bab ii tinjauan pustaka a. kepatuhan cuci...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepatuhan Cuci Tangan
1. Pengertian Kepatuhan
Menurut kamus Bahasa Indonesia, kepatuhan adalah suka menurut
perintah, taat kepada perintah aturan, berdisplin, sifat patuh, ketaatan.
Menurut Herb Kelman (1985), kepatuhan dimulai dari tahap individu
mematuhi anjuran tanpa kerelaan karena takut hukuman atau sangsi. Tahap
identifikasi adalah kepatuhan karena merasa diawasi. Tahap internalisasi
adalah tahap individu melakukan sesuatu karena memahami makna,
mengetahui pentingnya mencuci tangan.
Menurut Sarwono (1993), bahwa patuh menghasilkan perubahan
tingkah laku yang sementara, dan individu cenderung kembali berpandangan
semula.
2. Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan
Menurut teori Lawrence Green dalam buku Notoatmojo. (2003),
bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi dan membentuk perilaku
seseorang, meliputi:
1. Faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, keyakinan,
nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor pendorong yang terwujud dalam bentuk sikap petugas kesehatan.
3. Faktor pendukung yang terwujud dalam ketersediaan fasilitas dan sarana.
8
Menurut model teori perubahan terencana, faktor-faktor yang
memendukung kepatuhan seseorang untuk melakukan sesuatu tindakan
sebagaimana yang dikemukan oleh Godin dan Kok (1995), meliputi:
1. Faktor sikap positif.
2. Adanya aturan yang subjektif.
3. Adanya persepsi yang positif.
Gambar 2.1 Model theory planned behavior
Sumber: Godin, G., &Kok, G. (1995). The theory of planned behavior: A
review of its applications to health-related behaviors. American
Journal of Health Promotion.
Menurut model teori perubahan terencana, kepatuhan cuci tangan
dipengaruhi oleh sikap yang positif terhadap cuci tangan, adanya aturan cuci
tangan yang harus diikuti oleh perawat, serta adanya persepsi yang baik
terhadap cuci tangan.
3. Pengukuran Kepatuhan Cuci Tangan
Pengukuran kepatuhan cuci tangan dilakukan dengan cara melakukan
observasi atau pengamatan langsung pada perawat di saat melakukan cuci
tangan. Yang di observasi adalah kepatuhan terhadap waktu cuci tangan dan
Attitude toward the behavior
Subjective norm
Perceived behavior control
Intention to
act Behavior
9
Proses Stimulus
kepatuhan terhadap prosedur cara cuci tangan. Pelaksanaan cuci tangan oleh
perawat di amati oleh pengamat tanpa saling mengenal.
B. Sikap Cuci Tangan
1. Pengertian Sikap
Menurut Oxford Learner Dictionary (Hornby, 1974) mencantumkan
bahwa sikap (attitude), berasal dari Bahasa Italia attitude yaitu “Manner of
placing or holding the body and way of feeling, thinking or behaving”. Sikap
adalah cara menempatkan atau membawa diri atau cara merasakan, jalan
pikiran, dan perilaku.
Menurut Azwar S. (2008), Sikap adalah pernyataan evaluatif terhadap
objek, orang atau peristiwa yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap
sesuatu, sedangkan menurut Notoatmojo (2010), bahwa sikap bagian dari reaksi
individu secara tertutup terhadap rangsangan yang tidak dapat diamati secara
langsung, dimana individu tersebut akan memiliki sikap positif bilamen
dapatkan rangsangan atau stimulus yang menyenangkan, sebaliknya individu
akan bersikap negatif bila rangsangan yang ada tidak menyenangkan.
Gambar 2.2 Terbentuknya proses sikap dan perilaku (Notoatmodjo, 2010)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap
Faktor yang mempengaruhi perubahan sikap menurut Notoatmojo (2002),
meliputi:
Stimulus Rangsangan ReaksiTingkahL
aku (terbuka)
Sikap (tertutup)
10
a. Adanya kognisi. Kognisi adalah dimana seseorang berada dalam tahap
mempelajari yaitu tahap mengenal masalah dan mencari informasi yang
dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut.
b. Adanya kepercayaan. Kepercayaan merupakan komponen sikap yang
kedua yaitu adanya kepercayaan terhadap pengirim berita, berita itu
sendiri, dan keadaan, contohnya semakin besar prestise sang komunikator
akan semakin besar pula perubahan sikap yangdi timbulkan.
c. Menyukai dengan rangsangan baru. Menyukai merupakan komponen
sikap yang ketiga dimana individu akan berubah sikap karena menyukai
hal-hal atau terhadap sesuatu yang menyenangkan.
Gambar no 2.3 Komponen Perubahan Sikap
Faktor-faktor yang menunjang perubahan sikap menurut Godin. G., &
Kok, G. (1995) meliputi:
a. Adanya imbalan dan hukuman dimana individu mengasosiasikan reaksinya
yang disertai imbalan dan hukuman;
b. Stimulus mengandung harapan bagi individu sehingga dapat terjadi
perubahan dalam sikap;
c. Stimulus mengandung prasangka bagi individu yang mengubah sikap
semula.
