bab ii tinjauan pustaka a. 1. pengertianeprints.ung.ac.id/4986/5/2012-1-23401-551305040-bab2... ·...
TRANSCRIPT
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian, Fungsi, dan Kewenangan Dinas Pekerjaan Umum
1. Pengertian
Pengertian dari objek ini bila ditinjau dari etimologi kata dapat diartikan
sebagai berikut:
Redesain : Berasal dari bahasa Inggris “Redesign” yang berarti Perancangan
kembali atau dirancang ulang, dimulai dari awal ...kembali.
(http://kamusbahasainggris.org).
Gedung : Bangunan atau tembok yg berukuran besar sbg tempat kegiatan.
(http://kamusbahasaindonesia.org).
Utama : Terpenting; pokok. (http://kamusbahasaindonesia.org).
Dinas : Badan kepemerintahan. (http://kamusbahasaindonesia.org).
Pekerjaan : Melakuakan sesuatu atau mengerjakan suatu hal yang sering
dikerjakan. (http://kamusbahasaindonesia.org).
Umum : Secara menyeluruh, tidak menyangkut yg khusus (tertentu) saja.
(http://kamusbahasaindonesia.org.
Provinsi : Wilayah atau daerah yg dikepalai oleh gubernur.
..(http://kamusbahasaindonesia.org).
2
Gorontalo : Nama Sebuah Provinsi termuda yang ada di Pulau Sulawesi.
Dari pengertian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa “Redesain
Gedung Utama Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo” adalah
merancang kembali bangunan terpenting dari sebuah badan kepemerintahan yang
bergerak dalam bidang pekerjaan pembangunan secara menyeluruh yang
merupakan sarana penunjang terselenggaranya suatu proses pemerintahan ataupun
kemasyarakatan ditiap lingkungan daerah yang ada di dalam wilayah Provinsi
Gorontalo.
2. Fungsi Objek
Adapun fungsi dari kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi adalah sebagai
wadah dalam memberikan pelayanan pada masyarakat dan pemerintah khususnya
dalam hal pembangunan. Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi juga berfungsi
sebagai wadah untuk memperlancar penyelenggaraan pemerintah serta
meningkatkan kenyamanan, efesiensi, efektifitas, dan produktifitas masyarakat
serta meningkatkan kualitas produktifitas kerja pegawai pemerintah dalam
melayani masyarakat.
3. Manfaat Objek
Manfaat dari objek adalah memberikan nilai tambah bagi pihak-pihak
yang berhubungan dengan kehadiran objek rancangan, antara lain :
o Pemerintah Provinsi Gorontalo
Merupakan suatu lambang kebanggan bagi pemerintah Gorontlao
yang dapat memacu semangat kerja dan rasa lebih memiliki, sehingga
3
dapat meningkatkan efisiensi dan efiktifitas kerja sehingga dapat
melayani masyarakat dengan baik.
o Masyarakat Provinsi Gorontalo
Secara umum kehadiran kantor ini dapat menjadi kebanggan
masyarakat Provinsi Gorontalo. Dalam masalah fungsi, keberdaan
objek ini dapat mendukung pelayanan administrasi dan informasi yang
lebih cepat dan lebih mudah dalam hal pembangunan.
4. Lingkup Pelayanan Objek
Kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo merupakan pusat
kegiatan daerah dalam hal pembangunan di Provinsi Gorontalo dalam
menyelnggarakan roda pemerintahan untuk memperlancar pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan masyarakat yang ada di Provinsi Gorontalo. Adapun
yang menjadi ruang lingkup objek ini yaitu Pemerintah Provinsi Gorontalo,
wilayah yang tercatat sebagai bagian dari wilayah Provinsi Gorontalo dan
masyarakat yang ada di Provinsi Gorontalo.
B. Tinjauan Umum
1. Sejarah
Departemen Pekerjaan Umum adalah lembaga pemerintah departemen
yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, Departemen
Pekerjaan Umum sempat bernama "Departemen Permukiman dan Pengembangan
Wilayah" (1999-2000) dan "Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah"
4
(2000-2004), adalah kementerian dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi
urusan pekerjaan umum. Kementerian PU dipimpin oleh seorang Menteri. Istilah
"Pekerjaan Umum" adalah terjemahan dari istilah bahasa Belanda Openbare
Werken yang pada zaman Hindia Belanda disebut Waterstaat swerken.
Setelah Belanda menyerah dalam perang pasifik pada tahun 1942 kepada
Jepang, maka daerah Indonesia ini dibagi oleh Jepang dalam 3 wilayah
pemerintahan, yaitu Jawa/Madura, Sumatera dan Indonesia Timur dan tidak ada
Pusat Pemerintahan tertinggi di Indonesia yang menguasai ke 3 wilayah
pemerintahan tersebut.
Dibidang Pekerjaan Umum pada tiap-tiap wilayah organisasi
Pemerintahan Militer Jepang tersebut diatas, diperlukan organisasi zaman Hindia
Belanda dan disesuaikan dengan ketentuan-ketentuan dari fihak jepang. Kantor
pusat "V & W". di Bandung, dinamakan "Kotubu Bunsitsu", sejak saat itu istilah
"Pekerjaan Oemoem" (P.O), Oeroesan Pekerdjaan Oemoem (O.P.O), "Pekerjaan
Umum" (PU), disampinmg "Doboku" lazim dipergunakan.
