bab ii tinjauan pustaka a. konsep dasar keperawatan 1 ...repository.ump.ac.id/8295/3/ria nurjanah...
TRANSCRIPT
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian Identitas Klien
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Dermawan, 2014).
Pengkajian pada anak dengan thypoid fever antara lain sebagai berikut :
a. Data subyektif
Biodata/Identitas menurut Sodikin (2012), pemeriksaan yang dilakukan
dengan wawancara pengajian dalam data subyektif diantaranya adalah :
1) Nama anak
Mengkaji biodata anak yang mencakup identitas anak tersebut.
2) Umur anak
Mengkaji umur anak untuk memastikan data pemeriksaan medis anak
serta menentukan jumlah dosis yang diberikan.
3) Jenis kelamin
Mengkaji jenis kelamin untuk identitas pasien dan penilaian data
pemeriksaan.
4) Nama orang tua
Mengkaji identitas orang tua pasien baik wali pasien maupun anggota
keluarga lainnya
5) Umur
5
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
6
Mengkaji umur orangtua pasien untuk melengkapi identitas sebagai wali
pasien tersebut.
6) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi
budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.
7) Agama
Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat
mempengaruhi kesehatan.
8) Pendidikan
Mengkaji pendidikan trakhir yang dapat mempengaruhi pola hidup sehat
pasien dan keluarga.
9) Pekerjaan
Mengkaji pekerjaan orangtua / wali sebagai pemenuhan ekonomi dalam
keluarga yang mempengaruhi kualitas kehidupan.
10) Alamat
Mengkaji alamat lengkap untuk mengindentifakasi asal keluarga tersebut.
b. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan pasien pada situasi keperawatan sebelumnya lamanya dan
urutan riwayat standar memerlukan proses untuk diselesaikan untuk memenuhi
kebutuhan pasien yang sakit dan dalam masa penyembuhan tergantung dengan
beratnya kondisi pasien tersebut . Berikut ini menurut Sodikin (2012) adalah :
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
7
1) Keluhan utama
Keluhan utama ditulis singkat dan jelas, yang merupakan keluhan yang membuat
klien meminta bantuan pelayanan kesehatan. Keluhan utama adalah alasan klien
masuk rumah sakit meliputi catatan mengenai kemungkinan seseorang yang dapat
dipercaya dan keluhan yang paling dikeluhkan pasien.
2) Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit sekarang merupakan penjelasan dari permulaan klien merasakan
keluhan sampai dengan dibawa kerumah sakit. meliputi penyakit sekarang yang
sedang dirasakan seperti tanggal timbulnya keluhan dan faktor penceus terjadinya
demam thypoid serta gambaran keadaan penyakit trsebut yang berisi tentang
lokasi, kualitas, kuantitas, faktor penghilang dan waktu / frekuensi.
3) Riwayat penyakit dahulu
Riwayat penyakit dahulu merupakan penyakit yang diderita klien yang
berhubungan dengan penyakit saat ini atau penyakit yang mungkin dapat
dipengaruhi atau mempengaruhi penyakit yang diderita klien saat ini. seperti
perawatan dirumah sakit terakhir, alergi, imunisasi, riwayat pengobatan
sebelumnya.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga seperti kecenderungan keluarga pada sebuah penyakit yang
pernah dialami atau terdapat penyakit keturunan pada keluarga sebelumnya,
contohnya hipertensi, kanker, alergi.
c. Review of system
Review of system adalah pengkajian berdasarkan persistem di tubuh, dengan
mengkaji lebih detail berdasarkan system untuk mendapatkan data yang mendukung
masalah yang sedang dialami pasien tidak hanya saat ini, tetap masalah yang sudah
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
8
lama pasien alami untuk menentukan diagnose dan intervensi serta implementasi yang
akan diberikan kepada pasien.
