bab ii tinjauan pustaka 2.1 usaha mikro, kecil, dan...

31
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Usaha Mikro Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pengertian dari usaha mikro adalah: “Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.” Kriteria usaha mikro sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 6 Ayat 1 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah sebagai berikut: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah).

Upload: phamhanh

Post on 16-Mar-2019

214 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

2.1.1 Usaha Mikro

Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 1 Ayat 1 Tahun

2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah pengertian dari usaha

mikro adalah:

“Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”

Kriteria usaha mikro sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20

Pasal 6 Ayat 1 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00

(Lima Puluh Juta Rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah).

10

2.1.2 Usaha Kecil

Berdasarkan Undang-Undang Nomor.20 Pasal 1 Ayat 2 Tahun

2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pengertian dari usaha

kecil adalah:

“Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.”

Kriteria Usaha Kecil sesuai dengan Undang-Undang Nomor. 20

Pasal 6 Ayat 2 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

adalah sebagai berkut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (Lima

Puluh Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

500.000.000,00 (Lima Ratus Juta Rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

300.000.000,00 (Tiga Ratus Juta Rupiah) sampai dengan

paling banyak Rp 2.500.000.000 (Dua Milyar Lima Ratus Juta

Rupiah).

11

2.1.3 Usaha Menengah

Berdasarkan Undang-Undang Nomor. 20 Pasal 1 Ayat 3 Tahun

2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah, pengertian usaha

menengah adalah:

“Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.”

Kriteria Usaha Menengah sesuai dengan Undang-Undang Nomor.

20 Pasal 6 Ayat 3 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah

adalah sebagai berikut:

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.00,00 (Lima

Ratus Juta Rupiah) sampai dengan paling banyak Rp

10.000.000.000,00 (Sepuluh Milyar Rupiah) tidak termasuk

tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp

2.500.000.000,00 (Dua Milyar Lima Ratus Juta Rupiah)

sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (Lima

Puluh Milyar Rupiah).

12

2.2 Standar Akuntansi Keuangan-Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik

2.2.1 Penjelasan Mengenai SAK dan SAK-ETAP

Di dalam SAK-ETAP (2009:1)Standar Akuntansi Keuangan untuk

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik di maksudkan untuk digunakan entitas

tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas adalah entitas yang :

a. Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan

b. Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general

purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh

pengguna eksternal adalah pemilik yang terlibat langsung

dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat

kredit.

2.2.2 Penyajian Laporan Keuangan SAK-ETAP

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penyajian laporan

keuangan berdasarkan SAK-ETAP (2009: 12-16) adalah sebagai berikut :

1. Penyajian wajar

Menurut SAK-ETAP Laporan keuangan menyajikan

dengan wajar posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu

entitas. Penyajian wajar mensyaratkan penyajian jujur atas

pengaruh transaksi, peristiwa, dan kondisi lain yang sesuai dengan

definisi dan kriteria pengakuan aset, kewajiban, penghasilan dan

beban:

13

1. Aset

Aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat

ekonominya di masa depan akan mengalir ke entitas dan aset

tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan

andal. Asset tidak diakui dalam neraca jika pengeluaran telah

terjadi dan manfaat ekonominya dipandang tidak mungkin

mengalir ke dalam entitas setelah periode pelaporan berjalan.

Sebagai alternatif transaksi tersebut menimbulkan pengakuan

beban dalam laporan laba rugi.

2. Kewajiban

Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran

sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan

dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan

jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.

3. Penghasilan

Pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari

pengakuan aset dan kewajiban. Penghasilan diakui dalam

laporan laba rugi jika kenaikan manfaat ekonomi di masa

depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan

kewajiban telah terjadi dan dapat diukur secara andal.

4. Beban

Pengakuan beban merupakan akibat langsung dari pengakuan

aset dan kewajiban. Beban diakui dalam laporan laba rugi jika

14

penurunan manfaat ekonomi masa depan yang berkaitan

dengan penurunan asset atau peningkatan kewajiban telah

terjadi dan dapat diukur secara andal.