Sesudah Pemerintahan Indonesia membentuk Kabinet yang pertama, maka
para Menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan Umum pada
waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat bekas gedung
V.&W. (dikenal dengan nama "Gedung Sate").
Setelah peristiwa G.30S PKI Pemerintah segera menyempurnakan Kabinet
Dwikora dengan menunjuk Ir.Soetami, sebagai menteri PUT untuk memimpin
5
Kompartemen PUT. Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat lama
dipertahankan.
Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa Orde Baru.
Kembali organisasi PUT dibentuk dengan Ir.Soetami, sebagai Menteri. Dengan
Surat Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968 N0.3/PRT/1968 dan
dirobah dengan Peraturan Menteri PUT tertanggal 1 Juni 1970 Nomor
4/PRT/1970. Departemen PUT telah memiliki suatu susunan struktur Organisasi.
Sebagai gambaran lebih jauh pembagian tugas-tugas dalam lingkungan
Dep. PUT, maka pada waktu itu azas tugas-tugas PU telah diserahkan pada
kewenangan daerah itu sendiri (sumber www.pu.go.id).
Pembentukan Dinas PU Provinsi Gorontalo sendiri, sesuai dengan Surat
Keputusan Gubernur Gorontalo Nomor XX Tahun 2007 Tentang Pelaksanaan
Peraturan Daerah Nomor 06 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi dan
Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.
Dinas Pekerjaan Umum adalah unsur pelaksana dan penunjang dibidang
Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
Pemerintahan dan pembangunan di bidang Pekerjaan Umum, Permukiman dan
Prasarana Wilayah yang diserahkan (desentralisasi) dan yang dilimpahkan
(dekonsentrasi) kepada Daerah Provinsi Gorontalo, sesuai ketentuan Perundang-
undangan yang berlaku. Pembangunan di bidang PU, meliputi :
Perencanaan Pengembangan Infrastruktur PU (Subdin Perencanaan)
6
Pengembangan Sumber Daya Air (Subdin PSDA)
Pengembangan Prasarana jalan (Subdin Bina Marga)
Tata Ruang dan Permukiman (Subdin Cipta Karya)
2. Fungsi Dinas Pekerjaan Umum
Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001
Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Departemen Pasal 36 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
menyelenggarakan fungsi:
a. Melaksanakan urusan pemerintahan dibidang permukiman dan
prasarana wilayah termasuk pengembangan konstruksi ;
b. Pembinaan dan koordinasi pelaksanaan tugas, serta pelayanan
administrasi Departemen ;
c. Pelaksanaan dan penelitiandan bidang permukiman pengembangan
terapan serta pendidikan dan pelatihan tertentu dalam rangka
mendukung kebijakan di dan prasarana wilayah ;
d. Pelaksanaan pengawasan fungsional.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Gorontalo nomor 15 tahun 2006, tentang
perubahan atas Peraturan Daerah nomor 7 tahun 2002, tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum Pemukiman Provinsi
Gorontalo, Bab II, pasal 2 tentang kedudukan Dinas PU Provinsi Gorontalo,
bahwa Dinas Pekerjaan Umum adalah unsur pelaksana dan penunjang dibidang
Pekerjaan Umum, Pemukiman dan Prasarana Wilayah.
7
Dijelaskan pula dalam Peraturan Gubernur tersebut pada Bab II, pasal 3
bahwa Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas
pemerintahan dan pembangunan dibidang Pekerjaan Umum, Pemukiman dan
Prasarana Wilayah yang diserahkan (desentralisais) dan yang dilimpahkan
(dekonsentrasi) kepada Daerah Provinsi Gorontalo, sesuai ketentuan perundang-
undangan.
Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3,
Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo mempunyai fungsi yang dijelaskan
pada pasal 4, yaitu:
a. Menyusun kebijakan teknis dibidang Pekerjaan Umum,
Pemukiman dan Prasarana Wilayah Provinsi Gorontalo;
b. Penyajian dan pelaksanaan pelayanan umum Kabupaten dan Kota
dibidang Pekerjaan Umum, Pemukiman dan Prasarana Wilayah;
c. Pembinaan teknis dibidang Pekerjaan Umum, Pemukiman dan
Prasarana Wilayah;
d. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD);
e. Pelaksana urusan Tata Usaha Dinas.
Dasar hukum lain yang menjelaskan tentang tugas dan fungsi Dinas
Pekerjaan Umum adalah Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo nomor 6 tahun
2007 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Dinas-Dinas Daerah
Provinsi Gorontalo, dimana pada Bab VI pasal 34 dijelaskan bahwa Dinas
8
Pekerjaan Umum mempunyai tugas sebagai pelaksana kewenangan pemerintah
daerah dibidanga Pekerjaan Umum, kewenangan dekonsentrasi serta tugas
[embantuan yang diberikan oleh pemerintah. Serta pada pasal 35, yaitu Untuk
melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 Dinas Pekerjaan
Umum mempunyai fungsi menyusun program dibidang Pekerjaan Umum sesuai
dengan rencana Pemerintah Daerah.
