bab ii tinjauan pustaka 2.1 perbankan 2.1.1 sejarah

49
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah Perbankan 2.1.1.1 Asal Mula Kegiatan Perbankan Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia, Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Jika ditelusuri sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang. Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain. Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan nama pedagang valuta asing (money changer). Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional perbankan berkembang menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan peminjaman uang. Uang yang disimpan dari masyarakat oleh perbankan dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan dunia perbankan semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi perkembangan ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan sangat menentukan kemajuan suatu negara.

Upload: lytuong

Post on 31-Dec-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perbankan

2.1.1 Sejarah Perbankan

2.1.1.1 Asal Mula Kegiatan Perbankan

Sejarah mencatat asal mula dikenalnya kegiatan perbankan adalah pada

zaman kerajaan tempo dulu di daratan Eropa. Kemudian usaha perbankan ini

berkembang ke Asia Barat oleh para pedagang. Perkembangan perbankan di Asia,

Afrika dan Amerika dibawa oleh bangsa Eropa pada saat melakukan penjajahan

ke negara jajahannya baik di Asia, Afrika maupun benua Amerika. Jika ditelusuri

sejarah dikenalnya kegiatan perbankan dimulai dari jasa penukaran uang.

Sehingga dalam sejarah perbankan, arti bank dikenal sebagai meja tempat

menukarkan uang. Dalam perjalanan sejarah kerajaan tempo dulu mungkin

penukaran uangnya dilakukan antar kerajaan yang satu dengan kerajaan yang lain.

Kegiatan penukaran uang ini sekarang dikenal dengan nama pedagang valuta

asing (money changer).

Kemudian dalam perkembangan selanjutnya kegiatan operasional

perbankan berkembang menjadi tempat penitipan uang atau yang disebut sekarang

ini kegiatan simpanan. Berikutnya kegiatan perbankan bertambah dengan kegiatan

peminjaman uang. Uang yang disimpan dari masyarakat oleh perbankan

dipinjamkan kembali ke masyarakat yang membutuhkannya. Jasa-jasa bank

lainnya menyusul sesuai dengan perkembangan zaman dan kebutuhan masyarakat

yang semakin beragam. Akibat dari kebutuhan masyarakat akan jasa keuangan

semakin meningkat dan beragam, maka peranan dunia perbankan semakin

dibutuhkan oleh seluruh lapisan masyarakat baik yang berada di negara maju

maupun negara berkembang. Bahkan dewasa ini perkembangan dunia perbankan

semakin pesat dan modern, perbankan semakin mendominasi perkembangan

ekonomi dan bisnis suatu negara. Bahkan aktivitas dan keberadaan perbankan

sangat menentukan kemajuan suatu negara.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

2.1.1.2 Sejarah Perbankan Indonesia

Usaha perbankan itu sendiri baru dimulai dari zaman Babylonia kemudian

dilanjutkan ke zaman Yunani Kuno dan Romawi. Namun, pada saat itu tugas

utama bank hanyalah sebagai tempat tukar-menukar uang.Seiring dengan

perkembangan perdagangan dunia, perkembangan perbankan pun semakin pesat

karena perkembangan dunia perbankan tidak terlepas dari perkembangan

perdagangan. Perkembangan perdagangan semula hanya di daratan Eropa dan

akhirnya menyebar ke Asia Barat. Bank-bank yang sudah terkenal pada saat itu di

Benua Eropa adalah Bank Venesia tahun 1171, kemudian menyusul Bank of

Genoa dan Bank of Barcelona tahun 1320. Sebaliknya perkembangan perbankan

di daratan Inggris baru dimulai pada abad ke-16. Namun, karena Inggris yang

begitu aktif mencari daerah perdagangan yang kemudian dijajah, maka

perkembangan perbankan pun ikut dibawa ke negara jajahannya.

Sejarah perbankan di Indonesia tidak terlepas dari zaman penjajahan

Hindia Belanda. Pada saat itu terdapat beberapa bank yang memegang peranan

penting di Hindia Belanda. Bank-bank yang ada, yaitu antara lain :

a. De Javasche NV

b. De Post Paar Bank

c. De Algemenevolks Crediet Bank

d. Nederland Handles Maatscappij (NHM)

e. Nationale Handles Bank (NHB)

f. De Escompo Bank NV

Di samping itu, terdapat pula beberapa bank-bank milik pribumi, China,

Jepang dan Eropa lainnya. Bank-bank tersebut antara lain :

a. Bank Nasional Indonesia

b. Bank Abuan Saudagar

c. NV Bank Boemi

d. The Charteredbank of India

e. The Yokohama Species Bank

f. The Matsui Bank

g. The Bank of China

h. Batavia Bank

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Di zaman kemerdekaan perbankan di Indonesia bertambah maju dan

berkembang lagi. Beberapa bank Belanda dinasionalisasi oleh Pemerintah

Indonesia. Bank-bank yang ada di zaman awal kemerdekaan antara lain :

a. Bank Negara Indonesia yang didirikan tanggal 5 Juli 1946 kemudian menjadi

BNI 1946.

b. Bank Rakyat Indonesia yang didirikan tanggal 22 Februari 1946. Bank ini

berasal dari De Algemene Volks Crediet Bank atau Syomin Ginko

c. Bank Surakarta MAI (Maskapai Adil Makmur) tahun 1945.

d. Bank Indonesia di Palembang tahun 1946.

e. Bank Dagang Nasional Indonesia Tahun 1946 di Medan.

f. Indonesian Banking Corporation tahun 1947 di Yogyakarta, kemudian

menjadi Bank Amerta.

g. NV Bank Sulawesi di Manado tahun 1946.

h. Bank Dagang Indonesia NV di Banjarmasin tahun 1949.

i. Kalimantan Corporation Trading di Samarinda tahun 1950 kemudian merger

dengan Bank Pasifik.

j. Bank Timur NV di Semarang berganti nama menjadi Bank Gemari, kemudian

merger dengan Bank Central Asia (BCA) tahun 1949.

2.1.1.3 Sejarah Bank Pemerintah

Seperti diketahui bahwa bangsa Indonesia mengenal dunia perbankan dari

bekas penjajahnya, yaitu Belanda. Oleh karena itu, sejarah perbankan pun tidak

terlepas dari pengaruh negara yang menjajahnya, baik untuk bank pemerintah

maupun bank swasta nasional. Berikut ini akan dijelaskan secara singkat sejarah

bank-bank milik pemerintah, yaitu sebagai berikut :

a. Bank Sentral

Bank Sentral di Indonesia adalah Bank Indonesia (BI) berdasarkan UU No. 13

Tahun 1968. Kemudian ditegaskan lagi dengan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 1999. Bank ini sebelumnya berasal dari De Javasche Bank yang

dinasionalisasi tahun 1951.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

b. Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor

Bank ini berasal dari De Algemene Volkcrediet Bank, kemudian dilebur

setelah menjadi Bank Tunggal dengan nama Bank Nasional Indonesia (BNI)

unit II yang bergerak di bidang rural dengan eksim dipisahkan lagi menjadi :

1. Yang membidangi rural menjadi Bank Rakyat Indonesia (BRI) dengan UU

No. 21 Tahun 1968.

2. Yang membidangi eksim dengan UU No. 22 1968 menjadi Bank Ekspor

Impor Indonesia.

c. Bank Negara Indonesia 1946 (BNI)

Bank ini menjalankan fungsi BNI unit III dengan UU No 17 Tahun 1968

berubah menjadi Bank Negara Indonesia 1946.

d. Bank Dagang Negara (BDN)

BDn berasal dari Escompto Bank yang dinasionalisasi dengan PP No. 13

Tahun 1960, namun PP ini dicabut dan diganti dengan UU No. 18 Tahun 1968

menjadi Bank Negara. BDN satu-satunya bank pemerintah yang berada di luar

Bank Negara Indonesia Unit.

e. Bank Bumi Daya (BBD)

BBD semula berasal dari Nederlandsch Indische Handles. Bank ini kemudian

menjadi Nationale Handlesbank, selanjutnya bank ini menjadi Bank Negara

Indonesia Unit IV dan berdasarkan UU No. 19 Tahun 1968 menjadi Bank

Bumi Daya.

f. Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO)

BAPINDO didirikan dengan UU No. 21 Tahun 1960 yang merupakan

kelanjutan dari Bank Industri Negara (BIN) tahun 1951.

g. Bank Pembangunan Daerah (BPD)

Bank ini didirikan di daerah-daerah tingkat I. Dasar hokum pendiriannya

adalah UU No.12 Tahun 1962.

h. Bank Tabungan Negara (BTN)

BTN berasal dari De Post Paar Bank yang kemudian menjadi Bank Tabungan

Pos Tahun 1950. Selanjutnya menjadi Bank Negara Indonesia Unit V dan

terakhir menjadi Bank Tabungan Negara dengan UU No. 20 Tahun 1968.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

i. Bank Mandiri

Bank ini merupakan hasil merger antara Bank Bumi Daya, Bank Dagang

Negara, Bank Pembangunan Indonesia dan Bank Ekspor Impor. Hasil merger

keempat bank ini dilaksanakan pada tahun 1999.

2.1.1.4 Pengertian Bank dan Jenis Bank Menurut Fungsinya

Bank adalah sebuah tempat dimana uang disimpan dan dipinjamkan.

Menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana

telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Bank adalah badan

usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanana dan

menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk

lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dan menurut

Kasmir (2008), pengertian bank merupakan perusahaan yang bergeak dalam

bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang

keuangan. Sehingga berbicara mengenai bank tidak terlepas dari masalah

keuangan.

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, jenis

perbankan menurut fungsinya, terdiri dari :

a. Bank Sentral

Adalah bank yang memiliki tugas untuk mengatur peredaran uang, mengatur

pengerahan dana-dana, mengatur perbankan, mengatur perkreditan dan lain

sebagainya.

b. Bank Umum

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau

berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya berdasarkan jasa dalam

lalu lintas pembayaran.

c. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau

berdasarkan prinsip syariah.

Dari pengertian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank

merupakan perusahaan yang bergerak di bidang keuangan, artinya aktivitas

perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

2.1.1.5 Fungsi Perbankan

Terdapat empat fungsi utama jasa keuangan terutama bank bagi

perekonomian. Pertama adalah menyediakan uang (a medium exchange, a store of

value unit of account to measure the value of the transaction). Kedua adalah

sebagai intermediasi keuangan. Ketiga sebagai penyedia sarana pemerintah dan

pendistribusian risiko dalam perekonomian. Keempat sebagai salah satu bagian

dari instrument kebijakan penstabil perekonomian. Aktivitas intermediasi

keuangan yang dapat kita baca adalah kemampuan perbankan dalam memobilisasi

dana masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk

pembiayaan atau kredit.