2. Kepatuhan Terhadap SAK-ETAP

Entitas yang laporan keuangannya mematuhi SAK-ETAP

menerangkan bahwa harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan

secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan

tersebut dalam catatan atas laporan keuangan.Laporan keuangan

tidak boleh menyatakan mematuhi SAK-ETAP kecuali jika

mematuhi semua persyaratan dalam SAK-ETAP.

3. Penyajian yang Konsisten

Di dalam SAK-ETAP menyebutkan bahwa penyajian dan

klasifikasi pos-pos dalam laporan keuangan antar periode harus

konsisten kecuali:

a. Terjadi perubahan yang signifikan atas sifat operasi entitas

atau perubahan penyajian atau pengklasifikasian bertujuan

menghasilkan penyajian lebih baik sesuai kriteria pemilihan

dan penerapan kebijakan akuntansi

b. SAK-ETAP mensyaratkan suatu perubahan penyajian.

Jika penyajian atau pengklasifikasian pos-pos dalam

laporan keuangan diubah, maka entitas harus mereklasifikasikan

jumlah komparatif kecuali jika reklasifikasi tidak praktis. Entitas

15

harus mengungkapkan hal-hal berikut jika jumlah komparatif

direklasifikasi :

a. Sifat reklasifikasi

b. Jumlah setiap pos atau kelompok dari pos yang direklasifikasi

c. Alasan reklasifikasi

Jika reklasifikasi jumlah komparatif tidak praktis, maka

entitas harus mengungkapkan :

a. Alasan reklasifikasi jumlah komparatif tidak dilakukan

b. Sifat penyesuaian yang telah dibuat jika jumlah komparatif

direklasifikasi.

4. Kelangsungan Usaha

Pada saat menyusun laporan keuangan, manajemen entitas

yang menggunakan SAK-ETAP membuat penilaian atas

kemampuan entitas melanjutkan kelangsungan usaha. Dalam

membuat penilaian kelangsungan usaha, jika manajemen

menyadari terdapat ketidakpastian yang material terkait dengan

peristiwa atau kondisi yang mengakibatkan keraguan signifikan

terhadap kemampuan entitas untuk melanjutkan usaha, maka

entitas harus mengungkapkan ketidakpastian tersebut.

5. Frekuensi Pelaporan

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan

(termasuk informasi komparatif) minimum satu tahun sekali.

Ketika akhir periode pelaporan entitas berubah dan laporan

16

keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih panjang atau

lebih pendek dari satu tahun, maka entitas mengungkapkan:

a. Fakta tersebut.

b. Alasan penggunaan untuk periode yang lebih panjang atau

periode yang lebih pendek.

c. Fakta bahwa jumlah komparatif untuk Laporan Laba Rugi,

Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Laba Rugi dan Saldo

Laba, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan Keuangan

yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya diperbandingkan.

6. Informasi Komparatif

Informasi harus diungkapkan secara komparatif dengan

periode sebelumnya kecuali dinyatakan lain oleh SAK-ETAP.

Entitas memasukan informasi komparatif untuk informasi naratif

dan dan deskriptif jika relevan untuk pemahaman laporan keuangan

periode berjalan.

2.3 Siklus Akuntansi

Siklus Akuntasi (Accounting Cycle) adalah langkah-langkah prosedur

akuntansi yang biasanya digunakan oleh perusahaan untuk mencatat transaksi dan

membuat laporan keuangan (Donald E. Kieso, 2011:85). Disebut sebagai siklus

akuntansi, karena tahapan pencatatan tersebut dilakukan dan terjadi berulang-

ulang melalui tahapan yang sama.

17

Gambar 2.1

Siklus Akuntansi

Sumber : Donald E. Kieso, dkk. Intermedieate Accounting (2011:86)

Pengidentifikasian & Pengukuran Transaksi

Jurnal Pembalik (opsional)

JurnalisasiJurnal UmumJurnal Penerimaan KasJurnal Pengeluaran KasJurnal PembelianJurnal PenjualanJurnal Khusus Lainnya

PemindahbukuanBuku Besar Umum (biasanya bulanan)Buku Besar Pembantu (biasanya harian)

Pembuatan Neraca Saldo

PenyesuaianAkrualPembayaran di MukaItem-item yang diestimasi

Neraca Saldo yang Disesuaikan

Neraca lajur (opsional)