3. Kewenangan Dinas Pekerjaan Umum
Menurut Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 102 Tahun 2001
Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata
Kerja Departemen Pasal 36 Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah
memiliki kewenangan:
Penetapan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan
secara makro;
Penetapan pedoman untuk menentukan standar pelayanan minimal
yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota di bidangnya;
Penetapan kriteria penentuan dan perubahan fungsi ruang
kawasan/lahan wilayah dalam rangka penyusunan tata ruang di
bidangnya;
Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;
Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi
tenaga profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;
9
Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah
yang meliputi pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan
supervisi di bidangnya;
Pengaturan penerapan perjanjian atau persetujuan internasional yang
disahkan atas nama negara di bidangnya;
Penetapan standar pemberian izin oleh Daerah di bidangnya;
Penanggulangan bencana yang berskala nasional di bidangnya;
Penetapan kebijakan sistem informasi nasional di bidangnya;
Pengaturan sistem lembaga perekonomian negara di bidangnya;
Penyelesaian perselisihan antar Propinsi di bidangnya;
Penetapan persyaratan untuk penentuan status dan fungsi jalan;
Pengaturan dan penetapan status jalan nasional;
Penetapan pedoman konservasi arsitektur bangunan dan pelestarian
kawasan bangunan bersejarah serta pedoman teknis pengelolaan fisik
gedung dan rumah negara;
Penetapan standar prasarana dan sarana kawasan terbangun dan sistem
manajemen konstruksi;
Penetapan standar pengembangan konstruksi bangunan sipil dan
arsitektur;
Penetapan tata ruang nasional berdasarkan tata ruang Kabupaten/Kota
dan Propinsi;
Pasilitasi kerjasama penataan ruang lintas Propinsi;
10
kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku, yaitu :
Penetapan pedoman perencanaan, pengembangan, pengawasan dan
pengendalian pembangunan perumahan dan pemukiman;
Penetapan kriteria penataan perwilayahan ekosistem
daerah/kawasan tangkapan air pada daerah aliran sungai dan
pedoman pengelolaan sumber daya air;
Penetapan standar prasarana dan sarana wilayah di bidang sumber
daya air dan jaringan jalan;
Perencanaan makro dan pedoman pengelolaan jaringan jalan bebas
hambatan;
Penyelenggaraan dan pemberian izin pengelolaan sumber daya air
lintas propinsi;
Penetapan standar prasarana dan sarana perkotaan dan perdesaan;
Penetapan pedoman perizinan penyelenggaraan jalan bebas
hambatan lintas propinsi;
Penetapan kebijakan dan pembinaan pengembangan bidang
konstruksi nasional;
Pembangunan dan pemeliharaan jaringan jalan nasional serta
prasarana dan sarana sumber daya air lintas Propinsi atau yang
strategis nasional sesuai kesepakatan dengan Daerah.
11
4. Visi dan Misi
Adapun visi dan misi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo adalah
sebagai berikut:
Visi :
"Infrastruktur PU yang bermanfaat, berkelanjutan dan berbasis tata
ruang untuk mendukung provinsi inovatif".
Misi :
“Menyediakan sarana dan prasarana dasar yang bernilai strategis bagi
masyarakat Gorontalo”.
Penjelasan dari Visi dan Misi Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo
di atas adalah sebagai berikut :
1) Infrastruktur PU adalah :
Wujud bangunan fisik untuk kepentingan umum dan keselamatan
umum seperti jalan, irigasi, air bersih, sanitasi, dan berbagai bangunan
pelengkap kegiatan permukiman lainnya, yang merupakan prasyarat
agar berbagai aktivitas masyarakat dapat berlangsung dengan baik.
2) Bermanfaat adalah :
Memiliki tingkat kegunaan yang tinggi bagi masyarakat dengan
prinsip 3E yaitu Ekonomis, Efisien dan Efektif dimana :
Ekonomis artinya Harga dan Input sekecil-kecilnya menghasilkan
Output yang besar.
Efisien adalah berkaitan dengan kemaksimalan Output.
12
Efektivitas adalah bekerja dan berfungsinya Output dengan baik
dan produktif (Output yg tdk berfungsi dengan baik berarti tidak
efektif).
3) Berkelanjutan adalah :
Mengakomodasi pendekatan keterpaduan lintas sektoral serta
memiliki derajat kelayakan tinggi secara ekonomis, sosial, kultural
dan environmental.
4) Tata Ruang adalah :
Pedoman Akademik dan Normatif yang mengatur peruntukan
kegiatan pembangunan untuk mewujudkan keterpaduan, keterkaitan,
keharmonian dan keberlanjutan pembangunan antar wilayah dan
sektor.
5) Inovatif adalah :
Memiliki sikap mental yang kuat untuk senantiasa pro terhadap
pembaruan atau perubahan yang lebih baik serta berorientasi nilai
tambah (value added).
6) Strategis adalah :
Menempati skala prioritas dan bernilai tambah tinggi bagi pemenuhan
”kebutuhan dan kepentingan mendasar”.
13
C. Tinjauan Khusus
1. Kondisi Existing Site
Gedung kantor Dinas Pekerjaan Provinsi Gorontalo berlokasi di
Kelurahan Wongkaditi Kecamatan Kota Utara tepatnya di Jalan Prof. Dr. Aloe
Saboe no.62. Dengan kondisi dan letak yang ada sekarang ini, kantor Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo sangat memudahkan dalam pencapaian.
Gambar 2.1 Kawasan Kantor Dinas PU Prov. Gorontalo
14
Gedung PIP2B Gedung Musholah
Parkir
Jalur Keluar
Jalan Raya
Jalur Masuk
Parkir
Gedung Utama Lahan Kosong
Gudang
Gedung UPTD Lab. Lahan kosong di depannya
Gambar 2.2 Kondisi Existing Site
Gedung Dharma Wanita
15
2. Kondisi Fisik
Kondisi fisik kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo saati ini
belum efektif dan efisien. Hal ini disebabkan oleh karena gedung ini belum dapat
menampung seluruh aktifitas penyelenggaraan administrasi pemerintahan,
pembangunan, dan pelayanan pada masyarakat. Hal tersebut ditinjau dari segi
penataan ruang, pola hubungan ruang, besaran ruang dan sirkulasi serta beberapa
fasilitas penunjang lainnya.
