bab ii tinjauan pustaka 2.1 penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/bab ii.pdf ·...

42
16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu Terdapat penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini, diantaranya: 1. Deliana, Abdulrahman, dan Nursiah (2017) Penelitian ini mengangkat topik mengenai kecurangan akademik yang terjadi pada mahasiswa Akuntansi di Sumatra Utara. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku kecurangan mahasiswa akuntansi di Perguruan Tinggi di Sumatra Utara ditinjau dari tiga dimensi; tekanan, peluang, dan pembenaran. Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan, peluang, dan pembenaran. Alat uji yang digunakan adalah analisa deskriptif, yang memberikan hasil bahwa tekanan dan peluang memiliki pengaruh terhadap kecurangan akademik, sedangkan pembenaran tidak memiliki pengaruh. Persamaan penelitian: a. Memiliki variabel independen yang sama; tekanan, peluang, dan pembenaran. b. Memiliki variabel dependen yang sama, yakni kecurangan akademik. c. Objek yang diteliti adalah mahasiswa. d. Penelitian kuantitatif dengan sumber data primer

Upload: vuongliem

Post on 11-Apr-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian terdahulu

Terdapat penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini, diantaranya:

1. Deliana, Abdulrahman, dan Nursiah (2017)

Penelitian ini mengangkat topik mengenai kecurangan akademik yang

terjadi pada mahasiswa Akuntansi di Sumatra Utara. Tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui perilaku kecurangan mahasiswa akuntansi di Perguruan Tinggi

di Sumatra Utara ditinjau dari tiga dimensi; tekanan, peluang, dan pembenaran.

Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni

tekanan, peluang, dan pembenaran. Alat uji yang digunakan adalah analisa

deskriptif, yang memberikan hasil bahwa tekanan dan peluang memiliki

pengaruh terhadap kecurangan akademik, sedangkan pembenaran tidak memiliki

pengaruh.

Persamaan penelitian:

a. Memiliki variabel independen yang sama; tekanan, peluang, dan

pembenaran.

b. Memiliki variabel dependen yang sama, yakni kecurangan akademik.

c. Objek yang diteliti adalah mahasiswa.

d. Penelitian kuantitatif dengan sumber data primer

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

17

e. Menggunakan rumus Slovin dalam menentukan jumlah minimum sampel

Perbedaan penelitian:

a. Alat uji yang digunakan adalah analisis deskriptif, sedangkan penelitian ini

menggunakan regresi linear berganda.

b. Lokasi pengambilan sampel berada di Sumatra Utara, sedangkan penelitian

ini mengambil sampel di Jawa timur, khususnya kota Surabaya.

2. Nindya Apriyani, Edy Sujana, dan Gede Sulindawati (2017)

Penelitian ini membahas mengenai topik kecurangan akademik pada

mahasiswa S1 Akuntansi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana ketiga variabel yang diteliti (tekanan, peluang, dan pembenaran)

dapat memengaruhi variabel dependennya yaitu kecurangan akademik. Alat uji

yang digunakan adalah regresi berganda dengan alat bantu SPSS. Hasil penelitian

ini adalah bahwa tekanan dan pembenaran berpengaruh secara signifikan

terhadap perilaku kecurangan akademik mahasiswa. Sedangkan peluang tidak

berpengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa.

Persamaan penelitian:

a. Variabel independen yang digunakan memiliki kesamaan.

b. Penelitian ini menggunakan kecurangan akademik sebagai variabel

dependen.

c. Objek yang diteliti adalah mahasiswa

d. Teknik pengumpulan data melalui kuesioner

e. Alat uji yang digunakan menggunakan regresi berganda.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

18

Perbedaan penelitian:

a. Teknik penentuan sampel menggunakan purpossive sampling, sedangkan

penelitian ini menggunakan convenience sampling.

b. Lokasi pengambilan sampel berada di provinsi Bali, sedangkan penelitian

ini mengambil sampel di provinsi Jawa timur, khususnya di kota Surabaya.

3. Irfan Zamzam, Suriana AR. Mahdi, dan Resmiyati Ansar (2017)

Penelitian ini mengambil topik tentang kecurangan akademik yang ditinjau

dari dimensi Fraud Diamond. Variabel independen yang digunakan adalah

tekanan, peluang, pembenaran, dan kapabilitas (kemampuan). Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui pengaruh keempat variabel tersebut terhadap

terjadinya kecurangan akademik. Sampel yang digunakan adalah 400 mahasiswa

di Perguruan Tinggi se-kota Ternate. Analisis data menggunakan regresi berganda

dengan bantuan SPSS. Metode pengambilan sampel menggunakan stratified

random sampling. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa tekanan berpengaruh

terhadap kecurangan akademik, sedangkan peluang dan pembenaran tidak

berpengaruh.

Persamaan penelitian:

a. Menggunakan kecurangan akademik sebagai variabel dependen.

b. Menggunakan variabel tekanan, peluang, dan pembenaran sebagai variabel

independen.

c. Objek yang diteliti adalah mahasiswa.

d. Sumber data adalah data primer (kuesioner).

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

19

e. Alat uji menggunakan regresi berganda.

Perbedaan penelitian:

a. Lokasi pengambilan sampel penelitian terdahulu adalah di kota Ternate,

sedangkan penelitian yang akan dilakukan mengambil sampel dari kota

Surabaya.

b. Teknik pengambilan sampel pada penelitian terdahulu menggunakan

stratified random sampling, sedangkan penelitian ini akan menggunakan

convenience sampling.

c. Penelitian terdahulu menggunakan variabel independen berupa “kapabilitas”

atau kemampuan seseorang, sedangkan penelitian ini tidak menggunakan

variabel tersebut.

4. Ketut Tri Budi Artani dan I Wayan Wetra (2017)

Penelitian ini mengambil topik kecuragan akademik yang ditinjau dari

empat dimensi, yakni tekanan, peluang, pembenaran, kemampuan (yang

selanjutnya disebut dengan fraud diamond) dan self-efficacy pada mahasiswa

akuntansi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana faktor-

faktor tersebut berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan akademik. Alat uji

penelitian ini menggunakan analisis deskriptif, dengan metode pengambilan

sampel purpossive sampling. Hasil penelitian ini mengemukakan bahwa tekanan,

peluang, pembenaran dan self-efficacy tidak berpengaruh terhadap kecurangan

akademik, sedangkan kemampuan yang dimiliki mahasiswa akan memengaruhi

untuk bertindak curang.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

20

Persamaan penelitian:

a. Penelitian ini secara bersamaan menggunakan variabel tekanan, peluang,

pembenaran dan self-efficacy.

b. Objek yang diteliti merupakan mahasiswa S1 Akuntansi.

c. Menggunakan data primer (kuesioner).

Perbedaan penelitian:

a. Teknik pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling, sedangkan

penelitian ini menggunakan convenience sampling.

b. Lokasi pengambilan sampel berada di provinsi Bali, sedangkan penelitian

ini mengambil sampel di provinsi Jawa timur, khususnya di kota Surabaya.

c. Menggunakan keterampilan mahasiswa sebagai variabel independen

(sebagai salah satu komponen fraud diamond), namun pada penelitian ini

tidak menggunakan variabel keterampilan tersebut.

d. Alat uji menggunakan analisis deskriptif, sedangkan penelitian ini

menggunakan regresi berganda.

5. Made Vony Herlyana, Edy Sujana, dan Made Aristia Prayudi (2017)

Penelitian ini membahas mengenai kecurangan akademik mahasiswa dengan

variabel yang memengaruhinya berupa tingkat religiusitas dan spiritualitas

mahasiswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh

spiritualitas dan religiusitas terhadap kaitannya dengan perilaku kecurangan

akademik. Penelitian ini mengambil sampel mahasiswa S1 Akuntansi Universitas

Pendidikan Ganesha Singaraja. Penelittian ini menggunakan teknik purpossive

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

21

sampling dalam pengambilan sampelnya dan menggunakan analisis linear

berganda sebagai alat ujinya. Hasil dari penelitian ini adalah religiusitas dan

spiritualitas secara bersamaan memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap

terjadinya kecurangan akademik mahasiswa.

