bab ii tinjauan pustaka 2.1 status sosial ekonomi 2.1.1...

24
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 Pengertian Status Sosial Ekomoni Dalam kehidupan sosial setiap anggota masyarakat memiliki tingkatan yang berbeda. Dalam sosiologi istilah ini sering dikenal dengan Social Stratification yang merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Secara teoristis semua manusia dianggap sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial tidaklah demikian. Perwujudan nyata dari stratification social adalah kelas-kelas tinggi dan kelas-kelas rendah. Hal ini bisa terjadi karena pembagian nilai-nilai sosial yang tidak seimbang dalam kehidupan bermasyarakat. Dikutip dari (Soekanto, 1990) terbentuknya lapisan masyarakat adalah sebagai berikut; “Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang bisa menjadi alasan terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat seseoarang kepada masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas tertentu.” Penggolongan masyarakat berdasarkan keadaan ekonomi dapat ditinjau dari penghasilan atau pendapatan keluarga. Menurut (Cahyo, 2008) membagi tingkat ekonomi masyarakat menjadi 3: a) Upper Class (tingkat atas). Berdasarkan hasil penetapan upan minimum kota Malang Tahun 2006 sebesar Rp. 488.000 tiap bulanya sehingga pendapatan lapisan ekonomi kelas atas > 2x upah minimum propinsi yaitu lebih besar dari Rp. 976.000 tiap bulannya. b) Midlle

Upload: hoangkhuong

Post on 08-Mar-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Status Sosial Ekonomi

2.1.1 Pengertian Status Sosial Ekomoni

Dalam kehidupan sosial setiap anggota masyarakat memiliki tingkatan

yang berbeda. Dalam sosiologi istilah ini sering dikenal dengan Social

Stratification yang merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam

kelas-kelas secara bertingkat (hirarkis). Secara teoristis semua manusia dianggap

sederajat. Akan tetapi sesuai dengan kenyataan hidup kelompok-kelompok sosial

tidaklah demikian. Perwujudan nyata dari stratification social adalah kelas-kelas

tinggi dan kelas-kelas rendah. Hal ini bisa terjadi karena pembagian nilai-nilai

sosial yang tidak seimbang dalam kehidupan bermasyarakat. Dikutip dari

(Soekanto, 1990) terbentuknya lapisan masyarakat adalah sebagai berikut;

“Adanya sistem lapisan masyarakat dapat terjadi dengan sendirinya dalam

proses pertumbuhan masyarakat itu. Tetapi ada pula yang dengan sengaja

disusun untuk mengejar suatu tujuan bersama. Yang bisa menjadi alasan

terbentuknya lapisan masyarakat yang terjadi dengan sendirinya adalah

kepandaian, tingkat umur (yang senior), sifat keaslian keanggotaan kerabat

seseoarang kepada masyarakat, dan mungkin juga harta dalam batas-batas

tertentu.”

Penggolongan masyarakat berdasarkan keadaan ekonomi dapat ditinjau

dari penghasilan atau pendapatan keluarga. Menurut (Cahyo, 2008) membagi

tingkat ekonomi masyarakat menjadi 3: a) Upper Class (tingkat atas).

Berdasarkan hasil penetapan upan minimum kota Malang Tahun 2006 sebesar Rp.

488.000 tiap bulanya sehingga pendapatan lapisan ekonomi kelas atas > 2x upah

minimum propinsi yaitu lebih besar dari Rp. 976.000 tiap bulannya. b) Midlle

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

9

Class (menegah). Berdasarkan hasil penetapan upah minimum kota Malang tahun

2006 sebesar Rp. 488.000 tiap bulanya sehingga pendapatan lapisann ekonomi

kelas menengah antara jumlah pendapatan tingkat ekonomi bawah dan atas yaitu

Rp. 488.000-Rp.976.000 tiap bulanya. c) Lower Class (bawah). berdasarkan hasil

penetapan upah minimum kota Malang tahun 2006 sebesar Rp. 488.000 tiap

bulanya sehingga pendapatan lapisan ekonomi kelas bawah 1x upah minimum

propinsi yaitu < Rp. 488.000 tiap bulannya.

Bila diakumulasikan pada penetapan Upah Minimum Kabupaten Malang

2017, kini menjadi; a) Upper Class (tingkat atas), Berdasarkan hasil penetapan

upah minimum Kabupaten Malang tahun 2017 sebesar Rp. 2.368.510 tiap bulanya

sehingga pendapatan lapisan ekonomi kelas atas > 2x upah minimum kabupaten

Malang yaitu lebih besar dari Rp. 4.737.020 tiap bulanya. b) Midlle Class

(menengah). Berdasaran hasil penetapan upah minimum kabupaten Malang tahun

2017 sebesar Rp. 2.368.510 tiap bulanya sehingga pendapatan lapisan ekonomi

kelas menengah antara jumlah Rp. 2.368.510 tiap bulanya sehingga pendapatan

lapisan ekonomi kelas menengah antara jumlah pendapatan tingkat ekonomi

bawah dan atas yaitu Rp. 2.368.510- Rp. 4.737.020 tiap bulannya. c) Lower Class

(bawah). Berdasarkan hasil penetapan upah minimum kabupaten Malang tahun

2017 sebesar Rp. 2.368.510 tiap bulanya sehingga pendapatan lapisan ekonomi

kelas bawah 1x upah minimum propinsi yaitu < Rp. 2.368.510 tiap bulanya.