- Tampak Bangunan
Tampak bangunan terlihat megah, tetapi kurang menarik dan tidak terlalu
menunjukan karakternya sebagai salah satu kantor pemerintah yang ada di
provinsi Gorontalo. Hal ini jelas mempengaruhi keindahan dari penampilan
bangunan itu sendiri. Yang selalu dijumpai adalah tampilan bangunan yang
monoton dengan warna datar tanpa ada unsur-unsur karakteristik yang khas, yang
bisa mempertegas simbol kegiatan dari bangunan itu sendiri.
Gambar 2.3 Tampak Bangunan
16
- Struktur Bangunan
Struktur bangunan merupakan hal yang sangat penting dan mendasar
dalam perancangan sebuah bangunan. Hal ini menjadi alasan bagi setiap
perancang bangunan untuk mengutamakan perancangan struktur dengan
mengerjakannya dengan teliti . karena jika terjadi kesalahan sedikit saja, tak
jarang mengakibatkan ketidak seimbangan dan kerusakan yang cukup berarti
dikemudian hari. Struktur pada bangunan Kantor Dinas PU Provinsi Gorontalo
menggunakan struktur beton dan kayu. Berdasarkan pengamatan struktur
bangunan yang telah kami lakukan, tidak dijumpai masalah struktur bangunan
yang begitu berarti.
- Utilitas Bangunan
Dalam gedung utama Dinas PU Provinsi Gorontalo, sistem utilitas
bangunan masih belum teratur dan perlu direncanakan kembali. Misalnya pipa air
yang terlihat tidak teratur dan terletak di luar dinding bangunan, hal ini
mengisyaratkan bahwa perancang gedung ini tidak memaksimalkan shaft.
Demikian pula dengan jumlah kamar mandi/wc yang dirasa masih kurang oleh
para pegawai, hal ini terjadi karena jumlah kamar mandi tidak disesuaikan dengan
jumlah pegawai dimasing-masing bagian. Pencahayaan alami dari cahaya
matahari juga terkesan tidak dimaksimalakan pada gedung ini, hal itu dapat
dilihat dari banyaknya lemari ,rak buku dan dinding sekat yang menghalangi
cahaya masuk, terutama pada ruang staff. Sehingga walaupun disiang hari, para
pegawai tetap menyalakan lampu. Tidak maksimalnya fungsi jendela juga dapat
17
dilihat dari banyaknya jumlah jendela, tetapi hanya sedikit yang didesain untuk
dapat di buka. Demikian pula dengan sistem penghawaan alami yang tidak terlihat
pada gedung ini. Ventilasi hanya di buat dibagian atas gedung, yang berarti udara
yang masuk hanya berkonsentrasi pada bagian atas plafond, bukan pada ruang-
ruang kerja. Terlihat bahwa gedung ini hanya mamaksimalkan sistem penghawaan
dan pencahayaan buatan saja yang berarti pemborosan energi.
Gambar 2.4 Pipa di luar dinding
Gambar 2.5 Ventilasi dan jendela
18
- Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang yang ada pada gedung utama Kantor Dinas PU Prov.
Gorontalo ini trerlihat belum teratur. Hal ini dapat dilihat dari sirkulasi dalam
bangunan yang belum teratur, hal ini berpengaruh terhadap pencapaian antar
ruang yang terlihat agak terhambat.
- Area Parkir dan Sirkulasi
Mengingat fungsi gedung sebagai salah satu saran vital pemerintahan yang
ada di Provinsi Gorontalo yang digunakan untuk melayani masyarakat, maka
dirasa perlu untuk memaksimalkan areal parkir yang terlihat belum teratur untuk
memperoleh kenyamanan baik untuk pegawai maupun pengunjung. Selain terlihat
sempit dan tidak dapat menampung kendaraan yang parkir, contoh lain dari
belum effisiennya kondisi areal parkir dari gedung ini adalah, belum tersedianya
lahan parkir yang memadai. Hal ini dapat terlihat pada gambar.2.6 . Terlihat
bahwa parkir kendaraan roda dua dan roda empat sangat tidak teratur. Bahkan
bagian depan dari bangunan gedung utama dijadikan tempat parkir baik kendaraan
roda dua ataupun roda empat. Hal ini sangat mengganggu sirkulasi dari gedung
utama.
Gambar 2.6 Area parkir yang belum teratur
19
Kondisi sirkulasi luar bangunan menjadi hal lain yang menjadi
permasalahan. Hal ini dapat dilihat dari jalur masuk dan jalur keluar kendaraan
yang terlihat sempit karena jalur tersebut digunakan untuk parkir, terutama
kedaraan bentor. Hal ini jelas mengganggu sirkulasi kendaraan baik itu kendaraan
yang masuk ataupun yang keluar. Permasalahan lain dalam hal sirkulasi adalah,
tidak adanya sidewalks baik untuk masuk ataupun keluar site untuk pejalan kaki.
Pejalan kaki menggunakan jalan masuk dan keluar kendaraan sebagai sirkulasi.
