bab ii tinjauan pustaka 2.1 konsep tumbuh kembang … ii.pdf · sudah mempersiapkan diri untuk...

39
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Tumbuh Kembang Anak 2.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut : Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013). Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).

Upload: ngothuan

Post on 03-Mar-2018

220 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 11

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Konsep Tumbuh Kembang Anak

    2.1.1 Pengertian Tumbuh Kembang

    Secara alamiah, setiap individu hidup akan melalui tahap pertumbuhan dan

    perkembangan, yaitu sejak embrio sampai akhir hayatnya mengalami perubahan

    ke arah peningkatan baik secara ukuran maupun secara perkembangan. Istilah

    tumbuh kembang mencakup dua peristiwa yang sifatnya saling berbeda tetapi

    saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

    Pengertian mengenai pertumbuhan dan perkembangan adalah sebagai berikut :

    Pertumbuhan adalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi tingkat

    sel organ, maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pon,

    kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang, dan keseimbangan metabolik

    (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Adriana, 2013).

    Perkembangan (development) adalah bertambahnya skill (kemampuan) dalam

    struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat

    diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya

    proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem

    organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat

    memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan

    tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya (Soetjiningsih, 2012).

  • 12

    Pertumbuhan dan perkembangan secara fisik dapat berupa perubahan ukuran

    besar kecilnya fungsi organ mulai dari tingkat sel hingga perubahan organ tubuh.

    Pertumbuhan dan perkembangan kognitif anak dapat dilihat dari kemampuan

    secara simbolik maupun abstrak, seperti berbicara, bermain, berhitung, membaca,

    dan lain-lain.

    2.1.2 Tahap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

    Tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak dapat ditentukan oleh masa atau

    waktu kehidupan anak. Menurut Hidayat (2008) secara umum terdiri atas masa

    prenatal dan masa postnatal.

    1. Masa prenatal

    Masa prenatal terdiri atas dua fase, yaitu fase embrio dan fase fetus. Pada masa

    embrio, pertumbuhan dapat diawali mulai dari konsepsi hingga 8 minggu

    pertama yang dapat terjadi perubahan yang cepat dari ovum menjadi suatu

    organisme dan terbentuknya manusia. Pada fase fetus terjadi sejak usia 9

    minggu hingga kelahiran, sedangkan minggu ke-12 sampai ke-40 terjadi

    peningkatan fungsi organ, yaitu bertambah ukuran panjang dan berat badan

    terutama pertumbuhan serta penambahan jaringan subkutan dan jaringan otot.

    2. Masa postnatal

    Terdiri atas masa neonatus, masa bayi, masa usia prasekolah, masa sekolah,

    dan masa remaja.

  • 13

    a. Masa neonatus

    Pertumbuhan dan perkembangan post natal setelah lahir diawali dengan

    masa neonatus (0-28 hari). Pada masa ini terjadi kehidupan yang baru di

    dalam ekstrauteri, yaitu adanya proses adaptasi semua sistem organ tubuh.

    b. Masa bayi

    Masa bayi dibagi menjadi dua tahap perkembangan. Tahap pertama (antara

    usia 1-12 bulan): pertumbuhan dan perkembangan pada masa ini dapat

    berlangsung secara terus menerus, khususnya dalam peningkatan sususan

    saraf. Tahap kedua (usia 1-2 tahun): kecepatan pertumbuhan pada masa ini

    mulai menurun dan terdapat percepatan pada perkembangan motorik.

    c. Masa usia prasekolah

    Perkembangan pada masa ini dapat berlangsung stabil dan masih terjadi

    peningkatan pertumbuhan dan perkembangan, khususnya pada aktivitas

    fisik dan kemampuan kognitif. Menurut teori Erikson (dalam Nursalam,

    2005), pada usia prasekolah anak berada pada fase inisiatif vs rasa bersalah

    (initiative vs guilty). Pada masa ini, rasa ingin tahu (courius) dan adanya

    imajinasi anak berkembang, sehingga anak banyak bertanya mengenai

    segala sesuatu di sekelilingnya yang tidak diketahuinya. Apabila orang tua

    mematikan inisiatifnya maka hal tersebut membuat anak merasa bersalah.

    Sedangkan menurut teori Sigmund Freud, anak berada pada fase phalik,

    dimana anak mulai mengenal perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-

    laki. Anak juga akan mengidentifikasi figur atau perilaku kedua orang

  • 14

    tuanya sehingga kecenderungan untuk meniru tingkah laku orang dewasa

    disekitarnya.

    Pada masa usia prasekolah anak mengalami proses perubahan dalam pola

    makan dimana pada umunya anak mengalami kesulitan untuk makan.

    Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian dan

    perkembangan kognitif sudah mulai menunjukkan perkembangan, anak

    sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah (Hidayat, 2008).

    d. Masa sekolah

    Perkembangan masa sekolah ini lebih cepat dalam kemampuan fisik dan

    kognitif dibandingkan dengan masa usia prasekolah.

    e. Masa remaja

    Pada tahap perkembangan remaja terjadi perbedaan pada perempuan dan

    laki-laki. Pada umumnya wanita 2 tahun lebih cepat untuk masuk ke dalam

    tahap remaja/pubertas dibandingkan dengan anak laki-laki dan

    perkembangan ini ditunjukkan pada perkembangan pubertas.

    2.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

    Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak menurut

    Adriana, 2013 adalah

    1. Faktor internal

    Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang berpengaruh pada tumbuh

    kembang anak, yaitu

  • 15

    a. Ras/etnik atau bangsa

    Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika tidak memiliki faktor

    herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya.

    b. Keluarga

    Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,

    gemuk, atau kurus.

    c. Umur

    Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun

    pertama kehidupan, dan pada masa remaja.

    d. Jenis kelamin

    Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada

    laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak

    laki-laki akan lebih cepat.

    e. Genetik

    Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak

    yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang

    berpengaruh pada tumbuh kembang anak, contohnya seperti kerdil.

    f. Kelainan kromosom

    Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan

    seperti pada sindroma Downs dan sindroma Turners.

    g. Faktor eksternal

    Berikut ini adalah faktor-faktor eksternal yang berpengaruh pada tumbuh

    kembang anak.

  • 16

    1) Faktor prenatal

    a) Gizi

    Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan

    memengaruhi pertumbuhan janin.

    b) Mekanis

    Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital

    seperti club foot.

    c) Toksin/zat kimia

    Beberapa obat-obatan seperti Aminopterin atau Thalidomid dapat

    menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis.

    d) Endokrin

    Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali,

    dan hyperplasia adrenal.

    e) Radiasi

    Paparan radiasi dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan

    pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan

    deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, serta kelainan

    jantung.

    f) Infeksi

    Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH

    (Toksoplasma, Rubella, Citomegali virus, Herpes simpleks) dapat

    menyebabkan kelainan pada janin seperti katarak, bisu tuli,

    mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital.