Persamaan penelitian:

a. Menggunakan religiusitas sebagai variabel independen.

b. Kecurangan akademik diteliti sebagai variabel dependen.

c. Merupakan penelitian kuantitatif.

d. Menggunakan data primer berupa kuesioner.

e. Objek yang diteliti adalah mahasiswa S1 Akuntansi.

f. Alat uji menggunakan analisis regresi linear berganda.

Perbedaan penelitian:

a. Lokasi pengambilan sampel berada di provinsi Bali, sedangkan penelitian

ini mengambil sampel di provinsi Jawa timur, khususnya di kota Surabaya.

b. Teknik pengambilan sampel menggunakan purpossive sampling, sedangkan

penelitian ini menggunakan convenience sampling.

6. Rahmalia Nursani (2016)

Penelitian ini membahas mengenai kecurangan akademik yang ditinjau dari

dimensi fraud diamond yang terdiri dari empat variabel independen, yakni

tekanan, peluang, pembenaran, dan keterampilan. Penelitian ini menggunakan 292

mahasiswa Akuntansi di Universitas Brawijaya Malang sebagai sampel penelitian.

Alat uji penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang kemudian

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

22

memberikan hasil bahwa peluang, pembenaran, dan kemampuan berpengaruh

terhadap terjadinya kecurangan akademik, sedangkan tekanan tidak.

Persamaan Penelitian:

a. Menggunakan variabel tekanan, peluang, dan pembenaran sebagai variabel

independen.

b. Menggunakan kecurangan akademik sebagai variabel dependen.

c. Menggunakan data primer berupa kuesioner.

d. Objek yang diteliti berasal dari mahasiswa S1 Akuntansi .

Perbedaaan Penelitian:

a. Menggunakan metode survei untuk mengumpulkan data.

b. Penelitian ini tidak menggunakan variabel keterampilan sebagai salah satu

variabel independen.

c. Pemilihan sampel menggunakan disaproportionate stratified random

sampling, sedangkan penelitian ini tidak menggunakan teknik tersebut.

7. Desi Purnamasari (2013)

Penelitian ini mengangkat topik kecurangan akademik pada mahasiswa

dengan variabel yang mempegaruhinya antara lain self-efficacy, religiusitas, dan

perkembangan moral. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja

yang dapat mempengaruhi mahasiswa untuk melakukan kecurangan akademik.

Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Negeri Semarang

angkatan tahun 2010 atau pada tahun ajaran 2012/2013 (semester 6) dengan

jumlah mahasiswa 250 orang. Merupakan penelitian kuantitatif dengan teknik

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

23

analisis deskriptif dan menggunakan metode cluster random sampling sebagai

teknik pengambilan sampel. Penelitian ini menyimpulkan bahwa ketiga variabel

independennya memiliki hasil berpengaruh terhadap kecurangan akademik.

Persamaan penelitian:

a. Menggunakan variabel religiusitas sebagai variabel independen

b. Menggunakan kecurangan akademik sebagai variabel dependen

c. Objek yang diteliti berasal dari mahasiswa S1 Akuntansi

Perbedaan penelitian:

a. Lokasi pengambilan sampel berada di Universitas Negeri Semarang,

sedangkan penelitian ini mengambil sampel dari STIE Perbanas Surabaya.

b. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling,

sedangkan penelitian ini menggunakan convenience sampling.

c. Teknik anaslisi data menggunakan analisis deskriptif, sedangkan penelitian

ini menggunakan regresi linear berganda.

8. Annisa Fitriana dan Zaki Baridwan (2012)

Penelitian ini membahas mengenai “Faktor-faktor dalam Dimensi Fraud

Triangle terhadap Perilaku Kecurangan Akademik”. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya kecurangan

akademik apabila dilihat dari sudut pandang dimensi fraud triangle atau segitiga

kecurangan. Variabel yang diungkapkan pada penelitian ini adalah; tekanan

akademik, kesempatan mencontek, rasionalisasi mencontek, dan kecurangan

akademik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tekanan akademik,

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

24

kesempatan mencontek, dan rasionalisasi mencontek memiliki pengaruh terhadap

terjadinya kecurangan akademik. Dari hasil penelitian tersebut, dapat digunakan

sebagai acuan bagaimana cara untuk memperketat pengawasan saat ujian. Sampel

yang digunakan dalam penelitian ini adalah Seluruh Siswa Kelas XI Akuntansi

SMK Negeri 1 Tempel Tahun Ajaran 2014/2015 yang berjumlah 95 siswa. Alat

uji penelitian ini menggunakan metode Partial Least Square (PLS). Metode

pengambilan sampelnya menggunakan nonprobability sampling. Penelitian ini

memberikan hasil bahwa tekanan, peluang, dan pembenaran berpengaruh

terhadap kecurangan akademik.

Persamaan penelitian:

a. Kesamaan variabel independen; tekanan, peluang, dan pembenaran

b. Penggunaan variabel dependen yakni kecurangan akademik

c. Penelitian kuantitatif

d. Menggunakan data primer berupa kuesioner

Perbedaan penelitan:

a. Penggunaan PLS sebagai alat uji, sedangkapn penelitian ini menggunakan

regresi linear berganda

b. Pengumpulan sampel menggunakan nonprobability sampling, sedangkan

penelitian ini menggunakan convenience sampling.

c. Menggunakan siswa SMK sebagai sampel, sedangkan penelitian ini

ditujukan kepada mahasiswa.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

25

9. Endang Pudjiastuti (2012)

Penelitian ini membahas mengenai kecurangan akademik ditinjau dari self-

efficacy mahasiswa sebagai variabel independennya. Tujuan penelitian ini adalah

untuk menganalisis pengaruh self-efficacy terhadap terjadinya kecurangan

akademik di kalangan mahasiswa. Sampel penelitian ini menggunakan 44

mahasiswa Psikologi di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Teknik

pengambilan sampel menggunakan random sampling. Alat uji menggunakan

regresi linear berganda. Penelitian ini memberikan hasil bahwa self-efficacy

berpengaruh negatif signifikan terhadap kecurangan akademik, maksudnya adalah

bahwa semakin tinggi efikasi diri mahasiswa, maka ia akan cenderung untuk

menghindari perilaku mencontek.

Persamaan penelitian:

a. Menggunakan kecurangan akademik sebagai variabel dependen.

b. Menggunakan Self-efficacy sebagai variabel independen.

c. Merupakan penelitian kuantitatif.

d. Data penelitian berasal dari kuesioner (data primer).

e. Objek yang diteliti merupakan mahasiswa

f. Menggunakan alat uji regresi berganda.

Perbedaan penelitian:

a. Sampel penelitian terdahulu hanya menggunakan salah satu tahun angkatan

saja (angkatan 2009), sedangkan penelitian ini nantinya akan mengambil

sampel dari semua angkatan yang ada.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

26

b. Pengambilan objek penelitian terdahulu berada di kota Bandung, sedangkan

penelitian ini akan mengabil sampel di kota Surabaya.

c. Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah convenience sampling,

sedangkan penelitian terdahulu menggunakan random sampling.

10. Anugerahening Kushartanti (2009)

Penelitian ini membahas mengenai perilaku mencontek (yang merupakan

salah satu tindak kecurangan akademik) ditinjau dari kepercayaan diri. Variabel

independen yang muncul adalah kepercayaan diri yang masih memiliki

keterkaitan dengan self-efficacy dan variabel dependennya adalah perilaku

mencontek. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur sejauh mana tingkat

kepercayaan diri seseorang dapat memengaruhi perilaku seseorang tersebut untuk

meyontek. Sampel dalam penelitian ini adalah 110 mahasiswa jurusan Psikologi

Universitas Negeri Semarang. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan

cluster nonrandom sampling. Alat uji dalam penelitian ini adalah regresi linear

berganda yang memberikan hasil penelitian sebagai berikut: bahwa terdapat

hubungan negatif signifikan antara kepercayaan diri terhadap mencontek.

Persamaan penelitian:

a. “self-efficacy” digunakan sebagai variabel independen

b. Penelitian kuantitatif, dengan menggunakan data primer berupa kuesioner

c. Objek penelitian adalah mahasiswa

d. Alat uji menggunakan regresi linear berganda

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

27

Perbedaan penelitian:

a. Pemilihan sampel menggunakan cluster nonrandom sampling, sedangkan

penelitian ini tidak menggunakan teknik tersebut, melainkan convenience

sampling.

b. Penelitian terdahulu menggunakan sampel mahasiswa jurusan psikologi,

sedangkpan penelitian ini menggunakan mahasiswa jurusan akuntansi.