Gambar 2.7 Jalur sirkulasi kendaraan yang digunakan untuk parkir bentor
- Eksterior dan Interior
Untuk eksterior dan interior bangunan, terlihat beberapa hal yang perlu
dirancang kembali sesuai dengan standar arsitektural untuk memaksimalkan
aktivitas dan kegiatan yang ada. Hal ini bertujuan untuk menciptakan kesan
kenyamanan dalam bekerja sehingga tercipta suasana kerja yang baik untuk
memajukan kinerja Dinas PU Prov. Gorontalo sebagai instansi pemerintah yang
bergerak dibidang pembangunan.
20
3. Aspek Non Fisik
Kondisi yang ada dalam gedung terlihat belum teratur. Hal ini dapat dilihat
dari daya tampung ruang terhadap jumlah personilnya. Ditambah lagi dengan
perabot/peralatan kantor serta sirkulasi yang sangat padat. Ruangan-ruangan yang
ada dalam gedung utama Kantor Dinas PU Prov. Gorontalo ini rata-rata bersifat
agak darurat dan belum memenuhi standar sesuai dengan fungsi kegiatan yang
ada di dalamnya, menyebabkan aktivitas karyawan agak sedikit terganggu dan
tidak terfokus.
Untuk menjawab semua kebutuhan ruang sesuai dengan fungsi
kegiatannya, maka perlu diadakan penambahan ruangan dan penataan ruang luar
yang dapat memberikan kenyamanan bagi pelaku kegiatan, diantaranya staff,
pengelola, pengunjung serta masyarakat umum yang sewaktu-waktu datang ke
kantor Dinas PU Prov. Gorontalo.
Gambar 2.8 Kondisi eksterior dan interior
21
Tabel 2.1 Jumlah pegawai
No Nama Ruangan Jumlah Karyawan
1 R. Kepala Dinas 1 Orang
2 R. Sespri 1 Orang
3 R. Sekretaris Dinas 1 Orang
4 R. Sespri 1 Orang
5 R. Kasubag Kepegawaian 1 Orang
6 R. Kasubag Umum & Perlengkapan 1 Orang
7 R. Staff 50 Orang
8 R. Kepala Bagian Keuangan 1 Orang
9 R. Sespri 1 Orang
10 R. Kasubag Anggaran 1 Orang
11 R. Kasubag Perbendaharaan 1 Orang
12 R. Kasubag Akuntansi 1 Orang
13 R. Staff 44 Orang
14 R. Kepala Sub Dinas Perencanaan 1 Orang
15 R. Sespri 1 Orang
16 R. Kasiei Survey dan Pendataan 1 Orang
17 R. Kasiei Penyusunan Program 1 Orang
18 R. Kasiei Evaluasi dan Pengadilan 1 Orang
19 R. Staff 103 Orang
Gambar 2.9 Salah satu ruang kerja Dinas PU Prov. Gorontalo
22
20 R. Kepala Sub Dinas Sumber Daya Air 1 Orang
21 R. Sespri 1 Orang
22 R. Kasiei Tenaga Sumber Daya Air 1 Orang
23 R. Kasiei Irigasi, Operasional dan Pemeliharaan 1 Orang
24 R. Kasiei Pengolahan Sungai, Rawa, Pantai dan Rawa 1 Orang
25 R. Staff 121 Orang
26 R. Kepala Sub Dinas Bina Marga 1 Orang
27 R. Sespri 1 Orang
28 R. Kasiei Teknis Bina Marga 1 Orang
29 R. Kasiei Pengembangan Jalan dan Jembatan 1 Orang
30 R. Kasiei Pemeliharaan Jalan dan Jembatan 1 Orang
31 R. Staff 103 Orang
32 R. Kepala Sub Dinas Cipta Karya 1 Orang
33 R. Sespri 1 Orang
34 R. Kasiei Teknis Cipta Karya 1 Orang
35 R. Kasiei Tata Ruang dan Perumahan 1 Orang
36 R. Kasie iAir Bersih dan Prasarana Lingkungan 1 Orang
37 R. Staff 109 Orang
4. Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Gorontalo nomor 6 tahun 2007
tentang pembentukan organisasi dan tata kerja dinas-dinas daerah Provinsi
Gorontalo, Bab VI, pasal 36 sampai pasal 42, bahwa susunan organisasi Dinas
Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo adalah:
Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum terdiri dari:
a. Kepala Dinas;
b. Sekretaris;
c. Bagian Keuangan;
23
d. Sub Dinas Perencanaan;
e. Sub Dinas Sumber Daya Air;
f. Sub Dinas Bina Marga;
g. Sub Dinas Cipta Karya;
h. Unit Pelaksana Teknis Dinas;
i. Kolompok Jabatan Fungsional.
Struktur Organisasi Dinas sebagaimana tercantum pada lampiran dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.
Sekretaris terdiri dari :
a. Sub Bagian Umum dan perlengkapan;
b. Sub Bagian Kepegawaian.
Bagian Keuangan terdiri dari :
a. Sub Bagian Anggaran;
b. Sub Bagian Perbendaharaan;
c. Sub Bagian Akuntansi.
Sub Dinas Perencanaan terdiri dari :
a. Seksi Survey dan Pendataan;
b. Seksi Penyusunan Program;
c. Seksi Evaluasi dan Pengendalian.
Sub Dinas Sumber Daya Air terdiri dari :
a. Seksi Tenaga Sumber Daya Air;
24
b. Seksi Irigasi, Operasional dan Pemeliharaan;
c. Seksi Pengelolaan Sungai, Rawa, Pantai dan Danau.