Fungsi utama dari bank adalah menyediakan jasa menyangkut

penyimpanan nilai dan perluasan kredit. Evolusi bank berawal dari tulisan dan

berlanjut sampai sekarang dimana bank sebagai institusi keuangan yang

menyediakan jasa keuangan. Sekarang ini bank adalah institusi yang memegang

lisensi bank. Lisensi bank diberikan oleh otoriter supervise keuangan dan

memberikan hak untuk melakukan jasa perbankan dasar, seperti menerima

tabungan dan memberikan pinjaman. Yang pada mulanya kata bank berasal dari

bahasa Italia yang berarti banca atau uang. Biasanya bank menghasilkan

keuntungan dari biaya transaksi atas jasa yang diberikan dan bunga dari pinjaman.

Adapun kegiatan antar bank yang dilakukan antara lain :

- Memberikan pinjaman berkelompok (pool loan).

- Kliring house dimana utang piutang antar bank diperhitungkan.

2.1.2 Kinerja

2.1.2.1 Pengertian Kinerja

Dari uraian sebelumnya penilaian efisiensi dan produktivitas perusahaan

dilakukan melalui kinerja perusahaan atas laporan manajemen dan laporan

keuangan. Penilaian kinerja menurut Poerwadarminta (2003) menjelaskan

pengertian tentang penilaian dan kinerja adalah proses atau cara menilai. Dalam

bahasa inggris sering diartikan dengan kata measurement yang berarti sisi

pengukuran. Sedangkan kinerja mempunyai pengertian kemampuan kerja. Dalam

bahasa inggris kinerja sering diartikan sebagai performance yang mempunyai arti

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

pelaksanaan. Kinerja dapat dipergunakan manajemen untuk melakukan penilaian

secara periodik mengenai efektivitas suatu organisasi, bagian organisasi dan

karyawan berdasarkan sasaran, standard dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Adapun penilaian kinerja atau prestasi menurut Dessler (2008), penilaian

kinerja adalah suatu prosedur yang mengaitkan pengaturan standar kerja,

mengukur kinerja terkini dari karyawan yang dibandingkan dengan standar dan

memberi timbal balik pada karyawan dengan tujuan untuk memotivasi karyawan

dan menghilangkan kinerja yang buruk atau melanjutkan kinerja yang sudah baik.

Selain itu menurut Sedarmayanti (2007) penilaian kinerja adalah uraian

sistematik, tentang kekuatan/kelebihan dan kelemahan yang berkaitan dengan

pekerjaan seseorang/kelompok. Pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi

(2007) adalah sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu

organisasi, bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja adalah suatu

usaha formal yang dilaksanakan oleh manajemen suatu perusahaan untuk

mengukur measurement dan performance terkini dibandingkan dengan sasaran,

standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan.

2.1.2.2 Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

Adanya pengukuran kinerja tentu memiliki tujuan dan manfaat bagi

perusahaan dan berbagai pihak yang berkepentingan. Tujuan pokok penilaian

kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran perusahaan

dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya.

Penilaian kinerja dilakukan untuk menekan perilaku yang tidak semestinya terjadi

melalui umpan balik kinerja hasil kinerja pada waktunya serta penghargaan.

Menurut Mulyadi (2007) tujuan dari penilaian kinerja adalah untuk memotivasi

karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar

perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya agar membuahkan tindakan dan hasil

yang diinginkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

rencana formal yang dituangkan dalam anggaran. Sedangkan menurut Mulyadi

(2007), penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen untuk :

1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian

karyawan secara maksimum.

2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan.

3. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka

dalam menilai kinerja bawahannya.

4. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

5. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk

menyediakan kinerja seleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan.

2.1.2.3 Pengukuran dalam Penilaian Kinerja

Untuk mengetahui sejauh mana kinerja karyawan, maka perlu diadakan

penilaian terhadap kinerja karyawan dan dari penilaian tersebut dapat diketahui

apakah kinerja yang dihasilkan karyawan telah memenuhi target yang ditentukan

oleh organisasi atau tidak. Selanjutnya menurut Dessler (2008 : 295) menjabarkan

metode yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan sebagai berikut :

1. Graphic rating scale method

Supervisor menilai bawahannya dengan cara memberi tanda centang atau

melingkari skor yang paling menggambarkan setiap kategori penilaian.

2. Alternation ranking method

Mengurutkan ranking karyawan dari yang terbaik hingga yang terburuk di

setiap kategori.

3. Paired comparison method

Metode ini membantu metode ranking menjadi lebih tepat. Kita

membandingkan antara satu karyawan dengan karyawan yang lain pada setiap

kategori yang ada.

4. Forced distribution method

Dengan metode ini, kita menentukan nilai prosentase terlebih dahulu pada

setiap kategori kinerja yang ingin dinilai.

5. Critical incident method

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Supervisor membuat catatan tentang baik atau buruknya (critical incidents)

kinerja bawahannya dan membahas hal ini bersama bawahannya pada waktu

yang sudah ditentukan.

6. Narrative forms

Asesmen naratif ini menolong karyawan dalam memahami dimana kinerja

mereka baik atau buruk dan bagaimana untuk meningkatkan kinerja mereka.

7. Behaviorally anchored rating scale (BARS)

Skala ini merupakan gabungan dari kejadian kritis yang diuraikan seccara

naratif dengan peringkat kuantitatif, dimana setiap angkan kuantitatif

dikaitkan dengan perilaku kerja yang baik dan buruk.

8. Management by objective

Mengaitkan tujuan yang spesifik dan terukur dengan karyawan dan membahas

perkembangan yang sudah tercapai secara periodik.

9. Computerized and web-based performance appraisal

Supervisor memantau data kinerja karyawannya yang sudah terkomputerisasi

yang diperbaharui setiap hari.

Adapun menurut Mulyadi (2007) terdapat tiga macam pengukuran kinerja, yaitu :

1. Kriteria Tunggal (Singel Criteria)

Mengukur kinerja karyawan dimana orang akan cenderung memusatkan

usahanya kepada kriteria tersebut dengan akibat diabaikannya kriteria lain,

yang memungkinkan sama pentingnya dalam menentukan sukses atau

tidaknya suatu perusahaan atau bagiannya.

2. Kriteria Beragam (Multiple Criteria)

Aspek kinerja manajer dicari ukurannya, sehingga seorang manajer diukur

kriterianya dengan beragam kriteria. Tujuannya agar manajer yang diukur

kinerjanya mengarahkan usahanya kepada berbagai kinerja.

3. Kriteria Gabungan (Composite Criteria)

Pembobotan angka tertentu kepada beragam kriteria kinerja untuk

mendapatkan ukuran tunggal kinerja manajer, setelah memperhitungkan bobot

beragam kriteria kinerja masing-masing.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

2.1.2.4 Alat Ukur Penilaian Kinerja Perusahaan

Penilaian kinerja dikembangkan untuk memberikan beberapa petunjuk

bagi para manajer untuk mengevaluasi kinerja. Perkembangan alat ukur penilaian

kinerja dan spesifikasi struktur penghargaan merupakan hal utama dalam

organisasi atau perusahaan, karena alat ukur dan penilaian kinerja dapat

mempengaruhi perilaku para manajer. Penilaian kinerja dapat mendukung tingkat

keserasian tujuan. Dengan kata lain, penilaian kinerja mempunyai pengaruh dalam

mewujudkan tujuan perusahaan. Menurut Hansen dan Mowen (2006), ada

beberapa alat ukur kinerja perusahaan, yaitu :

1. Laba Atas Investasi (ROI)

Merupakan alat ukur kinerja yang paling umum bagi pusat investasi, yaitu alat

ukur kinerja yang mengaitkan laba operasi dengan akiva. Yang akan dipakai

adalah menghitung laba yang dihasilkan per-rupiah investasi.

2. Laba Residual (Residual Income)

Merupakan perbedaan antara laba operasi dan minimum pengembalian rupiah

yang diperlukan aktiva operasi perusahaan.

3. Nilai Tambah Ekonomi (Economic Value Added)

Adalah laba operasi setelah pajak dikurangi total biaya modal tahunan. Jika

economic value added positif, berarti perusahaan menghasilkan kekayaan. Jika

negatif, maka perusahaan tidak bisa menghasilkan kekayaan.

2.1.3 Laporan Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Laporan Keuangan

Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai

“alat penguji” dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

keuangan tidak hanya sebagai alat penguji saja tetapi juga sebagai dasar untuk

dapat menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan tersebut. Laporan

keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi, dimana dalam proses

tersebut semua transaksi yang terjadi akan dicatat, diklarifikasikan, diikhtisarkan

untuk kemudian disusun menjadi suatu laporan keuangan. Dimana laporan

keuangan tersebut akan terlihat data kuantitatif dari harga, hutang, modal,

pendapatan dan biaya-biaya dari perusahaan yang bersangkutan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai laporan

keuangan, berikut dikemukakan pengertian/definisi laporan keuangan menurut

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntasi Keuangan (2009), yaitu

laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan

keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan

perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti

misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan-catatan dan

bagian integral dari laporan keuangan. Di samping itu juga termasuk skedul dan

informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi

keuangan segmen industry dan geografis serta pengungkapan pengaruh harga.

Kemudian laporan keuangan menurut Fahmi (2012), yaitu laporan keuangan

merupakan suatu informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu

perusahaan, dan lebih jauh informasi tersebut dapat dijadikan sebagai gambaran

kinerja keuangan perusahaan tersebut. Lebih lanjut Drs. S. Munawir (2007)

menyatakan bahwa laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses

akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data

keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan

keuangan merupakan alat untuk menginformasikan kondisi keuangan pada

periode tertentu yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

ekuitas, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan

sebagai gambaran kinerja keuangan perusahaan.

2.1.3.2 Tujuan dan Manfaat Laporan Keuangan

Dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada

Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi Keuangan (2009)

disebutkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang

menyangkut posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga

menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban

manajemen atas sumber daya yang telah dipercayakan kepadanya. Pemakai yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

ingin menilai apa yang telah dilakukan atau dipertanggungjawabkan, berbuat

demikian agar mereka dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mungkin

mencakup, misalnya keputusan untuk menahan, menjual investasi mereka dalam

perusahaan atau untuk mengangkat kembali atau mengganti manajemen.

Dari definisi di atas dapat dilihat bahwa tujuan laporan keuangan adalah

untuk memberikan informasi yang bermanfaat bagi pemakainya dalam hal

pengambilan keputusan tentang perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan

atau pihak manajemen perusahaan tersebut. Manfaat dari laporan keuangan itu

sendiri terletak pada interpretasi masing-masing pemakai laporan keuangan.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia dalam Standar Akuntansi

Keuangan (2009), pemakai laporan keuangan terdiri dari berbagai pihak dengan

beberapa kepentingan, seperti yang dinyatakan sebagai berikut pemakai laporan

keuangan meliputi investor sekarang dan investor potensial, karyawan, pemberi

pinjaman, pemasok dan kreditur usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta

lembaga-lembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan

untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda.

