak maksimal sehingga dapat berakibat pada rendahya produktivitas individu

(Kemenkes, 2016).

Stunting yang terjadi pada anak juga dapat mengkibatkan mudah terkena penyakit

tidak menular di masa dewasanya. Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

menyebutkan bahwa, stunting merupakan faktor yang dapat menyebabkan penyakit

diabetes mellitus, mereka yang mempunyai badan pendek dan gemuk beresiko 3,4 kali

untuk terkena penyakit tersebut. Stunting juga dapat menyebabkan orang terkena penyakit

hipertensi, penyakit ini lebih udah terjai pada orang yang tergolong gemuk dan pendek

dibandingkan dengan orang yang kurus dan pendek maupun orang normal (Trihono,

2015).

Stunting jika tidak ditangani dengan cepat dan tepat akan menjadi prediktor

buruknya kualitas sumber daya manusia. Karena stunting terjadi akibat kekurangan gizi

kronis selama 1000 hari pertama kehidupan anak, kerusakan yang terjadi juga akan

mengakibatkan perkembangan anak yang irreversible (tidak bisa diubah) dan anak tidak

akan pernah mempelajari atau mendapatkan sebanyak yang dia bisa. Anak yang

menderita stunting pada masa sekarang kemungkin yang lebih besar akan tumbuh menjadi

dewasa yang kurang pendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit

tidak menular dan selanjutnya akan menurunkan produktif bangsa dimasa yang akan

datang(Trihono, 2015).

2.1.5 Pencegahan stunting

Stunting (pendek) merupakan dampak dari kekurangan gizi yang terjadi dalam

jangka panjang dan perlu melibatkan semua sector untuk mengatasi masalah ini. Karena

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

28

stunting tidak terjadi secara cepat dan dapat terjadi selama siklus kehidupan, dimulai dari

dalam kandungan, bayi lahir, masa kanak – kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa

lanjut. Maka penanganan yang dapat dilakukan untuk mengatasiny adalah dengan

memutus rantai siklus tersebut, dan dapat memperbaiki generasi selanjutnya. Dalam

penanganan ini diperlukan komitmen dari pemerintah yang kuat, dan pelaksanaan

program multisector yang terintegrasi dan berkisanmbungan, serta memerlukan waktu

yang lama dalam penanganannya (Trihono dkk, 2015).

Upaya yang dilakukan untuk mengurangi kejadian stunting difokuskan pada 1000

hari pertama kehidupan (HPK). 1000 HPK ini meliputi 230 masa kehamilan dan 730

hari awal kehidupan anak, yang dimana masa ini merupakan masa yang sering disebut

dengn golden age atau masa penentuan kualitas hidup anak. upaya intervesi yang dilakukan

ini ditujukan untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan anak usia 0 – 23 bulan, selain itu juga

intervensi ini mencakup kebersihan rumah tangga (Kemenkes, 2016).

1. Ibu Hamil

a. Memperbaiki gizi serta kesehatan ibu hamil. Pada ibu hamil yang sangat

kurus atau mengalami kurang energy kronik (KEK) maka diberikan makanan

tambahan untuk ibu hamil tersebut. Karena ibu hamil perlu mendapatkan

gizi yang baik untuk pertumbuhan janin dan kesehatan ibu sendiri.

b. Setiap ibu hamil akan mendapatkan minimal 90 tablet untuk tambah darah,

untuk mencegah terjadinya anemia.

c. Kesehatan ibu harus tetap dijaga agar tidak mundah terserang penyakit.

2. Bayi Baru Lahir

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

29

a. Proses persalinan perlu ditolong oleh bidan atau dokter yang sudah terlatih,

sehingga begiti bayi lahir ibu diarahkan untuk melakukan inisiasi menyusui

dini (IMD).

b. Dari lahir sampai dengan usia 6 bulan, bayi hanya diberikan ASI eksklusif.

3. Anak Usia 6 Bulan Sampai 24 Bulan

a. Pada usia 6 bulan, anak sudah bisa diberikan makanan pendamping ASI

(MP-ASI) tetapi juga masih diberikan ASI sampai anak berumur 24 bulan.

b. Anak harus diberikan kapsul vitamin A, dan melakukan imunisasi secara

lengkap.

4. Melakukan pemantauan tumbuh kembang balita, bisa dilakukan di posyandu

sehingga dapat diketahui jika terjadi gangguan tumbuh kembang dan daopat

segera diatasi.

5. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) perlu juga diterapkan di dalam setiap

rumah tangga untuk mencegah dan menurunkan kejadian infeksi penyakit pada

anak maupun ibu hamil, dengan terus meningkatkan akses air bersih dan fasilitas

sanitasi, dan menjaga kebersihan lingkungan.

Untuk menangani stunting selain berfokus pada 1000 HPK, juga difokuskan pada

pengurangan angka kejadian jangka panjang. Intervensi yang diberikan haruslah

dapat memperbaiki faktor – faktor yang dapat memengaruhi status gizi. Seperti

kemiskinan, karena kejadian stunting sering berkaitan dengan kemiskinan maka

untuk mengatasinya diperlukan juga menangani kemiskinan yang ada. Dan

peningkatan pengetahuan orang tua serta pengurangan beban penyakit (Mitra,

2015).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

30

2.2 Konsep Anak Balita

2.2.1 Pengertian Anak Balita

Balita adalah istilah yang umum digunakan untuk menyebutkan anak dengan

rentang usia 2 sampai 5 tahun. Pada masa ini anak masuk dalam masa pra sekolah,

dimana semua kebutuhan anak sangat tergantung dengan orang tua. Periode ini

merupakan periode yang sangat penting dan tidak dapat terulang atau disebut dengan the

golden ege. Pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada masa ini sangat menentukan

bagaimana anak pada periode selanjutnya (Gunawan & shofar, 2018).

2.2.2 Konsep Tahap Tumbuh Kembang Anak

2.2.2.1 Tahap Pertumbuhan Anak

Pertumbuhan (growth) adalah perubahan ukuran tubuh yang terjadi pada manusia

dari kecil menjadi besar dengan bertambahnya jumlah, ukuran, dimensi pada tingkat sel,

organ maupun individu. Pertumbuhan yang terjadi pada anak mempunyai sifat kuantitatif

dan merujuk pada perubahan struktur dan fungsi organ yang lebih optimal, pertumbuhan

fisik anak dapat dinilai dengan ukuran panjang (cm, meter), berat (gram, kilogram), umur

tulang, dan tanda – tanda sek sekunder, tidak hanya petumbuhan fisik anak yang

mengalami perubahan tetapi juga struktur organ dan otak anak. Pertumbuhan otak

tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan sampai 2 tahun pertama kelahiran,

pembelahan sel otak sangatlah pesat pada masa ini, setelah itu pembelahan sel melambat

dan menjadi pembelahan sel otak biasa, sehingga pada bayi baru lahir berat otaknya ¼

dari berat otak orang dewasa dan jumlah sel otaknya sudah mencapai 2/3 dari jumlah sel

otak orang dewasa. Pada anak usia 2 tahun ukuran otak sudah menacapai 80% dari

ukuran orang dewasa (Soetjiningsih & Ranuh, 2016).

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

31

2.2.2.2 Perkembangan Anak

2.2.2.2.1 Pengertian Perkembangan Pada Anak

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur

dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dar proses

pematangan. Perkembangan merupakan proses deferensiasi sel tubuh, jaringan tubuh,

organ dan system organ yang berkembang secara optimal dan dapat memenuhi fungsinya

masing-masing, termasuk dalam perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku anak

yang merupakan hasil dari interaksi dengan lingkungan sekitarnya (Ardiana, 2011).

Perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, perkembangan merupakan perubahan

bersifat kualitatif dimana perubahan ini ditekankan pada segi fungsional, perubahan juga

bersifat progresif, terarah dan terpadu atau koheren, hal ini berarti perkembangan anak

mempunyai arah tertentu dan cenderung terus maju, sedangakan terarah dan terpadu

menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang pasti antara yang terjadi pada saat ini,

sebelumnya dan selanjutnya (Soetjiningsih, & Ranuh, 2016).

2.2.2.2.2 Aspek Perkembangan Pada Anak

Perkembangan pada anak dapat dilihat dari berbagai aspek diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Aspek Perkembangan Fisik

Fisik atau tubuh manusia merupakan organ yang sangat komplek dan

mengagumkan. Semua organ manusia mulai tumbuh sejak berada didalam

kandungan. Kuhlen dan Thomshon (1956) mengemukakan bahwa

perkembangan fisik pada manusia meliputi 4 aspek yaitu, system syaraf yang

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

32

mempengaruhi kecerdasan dan emosi individu, otot yang mempengaruhi

kemampuan motorik, kelenjar endokrin yang menyebabkan munculnya tingkah

laku yang baru, struktur fisik atau tubuh yang meliputi tinggi dan berat badan.