Oleh karena itu, status sosial ekonomi mungkin mempengaruhi cara

pandang dan kebutuhan untuk mengakses berbagai macam informasi. Bagaimana

perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin yang memiliki riwayat

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

10

pendidikan yang tinggi dengan yang berpendidikan rendah serta penghasilan yang

berbeda pastilah mempengaruhi mereka dalam berperilaku, ataupun juga dalam

memilih media sosial yang sesuai dengan tingkat kebutuhan.

Menurut Joseph Schumpeter dalam Soekanto (1997:260-261) mengatakan

bahwa terbentuknya kelas-kelas dalam masyarakat adalah karena diperlukan

untuk menyesuaikan masyarakat dengan keperluan-keperluan yang nyata.

Kedudukan individu dalam suatu masyarakat tidak selamanya bersifat statis, tapi

akan terus berkembang dan mengalami perubahan. Untuk itu setiap individu harus

mempunyai pendidikan yang lebih tinggi, ketrampilan dan keahlian-keahlian

khusus. Sehingga individu harus berjuang kejenjang yang lebih tinggi.

Dari pemaparan tentang status sosial ekonomi diatas dapat disimpulkan

bahwa status sosial ekonomi adalah tinggi rendahnya prestise yang dimiliki

seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya dalam suatu masyarakat

berdasarkan pada pekerjaan untuk memenuhi kebutuhanya atau keadaan yang

menggambarkan posisi atau kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan

kepemilikan materi dan lainya yang dapat menunjukan status sosial ekonomi yang

dimiliki individu tersebut.

2.1.2 Komponen Status Sosial Ekonomi

Untuk mengetahui status sosial ekonomi seseorang kita haruslah

melakukan pengukuran terlebih dahulu. Sehingga dari situ kita akan mengetahui

status sosial kelas-kelas seseoarang dari tingkatan atas ke bawah. Menurut

(Soekanto, Sosiologi: Suatu Pengantar, 1997) ukuran atau kriteria yang biasa

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

11

dipakai untuk menggolongkan anggota-anggota masyarakat kedalam suatu lapisan

masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Ukuran Kekayaan

Barang siapa yang memiliki kekayaan paling banyak, termasuk dalam lapisan

teratas dan yang memiliki kenyataan yang sedikit maka akan dimasukan dalam

lapisan bawah. Mereka yang memiliki kekayaan paling banyak misalnya dapat

dilihat pada bentuk rumah yang bersangkutan, kendaraan pribadi, cara-caranya

menggunakan pakaian serta bahan pakaian yang dipakainya, kebiasaan untuk

berbelanja barang-barang mahal dan lain-lain.

2. Ukuran Kekuasaan

Barang siapa yang memiliki kekuasaan atau yang mempunyai wewenang

terbesar menempati lapisan atas. Kekuasaan adalah jembatan untuk memperoleh

uang dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup untuk memperoleh pendapatan.

3. Ukuran Kehormatan

Ukuran kehormatan tersebut mungkin terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan

dan atau kekuasaan. Adalah orang yang paling disegani dan dihormati, mendapat

tempat yang teratas. Ukuran semacam ini, banyaknya dijumpai pada masyarakat-

masyaraat tradisional yang masih kental dengan adat.

4. Ukuran Ilmu Pengetahuan

Yang dimaksud ilmu pengetahuan disini adalah tingkat pendidikan dan juga

yang terpenting adalah gelar kesarjaanya. Semakin tinggi tingkat pendidikan

seseorang maka makin mudah dalam memperoleh pekerjaan, sehingga semakin

banyak pula penghasilan yang diperoleh. Dengan pendidikan dapat memperluas

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

12

keilmuan, meningkatkan kemampuan dan potensi serta membuat seseoarang lebih

peka terhadap setiap gejala-gejala sosial yang muncul.

Dari komponen-komponen diatas dapat disimpulkan yang menjadi tolak

ukuran status sosial ekonomi seseorang adalah kekayaan, kekuasaan, kehormatan,

dan juga tingkat pendidikan. Bentuk-bentuk masyarakat tersebut banyak, akan

tetapi bentuk pokok tadi mempunyai hubungan erat satu dengan lainya, dimana

terjadi saling pengaruh-mempengaruhi.

2.1.3 Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Penggunaan Media Sosial

Seperti yang dijelaskan peneliti sebelumnya, setiap anggota masyarakat

memiliki tingkatan yang berbeda dalam suatu kelompok, tergantung diposisi mana

status sosial ekonomi mereka berada. Status sosial ekonomi inilah yang menjadi

landasan seseorang dalam mengambil keputusan atau sebuah tindakan, termasuk

tindakan dalam melakukan komunikasi untuk berinteraksi dengan sesama. Karena

pada hakikatnya manusia merupakan makhluk sosial yang tidak tahan untuk hidup

sendiri, mereka selalu ingin berinteraksi dengan individu lain serta memiliki

kebutuhan sosial.

William Schutz (dalam soekanto, 1997) merinci kebutuhan sosial adalah

kebutuhan untuk menumbuhkan dan mempertahankan hubungan yang

memuaskan dengan orang lain dalam hal interaksi ada asosiasi (inclusion).