  • 17

    g) Kelainan imunologi

    Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah

    antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibody terhadap sel

    darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk ke dalam

    peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolysis yang

    selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kerniktus yang

    akan menyebabkan kerusakan jaringan otak.

    h) Anoksia embrio

    Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta

    menyebabkan pertumbuhan terganggu.

    i) Psikologi ibu

    Kehamilan yang tidak diinginkan serta perlakuan salah atau

    kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain.

    2) Faktor persalinan

    Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat

    menyebabkan kerusakan jaringan otak

    3) Faktor pasca persalinan

    a) Gizi

    Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat.

    b) Penyakit kronis atau kelainan kongenital

    Tuberculosis, anemia, dan kelainan jantung bawaan mengakibatkan

    retardasi pertumbuhan jasmani.

  • 18

    c) Lingkungan fisik dan kimia

    Lingkungan yang sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut

    hidup berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider).

    Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari,

    paparan sinar radioaktif dan zat kimia tertentu (Pb, Merkuri, rokok,

    dan lain-lain) mempunyai dampak yang negatif terhadap

    pertumbuhan anak.

    d) Psikologis

    Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak

    dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa

    tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan

    perkembangan.

    e) Endokrin

    Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid, akan

    menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan.

    f) Sosioekonomi

    Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan serta

    kesehatan lingkungan yang jelek dan tidaktahuan, hal tesebut

    menghambat pertumbuhan anak.

    g) Lingkungan pengasuhan

    Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat

    memengaruhi tumbuh kembang anak.

  • 19

    h) Stimulasi

    Perkembangan memerlukan rangsangan atau stimulasi, khususnya

    dalam keluarga, misalnya penyediaan mainan, sosialisasi anak, serta

    keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak.

    i) Obat-obatan

    Pemakaian kortikosteroid jangka panjang akan menghambat

    pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang

    terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi

    hormon pertumbuhan.

    2.1.4 Aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

    Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2009) menyebutkan aspek-aspek

    perkembangan yang dapat dipantau meliputi gerak kasar, gerak halus, kemampuan

    bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian.

    1. Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan

    kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan

    otot-otot besar, seperti duduk, berdiri, dan sebagainya.

    2. Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan

    kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh

    tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang

    cermat seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis dan sebagainya.

    3. Kemampuan bicara dan bahasa adalah aspek yang berhubungan dengan

    kemampuan untuk memberikan respons terhadap suara, berbicara,

    berkomunikasi, mengikuti perintah dan sebagainya.

  • 20

    4. Sosialisasi dan kemandirian adalah aspek yang berhubungan dengan

    kemampuan mandiri anak (makan sendiri, membereskan mainan selesai

    bermain), berpisah dengan ibu/pengasuh anak, bersosialisasi dan berinteraksi

    dengan lingkungannya, dan sebagainya.

    2.2 Konsep Anak Usia prasekolah

    2.2.1 Pengertian Anak Usia prasekolah

    Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan

    perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa

    pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia

    bermain/toddler (1-2,5 tahun), usia prasekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun)

    hingga remaja (11-18 tahun). Anak dari usia 1 sampai 5 atau 6 tahun menguatkan

    rasa identitas jender dan mulai membedakan perilaku sesuai jenis kelamin yang

    didefinisikan secara sosial serta mengamati perilaku orang dewasa, mulai untuk

    menirukan tindakan orangtua yang berjenis kelamin sama, dan mempertahankan

    atau memodifikasi perilaku yang didasarkan pada umpan balik orangtua (Potter &

    Perry, 2005)

    Anak usia prasekolah adalah anak usia 3-5 tahun saat dimana sebagian besar

    sistem tubuh telah matur dan stabil serta dapat menyesuaikan diri dengan stres dan

    perubahan yang moderat (Wong, 2008). Anak usia prasekolah merupakan masa

    kanak-kanak awal, yaitu berada pada usia tiga sampai enam tahun (Potter & Perry,

    2005). Anak usia prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam

    potensi. Potensi- potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak

  • 21

    tersebut berkembang secara optimal. Di usia ini anak mengalami banyak

    perubahan baik fisik dan mental, dengan karakteristik sebagai berikut,

    berkembangnya konsep diri, munculnya egosentris, rasa ingin tahu, imajinasi,

    belajar menimbang rasa, munculnya kontrol internal (tubuh), belajar dari

    lingkungannya, berkembangnya cara berfikir, berkembangnya kemampuan

    berbahasa, dan munculnya perilaku (Wong, 2008).

    2.2.2 Ciri-Ciri Anak Usia Prasekolah

    Snowman (dalam Patmonodewo, 2008) mengemukakan ciri-ciri anak usia

    prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya berada di Taman Kanak-Kanak. Ciri-ciri

    yang dikemukakan meliputi aspek fisik, sosial, emosi dan kognitif anak.

    1. Ciri fisik

    Anak usia prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka memiliki penguasaan

    (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat suka melakukan kegiatan yang

    dilakukan sendiri. Setelah melakukan berbagai kegiatan, anak usia prasekolah

    membutuhkan istirahat yang cukup. Otot-otot besar pada anak usia prasekolah

    lebih berkembang dari kontrol terhadap jari dan tangan. Oleh karena itu,

    mereka biasanya belum terampil dalam melakukan kegiatan yang agak rumit

    seperti mengikat tali sepatu. Anak usia prasekolah juga sering mengalami

    kesulitan apabila harus memfokuskan perhatiannya pada objek-objek yang

    kecil ukurannya. Walaupun tubuh anak ini lentur, tetapi tengkorak kepala

    mereka masih lunak. Selain itu, walaupun anak laki-laki lebih besar, akan

    tetapi anak perempuan lebih terampil dalam tugas yang praktis.

  • 22

    2. Ciri sosial

    Umumnya pada tahap ini mereka mempunyai satu atau dua sahabat, tetapi

    sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan tidak

    terlalu terorganisir dengan baik. Anak yang lebih muda sering kali bermain

    bersebelahan dengan anak yang lebih tua. Selain itu permainan mereka juga

    bervariasi sesuai dengan kelas sosial dan gender. Sering terjadi perselisihan

    tetapi kemudian berbaikan kembali. Pada anak usia prasekolah juga sudah

    menyadari peran jenis kelamin dan sextyping.

    3. Ciri emosional

    Anak usia prasekolah cenderung mengekspresikan perasaan secara bebas dan

    terbuka. Iri hati juga sering terjadi diantara mereka dan anak usia prasekolah

    pada umumnya sering kali merebut perhatian guru.

    4. Ciri kognitif

    Anak usia prasekolah umumnya sudah terampil dalam berbahasa. Kompetensi

    anak juga perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,

    memahami dan kasih sayang.