Pengkajian dapat berupa vital sign berupa denyut nadi normal 80-115x/menit,
denyut nadi anak dengan demam >115x/menit.Pernafasan normal 25-30x/menit, anak
dengan demam >30x/menit. Temperature normal 36°C-37°C, temperature pada anak
demam adalah ≥38°C.
a. Sistem pernafasan dikaji untuk mengetahui apakah pasien memiliki gangguan
pernafasan berupa dyspnea berupa sesak napas sehingga perlu mendapatkan
bantuan oksigen. Pengkajian juga dilakukan untuk mengetahui apakah pasien
memiliki riwayat penyakit dengan gangguan pernafasan berupa bronkritis,
pneumonia, atau sebagainya yang menyebabkan gejala kenaikan suhu tubuh
pada anak.
b. Pengkajian kardiovaskuler untuk mengetahui apakah anak memiliki
gangguan pernapasan yang disebabkan oleh gangguan jantung dan untuk
mengetahui apakah terjadi peningkatan denyut nadi.
c. System gastrointestinal mengkaji apakah terdapat gangguan buang air besar
(BAB) yang apabila terjadi diare, mual dan muntah dapat mengakibatkan
dehidrasi yang akan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.
d. System perkemihan mengkaji apakah pasien terdapat riwayat ginjal, melihat
frekuensi buang air kecil (BAK), apakah anak terdapat kesulitan BAK dan
melihat warna urine.
e. System persyarafan mengkaji apakah pasien mengalami gangguan pada
persyarafan yang memiliki gejala pusing dan rasa ingin pingsan, kejang dan
kelemahan.
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
9
f. System imun mengkaji riwayat imunisasi anak berupa imunisasi BCG,
hepatitis A dan B, DPT, polio, campak, dan sebagainya.
g. System reproduksi dikaji untuk melihat apakah terdapat gangguan pada
reproduksi yang akan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.
h. System muskoloskeletal mengkaji untuk melihat tumbuh kembang anak, serta
aktivitas anak.
i. System endokrin mengkaji apakah pasien mengalami gangguan tidur, lemah
dan mudah lelah.
j. System integument mengkaji apakah pasien memiliki masalah kulit yang
mengakibatkan infeksi dan memunculkan gejala kenaikan suhu tubuh.
k. System hematologi mengkaji apakah anak mengalami anemia, perdarahan,
terdapat penyakit gangguan pada darah berupa leukemia yang memunculkan
gejala kenaikan suhu tubuh.
2. Pemeriksaan Penunjang
a) Pemeriksaan daraf perifer lengkap
b) Pemeriksaan SGOT dan SGPT
c) Pemeriksaan uji widal
3. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah tahap dari perumusan masalah yang menentukan
masalah prioritas dari klien yang dirawat yang sekaligus menunjukkan tindakan
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
10
prioritas sebagai perawat (Dinarti, 2009). Diagnosa yang mungkin muncul pada klien
typhoid adalah :
a) Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi
4. Perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan adalah metode pemberian langsung kepada
klien terdiri atas tiga fase yaitu menentukan prioritas, merumuskan tujuan dan membuat
intervensi keperawatan. Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka
rumusan perencanaan keperawatan pada klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 Intervensi keperawatan (Nanda, 2006) :
NO Diagnosa Keperawatan Tujuan Dan Kriteria
Hasil
Intervensi
1. Kurang pengetahuan
tentang penyakit
berhubungan dengan
kurang informasi
Tujuan:
Pengetahuan keluarga
meningkat
Kriteria hasil :
1.Menunjukkan
pemahaman tentang
penyakitnya, melalui
perubahan gaya hidup
dan ikut serta dalam
pengobatan.
1.Kaji sejauh mana tingkat
pengetahuan keluarga klien
tentang penyakit anaknya
2.Beri pendidikan kesehatan
tentang penyakit dan perawatan
klien.
3.Beri kesempatan keluaga
untuk bertanya bila ada yang
belum dimengerti.
4.Beri reinforcement positif jika
klien menjawab dengan tepat,
klien
5.Libatkan keluarga dalam setiap
tindakan yang dilakukan pada
klien
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
11
5. Penatalaksanaan
Pelaksanaan merupakan kategori dan perilaku keperawatan, dimana perawat
melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan,
pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas sehari-
hari dengan kata lain pelaksanaan mencangkup melakukan, membantu atau mengarahkan
kinerja aktivitas sehari-hari (Muscari, 2009).
6. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan memeriksa setiap aktivitas dan apakah hasil yang
diharapkan telah tercapai. Adapun tipe-tipe evaluasi yang harus perawat lakukan dalam
asuhan keperawatan kepada klien meliputi : evaluasi masalah kolaboratip yaitu
mengumpulkan data yang telah dipilih, membandingkan data untuk mencapai data
normal. Menilai data yang di dapat dengan nilai normal. Evaluasi diagnosis keperawatan
dan peningkatan pencapaian tujuan dan evaluasi dari status perencanaan keperawatan dan
hasil yang di dapat (Nursing diagnosis, 2006).
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk
klien dengan gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil,
kebutuhan cairan terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien
dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga
klien mengerti tentang penyakitnya.
B. Pengertian Pengetahuan
1. Definisi
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia (2010) pengetahuan adalah sesuatu yang
diketahui atau kepandaian yang dimiliki seseorang melalui pendidikan atau pengalaman.
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera
manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoadmodjo, 2012).
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
12
Menurut Bloom (2009) pengetahuan adalah kemampuan mengenal atau mengingat
materi yang telah dipelajari mulai dari yang sederhana sampai pada yang sukar dan lebih di
tekankan pada kemampuan mengingat yang lebih besar.
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut taksonomi Bloom (2009), pengetahuan mencangkup enam tingkat domain
kognitif, yaitu :
a) Mengetahui (knowledge)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Tingkatan ini menjadikan seseorang mampu mengingat kembali materi yang
dipelajari sebelumnya termasuk hal-hal spesifik dari seluruh yang dipelajari.
b) Memahami (Comparehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara
benar. Tingkatan ini menjadikan seseorang mampu menjelaskan tentang objek
yang diketahuinya dan dapat menginterpretasikan.
c) Mengaplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat
diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Tahap ini menjadikan seseorang
mampu menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi atau kondisi yang
nyata.
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
13
d) Menganalisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
kedalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Tahap ini menjadikan seseorang
mampu menjabarkan materi suati objek ke dalam komponen-komponen yang
saling berkaitan dalam situasi yang terorganisasi.
e) Mensintesis (Syntesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Tahap ini menjadikan seseorang mampu menyusun formulasi baru dari formulasi
yang ada.
f) Mengevaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Tahap ini menjadikan seseorang
mampu, melakukan penelitian terhadap suatu materi atau objek.
3. Manfaat pengetahuan
Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan merupakan domain yang sangat
penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan seseorang akan lebih
langgeng apabila di dasari dengan perilaku dan pengalaman terdapat 5 manfaat
pengetahuan yaitu:
a) Kesadaran (Awarenes), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b) Merasa tertarik (Insert), dimana orang mulai tertarik stimulus, sikap seseorang sudah
mulai timbul.
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
14
c) Menimbang-nimbang (Evalution), dimana seseorang mulai menimbang-nimbang
terhadap baik buruknya stimulus bagi dirinya.
d) Mencoba (Trial), dimana orang mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikhendaki stimulus.
e) Adaptasi, dimana seseorang telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran dan sikap terhadap stimulus.
C. Gambaran penyakit Thypoid Fever
1. Definisi
Demam thypoid (Tifus abdominalis, enteric fever) ialah penyakit infeksi akut
yang biasanya terdapat pada saluran cerna dengan gejala demam satu minggu atau
lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran (Astuti, 2013).
Kelompok penyakit menular ini merupakan penyakit yang mudah menular dan
dapat menyerang banyak orang sehingga dapat menimbulkan wabah. Faktor- faktor
yang mempengaruhi adalah daya tahan tubuh, higienitas, umur, dan jenis kelamin.
Infeksi demam tifoid ditandai dengan bakterimia, perubahan pada system
retikuloendotelial yang bersifat difus, pembentukan mikroabses, dan ulserasi plaque
peyeri di distal ileum (Putra, 2012).
Beberapa terminologi lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan
demam enterik. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama
dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh
spesies Salmonella enteriditis, sedangkan demam enterik dipakai pada demam tifoid
maupun demam paratifoid (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
2. Epidemiologi
Demam thypoid merupakan penyakit infeksi yang dijumpai di seluruh dunia,
secara luas di daerah tropis dan subtropis terutama di daerah dengan kualitas sumber
air yang tidak memadai dengan standar higienis dan sanitasi yang rendah yang mana
di Indonesia dijumpai dalam keadaan endemik (Sodikin, 2012).