Kebutuhan sosial ini hanya dapat dipenuhi dengan komunikasi interpersonal yang

efektif. Komunikasi yang efektif juga dapat ditentukan dari jenis media yang

khalayak gunakan. Kemunculan media sosial kini tentunya menjadi salah satu

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

13

sarana untuk saling berinteraksi yang secara teoristis mencakup wilayah yang tak

terbatas.

Khalayak dalam komunikasi massa terdiri dari orang-orang yang

heterogen yang meliputi penduduk yang bertempat tinggal dalam kondisi yang

berbeda, dengan kebudayaan yang beragam, berasal dari berbagai lapisan

masyarakat, mempunyai pekerjaan yang berjenis-jenis, oleh karena itu mereka

berbeda pula dalam kepentingan, standar hidup dan derajat kehormatan,

kekuasaan dan pengaruh.

Individu dari kelompok status social ekonomi yang lebih tinggi cenderung

memiliki tingkat selektivitas lebih tinggi terhadap media, begitu juga sebaliknya,

individu dari kelompok status social ekonomi lebih rendah memiliki tingkat

selektivitas lebih rendah terhadap media. Lingkungan seorang individu dengan

status social yang lebih tinggi memberi lebih banyak kesempatan untuk

memperoleh pengetahuan dan pengalaman. Lingkungan yang kekurangan hanya

mempunyai sedikit pengetahuan dan pengalaman tentang penggunaan media dan

cenderung menggunakan media hanya untuk kesenangan semata.

Dari uraian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa seseorang dengan

status social ekonomi yang lebih tinggi cenderung akan memiliki kuantitas

penggunan yang tinggi dalam menggunakan media social. Sedangkan seseorang

dengan status ekonomi rendah cenderung memiliki kuantitas yang rendah

terhadap penggunaan media soaial yang mereka gunakan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

14

2.2 Terpaan Teknologi Komunikasi dan Masyarakat

Munculnya teknologi komunikasi pada hakikatnya didorong kebutuhan

manusia yang kini berada dalam era digital, yang menuntut penyampaian pesan

komunikasi yang cepat sehingga lebih menghemat waktu dan tenaga. Menurut

Siregar (2001) dalam (Noegroho, 2010) Kemajuan suatu moda komunikasi

merupakan ikutan dari perubahan pola “gerak” dalam kehidupan masyarakat.

Teknologi komunikasi sekarang telah berhasil mengintegrasikan teknologi

telekomunikasi, teknologi informasi, dan teknologi multimedia atau telematika.

Penggabungan teknologi komputer dan telekomunikasi melahirkan suatu

fenomena yang menggubah konfigurasi model komunikasi konvensional, dengan

melahirkan kenyataan dimensi ketiga. Jika dimensi pertama adalah kenyataan

kertas dalam kehidupan empiris (hard reality), dimensi kedua merupakan

kenyataan dalam kehidupan simbolik dan nilai-nilai yang dibentuk (soft reality),

maka dimensi ketiga dikenal kenyataan maya (virtual reality) yang melahirkan

suatu format masyarakat lainya. Masyarakat yang dibentuk dalam kenyataan

virtual disebut masyarakat cyber (cyber society), dari hal itu dikenal ruang cyber

(cyber space) (Siregar, 2001) dalam Noegroho (2010:6). Dimensi ketiga inilah

yang melahirkan media sosial yang merupakan salah satu media massa sebagai

sarana komunikasi yang dengan cepat keberadaanya menggantikan alat

komunikasi tradisional. Walaupun hingga saat ini alat komunikasi juga masih

banyak digunakan oleh banyak khalayak.

Penelitian ini menunjukan kecenderungan khalayak untuk memilih,

menginterprestasi, serta mengingat gambaran yang konsisten untuk menetapkan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

15

sikap dan pilihan mereka dalam menggunakan media sosial. Dalam memilih

media social, khalayak tidak selalu memiliki kontrol atas terpaan media social

terhadap mereka. Terpaan media social tidak hanya menunjukan sejauh mana isi

media berhasil memberikan kepuasan pada tataran emosional khalayak tetapi pola

di dalam seleksi media juga merupakan refleksi dari sejauh mana khalayak

menganggap pesan yang disampaikan oleh media berguna untuk mencapai tujuan,

informative, dan konsisten dengan sikap atau kepercayaan yang dimiliki.

Dalam penelitian ini terpaan selektif dapat diasumsikan sebagai sebuah

teori komunikasi yang mengatakan bahwa individu lebih suka terpaan kepada

argument yang mendukung posisi mereka, daripada yang mendukung posisi

lainya. Yang berarti dalam penelitian ini dapat di artikan pengguna media social

menggunakan media social yang sesuai dengan keinginan ataupun sebagai sarana

komunikasi yang sesui dengan kebutuhan mereka.

Sebagai konsumen media social yang memilki banyak pilihan untuk

menerpa diri mereka terhadap media media social apa yang mereka gunakan,

mereka cenderung memilih media social yang menghargai ide-ide mereka dan

menolak informasi yang menolak opini mereka. Oleh karena itu, mereka memilih

media social yang berbeda yang menyetujui pendapat dan opini mereka, sehingga

mereka tidak harus berhubungan dengan berbagai bentuk disonansi/

ketidakcocokan.

2.3 Media Baru ( New Media )

Sebelum tahun 1970-an, media didefinisikan berdasarkan bagaimana cara

penyampaiannya. Media cetak didefinisikan sebagai media yang terbuat dari

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

16

bahan kertas seperti koran, majalah, buku, brosur. Media elektronik didefinisikan

sebagai media yang menggunakan antena dalam membawa siaran melalui sinyal -

sinyal pada televisi dan radio.