Menurut Fahmi (2012) ada beberapa pihak yang selama ini dianggap

memiliki kepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan yaitu :

a. Kreditur

Kreditur adalah pihak yang memberikan pinjaman baik dalam bentuk uang

(money), barang (goods) mapun dalam bentuk jasa (services). Contoh kreditur

yang memberikan pinjaman dalam bentuk uang adalah perbankan atau leasing.

Pada saat pihak debitur mengajukan permohonan untuk meminjam sejumlah

dana kepada kreditur, maka sudah menjadi kewajiban bagi pihak kreditur

untuk melakukan pengecekan terhadap laporan keuangan pihak debitur.

Karena dengan melihat dan meneliti setiap laporan keuangan tersebut pihak

kreditur akan dapat memberikan sebuah rekomendasi apakah usulan pinjaman

tersebut layak direalisasikan atau tidak, dan jika layak berapa angka yang

harus direalisasikan. Karena bagi pihak kreditur ini menyangkut dengan

kemampuan dari pihak debitur untuk mampu mengembalikan pinjaman

tersebut.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

b. Investor

Investor disini bisa mereka yang membeli saham tersebut atau bahkan

komisaris perusahaan. Seorang investor berkewajiban untuk mengetahui

secara mendalam kondisi perusahaan dimana ia akan berinvestasi atau pada

saat ia sudah berinvestasi, karena dengan memahami laporan keuangan

perusahaan tersebut artinya ia akan mengetahui berbagai informasi keuangan

perusahaan.

c. Akuntan Publik

Akuntan publik adalah mereka yang ditugaskan untuk melakukan audit pada

sebuah perusahaan. Dan yang menjadi bahan audit seorang akuntan publik

adalah laporan keuangan perusahaan, untuk selanjutnya pada hasil audit ia

akan melaporkan dan memberikan penilaian dalam bentuk rekomendasi.

d. Karyawan Perusahaan

Karyawan merupakan mereka yang terlibat secara penuh di suatu perusahaan.

Dan secara ekonomi mereka mempunyai ketergantungan yang besar yaitu

pekerjaan dan penghasilan yang diterima dari perusahaan tempat bekerja telah

begitu berperan dalam membantu kehidupannya, terutama jika karyawan

tersebut telah berkeluarga. Dengan begitu posisi perusahaan yang

tergambarkan dalam laporan keuangan menjadi bahan kajian bagi para

karyawan dalam memposisikan keputusan ke depan nantinya.

e. Bapepam

Bapepam adalah Badan Pengawas Pasar Modal. Bagi suatu perusahaan yang

akan go public maka perusahaan tersebut berkewajiban untuk memperlihatkan

laporan keuangannya kepada Bapepam dalam hal ini PT. Bursa Efek

Indonesia. Bapepam bertugas untuk mengamati dan mengawasi setiap kondisi

perusahaan yang go public. go public artinya perusahaan tersebut telah

memutuskan untuk menjual sahamnya kepada publik dan siap untuk dinilai

oleh publik secara terbuka.

f. Underwriter

Underwriter adalah penjamin emisi bagi setiap perusahaan yang akan

menerbitkan sahamnya di pasar modal.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

g. Konsumen

Konsumen adalah pihak yang menikmati produk dan jasa yang dihasilkan oleh

sebuah perusahaan. Dari sudut marketing konsumen dibagi menjadi dua, yaitu

ada yang dimaksud dengan konsumen aktual dan konsumen potensial.

Konsumen aktual adalah konsumen yang loyal terhadap produk dan jasa yang

dihasilkan oleh sebuah perusahaan. Dan konsumen potensial adalah konsumen

yang berpotensi menjadi konsumen aktual

h. Pemasok (supplier)

Pemasok (supplier) merupakan mereka yang menerima order untuk memasok

setiap kebutuhan perusahaan mulai dari hal-hal yang dianggap kecil sampai

yang besar yang mana semua dihitung dengan skala finansial.

i. Lembaga Penilai

Lembaga penilai disini berasal dari berbagai latar belakang seperti GCG

(Good Corporate Governance), WALHI (wahana lingkungan hidup), majalah,

televisi, tabloid, surat kabar dan lainnya yang secara berkala membuat

rangking perusahaan berdasarkan klasifikasi masing-masing seperti 10

perbankan terbaik versi majalah Warta Ekonomi misalnya.

j. Asosiasi Perdagangan

Asosiasi perdagangan ini mencakup mulai dari KADIN (Kamar Dagang dan

Industri), HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia), IKAPI (Ikatan

Penerbit Indonesia), asosiasi pertekstilan Indonesia dan lainnya. Dimana

organisasi tersebut menaungi berbagai perusahaan yang menjadi anggotanya

dan setiap tahun diadakan rapat tahunan atau berbagai pertemuan lainnya yang

membahas hal yang menjadi hambatan dalam aktivitas bisnis yang dijalankan

dan tidak terkecuali seperti terjadinya penurunan angka penjualan.

k. Pengadilan

Laporan keuangan yang dihasilkan dan disahkan oleh pihak perusahaan adalah

dapat menjadi barang bukti pertanggungjawaban kinerja keuangan, dan

pertanggungjawaban dalam bentuk laporan keuangan tersebut nantinya akan

menjadi subjek pertanyaan dalam peradilan.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

l. Akademis dan Peneliti

Pihak akademis dan peneliti adalah mereka yang melakukan research terhadap

sebuah perusahaan. Sehingga dengan begitu kebutuhan akan informasi sebuah

laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan adalah

mutlak, apalagi jika nanti penelitian tersebut dipublikasikan ke berbagai jurnal

dan media massa baik nasional maupun internasional.

m. Pemerintah Daerah

Pemerintah daerah atau local government adalah mereka yang mempunyai

hubungan kuat dengan kajian seperti akan lahirnya suatu perda (peraturan

daerah) yang berkaitan dengan berbagai aspek.

n. Pemerintah Pusat

Pemerintah pusat adalah dengan segala perangkat yang dimilikinya telah

menjadikan laporan keuangan perusahaan sebagai data fundamental acuan

untuk melihat perkembangan pada berbagai sektor bisnis. Juga harus disadari

bahwa terbentuknya angka-angka pada laporan keuangan tidak bisa dipungkiri

dari regulasi dan deregulasi yang telah digulirkan.

o. Pemerintah Asing

Pemerintah asing merupakan pihak yang mengamati perkembangan dan

pertumbuhan ekonomi yang terjadi di suatu negara, dimana misalnya negara

tersebut saling memiliki keterkaitan dalam bentuk perjanjian dagang (trade

contract) yang mencakup dalam berbagai bidang usaha.

p. Organisasi Internasional

Organisasi internasional disini seperti IMF (International Monetary Fund),

WB (World Bank), ADB (Asian Development Bank), ASEAN, PBB dan

lainnya. Mereka ini menjadi pihak yang turut andil dalam usaha menciptakan

terbentuknya tatanan dunia baru. Dukungan baik financial dan non financial

yang diberikan adalah menjadi ukuran kinerja dari lembaga tersebut, seperti

kucuran dana yang diberikan oleh IMF dan WB pada beberapa negara.

Dimana dana tersebut akan dikelola guna mendorong pertumbuhan ekonomi

termasuk dana tersebut disalurkan bagi tumbuh dan berkembangnya private

sector.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Manfaat intern dari hasil interprestasi laporan keuangan dapat berupa

tingkat kinerja keuangan perusahaan , kondisi keuangan perusahaan dibandingkan

dengan perusahaan saingan, efektivitas manajemen dalam pengoperasian

perusahaan dan sebagainya. Sedangkan manfaat ekstern dari hasil interpretasi

laporan bagi investor dapat digunakan untuk membantu dalam pengambilan

keputusan untuk menanamkan dana atau menaikkan modalnya pada perusahaan,

bagi kreditur yaitu membantu pengambilan keputusan dalam pemberian pinjaman

pada perusahaan.

Secara luas manfaat pokok yang diberikan oleh laporan keuangan adalah

informasi mengenai tingkat kinerja keuangan perusahaan yang mengeluarkan

laporan keuangan tersebut. Tingkat kinerja perusahaan dapat diketahui dengan

melakukan analisis dan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dari analisis

tersebut, dapat diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki

perusahaan, sehingga pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat

menggunakannya sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

2.1.3.3 Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan

Walaupun laporan keuangan merupakan informasi yang sangat berguna

bagi berbagai pihak untuk pengambilan keputusan, tapi haruslah disadari bahwa

laporan keuangan masih mempunyai sifat dan keterbatasan, dan keduanya

haruslah menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputuan dari hasil analisis

laporan keuangan. Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud

untuk memberikan gambaran atau laporan kemajuan (progress report) secara

periodik yang dilakukan oleh pihak manajemen yang bersangkutan. Menurut

Munawir (2007) sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah bersifat historis

serta menyeluruh dan sebagai suatu progress report, laporan keuangan terdiri dari

data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara:

a. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)

Berarti bahwa laporan keuangan itu dibuat atas dasar fakta dari catatan

akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam perusahaan maupun

yang disimpan di dalam bank, jumlah piutang, persediaan barang dagangan,

hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari pos-pos

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi di

masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu

dinyatakan dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut (at

original cost). Dengan sifat yang demikian itu maka laporan keuangan tidak

dapat mencerminkan posisi keuangan dari suatu perusahaan dalam kondisi

perekonomian yang paling akhir, karena segala sesuatunya bersifat historis.

b. Prinsip-prinsip dan kebiasaan dalam akuntansi

Berarti data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-

anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim

(General Accepted Accounting Principles), hal ini dilakukan dengan tujuan

untuk memudahkan pencatatan (expediensi) atau untuk keseragaman.

c. Pendapat pribadi (personal judgment)

Dimaksudkan bahwa walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh

konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah

menjadi standard praktek pembukuan namun penggunaan dari konvensi-

konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung dari pada akuntan atau

manajemen perusahaan yang bersangkutan. Judgment atau pendapat ini

bergantung kepada kemampuan atau integritas pembuatnya yang

dikombinasikan dengan fakta yang tercatat dan kebiasaan serta dalil dasar

akuntansi yang telah disetujui akan digunakan dalam beberapa hal.