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
15
Dari laporan World Health Organization (WHO) pada tahun 2011, terdapat
17 juta kasus demam thypoid per tahun di dunia dengan jumlah kematian mencapai
600.000 kematian dengan Case Fatality Rate (CFR = 3,5%). Angka kejadian
penyakit demam thypoid di daerah endemis berkisar antara 45 per 100.000
penduduk per tahun sampai 1.000 per 100.000 penduduk per tahun. Demam thypoid
terutama ditemukan di negara sedang berkembang dengan kepadatan penduduk
tinggi, serta kesehatan lingkungan yang tidak memenuhi syarat (Suriadi, 2011).
Salmonella typhi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai
natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella typhi dapat
mengeksresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja dalam jangka waktu
yang sangat bervariasi. Salmonella typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat
hidup untuk beberapa minggu apabila berada di dalam air, es, debu, atau kotoran
yang kering maupun pada pakaian. Akan tetapi S. typhi hanya dapat hidup kurang
dari 1 minggu pada raw sewage, dan mudah dimatikan dengan klorinasi dan
pasteurisasi (temperatur 63°C) (Rampengan, 2010).
Demam thypoid erat hubungannya dengan lingkungan, terutama lingkungan
yang tidak memenuhi syarat kesehatan seperti penyediaan air minum yang tidak
memenuhi syarat kesehatan dan sanitasi lingkungan yang buruk (Huda, 2013).
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran penyakit tersebut antara lain sanitasi
umum, temperatur, polusi udara, dan kualitas air. Faktor sosial ekonomi seperti
kepadatan penduduk, kepadatan hunian, dan kemiskinan juga mempengaruhi
penyebarannya.
3. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan,
lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi
organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan
kandung empedu (Muscari, 2009).
1) Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Mulut
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
16
terdiri dari gigi yang fungsinya mengunyah makanan, lidah yang berfungsi
untuk menggerakkan makanan dan kelenjar saliva yang berfungsi mengubah
makanan menjadi bolus.
2) Faring
Faring merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan
kerongkongan (esofagus). Terdapat tonsil (amandel) yaitu kumpulan kelenjar
limfe yang banyak mengandung limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi.
3) Esofagus
Esofagus adalah sebuah tabung berotot yang panjangnya 20-25 cm dimulai
dari faring sampai pintu masuk kardiak lambung. Fungsinya hanya untuk
melewatkan makanan.
4) Lambung
Lambung terdiri dari kardiak, fundus, body, antrum, dan spingter pilori.
Fungsinya sebagai tempat penyimpanan makanan, mengaduk, memecah, dan
mendorong makanan ke usus halus.
5) Usus Halus
Usus halus terdiri dari Duodenum, Jejenum, dan Ileum. Fungsi usus halus
adalah sebagai tempat absorbsi elektrolit, mineral, kalium, kalsium,
magnesium, besi, dan HCO3. Usus halus juga sebagai tempat mengabsorbsi
nutrisi berupa karbohidrat, protein ,lemak, dan vitamin.
6) Usus Besar (Kolon)
Usus besar terdiri dari caecum, asendends, transversum, desendends, dan
sigmoid. Fungsinya adalah menyerap air dan elektrolit 80-90% dari makanan
dan mengubah dari cairan menjadi massa.
7) Rektum dan Anus
Anus adalah saluran cerna yang menghubungkan rektum dengan dunia
luar.Anus terdiri dari 3 spingter :
-Spingter Ani Internus
-Spingter Levator Ani
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
17
-Spingter Ani Eksternus
Organ-organ yang terletak diluar saluran cerna :
a) Hati, Fungsinya : Sekresi empedu, mempertahankan hemostatik gula
darah; menyimpan glikogen, lemak Vit. ADEK dan zat besi yang
disimpan sebagai feritin; mengubah zat buangan dan bahan racun
untuk disekresi dalam empedu dan urin.
b) Empedu, Fungsinya sebagai persediaan getah empedu dan membuat
getah empedu menjadi kental.
c) Pankreas, Fungsi eksokrin ; membentuk getah pankreas. Fungsi
endokrin ; mensekresi insulin dan glukagon.