Perkembangan teknologi dan informasi telah mempengaruhi

perkembangan media komunikasi saat ini. Menurut Charles Horton Cooley

seorang ahli sosiologi Amerika mengemukakan bahwa, hal ini disebabkan media

– media komunikasi tersebut tidak hanya mempengaruhi pola interaksi pada

masyarakat tetapi juga pandangan psikologis sehingga akan ada selalu media –

media komunikasi baru yang lebih efisien daripada proses – proses komunikasi

pada masyarakat sebelumnya. Cooley juga mengemukakan faktor – faktor yang

membuat lahirnya media baru lebih efisien adalah :

1. Membawa perluasan gagasan dan perasaan (Expressiveness)

2. Mengatasi waktu (Permanent of record)

3. Mengatasi ruang (Swiffness)

4. Jalan masuk ke lapisan masyarakat (Diffusion).

Kehadiran internet memberi dampak yang cukup besar dalam kehidupan

manusia, terutama dalam perkembangan media komunikasi. Saat ini, internet

dapat menyampaikan berbagai macam media cetak, elektronik dengan

menggunakan sistem tanpa batas. Internet merupakan kombinasi dari ribuan

jaringan komputer yang mengirim dan menerima data dari seluruh dunia (Biagi,

2010). Internet tidak memiliki presiden dan maskas pusat, dengan kata lain

internet tidak mempunyai pemilik resmi. Seperti yang diutarakan oleh seorang

perancang informasi Roger Fidler bahwa “internet tidak memiliki badan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

17

pemerintah atau komersial yang memiliki keuntungan bersih atau langsung dari

operasinya.”

Internet muncul pada pertengahan tahun 1990-an sebagai media massa

baru. Awalnya, internet dikembangkan untuk membantu peneliti, ilmuwan, dan

pendidik. Namun dalam ukuran global dan tidak adanya kontrol pusat, internet

telah berevolusi dan telah menjadi sangat berbeda dari media tradisional. Internet

telah mampu mengatasi kendala ruang dan waktu dalam proses penyebaran

informasi dan komunikasi. Fenomena tersebut menimbulkan beberapa

karakteristik yang menonjol yaitu:

1. Pelipatan ruang-waktu (time-space compression). Melipat waktu artinya

memperpendek jarak waktu, dengan meningkatkan kecepatan (velocity) atau

memperpendek durasi. Melipat ruang artinya memperkecil jarak ruang (spatial),

dengan cara memperpendek waktu tempuh di dalam ruang itu. Melipat ruang dan

waktu terjadi secara bersamaan, karena ruang tidak dapat dipisahkan secara

ontologis dari waktu. David Harvey menyebut kecenderungan ini sebagai

pemampatan ruang-waktu, yaitu bagaimana hambatan ruang diatasi dengan

teknologi, sehingga menciptakan percepatan dunia kehidupan.

2. Pemadatan waktu-tindakan (time-action condensation). Artinya pemdatan

berbagai tindakan ke dalam satuan waktu (detik, menit, jam, hari) dengan tujuan

efisiensi waktu. Sebanyak mungkin melakukan tindakan dalam sedikit mungkin

waktu. Dulu kita melakukan tindakan dalam satu waktu tertentu. Sekarang kita

dapat melakukan banyak hal dalam waktu yang sama.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

18

3. Miniaturisasi ruang-waktu (time-space miniaturisation). Baik ruang maupun

waktu, keduanya dapat dikerdilkan. Dalam pengertian diredusir ke dalam berbagai

dimensi, aspek, sifat, dan bentuk asalnya, dengan cara memindahkan wujudnya ke

dalam wujud lain yang lebih ringkas dalam bentuk media representasi (gambar,

fotografi, televisi, video, internet).

4. Pemadatan ruang-waktu simbolik (symbolic time-space compression) yaitu

peringkasan dalam dunia simbol itu sendiri. Ada berbagai mekanisme dalam

bahasa yang memungkinkan sebuah simbol diringkas atau disingkat sedemikian

rupa, sehingga pesan dan makna dapat disampaikan. Akan tetapi, ada sebuah

proses pelipatan simbolik yang telah melampaui kemampuan bahasa untuk

mengungkapkan makna, yaitu ketika bahasa diringkas, dipadatkan, dan diacak

atau diredusir sebagai simbol dan tanda semata.

5. Peringkasan ruang-waktu psikis (psychal time-space condensation). Pelipatan

dan peringkasan keempat hal di atas sebagai akibat kemajuan telekomunikasi,

transformasi, dan informasi, menimbulkan pengaruh langsung maupun tidak

langsung terhadap keadaan psikis. Dalam hal ini adalah persepsi dan pandangan

manusia terhadap ruang dan waktu itu sendiri. Misalnya, Persepsi tentang apa

yang jauh kini dapat dirasakan dekat, sebaliknya yang dekat dapat menjadi jauh

secara psikis. Begitu juga dengan persepsi manusia tentang dunia nyata dan dunia

maya atau fantasi (Puspa Merdika, 2001).

Keberadaan internet membuat dunia menjadi kecil, kita dengan mudah

dapat menjelajahi dunia hanya dengan bermodal jaringan internet dengan berbagai

banyak cara. Revolusi tekhnologi komunikasi telah memenuhi kebutuhan manusia

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

19

dalam kehidupan sehari hari seperti dalam bidang jaringan dan komunikasi,

informasi, pendidikan, ekonomi bisnis, hiburan, sosial budaya, dan sebagainya.