Dengan mengingat atau memperhatikan sifat-sifat laporan keuangan tersebut

diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan itu mempunyai

beberapa keterbatasan, antara lain :

a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan

interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya

sementara) dan bukan merupakan laporan yang final. Karena itu semua

jumlah-jumlah atau hal-hal yang dilaporkan dalam laporan keuangan tidak

menunjukkan nilai likuidasi atau realisasi dimana dalam interim report ini

terdapat/terkandung pendapat-pendapat pribadi yang telah dilakukan oleh

Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.

b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya

bersifat pasti atau tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

standard nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah. Laporan keuangan

dibuat berdasarkan konsep going concern atau anggapan bahwa perusahaan

akan berjalan terus sehingga aktiva tetap dinilai berdasarkan nilai-nilai historis

atau harga perolehannya dan pengurangannya dilakukan terhadap aktiva tetap

tersebut sebesar akumulasi depresiasinya. Karena itu angka yang tercantum

dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book value) yang

belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.

c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan

atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu, dimana daya beli

(purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan

tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume penjualan yang

dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukkan atau mencerminkan unit

yang dijual semakin besar, mungkin juga diikuti dengan kenaikan tingkat

harga. Jadi, suatu analisa dengan membandingkan data beberapa tahun tanpa

membuat penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh

kesimpulan yang keliru (misleading).

d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat

mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor

tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang, misalnya reputasi dan

prestasi perusahaan, adanya beberapa pesanan yang tidak dapat dipenuhi atau

adanya kontrak-kontrak pembelian maupun penjualan yang telah disetujui,

kemampuan serta integritas manajernya dan sebagainya.

2.1.3.4 Jenis Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang lengkap biasanya akan meliputi neraca, laporan

laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, catatan atas laporan

keuangan serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan

keuangan termasuk juga skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan

laporan keuangan. Laporan keuangan terdiri dari :

a. Neraca

Neraca adalah laporan keuangan yang memberikan informasi mengenai posisi

keuangan perusahaan pada saat tertentu. Untuk dapat menggambarkan posisi

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

keuangan perusahaan pada saat tertentu, neraca mempunyai tiga unsur laporan

keuangan yaitu : aktiva, kewajiban dan ekuitas.

Menurut Munawir (2007), masing-masing unsure tersebut dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1) Aktiva

Dalam pengertian aktiva tidak terbatas pada kekayaan perusahaan yang berwujud

saja, tetapi juga termasuk pengeluaran-pengeluaran yang belum dialokasikan

(deffered charges) atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan

yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible asset)

misalnya goodwill, hak paten, hak menerbitkan dan sebagainya. Pada dasarnya

aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama yaitu aktiva lancar dan

aktiva tidak lancar.

Aktiva Lancar

Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca didasarkan pada urutan

likuiditasnya, sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang paling likuid

sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Yang termasuk kelompok

aktiva lancar (likuid) adalah kas, investasi jangka pendek (surat-surat

berharga/marketable securities), piutang wesel, piutang dagang, persediaan,

persediaan, piutang penghasilan, dan persekot (biaya di bayar di muka)

Aktiva Tidak Lancar

Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relative

permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu

tahun atau tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan.

Yang termasuk aktiva tidak lancar adalah investasi jangka panjang, aktiva

tetap, aktiva tetap tidak berwujud (intangible fixed assets), beban yang

ditangguhkan (deffered charges) dan aktiva lain-lain.

2) Hutang

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihak lain yang

belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana atau modal

perusahaan yang berasal dari kreditor. Hutang atau kewajiban perusahaan dapat

dibedakan ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang tidak lancar

(hutang jangka panjang).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Hutang Lancar

Hutang lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan

perusahaan yang pelunasannya atau pembayaran akan dilakukan dalam jangka

pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar

yang dimiliki oleh perusahaan. Hutang lancar meliputi antara lain hutang

dagang, hutang wesel, hutang pajak, biaya yang masih harus di bayar, hutang

jangka panjang yang segera jatuh tempo, dan penghasilan yang diterima di

muka (deffered revenue).

Hutang Jangka Panjang

Adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu pembayarannya (jatuh

temponya) masih panjang (lebih dari satu tahun sejak tanggal neraca), yang

meliputi hutang obligasi, hutang hipotik dan pinjaman jangka panjang lainnya.

3) Modal

Adalah merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang

ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus dan laba yang ditahan. Atau

kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-

hutangnya.

b. Laporan Laba Rugi

Menurut Fahmi (2012), laporan laba rugi merupakan salah satu dari

banyak bagian suatu paket laporan keuangan dan seperti bagian lainnya, laporan

laba rugi merupakan bagian dari produk berbagai pilihan, dilaporkan seperti

halnya kebijakan bisnis, kondisi ekonomi dan banyak variable yang memengaruhi

hasil yang dilaporkan. Secara umum unsur-unsur yang terkandung dalam laporan

laba rugi (income statement) adalah :

1) Penjualan (Sales)

Penjualan merupakan penerimaan yang diperoleh dari pengiriman barang

dagangan atau dari penyerahan pelayanan dalam bursa sebagai bahan

pertimbangan.

2) Harga Pokok Penjualan (Cost of Good Solds)

Harga pokok penjualan merupakan harga beli atau pembelian suatu barang yang

dijual, dan juga disebut cost of good solds.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

3) Depresiasi (Depreciation)

Depresiasi adalah penurunan nilai yang terjadi secara berangsur-angsur dari waktu

ke waktu.

4) Bunga (Interest)

Bunga merupakan balas jasa yang harus diberikan atas dasar kesepakatan dalam

pinjaman yang diberikan.

5) Pendapatan Sebelum Pajak (Earning Befor Tax)

Pendapatan sebelum pajak (earning before tax) merupakan laba yang terlihat atau

diperoleh sebelum dikurangkan dengan pajak.

6) Pajak (Tax)

Pajak (Tax) merupakan pembayaran yang dibebankan oleh pemerintah atas

penghasilan perorangan, perusahaan, tanah, barang-barang pemberian atau

sumber-sumber lainnya untuk memberikan pemasukan bagi barang umum

(public).

7) Laba Setelah Pajak (Earnings After Tax)

Laba setelah pajak (earnings after tax) merupakan laba yang diperoleh setelah

dikurangkan dengan pajak.

2.1.4 Analisis Laporan Keuangan

2.1.4.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Bagi investor beserta pihak lainnya yang berkeinginan untuk mengetahui

kondisi keuangan suatu perusahaan, maka perlu melakukan analisis laporan

keuangan secara sistematis dan terukur. Dengan tujuan agar hasil yang diperoleh

dapat dijadikan pendukung dalam proses pengambilan keputusan, terutama

dukungan dalam keputusan jangka panjang. Menurut Harahap (2008), pengertian

analisis laporan keuangan adalah analisis laporan keuangan berarti menguraikan

akun-akun laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat

hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara yang

satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif

dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat

penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Sedangkan menurut

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Munawir (2010), analisis laporan keuangan diartikan sebagai berikut analisis

laporan keuangan yang terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada

hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi

keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan

keuangan merupakan proses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat

dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan

perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data

keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan,

sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam

pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan juga dalam

melakukan analisisnya tidak akan lepas dari peranan rasio-rasio laporan keuangan,

dengan melakukan analisis terhadap rasio-rasio keuangan akan dapat menentukan

suatu keputusan yang akan diambil.

2.1.4.2 Teknik Analisis Laporan Keuangan

Pada dasarnya setiap teknik analisis yang digunakan dalam analisis

laporan keuangan memiliki tujuan untuk mendapat pengertian yang lebih

mendalam tentang perusahaan dan sebagai salah satu informasi untuk

pengambilan keputusan. Menurut Munawir (2010), teknik analisis laporan

keuangan terdiri dari :

1. Analisis Perbandingan Laporan Keuangan, adalah metode dan teknik analisis

dengan cara memperbandingkan laporan keuangan untuk dua periode atau

lebih, dengan menunjukkan:

a. Data absolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.

b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah.

c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.

d. Perbandingan yang dinyatakan dalam rasio.

e. Persentase dalam total.

Analisis dengan menggunakan metode ini akan dapat diketahui perubahan-

perubahan yang terjadi dan perubahan mana yang memerlukan penelitian lebih

lanjut.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

2. Trend atau tendensi atau posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang

dinyatakan dalam persentase (Trend Percentage Analysis), adalah suatu

metode atau teknik analisis untuk mengetahui tendensi daripada keadaan

keuangannya, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun.

3. Laporan dengan persentase per komponen (Common Size Statement), adalah

suatu metode analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-

masing aset terhadap total asetnya, juga untuk mengetahui struktur

permodalannya dan komposisi perongkosan yang terjadi dihubungkan dengan

jumlah penjualannya.

4. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, adalah suatu analisis untuk

mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk

mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu.

5. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas (Cash Flow Statement Analysis), adalah

suatu analisis untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas atau

untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan uang kas selama periode

tertentu.

6. Analisis Rasio, adalah suatu metode analisis untuk mengetahui hubungan dari

akun-akun tertentu dalam neraca atau laporan laba-rugi secara individu atau

kombinasi dari kedua laporan tersebut.

7. Analisis Perubahan Laba Kotor (Gross Profit Analysis), adalah suatu analisis

untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari

suatu periode ke periode yang lain atau perubahan laba kotor dari suatu

periode dengan laba yang dibudgetkan untuk periode tersebut.

8. Analisis Break Even, adalah suatu analisis untuk menentukan tingkat

penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut

tidak mengalami kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan.

Dengan analisis ini juga akan diketahui berbagai tingkat keuntungan atau

kerugian untuk berbagai tingkat penjualan.

Metode dan teknik analisis manapun yang digunakan, kesemuanya itu

merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis

laporan keuangan, dan setiap metode analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

untuk membuat agar data lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai

dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

2.1.5 Analisis Rasio Keuangan

2.1.5.1 Rasio sebagai Analisis

Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu

dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Rasio keuangan ini

hanya menyederhanakan hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Rasio

menggambarkan suatu hubungan matematis antara suatu jumlah dengan jumlah

yang lain. Penggunaan alat analisis berupa rasio dapat menjelaskan baik dan

buruk posisi keuangan perusahaan terutama bila angka rasio ini dibandingkan

dengan angka rasio pembanding yang digunakan sebagai standar. Analisis rasio

ini menghubungkan satu pos dengan pos lainnya dalam laporan keuangan dan

memberikan gambaran yang jelas tentang hubungan antar pos tersebut. Pengertian

ratio analysis menurut Gitman (2009) adalah ratio analysis involves methods of

calculating and interpreting financial ratios to analyze and monitor the firm’s

performance. Artinya bahwa analisa rasio meliputi metode-metode perhitungan

dan menerjemahkan rasio-rasio keuangan untuk menganalisis dan memantau

kinerja perusahaan. Sedangkan menurut Harahap (2009), analisis rasio keuangan

adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan

keuangan dengan akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan

signifikan.

