bab ii tinjauan pustaka
TRANSCRIPT
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Asal Usul dan Penyebaran Tanaman Brokoli
Menurut Branca dan Cartea (2011) tanaman kubis – kubisan berasal dari
daerah Mediterania dan Asia. Nama brokoli berasal dari bahasa Latin Brocca
menjadi Italian broccoli, dan telah menjadi sayuran penting sejak masa kerajaan
Romawi (Nonnecke, 1989). Tanaman kubis sampai ke Indonesia melalui
perdagangan yang dibawa oleh para pedagang dari Spanyol sejak abad ke 15 pada
masa penjajahan Belanda, sehingga dikenal sebagai sayuran Eropa (Harjadi,
1990).
1.1. Klasifikasi Botani dan Morfologi Tanaman Brokoli
2.2.1 Botani Tanaman Brokoli
Menurut USDA (2012), brokoli termasuk Kingdom : Plantae;
Subkingdom : Tracheobionta; Superdivisi : Spermatophyta; Divisi :
Magnoliophyta; Kelas : Magnoliopsida; Subkelas : Dilleniidae; Ordo :
Capparales; Famili : Brassicaceae; Genus : Brassica L.; Species : Brassica
oleracea L. Menurut Harjadi (1990), Brassica oleracea L. memiliki enam
varietas, diantaranya varietas botrytis L. memiliki dua subvarietas, meliputi kubis
bunga (forma cauliflora DC) yang warna bunganya putih dan brokoli (forma
cymosa Lamm.) yang warna bunganya hijau. Brokoli yang dibudidayakan di
Indonesia adalah dari spesies Brassica oleracea varietas botrytis L. forma cymosa
Lamm.
5
2.2.2 Morfologi Tanaman Brokoli
Morfologi tanaman brokoli memiliki kesamaan dengan keluarga kubis –
kubisan lainnya (Nonnecke, 1989). Brokoli memiliki perakaran yang dangkal (20
cm – 30 cm) dan menyebar ke samping. Sistem perakaran yang dangkal itu
membuat tanaman brokoli ini dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam
pada tanah yang gembur dan porus ( Cahyono, 2001). Batang brokoli
berwarna hijau, berbentuk bulat (Harjadi, 1990). Daun brokoli berbentuk bulat
telur (oval) dengan tepi daun bergerigi, berwarna hijau dan tumbuh berselang –
seling pada batang tanaman (Rukmana, 1995). Daun brokoli agak keras dan
berlapis lilin, daun terdalam yang kecil dari brokoli berfungsi untuk melindungi
bunga yang baru terbentuk dari sinar matahari (Rubatzky, 1989).
Pada kondisi lingkungan yang sesuai, bunga brokoli dapat tumbuh
memanjang menjadi tangkai bunga yang penuh dengan kuntum bunga (Cahyono,
2001). Tanaman brokoli bersifat menyerbuk silang dengan bantuan serangga.
Putik masak lebih dahulu daripada tepungsarinya sehingga sulit terjadi
penyerbukan sendiri. Penyerbukan silang pada keluarga Brassicaceae disebabkan
sifat self-incompatibility (tidak mampu melakukan penyerbukan sendiri) (Harjadi,
1990).
1.2. Syarat Tumbuh
Tanaman brokoli tumbuh pada tanah lempung sampai lempung berpasir,
tanah yang gembur dan mengandung bahan organik tinggi dengan pH antar 6 –
6.8 (Wahyudi, 2010). Brokoli menghendaki air cukup, dengan curah hujan
berkisar antara 1000 – 1500 mm/tahun, dan kelembaban tanah 60 – 100 %. Suhu
6
harian antara 180 – 200C, bila suhu terlalu rendah menyebabkan bunga yang
terbentuk kecil, sedangkan jika terlalu tinggi membuat bunga sulit terbentuk
sehingga tanaman brokoli cocok di tanam diketinggian 1000 – 2000 meter di atas
permukaan laut (Harjadi, 1990).