Pembuatan Laporan Keuangan

Laporan Laba RugiLaporan Laba DitahanNeracaLaporan Arus Kas

Penutupan(akun nominal)

Neraca Saldo pasca

Penutupan (opsional)

18

2.4 Laporan Keuangan

Pada dasarnya laporan keuangan merupakan suatu output atau hasil akhir

dari proses akuntansi yang menggambarkan keadaan atau kondisi suatu entitas

dalam kuantifikasi nilai moneter dan digunakan sebagai media informasi bagi

berbagai pihak yang berkepentingan baik pihak internal maupun pihak ekternal.

2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan

Pengertian laporan keuangan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia

melalui Standar Akuntansi Keuangan (2012:2) tentang Kerangka Dasar

Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan adalah sebagai berikut:

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya, sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga.”

Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Kieso, Weygandt

dan Warfield (2011:5), laporan keuangan adalah:

“Financial statement are the principal means through which a company communicates it’s financial information to those outside it. The statement provide a company’s history quantified in money terms. The financial statement most frequently provided are (1) the statement of financial statement, (2) the income statement or statement of comprehensive income, (3) the statement of cash flows, and (4) integral part of each financial statement.”

19

2.4.2 Tujuan Laporan Keuangan

Penyusunan laporan keuangan ditujukan untuk mengetahui

secarajelas bagaimana posisi keuangan dari suatu kegiatan usaha yang

telah dijalankan entitas. Hasil dari laporan keuangan juga dapat digunakan

sebagai dasar didalam pengambilan keputusan atau kebijakan usaha.

Tujuan Laporan Keuangan menurut Donal E. Kieso (2011:7)

adalah:

“The objective of general purpose financial reporting is to provide financial information about the reporting entity that is usefull to present and potential equity investors, lenders, and other creditors in making decisions in their capacity as capital providers.”

Sedangkan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan-Entitas

Tanpa Akuntabilitas Publik (2009: 2) tujuan laporan keuangan adalah:

“Menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tambahan. Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukan apa telah dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggung jawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya”.

2.4.3 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan

Laporan keuangan memiliki beberapa karakteristik menurut Ikatan

Akuntan Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas

Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) (2009 : 2-5) yang diantaranya

adalah :

20

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

adalah kemudahaannya untuk segera dapat dipahami oleh

pengguna. Untuk maksud ini, pengguna diasumsikan memiliki

pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis,

akuntansi serta kemampuan untuk mempelajari informasi dengan

ketekunan yang wajar.

2. Relevan

Agar bermanfaat informasi harus relevan untuk memenuhi

kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan.

Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi

keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka

mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini, atau masa depan dan

menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

3. Material

Informasi dipandang material jika kelalaian untuk mencantumkan

atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang diambil

berdasarkan laporan keuangan. Materialitas tergantung pada

besarnya pos atau kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi dan

kelalaian dalam mencantumkan (omission) atau kesalah dalam

mencatat (misstatement).

21

4. Keandalan

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari kesalahan

material dan bias, dan penyajian secara jujur apa yang seharusnya

disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan.

5. Substansi Mengungguli Bentuk

Dalam melihat suatu transaksi tertentu yang diutamakan adalah

substansi dari transaksi atau peristiwa tersebut. Transaksi serta

peristiwa lain tersebut perlu dicatat dan disajikan sesuai dengan

substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya.

6. Pertimbangan Sehat

Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat

melakukan pertimbangan yang diperlukan dalam kondisi

ketidakpastian, sehingga aset atau penghasilan tidak disajikan lebih

tinggi dan kewajiban atau beban tidak disajikan lebih rendah.

Dalam pertimbangan sehat tidak mengijinkan terjadinya bias.

7. Kelengkapan

Agar dapat diandalkan informasi dalam laporan keuangan harus

lengkap dalam batasan materialitas dan biaya.

8. Dapat Dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan

perusahaan antarperiode untuk mengidentifikasi kecenderungan

posisi dan kinerja keuangan.