Analisa rasio seperti halnya alat-alat analisa lainnya adalah merupakan

future oriented. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan

factor-faktor di masa depan yang mungkin akan mempunyai posisi keuangan atau

hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian manfaat suatu

angka rasio sepenuhnya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan

penganalisa dalam menginterpretasikan data bersangkutan. Menurut Riyanto

(2010), dalam mengadakan analisis rasio keuangan pada dasarnya dapat

melakukannya dengan 2 macam cara pembandingan, yaitu :

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

a. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu-

waktu yang lalu (rasio historis) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan

untuk waktu-waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama. Dengan cara

pembanding ini akan dapat diketahui perubahan-perubahan dari rasio tersebut

dari tahun ke tahun. Kalau diketahui perubahan dari angka rasio tersebut maka

dapatlah diambil kesimpulan mengenai tendensi atau kecenderungan keadaan

keuangan serta hasil operasi perusahaan yang bersangkutan.

b. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio semacam

dari perusahaan lain yang sejenis atau industri (rasio industri/rasio standar)

untuk waktu yang sama. Dengan cara ini akan dapat diketahui apakah

perusahaan yang bersangkutan dalam aspek keuangan tertentu berada di atas

rata-rata industri, berada pada rata-rata atau terletak dibawah rata-rata industri.

Menurut Fahmi (2012), untuk dapat menginterpretasikan hasil

perhitungan rasio, maka diperlukan adanya pembanding. Pada pokoknya ada dua

cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan,

yaitu:

1. Cross sectional approach, merupakan suatu cara mengevaluasi dengan jalan

membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan

yang lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.

2. Time series analysis, merupakan suatu cara dengan membandingkan rasio-rasio

keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembanding antara

rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan

memperhatikan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau kemunduran.

Menurut Riyanto (2010), apabila dilihat dari sumber darimana rasio ini

dibuat, maka dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Rasio neraca (Balance Sheet Ratios), yang digolongkan dalam katagori ini

adalah semua data yang diambil dari atau bersumber dari neraca.

2. Rasio-rasio laporan laba-rugi (Income Statement Ratios), yang tergolong dalam

kategori ini adalah semua data yang diambil dari laba-rugi.

3. Rasio-rasio antar laporan (Interstatement Ratios), yang tergolong dalam

katagori ini adalah semua data yang diambil dari neraca dan laporan laba-rugi.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Menurut Riyanto (2010), umumnya rasio dapat dikelompokkan dalam 4

(empat) tipe dasar, yaitu :

1. Rasio Likuiditas, adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

memenuhi kewajiban finansial jangka pendeknya.

2. Rasio Leverage, adalah rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan

dibelanjai dengan hutang.

3. Rasio Aktivitas, adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan

menggunakan sumber dananya.

4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio yang mengukur hasil akhir dari sejumlah

kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.

2.1.5.2 Manfaat Analisis Rasio

Terdapat beberapa manfaat dalam melakukan analisis rasio. Menurut

Fahmi (2012), adapun manfaat yang bisa diambil dengan dipergunakannya rasio

keuangan yaitu:

a. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat untuk dijadikan sebagai alat

menilai kinerja dan prestasi perusahaan.

b. Analisis rasio keuangan sangat bermanfaat bagi pihak manajemen sebagai

rujukan untuk membuat perencanaan.

c. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai alat untuk mengevaluasi

kondisi suatu perusahan dari perspektif keuangan.

d. Analisis rasio keuangan juga bermanfaat bagi para kreditor dapat digunakan

untuk memperkirakan potensi risiko yang akan dihadapi dikaitkan dengan

adanya jaminan kelangsungan pembayaran bunga dan pengembalian pokok

pinjaman.

e. Analisis rasio keuangan dapat dijadikan sebagai penilaian bagi pihak

stakeholder organisasi.

2.1.5.3 Jenis-jenis Rasio Keuangan

Dalam menganalisis laporan keuangan perusahaan terdapat beberapa rasio

yang dapat digunakan oleh pihak eksternal maupun pihak internal. Menurut

Fahmi (2012), jenis-jenis rasio keuangan adalah :

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah kemampuan suatu perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh

membayar listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur,

tagihan telepon dan lain sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut

dengan short term liquidity.

Beberapa rasio likuiditas secara umum sering digunakan adalah :

a. Current Ratio

Adalah ukuran yang umum digunakan atas solvensi jangka pendek,

kemampuan perusahaan memenuhi kebutuhan utang ketika jatuh tempo.

b. Quick Ratio (Acid Test Ratio)

Adalah ukuran uji solvensi jangka pendek yang lebih teliti daripada rasio

lancar karena pembilangnya mengeliminasi persediaan yang dianggap

aktiva lancar yang sedikit tidak liquid dan kemungkinan menjadi sumber

kerugian.

2. Rasio Solvabilitas / Leverage

Rasio solvabilitas / leverage adalah mengukur seberapa besar perusahaan

dibiayai dengan utang. Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan

membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk dalam kategori

extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat

utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.

Rasio solvabilitas / leverage antara lain :

a. Debt to Total Assets / Debt Ratio

Rasio ini disebut juga sebagai rasio yang melihat perbandingan utang

perusahaan, yaitu diperoleh dari perbandingan total utang dibagi dengan

total asset.

b. Debt to Equity Ratio

Rasio ini menilai laporan keuangan untuk memperlihatkan besarnya

jaminan yang tersedia untuk kreditor.

3. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas adalah rasio yang menggambarkan sejauh mana suatu

perusahaan menggunakan sumber daya yang dimilikinya guna menunjang

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

aktivitas perusahaan, dimana penggunaan aktivitas ini dilakukan secara sangat

maksimal dengan memperoleh hasil yang maksimal. Rasio aktivitas yang

umum digunakan antara lain :

a. Inventory Turnover

Rasio ini menilai sejauh mana tingkat perputaran persediaan yang dimiliki

oleh suatu perusahaan.

b. Total Assets Turnover

Rasio ini menilai sejauh mana keseluruhan asset yang dimiliki oleh

perusahaan menjadi perputaran yang efektif.

4. Rasio Profitabilitas

Rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan

oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya

dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profitabilitas maka

semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya perolehan keuntungan

perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 4 (empat), yaitu :

a. Gross Profit Margin

Gross profit margin merupakan margin laba kotor. Margin laba kotor yang

memperlihatkan hubungan antara penjualan dan beban pokok penjualan,

mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya

persediaan atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan

harga lewat penjualan kepada pelanggan..

b. Net Profit Margin

Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap

penjualan. Rasio ini menunjukan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan

perolehan pada tingkat penjualan khusus.

c. Return On Investment (ROI)

Rasio ini melihat sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu

memberikan pengembalian keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan

investasi tersebut sebenarnya sama dengan asset perusahaan yang ditanamkan

atau ditempatkan.

d. Return On Equity (ROE)

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Rasio return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Di

beberapa referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau

perputaran total asset. Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan

mempergunakan sumber daya yang dimiliki untuk memberikan laba atau

ekuitas.

5. Rasio Nilai Pasar

Rasio nilai pasar yaitu rasio yang menggambarkan kondisi yang terjadi di

pasar. Rasio ini mampu memberi pemahaman bagi pihak manajemen

perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakan dan

dampaknya pada masa yang akan datang. Beberapa rasio nilai pasar yang

umumnya digunakan adalah :

a. Earning Pers Share (EPS)

Earning per share atau pendapatan per lembar saham yaitu bentuk pemberian

keuntungan yang diberikan kepada para pemegang saham dari setiap lembar

saham yang dimiliki.

b. Price Earning Ratio (PER)

Price earning ratio (PER) adalah perbandingan antara market price per share

(harga pasar per lembar saham) dengan earning per share. Bagi para investor

semakin tinggi PER maka pertumbuhan laba yang diharapkan juga akan

mengalami kenaikan.

2.1.6 Rasio Profitabilitas

2.1.6.1 Pengertian Rasio Profitabilitas

Laba merupakan tujuan utama dari semua perusahan yang beorientasi

bisnis. Namun, perhitungan laba untuk jangka waktu tertentu hanya dapat

diramalkan saja, karena perhitungan yang tepat baru dapat terjadi jika perusahaan

mengakhiri kegiatan operasionalnya dan menjual semua produk yang ada. Dengan

kata lain biaya produksi harus lebih kecil dari harga jual suatu produk. Menurut

Skousen (2009) laba adalah pengambilan atas investasi kepada pemilik. Hal ini

mengukur nilai yang dapat diberikan oleh entitas kepada investor dan entitas

masih memiliki kekayaan yang sama dengan posisi awalnya. Adapun menurut

Suwardjono (2008) laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

menghasilkan barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan

diatas biaya (biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan

barang / jasa).

Menurut Munawir (2007), Rasio profitabilitas atau rentabilitas adalah

rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas/keuntungan yang

diperoleh dari modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur

kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Untuk mengetahui

profitabilitas perusahaan, maka perlu dilakukan penilaian atas kemampuan

perusahaan dalam memperoleh keuntungan. Untuk melakukan penilaian tersebut

diperlukan adanya ukuran yang tepat memberikan indikasi mengenai profitabilitas

perusahaan.

2.1.6.2 Pengertian Return On Equity (ROE)

Analisa Return On Equity (ROE) dalam menganalisa keuangan

mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah satu teknik analisa keuangan

yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa ROE ini sudah merupakan

teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengukur

sejauh mana suatu perusahaan dapat mempergunakan sumber daya yang dimiliki

untuk mampu memberikan laba atau ekuitas. Menurut Fahmi (2012), ROE adalah

Return on equity (ROE) disebut juga dengan laba atas equity. Di beberapa

referensi disebut juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total asset.

Rasio ini mengkaji sejauh mana suatu perusahaan mempergunakan sumber daya

yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atau ekuitas. Menurut Kasmir

(2011), pengertian ROE adalah rasio untuk mengukur kemampuan manajemen

bank dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income.

Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi kerja yang diraih oleh

suatu perusahaan, oleh karena itu pengukuran kinerja keuangan perusahaan juga

memerlukan suatu analisis yang mampu menganalisis kemampuan perusahaan

secara menyeluruh. Berdasarkan alasan tersebut, analisis kemampuan manajemen

dalam mengelola capital yang ada untuk mendapatkan net income seringkali

dijadikan sebagai acuan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Menurut Kasmir (2008), ROE dapat diperoleh dengan rumus:

ROE =

Rasio ini menggambarkan kemampuan manajemen dalam mengelola

capital/equity perusahaan yang ada untuk mendapatkan net income. Dengan

mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efisien dalam

memanfaatkan capital perusahaan dalam kegiatan operasionalisasinya. Semakin

tinggi rasio ROE maka semakin baik keadaan perusahaan tersebut. Artinya, posisi

pemilik perusahaan semakin kuat, dan berlaku juga sebaliknya.