11. Becker, et al. (2006)

Penelitian ini mengangkat topik mengenai kecurangan akademik mahasiswa

Perguruan Tinggi berbasis bisnis di Midwestern University, Chicago, Amerika

Serikat. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan test kepada mahasiswa dalam

melakukan kecurangan akademik yang diukur melalui dimensi fraud triangle.

Penelitian ini menggunakan tiga variabel independen, diantaranya tekanan,

peluang, dan pembenaran. Metode pemilihan sampel menggunakan survey

methods dan alat uji penelitian ini regresi linear. Hasil dari penelitian ini adalah

bahwa ketiga variabel independen tersebut memiliki pengaruh signifikan terhadap

terjadinya kecurangan akademik.

Persamaan penelitian:

a. Menggunakan tekanan, peluang, dan pembenaran sebagai variabel

independen.

b. Kecurangan akademik diteliti sebagai variabel dependen.

c. Merupakan penelitian kuantitatif.

d. Menggunakan data primer berupa kuesioner.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

28

e. Objek yang diteliti adalah mahasiswa.

f. Alat uji menggunakan analisis regresi linear berganda.

Perbedaan penelitian:

a. Lokasi penelitian berada di Amerika Serikat, sedangkan penelitian ini

mengambil sampel mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia, khususnya

kota Surabaya.

b. Penelitian tersebut menggunakan survey methods, sedangkan penelitian ini

menggunakan convenience samppling.

.

12. Aaron U. Bolin (2004)

Penelitian ini mengangkat topik mengenai pengaruh self-control, peluang,

dan perilaku sebagai pemrediksi kecurangan akademik. Sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah mahasiswa Perguruan Tinggi yang berada di Amerika.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel

independen terhadap dependennya, dan untuk mengetahui bagaimana perilaku

mahasiswa terutama pada Perguruan Tinggi berlatar belakang pendidikan berbasis

bisnis terhadap keikutsertaan dalam berperilaku curang. Pengambilan sampel

penelitian ini menggunakan teknik convenience sampling, dimana peneliti bebas

memilih siapa saja dan dari mana saja asal Perguruan Tinggi mahasiswa yang

selanjutnya mereka diarahkan untuk mengisi kuesioner yang telah disiapkan

peneliti dengan cara mengakses salah satu website yang telah disediakan. Alat

pengujiann data penelitian ini menggunakan analisis deksriptif, yang selanjutnya

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

29

memberikan hasil bahwa peluang berpengaruh terhadap kecurangan akademik

mahasiswa, sedangkan self-control tidak memiliki pengaruh.

Persamaan penelitian:

a. Objek yang diteliti merupakan mahasiswa.

b. Penelitian menggunakan data primer berupa kuesioner berbasis internet.

c. Penelitian kuantitatif.

d. Penggunaan variabel kecurangan akademik sebagai variabel dependen.

e. Variabel independen menggunakan self-control, dimana variabel tersebut

masih memiliki keterkaitan dengan self-efficacy.

f. Penggunaan teknik convenience sampling dalam pengambilan sampel

penelitian.

Perbedaaan penelitian:

a. Lokasi penelitian berada di Amerika Serikat, sedangkan penelitian ini

mengambil sampel mahasiswa Perguruan Tinggi di Indonesia, khususnya

kota Surabaya.

b. Penelitian tersebut melibatkan ahli psikologi untuk disurvei, sedangkan

penelitian ini tidak melakukan survey kepada ahli psikologi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

30

2.2 Landasan Teori

Pada Penulisan penelitian ini, terdapat beberapa teori yang digunakan

untuk mendukung penjelasan anaslisis penelitian dan pembahasan penelitian.

Diantaranya:

2.2.1 Fraud Triangle Theory

Teori Segitiga Kecurangan (Fraud Triangle Theory) pertama kali

dikemukakan oleh Donald R. Cressey pada tahun 1950. Munculnya teori ini

didapat dari hasil wancaranya kepada 200 orang pegawai perusahaan yang telah

dipenjara akibat mereka telah mencuri uang perusahaan (embezzlers). Dari hasil

wawancara tersebut, banyak dari mereka yang memiliki motif keuangan dan sifat

tidak tahan godaan, sehingga mereka terpaksa melakukannya. Dalam

perkembanganya, hasil penelitian Cressey tersebut memberikan kontribusi

terhadap pendeteksian kecurangan yang didapat dari penganalisaan individu

pelaku yang dikenal dengan segitiga kecurangan atau fraud triangle. Sudut

pertama diberi judul “Pressure”, sudut kedua bernama “Percieved opportunity”,

dan sudut ketiga adalah “Rationalization” (Tuanakotta, 2010 : 205 – 207).

Kecurangan (fraud) digunakan untuk menguntungkan diri pribadi pelakunya

(Wilopo, 2016). Dalam kaitannya dengan tindak kecurangan akademik yang

dilakukan mahasiswa, tiga faktor fraud triangle tersebut memiliki penjelasan

sebagai berikut:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

31

Gambar 2.1

Fraud Triangle dalam “Etika Profesi Akuntan” oleh R. Wilopo (2016 : 280)

a. Tekanan (Pressure)

Tekanan merupakan kondisi dimana pelaku kejahatan seketika berada

kondisi mendesak sehingga mau tidak mau mereka terpaksa melakukannya

guna menutupi kebutuhannya. Tekanan pada pelaku kecurangan umumnya

tidak pernah diceritakan kepada rekan terdekatnya. Mereka cenderung untuk

memendam rasa tertekannya tersebut dan berusaha agar tidak ada orang

yang tahu tentang apa yang ia permasalahkan (Tuanakotta, 2010 : 208).

Nursani dan Irianto (2016) meneliti bahwa tekanan yang dirasakan oleh

mahasiswa beragam. Beberapa mahasiswa menyatakan bahwa terdapat

tekanan dari orang tua, teman sebaya, fakultas atau jurusan yang menuntut

untuk mempertahankan IPK. Selain hal tersebut, mahasiswa juga memiliki

tekanan yang berasal dari dirinya sendiri agar terlihat lebih sukses dalam

akademiknya dan lebih terlihat bertanggungjawab terhadap perkuliahannya.

Tekanan

(Pressure)

Peluang

(Opportunity) Pembenaran

(Rationalization)

SEGITIGA KEJAHATAN

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

32

Hal tersebut dianggap sebagai permasalahan pribadi mahasiswa dimana

mereka tidak banyak menceritakannya pada rekan lain untuk mendapatkan

solusi.

b. Peluang (Opportunities)

Peluang merupakan elemen kedua dalam fraud triangle. Seseorang bisa

saja merahasiakan segala tekanan kepada siapa saja atas apa yang mereka

rasakan, namun apabila para pelaku kecurangan mempunyai presepsi bahwa

mereka memiliki peluang untuk melakukan kecurangan, maka mereka akan

segera melakukan kecurangan tersebut tanpa diketahui orang lain

(Tuanakotta, 2010 : 211). Menurut Cressey, terdapat dua komponen dari

presepsi tentang peluang ini, yakni:

1. General Information. Komponen ini menjelaskan tentang kedudukan

sesorang yang mengandung unsur trust atau kepercayaan dapat

dilanggar tanpa konsekuensi. Sebagai contoh, mahasiswa yang menjadi

primadona kelas atau ketua kelas setidaknya memiliki peluang untuk

dapat menggali informasi tentang kisi-kisi soal ujian yang akan keluar

dari dosen mata kuliah yang bersangkuan. Hal ini akan dimanfaatkan

oleh mahasiswa tersebut untuk menemukan jawaban dan mengingatnya

atau jika jawaban tersebut terlalu sulit, maka ia akan mencoba untuk

menggunakan cara lain seperti menulis di secarik kertas kecil yang dapat

dibawa saat ujian.