Perkembangan fisik juga erat kaitannya dengan ketrampilan motorik kasar dan

motorik halus. (Suryana, 2016).

Perkembangan fisik manusia minimal mencakup aspek perkembangan anatomis

dan fisiologis. Perkembangan anatomis berkaitan dengan perubahan yang bersifat

kuantitatif atau dapat diukur seperti struktur tulang, pada masa bayi struktur

tulang berjulah sebanyak 270 yang masih lentur berpori dan sendi – sendi masih

longgar, tinggi badan dan berat badan pada saat bayi kisaran tinggi dan berat

badan adalah 50 – 60 cm dan 2 – 4 kg sedangkan pada masa kanak – kanak tinggi

badan dan berat badan berkisar antara 90-120 cm dan 12-15 kg, proposi tinggi

kepada dan badan mempunyai perbandingan sebesar 1:4. Perkembangan

fisiologis berkaitan dengan perubahan yang bersifat kuantitatif, kualitatif dan

fungsional dari system kerja organ tubuh, seperti kontraksi otot, peredaran darah,

system pernafasan, system persarafan, dan system pencernaan (Jahja, 2011).

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

33

Tabel 2. 4 Ketrampilan Motoric Kasar Dan Motoric Halus Berdasarkan Usia

Sumber : (Soetjiningsih, & Ranuh, 2016)

2. Aspek Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif adalah suatu proses berfikir, yaitu kempampuan anak

untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan. Perkembangan

kognitif erat kaitannya dengan intelektual anak dalam berfikir dan mengambil

keputusan untuk menculkan ide-ide dalam belajar dan menyelesaikan masalah

yang ada (Susanto, 2011). Perkembangan kognitif pada anak mencakup

perkembangan tentang pengetahuan baik umum, sains, konsep bentuk, bilangan,

huruf, maupun lambang. Perkembangan kognitif ini sangatlah diperlukan untuk

mendukung aspek perkembngan yang lainnya (Suryana, 2016). Berdasarkan teori

yang dikembangkan oleh piaget dalam berfikir anak – anak memiki cara yang

Umur Motoric kasar Motoric halus

24 – 36 bulan Bisa jalan menaiki tangga

Dapat bermain dan memendang bola kecil

Dapat mencoret – coret dengan menggunakan pensil atau bolpoin

36 – 48 bulan Dapat berdiri dengan menggunakan satu kaki selama 2 detik

Dapat melompat dengan kedua kaki diangkat

Dapat mengayuh sepeda roda 2

Dapat menggambar garis lurus

Dapat menumpak 8 buah balok

48 – 60 bulan Berdiri dengan satu kaki selama 5 detik

Dapat melompat dengan menggunakan 1 kaki

Dapat menari

Dapat menggambar tanda silang

Dapat menggambar tanda silang

Dapat menggambar orang dengan 3 bagian tubuh (kepala, badan dan tangan)

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

34

berbeda dibandingkan dengan orang dewasa. Piaget juga mengelompokkan

perkembangan kognitif menjadi 4 tahap perkembangan yaitu, tahap

sensomotorik (0-24 bulan), pra operasional (2-7 tahun), operasional konret(7-11

tahun), dan operasional formal (dimulai usia 11 tahun) (Soetjiningsih, & Ranuh,

2016).

a) Tahap Sensorimotor (0-24 Bulan)

Pada tahap ini, anak akan memahami dunia dengan melalui gerakan,

panca inderanya dan mempelajari permanensi objek. Anak usia ini tidak

dapat mempertimbangkan keinginan, kebutuhan ataupun kepentingan orang

lain, sehingga ia sering dianggap egosentris. Selama proses sensorimotor anak

juga akan mengembangkan ide yang sederhana tentang ruang dan waktu

seperti:

Lahir – 1 bulan : gerakan reflek

1– 4 bulan : gerakan aktif pada tubuh untuk menciptakan kebiasan baru

4–10 bulan: tubuh anak akan bereaksi terhadap objek tertentu dan mulai

memahami konsep bahwa tubuh dan lingkungan merupakan hal yang

tidak terpisahkan

10 – 12 bulan: berkembangnya kemampuan anak untuk melihat objek

sebagai sesuatu yang permanen (permanesi objek)