1.3. Teknik Budidaya
2.4.1 Tumpangsari
Tumpangsari adalah cara budidaya dengan menanam dua atau lebih
tanaman pada waktu yang sama, di lahan yang sama yang menunjukkan interaksi
antara kedua tanaman (Sullivan, 2003). Menurut Wolfswingkle (2010),
keuntungan dari penanaman dengan tumpangsari adalah menjaga kesuburan
tanah, meningkatkan keanekaragaman tanaman di lahan dan mengurangi resiko
serangan hama dan penyakit serta dapat meningkatkan hasil budidaya. Menurut
Lithourgidis, et al. (2011) keuntungan utama dari sistem tumpangsari adalah lebih
efisien dalam pemanfaatan sumber daya yang tersedia dan meningkatkan
produktivitas lahan dan tanaman dibandingkan dengan penanaman tunggal.
Pengaturan penanaman dalam sistem tumpangsari, dibedakan atas : row
intercropping (menumbuhkan dua atau lebih tanaman dalam waktu yang
bersamaan dalam satu baris); relay intercropping (penanaman suatu jenis tanaman
ke dalam pertanaman sebelum tanaman dipanen); mixed intercropping
(penanaman dua atau lebih tanaman secara serentak dan bercampur pada lahan
yang sama); dan strip intercropping (penanaman dua atau lebih tanaman pada
blok yang terpisah) (Sullivan, 2003).
7
2.4.2 Pembibitan dan Penanaman
Kebutuhan benih brokoli 250 – 300 gram per hektar. Benih bisa disebarkan
langsung dalam bedengan dengan luas 1 x 10 m dengan media campuran pupuk
kandang dan tanah dengan perbandingan 1 : 2, atau dengan memasukan benih
kedalam bumbungan yang terbuat dari daun pisang atau plastik (Wahyudi,
2010).
Bibit akan tumbuh baik pada kondisi suhu optimum 10oC, kelembaban
optimum 80 – 90 %, dan kedalaman menyemai 20 mm. Bibit yang merana
dalam persemaian atau terlambat dipindahtanamkan, dapat menyebabkan bibit
cepat menginjak stadia dewasa. Hal ini membuat tanaman kubis cepat berbunga
sebelum waktunya yang berakibat bunganya kecil yang dikenal dengan istilah
buttoning (Harjadi, 1990).
Bibit siap dipindah tanam pada umur 23 – 28 hari setelah semai atau bibit
telah memiliki tiga helai daun sejati, penanaman dilakukan dalam bedengan
dengan jarak tanam 40 cm x 50 cm. Bila menggunakan daun pisang, bumbungan
dapat ditanam langsung ke dalam bedengan (Wahyudi, 2010).
Pengolahan lahan dilakukan sedalam 30 cm, kemudian dibentuk bedengan
dengan lebar dan tinggi masing – masing 90 cm, 17 – 20 cm dan jarak antar
bedengan 40 – 50 cm. bila pH tanah kurang dari 5, lahan diberi kapur dengan
dosis 1 ton/ha (Wahyudi, 2010). Ke dalam bedengan diberikan pupuk kandang
sebanyak 15 ton/hektar, yang berguna untuk menambah kandungan bahan organik
tanah sehingga dapat membantu memperbaiki sifat kimia, fisik dan biologi tanah
(Sutanto, 2006).
8
2.4.3 Pemeliharaan Tanaman
Kegiatan pemeliharaan pada tanaman brokoli meliputi penyulaman,
penyiangan, penyiraman dan pemupukan. Pada umur tujuh hari setelah tanam,
dilakukan penyulaman dengan mengganti tanaman yang mati dengan tanaman
yang baru (Wahyudi, 2010).
Sanitasi lahan dilaksanakan untuk mengurangi persaingan hara antara
tanaman budidaya dengan tumbuhan gulma yang tumbuh di sekitar bedengan,
selain itu untuk mengurangi terjadinya serangan hama dan penyakit karena gulma
dapat menjadi inang bagi hama dan penyakit (Moenandir, 1990).
Susila (2006) memberikan rekomendasi pemupukan brokoli pada tabel
berikut :
Tabel 2.1 Rekomendasi Pupuk untuk Brokoli pada Tanah Mineral dengan Tingkat Kandungan P dan K Sedang
UmurUrea ZA SP-36 KCl
Target pH
Kg/Ha/musim tanam 6,5Preplant 87 187 311 90 -1 MST 44 93 45 -3 MST 44 93 45 -5 MST 44 93 45 -
MST = Minggu Setelah Tanam
Menurut Nonnecke (1989), unsur hara makro yang paling banyak dibutuhkan
dalam budidaya brokoli adalah unsur hara N 224 kg/ha dan K 252 kg/ha.