2. Technical Skil. Dapat diartikan sebagai keahlian yang dimiliki seseorang

sehingga dapat melaksanakan kejahatan tersebut. Mahasiswa umumnya

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

33

memilik berbagai cara untuk dapat melancarkan keinginannya dengan

cara mencari perhatian kepada dosen agar memiliki akses dalam

pembelajaran dan terlebih bocoran ujian.

Peluang berpengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa

dibuktikan dengan salah satu penelitian yang dilakukan oleh Padmayanti,

dkk (2017). Penelitian tersebut menyatakan bahwa terdapat tiga alasan

mendasar yang menurut responden paling berpengaruh yakni: 1) mencontek

tidak masalah selama tidak ketahuan, 2) dosen atau pengawas ujian

melakukan kegaitan lain seperti membaca koran, bermain handphone,

mengkoreksi hasil ujian anak didiknya, atau sebagainya, dan 3) dosen atau

pengawas ujian meninggalkan kelas seperti ke toilet atau karena keperluan

lain.

c. Pembenaran (Rationalizattion)

Pembenaran biasanya dilakukan sebelum melakukan kejahatan, bukan

sesudahnya. Mencari pembenaran merupakan bagian yang harus ada dalam

kejahatan itu sendiri, bukan bagian dari motivasi untuk melakukan

kejahatan. Pembenaran dilakukan diakrenakan agar pelaku dapat mencerna

perilakunya yang melawan hukum dan tetap dapat dipercaya. Setelah

kejahatan dilakukan, rationalization ini ditinggalkan dan tidak diperlukan

lagi. Pada awalnya pelaku merasa bersalah karena telah melawan aturan

yang ada, namun ketika mengulangi perbuatan tersebut untuk kedua kalinya

atau seterusnya, mereka akan merasa mudah dan akhirnya menjadi biasa

(Tuanakotta, 2010 : 212). McCabe,et al (2006) menyatakan bahwa

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

34

rasionalisasi merupakan perilaku yang menunjukkan kebisaan mahasiswa

dalam menilai kecurangan sebagai tindakan konsisten dengan kode etik

mereka.

Keterkaitan antara teori ini dengan penelitian yang dilakukan adalah teori

farud triangle ini menjelaskan dimensi kecurangan yang sering terjadi dalam diri

mahasiswa. Teori ini nantinya akan menejalaskan variabel tekanan, peluang dan

pembenaran.

2.2.2 Theory of Reasoned Action (Teori Tidakan Beralasan)

Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh Azjen dan Fishbein pada tahun

1980 yang telah banyak digunakan sebagai model untuk memprediksi suatu

intensi atau niat perilaku maupun perilaku individu itu sendiri. Pada teori ini,

Azjen dan Fishbein menyatakan bahwa faktor pembentuk suatu intensi adalah

pertama, sikap individu terhadap perilaku, dan yang kedua adalah norma subjektif.

Norma subjektif yang dimaksudkan adalah presepsi suatu individu ketika

menghadapi suatu tekanan sosial, apakah akan melakukan suatu perbuatan

ataukah tidak. Widyastuti (2014 : 67) dalam bukunya Psikologi Sosial

menjelaskan bahwa teori yang dikemukakan oleh Azjen dan Fishbein ini berusaha

untuk menetapkan faktor-faktor apa saja yang menentukan konsistensi sikap-

perilaku yang dimulai dengan asumsi bahwa seseorang berperliaku secara cukup

rasional. Teori ini memiliki tiga langkah untuk dapat menelaah intensi seseorang:

1. Memprediksi perilaku seseorang dari maksudnya. Misalnya mahasiswa

yang berbuat curang seperti mencontek sebenarnya memiliki maksud

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

35

utama yaitu ingin lulus dari mata kuliah tersebut atau setidaknya

mendapatkan nilai yang baik. Maka dengan alasan masuk akal tersebut, ia

akan lebih mungkin melakukannya dari pada tidak sama sekali.

2. Melihat dari sikap seseorang terhadap perilaku dan presepsi terhadap suatu

situasi. Sikap adalah suatu kecenderungan seseorang dalam merespon

lingkungan sekitar, bersifat tertutup, dan tidak dapat dilihat langsung

(bersifat internal). Sedangkan perilaku adalah sebuah tindakan atau respon

terhadap sesuatu, berasal dari dorongan atas bagaimana kita menyikapinya,

dan dapat dilihat (bersifat eksternal). Misalnya, dari ilustrasi pada poin 1,

apakah mahasiswa tersebut benar dalam menyikapinya maupun kemudian

berperilaku atas dasar sikapnya? Dan apakah mencontek yang ia lakukan

dinilai baik oleh orang lain?

3. Memprediksi norma subjektf yang akan terjadi.

Pada tahap ini mahasiswa tersebut akan memutuskan apakah ia akan

mencontek ataukah ia akan mengurungkan niatnya dikarenakan

bertentangan dengan norma-norma tertentu.

Teori tindakan beralasan ini nantinya akan menjelaskan bagaimana

keterkaitan kelima variabel (tekanan, peluang, pembenaran, self-efficacy, dan

religiusitas) terhadap terjadinya kecurangan akademik mahasiswa. Serta

menganalisis bagaimana keterkaitan dengan fenomena yang terjadi di lapangan.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

36

2.2.3 Kecurangan Akademik

Kecurangan akademik atau disebut dengan academic dishonesty adalah

salah satu bentuk kecurangan dalam dunia pendidikan dimana peserta didik

berbuat curang dalam melakukan pekerjaan sekolah atau tugas perkuliahan.

Sebagai contoh saat ujian, kecurangan akademik dapat dilihat dari adanya

mahasiswa yang membawa jawaban di kertas kecil yang kemudian

disembunyikan, jawaban yang telah disimpan di handphone, sinyal tangan kepada

rekan sebelah, atau bahkan menyalin pekerjaan rekan sebelah, atau contoh lain

seperti mengcopy pekerjaan rekannya (Becker et al., 2006). Kecurangan akademik

merupakan perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh peserta didik, baik pelajar

maupun mahasiswa guna mendapatkan hasil yang mereka inginkan (Artani dan

Wetra, 2017). Hal ini ini juga dijelaskan oleh Albrecht et al.,(2009) bahwa

kecurangan bisa saja terjadi karena adanya tiga hal, yaitu: tekanan (pressure),

peluang (opportunity), dan pembenaran (rationalization), atau disebut dengan

fraud triangle. Hal tersebut tentunya bisa diterapkan tidak hanya dalam skema

kecurangan akuntansi, namun kecurangan akademik. Selanjutmya Purnamasari

(2013) mendefinisikan perilaku curang sebagai perbuatan yang dilakukan oleh

siswa atau mahasiswa untuk menipu, mengaburkan atau mengecoh pengajar

hingga pengajar berpikir bahwa pekerjaan atau tugas yang dikumpulkan adalah

tugas hasil pekerjaan mahasiswa tersebut.

Kecurangan akademik merupakan penggunaan dari segala materi maupun

bantuan yang sebenarnya tidak diperbolehkan dipergunakan dalam tugas-tugas

akademik. Kategori yang termasuk dalam perbuatan cheating dalam konteks

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

37

pendidikan antara lain meniru pekerjaan teman, bertanya langsung kepada teman

ketika ujian sedang berlangsung, membawa catatan berupa kertas, menerima

dropping jawaban dari rekan yang berada di luar ruangan, mencari bocoran soal,

dan take home test (Purnamasari, 2013). McCabe & Trevino (1997) dalam Bolin

(2004) menjabarkan macam-macam kecurangan akademik sebagai berikut:

1. Berusaha mencontek pekerjaan teman bagaimanapun caranya.

2. Menggunakan buku catatan tanpa sepengetahuan pengawas ujian.

3. Tugas dikerjakan oleh rekan lainnya.

4. Menyalin jawaban dari rekan lain saat ujian berlangsung.

5. Bekerjasama saat dosen memberikan pekerjaan rumh (PR).

6. Membantu rekan lainnya untuk berbuat curang saat ujian.

7. Mengutip dari berbagai sumber tanpa menyantumkan asal atau sumber

informasi.

8. Mempelajari model soal ataupun jawaban dari ujian yang pernah diberikan

sebelumnya atau yang berasal dari rekan di kelas lain.

9. Menyalin tugas rekan lainnya dan mengakui bahwa itu adalah hasil

pekerjaan kita.