    2.2.3 Karakteristik Anak Usia Prasekolah

    1. Perkembangan Motorik

    Pada saat anak mencapai tahapan usia prasekolah (4-6 tahun) ada ciri yang

    jelas berbeda antara anak usia bayi dan anak usia prasekolah. Perbedaannya

    terletak dalam penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang badan dan

    keterampilan yang mereka miliki. Bertambahnya usia, perbandingan antar

    bagian tubuh akan berubah. Gerakan anak usia prasekolah lebih terkendali dan

  • 23

    terorganisasi dalam pola-pola. Perkembangan lain yang terjadi pada anak usia

    prasekolah , umumnya ialah jumlah gigi yang tumbuh mencapai 20 buah. Gigi

    susu akan tanggal pada akhir masa usia prasekolah. Gigi yang permanen tidak

    akan tumbuh sebelum anak berusia 6 tahun. Otot dan sistem tulang akan terus

    berkembang sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka telah

    mencapai ukuran orang dewasa pada saat anak mencapai usia prasekolah.

    Perkembangan motorik terbagi dua yaitu motorik halus dan motorik kasar.

    Motorik kasar merupakan gerakan yang terjadi karena adanya koordinasi otot-

    otot besar, seperti ; berjalan, melompat, berlari, melempar dan naik. Motorik

    halus berkaitan dengan gerakan yang menggunakan otot halus, seperti ;

    menggambar, menggunting, melipat kertas, meronce, dan lain sebagainya.

    2. Perkembangan Kognitif

    Kognitif seringkali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif adalah

    pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi kognitif

    merupakan tingkah laku-tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh

    pengetahuan. Perkembangan kognitif menunjukkan perkembangan dari cara

    anak berpikir. Kemampuan anak untuk mengkoordinasikan berbagai cara

    berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah dapat dipergunakan sebagai

    tolok ukur pertumbuhan kecerdasan. Piaget (Patmonodewo, 2008)

    menjelaskan perkembangan kognitif terdiri dari empat tahapan perkembangan

    yaitu tahapan sensorimotor, tahapan praoperasional, tahapan kongkret

    operasionaldan tahapan formal operasional

  • 24

    3. Perkembangan Bahasa

    Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya berupa bicara, dapat diwujudkan

    dengan tanda isyarat tangan atau anggota tubuh lainnya yang memiliki aturan

    sendiri yang berkembang menjadi komunikasi melalui ujaran yang tepat dan

    jelas. Dalam membicarakan perkembangan bahasa terdapat 3 butir yang perlu

    dibicarakan (Patmonodewo, 2008), yaitu:

    a. Ada perbedaan antara bahasa dan kemampuan berbicara. Bahasa biasanya

    dipahami sebagai sistem tata bahasa yang rumit dan bersifat semantik,

    sedangkan kemampuan bicara terdiri dari ungkapan dalam bentuk kata-

    kata. Walaupun bahasa dan kemampuan berbicara sangat dekat

    hubungannya tapi keduanya berbeda.

    b. Terdapat dua daerah pertumbuhan bahasa yaitu bahasa yang bersifat

    pengertian/reseptif (understanding) dan pernyataan/ekspresif (producing).

    Bahasa pengertian (misalnya mendengarkan dan membaca) menunjukkan

    kemampuan anak untuk memahami dan berlaku terhadap komunikasi yang

    ditujukan kepada anak tersebut. Bahasa ekspresif (bicara dan tulisan)

    menunjukkan ciptaan bahasa yang dikomunikasikan kepada orang lain.

    c. Komunikasi diri atau bicara dalam hati, juga harus dibahas. Anak akan

    berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal, pada saat

    merencanakan menyelesaikan masalah, dan menyerasikan gerakan mereka.

    Anak usia prasekolah biasanya telah mampu mengembangkan keterampilan

    bicara melalui percakapan yang dapat memikat orang lain. Mereka dapat

  • 25

    menggunakan bahasa dengan berbagai cara, antara lain dengan bertanya,

    melakukan dialog dan menyanyi.

    4. Perkembangan Psikososial

    Merupakan perkembangan yang membahas tentang perkembangan

    kepribadian manusia, khususnya yang berkaitan dengan emosi, motivasi dan

    perkembangan kepribadian.

    2.3 Perkembangan Bahasa Anak Usia Prasekolah

    2.3.1 Pengertian Bahasa

    Bahasa merupakan sarana komunikasi, maka segala yang berkaitan dengan

    komunikasi tidak lepas dari bahasa, seperti berpikir sistematis dalam menggapai

    ilmu pengetahuan. Dengan kata lain, tanpa memiliki kemampuan berbahasa,

    seseorang tidak dapat melakukan kegiatan berpikir secara sistematis dan teratur

    (Setiawan, 2007). Bahasa adalah bentuk aturan atau system lambang yang

    digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya

    yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa

    diekspresikan melalui bicara mengacu pada symbol verbal. Bahasa juga dapat

    mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau

    pantomime (Judarwanto, 2009). Bahasa mencakup segala bentuk komunikasi,

    baik yang digunakan dalam bentuk lisan, tulisan, bahasa isyarat, bahasa gerak

    tubuh, ekspresi wajah pantomime atau seni. Bahasa memiliki peranan penting

    dalam kehidupan seorang anak karena bahasa memiliki pengaruh yang besar

    terhadap komunikasi dan interaksi sosial, dan bahsa merupakan barometer yang

    kritis dari perkembangan kognitif maupun emosi (Hockenberry & Wilson, 2007).

  • 26

    Perkembangan bahasa selalu meningkat sesuai dengan meningkatnya usia anak

    (Yusuf, 2005).

    Laju perkembangan bahasa bervariasi dari satu anak ke anak lain dan berkaitan

    langsung dengan kompetensi neurologik dan perkembangan kognitif. Kebanyakan

    ahli di bidang perkembangan anak menggolongkan pertumbuhan dan perilaku

    anak ke dalam berbagai tahap usia atau istilah yang menggambarkan kelompok

    usia. Pengelompokkan ini merupakan cara yang baik untuk menjelaskan

    karakteristik mayoritas anak-anak saat periode munculnya perubahan

    perkembangan dan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapai.

    2.3.2 Tata Cara Melatih Perkembangan Bahasa Anak Usia Prasekolah

    Suyanto (2005) dalam Susanto (2011), melatih anak belajar bahasa dapat

    dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui berbagai setting berikut ini :

    1. Kegiatan bermain bersama, biasanya anak-anak secara otomatis

    berkomunikasi dengan temannya sambil bermain bersama.

    2. Cerita, baik mendengar cerita maupun menyuruh anak untuk bercerita.

    3. Bermain peran, seperti memerankan penjual dan pembeli,guru dan murid, atau

    orang tua dan anak.

    4. Bermain puppet dan boneka tangan yang dapat dimainkan dengan jari

    (fingerplay), anak berbicara mewakili boneka ini.

    5. Belajar dan bermain dalam kelompok (cooperative play dan cooperative

    learning).

  • 27

    2.3.3 Tugas-tugas Perkembangan Bahasa Anak Usia Prasekolah

    Dalam berbahasa anak dituntut untuk menuntaskan atau menguasai empat tugas

    pokok yang satu sama lainnya saling berkaitan (Yusuf, 2005). Keempat tugas

    pokok perkembangan bahasa adalah :

    1. Pemahaman

    Yaitu kemampuan memahami makna ucapan orang lain.