Fisiologi sistem pencernaan
Menurut Sodikin (2011), makanan masuk ke dalam mulut, diproses oleh gigi,
lidah, dan kelenjar saliva. Setelah itu makanan masuk ke faring lalu lewat
melalui esofagus menuju lambung. Di lambung makanan disimpan dan
diproses sementara dan didorong ke usus halus menuju ke hati melalui
pembuluh kapiler darah di vili, dan vena portal. Sisa-sisa makanan yang tidak
dapat diserap oleh hati akan didorong ke usus besar. Sisa makanan akan
diserap kembali berupa air dan elektrolit dan akan diubah menjadi massa.
Kemudian sisa makanan akan dikeluarkan melalui rektum dan anus melalui
proses defekasi.
4. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella
typhosa/ Salmonella typhi yang merupakan kuman gram negatif, bergerak dengan
rambut getar dan tidak menghasilkan spora (Lestari, 2011). Kuman ini dapat
tumbuh pada semua media dan pada media yang selektif, bakteri ini
memfermentasi glukosa dan manosa, tetapi tidak dapat memfermentasi laktosa.
Waktu inkubasi berkisar tiga hari sampai satu bulan (Sodikin, 2012).
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
18
Sumber penularan utama demam thypoid adalah penderita itu sendiri dan
karier yang dapat mengeluarkan berjuta-juta kuman S. typhi dalam tinja, dan tinja
inilah yang menjadi sumber penularan .Bakteri ini dapat hidup baik sekali pada
suhu tubuh manusia maupun yang sedikit lebih rendah, serta mati pada suhu 70°C
ataupun oleh antiseptik (Rampengan, 2010). Bakteri ini dapat hidup sampai
beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah, dan debu. Bakteri
ini dapat mati dengan pemanasan (suhu 60°C) selama 15 – 20 menit, pasteurisasi,
pendidihan, dan khlorinisasi .S. typhi mempunyai beberapa komponen antigen,
yaitu:
a. Antigen O (Antigen Somatik)
Terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur
kimia lipopolisakarida atau disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap
panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
b) Antigen H (Antigen Flagella)
Terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai
struktur kimia suatu protein dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan
terhadap panas alkohol.
c) Antigen Vi
Terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman
terhadap fagositosis (Dermawan, 2014). Selain itu, S. typhi juga dapat
menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi
berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin. Ketiga macam
antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan
3 macam antibodi yang lazim disebut agglutinin.
d) Outer Membrane Protein (OMP)
Merupakan bagian dari dinding sel terluar yang terletak di luar membran
sitoplasma dan lapisan peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan
sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya
cairan ke dalam membran sitoplasma, selain itu juga berfungsi sebagai reseptor
untuk bakteriofag dan bakteriosin yang sebagian besar terdiri dari protein urin,
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
19
berperan pada patogenesis demam tifoid dan merupakan antigen yang penting
dalam mekanisme responimun penjamu.
5. Tanda dan Gejala
Masa tunas typhoid 10-14 hari Minggu I. Pada umumnya demam berangsur
naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala demam, nyeri
otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi/diare, perasaan tidak
enak di perut. Minggu II, Pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam,
bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,
meteorismus, penurunan kesadaran (Widagso, 2012).
6. Manifestasi Klinis
Masa tunas demam thypoid berlangsung antara 10-14 hari. Gejala- gejala
klinis yang timbul sangat bervariasi dari ringan sampai berat, dari asimtomatik
hingga gambaran penyakit yang khas disertai komplikasi hingga kematian (Widodo,
2010). Pada minggu pertama, gejala klinis penyakit ini ditemukan keluhan dan gejala
serupa dengan penyakit infeksi akut pada umumnya yaitu demam, nyeri kepala,
pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau diare, perasaan tidak enak
di perut, batuk, dan epistaksis (Widodo, 2010). Umumnya konstipasi dijumpai pada
awal penyakit. Pada pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu badan meningkat.