12- 18 bulan: menciptakan stategi baru dan dapat memanipulasi

lingkungan di luar objek

18 – 24 bulan: menggunakan objek dan kata – kata untuk mencapai

keinginan yang di inginkan.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

35

b) Tahap Praoperasional (2-7 Tahun)

Pada tahap ini anak mempunyai kemampuan motorik, proses berfikir

merka sudah banyak bekembang meskipun masih juah dari kata logis. Proses

berfikir menjadi lebih internalisasi, tidak sestematis dan dapat memahami

sesuatu tanpa melalui penalaran yang rasional. Pada usia ini kemampuan

dalam berbicara juga meningkat karena mereka berubah dari bayi menjadi

manusia kecil. Tetapi pada tahap ini anak anak masih memiliki sifat

egosentris yang berarti bahwa mereka hanya mempertimbangkan sesuatu

berdasarkan segi pandang mereka sendiri, dan tidak mengerti kenapa orang

lain mempunyai pandangan yang berbeda dengan dia. Serta mereka memiliki

ciri khas yaitu animisme, yang sering mengasumsikan bahwa orang lain

mempunyai pemikiran yang sama dengan dirinya.

3. Aspek Perkembangan Bahasa

Banyak orang yang masih keliru dengan penggunaan istilah berbicara

(speech) dengan bahasa (language). Bahasa merupakan suatu sistem yang digunakan

untuk berkomunikasi, dengan menggunakan simbol – simbol tertentu untuk

menyampaikan pesan dari individu ke individu lain. Simbol yang digunakan

untuk komunikasi bisa berupa tulisan, berbicara, bahasa symbol, ekspresi muka,

isyarat, pantonim, dan seni (Soetjiningsih, & Ranuh, 2016).

Pengelompokan perkembangan bahasa menjadi 3 kelompok besar yaitu,

aspek biologis, aspek psikologis dan kultur. Aspek biologis, otot dan syaraf pada

alat – alat berbicara sudah berkembang secara baik sejak anak lahir. Anak yang

baru lahir sudah bisa mengeluarkan suara seperti “a”, “e”. Aspek psikologis, pada

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

36

awalnya anak anak berbicara dengan bereaksi dengan suaranya sendiri, dan

diulang – ulang oleh orang lain, kemudian anak akan mempelajari suara baru dan

meniru orang lain berbicara. Aspek kultur, untuk membuka cakrawala sosial anak

dikehidupan bermasyarakat adalah solusinya. anak akan lebih mengerti jika

bahasa merupakan hal yang sangat penting untuk berinteraksi dan mendapatkan

teman didalam suatu kelompok. Hal ini menuntut anak untuk bisa lebih banyak

belajar dan mencerna setiap bahasa yang di keluarkan di dalam masyarakat

tersebut untuk berinteraksi satu dengan yang lain (Susanto, 2015).

Tabel 2. 5Ketrampilan Bahasa

Umur Ketrampilan Bahasa

18-24 bulan Dapat memahami kalimat sederhana

Perbendaharaan kata meningkat pesat

Dapat menguapkan kalimat yang terdiri dari 2 kata atau lebih

24-36 bulan Dapat mengerti percakapan-percakapan yang familiar didalam keluarga

30-36 bulan Anak sudah bisa percakapan tanya jawab

30-42 bulan Anak mampu bercerita pendek, atau mampu bertanya “mengapa”

36-48 bulan Anak dapat memahami tentang percakapan dengan kata – kata yang familiar

Mampu membuat kalimat yang sempurna

5 tahun Mampu memproduksi konsonan dasar dengan benar

Sumber : (Soetjiningsih, & Ranuh, 2016)