    2. Pengembangan perbendaharaan kata

    Perbendaharaan kata anak-anak berkembang dimulai secara lambat pada usia

    dua tahun pertama, kemudian mengalami tempo yang cepat pada usia

    prasekolah dan terus meningkat setelah anak masuk sekolah.

    3. Penyusunan kata-kata menjadi kalimat

    Kemampuan menyusun kata-kata menjadi kalimat pada umumnya

    berkembang sebelum usia 2 tahun. Bentuk kalimat pertama kalimat tunggal

    (kalimat satu kata) dengan disertai gesture (bahasa tubuh) untuk melengkapi

    cara berfikirnya.

    4. Ucapan

    Kemampuan mengucapkan kata-kata merupakan hasil belajar melalui imitasi

    (peniruan) terhadap suara-suara yang didengar anak dari orang lain (terutama

    orang tua). ejelasan ucapan itu baru tercapai pada usia sekitar 3 tahun. Hasil

    studi tentang suara dan kombinasi suara menunjukkan bahwa anak mengalami

    kemudahan dan kesulitan dalam huruf-huruf tertentu. Huruf yang mudah

    diucapkan yaitu huruf hidup (vokal) a, i, u, e, o dan huruf mati (konsonan) b,

  • 28

    m, n, p, dan t sedangkan yang sulit diucapkan adalah huruf mati tunggal: z, w,

    s, g, dan huruf rangkap (diftong): st, str, sk, dan dr.

    2.3.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa

    Carl Roger (dalam Setiawan, 2007) dan Yusuf (2005) mengatakan bahwa faktor

    yang mempengaruhi perkembangan bahasa yaitu :

    1. Faktor intelegensi

    Anak yang intelegensinya tinggi akan memperlihatkan superioritas linguistik,

    baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas.

    2. Faktor jenis kelamin

    Anak perempuan melebihi anak laki-laki dalam aspek bahasa. Namun,

    perbedaan jenis kelamin ini akan berkurang selaras dengan bergulirnya fase

    perkembangan dan bertambahnya usia, sehingga akhirnya perbedaan ini

    hilang.

    3. Faktor perkembangan motorik

    Kemungkinan tertundanya perkembangan bahasa atau keterlambatan

    merupakan hal yang lumrah pada saat anak mengalami perkembangan motorik

    dengan cepat.

    4. Faktor kondisi fisik

    Kondisi fisik berhubungan dengan perkembangan anak serta gangguan

    penyakit yang berpengaruh pada kelancaran kerja indera. Misalnya, anak

    cacat, atau anak yang kondisi fisiknya lemah.

  • 29

    5. Faktor kesehatan

    Kesehatan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi perkembangan

    bahasa anak, terutama pada usia awal kehidupannya. Apabila pada usia dua

    tahun pertama, anak mengalami sakit terus-terusan, maka anak tersebut

    cenderung akan mengalami kelambatan atau kesulitan dalam perkembangan

    bahasanya. Oleh karena itu, untuk memelihara perkembangan bahasa anak

    secara normal, orang tua perlu memperhatikan kondisi kesehatan anak. Upaya

    yang dapat ditempuh adalah dengan cara memberikan ASI, makanan yang

    bergizi, memelihara kebersihan tubuh anak atau secara tetap memeriksakan

    anak ke dokter atau puskesmas.

    6. Status sosial ekonomi keluarga

    Beberapa studi tentang hubungan antara perkembangan bahasa dengan status

    sosial ekonomi keluarga menunjukkan bahwa anak yang berasal dari keluarga

    miskin mengalami kelambatan dalam perkembangan bahasanya dibandingkan

    dengan anak yang berasal dari keluarga yang lebih baik. Kondisi ini terjadi

    mungkin disebabkan oleh perbedaan kecerdasan dan kesempatan belajar

    (keluarga miskin diduga kurang memperhatikan perkembangan bahasa

    anaknya), atau kedua-duanya.

    7. Hubungan keluarga

    Hubungan ini dimaknai sebagai proses pengalaman berinteraksi dan

    berkomunikasi dengan lingkungan keluarga, terutama dengan orang tua yang

    mengajar, melatih, dan memberikan contoh berbahasa kepada anak. Hubungan

    yang sehat antara orang tua dan anak (penuh perhatian dan kasih sayang dari

  • 30

    orang tuanya) memfasilitasi perkembangan bahasa anak, sedangkan hubungan

    yang tidak sehat mengakibatkan anak akan mengalami kesulitan atau

    kelambatan dalam perkembangan bahasanya.

    2.3.5 Penyebab terjadinya Hambatan Perkembangan Bahasa pada Anak

    Usia Prasekolah

    Penyebab hambatan bicara dan bahasa bermacam-macam, melibatkan faktor yang

    saling mempengaruhi seperti lingkungan, kemampuan pendengaran, fungsi saraf,

    emosi psikologis, dan lain sebagainya (Soetjiningsih, 2012).

  • 31

    Tabel 1. Penyebab Gangguan Bicara dan Bahasa Pada Anak

    No Penyebab Efek pada Perkembangan Bicara

    1 Lingkungan

    a. Sosial ekonomi keluarga b. Tekanan keluarga c. Keluarga bisu d. Di rumah menggunakan bahasa

    bilingual

    a. Terlambat b. Gagap c. Terlambat pemerolehan bahasa d. Terlambat pemerolehan struktur bahasa

    2 Emosi (Psychosocial deprivation)

    a. Ibu yang tertekan b. Gangguan serius pada orang tua

    c. Gangguan serius pada anak

    a. Terlambat pemerolehan bahasa b. Terlambat atau gangguan perkembangan

    bahasa

    c. Terlambat atau gangguan perkembangan bahasa

    3 Masalah pendengaran

    a. Kongenital

    b. Didapat

    a. Terlambat/gangguan bicara yang permanen

    b. Terlambat/gangguan bicara yang permanen

    4 Perkembangan terlambat (maturation

    delay)

    a. Perkembangan lambat b. Perkembangan lambat, tetapi

    masih dalam batas rata-rata

    c. Retardasi mental

    a. Terlambat bicara b. Terlambat bicara

    c. Pasti terlambat bicara

    5 Cacat bawaan

    a. Palatoschizis

    b. Sindrom down

    a. Terlambat dan gangguan kemampuan bicara

    b. Kemampuan bicaranya rendah

    6 Kerusakan otak

    a. Kelainan neuromuscular

    b. Kelainan sensorimotor

    c. Palsi serebral

    d. Kelainan persepsi

    a. Memengaruhi kemampuan mengisap, menelan, menguyah dan akhirnya timbul

    gangguan biacar dan artikulasi

    b. Memengaruhi kemampuan mengisap, menelan, menguyah dan akhirnya timbul

    gangguan biacar dan artikulasi seperti

    dispraksia

    c. Berpengaruh pada pernafasan, makan dan timbul juga masalah artikulasi yang dapat

    mengakibatkan disartia dan dispraksia

    d. Kesulitan membedakan suara, mengerti bahasa, simbolisasi, mengenai konsep,

    akhirnya menimbulkan kesulitan belajar di

    sekolah

    Sumber : Graham M.J Communicate disorders. Dalam: Levine et al, penyunting. Developmental

    Behavioral Pediatric.Edisi ke-1. Philadelphia: Saunders. 1983. h 847-864

  • 32

    2.3.6 Perkembangan Bahasa Anak Usia Prasekolah

    Adriana (2013) memaparkan bahwa perkembangan bahasa anak usia prasekolah

    umur lima tahun yaitu :

    - Mempunyai perbendaharaan sampai 2100 kata

    - Menggunakan kalimat dengan 6-8 kata

    - Menyebutkan 4 atau lebih warna

    - Menggambar atau melukis dengan banyak komentar dan menyebutkan satu

    persatu

    - Mengetahui nama-nama hari dalam seminggu, bulan, dan kata yang

    berhubungan dengan waktu lainnya

    - Dapat mengikuti tiga perintah sekaligus.