Sifat demam thyfoid adalah meningkat perlahan-lahan dan terutama pada sore
hingga malam hari. Dalam minggu kedua, gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa
demam, bradikardi relatif (bradikardi relatif adalah peningkatan suhu 1°C tidak
diikuti peningkatan denyut nadi 8 kali per menit), lidah yang berselaput (kotor di
tengah, tepi dan ujung merah serta tremor), hepatomegali, splenomegali,
meteorismus, dan gangguan kesadaran (somnolen, stupor, koma, delirium, atau
psikosis) (Widodo, 2010). Demam pada demam tifoid umumnya berangsur-angsur
naik selama minggu pertama (suhu berkisar 39-40°C), terutama pada sore dan malam
hari (febris remiten). Pada minggu kedua dan ketiga, demam terus-menerus tinggi
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
20
dan (febris kontinyu) kemudian turun secara lisis. Demam tidak hilang dengan
antipiretik, tidak menggigil, tidak berkeringat, dan kadang disertai epistaksis.
7. Patofisiologi Kuman Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi
Masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan yang terkontaminasi kuman.
Sebagian kuman dimusnahkan dalam lambung, sebagian lolos masuk ke dalam usus,
dan selanjuntnya berkembang biak (Susilaningrum, 2013). Di usus terjadi produksi
IgA sekretorik sebagai imunitas humoral lokal yang berfungsi untuk mencegah
melekatnya kuman pada mukosa usus. Sedangkan untuk imunitas humoral sistemik,
diproduksi IgM dan IgG untuk memudahkan fagositosis kuman oleh makrofag.
Imunitas seluler sendiri berfungsi untuk membunuh kuman intraseluler .
Bila respons imunitas humoral mukosa IgA usus kurang baik, maka kuman
akan menembus sel-sel epitel terutama sel M dan selanjutnya ke lamina propria. Di
lamina propria kuman berkembang biak dan difagosit oleh sel-sel fagosit terutama
oleh makrofag. Kuman dapat hidup dan berkembang biak di dalam makrofag dan
selanjutnya dibawa ke plaque peyeri ileum distal dan kemudian ke kelenjar getah
bening mesentrika.
Melalui duktus torasikus, kuman yang terdapat di dalam makrofag ini masuk
ke dalam sirkulasi darah (mengakibatkan bakteremia pertama yang asimtomatik) dan
menyebar ke seluruh organ retikuloendotelial tubuh terutama hati dan limpa. Di
organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian berkembang biak
di luar sel atau ruang sinusoid dan selanjutnya masuk ke dalam sirkulasi darah lagi
mengakibatkan bakteremia yang kedua kalinya dan disertai dengan tanda-tanda dan
gejala penyakit infeksi sistemik. Di dalam hati, kuman masuk ke dalam kandung
empedu, berkembang biak, dan bersama cairan empedu diekskresikan secara
intermiten ke dalam lumen usus. Sebagian kuman dikeluarkan melalui feses dan
sebagian masuk lagi ke dalam sirkulasi setelah menembus usus. Proses yang sama
terulang kembali, berhubung makrofag telah teraktivasi dan hiperaktif maka saat
fagositosis kuman Salmonella terjadi pelepasan beberapa mediator inflamasi
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
21
sistemik seperti demam, malaise, mialgia, sakit kepala, sakit perut, instabilitas
vaskular, gangguan mental, dan koagulasi (Sodikin, 2011).
8. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang menurut (Nursalam, 2008) :
a. Darah rutin, urin rutin
b.Tes widal
c. Kutur darah
d.Terapi
e. Tirah baring sampai 7 hari bebas demam
f. Diet lunak
g.Antibiotik
9. Penatalaksanaan
Pengkajian penatalaksanaan menurut (Suriadi, 2010) adalah :
a) Istirahat dan perawatan.
Tirah baring dengan perawatan sepenunhnya di tempat seperti makan,
minum, mandi, buang air kecil,dan buang air besar akan membantu dan
mempercepat masa penyembuhan. Dalam perawatan, perlu dijaga
kebersihan tempat tidur, pakaian, dan perlengkapan yang dipakai. Posisi
pasien perlu diawasi untuk mencegah dekubitus dan penumonia.
b) Diet dan terapi penunjang
Makanan yang kurang akan menurunkan keadaan umum dan gizi penderita
akan semakin turun dan proses peyembuhan akan menjadi lama. Makanan
harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein . Bahan makanan
tidak boleh mengandung banyak serat dan tidak boleh menimbulkan banyak
gas.