Perilaku tidak jujur yang dilakukan oleh mahasiswa disebabkan oleh dua

faktor, yakni mahasiswa melihat adanya peluang untuk melakukan kecurangan

akademik dan sikap merasionalisasikan ketidakjujuran akademik yang

dilalkukannya (Bolin, 2004). Mahasiswa yang memiliki kemampuan rendah,

mahasiswa yang menjadi seorang aktivis di organisasi kemahasiswaan,

mahasiswa yang terpengaruh rekan sebayanya untuk mencontek, dan mahasiswa

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

38

yang menimba ilmu di suatu Perguruan Tinggi akan cenderung untuk melakukan

ketidakjujuran akademik (Becker et al., 2006). Indikator kecurangan akademik

yang dikemukakan oleh Becker et al., (2006) dibagi menjadi tiga:

a. Kecurangan dilakukan agar tugas dapat terselesaikan.

b. Kecurangan saat mengerjakan tugas kelompok.

c. Kecurangan saat ujian.

2.2.4 Tekanan (Pressure)

Tekanan merupakan kondisi dimana pelaku kejahatan seketika berada kondisi

terdesak sehingga mau tidak mau mereka terpaksa melakukannya guna menutupi

kebutuhannya (Tuanakotta, 2010 : 208). Tekanan dapat dikatakan sebagai

dorongan atau motivasi dalam diri seseorang (faktor internal) maupun dari

lingkungan sekitar (eksternal) yang menyebabkan seseorang tersebut harus

melakukan suatu tindakan (Apriani,dkk, 2017). Seseorang yang memilik tekanan

akan cendrung untuk melakukan tindakan curang, begitu juga sebaliknya. Hal

tersebut sengaja dilakukan untuk dapat merealisasikan sesuatu yang

diinginkannya. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Wilopo (2016 : 280) tekanan

ada berbagai macam, diantaranya:

a. Tekanan keuangan

Tekanan keuangan seperti halnya banyak hutang, polah hidup melebihi

kemampuannya, kerugian pribadi yang cukup besar, dan kebutuhan keuangan

tidak terduga.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

39

b. Tekanan kelemahan moral

Tekanan kelemahan moral ini diakibatkan oleh kebiasaan berjudi, pemabuk

minuman keras, dan telah terjadi perceraian keluarga. Hal tersebut dapat

menjadi salah satu faktor orang berbuat tindak kriminal

c. Tekanan yang berkaitan dengan pekerjaan

Tekanan ini dapat dicontohkan seperti rendahnya pengakuan hasil pekerjaan,

rasa tidak puas atas pekerjaan yang ia dapat, kehilangan pekerjaan, dan

menganggap gaji yang diterima lebih rendah dari rekannya yang lain.

d. Tekanan lain-lain

Tekanan lain-lain bermacam-macam dan bisa berasal dari lingkungan, sebagi

contoh prestasi yang telah dicapai kurang dihargai, tekanan dari keluarga,

tekanan dari rekan sebaya, maupun tekanan dari sumber lain.

Tekanan dalam kaitannya dengan kecurangan akademik yang dirasakan oleh

mahasiswa beragam, diataranya tekanan dari orang tua, teman sebaya, perguruan

tinggi tempat ia menuntut ilmu, atau tuntutan perusahaan yang memberikan

standar IPK tinggi untuk bisa menjadi karyawan (Murdiansyah, dkk, 2017). Selain

itu, dengan melakukan ketidakjujuran akademik, mahasiswa berharap akan dilihat

sebagai orang yang sukses, patut dipercaya dan dapat mempengaruhi rekan

lainnya (Artani dan Wetra, 2017). Jika mahasiswa merasakan banyak tekanan

dalam dirinya, maka akan muncul kemungkinan bahwa ia akan melakukan suatu

tindakan curang (Becker et al., 2006). Faktor terjadinya tekanan menurut Becker

et al., (2006), Artani dan Wetra (2017) yang mengakibatkan mahasiswa merasa

tertekan saat belajar diantaranya:

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

40

1. Tugas di dalam kelas dirasa sukar untuk dikerjakan oleh mahasiswa dan juga

terlalu banyak.

2. Ujian yang diberikan dirasa terlalu sulit untuk dijawab .

3. Mahasiswa merasa kesulitan untuk memenuhi standar kelulusan yang di

tetapkan tanpa melakukan cara yang curang dalam penyelesaian setiap tugas.

4. Mahasiswa tidak dapat me-manage waktunya dengan baik dikarenakan

kegiatan diluar perkuliahan.

Penelitian yang dilakukan oleh Deliana, dkk (2017) pada 222 responden

menunjukkan hasil bahwa tekanan berpengaruh terhadap terjadinya kecurangan

akademik. Hal tersebut terbukti bahwa dari 222 responden yang mengisi

kuesioner, 56 diantaranya (25,23%) menyatakan bahwa mereka merasa tertekan

saat belajar dikarenakan tugas yang diberikan dosen dirasa sulit bagi mahasiswa.

2.2.5 Peluang (Opportunity)

Peluang didefinisisikan sebagai suatu situasi yang mendasari seseorang untuk

berbuat curang. Peluang atau kesempatan umumnya ada sebelum terjadinya

kecurangan. Hal tersebut didapat pelaku dari mengamati situasi yang ada di

sekitarnya (Tuanakotta, 2010 : 211).

Dijelaskan dalam Wilopo (2016 : 280), peluang dikarenakan berbagai hal,

seperti:

1) Langkanya pengawasan yang mencegah dan mendeteksi kecurangan,

2) Ketidakmampuan untuk memutuskan kualitas kinerja,

3) Kegagalan untuk mendisiplinkan pelaku kecurangan,

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

41

4) Tidak adanya akses informasi,

5) Ketidaktahuan, sikap apatis, dan atau tidak mampu

6) Tidak adanya tindakan pemeriksaan untuk menghindari kecurangan.

Peluang munculnya kecurangan akademik bisa berasal dari sumber lain

(Deliana, dkk, 2017), selain yang telah dijelaskan dalam Wilopo (2016 : 280) di

atas, sumber lain munculnya peluang adalah dari cara berpikir rasional yang

dimiliki mahasiswa. Apabila seseorang memilik tingkat rasional tinggi, maka

semakin sedikit tekanan atau peluang untuk melakukan kecurangan (Apriani, dkk

2017). Becker et al., (2006) menyatakan bahwa semakin tinggi peluang yang

dilihat olah mahasiswa, maka ia akan cenderung untuk berbuat curang. Indikator

munculnya peluang melakukan kecurangan akademik menurut Becker et al.,

(2006) diakibatkan oleh:

1. Pengajar tidak melakukan pengecekan terhadap kejadian plagiarisme.

2. Pengajar tidak melakukan perubahan atas pola tugas terhadap mahasiswa

yang berbeda.

3. Mahasiswa mengamati lingkungan sekitarnya yang juga berpeluang untuk

dapat melakukan tindak kecurangan.

4. Pengajar tidak melakukan pencegahan terhadap tindak kecurangan.

Mahasiswa bisa saja melihat peluang bagus saat hendak melaksanakan ujian

ketika ia telah mendapatkan jawaban dari kelas yang melaksanakan ujian terlebih

dahulu. Becker et al., (2006). Peluang untuk melakukan kecurangan akademik

tidak dapat dihilangkan. Hal tersebut dikarenakan penghilangan peluang untuk

melakukan kecurangan membutuhkan peningkatan penjagaan, memperketat

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

42

sanksi, hingga mengacaukan hubungan sosial pelaku. Bagaimanapun juga, para

pelaku kecurangan cenderung selalu menemukan cara baru untuk berbuat curang

(Bolin, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Apriani, dkk (2017) kepada 85

responden di Universitas Brawijaya Malang menunjukkan bahwa peluang dapat

mempengaruhi mahasiswa untuk bertindak curang, hal ini dikarenakan ketika

mahasiswa memiliki peluang yang besar, maka pemikiran rasional mereka akan

berkurang. Ketika pikiran rasional mahasiswa berkurang, maka meraka akan

semakin termotivasi untuk berbuat curang (Apriani, dkk 2017).