2.1.7 Rasio Nilai Pasar

2.1.7.1 Pengertian Rasio Nilai Pasar

Rasio selanjutnya yang peneliti teliti adalah rasio nilai pasar. Rasio ini

adalah rasio yang sering dipergunakan di pasar modal. Rasio ini menggambarkan

kondisi atau keadaan prestasi perusahaan di pasar modal. Indikator ini biasanya

dipakai investor untuk mengukur tingkat ketertarikan terhadap harga saham

tertentu. Rasio ini menunjukan perbandingan harga saham dipasar dengan nilai

buku saham tersebut yang di gambarkan di neraca. Semakin tinggi rasio yang

didapat, maka semakin tinggi pula minat investor untuk membeli saham tersebut.

Menurut Fahmi (2012) rasio nilai pasar adalah rasio nilai pasar ini digunakan

oleh investor untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi yang terjadi di

pasar/market. Dan bagi perusahaan, rasio ini mampu memberikan pemahaman

bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan

dilaksanakannya dan dampaknya pada masa yang akan datang.

Dengan mengetahui rasio nilai pasar, pertumbuhan perusahaan dapat

diketahui. Pertumbuhan menunjukan investment opportunity set, atau set

kesempatan investasi dimasa yang akan datang. Dengan semakin besarnya rasio

yang diperoleh, artinya pasar percaya bahwa nilai pasar perusahaan bersangkutan

lebih besar dari nilai bukunya. Dan pilihan keputusan investor untuk berinvestasi

akan semakin besar.

2.1.7.2 Pengertian Earning Per Share

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Rasio nilai pasar yang diteliti diwakili oleh earning per share (EPS).

Tingkat pengembalian dari pemilik modal yang dapat dilihat dari Earning Per

Share (EPS) merupakan rasio nilai pendapatan setelah pajak dengan jumlah

saham yang beredar. Pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham

biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik dengan nilai EPS yang tinggi,

karena hal ini merupakan salah satu indicator keberhasilan perusahaan. Menurut

Munawir (2007) EPS adalah jumlah keuntungan yang tersedia bagi pemegang

saham adalah keuntungan setelah dikurangi pajak pendapatan. Keuntungan netto

ini setelah dikurangi dengan dividend dan hak-hak lainnya untuk pemegang

saham prioritas, merupakan keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham.

Dengan cara membagi jumlah keuntungan yang tersedia untuk pemegang saham

dengan jumlah lembar saham yang beredar akan diketahui jumlah keuntungan

untuk setiap lembar saham. Adapun menurut Fahmi (2012) earning per share

adalah bentuk pemberian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham

dari setiap lembar saham yang dimiliki.

Menurut Gitman (2006), Earning Per Share dapat dirumuskan sebagai

berikut :

EPS =

Jadi, rasio Earning per Share digunakan untuk mengukur keberhasilan

manajemen dalam mencapai keuntungan bagi para pemilik perusahaan. Dan rasio

ini yang menunjukkan berapa besar keuntungan (laba) yang diperoleh investor

atau pemegang saham per lembar sahamnya.

2.1.8 Rasio Likuiditas

2.1.8.1 Pengertian Rasio Likuiditas

Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki posisi keuangan yang kuat

apabila memenuhi kewajiban-kewajibannya tepat pada waktunya, yaitu pada saat

waktu jatuh tempo. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan

dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancar finansialnya. Menurut Fahmi

(2012), pengertian rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan

memenuhi kewajiban jangka pendeknya secara tepat waktu. Contoh membayar

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

listrik, telepon, air PDAM, gaji karyawan, gaji teknisi, gaji lembur, tagihan

telepon dan lain sebagainya. Karena itu rasio likuiditas sering disebut dengan

short term liquidity. Selanjutnya pengertian rasio likuiditas menurut Munawir

(2007) adalah rasio yang digunakan untuk menganalisa dan menginterpretasikan

posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu bagi manajemen

untuk mengecek efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan, juga

penting bagi kreditor jangka panjang dan pemegang saham yang akhirnya atau

setidak-tidaknya ingin mengetahui prospek dari dividend dan pembayaran bunga

di masa yang akan datang.

Dengan demikian rasio likuiditas ini sangat berguna bagi manajemen

perusahaan, kreditor, dan juga pemegang saham untuk mengetahui prospek

mengenai perusahaan di masa yang akan datang yang berkaitan dengan

pemenuhan kewajiban-kewajibannya terutama kewajiban jangka pendek

perusahaan.

2.1.8.2 Pengertian Loan To Deposit Ratio

Rasio likuiditas yang diteliti diwakili oleh loan to deposit ratio (LDR).

LDR adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana

yang diterima oleh bank. Kredit merupakan total kredit yang diberikan kepada

pihak ketiga. Menurut Kasmir (2008), Loan To Deposit Ratio yaitu rasio untuk

mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah

dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. Besarnya Loan To Deposit

Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah 110%.

Berdasarkan SE No. 6/23/DNPP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dapat

dirumuskan sebagai berikut (Statistik Perbankan Indonesia,2011) :

Loan To Deposit Ratio =

LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar

kembali penarikan dana yang dilakukan debitur dengan mengandalkan kredit yang

diberikan sebagai sumber likuiditasnya.

2.1.9 Rasio Solvabilitas

2.1.9.1 Pengertian Rasio Solvabilitas

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Rasio solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh

pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio

ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan

dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari

para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Kasmir (2008), rasio solvabilitas adalah

ukuran kemampuan bank mencari sumber dana untuk membiayai kegiatannya.

Bisa juga dikatakan rasio ini merupakan alat ukur untuk melihat kekayaan bank

untuk melihat efisiensi bagi pihak manajemen bank tersebut. Adapun menurut

Fahmi (2012), rasio solvabilitas adalah rasio solvabilitas / leverage adalah

mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai dengan utang. Penggunaan utang

yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan

masuk dalam kategori extreme leverage (utang ekstrem) yaitu perusahaan terjebak

dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.

Pengurus Bank dan Kreditor jangka pendek sangat berminat pada

kemampuan perusahaan untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi

para kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain berminat pada kondisi

jangka pendek justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi

keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu paralel dengan posisi

keuangan jangka panjang. Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam

jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam

jangka panjang.

2.1.9.2 Pengertian Capital Adequacy Ratio

Rasio solvabilitas yang diteliti diwakili oleh capital adequacy ratio

(CAR). CAR adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang

dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan

risiko, misalnya kredit yang diberikan. CAR diukur dari rasio antara modal sendiri

terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Rasio modal terhadap

aktiva mulai dipergunakan karena ukuran kecukupan modal harus menunjukkan

seberapa jauh modal bank dapat menyerap kerugian dan melindungi nasabahnya.

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1

tercantum bahwa Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

tertimbang menurut resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan

seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,

penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal

sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.

Menurut Dendawijaya (2009), CAR adalah kecukupan modal yang menunjukkan

kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dan

kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur, mengawasi,

dan mengontrol risiko-risiko yang timbul dan dapat mempengaruhi besarnya

modal bank.

Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus :

CAR =

x100%

Ketentuan CAR tersebut pada dasarnya merupakan suatu ukuran modal

yang diharapkan dapat menjamin bank yang beroperasi secara internasional

maupun nasional akan beroperasi secara baik atau prudent.

2.1.10 Saham

2.1.10.1 Pengertian Saham

Salah satu surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal adalah

saham. Saham adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan

yang berbentuk perseroan terbatas. Saham menyatakan bahwa pemilik saham

tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan itu. Wujud saham adalah

selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik

perusahaan yang menerbitkan kertas saham tersebut sesuai dengan proporsi

kepemilikannya yang tertera pada saham. Menurut Martono dan Harjito (2007),

saham adalah tanda bukti kepemilikan atau penyertaan pemegangnya atas

perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut (emiten). Saham juga merupakan

bukti pengambilan bagian atau peserta dalam perusahaan yang berbentuk PT

(Perseroan Terbatas). Adapun menurut Fahmi (2012), saham adalah saham yang

dimaksud disini adalah saham yang berasal dari perusahaan lain, yang dibeli oleh

pihak manajemen perusahaan dan selanjutnya sewaktu-waktu bisa dijual kembali

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

jika membutuhkan dana. Dan hasil keuntungan penjualan tersebut akan masuk ke

kas perusahaan.

Dapat disimpulkan bahwa saham adalah tanda bukti kepemilikan

perusahaan yang dibeli dari emiten (perusahaan yang menjual sahamnya) dan

mempunyai hak atau sebagian kekayaan perusahaan itu dan proporsinya sesuai

dengan jumlah saham yang dimiliki oleh investor tersebut.

2.1.10.2 Jenis-Jenis Saham

Menurut Martono dan Harjito (2007), menyebutkan bahwa pada

dasarnya ada dua jenis saham, yaitu :

1. Saham Preferen / Preffered Stock

Saham preferen merupakan pendanaan yang memiliki sifat kombinasi antara

hutang dan saham biasa. Jika terjadi likuidasi, tuntutan pemegang saham

preferen atas aktiva berada pada urutan setelah kreditur namun sebelum

pemegang saham biasa. Dari sisi perusahaan yang mengeluarkan saham

preferen, manfaat utama yang diperoleh adalah bahwa pembayaran dividen

atas saham preferen relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan bunga hutang.

Karena walaupun saham preferen memiliki dividen, namun pembayarannya

dividen cenderung bersifat sebagai kebijakan perusahaan. Pada dasarnya ada

dua jenis saham preferen, yaitu saham preferen kumulatif dan saham preferen

partisipasi. Pada saham preferen kumulatif selalu diperhitungkan kewajiban

pembayaran dividennya sebelum membayar dividen kepada pemegang saham

biasa. Sedangkan saham preferen partisipasi merupakan saham preferen

dimana pemiliknya juga berhak menerima dividen tambahan. Dengan saham

preferen partisipasi berarti pemegang saham preferen jenis ini diberikan

kesempatan untuk menikmati nilai sisa laba perusahaan berdasarkan jumlah

yang disepakati.

2. Saham Biasa / Common Stock

Saham biasa yaitu saham yang tidak mencantumkan nama pemilik dan

kepemilikannya melekat pada pemegang sertifikat tersebut. Saham biasa

merupakan saham yang tidak memperoleh hak istimewa. Pemegang saham

biasa perusahaan merupakan pemilik akhir perusahaan. Secara kelompok

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

mereka memiliki perusahaan dan menanggung risiko terakhir kepemilikan.