2.4 Media Sosial

2.4.1 Pemahaman Media Sosial

Pada dasarnya media social merupakan perkembangan mutakhir dari

teknologi-teknologi web baru berbasis internet, yang memudahkan semua orang

untuk berkomunikasi, berpartisipasi, saling berbagi dan membentuk sebuah

jaringan secara online, sehingga dapat menyebarluaskan konten mereka sendiri.

Media social menurut (Utari, 2011) adalah sebuah media online dimana

penggunaanya dapat dengan mudah berpartisipasi. Berpartisipasi dalam arti

seseorang akan dengan mudah berbagi informasi, menciptakan konten atau isi

yang ingin disampaikan kepada orang lain, memberi komentar terhadap masukan

yang diterimanya dan seterusnya. Semua dapat dilakukan dengan cepat dan tak

terbatas.

Meskipun banyak perdebatan tentang posisi dan fungsi media social, akan

tetapi sebagian besar pengamat komunikasi sepakat dan sependapat bahwa

berdasarkan perangkat yang digunakan media social yaitu teknologi komunikasi

terutama internet maka media social termasuk kedalam kategori new media.

Media social turut menyebabkan perubahan pada media massa. Hal ini dapat

dilihat dari esensi isi pesan media social yang bersifat personal dan privat pada

media global” (Santosa, 2011).

Penggunaan media social tidak dapat terlepas dari motivasi yang

mendorong seseorang untuk melakukanya. Secara teori terdapat beberapa

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

20

motivasi yang mendorong seseorang untuk menggunakan media social seperti

yang disebut oleh McQuail (2000) berikut ini:

1. Faktor Informasi; konsep hyperlink dan meme di internet memudahkan

penggunanya dalam pencarian informasi. Melalui internet pengguna akan

dihadapkan pada gelombang informasi yang sangat banyak dan diperlukan

bagi orang yang pertama kali menggunakan internet untuk dapat difungsikan

secara optimal.

2. Identitas Personal; pengguna menggunakan media social dalam rangka

mengasosiasikan actor media dengan karakter tertentu pada dirinya sendiri.

3. Faktor Integratif dan Interaksi Sosial; internet telah berhasil selangkah

meninggalkan media konvensional.

4. Faktor Hiburan; orang banyak menggunakan media social dengan tujuan

untuk memperoleh kesenangan dan hiburan.

Rafaelli dan Newhagen mengidentifikasi lima perbedaan utama yang ada di

antara media sosial dan media massa tradisional (Santana, 2005 dalam (Bland, 2001):

1. Kemampuan internet untuk mengombinasikan beberapa media

2. Kurangnya tirani penulis atas pembaca

3. Tidak seorangpun dapat mengendalikan perhatian khalayak

4. Internet dapat membuat proses komunikasi berlangsung sinambung.

5. Kecepatannya secara keseluruhan yang menarik sekaligus menakutkan.

Oleh karena itu banyak kalangan masyarakat yang berpendapat bahwa

internet adalah kemudahan yang sangat bermanfaat. Posisi internet di masyarakat

saat ini mungkin sejajar dengan televisi. Tetapi itupun dikarenakan

penggunaannya pun dengan tujuan yang berbeda. Apabila dengan televisi kita bisa

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

21

memilih yang sudah ada, dengan menggunakan internet kita harus mencari

informasi yang kita butuhkan terlebih dahulu baru bisa memilih dan mendapatkan

informasi yang kita butuhkan tersebut.

2.4.2 Pengaruh Media Sosial

New media (media sosial) memiliki beberapa pengaruh. Berikut pengaruh

new media dalam beberapa aspek seperti yang ditulis oleh Syaibani (2011: 24-26)

dalam (Uma, 2014):

a) Individu; pengguna new media akan mendapatkan pengaruh besar jika

menggunakannya dengan intensitas yang tinggi. Di satu sisi, pengguna bisa

mengekspresikan segala idea tau gagasan melalui layanan-layanan yang dapat

digunakan tanpa ada batasan. Namun disisi lain, seorang bisa menjadi individualis

jika menggunakan internet dengan intesitas yang tinggi tanpa bersosialisasi di

dunia nyata.

b) Ekonomi; new media menunjang perkembangan ekonomi melalui ecommerce

atau komersial elektronik. New media sangat memungkinkan adanya ruang

pemasaran dan marketing. Selain itu akses mendapatkan material atau bahan pun

akan lebih luas dan mudah. Namun disisi lain internet juga dapat mengubah

perilaku masyarakat.

c) Politik; internet telah memunculkan istilah baru yakni electronic democracy.

(Howard dalam syabiani, 2011: 25) menyampaikan bahwa internet merupakan

komponen baru dalam sistim komunikasi politik. Website dapat digunakan untuk

menyampaikan ide-ide dari para politikus, kepengurusan dan adanya ruang

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

22

diskusi terbukadari bawah keatas dan sebaliknya dari atas ke bawah juga. Ruang

diskusi inilah yang memberikan nilai demokratis dalam komunikasi politik.

d) Perubahan sosio-kultural; new media telah merubah banyak dari bentuk

komunikasi yang dilakukan manusia selama ini. Perkembangan teknologi telah

banyak mempengaruhi cara masyarakat dalam berkomunikasi dan ini merupakan

proses mutualisme yang menciptakan jaringan sosial. Perubahan pola komunikasi

ini juga dapat mempengaruhi perubahan pada pola interaksi masyarakat yang

beralih dari bentuk nyata (fisik) menjadi maya (digital).