3. Tingkatan Sikap
Tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2010), terdiri dari :
Kognisi (rangsangan)
Kepercayaan (rangsangan)
Menyukai (rangsangan)
SIKAP
SIKAP NEGATIF
SIKAP POSITIF
11
a. Menerima. Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan
memerhatikan stimulus yang diberikan (obyek).
b. Merespon. Merespon diartikan memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikannya.
c. Menghargai. Menghargai diartikan mengajak orang lain untuk mengerjakan
atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah.
d. Bertangung jawab. Bertangung jawab diartikan dia bertangung jawab atas
segala sesuatu yang telah dipilih, dilakukannya.
4. Pengukuran Sikap
Pengukuran sikap dapat dilakukan dengan menilai pernyataan sikap
seseorang. Pernyataan sikap adalah rangkaian kalimat yang mengatakan sesuatu
mengenai objek sikap yang hendak diungkapkan (azwar S. 2003).
Pernyataan sikap mungkin berisi atau menyatakan hal-hal yang positif
mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat mendukung atau memihak
pada objek, pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang favorable.
Sebaliknya pernyataan sikap mungkin berisi atau menyatakan hal-hal yang
negatif mengenai objek sikap, yaitu kalimatnya bersifat tidak mendukung atau
memihak pada objek, pernyataan ini disebut dengan pernyataan yang
nonfavorable (Azwar S. 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengukuran sikap dapat juga dilakukan
dengan secara langsung yaitu dengan bertanya bagaimana pendapat responden
terhadap suatu objek atau dengan tidak langsung dimana dapat dilakukan
dengan memberikan pernyataan hipotesis kemudian ditanyakan kepada
responden, bagaimana pendapatnya terhadap pernyataan tersebut.
Dari teori tersebut diatas, maka melalui pengukuran sikap, dapat
dipahami proses kesadaran seseorang yang sedang melakukan tindakan nyata
dan tindakan yang mungkin dilakukan oleh individu.
12
C. Cuci tangan
1. Pengertian Cuci Tangan
Menurut Wikipedia bahasa Indonesia, Ensiklopedia bebas, cuci tangan
adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangan danjari
jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia dengan
tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun
tujuan-tujuanlainnya.
Menurut CDC (2002), cuci tangan adalah cara-cara umum yang
diterapkan secara rutin dalam mencuci tangan dengan cairan antiseptik,
melumuri tangan dengan alcohol, atau mencuci tangan dengan antiseptik
bedah. Ada dua hal yang mendasar dari pengertian tersebut yaitu:
a. Mencuci tangan secara rutin dengan menggunakan cairan antiseptik atau
dengan sabun anti bakteri dan menggunakan air yang mengalir;
b. Melumuri tangan dengan larutan yang berbasis alkohol dimana seluruh
permukaan tangan di lumuri dengan alcohol lalu di keringkan.
Penerapan kedua prosedur mencuci tangan tersebut diharapkan oleh
dapat dijadikan sebagai aturan yang harus diikuti oleh para perawat yang
bekerja di pelayanan kesehatan.
2. Cara Cuci Tangan
Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir menurut WHO (2009) dilakukan
dengan 7 cara yaitu:
Langkah-langkah Penjelasan
Langkah pertama, basahi dengan air dan tuangkan
sabun secukupnya dan ratakan dengan kedua telapak
tangan.
Langkah kedua, menggosok punggung dan sela-sela
jari tangan kiri dengan tangan kanan dan sebaliknya.
Langkah ketiga, menggosok kedua telapak tangan dan
sela-sela jari-jari.
13
Langkah keempat, menggosok jari-jari sisi dalam
kedua tangan saling mengunci.
Langkah kelima, menggosok ibu jari kiri berputar
dalam genggaman tangan kanan dan lakukan
sebaliknya.
Langkah keenam, gosok telapak tangan dengan jari-jari
yang menyatu, lakukan sebaliknya.
Langkah ketujuh, gosok dan bersihkan tangan kiri
sampai pergelangan, lakukan sebaliknya.
14
Cara cuci tangan dengan handrub menurut WHO (2009) adalah sebagai berikut:
Langkah-langkah Penjelasan
Tuangkan 3-5 cc antiseptic berbasis alcohol ke dalam telapak
tangan.
Gosok kedua telapak tangan hingga merata.
Gosok punggung dan sela-sela jari tangan kiri dengan tangan
kanan dan sebaliknya.
Gosok kedua telapak dan sela-sela jari.
Jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci.
Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan
dan sebaliknya.
Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan di
telapak tangan kiri dan sebaliknya.
Keringkan tangan anda 2-30 menit.
3. Waktu Cuci Tangan
Rekomendesi dari WHO (2009) dan kampanye cuci tangan dari
Canadian Patient Safety campaign 2012, cuci tangan di pelayanan
kesehatan harus dilakukan dengan lima waktu: (1) sebelum
menyentuh/memeriksa pasien: (2) Sebelum dan setelah melakukan procedur
15
aseptik/pembersihan; (3) Setelah terpapar cairan tubuh pasien; (4)
menyentuh /memeriksa pasien; (5) Setelah menyentuh sekeliling pasen.