c) Obat pilihan utama
Obat yang dipilih dalah Kloramfenikol atau Tiamferikot, Kotrimoksazol,
Ampisilin dan Amoksisilin, Sefalosporin generasi ketiga, golongan
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
22
Fluorokuinolon, dan Kortikosteroid. Antibiotik golongan Fluoroquinolone
(ciprofloxacin, ofloxacin, dan pefloxacin) merupakan terapi yang efektif
untuk demam thypoid yang disebabkan isolat tidak resisten terhadap
fluoroquinolone dengan angka kesembuhan klinis sebesar 98%, waktu
penurunan demam 4 hari, dan angka kekambuhan dan fecal karier kurang
dari 2%. Fluoroquinolone memiliki penetrasi ke jaringan yang sangat baik,
dapat membunuh S. typhiintraseluler di dalam monosit/makrofag, serta
mencapai kadar yang tinggi dalam kandung empedu dibandingkan antibiotik
lain.
10. Cara penularan
Infeksi dapat ditularkan dengan cara menelan makanan atau minuman yang
terkontaminasi dengan tinja (Nursalam, 2008). Selain itu, penularan dapat terjadi
juga dengan kontak langsung jari tangan yang terkontaminasi tinja, urin, sekret
saluran nafas, atau dengan pus penderita yang terinfeksi Penularan S. typhi juga
dapat terjadi melalui transmisi transplasental dari seorang ibu hamil yang berada
dalam bakterimia kepada bayinya. Sebagian besar penularan terjadi melalui
makanan/minuman yang tercemar oleh kuman di tinja atau urin penderita atau karier
.
Beberapa kondisi kehidupan manusia yang sangat berperan dalam penularan adalah:
a) Higiene perorangan yang rendah, seperti budaya cuci tangan yang tidak
terbiasa.
b) Higiene makanan dan minuman yang rendah, seperti mencuci makanan
dengan air yang terkontaminasi, makanan yang dihinggapi lalat.
c) Sanitasi lingkungan yang kumuh, dimana pengelolaan air limbah, kotoran,
dan sampah tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan.
d) Penyediaan air bersih kepada warga yang tidak memadai.
e) Jamban keluarga yang tidak memenuhi syarat.
f) Belum membudaya program imunisasi untuk tifoid.
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
23
Penderita demam thypoid merupakan sumber utama infeksi yang selalu
mengeluarkan mikroorganisme penyebab penyakit baik ketika ia sedang sakit,
maupun yang sedang dalam penyembuhan. Pada masa penyembuhan, penderita
umumnya masih mengandung bibit penyakit di dalam kandung empedu dan
ginjal.Karier demam tifoid adalah seseorang yang kotorannya (tinja atau urin)
mengandung S. typhi setelah satu tahun pasca demam tifoid, tanpa disertai gejala
klinis. Pada penderita demam tifoid yang telah sembuh setelah 2 – 3 bulan masih
dapat ditemukan kuman S. typhi di tinja atau urin. Penderita ini disebut karier pasca
penyembuhan (Husein, 2013).
11. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi, antara lain adalah (Dermawan, 2014):
1). Intestinal
Perdarahan intestinal Pada plague peyeri usus yang terinfeksi dapat terbentuk
tukak/ luka berbentuk lonjong dan memanjang terhadap sumbu usus. Bila luka
menembus lumen usus dan mengenai pembuluh darah, maka terjadi perdarahan.
Selanjutnya bila tukak menembus dinding usus maka perforasi dapat terjadi. Selain
karena faktor luka, perdarahan juga dapat terjadi karena gangguan koagulasi darah
atau gabungan kedua faktor.
a. Perforasi usus
Hal ini biasanya timbul pada minggu ketiga, namun dapat pula terjadi pada
minggu pertama dengan keluhan nyeri perut yang hebat terutama di daerah
kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar ke seluruh perut dan disertai
dengan tanda-tanda ileus.Bising usus melemah dan terkadang pekak hati
tidak ditemukan karena ada udara bebas di abdomen. Tanda perforasi
lainnya adalah nadi cepat, tekanan darah turun, dan bahkan dapat terjadinya
syok. Peritonitis dapat menyertai perforasi atau tanpa perforasi dengan gejala
abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dindingabdomen tegang dan
nyeri pada tekanan.