2.4.3 Sejarah Media Sosial.

Menurut Nurudin (2012:53) Media Sosial muncul didasari ide untuk

menghubungkan orang-orang dari seluruh belahan dunia (Sutikno, 2011). Media

social sendiri sebenarnya telah ada pada 1978. Tahun 1995 Muncul situs

GeoCites, yaitu media yang dapat menyimpan data websode agar dapat diakses.

Pada Tahun 1997, Classmates.com (jejaring hubungan antar mantan teman

sekolah) juga didirikan, focus utama jejaring tersebut adalah pada hubungan antar

mantan teman sekolah.

Situs jejaring social pertama, yaitu Sixdegrees.com mulai muncul pada

tahun 1997, situs ini memiliki aplikasi untuk membuat profil, menambah teman

dan mengirim pesan. Tahun 1999 dan 2000 muncul situs social Lunarstorm, Live

Journal, Cyword yang berfungsi memperluas informasi secara searah. Tahun

2001, muncul Ryze.com yang berperan untuk memperbesar jejaring bisnis. Tahun

2002, muncul Friendster sebagai situs anak muda untuk saling berkenalan dengan

pengguna lain. Tahun 2003, muncul situs social interaktif lain menyusul

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

23

kemunculan Friendster, Flick R, Youtube, Myspace. Hingga akhir tahun 2005,

Friendster dan Myspace merupakan situs jejaring social yang paling diminati.

Lalu para pengguna media social beralih ke Facebook yang sebenarnya telah

dibuat tahun 2004. Tetapi baru terkenal pada tahun 2006. Tahun 2006,

kemunculan twitter ternyata menambah jumlah pemakai media social, Twitter

merupakan microblog yang memiliki batasan karakter tulisan bagi penggunanya,

yaitu 140 karakter. Lalu setelah lahirnya twitter muncul jejaring social lain seperti

Path, Instagram, dan hanya bisa diakses melalui perangkat handphone (iOs atau

Android).

2.5 Kecenderungan Pemilihan Media

Kecenderungan adalah hasrat atau kesiapan reaktif yang tertuju pada suatu

objek konkrit, dan selalu muncul berulang-ulang (Kartono, 1980). Kecenderungan

ini adalah hasil dari pengalaman-pengalaman dan ditentukan oleh pribadi masing-

masing yang pada setiap manusia pastilah berbeda. Kecenderungan ini ada karena

adanya dorongan-dorongan yang muncul dari dalam diri seseorang yang

mengarahkan ke suatu obyek tertentu untuk menunjukkan rasa suka atau tidak

suka orang itu terhadap obyek tersebut. Dalam kecenderungan itu ada kesiagaan

utntuk bereaksi dan berminat yang didasari oleh tekanan-tekanan emosional dan

minat pada suatu obyek dan kecenderungan menentukan tingkah laku seseorang

terhadap lingkungan karena kecenderungan merupakan watak yang tetap. Namun

kecenderungan ini bukanlah tingkah laku itu sendiri, tetapi merupakan sesuatu

yang memungkinkan timbulnya tingkah laku yang mengarahkan pada suatu

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

24

obyek. Sifat dari kecenderungan ini bisa sementara namun kadang juga bisa

bersifat menetap.

Disini kecenderungan yang di maksud adalah dalam hal memilih media.

Dalam melakukan komunikasi, sering kita dihadapkan pada situasi memilih media

yang sesuai dalam menyampaikan pesan. Media merupakan komponen utama

dalam proses komunikasi sebagai penghantar pesan demi terciptanya komunikasi

yang sempurna. Dengan beragam dan bervariasinya bentuk pesan dan informasi

yang akan disampaikan, menuntut memilih media yang tepat agar proses

komunikasi dapat berjalan dengan baik. Menentukan media komunikasi yang

tepat sangat tergantung dengan situasi dan keterlibatan unsur psikologis individu.

2.6 Media Massa dan Perilaku Selektif

Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan

pesa secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Kelebihan

media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa membaasi

hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan

hampir seketika pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).

Begitu banyaknya media sosial yang bermunculan, masyarakat mungkin

dihadapkan pada kecenderungan dalam memilih media social yang mampu

memenuhi kebutuhan mereka. Bila dikaji dari teori Uses anda Gratification dapat

diasumsikan bahwa khalayak dianggap secara aktif dalam menggunakan media

untuk memenuhi kebutukan. Khalayak juga sadar sepenuhnya terhadap

ketertarikan, motif, dan penggunaan media. Nilai kegunaan dan kepuasan

mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu menyebabkan audiensi mencari,

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

25

menggunakan dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda

yang disebabkan berbagai factor psikologis yang berbeda di antara individu

audiensi.

Adapun hal yang begitu memprihatinkan adalah kemungkinan bahwa

masyarakat tidak begitu peduli terhadap kualitas dan kuantitas media social

tersebut. Setiap masyarakat pastilah berpikir dan dari proses berpikir itulah

masyarakat membuat keputusan-keputusan, salah satunya adalah untuk

menentukan media apa yang bisa memberikan informasi yang mereka inginkan.