Kepemilikan mereka dibatasi sesuai dengan investasi. Jika terjadi likuidasi,

pemilik saham biasa memiliki hak atas sisa tuntutan terhadap aktiva

perusahaan setelag tuntutan kreditur dan pemegang saham preferen dipenuhi

seluruhnya. Saham biasa tidak memiliki jatuh tempo, namun pemegang saham

dapat melikuidasi investasinya dengan menjual saham yang dimiliki pada

pasar sekunder. Menurut Fahmi (2012), saham biasa ini memiliki beberapa

jenis yaitu :

a. Blue Chip Stock / Saham Unggulan

b. Growth Stock

c. Defensive Stock / Saham Defensif

d. Cyclical Stock

e. Seasonal Stock

f. Speculative Stock

2.1.10.3 Hubungan antara Rasio Keuangan dengan Harga Saham

Setiap akhir periode waktu perusahaan akan menerbitkan laporan

keuangan / annual report. Laporan keuangan yang telah diterbitkan setelah

dianalisis akan memberikan informasi-informasi yang sangat bermanfaat terutama

berkaitan dengan rasio keuangan perusahaan yang berguna untuk menunjukkan

apakah posisi keuangan perusahaan tersebut membaik atau tidak selama periode

waktu tersebut. Hal ini akan sangat membantu bagi pihak-pihak yang memiliki

kepentingan atas laporan keuangan perusahaan tersebut, terutama pihak investor,

manajemen dan pihak lainnya yang potensial. Berdasarkan nilai rasio keuangan

yang telah diperoleh, maka manajemen perusahaan yang bersangkutan maupun

investor akan dapat menentukan keputusan ekonomi, setelah menilai kinerja

perusahaan yang dilihat dari rasio keuangan tersebut dan melakukan penilaian

terhadap harga saham perusahaan. Sebagai contoh adalah rasio ROI (Return On

Investment), jika diperoleh ROI yang cukup tinggi, maka dapat diasumsikan

bahwa perusahaan tersebut beroperasi secara efektif untuk menghasilkan

keuntungan atau profit dengan pemanfaatan modal sendiri, hal ini merupakan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

daya tarik bagi investor yang mengharapkan tingkat pengembalian (return) dari

investasi yang ditanamkan di perusahaan yang bersangkutan.

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian mengenai pengaruh rasio profitabilitas, nilai pasar,

likuiditas dan solvabilitas terhadap harga saham di Indonesia diantaranya adalah

Siregar (2010) dalam penelitiannya mengenai pengaruh kinerja keuangan

terhadap harga saham menyimpulkan bahwa ROE dan DER secara parsial dan

simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Susilo (2009) dalam

penelitiannya dengan menggunakan variabel ROE, memiliki pengaruh signifikan

terhadap perubahan harga saham. Penelitian Siregar (2010) didukung juga oleh

Fitriyanti (2009) yang menemukan bahwa variabel DER berpengaruh terhadap

harga saham secara parsial maupun simultan. Lestyorini (2008) juga melakukan

penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham dan

menemukan hasil penelitian yang berbeda dengan Fitriyanti (2009), Susilo (2009)

dan Siregar (2010). Hasil penelitian Lestroyini (2008) dengan menggunakan

variabel keuangan ROE, ROI, EPS dan DER menemukan bahwa secara

individu/parsial hanya ROI dan EPS yang berpengaruh terhadap harga saham dan

secara simultan (ROE, ROI, EPS dan DER) berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian Fitriyanti (2009) dengan menggunakan DER dan Jhojor (2009)

menggunakan ROE menemukan hasil parsial serupa yang ditemukan Lestroyini

(2010).

Penelitian lainnya dilakukan oleh Putra (2009) yang melakukan penelitian

mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan rasio

profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap harga saham perusahaan dan menemukan

hasil penelitian secara parsial menunjukkan profitabilitas yang diukur dengan ROI

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan NPM tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap harga saham.

Wulandari (2009) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio

profitabilitas dan rasio pasar terhadap harga saham dan menemukan hasil

penelitian secara simultan yang menggunakan uji F-statistik menunjukan bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan antara kinerja keuangan yang diukur dengan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

rasio solvabilitas (DER), rasio profitabilitas (ROI) dan rasio pasar (EPS) terhadap

harga saham.

Aziz (2012) melakukan penelitian mengenai pengaruh return on asset

(ROA), debt to equity (DER), tingkat suku bunga dan tingkat inflasi terhadap

return saham dan menemukan hasil penelitian secara parsial menunjukkan bahwa

variabel Return On Asset (ROA) berpengaruh positif, Debt to Equity Ratio (DER)

berpengaruh negative tetapi tidak signifikan sementara variabel tingkat suku

bunga dan tingkat inflasi sama-sama memiliki pengaruh yang negatif dan

signifikan terhadap return saham.

Hamzah (2007) menganalisis korelasi antara rasio keuangan, yang

mencakup rasio likuiditas (Current Ratio), rasio profitabilitas (Return on

Investment), rasio aktivitas (Total Assets Turnover) dan rasio solvabilitas (DER)

dan capital gain/loss dan dividend di dalam 135 perusahaan manufaktur yang

terdaftar di BEJ. Di dalam penelitian ini menyatakan bahwa seluruh rasio tersebut

memiliki korelasi positif/searah dengan capital gain/loss. Meskipun, hanya

current ratio yang dimana memiliki tingkat signifikansi (α=5%). Lebih lanjut,

korelasi dengan dividend yield, hanya total assets turnover yang terbukti

signifikan (α=10%).

Padli (2011) menyatakan Faktor-faktor fundamental yang berpengaruh

terhadap harga saham, ternyata hanya sebagian yang berpengaruh. Dari tiga

variabel yang diteliti yaitu LDR, CAR, dan ROA, hanya ROA yang terbukti

berpengaruh secara parsial terhadap harga saham. Sedangkan variabel LDR dan

CAR tidak berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam arti sempit pengertian pasar merupakan tempat para penjual dan

pembeli bertemu untuk melakukan transaksi. Artinya pembeli dan penjual

langsung bertemu untuk melakukan transaksi dalam suatu lokasi tertentu. Lokasi

atau tempat pertemuan tersebut disebut pasar. Namun, dalam arti luas pengertian

pasar merupakan tempat melakukan transaksi antara pembeli dan penjual, dimana

pembeli dan penjual tidak harus bertemu dalam suatu tempat atau bertemu

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

langsung, tetapi dapat dilakukan melalui sarana informasi yang ada seperti sarana

elektronika.

Pengertian pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya

para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh

modal. Pasar Modal menurut Husnan (2005), yaitu secara formal pasar modal

dapat didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrument keuangan (atau

sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang

ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

maupun perusahaan swasta. Dengan demikian, pasar modal merupakan konsep

yang lebih sempit dari pasar keuangan (financial market). Dalam financial

market, diperdagangkan semua bentuk hutang dan modal sendiri, baik dana

jangka pendek maupun jangka panjang, baik negotiable atau tidak. Penjual dalam

pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga

mereka berusaha untuk menjuak efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli

(investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut

mereka menguntungkan. Pasar modal dikenal dengan nama bursa efek dan di

Indonesia dewasa ini hanya memiliki satu bursa efek yaitu Bursa Efek Indonesia

(gabungan dari Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya).

Dalam melakukan transaksi di pasar biasanya ada barang atau jasa yang

diperjualbelikan. Begitu pula dengan pasar modal, barang yang diperjualbelikan

kita kenal dengan istilah instrumen pasar modal. Instrument pasar modal menurut

Kasmir (2008), yaitu instrumen pasar modal yang diperdagangkan berbentuk

surat-surat berharga yang dapat diperjualbelikan kembali oleh pemiliknya, baik

instrumen pasar modal bersifat kepemilikan atau bersifat utang. Instrument pasar

modal yang bersifat kepemilikan diwujudkan dalam bentuk saham, sedangkan

yang bersifat utang diwujudkan dalam bentuk obligasi. Pada umumnya transaksi

dalam pasar modal adalah berbentuk sekuritas yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan-perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), yang meliputi saham

dan obligasi yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun. Dua pendekatan

dasar dalam melakukan analisis dan memilih saham, yaitu Analisis Fundamental

dan Analisis Teknikal.

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Menurut Husnan (2005), definisi analisis fundamental adalah Analisis

Fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang

dengan (i) mengestimasi nilai factor-faktor fundamental yang mempengaruhi

harga saham di masa yang akan datang, dan (ii) menerapkan hubungan variabel-

variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham. Model ini sering

disebut sebagai share price forecasting model, dan sering dipergunakan dalam

berbagai pelatihan analisis sekuritas. Sedangkan definisi Analisis Teknikal

menurut Husnan (2005) adalah Analisis Teknikal ini merupakan upaya untuk

memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga

saham tersebut (kondisi pasar) di waktu yang lalu. Berlainan dengan pendekatan

fundamental, analisis teknikal tidak memperhatikan factor-faktor fundamental

(seperti kebijaksanaan pemerintah, pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan

penjualan perusahaan, pertumbuhan laba, perkembangan tingkat bunga, dan

sebagainya) yang mungkin mempengaruhi harga saham (kondisi pasar).

Pemikiran yang mendasari analisis tersebut adalah (i) bahwa harga saham

mencerminkan informasi yang relevan, (ii) bahwa informasi tersebut ditunjukkan

oleh perubahan harga di waktu yang lalu, dan (iii) karenanya perubahan harga

saham akan mempunyai pola tertentu, dan pola tersebut akan berulang.

Investasi pada umumnya dilakukan dalam dua sektor, yaitu sektor riil dan

(real assets) ataupun pada sektor keuangan (financial assets). Investasi pada

sektor riil biasanya dilakukan dengan membangun pabrik, membangun gedung,

dan lain-lain. Sedangkan investasi pada pada sektor keuangan merupakan

investasi yang dilakukan pada sekuritas, seperti membeli sertifikat deposito,

saham, obligasi ataupun sertifikat reksadana. Menurut Tandelilin (2003) yang

dimaksud dengan investasi adalah investasi adalah komitmen atas sejumlah dana

atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan

memperoleh sejumlah keuntungan di masa datang. Sebelum memutuskan untuk

berinvestasi, investor membutuhkan informasi-informasi keuangan dalam

menggunakan analisis terhadap kondisi keuangan perusahaan. Sumber informasi

yang dapat dipergunakan oleh investor dalam mengambil keputusan investasi

serta menilai kondisi dan potensi perusahaan adalah dengan menggunakan suatu

alat berupa laporan keuangan. Menurut Munawir (2007) laporan keuangan itu

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

terdiri dari Neraca dan Perhitungan Rugi Laba serta Laporan Perubahan Modal,

dimana Neraca menunjukkan/menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal

dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan Perhitungan (laporan)

Rugi Laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta

biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan Laporan Perubahan Modal

menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan

perubahan modal perusahaan. Permintaan investor terhadap saham perusahaan

dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan tersebut. Ada berbagai cara yang

bisa digunakan untuk mengukur kondisi dan prestasi keuangan suatu perusahaan

berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Salah satunya adalah dengan

menggunakan analisis rasio keuangan (financial ratio analysis).

Rasio Profitabilitas yang diteliti diwakili oleh Return On Equity (ROE).