WHO (2012) menekankan pentingnya cuci tangan untuk kepentingan
keselamatan pasien dengan moto “bersihkan tangan terlebih dahulu (Clean
your hand initiative)”, karena tangan petugas kesehatan sebagai salah satu
penyebab penyebaran penyakit infeksi, keadaan ini merupakan masalah yang
dihadapi oleh berbagai Negara. Kejadian infeksi yang berhubungan dengan
pelayanan kesehatan merupakan masalah besar dan mengancam keselamatan
pasien, maka sangat penting bagi komunitas pelayanan kesehatan untuk
melakukan upaya pencegahan infeksi dengan mencuci tangan dengan baik.
Pada penelitian ini yang di ukur adalah sikap cuci tangan dengan cara
tanya jawab dengan responden dan observasi langsung kepatuhan cara cuci
tangan terhadap responden waktu mencuci tangan dengan sabun.
16
D. Kerangka Teori
Kerangka teori pada penelitian ini berdasarkan teori perubahan
perilaku dari L. Green dan Model theory planned behavior yang dapat
mempengaruhi kepatuhan cuci tangan.
Gambar 2.4 kerangka Teori
Sumber:
1. CDC. (2002). Guideline for Hand Hygiene in Health-Care Settings. Recommendations
and Reports October 25, 2002 / Vol. 51 / No. RR-16. Centers for Disease Control and
Prevention.
2. Godin, G. & Kok, G. (1995). The theory of planned behavior: A review of its
applications to health-related behaviors. American Journal of Health Promotion, 11, 87–
98.
3. Mathur, P. (2010). Hand Hygiene: back to the basics of infection control. New Delhi:
Indian J Med Res. 2011 Nov; 134 (5).
4. Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
5. Pittet, D. (2001). Improving adherence to hand hygiene practice a multidisciplinary
approach. Emerging Infectious Diseases: Vol. 7, No. 2, March–April 2001
6. Shumaker, Ockene dan Riekert. (2009). The Handbook of Health Behavior Change. NY:
Springer Publishing Company.
7. WHO. (2007). Improved Hand Hygiene to Prevent Health Care Associated Infections.
Patient Safety Solutions. Vol 1, Solution 9/May 2007.
Teori perubahan perilaku oleh L.
Green, faktor yang mempengaruhi
perilaku:
1. Faktor predisposisi:
pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai-nilai dan
sebagainya.
2. Faktor pendorong: sikap
petugas kesehatan.
3. Faktor pendukung:
ketersediaan fasilitas dan
sarana.
Teori Model theory planned behavior
faktor yang mempengaruhi perilaku:
1. Sikap positif
2. Aturan jelas
3. Persepsi baik
Kepatuhan cuci tangan
17
E. Kerangka Konsep
Kerangka konsep pada penelitian ini dibatasi pada penelitian sikap,
dan kepatuhan cuci tangan pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang,
dengan asumsi bahwa dengan memiliki sikap yang positif akan
mempengaruhi kepatuhan seseorang untuk mencuci tangan (Godin dan Kok,
1995).
Gambar 2.5 kerangka konsep
Keterangan simbol:
Variabel yang di teliti
Variabel tidak di teliti
F. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat
atau ukuran yang dimiliki atau diupayakan oleh peneliti tentang suatu konsep
penelitian tertentun (Notoatmojo. 2002).
Kepatuhan cuci tangan
Pengetahuan
Sikap
Sarana
Aturan
Persepsi
18
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam dua jenis
variabel, yaitu:
1. Variabel bebas
Variabel bebas yaitu variabel yang tidak dipengaruhi oleh variabel
lain atau variabel yang muncul dapat berdiri sendiri. Yang termasuk
variabel bebas adalah: sikap yaitu sikap terhadap pernyataan cuci tangan
pada pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang.
Kuesioner sikap diukur dengan dengan memberikan pernyataan-
pernyataan sikap cuci tangan dan jawaban dari responden menggunakan 4
skala Likert yaitu (4) sangat setuju, (3) setuju, (2) tidak setuju dan (1)
sangat tidak setuju.
2. Variabel mengikat
Variabel mengikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Yang termasuk variabel mengikat adalah variabel kepatuhan yaitu
kepatuhan cuci tangan pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang.
Variabel kepatuhan cuci tangan di ukur dengan melakukan
observasi atau pengamatan langsung pada perawat pada saat melakukan
cuci tangan.
G. Hipotesis / pernyataan Penelitian
Hipotesis adalah pernyataan mengenai hubungan antara dua atau lebih
variabel yang merupakan simplifikasi dari dunia nyata, dimana kebenaran isi
pernyataan itu masih memerlukan dukungan secara empiris atau belum teruji,
sehingga sifatnya merupakan dugaan/jawaban sementara atas fenomena yang
sedang dipelajari. (Bhattacherjee, A 2012).
Pada penelitian ini, hipotesis/pernyataan yang telah di susun adalah
sebagai berikut:
1. Hipotesis nol (Ho): Tidak ada hubungan sikap dan kepatuhan cuci tangan
pada perawat Rawat Inap RSUD Kota Semarang.