    Ciri khas perkembangan bahasa anak usia prasekolah menurut Dewi (2005)

    adalah:

    1) Terjadi perkembangan yang cepat dalam kemampuan bahasa anak. Anak

    dapat menggunakan kalimat dengan baik dan benar.

    2) Telah menguasai 90% dari fonem (satuan bunyi terkecil yang membedakan

    kata seperti kemampuan untuk merangkaikan bunyi yang didengarnya menjadi

    satu kata yang mengandung arti contohnya i, b, u menjadi ibu) dan sintaksis

    (tata bahasa, misal saya memberi makan ikan bukan ikan saya makan beri)

    bahasa yang digunakan.

    3) Dapat berpartisipasi dalam suatu percakapan. Anak sudah dapat

    mendengarkan orang lain berbicara dan menanggapi pembicaraan tersebut.

    4) Sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosakata.

  • 33

    5) Lingkup kosakata yang dapat diucapkan anak meliputi warna, ukuran, bentuk,

    rasa, aroma, keindahan, kecepatan, suhu, perbedaan, perbandingan, jarak,

    permukaan (kasar dan halus)

    6) Mampu menjadi pendengar yang baik.

    7) Percakapan yang dilakukan telah menyangkut berbagai komentar terhadap apa

    yang dilakukan oleh dirinya sendiri dan orang lain, serta apa yang dilihatnya.

    8) Sudah dapat melakukan ekspresi diri, menulis, membaca bahkan berpuisi.

    2.3.7 Cara Mengukur Perkembangan Bahasa pada Anak Usia Prasekolah

    Cara mengukur perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah dalam penelitian

    ini adalah dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi adalah

    lembar kerja yang berfungsi untuk mengobservasi dan mengukur tingkat

    keberhasilan atau ketercapaian tujuan pembelajaran pada kegiatan belajar

    mengajar dikelas. Isi dari lembar observasi mengacu dari DDST II yang

    mencakup anak usia prasekolah 4 - 5 tahun. DDST adalah sebuah metode

    pengkajian yang digunakan untuk menilai perkembangan anak umur 0-6 tahun.

    DDST memenuhi semua persyaratan yang dapat diandalkan dan menunjukkan

    validitas yang tinggi. DDST II merupakan revisi dan standarisasi dari DDST dan

    Revised DDST Development Screening Test (DDST-R) oleh Frakenburg, revisi ini

    terutama tugas perkembangan pada sektor bahasa (Soetjiningsih, 2012).

    1. Deskripsi DDST II

    DDST adalah sebuah metode pengkajian yang digunakan untuk menilai

    perkembangan anak umur 0-6 tahun. Formulir DDST II terdiri atas satu

  • 34

    lembar kertas dimana halaman depan berisi tentang tes dan halaman belakang

    berisi tentang petunjuk pelaksanaannya.

    a. Pada halaman depan terdapat skalam umur dalam bulan dan tahun pada garis

    horizontal atas dan bawah.

    1) Umur dimulai dari 0-6 tahun.

    2) Pada umur 0-2 bulan, jarak antara 2 tanda (garis tegak kecil) adalah 1

    bulan.

    3) Setelah umur 24 bulan, jarak antara 2 tanda adalah 3 bulan.

    b. Pada halaman depan kiri atas terdapat neraca umur yang menunjukkan 25%,

    50%, 75%, dan 90%.

    c. Pada kanan bawah terdapat kotak kecil berisi tes perilaku. Tes perilaku ini

    dapat digunakan untuk membandingkan perilaku anak selama tes dengan

    perilaku sebenarnya.

    d. Pada bagian tengah berisi 125 item yang digambarkan dalam neraca umur

    25%, 50%, 75%, dan 90% dari seluruh sampel standar anak normal yang

    dapat melaksanakan tugas tersebut.

    2. Manfaat DDST

    Manfaat DDST bergantung pada umur anak. DDST II dapat digunakan untuk

    berbagai tujuan sebagai berikut :

    a. Menilai tingkat perkembangan anak sesuai dengan umurnya.

    b. Menilai tingkat perkembangan anak yang tampak sehat.

    c. Menilai tingkat perkembangan anak yang tidak menunjukkan gejala

    kemungkinan adanya kelainan perkembangan (Adriana, 2013).

  • 35

    3. Prosedur DDST II

    Prosedur DDST II dilakukan melalui dua tahap, yaitu sebagai berikut :

    a. Tahap I : secara periodic dilakukan pada anak yang berumur 3-6 bulan, 9-

    12 bulan, 18-24 bulan, 3 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun.

    b. Tahap II : dilakukan pada anak yang dicurigai mengalami hambatan

    perkembangan pada tahap I, kemudian dilakukan evaluasi diagnostic yang

    lengkap.

    4. Penentuan umur

    Menentukan umur menggunakan patokan sebagai berikut.

    a. 1 bulan = 30-31 hari.

    b. 1 tahun = 12 bulan

    c. Umur kurang dari 15 hari dibulatkan ke bawah.

    d. Umur lebih dari atau sama dengan 15 hari dibulatkan ke atas.

    e. Apabila anak lahir prematur maka dilakukan pengurangan umur, misalnya

    prematur 6 minggu maka dikurangi 1 bulan 2 minggu.

    f. Apabila anak lahir maju atau mundur 2 minggu, tidak dilakukan

    penyesuaian umur.

    5. Pelaksanaan tes

    Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

    a. Semua item harus diujikan dengan prosedur yang sudah terstandarisasi.

    b. Perlu kerja sama aktif dari anak sebab anak harus merasa tenang, aman,

    senang, dan sehat.

    c. Harus terbina kerja sama yang baik antara kedua belah pihak.

  • 36

    d. Tersedianya ruangan yang cukup luas, ventilasi baik, dan berikan kesan

    santai dan menyenangkan.

    e. Orang tua harus tahu tes ini bukan tes IQ melainkan tes untuk melihat

    perkembangan anak secara keseluruhan.

    6. Skoring penelitian item test

    Pemberian skor untuk setiap item peneliti memiliki ketentuan sebagai berikut :

    a. L = Lulus/Lewat (P = Pass).