2.2.6 Pembenaran (Rationalization)

Pembenaran biasanya dilakukan sebelum melakukan kejahatan, bukan

sesudahnya. Mencari pembenaran merupakan bagian yang harus ada dalam

kejahatan itu sendiri, bukan bagian dari motivasi untuk melakukan kejahatan

(Tuanakotta, 2010 : 212). Hal tersebut biasanya berasal dari adanya konflik

internal dari diri mahasiswa sebagai dasar untuk melegalkan fraud yang dia

lakukan (Nursani dan Irianto, 2016). Pembenaran umumnya berupa alasan,

seperti: “tidak ada orang lain yang dirugikan atas tindakan ini”, “hal ini saya

lakukan untuk tujuan baik”, atau “ada yang menderita karena hal ini, yaitu

integritas dan reputasi saya” (Wilopo, 2016 : 283-284). Biasanya mahasiswa

membenarkan perbuatan curangnya dikarenakan mereka merasa tidak tahu apakah

menggunakan ide orang lain merupakan hal legal. Hal tersebut dikarenakan

adanya kesalahan pelaksanaan peraturan tentang kecurangan akademik yang

menyebabakan mahasiswa membenarkan segala tindakannya untuk mendapatkan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

43

hasil yang baik (Becker et al., 2006). Faktor pendukung terjadinya pembenaran

untuk melakukan kecurangan akademik disebutkan oleh Becker et al.(2006)

Sebagai berikut:

1. Pengajar tidak memberikan penjelasan atas peraturaran perilaku tidak jujur

dalam perkuliahan

2. Pengajar tidak memberikan sanksi tegas untuk mahasiswa yang terlibat dalam

kecurangan

3. Fakultas tidak selalu mendeteksi terjadinya kecurangan oleh mahasiswa.

4. Sanksi yang diberikan kampus terhadap pelaku kecurangan akademik tidak

sepadan.

Penelitian terkait pembenaran tindakan yang dilakukan mahasiswa terhadap

perilaku kecurangan akademik telah dilakukan oleh Apriani, et al., (2017) dimana

hasil penelitian mereka menemukan bahwa pembenaran (rationalization)

berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kecurangan akademik. Indikator

pengukuran pembenaran mahasiswa menurut Apriani, et al., (2017) diantaranya:

a. Kecurangan akademik seperti halnya mencontek merupakan hal yang biasa

bagi mahasiswa.

b. Mencontek dirasa wajar dilakukan karena agar mereka mendapatkan nilai

yang tinggi di mata kuliah tertentu.

c. Meraka merasa bahwa jika tindakan mencontek akan membuatnya lebih

dihargai oleh rekan lainnya.

d. Bagi mahasiswa mencontek merupakan cara instant untuk mendapatkan

nilai yang ia inginkan tanpa harus bersusah payah untuk belajar.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

44

Pembenaran merupakan hal yang juga mempengaruhi terjadinya kecurangan

akademik seperti halnya penelitian yang telah dilakukan oleh Nursani dan Irianto

(2016) pada 292 mahasiswa jurusan Akuntansi Unversitas Brawijaya Malang

yang menujukkan bahwa pembenaran (rationalization) berpengaruh terhadap

kecurangan akdemik, hal tersebut dikarenakan mahasiswa merasa adanya

persaingan yang tidak adil jika ia tidak turut melakukan kecurangan, sehingga

mahasiswa merasa perlu untuk melakukan ketidakjujuran seperti mencontek,

menyalin pekerjaan teman, dan sebagainya agar bisa mendapatkan kesetaraan dan

kepuasan dalam mencapai nilai yang diinginkan.

2.2.7 Self-Efficacy

Self-efficacy merupakan sebuah ekspektasi dalam diri manusia yang

menentukan seberapa banyak usaha dan seberapa lama seseorang akan berusaha

bertahan dalam menghadapi permasalahan dan pengalaman yang tidak

menyenangkan (Bandura, 1997) dalam Pudjiastuti (2012) . Menurut Ghufron dan

Risnawita (2011 : 73) efikasi diri adalah:

“ Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau self-

knowledge yang paling berpengaruh pada kehidupan manusia sehari-hari.Hal

ini disebabkan efikasi diri yang dimiliki ikut mempengaruhi individu dalam

menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan,

termasuk didalamnya perkiraan berbagai kejadian yang akan dihadapi.”

Efikasi diri secara umum memiliki hubungan dengan harga diri (self-esteem)

karena keduanya merupakan aspek dari penilaian diri yang berkaitan dengan

kesuksesan atau kegagalan seseorang. Menurut Bandura (1997) dalam Ghufron

dan Risnawita (2011 : 75) menyatakan bahwa efikasi diri merupakan hasil dari

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

45

suatu proses kognitif berupa keputusan, keyakinan, atau pengharapan tentang

sejauh mana individu memperkirakan kemampuan dirinya dalam melaksanakan

tugas, atau sebuah tindakan tertentu yang dibutuhkan untuk mencapai hasil yang

diinginkan. Dalam kehidupan sehari-hari, efikasi diri memimpin kita untuk

menentukan cita-cita yang menantang dan tetap bertahan dalam menghadapi

kesulitan.

Menurut definisi tersebut, efikasi diri dalam kaitannya dengan bidang

akademik dapat dipahami sebagai keyakinan seseorang terhadap keamampuan

dirinya untuk mengerjakan sesuatu. Orang yang memiliki efikasi diri tinggi,

berarti ia memiliki keyakinan diri yang tinggi bahwa ia dapat meyelesaikan

tugasnya dengan baik. Sebaliknya, seseorang yang memiliki self-efficacy rendah

akan cenderung merasa kurang percaya diri dan mempresepsikan bahwa

kemampuan yang dimiliki belum tentu dapat membuat mereka lulus atau berhasil

dalam ujian.

Bandura (1997) dalam Ghufron dan Risnawita (2011 : 78) menjelaskan

bahwa efikasi diri seseorang bersumber dari empat hal, diantaranya:

a. Pengalaman Keberhasilan (Mastery Experiences)

Pada tahap ini pengalaman yang secara langsung dialami oleh individu

tersebut, baik berupa suatu keberhasilan maupun kegagalan, merupakan

faktor yang paling berpengaruh terhadap efikasi diri seseorang. Sebagai

contoh mahasiswa yang memiliki efikasi diri yang kuat, ia akan cenderung

untuk memotivasi dirinya dari setiap kegagalan yang pernah ia alami

sebelumnya.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

46

b. Pengalaman Orang Lain (Vicarious Experience)

Tahap kedua menjelaskan bahwa pengamatan terhadap keberhasilan orang

lain dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan tugas akan

meningkatkan efikasi diri individu tersebut dalam mengerjakan tugas yang

sama. Sebaliknya, jika pengamatan dilakukan kepada kegagalan orang lain,

maka akan menurunkan penilaian pengamat tersebut terhadap penilaian

kemampuannya dan dapat mengurangi usaha yang dilakukan.

c. Persuasi Verbal (Verbal Persuasion)

Dengan persuasi verbal, individu diarahkan dengan saran, nasihat, dan

bimbingan sehingga dapat meningkatkan keyakinan tentang kemampuan

yang dimilikinya dalam mencapai tujuan dan keinginannya. Menurut Bandura

(1997) dalam Ghufron dan Risnawita (2011) persuasi verbal tidak

memberikan dampak terlalu besar dalam peningkatan efikasi diri dikarenakan

ketika seseorang berada dalam kondisi menekan dan gagal terus menerus,

pengaruh sugesti akan cepat lenyap jika mengalami pengalaman yang tidak

menyenangkan.

d. Kondisi Fisiologis (Physiological State)

Individu akan mendasarkan informasi mengenai kondisi fisiologis mereka

untuk menilai kemampuannya. Apabila seseorang berada pada suatu kondisi

fisik yang dirasa kurang mendukung, maka hal tersebut akan menjadi suatu

hambatan yang berujung akan melemahkan kinerja individu tersebut.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

47

Selain empat sumber pembentuk efikasi diri di atas, terdapat tiga dimensi

pengukuran (indikator) yang dikemukakan oleh Albert Bandura (dalam Ghufron

dan Risnawita, 2011 : 78) terkait dengan self-efficacy pada diri mahasiswa, yakni:

a. Dimensi level

Pada dimensi ini menjelaskan tentang tingkat kesulitan yang nantinya

akan dihadapi oleh mahasiswa. Sebagai contoh, jika mahasiswa

dihadapkan pada tugas yang telah disusun menurut tingkat kesulitannya

seperti mudah, sedang, dan sulit, maka efikasi diri mahasiswa tersebut

akan sebatas pada tugas yang diberikan dan sesuai dengan batas

kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan tugas tersebut.

b. Dimensi kekuatan

Dimensi kekuatan menjelaskan seberapa besar keyakinan mahasiswa

untuk mampu meyelesaikan sebuah masalah. Dimensi in imemiliki

keterkaitan dengan dimensi level, dimana makin tinggi level kesulitan

tugas yang diberikan, maka makin lemah keyakinan mahasiswa untuk

dapat menyelesaikannya.

c. Dimensi generalisasi.