2.2.3 Nutrisi untuk balita

2.2.3.1 Kebutuhan nutrisi untuk balita

Asupan nutrisi yang tidak seimbang dan kurang merupakan salah satu yang dapat

melatarbelakangi masalah stunting. Asupan protein memiliki efek yang besar untuk

pertumbuhan anak terutama pada pertumbuhan tulang. Selain itu untuk mencegah

kajadian stunting ada beberapa zat gizi yang bisa diberikan kepada anak diantaranya

adalah zinc, zat besi, vitamin A, kalsium dan fosfor yang berperan penting dalam

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

37

pertumbuhan linier anak (SARI, et al 2016). Berikut ini asupan gizi yang orang tua

berikan kepada anak:

a. Karbohidrat

Karbohidrat dibagi menjadi dua yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat

kompleks. Karbohidrat sederhana adalah glukosa, fruktosa, dan galaktosa yang

banyak terkandung didalam buah-buahan, susu, dan madu. Sedangkan karbhidrat

kompleks adalah glikogen yang merupakan cadangan energy didalam tubuh yang

disimpan didalam otot dan hati, selulosa, serat dan pati yang banyak terkandung

didalam nasi, mie, bihun, roti, jagung, kentang dan ubi-ubian. Karbohidrat

bermanfaat untuk menghasilkan energy untuk pertumbuhan tubuh dan otak,

selain itu juga berfungsi untuk membantu dalam metabolisme lemak dalam

tubuh. Sumber energi yang terkandung didalam karbohidrat mudah untuk

ditemui karena terkandung didalam makanan pokok. 1 gram karbohidrat

menghasilkan energi sebesar 4 kalori (Sutomo & Anggraini, 2010).

b. Lemak

Lemak adalah sumber energi lain selain karbohidrat. Sumber lemak dapat

diperoleh dari lemak nabati dan hewani. Lemak nabati didapatkan dari lemak dari

tumbuhan, contohnya adalah margarin, minyak sawit, kacang tanah, santan, dan

kelapa. Sedangkan lemak hewani dapat diperoleh pada daging, minyak ikan,

kuning telur, dan mentega. Energy yang didapatkan dari lemak lebih besar

dibandingkan dengan karbohidrat dan protein, 1 gram lemak menghasilkan 9,3

kalori, yang berfungsi sebagai pelarut viamin A,D, E, dan K, melindungi,

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

38

menghangatkan tubuh. Asam lemak esensial dapat befugsi untuk pertumbuhan

dan perkembangan otak anak(Sutomo & Anggraini, 2010).

c. Protein

Protein merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan oleh tubuh.

Protein akan mengganti sel – sel yang telah rusak di dalam tubuh, membantu

pembentuhan serum, hemoglobin, enzim, hormone dan antibody. Selain itu

protein juga akan memelihara keseimbangan asam basa cairan tubuh dan menjaga

keseimbangan sumber energy (Adriani & Wirjatmadi, 2012). Asam amino

esensial yang terkandung dalam protein diperlukan tubuh untuk mebangun

matriks dan mempengaruhi pertumbuhan tulang. Hal ini karena protein

berfungsi untu memodifikasi sekresi serta aksi osteotropic hormone IGF-1 (insulin

growth factor-1), hormone ini merupakan hormone yang berpengaruh pada

pertumbuhan. Sehingga jika asupan protein rendah pada anak maka akan dapat

merusak produksi dan efek dari hormone IDF-1, yang merusak akuisasi mineral

massa tulang (SARI et al., 2016).

Selain sumber asam amino esensial protein juga merupakan sumber energi bagi

tubuh. Energi sangat dibutuhkan oleh tubuh, salah satu berasal dari protein

sebesar (10-15%), dan energi yang lain berasal dari karbohidrat (50 – 60%) dan

lemak (25 – 35%). Pada tahun pertama kelahiran energi yang dibutuhkan setiap

hari adalah 100-200 kkal/kgBB. Tetapi setiap pertambahan usia 3 tahun

kebutuhan energy yang dibutuhkan setiap hari menurun 10 kkal/kgBB.

Penggunaan energy didalam tubuh dibagi menjadi, 50% energy digunakan untuk

metabolism tubuh, 12% untuk pertumbuhan, 25% untuk aktivitas fisik, 5-10%

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

39

untuk specific dynamic action, dan 10% terbuang melalui feses (Adriani &

Wirjatmadi, 2012).

Asupan protein bisa didapatkan melalui makanan nabati maupun hewani.

Makanan nabati yang banyak mengandung protein diantaranya adalah kacang –

kacangan, biji – bijian, dan produk - produk gandum. Sedangkan makanan

hewani yang mengandung banyak protein adalah daging, ikan, telur, makanan

laut, unggas, dan susu (Lau, 2009).

d. Zinc

Zink mempunyai banyak peran biokemis didalam metabolisme didalam tubuh.