    Anak dapat melakukan item dengan baik atau orang tua/pengasuh

    melaporkan secara terpercaya bahwa anak dapat menyelesaikan item

    tersebut.

    b. G = Gagal (F = Fail).

    Anak tidak dapat melakukan item dengan baik atau orangtua/pengasuh

    melaporkan secara terpercaya bahwa anak tidak dapat melakukan dengan

    baik.

    c. M = Menolak (R = Refusal).

    Anak menolak untuk melakukan tes oleh karena faktor sesaat, misalnya

    lelah, menangis, mengantuk.

    2.3.8 Intepretasi Nilai

    a. Penilaian per item

    1. Advanced

    Apabila anak lulus pada uji coba item yang terletak disebelah kanan garis

    umur

  • 37

    2. Normal

    Gagal/menolak tugas pada item yang ada dikanan garis umur dan lulus atau

    gagal atau menolak pada item dimana garis umur terletak di antara 25-75%.

    3. Peringatan

    Gagal atau menolak pada item dalam garis umur yang berada di antara 75-

    90%.

    4. Keterlambatan

    Bila gagal/menolak pada item yang berada di sebelah kiri garis umur.

    5. Tidak ada Kesempatan

    Pada item tes yang orang tuanya melaporkan bahwa anaknya tidak ada

    kesempatan untuk melakukan atau mencoba di skor sebagai TaK.

    b. Intepretasi tes DDST II

    1. Normal

    a. Tidak ada delayed (keterlambatan).

    b. Paling banyak 1 caution (peringatan).

    c. Lakukan ulangan pemeriksaan pada kontrol berikutnya.

    2. Suspect

    a. Terdapat 2 atau lebih caution (peringatan).

    b. Dan/atau terdapat 1 atau lebih delayed (keterlambatan).

    c. Dalam hal ini delayed (terlambat) atau caution (peringatan) harus

    disebabkan oleh kegagalan/fail, bukan oleh penolakan/ refusal.

    d. Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian untuk menghilangkan faktor

    sesaat seperti rasa takut, sakit atau kelelahan.

  • 38

    3. Untestable (tidak dapat diuji)

    a. Terdapat 1 atau lebih skor delayed (terlambat).

    b. Dan/atau 2 atau lebih caution (peringatan).

    c. Dalam hal ini delayed atau caution harus disebabkan oleh penolakan

    (refusal), bukan oleh kegagalan.

    d. Lakukan uji ulang 1-2 minggu kemudian (Adriana, 2013).

    2.4 Konsep Terapi Bercerita

    2.4.1 Pengertian Bercerita

    Bercerita adalah salah satu terapi bermain yang merupakan aktivitas yang sangat

    sesuai dengan perkembangan emosi anak-anak Prasasti (2005). Bercerita adalah

    upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui

    pendengaran dan kemudian menuturkannya kembali dengan tujuan melatih

    ketrampilan anak dalam bercakap-cakap untuk menyampaikan ide dalam bentuk

    lisan (Mustakim, 2005). Bacrtiar (2005) menjelaskan bahwa bercerita adalah

    menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian

    dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan

    pengetahuan kepada orang lain Dengan kata lain bercerita adalah menuturkan

    sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau suatu kejadian secara lisan

    dalam upaya untuk mengembangkan potensi kemampuan berbahasa. Bercerita

    merupakan aktivitas yang menarik dan boleh digunakan dalam mata pelajaran

    bagi menghidupkan sesuatu pengajaran. Bercerita dapat meningkatkan

    kemampuan berpikir usia prasekolah terhadap pelajaran dan boleh merangsang

  • 39

    kanak-kanak melahirkan idea atau pendapat serta menjadikan pembelajaran

    sebagai suatu pengalaman yang berguna. Bercerita juga dapat dijadikan sebagai

    terapi. Terapi bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi

    anak Taman Kanak-kanak melalui cerita yang disampaikan secara lisan dengan

    menuturkan sesuatu yang mengisahkan tentang perbuatan atau sesuatu kejadian

    dan disampaikan secara lisan dengan tujuan membagikan pengalaman dan

    pengetahuan kepada orang lain (Moeslichatun, 2004; Bachtiar, 2005).

    2.4.2 Manfaat Bercerita

    Ditinjau dari beberapa aspek, manfaat bercerita menurut Musfiroh (2005) adalah

    untuk membantu pembentukan pribadi dan moral anak, menyalurkan kebutuhan

    imajinasi dan fantasi, memacu kemampuan verbal anak, merangsang minat

    menulis anak, merangsang minat baca anak, membuka cakrawala pengetahuan

    anak sedangkan menurut Bachtiar (2005), manfaat bercerita adalah dapat

    memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak

    mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya.

    Manfaat bercerita dengan kata lain adalah menyalurkan kebutuhan imajinasi dan

    fantasi sehingga dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak. Cerita juga

    dapat mengembangkan kemampuan berbahasa, yaitu melalui perbendaharaan kosa

    kata yang sering didengarnya. Semakin banyak kosa kata yang dikenalnya,

    semakin banyak juga konsep tentang sesuatu yang dikenalnya. Selain melalui kosa

    kata, kemampuan berbahasa ini juga dapat diasah melalui ketepatan berbahasa

    sesuai dengan suasana emosi, yaitu bagaimana berbahasa ketika suasana sedih,

  • 40

    mengharukan, membahagiakan, dan sebagainya. Cerita juga memiliki manfaat

    untuk melatih konsentrasi anak. Cerita dapat menjadi terapi bagi lemahnya

    konsentrasi anak. Melalui aktivitas bercerita, anak terbiasa untuk mendengar,

    menyimak mimik dan gerak si pencerita, atau memberi komentar di sela-sela

    bercerita. Sebagai sarana melatih konsentrasi, hal ini juga harus diimbangi oleh

    kemampuan si pencerita dalam menghidupkan cerita. Selain dengan cerita yang

    menarik dan penampilan yang ekspresif, si pencerita juga dapat melibatkan anak

    dalam aktivitas berceritanya, misalnya dengan memberi pertanyaan, berteriak,

    menirukan suara binatang, atau menirukan gerak. Jika hal ini sering dilakukan

    maka lambat laun konsentrasi anak pun menjadi terbentuk lebih stabil.

    2.4.3 Jenis Cerita

    Berdasarkan ciri-cirinya cerita dibagi menjadi 2, yaitu:

    1. Cerita lama

    Cerita lama pada umumnya mengisahkan kehidupan klasik yang mencerminkan

    srtruktur kehidupan manusia di zaman lama. Jenis-jenis cerita lama menurut Desy

    (dalam Taningsih, 2006) adalah sebagai berikut:

    a. Dongeng

    Dongeng adalah cerita tentang sesuatu yang tidak masuk akal, tidak benar

    terjadi dan bersifat fantastis atau khayal. Macam-macam dongeng adalah

    sebagai berikut:

  • 41

    1) Mite

    Adalah cerita atau dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan

    masyarakat setempat tentang adanya makhluk halus.