Sehubungan dengan hal tersebut, sebenarnya media berada pada posisi yang

disatu sisi dapat memberikan pengaruh-pengaruh positif, dan disisi lain juga bisa

memberikan pengaruh-pengaruh negatif. Sehingga kita harus benar-benar

memahami arti dan fungsi media tersebut dalam kehidupan kita. Kalau kita

mengacu pada berbagai ketentuan atau aturan hukum tentang media sosial, maka

kita bisa melihat bahwa media sosial diberi tugas, kewajiban untuk melestarikan

nilai-nilai budaya bangsa. Namun nyatanya tidak sedikit media sosial yang jauh

dari nilai-nilai kebudayaan kita. Itu sebabnya bila masyarakat memilih sebuah

media sebagai sarana komunikasi, mereka cenderung memilih media yang sesuai

dengan situasi dan kondisi kehidupan mereka.

2.7 Landasan Teori

2.7.1 Teori Kategori Sosial (Sosial Chategory Theory)

Melvin L. DeFleur adalah pencetus teori Sosial Category Theory atau bisa

di sebut juga teori penggolongan sosial. Teori ini menyatakan adanya kategori-

kategori social pada masyarakat urban-industrial yang perilakunya hampir

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

26

seragam ketika diterpa rangsangan-rangsangan. Ciri-cirinya adalah usia, jenis

kelamin, pendapatan, pendidikan, pemukiman, atau pertalian yang bersifat

religious.

Menurut Effendy Onong (Onong, 2003), Asumsi dasar dari Teori Kategori

Sosial ialah teori sosiologis yang menyatakan bahwa meskipun masyarakat

modern sifatnya heterogen, penduduk yang memiliki sejumlah ciri yang sama

akan mempunyai pola hidup tradisional yang sama. anggota-anggota dari suatu

ketegori tertentu akan mrmilih pesan komunikasi yang kira-kira sama, dan

menggapinya dengan cara yang hampir sama pula.

Dari teori diatas, dapat diasumsikan pada penelitian ini bahwa seseorang

atau masyarakat yang masuk dalam kategori yang sama maka dalam memilih

media social pun akan cenderung sama. dalam penelitian ini misalnya saja apabila

status social ekonomi tinggi maka kecenderungan memilih media sosialnya pun

tinggi. Memilih media social sebagai sarana komunikasi menjadi rangsangan

untuk masyarakat yang digolongkan berdasarkan status social ekonominya.

2.7.2 Teori Kegunaan dan Kepuasan (Uses and Gratification)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunkaan teori uses and gratification.

Uses and gratification adalah satu model teori dalam komunikasi massa. Dimana

teori uses and gratification ini ditekankan bahwa khalayak berperan aktif

menentukan media mana yang dipilih untuk kebutuhanya. Teori uses and

gratification (kegunaan dan kepuasan) ini dikenalkan oleh Habert Blumer dan

Elihu Katz pada tahun 1974 dalam bukunya The Uses on Mass Communications:

Current Perspective on Gratification Research. Teori uses and gratification

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

27

menurut Blumer dan Katz ini mengatakan bahwa pengguna media berperan aktif

untuk memilih menggunakan media tersebut. Jadi pengguna media ialah pihak

aktif dalam proses komunikasi.

Teori uses and gratification banyak digunakan sebagi acuan oleh para

peneliti dunia untuk mengetahui motif-motif penggunaan internet maupun media

sosial yang dilakukan individu yang berasal dari berbagai kalangan. Dalam hal ini,

media sosial merupakan media yang saat ini sedang digemari oleh banyak

kalangan, dengan beragam motif penggunaan yang berbeda-beda salah satunya

yaitu sebagai sarana komunikasi.

Teori ini ditujukan untuk menggambarkan proses penerimaan dalam

komunikasi massa dan menjelaskan penggunaan media oleh khalayak. Dalam

perkembangan teknologi komunikasi, pendekatan uses andgratifications dapat

bermanfaat dalam membantu memahami bagaimana seseorang menggunakan

sebuah media baru yang dalam hal ini adalah media sosial. Ada lima asumsi dasar

teori uses and gratifications, yaitu :

a. Khalayak aktif dan penggunaan medianya berorientasi pada tujuan.

b.Inisiatif dalam menghubungkan kepuasan kebutuhan pada pilihan media tertentu

terdapat pada anggota khalayak.

c. Media berkompetisi dengan sumber lainnya untuk kepuasan kebutuhan.

d. Mempunyai kesadaran diri, minat, dan motif dalam penggunaan media tersebut,

sehingga dapat memberikan gambaran yang akurat mengenai kegunaan media

tersebut.

e. Penilaian mengenai nilai isi media hanya dapat dinilai oleh khalayak.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

28

Dalam hal ini peneliti telah memahami bagaimana masyarakat Dukuh

Genitri dalam menggunakan dan memanfaatkan media sosial yang dimilikinya.