Fungsi tersebut dikelompokkan menjadi beberapa diantaranya adalah sebagai

metalloenzim, pembentukan polisoma, stabilisasi membran, dan sebagai ion

bebas didalam sel. Zink juga berperan dalam sintesis protein da metabolism asam

nukleat (Adriani & Wirjatmadi, 2012).

Zink mempunyai berbagai macam fungsi untuk tubuh. Diantaranya adalah

berfungsi untuk pertumbuhan dan replikasi sel, pengelihatan, pematangan system

reproduksi,pengecapan serta dalam pengaturan nafsu makan. Didalam

pertumbuhan sel, zink berkaitan dengan sintesis protein dan melibabtkan enzim

RNA polymerase. Pada bayi yang baru lahir asupan zink untuk tubuh akan

terpenuhi hanya dengan ASI dan simpanan zink didalam hati (Adriani &

Wirjatmadi, 2012).

Zink bisa didapatkan melalui bahan bahan makanan. Bahan makanan ini

diantaranya adalah daging, ungas, telur, ikan, susu, keju, hati, makanan yang

berbahan dasar gandum, ragi, selada, roti serta kacang-kacangan. Tetapi ketika

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

40

teradi defisiensi zink maka akan menyebabkan gangguan pertumbuhan dan akan

menyebabkan penyembuhan luka yang lama. Hal ini sesuai dengan fungsi dari

zink yaitu mengakifkan enzim dan meningatkannya dan meningkatkan

pertumbuhan (Maryam, 2016).

c. Zat Besi

Zat besi (Fe) merupakan unsur penting diperlukan untuk pembentukan darah

merah atau hemoglobin, dan komponen enzim yang penting dalam system

pernafasan. Zat besi dalam pembentukan hemoglobin akan berfungsi sebagai

penghantar oksigen ke seluruh jaringan dan organ – organ tubh manusia.

Sedangkan komponen enzim yang berada didalam system pernafasan diantaranya

adalah enzim sitokrom-oksidase, katalase, dan peroksidase yang akan berperan

dalam mekanisme oksidasi seluler (Maryam, 2016). Selain itu zat besi juga

berfungsi sebagai pembentuk myoglobin yaitu protein pembawa oksigen kedalam

otot, kolagen (protein yang berada didalam tulang, dan jaringan penyambung),

enzim dan juga berfungsi untuk mempertahankan kekebalan tubuh (Sudargo, dkk

2018).

Kebutuhan zat besi pada anak dan orang dewasa sangatlah bervariasi. Kebutuhan

zat besi setiap hari pada bayi usia 0-11 bulan adalah 0,5-7 mg, anak usia 1-9 tahun

adalah 8-10 mg, laki – laki usia 10-12 tahun adalah 13 mg, laki – laki usia 13-15

tahun adalah 19 mg, laki-laki usia 16-18 tahun adalah 15 mg, laki-laki usia 19-65

keatas keutuhan zat besinya adalah 13 mg. sedangkan pada perempuan usia 10-12

tahun adalah 20 mg, perempuan usia 13-49 tahun adalah 26 mg, perempuan usia

50-65 tahun adalah 12 mg, pada wanita hamil kebutuhan normal zat besi

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

41

ditambah dengan 9-13 mg, dan perempuan yang menyusui kebutuhan normal zat

besinya ditambah dengan 6 mg ( Kertosono & Soekarti ,2004 dalam Sudargo

dkk, 2018).

Kebutuhan zat besi yang tidak memenuhi kebutuhan tubuh akan memerikan

dampak pada tubuh. Dampak yang bisa ditimbulkan bisa berupa anemia karena

hemoglobin didalam tubuh yang berkurang secara terus menerus, dapat

menurunkan kekebalan tubuh dan dapat menyebabkan individu mudah terserang

penyakit. Untuk mengatasi dampak itu maka kebutuhan zat besi didalam tubuh

harus terpenuhi dengan baik. Dengan ara mengonsumsi makanan-makanan yang

dipercaya kaya dengan zat besi (Maryam, 2016).

d. Vitamin A

Terdapat dua jenis vitamin yaitu vitamin yang dapat larut dalam air dan vitamin

yang dapat laut dalam lemak. Vitamin yang dapat larut dalam air diantarana

adalah tiamin, riboflavin, niasin, piridoksin, asam pentotenat, asam folat, blotin,

sianokobalin, kolin dan vitamin C. sedangkan vitamin yang dapat larut dalam

lemak adalah vitamin A, vitamin D, vitamin C, dan vitamin K (Maryam, 2016).