    2) Legenda

    Adalah dongeng tentang kejadian alam yang aneh dan ajaib.

    3) Fabel

    Adalah dongeng tentang kehidupan binatang yang diceritakan seperti

    kehidupan manusia.

    4) Sage

    Adalah dongeng yang berisi kegagah beranian seorang pahlawan yang

    terdapat dalam sejarah, tetapi cerita bersifat khayal.

    Jenis cerita yang diberikan dalam penelitian proposal ini adalah jenis cerita

    dongeng karena usia 4-6 tahun anak-anak masih menyukai cerita berjenis

    dongeng. Cerita yang akan diberikan dalam proposal ini akan bervariasi di setiap

    pertemuan, disesuaikan dengan materi ajar yang dijadwalkan oleh Taman Kanak-

    Kanak Widya Kumara Sari Denpasar dan disesuaikan dengan penilaian lembar

    observasi DDST.

    Kusmiadi dkk, (2008) menyebutkan pembelajaran dengan menggunakan metode

    dongeng di PAUD harus menyenangkan dan menarik, tidak kaku, tidak

    membosankan dan memberikan kesempatan kepada anak untuk aktif dan kreatif.

    Larkin (Marina & Sarwono, 2007) mengungkapkan bahwa mendongeng adalah

    pertunjukkan seni yang interaktif, yaitu kegiatan dua arah antara pendongeng dan

  • 42

    audiens, didasarkan pada interaksi dan kerjasama untuk membangun sebuah cerita

    yang utuh.

    Untuk itu dalam penelitian ini metode yang dipilih ialah dongeng interaktif.

    Metode dongeng interaktif adalah menyampaikan karya seni berupa cerita yang

    tidak benar-benar terjadi atau cerita prosa rakyat dengan melibatkan keterampilan

    olah cerita yang baik dan melibatkan komunikasi yang interaktif, dimana

    didasarkan pada interaksi timbal balik dan kerjasama untuk membangun sebuah

    cerita yang utuh antara anak dan pendongeng.

    Pemilihan dongeng harus memperhatikan beberapa aspek penting agar kegiatan

    mendongeng menarik bagi anak. Kusmiadi, dkk (2008) menyebutkan kriteria

    dalam pemilihan dongeng yaitu :

    Harus menarik dan memikat perhatian pendongeng sendiri, apabila dongeng

    menarik dan memikat perhatian maka pendongeng akan bersungguh-sungguh

    dan mengemas dongeng dengan mengasikkan.

    Dongeng harus sesuai dengan kepribadian anak, gaya anak, dan bakat anak

    supaya memiliki daya tarik terhadap perhatian anak dan keterlibatan aktif

    dalam kegiatan mendongeng.

    Dongeng sesuai dengan tingkat usia dan kemampuan mencerna isi dongeng

    anak usia dini.

    Dongeng cukup pendek dalam rentang jangkau waktu perhatian anak. Anak

    tidak dituntut untuk mendengarkan cerita dongeng diluar batas ketahanan

    untuk mendengarkan.

  • 43

    Pada penelitian jenis dongeng yang dipilih adalah dongeng binatang/fabel.

    Dananjaja (dalam Nugraha 2012) menjelaskan dongeng binatang adalah dongeng

    yang tokoh-tokohnya adalah binatang peliharaan dan binatang liar yang dapat

    berbicara dan dapat berperilaku seperti manusia. Dongeng binatang sering di sebut

    juga dongeng fabel. Secara spesifik, fabel adalah dongeng binatang yang

    mengandung pelajaran moral yakni ajaran baik atau buruknya suatu perbuatan.

    Menurut Widyasari (2012) dalam mendongeng cerita disampaikan dengan

    berbagai aspek seperti ekpersi, suara, penokohan, gerak tubuh. Dongeng yang

    dibawakan dengan teknik komunikasi tersebut akan lebih menarik perhatian anak.

    b. Hikaya

    Adalah cerita yang melukiskan raja atau dewa yang bersifat khayal.

    c. Cerita Berbingkai

    Adalah cerita yang didalamnya terdapat beberapa cerita sebagai sisipan.

    d. Cerita Panji

    Adalah bentuk cerita seperti hikayat tapi berasal seperti kesusastraan jawa.

    e. Tambo

    Adalah cerita mengenai asal-usul keturunan, terutama keturunan raja-raja yang

    dicampur dengan unsur khayal.

    2. Cerita baru

    Cerita baru adalah bentuk karangan bebas yang tidak berkaitan dengan sistem

    sosial dan struktur kehidupan lama. Cerita baru dapat dikembangkan dengan

    menceritakan kehidupan saat ini dengan keanekaragaman bentuk dan jenisnya.

  • 44

    2.4.4 Langkah-langkah Bercerita

    Dalam kegiatan bercerita, perlu adanya suatu rencana untuk menentukan pokok-

    pokok cerita yang akan dikomunikasikan. Menurut Tarigan (2008) dalam

    merencanakan suatu pembicaraan atau bercerita harus mengikuti langkah-langkah

    sebagai berikut:

    1. Menentukan topik cerita yang menarik

    Topik merupakan pokok pikiran atau pokok pembicaraan. Pokok pikiran

    dalam cerita harus menarik agar pendengar tertarik dan senang dalam

    mendengarkan cerita. Contoh topik cerita: pendidikan, sumber daya alam,

    kejujuran, persahabatan dan sebagainya.

    2. Menyusun kerangka cerita dengan mengumpulkan bahan-bahan

    Kerangka cerita merupakan rencana penulisan yang memuat garis-garis besar

    dari suatu cerita. Dalam menyusun kerangka cerita, harus mengumpulkan

    bahan-bahan seperti dari buku, majalah, koran, makalah dan sebagainya, untuk

    memudahkan dalam merangkai suatu cerita. Contoh kerangka cerita dengan

    topik persahabatan:

    a. Ada 2 orang bersahabat

    b. 2 orang sahabat berselisih paham

    c. Penyelesaian masalah & kembali bersahabat

    3. Mengembangkan kerangka cerita

    Kerangka cerita yang sudah dibuat kemudian dikembangkan sesuai dengan

    pokok-pokok cerita. Contoh pengembangan kerangka cerita poin 1) Ada 2

    orang bersahabat: Ada 2 orang bersahabat sejak lama. Namanya Dina dan Ely.

  • 45

    Mereka saling membantu satu sama lain. Saat Dina sedang mengalami

    kesulitan, Ely selalu membantu & menghibur Dina. Begitupun sebaliknya.

    4. Menyusun teks cerita

    Penyusunan teks cerita dilakukan dengan menggabungkan poin-poin dari

    kerangka cerita yang telah dikembangkan dengan memperhatikan keterkaitan

    antar poin. Contohnya yaitu menggabungkan pengembangan kerangka cerita

    poin a c yang telah dijelaskan diatas sehingga menjadi sebuah teks cerita

    yang baik.

    2.4.5 Jenis Cerita, Kapan dan Waktu Dilakukan Terapi Bercerita untuk

    Anak Usia prasekolah

    Kecerdasan linguistik (bahasa) merupakan kegiatan yang sangat penting.