2.8 Definisi Konseptual dan Operasional

2.8.1 Definisi Konseptual

Definisi konseptual adalah batasan tentang pengertian yang diberikan

peneliti terhadap variable-variabel (konsep) yang hendak diatur, diteliti dan digali

datanya (Hamidi, 2007), maka dalam penelitian ini definisi konseptualnya sebagai

berikut:

a. Status sosial ekonomi (x)

Status adalah posisi seseorang atau suatu wadah bagi hak dan kewajiban,

atau aspek statis dan peranan yang dikaitkan dengan posisi atau peranan

seseorang. Status sosial adalah posisi atau peranan umum dari seseorang dalam

masyarakat. Sehingga status sosial ekonomi adalah suatu kedudukan yang diatur

secara sosial ekonomi dan menempatkan seseorang pada posisi tertentu didalam

struktur masyarakat. Status sosial ekonomi ini akan menjadi dorongan dalam

berpikir maupun melakukan suatu tindakan seseorang. Dan dorongan dalam

melakukan tindakan tersebut didasari beberapa faktor seperti pendidikan,

pekerjaan, pendapatan, kekayaan dan lain-lainnya. Faktor-faktor tersebut yang

akan menentukan tinggi rendahnya status sosial ekonomi seseorang dalam suatu

masyarakat.

b. Kuantitas Penggunaan Media Sosial (y)

Kuantitas adalah suatu hal yang berbentuk dari proses pengukuran. Jadi

kuantitas penggunaan adalah sesuatu yang bisa diukur dari tingkat penggunaan,

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

29

seperti media sosial. yaitu media sosial sebagai sarana komunikasi yaitu meliputi

media sosial yang digunakan untuk berkomunikasi, aktivitas komunikasi yang

mencakup semua media sosial sebagai sarana komunikasi.

2.8.2 Definisi Operasional

Hubungan antara variable bebas (X) dan variable terikat (Y) bersama

indikator-indikatornya akan digambarkan sebagai berikut:

a. Variabel bebas (X) yaitu status ekonomi masyarakat Dukuh Genitri sebagai

sampel dalam penelitian. Peneliti akan mengacu pada perbedaan status sosial

ekonomi seseorang sehingga mempengaruhi kecenderungan memilih media sosial

yang mereka gunakan. Status sosial ekonomi masyarakat. Status social adalah

peran yang dijalankan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga status

social ekonomi adalah kedudukan seseorang yang diatur secara social ekonomi

dan acuan penempatan posisi tertentu di dalam struktur masyarakat. Status social

ekonomi akan menjadi landasan untuk melalukan suatu tindakan ataupun

dorongan dalam berpikir seseorang.

Indikator yang digunakan yaitu:

1. Kekayaan yang dimiliki, yaitu Tinggi rendahnya kekayaan seseorang. Meliputi

harta benda yang dimaksud oleh peneliti untuk penelitian ini adalah:

a) Kendaraan beroda dua yaitu sepeda motor

b) Kendaraan beroda empat yaitu mobil.

c) Rumah, dalam artian rumah yang benar-benar milik sendiri.

d) Tanah, dalam artian tanah yang benar-benar milik sendiri.

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

30

2. Tingkat Pendidikan, yaitu diukur dari tingkat pendidikan masyarakat. Meliputi,

a) Rendah : SD dan SMP

b) Sedang : SMA/ SMK

c) Tinggi : Akademi/ Perguruan Tinggi

3. Pengeluaran dan pendapatan ekonomi, yaitu tingkat pengeluaran seseorang

dalam kurun waktu satu bulan, yaitu:

a) Rendah : dibawah Rp. 2.368.510 /bln

b) Sedang : Rp. 2.368.510 – Rp. 4.737.020 /bln

c) Tinggi : diatas Rp. 4.737.404/bln

4. Kedudukan dalam kelompok sosial, yaitu posisi seseorang di dalam lingkungan

sosialnya, meliputi:

a) Jabatan rendah : coordinator seksi

b) Jabatan menengah :sekertaris, bendahara

c) Jabatan tinggi : ketua

b. Variabel terikat (Y) Kuantitas Penggunaan Media Sosial yaitu media sosial

sebagai sarana komunikasi yaitu meliputi media sosial apa saja yang digunakan

untuk berkomunikasi, peneliti akan meneliti aktivitas komunikasi yang mencakup

semua media sosial sebagai sarana komunikasi. Kuantitas berarti suatu reaksi

untuk mengukur sesuatu yang pasti, yang tertuju pada satu tujuan tertentu,

ataupun tertuju pada objek yang nyata. Hal yang akan diukur adalam penelitian ini

adalah tingkat penggunaan media sosial di kalangan mayarakat Dukuh Genitri

sebagi responden. Adapun Indikator yang digunakan meliputi:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Status Sosial Ekonomi 2.1.1 ...eprints.umm.ac.id/37053/3/jiptummpp-gdl-fitriaherm-50780-3-babii.pdf · seseorang berdasarkan kedudukan yang dipegangnya

31

Media sosial untuk berkomunikasi, yaitu penggunaan BBM, Facebook, Whatsapp,

Facebook Messenger, Google+, Line, Instagram, Wechat, Pinterst untuk saling

berkomunikasi.

2.9 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian

yang kebenarannya perlu diuji, oleh karena itu hipotesis ditulis dalam bentuk

pernyataan. Berdasarkan rumusan masalah maka dirumuskan jawaban sementara

dari permasalahan yang hendak diteliti yaitu “diduga ada pengaruh latar belakang

status sosial ekonomi terhadap kecenderungan memiliha media social sebagai

sarana komunikasi oleh masyarakat”.

Ha : terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan kuantitas penggunaan

media social sebagai sarana komunikasi.

Ho: tidak ada hubungan antara status social ekonomi dengan kuantitas

penggunaan media social sebagai sarana komunikasi.