22

9. Tepat Waktu

Agar relevan, informasi dalam laporan keuangan harus dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi para penggunanya. Tepat waktu

meliputi penyediaan informasi laporan keuangan dalam jangka

waktu pengambilan keputusan. Jika terdapat penundaan yang tidak

semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan

kehilangan relevansinya.

10. Keseimbangan Antara Biaya dan Manfaat

Manfaat informasi seharusnya melebihi manfaat biaya

penyediaannya. Dalam evaluasi manfaat dan biaya, entitas harus

memahami bahwa manfaat informasi mungkin juga manfaat yang

dinikmati oleh pengguna eksternal.

2.4.4 Komponen Laporan Keuangan

Laporan keuangan sebagai suatu hasil atau output dari proses

akuntansi terbagi kedalam berbagai macam bentuk atau komponen. Pada

umumnya laporan keuangan terdiri dari Laporan Posisi Keuangan

(Neraca), Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus

Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

23

2.4.4.1 Neraca

Menurut SAK-ETAP (2009:175) neraca adalah laporan

keuangan yang menyajikan hubungan aset, kewajiban dan ekuitas

entitas pada waktu tertentu.

Kesimpulannya, neraca yaitu laporan yang menggambarkan

posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu. Laporan

ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban, dan modal pada saat

tertentu. Laporan ini bisa disusun setiap saat dan merupakan

opname situasi posisi keuangan pada saat itu.

2.4.4.1.1 Komponen Utama Neraca

Berdasarkan SAK-ETAP (2009:5-6)posisi keuangan

suatu entitas terdiri dari aset, kewajiban, dan ekuitas pada suatu

waktu tertentu. Unsur-unsur laporan keuangan tersebut berkaitan

langsung dengan pengukuran posisi keuangan suatu entitas. Unsur-

unsur ini didefinisikan sebagai berikut:

(a) Aktiva adalah sumber daya yang dikuasai entitas sebagai

akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi

di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas.

(b) Kewajiban merupakan kewajiban masa kini entitas yang

timbul dari peristiwa masa lalu, yang penyelesaiannya

diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya

entitas yang mengandung manfaat ekonomi.

24

(c) Ekuitas adalah hak residual atas aset entitas setelah dikurangi

semua kewajiban.

2.4.4.1.2 Informasi yang Disajikan dalam Neraca

Menurut SAK-ETAP (2009:19) informasi yang disajikan

dalam neraca minimal mencakup pos-pos berikut:

(a) Kas dan setara kas;

(b) Piutang usaha dan piutang lainnya;

(c) Persediaan;

(d) Property investasi;

(e) Aset tetap;

(f) Aset tidak berwujud;

(g) Hutang usaha dan hutang lainnya;

(h) Aset dan kewajiban pajak;

(i) Kewajiban diestimasi;

(j) Ekuitas.

2.4.4.1.3 Klasifikasi Aset dan Kewajiban

Dalampenyusunan neraca entitas harus menyajikan aset

lancar dan aset tidak lancar. Kewajiban jangka pendek, dan

kewajiban jangka panjang,sebagai suatu klasifikasi yang terpisah

dalam neraca. Berikut adalah klasifikasi akun yang disajikan dalam

neraca:

25

1. Aset

Menurut SAK-ETAP (2009:167) aset adalah sumber daya

yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu

dan dari manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan

diperoleh entitas.

Aset suatu entitas dapat diklasifikasikan menjadi:

a. Aset Lancar, berdasarkan SAK-ETAP (2009:20) entitas

mengklasifikasikan aset sebagai aset lancar jika:

diperkirakan akan direalisasi atau dimiliki untuk dijual atau

digunakan, dalam jangka waktu siklus operasi normal

entitas;

dimiliki untuk diperdagangkan; dan

berupa kas atau setara kas, kecuali jika dibatasi

penggunaannya dari pertukaran atau digunakan untuk

menyelesaikan kewaiban setidaknya 12 bulan setelah akhir

pelaporan.

Entitas mengklasifikasikan semua aset lainnya sebagai aset

tidak lancar, jika siklus operasi normal entitas tidak dapat

diidentifikasi dengan jelas, maka siklus operasi diasumsikan

lebih dari 12 bulan. Pernyataan ini menggunakan istilah “tidak

lancar” untuk mencakup aset tetap, aset tidak berwujud, dan

aset keuangan yang bersifat jangka panjang.