Dimensi ini menjelaskan luas bidang keyakinan mahasiswa terhadap

sesuatu yang dihadapi.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

48

2.2.8 Religiusitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, religi merupakan sebuah

kepercayaan kepada Tuhan, kepercyaan kepada pencipta alam semesta.

Sedangkan religiusitas diartikan sebagai tingkat religi yang dimiliki manusia atau

secara sederhana adalah tingkat kepercayaan manusia terhadap Tuhannya.

Menurut Ghufron dan Risnawita (2011 : 167) religiusitas adalah:

“Religiusitas menunjuk pada tingkat keterikatan individu terhadap

agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan

menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala

tindakan dan pandangan dalam hidupnya”.

Religiusitas diwujudkan dengan tidak hanya saat seseorang melakukan perilaku

ritual (beribadah saja), tetapi juga saat melakukan perbuatan baik yang didorong

oleh kekuatan lahir maupun batin. Religiusitas menuntun sesesorang untuk dapat

terhindar dari perbuatan yang tidak benar. Hampir semua agama mengajarkan

kebaikan dalam kaitannya berperilaku. Religiusitas berpengaruh negatif terhadap

kecurangan akademik (Purnamasari, 2013), hal tersbut memiliki makna bahwa

seseorang yang memiliki religiusitas tinggi akan merasa takut akan Tuhannya

dimana ia akan percaya adanya Karma atau balasan atas setiap perbuatan di dunia

ini. Indikator pengukuran religiusitas seseorang menurut Glock dan Stark dalam

Ghufron dan Risnawita (2011 : 170) dapat dilihat dari dimensi berikut:

a. Dimensi Iman (the ideological dimension). Iman diartikan sebagai suatu

kepercayaan, keyakinan, dan keteguhan batin kepada terutamanya adalah

Tuhan. Dimensi iman berisi tentang pengaharapan-pengharapan dimana

orang religius berpegang teguh pada panangan teologis tertentu dan mengakui

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

49

kebenaran suatu doktrin. Dimensi ini mencakup keyakinan terhadap Tuhan,

para nabi, kitab suci, hari akhir, dan ketetapan Tuhan.

b. Dimensi Ibadah (The ritualistic dimension) mengukur sejauh mana seseorang

melakukan kewajiban ritualnya dalam agama yang dianut dan tingkat

intensitas pelaksanaan ibadah misalnya shalat, pergi ke tempat ibadah,

berdoa, berpuasa, dan sebagainya.

c. Dimensi Ihsan dan penghayatan (the experential dimenssion) menjelaskan

mengenai pengalaman seseorang terkait tentang kehadiran Tuhan dalam

kehidupan, merasa takut saat hendak melanggar laranganNya, tersentuh saat

mendengar alunan kitab suci, dan sebagainya.

d. Dimensi pengetahuan agama (the intellectual dimension)

Dimensi ini berkaitan degan pengetahuan dan pemahaman seseorang terhadap

ajaran agamanya. Dimensi ini mengacu pada harapan bahwa orang beragama

minimal memiliki sejumlah pengetahuan mengenai dasar keyakinannya

semisal seperti yang tertuang dalam hadist, fiqih, dan kitab suci.

e. Dimensi pengamalan dan konsekuensi (the consequential dimension)

Dimensi ini mengacu pada identifikasi akibat-akibat keyakinan keagamaan,

praktik, pengalaman dan pengetahuan seseorang dari hari ke hari. Dimensi

ini berkaitan dengan kegiatan pemeluk agama untuk merealisasikan ajaran-

ajaran dan lebih mengerah ke hubungan manusiawi seperti menjalin

silaturahmi, menjenguk orang sakit, dan sebagainya.

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

50

2.2.9 Pengaruh Tekanan (Pressure) Terhadap Terjadinya Kecurangan

Akademik Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Purnamasari (2013) menyatakan bahwa tekanan-tekanan terbesar yang

dialami oleh siswa antara lain keseharusan atau pemaksaan untuk lulus,

kompetensi yang dimiliki siswa untuk mendaptkan nilai tinggi, beban tugas yang

begitu banyak dan waktu belajar yang tidak cukup. Terlalu banyak tekanan yang

dirasakan oleh mahasiwa, maka ia akan merasa terbebani dalam melakukan segala

hal. Masalah ini sering terjadi pada mahasiwa yang merasa belum menemukan

kecocokan atas sesuatu yang ia senangi dengan yang ia tekuni. Jika tekanan yang

ada di dalam diri mahasiswa semakin banyak, bisa dipastikan ia akan mengalami

stress atau depresi karena tidak terpenuhinya target-target yang telah ia tetapkan.

Bisa saja karena ingin memenuhi target yang telah ia buat, seorang mahasiswa

terkadang melegalkan segala cara agar sedikit demi sedikit tekanan tersebut

hilang. Sehingga, semakin tinggi tekanan yang dirasakan oleh mahasiswa, maka

mahasiswa tersebut akan cenderung untuk berbuat curang (Apriani, dkk 2017).

Keterkaitan antara tekanan terhadap terjadinya kecurangan akademik telah

banyak diteliti sebelumnya. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh

Murdiansyah, dkk (2017) pada mahasiswa Ekonomi dan Bisnis Universitas

Brawijaya Malang yang memberikan hasil bahwa tekanan yang dirasakan oleh

masiswa umumnya dilakukan demi mendapatkan kelancaran saat studi serta untuk

mendapatkan Indeks Prestasi (IP) yang memuaskan. Nilai yang didapatkan

mahasiswa ssat perkuliahan masih menjadi cerminan atau simbol keberhasilan

mereka, sehingga mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai terbaik

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

51

bagaimanapun caranya. Mereka sering kali mementingkan untuk mendapatkan

nilai yang baik dari pada ilmu yang mereka dapatkan saat perkuliahan. Sehingga,

dari pernyataan tersebut, mahasiswa termotivasi untuk mendapatkan apa yang

mereka inginkan bagaimanapun caranya.

Penelitian lain dilakukan oleh Apriani, dkk (2017), Zamzam, dkk ( 2017),

Deliana, dkk (2017), Fitriana dan Baridwan (2012), dan Becker et al.,(2006)

menjelaskan bahwa variabel tekanan (pressure) memiliki pengaruh terhadap

kecurangan akademik.

2.2.10 Pengaruh Peluang (Opportunity) Terhadap Terjadinya Kecurangan

Akademik Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Peluang menjadi alasan seseorang melakukan tindak kecurangan. Peluang

bisa saja terjadi karena adanya celah yang dimanfaatkan secara tidak benar atau

dapat dikarenakan lemahnya pengawaasan. Peluang terjadinya kecurangan

akademik di kalangan mahasiswa antara lain mencontek, membuka kertas

jawaban saat ujian (ngrepek), membuka handphone di dalam ruang ujian, mencari

jawaban dari rekan yang berada di luar kelas, dan sebagainya.