Vitamin A merupakan vitamin yang diperlukan oleh tubuh dalam pengelihatan,

sistem imun, dalan pertumbuhan. Vitamin A dapat mebantu dalam pertumbuhan

tulang (Cosman, 2009). Vitamin A banyak ditemukan pada bahan makan yang

berlemak, dan di bahan makanan yang berwarna kuning atau hijau seperti, wortel,

ubi alae dan waluh yang banyak mengandung karoten. Bahan makan vitamin A

biasanya stabil dengan panas, asam alkali dan mudah teroksidasi oleh udara, serta

akan mudah rusak jika dipanaskan dengan suhu yang tinggi besama dengan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

42

udara, sinar, dan lemak yang telah rusak. Kelebihan vitamin A juga akan

menyebabkan dampak seperti sakit kepala, dan dapat menghambat pertumbuhan

tulang (Maryam, 2016).

e. Kalsium

Kalsium didalam tubuh memegang peranan yang sangatlah penting. Tidak hanya

dalam pembentukan tulang dan gigi, tetapi kalsium didalam tubuh juga berperan

untuk proses fisiologis dan biokimia. Seperti dalam proses pembekuan darah,

sebagai perangsang saraf dan otot, meningkatkan dan menjaga keseimbangan

fungsi membrane sel, dan mengaktifkan sekresi enzim dan hormone. Kandungan

kalsium didalam tubuh adalah seita 22 gr per berat badan. 90% kalsium didalam

tubuh terdapat pada gigi dan tulang (Maryam, 2016).

Kalsium juga sangatlah penting dalam masa pertumbuhan anak. karena jika

kekurangan kalsium pada tubuh akan menyebabkan gangguan pertumbuhan,

tulang menjadi tidak kuat, rapuh dan mudah bengkok. Hal ini dapat dicegah

mulai dari dini yaitu dengan mengonsumsi makanan yang megandung kalsium

didalam nya (Maryam, 2016).

f. Fosfor

Fosfor adalah bagian senyawa tertinggi dari energy dalam ATP untuk digunakan

sebagai suplai energi dalam aktivitas seluler. Fosfor sangat berpengaruh didalam

metabolisme pada jaringan, dan hampir sebagaian bahan makanan mengandung

fosfor didalamnya. Bahan makanan yang banyak mengandung fosfor diantaranya

adalah makanan yang kaya akan protein seperti daging, ayam, telur, serealia, susu

dan segala olahannya, kacang-kacngan dan segala olahannya. Selain itu fosfor

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

43

juga bisa terdapat pada bahan makanan , kacang hiau, kelapa, tahu, jagung, beras

setengah giling, tepung terigu, roti putih, biskuit, kentang, ketela pohon, gula

merah, bayam, daun singkong, wortel, pisang ambon, dan mie kering (Maryam,

2016).

Kekurangan fosfor pada individu jarang terjadi, karena forfor terkandung di

hampir semua bahan makanan. Sesorang individu yang mengalami kekurangan

fosfor akan berdampak pada kerusakan tulang. Gejala yang akan muncul akibat

dari kekurangan forsof ini adalah rasa lelah, nafsu makan yang menurun, serta

penurunan kekuatan tulang. Pada bayi yang lahir dengan keadaan premature akan

membutuhkan fosfor yang lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang normal

karena cepatnya pertumuhan tulang, sehingga tidak jarang bayi yang lahir dengan

premature mengalami kekurangan gizi dan tidak cukup hanya dengan pemberian

ASI (Maryam, 2016).