26

b. Aset Tetap, berdasarkan SAK-ETAP (2009:68) aset tetap

merupakan aset berwujud yang:

dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau menyediakan

barang atau jasa, untuk disewakan kepada pihak lain, atau

untuk tujuan administratif;

diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

c. Aset Tidak Berwujud, berdasarkan SAK-ETAP (2009:68) aset

tidak berwujud adalah aset non moneter yang dapat

diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. Suatu aset

dapat diklasifikasikan sebagai aset tidak berwujud jika:

dapat dipisahkan, yaitu kemampuannya untuk menjadi

terpisah atau terbagi dari entitas dan dijual, dialihkan,

dilisensikan, disewakan atau ditukarkan melalui suatu

kontrak terkait aset atau kewajiban secara individual atau

secara bersama; atau

muncul dari hak kontraktual atau hak hukum lainnya,

terlepas apakah hak tersebut dapat dialihkan atau dapat

dipisahkan dari entitas atau dari hak dan kewajiban lainnya.

Aset tidak berwujud tidak termasuk: (a) efek (surat berharga),

atau (b) hak atas mineral dan cadangan mineral, misalnya

minyak, gas alam dan sumber daya yang tidak dapat

diperbaharui lainnya.

2. Kewajiban

27

Menurut SAK-ETAP (2009:172) kewajiban adalah kewajiban

(obligation) kini entitas yang timbul dari peristiwa masa lalu,

penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari

sumber daya entitas yang mengandung manfaat ekonomi.

Kewajiban yang terdapat dalam suatu entitas dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban berdasarkan SAK-ETAP (2009:20) diklasifikasikan

sebagai kewajiban jangka pendek jika: (a) entitas

mengharapkan akan menyelesaikan kewajiban tersebut dalam

siklus operasi normalnya; (b) entitas memiliki kewajiban

tersebut untuk tujuan diperdagangkan; (c)kewajiban tersebut

jatuh tempo untuk diselesaikan dalam jangka waktu 12 bulan

setelah periode pelaporan; (d) entitas tidak memiliki hak tanpa

syarat untuk memenuhi penyelesaian kewajiban selama

sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

b. Kewajiban Jangka Panjang

Berdasarkan PSAK 1 (2012:113) entitas mengklasifikasikan

kewajiban sebagi kewajiban jangka panjang bila pemberi

pinjaman menyetujui pada akhir periode pelaporan untuk

memberikan tenggang waktu pembayaran yang berakhir

sekurang-kurangnya 12 bulan stetlah periode pelaporan,

selama periode dimana entitas dapat memperbaiki pelanggaran

28

terhadap persyaratan perjanjian dan pemberi pinjaman tidak

dapat meminta percepatan pembayaran segera.

2.4.4.1.4 Penetapan Metode Penyusutan

Berdasarkan SAK-ETAP, selain aset lancar

diklasifikasikan sebagai aset tidak lancar. Aset tidak lancar dapat

berupa aset tetap dan aset tidak berwujud. Pengukuran aset tetap

dilakukan setelah pengakuan awal pada biaya perolehan dikurang

akumulasi penyusutan dan akumulasi kerugian penurunan nilai.

Definisi penyusutan dan metodenya menurut Soemarso S.R.

(2007:236) adalah:

“ Penyusutan adalah pembebanan harga (nilai) perolehan harta berwujud ke dalam biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan dilakukan dengan cara mengalokasikan harga (nilai) perolehan tersebut selama masa manfaat harta yang bersangkutan.”

Menurut aturan perpajakan pasal 11 ayat 6 UU No. 36

tentang Pph, metode penyusutan dibagi dua, yaitu metode garis

lurus (straight line method) dan metode saldo menurun (declining

balance method). Berikut ini adalah penentuan metode penyusutan:

Tabel 2.1

Aturan Penyusutan Menurut Perpajakan

No. Golongan / KelompokAsetMasa MetodePenyusutan

Manfaat GarisLurus Saldo

29

Menurun

1.Bangunan:

a. Permanenb. Non-permanen

20 tahun10 tahun

5%10%

--

2.