    Pernyataan ini didukung oleh pendapat sejumlah ahli, bahwa diantara komponen

    kecerdasan yang lain, kecerdasan linguistiklah (bahasa) yang mungkin merupakan

    kecerdasan yang paling universal. Cerita mendorong anak bukan saja senang

    menyimak cerita, tetapi juga senang bercerita atau berbicara. Anak belajar tentang

    tata cara berdialog dan bernarasi dan terangsang untuk menirukannya.

    Kemampuan pragmatik terstimulasi karena dalam cerita ada negosiasi, pola

    tindak-tutur yang baik seperti menyuruh, melarang, berjanji, mematuhi larangan

    dan memuji.

    Sebelum bercerita, sebaiknya terlebih dahulu memahami cerita yang hendak

    disampaikan, sesuaikan dengan karakter anak usia dini. Agar dapat bercerita

    dengan tepat, Pencerita harus mempertimbangkan materi ceritanya.

  • 46

    1. Pedoman pemilihan cerita

    a. Pemilihan tema dan judul yang tepat

    Menurut pakar pendidikan Prof Dr. Arief Rahman, MPd anak hidup dalam

    alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat

    imajinasinya menari-nari. berikut cara memilih cerita :

    1) Sampai usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si

    wortel, Tomat yang hebat, Anak ayam yang manja, Kambing gunung dan

    kambing gibas, Anak nakal tersesat di hutan rimba, raksasa yang

    menyeramkan dan sebagainya.

    2) Usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero

    dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet biru, Robot

    pintar, Anak yang rakus, dan sebagainya

    3) Usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis

    rasional (sage), seperti: Persahabatan si pintar dan si pikun, Karni juara

    menyanyi dan sebagainya.

    b. Waktu penyajian

    Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang

    konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan

    sebagai berikut :

    1) Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit

    2) Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit

    3) Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit

  • 47

    Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang,

    apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh

    penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.

    c. Suasana

    Suasana dilakukan terapi bercerita disesuaikan dengan peristiwa yang sedang

    atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional,

    ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi,

    program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya.

    Pendidik dan orang tua dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita

    yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang

    diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana

    (Hendra, 2012).

    2.5 Pengaruh Terapi Bercerita terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia

    Prasekolah

    Usia prasekolah merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

    pendidikan pada masa ini merupakan pendidikan yang sangat fundamental dan

    sangat menentukan perkembangan anak selanjutnya. Pada periode ini hampir

    seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang secara

    cepat. Pada masa ini anak sangat membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari

    lingkungannya. Apabila anak mendapatkan stimulus yang baik, maka seluruh

    aspek perkembangan anak akan berkembang secara optimal. Salah satu stimulus

    yang dapat meningkatkan perkembangan anak, khususnya perkembangan bahasa

    adalah dengan terapi bercerita atau storytelling. Pemberian cerita dapat

  • 48

    merangsang batang otak yang mengaktivasi korteks serebri di pusat bahasa yaitu

    hemisfer kiri dan hemisfer kanan dalam mengembangkan kemampuan bahasa.

    Proses berbahasa melibatkan kedua belahan otak, hemisfer kiri mengontrol

    kegiatan berbahasa, hemisfer kanan berperan dalam pemprosesan bahasa

    (Kushartanti dkk, 2014). Adapun alur dalam proses memperoleh bahasa pada

    terapi bercerita yaitu pertama stimulus auditori dan visual dilakukan analisa

    linguistic pada area Wernicke di lobus temporal kiri. Girus angularis dan

    supramarginal membantu proses integrasi informasi visual, auditori dan raba serta

    perwakilan linguistic (Guyton & Hall, 2007); kedua pesan yang dibentuk di area

    Wernicke kemudian diteruskan melalui fasikulus arkuatum ke area Broca untuk

    penguraian dan koordinasi verbalisasi pesan tersebut; ketiga area Broca mengolah

    informasi yang datang dari Wernicke menjadi pola yang terinci dan terkoordinasi

    untuk vokalisasi lalu memproyeksikan pola tersebut pada suatu area artikulasi di

    insula ke korteks motorik yang mengaktifkan otot-otot respirasi, fonasi, resonansi

    dan artikulasi dan mencetuskan gerakan-gerakan bibir, lidah, dan laring yang tepat

    untuk menghasilkan suara (Ganong, 2008). Apabila stimulasi ini diberikan secara

    berulang maka akan terjadi suatu memori di otak anak sehingga anak dapat

    mengingat dan memahami lebih dalam sehingga dengan terapi bercerita dapat

    meningkatkan perkembangan bahasa anak usia prasekolah.

    Dari berbagai penelitian, storytelling digunakan sebagai metode yang mampu

    untuk menstimulasi dan meningkatkan kemampuan bahasa verbal anak. Melatih

    dan merangsang kemampuan berbahasa anak merupakan salah satu tugas penting

    bagi orangtua. Salah satu metode yang tepat menurut kriteria di atas adalah

  • 49

    dengan storytelling atau metode bercerita. Dalam cerita pada dasarnya memiliki

    struktur kata dan bahasa yang lengkap serta menyeluruh yang mana di dalamnya

    sudah terdapat sistem aturan bahasa yang mencakup fonologi, morfologi,

    sintaksis, semantik (Santrock, 2007).

    Hal ini dijelaskan oleh Colon (1997 dalam Isbell, Sobol, 2004) yang menyatakan

    bahwa dalam storytelling mampu mengajari anak untuk mendengar, membantu

    membangun keterampilan komunikasi oral dan tulisan, dan mengembangkan

    pemahaman dari cerita skema. Storytelling juga membantu mengembangkan

    kelancaran, menambah perbendaharaan kata, dan membantu mengingat kata.

    Selain itu, melalui storytelling anak menjadi tertarik untuk bertanya ketika mereka

    tidak memahami isi cerita, dari proses inilah kemudian perbendaharaan kata

    bertambah. Muallifah (2013) dalam jurnalnya yang berjudul Storytelling sebagai

    Metode Parenting untuk Pengembangan Kecerdasan Anak Usia Dini juga

    menjelaskan bahwa Storytelling (metode bercerita) mampu menstimulasi berbagai

    kecerdasan anak sejak usia dini. Diantaranya, storytelling mampu meningkatkan

    kecerdasan bahasa anak, kreatifitas dan menanamkan moral pada anak usia dini.

    Namun yang perlu diperhatikan adalah tahap kognitif anak usia dini masih pada

    tahap operasional kongkrit, maka bentuk cerita yang dijadikan sebagai metode

    bercerita harus menyesuaikan dengan kemampuan anak. Dalam penelitian

    Rodiyah (2013) yang berjudul Penggunaan Metode Bercerita untuk

    Meningkatkan Kosakata Anak usia 3-4 Tahun pada Play Group Tunas Bangsa

    Sooko Mojokerto juga diketahui bahwa pembelajaran dengan penerapan metode

    bercerita dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan kosakata anak.