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
24
2) Ekstra
a. Intestinal
Hal ini dapat terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia)
yaitu meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Dehidrasi dan
asidosis dapat timbul akibat masukan makanan yang kurang. Komplikasi
hematologi berupa trombositopenia, peningkatan prothrombin time,
peningkatan partial thromboplastine time, peningkatan fibrin degradation
products sampai koagulasi intravaskular diseminata (KID) dapat ditemukan
pada kebanyakan pasien demam thypoid.
12. Pencegahan
Secara umum, untuk memperkecil kemungkinan tercemar S. typhi,maka setiap
individu harus memperhatikan kualitas makanan dan minuman yang mereka
konsumsi. S. typhi akan mati dalam air yang di panaskan setinggi 57°C dalam
beberapa menit atau dengan prose iodinasi/klorinasi. Vaksinasi atau imunisasi
memberikan pendidikan kesehatan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala
terhadap penyaji makanan baik pada industri makanan maupun restoran dapat
berpengaruh terhadap penurunan angka kejadian demam tifoid (Widoyono, 2012).
Pencegahan primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang
dibuat dari strain Salmonella typhi yang dilemahkan, mengkonsumsi makanan sehat,
memberikan pendidikan kesehatan untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat
dengan budaya cuci tangan yang benar dan memakai sabun, meningkatkan higiene
makanan dan minuman, dan perbaikan sanitasi lingkungan. Di Indonesia terdapat tiga
jenis vaksin tifoid, yaitu:
1. Vaksin oral Ty 21 a Vivotif Berna.
2.Vaksin parenteral sel utuh.
3.Vaksin polisakarida Typhin Vi Aventis Pasteur Merrieux.
Pencegahan sekunder dilakukan dengan mendiagnosa penyakit secara dini dan
mengadakan pengobatan yang cepat dan tepat. Pencegahan tersier adalah upaya yang
dilakukan untuk mengurangi keparahan akibat komplikasi. Apabila telah sembuh
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
25
sebaiknya tetap menerapkan pola hidup sehat dan pada penderita carier perlu
dilakukan pemeriksaan laboratorium pasca penyembuhan.
Pencegahan demam thypoid melalui gerakan nasional sangat diperlukan karena
akan berdampak cukup besar terhadap penurunan kesakitan dan kematian akibat
demam tifoid. Tindakan preventif dan kontrol penularan kasus luar biasa (KLB)
demam tifoid mencakup banyak aspek, mulai dari segi kuman S. typhi sebagai agen
penyakit dan faktor pejamu (host) serta faktor lingkungan. Secara garis besar terdapat
tiga strategi pokok untuk memutuskan transmisi tifoid, yaitu (Dermawan, 2014) :
a) Identifikasi dan eradikasi S. typhi baik pada kasus demam tifoid maupun
kasus karier tifoid. Pelaksanaanya dapat dilakukan secara aktif dengan
mendatangi sasaran dan pasif dengan menunggu bila ada penerimaan
pegawai di suatu instansi. Sasaran aktif lebih diutamakan pada populasi
tertentu seperti pengelola sarana makanan/ minuman. Sasaran lainnya adalah
yang terkait dengan pelayanan masyarakat, yaitu petugas kesehatan, petugas
kebersihan, dan lainnya.
b) Pencegahan transmisi langsung dari pasien yang terinfeksiS. typhi akut
maupun karier. Kegiatan ini dilakukan di rumah sakit, klinik, maupun di
rumah dan lingkungan sekitar orang yang telah diketahui pengidap kuman S.
typhi.
c) Proteksi pada orang yang berisiko terinfeksi dapat dilakukan dengan cara
vaksinasi tifoid di daerah endemik maupun hiperendemik
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018
26
D. Kerangka Konsep Teori
Salmonella Typhi
Tingkat pengetahuan orangtua
tentang penyakit demam thypoid
Tanda dan gejala Cara penularan
Komplikasi Pencegahan
Penurunan tingkat demam thypoid
Penurunan tingkat demam thypoid
Kerangka Konsep Teori (Dermawan, 2014)
GAMBARAN PENGETAHUAN ORANGTUA..., Ria Nurjanah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2018