BukanBangunan:a. Kelompok 1b. Kelompok 2c. Kelompok 3d. Kelompok 4

4 tahun8 tahun16 tahun20 tahun

25%12,5%6,25%

5%

50%25%

12,5%10%

Sumber : Undang-undang Nomor 36 Pasal 11 Ayat 6 Tentang Pph

2.4.4.1.5 Format Neraca

Tabel 2.2

Format Laporan Posisi Keuangan (Neraca)

PT. X

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA)

PER 31 DESEMBERR 20XX

ASET

Aset Lancar

Kas dan setara kas Rp xxx

Piutang usaha Rp xxx

Persediaan Rp xxx

Aset lancar lainnya Rp xxx

Total Aset Lancar Rp xxx

Aset Tidak Lancar

Aset keuangan tersedia untuk dijual Rp xxx

Investasi dalam entitas asosiasi Rp xxx

Aset Tetap Rp xxx

Aset tak berwujud lainnya Rp xxx

Goodwill Rp xxx

30

Total Aset Tidak Lancar Rp xxx

Total Aset Rp xxx

LIABILITAS

Liabilitas Jangka Pendek

Utang usaha dan terutang lainnya Rp xxx

Pinjaman jangka pendek Rp xxx

Bagian pinjaman jangka panjang Rp xxx

Utang jangka pendek Rp xxx

Provisi jangka pendek Rp xxx

Total Liabilitas Jangka Pendek Rp xxx

Liabilitas Jangka Panjang

Pinjaman jangka panjang Rp xxx

Pajak tangguhan Rp xxx

Provisi jangka panjang Rp xxx

Total Liabilitas Jangka Panjang Rp xxx

Total Liabilitas Rp xxx

EKUITAS

Ekuitas yang dapat didistribusikan

kepada pemilik entitas induk

Rp xxx

Modal saham Rp xxx

Saldo laba Rp xxx

Komponen ekuitas lainnya Rp xxx

Kepentingan non pengendali Rp xxx

Total Ekuitas Rp xxx

Total Liabilitas dan Ekuitas Rp xxx

Sumber : PSAK No. 1 (Revisi Juni 2012)

31

2.4.4.2 Laporan Laba Rugi (Income Statement)

Laporan laba rugi adalah suatu daftar/laporan yang

mengukur keberhasilan operasional perusahaan untuk satu periode

waktu tertentu.

Dalam SAK-ETAP (2009:174) dijelaskan bahwa, “Laporan

Laba Rugi adalah laporan keuangan yang menyajikan informasi

mengenai kinerja entitas selama satu periode, yaitu hubungan

penghasilan dengan beban.”

Menurut Kieso, dkk (2010:144), Laporan Laba Rugi

didefinisikan sebagai berikut:

“The income statement is the report that measures the success of company operations for a given period of time. The business and investment community uses the income statement to determine profitability, investment value, and creditworthines. It provides investors and creditors with information that helps them predict the amount, timing, and uncertainty of future cash flows.”

Berdasarkan SAK-ETAP (2009:23) laporan laba rugi paling

tidak harus mencakup pos-pos sebagai berikut:

1. Pendapatan

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi

yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu periode

ketika arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang

tidak berasal dari kontribusi penanaman modal. (SAK-ETAP:

2009:176)

2. Beban/Biaya

32

Adalah penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode

akuntansi dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya nilai

aktiva atau kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas

yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal.

(SAK-ETAP: 2009:168)

3. Bagian laba atau rugi yang berasal dari investasi yang

menggunakan metode ekuitas

4. Beban pajak

5. Laba atau rugi neto

2.4.4.2.1 Format Laporan Laba Rugi

Dalam Pernyataan SAK-ETAP (2009:24) , terdapat dua

analisis metode dalam penyajian laporan laba rugi yaitu metode

sifat beban dan metode fungsi beban atau fungsi biaya.