2.2.3.2 Gizi seimbang untuk anak balita

Gizi seimbang adalah pemenuhan gizi dalam setiap harinya. Pemenuhan

gizi yang seimbang ini disesuaikan dengan kebutuhan tubuh, dan memperhatikan

prinsip keanekaragaman pangan, aktivitas fisik, perilaku hidup sehat dan

mempertahankan berat badan normal dan dapat mencegah terjadinya masalah

gizi. Kebutuhan gizi seimbang untuk anak 2-5 tahun akan meningkat karena

pada usia ini anak mengalami pertumbuhan yang cepat dan aktivias fisik yang

tinggi. Pada usia ini juga anak sudah mempunyai pilihan tersendiri untuk masalah

makanan yang disukai. Oleh karena itu orang tua atau pengasuh haruslah selalu

memperhatikan jumlah dan variasi makanan yang diberikan kepada anak, dan

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

44

untuk memenuhi kebutuhan gizi, anak dianjurkan makan secara teratur 3 kali

dalam sehari yaitu pagi, siang dan malam. Hal ini menghindarkan atau

mengurangi anak mengonsumsi makanan yang tidak sehat dan bergizi.

Disamping itu pada usia ini anak juga sudah sering bermain diluar rumah yang

dapat membuat anak mudah terkena penyakit infeksi atau cacingan, sehingga

anak juga perlu untuk diajarkan perilaku hidup sehat (Kemenkes, 2014).

Ada dua panduan pangan (food guide) yang digunakan sebagai pedoman

dalam memenuhi kebutuhan gizi seimbang yaitu:

1. Tumpeng gizi seimbang (TGS) merupakan panduan dengan bentuk piramida

yang memiliki empat lapisan berurutan dari bawah dan semakin keatas semakin

kecil. Empat lapisan ini artinya adalah gizi seimbang yang didasarkan pada empat

prinsip pilar yaitu beragam pangan, aktivitas fisik, kebersihan diri dan lingkungan,

dan berat badan. Semakin keatas ukuran tumpeng semakin kecil yang berarti

makanan yang paling atas diperlukan sedikit atau dibatasi. Digambar tumpeng

gizi seimbang juga sudah di cantumkan porsinya, selain itu juga dicantumka

aktivitas fisik yang minimal dilakukan 3 kali seminggu, memantau berat badan

dan mencuci tangan menggunakan air mengalir (Kemenkes, 2014).

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

45

Gambar 2. 2 Tumpeng gizi seimbang Sumber : (Kemenkes, 2014)

2) Piring makananku: sajian sekali makan, ini merupakan panduan yang

menunjukkan sajian makan dan minum dalam sekali makan. Panduan ini

mengacu pada anjuran untuk makan sehat, dimana 50% atau setengah makanan

terdiri makanan pokok dan lauk, dan 50% terdiri dari sayuran dan buah. Dan

setiap makan dianjurkan untuk minum air putih baik sebelum, saat atau sesudah

makan sesuai dengan kebutuhan (Kemenkes, 2014).

Gambar 2. 3 Panduan Piring Makananku Sumber: (Kemenkes, 2014)

2.2.3.3 Kekurangan Gizi Untuk Balita

Kekurangan gizi pada anak sering diabaikan oleh orang tua maupun oleh

pengasuh. Karena gejala awal dari kekurangan gizi pada anak adalah penurunan nafsu

makan dan anak sulit makan, tetapi hal ini tidaklah dianggap masalah yang besar oleh

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Stunting …eprints.umm.ac.id/47477/3/BAB II.pdf10 (Berat Badan Lahir Rendah), pemberian ASI eksklusif, penyakit infeksi, dan faktor genetik. Sedangkan

46

orang tua maupun pengasuh. Padahal jika hal ini terus menerus berlanjut maka akan

menyebabkan penurunan berat badan anak. Karena pada anak idealnya setiap bulan

mengalami kenaikan berat badan sebesar 500 gram, tetapi pada anak yang mengalami

sulit makan dan berlanjut berat badan anak akan meningkat sebesar 200 gram per bulan

(Ratufelan, Zainuddin, & Junaid, 2018).

Kekurangan gizi pada balita dapat menyebabkan pada kerusakan ireversibel

(tidak dapat dipulihkan). Salah satu dampak kekurangan gizi yang berkepanjangan pada

balita adalah terjadinya ukuran tubuh yang pendek (stunting). Dan akan menyebabkan hal

yang lebih fatal lagi karena dapat berakibat pada perkembangan otak anak, karena

perkembangan otak anak mengalami pertumbuhan yang pesat pada umur 30 minggu

sampai 18 bulan (Maryam, 2016). Selain itu juga akan menyebabkan anak tampak apatis,

gangguan berbicara, menurunkan kemampuan kognitif, penuruan nilai IQ, gangguan

pemusatan perhatian, dan rasa kepercayaan diri menurun (Ratufelan et al., 2018).