Sub Dinas Bina Marga terdiri dari :
a. Seksi Teknis Bina Marga;
b. Seksi Pembangunan Jalan dan Jembatan;
c. Seksi Pemeliharaan jalan dan Jembatan.
Sub Dinas Cipta Karya terdiri dari :
a. Seksi Teknis Cipta Karya;
b. Seksi Tata Ruang dan Perumahan;
c. Seksi Air Bersih dan Prasarana Lingkungan.
25
Gambar 2.10 Struktur Organisasi Dinas PU Provinsi Gorontalo
26
D. Studi Komparasi
1. Dinas PU Provinsi Kalimantan Timur
o Konsep Bangunan
Tampilan bangunan dari kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi
Kalimantan Timur ini terkesan sederhana, desain arsitekturnya mencerminkan
arsitektur modern cultural. Hal ini sesuai dengan keadaan masyarakat setempat
yang menjunjung tinggi nilai-nilai budaya. Walaupun demikian konsep arsitektur
dari kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Kalimantan Timur tidak sama
dengan konsep arsitektur pada bangunan-bangunan lain yang ada di Provinsi
Kalimantan Timur. Biasanya bangunan perkantoran di Provinsi Kalimantan Timur
sangat kental dengan konsep tradisional yang menggunakan unsur religius sebagai
ciri khas gedung seperti kecenderungan menggunakan motif tempat peribadatan,
rumah adat atau sejenisnya. Tetapi di Gedung ini konsep dan motif tersebut tidak
begitu kental. Hal ini mencerminkan bahwa Kalimantan Timur memiliki
keterbukaan, dan toleransi terhadap setiap pengunjung yang datang. Konsep
tradisional yang dipertegas hanyalah motif yang ada di atap bagian depan serta
bentuknya yang bersusun.
Gambar 2.11 Bangunan Kantor Dinas PU Kaltim
27
o Struktur Bangunan
Sistem struktur dari bangunan Kantor Dinas PU Prov. Kalimantan Timur
ini menggunakan struktur beton dan kayu.
o Utilitas Bangunan
Sistem utilitas Bangunan Kantor Dinas PU Prov. Kalimantan Timur
terlihat sudah teratur. Misalnya jumlah bukaan jendela yang banyak sehingga
pencahayaan dan penghawaan di dalam bangunan tersebut tidak bergantung pada
pencahayaan dan penghawaan buatan. Demikian pula dengan pipa yang tidak
terlihat pada bagian luar bangunan. ini menujukan bahwa gedung ini
memaksimalkan fungsi shaft.
o Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang dan kapasitas ruang pada bangunan Kantor Dinas PU
Prov. Kalimantan Timur terlihat sudah sesuai dengan standar dan fungsi
bangunan. Hal ini dapat dilihat dari tampak dan luasan dari bangunan.
o Area Parkir
Area parkir pada kantor Dinas PU Prov. Kalimantan Timur terlihat sudah
teratur dengan baik, dimana untuk kendaraan beroda dua dan beroda empat
mempunyai area parkir tersendiri, sehingga kendaraan dapat keluar masuk dengan
baik dalam lingkungan kantor.
28
o Aspek Non Fisik
Kondisi yang ada di gedung Kantor Dinas PU Pro. Kalimantan Timur
terlihat sudah teratur ditinjau dari luasan bangunan yang ada. Bangunan yang luas
memperlihatkan bahwa daya tampung ruang terhadap jumlah personil yang ada
sudah sesuai dengan standarisasi sebuah bangunan kantor Dinas PU Provinsi.
Ruangan-ruangan yang ada dalam gedung sudah teratur sehingga dapat
memaksimalkan seluruh kegiatan yang ada dalam bangunan kantor tersebut.
2. Dinas PU Provinsi Sumatera Barat
o Konsep Bangunan
Tampilan bangunan dari kantor Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera
Barat ini sangat sederhana, yaitu mencerminkan arsitektur tradisional. Hal ini
sesuai dengan keadaan masyarakat setempat yang menjunjung tinggi nilai-nilai
budaya. Akan tetapi berkat atapnya, yang berupa atap bersusun dan dipadukan
dengan kolom-kolomnya yang menonjol sehingga menimbulkan kesan sedikit
megah dan tetap tegas. Adapun jika dilihat dari segi warna bangunan ini,
mencerminkan visi dan misi serta kebudayaan daerah setempat. Hal ini dapat
dilihat dari atap berwarna merah gelap kecoklatan dan bersusun yang
melambangkan persaudaraan sedarah walaupun terdiri dari berbagai suku.
Demikian pula dengan dinding yang berwarna kecoklatan mencerminkan
kedamaian dan ketentraman.
29
Gambar 2.12 Bangunan Kantor Dinas PU Sumatera Barat
o Struktur Bangunan
Pada banguan Kantor Dinas PU Prov. Sumatera Barat, struktur bangunan
yang digunakan adalah struktur beton dan kayu, seperti terliahat pada gambar 3.5.
o Utilitas Bangunan
Sistem utilitas pada Bangunan Kantor Dinas PU Prov. Sumatera Barat
terlihat sudah teratur dan telah memenuhi standar. Hal ini dapat dilihat Pada
gambar 3.5, antara lain bukaan jendela yang ada dalam bangunan terlihat banyak,
sehingga penghawaan dan pencahayaan dalam bangunan terlihat maksimal.
o Hubungan Ruang
Pola hubungan ruang dan kapasitas ruang pada bangunan Kantor Dinas PU
Prov. Sumatera Barat terlihat sudah sesuai dengan standar dan fungsi bangunan.