1. Metode Sifat Beban

Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan dalam laporan

laba rugi berdasrkan sifatnya (contoh, penyusutan, pembelian

bahan baku, biaya transportasi, imbalan kerja dan biaya iklan)

dan tidak dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam

entitas.

33

Tabel 2.3

Format Laporan Laba Rugi dalam Metode Sifat Beban

PT. XLaporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20xxPendapatan Rp xxxPendapatan Operasi Lain Rp xxx

Perubahan Persediaan Barang Jadi dan Barang dalam Proses Rp xxxBahan Baku yang Digunakan Rp xxxBebanPegawai Rp xxxBeban Penyusutan dan Amortisasi Rp xxxBeban Operasi Lainnya Rp xxx Jumlah Beban Operasi (Rp xxx)LabaOperasi Rp xxx

Sumber : SAK-ETAP (2009:24)

2. Metode Fungsi Beban atau Metode Fungsi Biaya

Berdasarkan metode ini, beban dikumpulkan sesuai fungsinya

sebagai bagian dari biaya penjualan atau sebagai contoh, biaya

aktivitas distribusi atau aktivitas administrasi. Sekurang-

kurangnya, entitas harus mengungkapkan biaya penjualannya

sesuai metode ini terpisah dari beban lainnya.

Tabel 2.4

Format Laporan Laba Rugi dalam Metode Fungsi Beban

PT. XLaporan Laba Rugi

Untuk tahun yang berakhir 31 Desember 20xxPendapatan Rp xxx Beban Pokok Penjualan (Rp xxx)

34

Sumber : SAK-ETAP (2009:25)

2.4.4.3 Laporan Perubahan Ekuitas (Owner’s Equity Statement)

Menurut SAK-ETAP (2009:26), laporan perubahan ekuitas

yaitu:

“Menyajikan laba atau rugi entitas untuk suatu periode, pospendapatan dan beban yang diakui secara langsung dalamekuitas untuk periode tersebut, pengaruh perubahankebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakuidalam period etersebut, dan (tergantung pada format laporanperubahan ekuitas yang dipilih oleh entitas) jumlah investasioleh, dan dividend dan distribusi lain ke, pemilik ekuitasselama periode tersebut.”

Berdasarkan SAK-ETAP (2009 : 26-27) informasi yang

disajikan entitas dalam laporan perubahan ekuitas menunjukkan:

(a) laba rugi untuk periode; (b) pendapatan dan beban yang diakui

langsung dalam ekuitas; (c) untuk setiap komponen ekuitas,

pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan

yang diakui sesuai kebijkaan akuntansi, estimasi, dan kesalahan;

(d) untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah

terrcatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah

perubahan yang berasal dari:

(i) laba atau rugi

Laba Bruto Rp xxxPendapatan Operasi Lainnnya Rp xxxBeban Pemasaran (Rp xxx)Beban Umum dan Admnistrasi (Rp xxx)Beban Operasi Lain (Rp xxx)Laba Bersih Rp xxx

35

(ii) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuiitas

(iii) jumlah investasi, dividend dan distribusi lainnya ke pemilik

ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham,

transaksi saham treasury, dan dividen serta distribusi lainnya

ke pemilik ekuitas, dan perubahan kepemilikan dalam entitas

anak yang tidak mengakibatkan kehilangan pengendalian.

2.4.4.4 Laporan Arus Kas (Cash Flow)

Menurut Ikatan Akuntan Indonesia dalam SAK-ETAP

(2009:28-30), menyatakan bahwa pelaporan arus kas terdiri dari :

1. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Operasi

Entitas melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan

menggunakan metode tidak langsung. Dengan metode ini

laba atau rugi neto disesuaikan dengan mengoreksi dampak

dari transaksi non kas, penangguhan atau akrual dari

penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu

dan masa depan, dan unsur penghasilan atau beban yang

berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.

Dalam metode tidak langsung, arus kas neto dari aktivitas

operasi ditentukan dengan menyesuaikan laba atau rugi

dampak dari :

- Perubahan persediaan dan piutang usaha serta utang

usaha selama periode berjalan,

36

- Pos non kas seperti penyusutan, penyisihan, keuntungan

dan kerugian valuta asing yang belum direalisasi, dan

- Semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi

atau pendanaan.

2. Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan

Entitas melaporkan secara terpisah kelompok utama

penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto yang berasal

dari aktivitas investasi dan pendanaan. Jumlah agregat arus

kas yang berasal dari akuisisi dan pelepesan entitas atau unit

usaha lain disajikan secara terpisah dan diklasifikasikan

sebagai arus kas dari aktivitas operasi.

2.3.4.4.1 Format Laporan Arus Kas

Di bawah ini merupakan contoh format laporan

arus kas menurut Donald E. Kieso (2008:217)

Tabel 2.5

Format Laporan Arus Kas

PT. XLaporan Arus Kas

Untuk periode yang berakhir 31 Desember 20xxArus Kas dari Aktivitas Operasi Laba bersih Rp xxx Penyesuaian untuk merkonsiliasi laba bersih ke kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Beban penyusutan Rp xxx Amortisasi aktiva tak berwujud Rp xxx

37

Keuntungan atas penjualan aktiva pabrik (Rp xxx) Kenaikan piutang usaha bersih (Rp xxx) Penurunan persediaan Rp xxx Penurunan utang usaha (Rp xxx) Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas operasi Rp xxx

Arus Kas dari Aktivitas Investasi Penjualan aktiva pabrik Rp xxx Pembelian peralatan (Rp xxx) Pembelian tanah (Rp xxx) Kas bersih yang digunakan oleh aktivitas investasi Rp xxx

Arus kas dari aktivitas pembiayaan Pembayaran dividen tunai (Rp xxx) Penerbitan saham biasa Rp xxx Penebusan obligasi (Rp xxx) Kas bersih yang disediakan oleh aktivitas pembiayaan Rp xxxKenaikan bersih kas Rp xxxKas pada awal tahun Rp xxxKas pada akhir tahun Rp xxx

Sumber : Donald E. Kieso, Akuntansi Intermediate. (2008:217)

2.4.4.5 Catatan Atas Laporan Keuagan (Notes to Financial

Statement)

Berdasarkan SAK-ETAP (2009:34), “Catatan atas laporan

keuangan memberikan penjelasan naratif atau rincian jumlah yang

disajikan dalam laporan keuangan dan informasi pos-pos yang

tidak memenuhi kriteria pengakuan dalam laporan keuangan.”

38

Struktur catatan atas laporan keuangan menurut Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (2009:34) yaitu harus :

1. Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan

dan kebijakan akuntansi tertentu;

2. Mengungkapkan informasi yang disyaratkan dalam SAK-ETAP

tetapi tidak disajikan dalam laporan keuangan; dan

3. Memberikan informasi tambahan yang tidak disajikan dalam

laporan keuangan, tetapi relevan untuk memahami laporan

keuangan.

Menurut SAK-ETAP, yang harus diungkapkan dalam catatan atas

laporan keungan adalah :

1. Pengungkapan kebijakan akuntansi

Kebijakan akuntansi yang harus diungkapkan secara siginifikan

adalah :

a) Dasar pengukuran yang digunakan dalam penyusunan laporan

keuangan;

b) Kebijakan akuntansi lain yang digunakan yang relevan untuk

memahami laporan keuangan.

2. Informasi tentang pertimbangan

Entitas harus mengungkapkan pertimbangan secara terpisah dari

hal-hal yang melibatkan estimasi dalam ringkasan kebijakan

akuntansi yang signifikan atau catatan atas laporan keuangan

lainnya yang digunakan manajemen dalam proses penerapan

39

kebijakan akuntansi dan mempunyai pengaruh paling signifikan

terhadap jumlah yang diakui dalam laporan keuangan.

3. Informasi tentang sumber utama ketidakpastian estimasi

Informasi tentang sumber utama ketidakpastian estimasi entitas

harus mengungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan

tentang informasi mengenai asumsi pokok tentang masa depan dan

sumber-sumber pokok lain untuk mengestimasi ketidakpastian

pada akhir periode pelaporan yang mempunyai risiko signifikan

yang menyebabkan adanya suatu penyesuaian yang material

terhadap jumlah tercatat aset dan kewajiban dalam laporan

keuangan tahun berikutnya.