2.5 Hama dan Penyakit Tanaman
Menurut Wahyudi (2010), hama tanaman kubis yang sering menyerang di
Indonesia diantaranya adalah Agrotis ipsilon, Spodoptera litura, Aphis sp.,
Liriomyza brassicae. Hama penting yang menyerang tanaman kubis sampai
9
dengan tahun 2004 adalah Plutella xylostella L. dan Crocidolomia binotalis.
Kedua hama ini juga merupakan hama penting pada tanaman brassicae lainnya di
Indonesia. Plutella xylostella (Yponomeutidae) tersebar di Eropa, Amerika,
Selandia Baru, dan Asia. Gejala serangan hama ini adalah daun berlubang akibat
serangan larva – larva yang memakan bagian bawah daun. Hama ini merusak dari
mulai pembibitan sampai dengan panen. Crocidolomia binotalis Zeller, dikenal
oleh petani sebagai ulat krop. Hama ini menyerang pada stadia pembentukan krop
sehingga tanaman tidak dapat membentuk krop (Sembel, 2011).
Penyakit yang menyerang tanaman dari suku kubis – kubisan menurut
Semangun (2005), diantaranya : busuk lunak , akar gada, busuk hitam, dan
pekung. Penyakit busuk lunak disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora pv.
Carotovora (Jones) Dye, dengan gejala busuk basah, dan warna coklat atau
kehitaman pada daun, batang, dan umbi. Penyakit akar gada disebabkan oleh
jamur Plasmodiophora brassicae Wor., menyebabkan tanaman yang terserang
selnya membesar membentuk bintil akar. Bintil – bintil bersatu sehingga menjadi
bengkakan memanjang yang mirip dengan batang (gada), hal ini menyebabkan
rusaknya jaringan akar sehingga mengganggu transportasi air dan hara tanah.
Penyakit busuk hitam disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv.
Campestris (Pamm.) Dye, yang menyebabkan daun tanaman yang terserang
bercak – bercak berwarna kuning atau pucat, di daerah ini tulang – tulang daun
berwarna cokelat tua atau hitam. Jaringan daun yang sakit mengering, menjadi
seperti selaput, dengan tulang – tulang daun berwarna hitam. Penyakit pekung
atau dumping off disebabkan oleh beberapa jamur, yaitu Alternaria sp.,
10
Rhizoctonia solani Kuhn, Pythium debaryanum Hesse dan Fusarium spp. Rebah
semai terjadi pada keadaan lembab.
2.6 Panen dan Pascapanen
Menurut Wahyudi (2010), pemanenan brokoli bisa dilakukan pada umur
50 – 70 hari setelah tanam, tergantung pada varietas yang ditanam dan
ketinggian tempat penanaman. Semakin tinggi tempat penanaman, semakin
bertambah umur panennya. Ciri – ciri bunga brokoli yang siap di panen adalah
sebagai berikut, bentuk bunga sudah seperti kubah (permukaan atas bunga
sudah tidak rata lagi) dan kepadatan bunga masih kompak, belum tampak
adanya anak bunga yang mekar. Pemanenan brokoli dilakukan dengan cara
memotong batang dengan menyertakan 3 – 4 helai daun. Hasil pemanenan ini
dikumpulkan di tempat yang teduh.
Brokoli dapat bertahan satu minggu dengan perlakuan suhu rendah (0 –
5oC) dan dibungkus dengan menggunakan plastik polythene film
(Puslitbanghorti, 2011). Suhu untuk pendinginan brokoli 0 – 2oC dengan
kelembaban relatif 95 % dapat mengurangi laju respirasi, penyusutan bobot
dan kelayuan, dan masa simpan bisa mencapai 2 minggu. Pengendalian
atmosfer juga bisa memperpanjang masa simpan brokoli. Dengan kandungan
O2 2 % dan CO2 10% brokoli dapat disimpan selama tiga minggu (Nonnecke,
1989).