Hal ini dapat dilihat dari tampak dan luasan dari bangunan.
30
o Area Parkir
Area parkir pada kantor Dinas PU Prov. Sumatera Barat terlihat telah
tertata dengan baik. Area parkir kendaraan beroda dua dan beroda empat
dirancang terpisah, sehingga kendaraan dapat keluar masuk dengan baik dalam
lingkungan kantor.
o Aspek Non Fisik
Kondisi yang ada di gedung Kantor Dinas PU Prov. Sumatera Barat
terlihat sudah teratur dengan baik ditinjau dari luasan bangunan yang ada. Hal ini
dapat kita lihat pada tampak bangunan yang luas, ini memperlihatkan bahwa daya
tampung ruang terhadap jumlah personil yang ada sudah sesuai dengan
standarisasi sebuah bangunan kantor Dinas PU Provinsi. Ruangan-ruangan yang
ada dalam gedung sudah teratur sehingga dapat memaksimalkan seluruh kegiatan
yang ada dalam bangunan kantor tersebut.
3. Kesimpulan Studi komparasi
Dari uraian studi komparasi yang diperoleh dari beberapa daerah diatas,
kami berkesimpulan bahwa perancangan bangunan kantor yang disesuaikan
dengan jumlah pegawai dan pengelola agar dapat menciptakan kenyamanan dalam
bekerja sehingga dapat meningkatkan kinerja dari para pegawai dalam melayani
masyarakat. Demikian pula dengan struktur bangunan, sistem utilitas, pola
hubungan ruang, serta area parkir yang ditata dengan baik dan teratur serta sesuai
dengan fungsi kebutuhan dan jumlah pengguna, menjadikan kantor menjadi
31
tempat yang dirasa layak bagi para pegawai untuk melaksanakan tugas demi
memenuhi pelayanan terhadap masyarakat terutama dalam bidang pembangunan.
Konsep bangunan yang disesuaikan dengan pemahaman budaya dan adat daerah
menjadikan bangunan terlihat istimewa dan menjadi kebanggan masyarakat
setempat.
E. Tinjauan Arsitektural
1. Konsep Dasar Arsitektur
Pendekatan konsep dasar terhadap elemen-elemen arsitektur pada
bangunan akan terwujud dalam bentukan-bentukan baik itu bersifat nyata (fisik),
maupun sesuatu yang abstrak, seperti citra visual bangunan tersebut.
Walaupun nantinya konsep yang akan digunakan adalah konsep modren
minimalis, tetapi konsep ini nantinya akan disesuaikan dengan konsep dasar yang
menginspirasi bangunan perkantoran, maka pendekatan dan penerapan ke dalam
elemen-elemen arsitekturnya akan mengikuti sifat dan jenis kegiatan dari objek
serta lokasi objek, yaitu di Provinsi Gorontalo yang memiliki tingkat kebudayaan
yang sangat tinggi dan menjunjung tinggi kehidupan beragama yang melandasi
sistem kehidupan masyarakat di daerah ini. Semua itu tak jarang diaplikasikan
dalam konsep suatu bangunan, khususnya bangunan perkantoran yang ada di
Provinsi Gorontalo. Untuk memberikan kenyamanan, maka konsep desain
bangunan perlu disesuaikan dengan iklim daerah tersebut.
32
2. Latar Belakang Arsitektur Cultural Modern dan Religius
Pada mulanya masyarakat Gorontalo menghuni daerah gunung Kabila.
Meskipun terbentuk dalam lima kerajaan, namun suku-suku yang tercakup di
bawah kekuasaan mereka terdiri dari 17 macam, yaitu Holontaloangi, Hungina,
Lupoyo, Humuntie, atau Bilinggata, Wabu, Lahengo, Biau, Padengo,
Huangobotu-alaala, Tapu, Lahuonu, Toto, Ilotidea, Panteengo, Penggula,
Huangobotu-albini dan Emboo.
Masyarakat Gorontalo pada zaman dulu hidup secara berpindah-pindah.
Dalam sejarah diketahui rumah di Gorontalo adalah sebuah segi empat besar, luas
serta beratap tinggi. Adapun bentuk tempat tinggal dari masyarakat Gorontalo ini
pada umumnya mengalami beberapa perubahan, diantaranya yaitu:
Wombohe : Rumah yang menggunakan dahan pohon sebagai
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,tempat tinggal.
Bele Huta-huta : Rumah yang telah memiliki tiang namun masih
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,beralaskan tanah.
Bele Tolatahu : Rumah yang menggunakan bahan dari bambu yang
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,dibelah.
Selanjutnya dengan adanya perubahan dari peradaban/perkembangan
zaman maka tempat tinggal mereka diganti dengan menggunakan bahan dari
papan, yaitu Bele Yilandengo, Bele Kenji, Bele Dupi, Bele Li Tidulu, Banthayo
Pobo’ide dan Yiladia.
33
Salah satu rumah adat tradisional Gorontalo adalah Banthayo Po Bo’ide
(rumah tempat musyawarah). Awalnya bangunan ini terbuat dari papan dan atap
rumbia, namun sejak memasuki abad ke 20 telah beberapa kali mengalami
perbahan. Dalam bangunan ini terdapat berbagai ragam hias/ornamen-ornamen
tersendiri.