Penelitan terkait hubungan peluang dengan terjadinya kecurangan

akademik telah dilakukan, diantaranya Penelitian yang dilakukan oleh Deliana,

dkk (2017), Nursani dan Irianto (2016), Fitriana dan Baridwan (2012) dan Becker

et al.,(2006) menujukkan bahwa variabel peluang (opportunity) berpengaruh

terhadap terjadinya kecurangan akademik. Sebagai contoh, penelitian yang

dilakukan oleh Nursani dan Irianto (2016) menemukan bahwa peluang yang

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

52

dilihat oleh mahasiswa berasal dari sumber lain salah satunya teknologi internet,

kondisi kelas, dan koneksi dengan kakak tingkat. Hal ini menjelaskan bahwa

peluang dapat terjadi saat dosen meninggalkan ruang ujian, lemahnya

pengawasasn saat ujian, mahasiswa berada pada lingkungan yang sering

melakukan kecurangan, atau posisi mahasiswa strategis untuk melakukan

kecurangan, maka hal-hal tersebut akan semakin mendorong mahasiswa untuk

berbuat curang saat ujian.

2.2.11 Pengaruh Pembenaran (Rationalization) Terhadap Terjadinya

Kecurangan Akademik Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Pembenaran (raionalization) menurut Padmayanti, dkk (2017) menyatakan

bahwa rasionalisasi adalah proses atau cara untuk menjadikan sesuatu yang tidak

rasional menjadi rasional atau dapat diterima dengan akal sehat. Pembenaran

umumnya berupa alasan, seperti: “tidak ada orang lain yang dirugikan atas

tindakan ini”, “hal ini saya lakukan untuk tujuan baik” (Wilopo, 2016 : 283).

Penelitian terhadap variabel pembenaran dalam kaitannya dengan

terjadinya kecurangan akademik salah satunya dilakukan oleh oleh Padmayanti,

dkk (2017) dimana dari sepuluh pernyataan, terdapat tiga indikator dengan skor

tertinggi yaitu: 1) jika soal ujian yang diberikan dosen mudah, maka saya bisa

mendapatkan nilai bagus tanpa harus berbuat curang, 2) saya sering melihat rekan

saya melakukan kecurangan, hal ini memotivasi saya untuk turut berbuat curang,

3) saya melakukan kecurangan hanya saat saya terdesak. Tiga indikator tersebut

menujukkan bahwa mahasiswa membenarkan segala alasan untuk dapat

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

53

menyelamatkan dirinya. Mereka terkadang memikirkan bahwa tindakan mereka

benar tanpa memikirkan jangka panjang dari perilaku terebut.

Rationalization umumnya berupa alasan mendasar mengapa ia melakukan

itu, dengan harapan ia dapat mememnuhi apa yang dituntutkan kepadanya.

Pembenaran dilakukan karena tidak ada atau kurangnya pengtahuan terhadap

tindakan etis dalam diri mahasiswa, sehingga mereka cenderung melakukan suatu

perbuatan yang merugikan diri mereka sendiri. Penelitan tersebut mendukung

penelitian lain yang dilakukan oleh Apriani, dkk (2017), Nursani dan Irianto

(2016), Fitriana dan Baridwan (2012) yang menyatakan bahwa pembenaran

berpengaruh terhadap kecurangan akademik.

2.2.12 Pengaruh Self-Efficacy Terhadap Terjadinya Kecurangan Akademik

Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Self-efficacy banyak didefinisikan sama dengan kepercayaan diri

seseorang. Efikasi diri merupakan keyakinan pada kemampuan seseorang untuk

mengatur dan melakukan serangkaian tindakan yang diperlukan dalam mencapai

keinginannya (Ghufron dan Risnawita 2011 : 73). Efikasi diri dalam kaitannya

dengan bidang akademik dapat dipahami sebagai keyakinan mahasiswa terhadap

keamampuan dirinya untuk mengerjakan sesuatu. Orang yang memiliki efikasi

diri tinggi, berarti ia memiliki keyakinan diri yang tinggi bahwa ia akan dapat

meyelesaikan tugasnya dengan baik. Begitu juga sebaliknya, jika mahasiswa

memiliki slef-efficacy rendah, maka mahasiswa tersebut akan mempresepsikan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

54

bahwa kemampuan yang dimiliknya belum tentu dapat membuatnya berhasil

melalui ujian atau suatu permasalahan.

Penelitian terkait hubugan self-efficacy dengan kecurangan akademik salah

satunya telah dilakukan oleh Pudjiastuti (2012) pada mahasiswa jurusan Psikologi

di salah satu Perguruan Tinggi, dimana sesuai hasil observasi dan wawancara,

mereka merasa tidak yakin atas kemampuan yang dimiliki dan mereka tidak

percaya diri akan mendapat nilai baik meskipun telah belajar sebelum ujian.

Pembahasan dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa self-efficacy

berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik mahasiswa. Hal tersebut

menujukkan bahwa semakin tinggi self-efficacy mahsiswa, maka semakkin rendah

kecenderungan perilaku menconteknya. Penelitian yang dilakukan oleh Pudjiastuti

(2012) didukung oleh penelitian lain seperti Purnamasari (2013) dan Kushartanti

(2009).

2.2.13 Pengaruh Religiusitas Terhadap Terjadinya Kecurangan Akademik

Mahasiswa Jurusan Akuntansi

Religiusitas merupakan tingkatan kepercayaan seseorang terhadap adanya

Tuhan. Kepercayaan seseorang tersebut nantinya akan membantu dalam

menentukan apakah perbuatan yang dilakukan baik atau tidak. Seseorang dengan

religiusitas tinggi akan cenderung menghindari perbuatan yang dirasa akan

merugikan kehidupannya di waktu yang akan datang, mereka juga

mempertimbangkan terkait adanya karma atau balasan atas perbuatan tidak baik

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

55

yang pernah mereka lakukan. Dengan demikian, mereka akan senantiasai berhati-

hati dalam berbuat dan lebih memilih cara yang baik.

Penellitian tentang keterkaitan religiusitas terhadap kecurangan akademik

telah dilakukan oleh Herlyana, dkk (2017). Dalam penelitiannya terhadap 50

mahasiswa Perguruan Tinggi di Kota Singaraja, Bali menjukkan bahwa

religiusitas berpengaruh negatif terhadap kecurangan akademik. Hal ini

dikarenakan mereka percaya bahwa jika melakukan tindakan negatif, maka suatu

saat mereka akan mendapatkan balasan yang sepadan. Selain itu, mereka merasa

takut berdosa apabila berbuat curang, karena perbuatan tersebut juga melibatkan

ketidajujuran dan merupakan suatu kebohongan. Sehingga, apabila religiusitas

mahsiswa tinggi, maka kecurangan akademik yang dilakukan mahasiswa akan

rendah. Begitu juga sebaliknya, jika religiusitas mahasiswa rendah, maka motivasi

untuk melakukan kecurangan akademik akan meningkat. Penelitian ini

mendukung penelitian yang telah dilakukan oleh Herlyana, dkk (2017), Zamzam,

dkk (2014), dan Purnamasari (2013).

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu, maka penulis mengindikasikan

faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan mahasiswa melakukan tindak

kecurangan akademik. Untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

kecenderungan kecurangan akademik oleh mahasiswa, maka diperlukan kerangka

pemikiran.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

56

Dari landasan teori yang telah diuraikan, maka dapat disusun hipotesis yang

merupakan alur pemikiran dari peneliti yang kemudian digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 2.2

Kerangka Pemikiran

Kecurangan

Akademik

(Y)

Religiusitas

(X5)

H5

H4

Self-Efficacy

(X4)

H2

Peluang

(Opportunity)

(X2)

H3 Pembenaran

(Rationaliza-

tion) (X3)

H1

Tekanan

(Pressure)

(X1)

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu 1 ...eprints.perbanas.ac.id/3836/4/BAB II.pdf · Variabel independen yang digunakan merupakan dimensi fraud triangle yakni tekanan,

57

Berdasarkan bentuk kerangka pemikiran pada Gambar 2.2, peneliti

menunjukkan bagaimana kecurangan akademik sebagai variabel dependen (Y)

dipengaruhi oleh adanya tekanan (X1), peluang (X2), pembenaran (X3), self-

efficacy (X4), dan religiusitas (X5).

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah dugaan sementara yang keberadaannya perlu dilakukan

pengujian, adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut:

H1 : Tekanan berpengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.

H2 : Peluang berpengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa jurusan

akuntansi.

H3 : Pembenaran berpengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.

H4 : Self-Efficacy berpengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.

H5 : Religiusitas berpengaruh terhadap kecurangan akademik mahasiswa

jurusan akuntansi.