Menurut Munawir (2007), Rasio profitabilitas atau rentabilitas adalah rasio yang

digunakan untuk mengukur tingkat profitabilitas/keuntungan yang diperoleh dari

modal-modal yang digunakan untuk operasi tersebut atau mengukur kemampuan

perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Analisa Return On Equity (ROE)

dalam menganalisa keuangan mempunyai arti yang sangat penting sebagai salah

satu teknik analisa keuangan yang bersifat menyeluruh (komprehensif). Analisa

ROE ini sudah merupakan teknik analisa yang lazim digunakan oleh pimpinan

perusahaan untuk mengukur sejauh mana suatu perusahaan dapat mempergunakan

sumber daya yang dimiliki untuk mampu memberikan laba atau ekuitas.

Pengertian Return On Equity menurut Kasmir (2008), merupakan rasio untuk

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola capital yang ada untuk

mendaptkn net income. Semakin tinggi rasio ROE maka semakin baik keadaan

perusahaan tersebut. Artinya, posisi pemilik perusahaan semakin kuat, dan

berlaku juga sebaliknya. Menurut Kasmir (2008), ROE dapat diperoleh dengan

rumus:

ROE =

Rasio selanjutnya yang peneliti teliti adalah rasio nilai pasar. Rasio nilai

pasar ini digunakan oleh investor untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi

yang terjadi di pasar/market. Dan bagi perusahaan, rasio ini mampu memberikan

pemahaman bagi pihak manajemen perusahaan terhadap kondisi penerapan yang

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

akan dilaksanakannya dan dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio nilai

pasar ini diwakili oleh Earning Per Share. Tingkat pengembalian dari pemilik

modal yang dapat dilihat dari Earning Per Share (EPS) merupakan rasio nilai

pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Pada umumnya

manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham

sangat tertarik dengan nilai EPS yang tinggi, karena hal ini merupakan salah satu

indikator keberhasilan perusahaan. Menurut Gitman (2006), Earning Per Share

dapat dirumuskan sebagai berikut :

EPS =

Selain rasio profitabilitas dan nilai pasar, variabel selanjutnya yang dapat

dijadikan sebagai indikator dalam menilai saham untuk investasi adalah dengan

melihat rasio Likuiditas. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancar finansialnya. Rasio

likuiditas diwakili oleh Loan To Deposit Ratio. Menurut Kasmir (2008), Loan To

Deposit Ratio yaitu rasio untuk mengukur komposisi jumlah kredit yang diberikan

dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan.

Besarnya Loan To Deposit Ratio menurut peraturan pemerintah maksimum adalah

110%. Loan To Deposit Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut :

Loan To Deposit Ratio =

Selanjutnya, penulis akan meneliti variabel terakhir yaitu rasio

solvabilitas. Rasio solvabilitas mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh

pemiliknya dengan dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio

ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan

dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari

para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Munawir (2007), Pengurus Bank dan

Kreditor jangka pendek sangat berminat pada kemampuan perusahaan untuk

membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi para kreditor jangka panjang

atau pemegang saham selain berminat pada kondisi jangka pendek justru terutama

berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi keuangan jangka pendek

betapapun baiknya tidaklah selalu paralel dengan posisi keuangan jangka panjang.

Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam jangka pendek tidak

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam jangka panjang. Rasio

solvabilitas yang diteliti diwakili oleh Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut

Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008 pasal 2 ayat 1 tercantum

Bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aset tertimbang

menurut resiko (ATMR), CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar

jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit, penyertaan, surat

berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping

memperoleh dana-dana dari sumber-sumber diluar bank.

Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan rumus :

CAR =

x100%

Menurut Pandji dan Piji (2003) harga saham dapat dibedakan menjadi 3

yaitu :

a. Harga Nominal

b. Harga saham perdana

c. Harga pasar

Pusat perhatian para investor yang utama di dalam pasar modal adalah

harga saham. Harga saham dalam penelitian ini merupakan pengertian harga

saham pasar sekunder. Pasar sekunder adalah pasar untuk memperdagangkan

saham yang telah beredar. Harga saham pada pasar sekunder ditentukan oleh

hukum penawaran dan permintaan. Harga pasar saham memiliki nilai yang

berbeda-beda setiap waktunya. Jadi, harga saham di pasar sekunder akan

terbentuk oleh adanya hukum penawaran dan permintaan antar para investor

terhadap saham suatu perusahaan. Kesepakatan harga saham dapat terbentuk

ketika terjadi kesepakatan antara penjual dan pembeli untuk suatu harga saham

tertentu yang diperjualbelikan di pasar modal. Kesepakatan investor tersebut

terjadi dikarenakan berbedanya analisis yang dilakukan antar investor dalam

menganalisis suatu saham dan berbedanya informasi yang didapat oleh para

investor, semakin akurat informasi yang diterima oleh investor maka akan

semakin tepat keputusan yang diambil oleh investor tersebut untuk membeli atau

menjual saham yang dimilikinya dan berlaku sebaliknya. Melalui analisis

fundamental, investor mempelajari dan mengestimasi nilai faktor-faktor

fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham suatu perusahaan. Kondisi

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

kinerja keuangan suatu perusahaan dapat dicerminkan oleh Return On Equity,

Earning Per Share, Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio yang dimiliki

oleh perusahaan tersebut. Dengan demikian Return On Equity, Earning Per Share,

Loan To Deposit Ratio, Capital Adequacy Ratio dapat mempengaruhi harga

saham.

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas dapat diilustrasikan dalam

bagan kerangka pemikiran berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

Pasar Modal

Investor

Analisis Teknikal Analisis Fundamental

Kinerja Keuangan (Laporan Keuangan)

Rasio Keuangan

Profitabilitas Likuiditas Solvabilitas Aktivitas Nilai Pasar

ROEabili

LDR EPS CAR

Harga Saham

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

2.4 Pengembangan Hipotesis

Atas dasar pertimbangan dari penelitian pengaruh rasio profitabilitas, nilai

pasar, likuiditas dan solvabilitas terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri,

Tbk dimana sebelum memutuskan untuk berinvestasi, investor membutuhkan

informasi-informasi keuangan dalam menggunakan analisis terhadap kondisi

keuangan perusahaan. Sumber informasi yang dapat dipergunakan oleh investor

dalam mengambil keputusan investasi serta menilai kondisi dan potensi

perusahaan adalah dengan menggunakan suatu alat berupa laporan keuangan.

Permintaan investor terhadap saham perusahaan dipengaruhi oleh kinerja

keuangan perusahaan tersebut. Ada berbagai cara yang bisa digunakan untuk

mengukur kondisi dan prestasi keuangan suatu perusahaan berdasarkan laporan

keuangan perusahaan. Salah satunya adalah dengan menggunakan analisis rasio

keuangan (financial ratio analysis).

Rasio profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada rasio tersebut penulis

menggunakan satu rasio yang mewakili profitabilitas yaitu Return On Equity

(ROE). Siregar (2010) juga mengatakan dalam penelitiannya mengenai pengaruh

kinerja keuangan terhadap harga saham menyimpulkan bahwa ROE dan DER

secara parsial dan simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Penelitian lainnya dilakukan oleh Bagja Rahman Putra (2009) yang melakukan

penelitian mengenai pengaruh kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan

rasio profitabilitas (ROI dan NPM) terhadap harga saham perusahaan dan

menemukan hasil penelitian secara parsial menunjukkan profitabilitas yang diukur

dengan ROI berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dan NPM tidak

berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hal ini, dapat

disimpulkan bahwa rasio profitabilitas yang dalam penelitian ini diwakili oleh

ROE berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Rasio nilai pasar adalah rasio yang digunakan oleh investor untuk

mendapatkan gambaran mengenai kondisi yang terjadi di pasar/market. Dan bagi

perusahaan, rasio ini mampu memberikan pemahaman bagi pihak manajemen

perusahaan terhadap kondisi penerapan yang akan dilaksanakannya dan

dampaknya pada masa yang akan datang. Rasio nilai pasar ini diwakili oleh

Page 48: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

Earning Per Share. Lestroyini (2010) mengatakan variabel keuangan ROE, ROI,

EPS dan DER menemukan bahwa secara individu/parsial hanya ROI dan EPS

yang berpengaruh terhadap harga saham dan secara simultan (ROE, ROI, EPS dan

DER) berpengaruh terhadap harga saham. Artinya, variable keuangan EPS yang

akan diteliti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham.

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan

untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada saat jatuh tempo. Jika

perusahaan mampu melakukan pembayaran artinya perusahaan dalam keadaan

likuid tetapi jika tidak maka perusahaan dikatakan ilikuid. Rasio likuiditas yang

penulis gunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Menurut Padli (2011)

menyatakan Faktor-faktor fundamental yang berpengaruh terhadap harga saham,

ternyata hanya sebagian yang berpengaruh. Dari tiga variabel yang diteliti yaitu

LDR, CAR, dan ROA, hanya ROA yang terbukti berpengaruh secara parsial

terhadap harga saham. Sedangkan variabel LDR dan CAR tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap harga saham. Berdasarkan hal ini, disimpulkan bahwa

LDR dan CAR tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

Rasio solvabilitas adalah rasio yang mengukur sampai seberapa jauh

aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang dan rasio ini menunjukkan indikasi tingkat

keamanan dari para pemberi pinjaman (Bank). Menurut Munawir (2007),

Pengurus Bank dan Kreditor jangka pendek sangat berminat pada kemampuan

perusahaan untuk membayar hutangnya dalam jangka pendek. Tetapi para

kreditor jangka panjang atau pemegang saham selain berminat pada kondisi

jangka pendek justru terutama berminat pada kondisi jangka panjang karena posisi

keuangan jangka pendek betapapun baiknya tidaklah selalu parallel dengan posisi

keuangan jangka panjang. Dengan demikian kondisi keuangan yang baik dalam

jangka pendek tidak menjamin adanya kondisi keuangan yang baik juga dalam

jangka panjang. Rasio solvabilitas yang diteliti diwakili oleh Capital Adequacy

Ratio (CAR).

Berdasarkan pandangan di atas, maka pada penelitian dirumuskan

beberapa hipotesis untuk diuji apakah rasio profitabilitas, nilai pasar, likuiditas

dan solvabilitas berpengaruh terhadap harga saham. Berdasarkan hal tersebut

maka hipotesis untuk penelitian ini adalah sebagai berikut :

Page 49: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perbankan 2.1.1 Sejarah

H1 = Rasio profitabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank

Mandiri, Tbk.

H2 = Rasio nilai pasar berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri,

Tbk.

H3 = Rasio likuiditas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank Mandiri,

Tbk.

H4 = Rasio solvabilitas berpengaruh terhadap harga saham pada PT. Bank

Mandiri, Tbk.