Masyarakat Gorontalo pada umumnya memegang teguh syariat Islam.
Oleh karena itu dalam memperdalam argumen-argumen historis dan normatif dari
falsafah “Adat bersendikan syara, Syara bersendikan Kitabullah” (ASQ)
merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat Gorontalo (Amin Basri, Gorontalo
Kesaksian & Harapan Masa Depan). Hal tersebut juga diperlihatkan dari segi
arsitektur bangunannya, baik dari zaman dulu hingga sekarang.
Identitas kota tidaklah identik dengan arsitektur yang serba baru seperti
bangunan-bangunan megah dan berbagai gaya serta bentuk dari tempat lain. Akan
tetapi jika dilihat deri segi perkembangan zaman sebuah kota memang selalu
membutuhkan sentuhan-sentuhan arsitektural yang besar dan sungguh-sungguh.
Dalam hal ini dibutuhkan warisan budaya dan penghayatan kehidupan dan
peradaban dalam kalangan pemimpin, perencana kota, para arsitek, pekerja-
pekerja kreatif dan kelompok masyarakat lainnya. Salah satu cara yang terbaik
yang bisa dilakukan adalah “mengumpulkan” dan “mensimulasi” seluruh ide-ide
terbaik, baik yang oroginal maupun replikatif menyangkut rancang-bangun lokasi-
lokasi “kunci” pada sebuah kota yang hendak diimajinasikan untuk di-memorize
dan kemudian diarahkan untuk “hidup” berdasarkan spirit cultural masyarakat
setempat.
34
3. Prinsip Dasar Perancangan Arsitektur Minimalis
Di Indonesia arsitektur minimalis berkembang pesat melalui kelompok
Arsitek Muda Indonesia akibat penguasaan teknik presentasi desain melalui alat
bantu teknologi komputer. Satu terobosan penting dalam bidang sajian gambar
yang praktis dan nyata. Sistem modul, akurasi dimensi, pilihan warna,
pencahayaan dan tekstur tersedia sedemikian rupa oleh teknologi informasi yang
sedang berkembang. Desain arsitektur hadir melalui konfigurasi pilihan referensi
yang telah disediakan teknologi informasi dengan cepat.Secara substantif
minimalis merupakan satu bentuk pilihan keputusan dalam desain bangunan
akibat intervensi budaya sebagai satu pola pikir, aktifitas dan gaya hidup. Sebuah
cara pandang yang merefleksikan gaya hidup masyarakat masa kini yang
cenderung cepat, praktis, efisien dan efektif dalam berbagai bidang. Hal ini juga
dapat dilihat pada pola makan, pakaian, komunikasi dan sebagainya. Hukum
ekonomi yang menekankan pada usaha yang sesedikit mungkin untuk pencapaian
yang maksimal merupakan landasan penting dalam gaya hidup minimalis. Paham
yang dianut adalah siapa cepat dia dapat dan waktu adalah uang. Tidak ada lagi
jargon masyarakat Jawa alon-alon waton kelakon (pelan asal tercapai) atau biar
lambat asal selamat. Karena setiap aktifitas pencapaian hidup diukur dan
berorientasi pada waktu, persaingan dan keterbatasan sumber daya dan energi.
Keterlambatan adalah awal kekalahan.
Konsep minimalis dalam arsitektur merupakan satu pendekatan estetik
yang menekankan pada hal-hal yang bersifat esensial dan fungsional baik dalam
35
estetika spatial, bentuk dan struktural. Secara spatial ruang-ruang spesifik disusun
sedemikain rupa agar memiliki tingkat fleksibelitas yang tinggi dalam
ketersusunan dan kemudahan fungsinya. Bentuk-bentuk geometris elementer yang
praktis tanpa ornamen merupakan karakter utama yang mendominasi permukaan
dan massa bangunan. Inovasi berbagai material seperti baja, beton, dan kaca,
standardisasi dan efisiensi memberi tantangan baru dalam teknologi dunia rancang
bangun. Prinsipnya semakin sederhana, maka kualitas sebuah desain, fungsi ruang
yang ada, dan penyelesaian sistem struktur akan semakin lebih baik. Minimum
adalah tujuan sekaligus nilai dari estetika itu sendiri. Kontinuitas rancangan sejak
gagasan penentuan garis lurus, bidang datar dan pertemuan bidang serba siku
tegak lurus, konstruksi volumetrik dan gubahan massa, kejujuran material, olahan
cahaya dan udara, perulangan modul, sirkulasi ringkas, ruang multifungsi dan
berurut serta kejelasan sistem struktur merupakan ciri utama konsep arsitektur
minimalis.
Minimalis juga tampak pada sikap dan perilaku perancang dalam
berargumentasi, mengenali dan menuntun klien agar menyadari dan berseda
mereduksi berbagai kebutuhan yang tidak penting. Hanya fungsi esensial yang
dipertahankan sehingga bangunan disebut minimalis karena hasil sebuah proses
untuk mendapatkan ruang yang betul-betul termanfaatkan. Minimalis tidak
ditampilkan sekadar tujuan akhir bentuk tetapi juga keberhasilan dalam
memurnikan fungsi itu sendiri. Arsitektur minimalis adalah ekspresi masyarakat
urban kontemporer yang kompetitif melalui sebuah cara hidup jujur, praktis dan
sederhana secara total.