bab ii tinjauan pustaka a. lanjut usia 1. pengertianrepository.ump.ac.id/2789/3/jahdan hanifullah...
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lanjut Usia
1. Pengertian
Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia hal ini
memiliki arti bahwa pada usia ini mengalami perkembangan dalam
bentuk perubahan perubahan yang mengarah perubahan yang bersifat
regresif yaitu terjadi kemunduran fungsi fungsi fisikdan psikologis
(Pamungkas, 2009).
Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia.
Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut
usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan
atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling
berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi
menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan
jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Affandi, 2008).
Usia lanjut dikatakan sebagai sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia (Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1
ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1999 tentang kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari
60 tahun.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia
(lansia) apabila usia 65 tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia bukan
suatu penyakit, namun tahap lanjut dari suatu proses suatu proses suatu
kehidupan yang di tandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk
beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah
keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan
dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individu (Hawari, 2001).
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.
a. Pralansia (prasenilis)
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia
60 tahun atau lebih dangan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).
d. Lansia Potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
e. Lansia Tidak Potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya
bergantung pada bantuan orang lain (Depkes, 2003).
3. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.
13 tentang Kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai
sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari
kondisi adaptif hingga kondisi maladiktif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.
4. Batasan Umur Lanjut Usia
Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup batasan
umur lansia pendapat berbagai ahli yang yang dikutip dari Nugroho
(2000).
a Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal
1 ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai
usia 60 (enam puluh) tahun keatas”.
b Menurut World Health Organization (WHO)
1) Usia Pertengahan (middle age) : 45-59 tahun
2) Lanjut Usia (elderly) : 60-79 tahun
3) Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun
4) Usia Sangat Tua (very old) : Di atas 90 tahun
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
5. Perubahan Sistem Tubuh Lansia (Nugroho, 2000)
a Perubahan Fisik
1) Sel
Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya
lebih besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan
berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati
juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun, mekanis,
mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi
atrofi.
2) Sistem Persyarafan
Rata-rata berkurannya sarf neocartical sebesar 1 per detik
(Pakkenberg dkk, 2003), hubungan persyarafan cepat menurun,
lambat dalm merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu,
khususnya dalam stres, mengecilnya saraf pancaindra, serta
menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.
3) Sistem Pendengaran
Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membran
timpani mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan
serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun
pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa dan stres.
4) Sistem Penglihatan
Timbul sklerosis pada sfinger pupil dan hilangnya respon
terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis),
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
lensa lebih suram (keruh), dapat menyebabkan katarak,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi
terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk
melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodsi,
menurunnya lapangan pandang dan menurunnya daya untuk
membedakan antara warna biru dengan hijau pada skala
pemeriksaan.
5) Sistem Kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal
dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
Kehilangan elastisitas pembuluh darah,kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural
hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh
meningkatnya meningkatnya resistensi dari pembuluh darah
perifer.
6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh
Suhu tubuh menurun (hipotermi) secar fisiologis kurang
lebih 35 drajat celcius. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme
yang menurun, keterbatasan refleks menggigil ,dan tiidak
memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktivitas otot.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
7) Sistem pernafasan
Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku,menurunny aktvitas dari silia, kapasitas residu meningkat,
menarik nanfas menjadi berat, kapasitas penafasan maksimal
menurun, dan kedalaman nafas menurun,kemampuan untuk
batuk berkurang dan penurunan otot pernafasan.
8) Sistem Endokrin
Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas
tiroid, BMR, daya pertukaran gas, serta sekresi hormon
kelamin.
9) Sistem Gastrointestital
Kehilangan gigi, indra pengecap mengalami penurunan,
esofagus melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun,
produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik lemah, dan dan biasanya timbul konstipasi,
fungsi absorsi menurun, hati (liver) semakin mengecil dan
menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai
aliran darah.
10) Sistem Genitourinaria
Ginjal mengecil dan nenfron menjadi atrofi, aliran darah ke
ginjal menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang
(berakibat pada penurunan kemampuan ginjal untuk
mengosentrasi urine, berat jenis urin menurun, proteinuria
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
biasanya +1), blood urea nitrogen (BUN) meningkat hingga 21
mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Otot
otot kandung kemih (vesica urinaria) melemah, kapasitas
menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air
kecil meningkat, kandung kemih sulit di kosongkan sehingga
meningkat retensi urin. Pria dengan usia 65 tahun ke atas
sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga kurang
lebih 75% dari besar normalnya .
11) Sistem Integumen
Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit bersisik dan kasar, menurunya respon terhadap
trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan
rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung
dan telingga menebal, berkurangnya elastisitas akibat
menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbunhan kuku
menjadi lambat, kuku jari menjadi rapuh dan keras, kuku kaki
tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat
berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan
kurang bercahaya.
12) Sistem Muskuloskeletal
Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin
rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
gerak seseorang menjadi lambat, otot otot menjadi kram dan
tremor.
B. Kecemasan
1. Pengertian Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia
Kecemasan (Anxiety) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan
menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan
dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal
(Stuart, 2007). Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan
tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak
nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa
malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam
tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasikan sebagai
stimulus kecemasan (Videbeck, 2008).
Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu,
karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara
penyesuaian (Maramis, 2005). Kecemasan dianggap patologis bilamana
mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau
kesenangan yang wajar. Walaupun merupakan hal yang normal dialami
namun kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama kelamaan dapat
menjadi neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan
kecemasan akut, yang berkembang menjadi kecemasan menahun akibat
represi dan konflik yang tak disadari. Adanya stres pencetus dapat
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya
sehingga mengakibatkan neurosa cemas (Maramis, 2005).
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa
kecemasan adalah suatu kondisi psikologis individu yang berupa
ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya
sesuatu yang bersifat mengancam.
Kematian merupakan suatu peristiwa yang tak dapat di hindari.
Tidak ada seorangpun yang dapat menyangkal bahwa suatu hari nanti
tubuh akan menjadi tua dan cepat atau lambat tubuh akan menjadi rusak
dan mati. Menurut Easwaran (2000) memanadang kematian bukan
sebagai akhir dari keberadaan, walaupun secara fisik telah mati tetapi
jiwa manusia akan tetap hidup terus.
Menurut Parlmutter dan Hall (1985) kematian adalah suatu kejadian
yang terjadi pada saat pernafasan dan denyut jantung berhenti. Tidak
ada oksigen yang mengaliri pembuluh darah sehingga sel otak tidak lagi
hidup dan orang segera mati.
Weenolsen (1997) mendefinisikan kemtaian merupakan sebagian
suatu perampasan dan penghanyuatan, menghilangkan kontrol yang telah
di perjuangkan dengan gigih sejak awl hidup.kematian menimbulkan
ketidakberdayaan yang menyebabkan munculnya ketakutan.
Beberapa pengertian kematian di atas tersebut dapat di simpulkan
bahwa kematian adalah suatu proses terpisahnya tubuh dengan jiwa yang
terjadi karena pernafsan dan denyut jantung berhenti bekerja .
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
Templer (dalam Hartono, 1996) menjelaskn kecemasan menghadapi
kematian sebagian suatu kondisi emosional yang tidak menyenangkan ,
yang di alami seseorang ketika memikirkan kematian. Kecemasan
menghadapi kematian muncul karena di latar belakangi oleh
ketidaktahuan seseorang mengenai tempat,waktu,dan cara mati, serta
adanya kehidupan setelah kematian (Schulz, 1978).
Berdasarkan teori diatas, dapat di simpulkan bahwa kecemasan
karena kematian pada lansia adalah suatu keadaan emosional yang
subyektif, yang tidak menyenangkan, yang terjadi pada saat lansia
karena memekirkan kematian.
2. Teori Kecemasan
Stuart (2007) menyatakan ada beberapa teori yang telah
dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi
kecemasan, diantaranya :
a. Faktor predisposisi
Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas:
1) Teori psikoanalitik
Menurut Sigmund Freud kecemasan dimulai pada saat
bayi sebagai akibat dari rangsangan tiba-tiba dan trauma lahir.
Kegelisahan berlanjut dengan kemungkinan bahwa lapar dan
haus mungkin tidak puas. Kecemasan primer karena itu keadaan
tegang atau dorongan yang dihasilkan oleh penyebab eksternal.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
Lingkungan mampu mengancam serta memuaskan. Ini ancaman
implisit predusposes orang untuk kecemasan dikemudian hari.
Freud mengatakan struktur kepribadian terdiri dari tiga
elemen, yaitu id, ego dan superego. Id melambangkan dorongan
insting dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nurani
seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang,
sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara
tuntutan dari id dan supergeo. Menurut teori psikoanalitik,
ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan
superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu
bahaya yang perlu diatasi.
2) Teori interpersonal
Sullivan tidak setuju dengan Freud, ia mengatakan
ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal
ini juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti
kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi
tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah
biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat
3) Teori prilaku
Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Para ahli prilaku menganggap ansietas merupakan
sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu
yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut
berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada
kehidupan masa dewasanya.
4) Kajian keluarga
Kajian keluarga menunjukkan bahawa gangguan ansietas
merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.
Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas
dengan depresi.
5) Kajian biologis
Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung
reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin
membantu mengatur ansietas. Selain itu kesehatan umum
seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya
menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi :
1) Faktor eksternal :
a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas
fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan
untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada
individu.
2) Faktor internal :
a) Usia
Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih
mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada diri
seseorang yang lebih tua usianya.
b) Jenis kelamin
Gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang
ditandai dengan kecemasan yang spontan dan episodik.
Gangguan ini lebih sering dialami wanita daripada pria.
Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi
dibandingkan subjek berjenis kelamin laki-laki. Dikarenakan
bahwa perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada
akhirnya peka juga terhadap perasaan kecemasan. Perbedaan
ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga
dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan cenderung
melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detail,
sedangkan laki-laki cara berfikirnya cenderung global atau
tidak detail. Individu yang melihat lebih detail, akan juga
lebih mudah dirundung oleh kecemasan karena informasi
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
yang dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa benar-benar
menekan perasaannya.
c) Tipe kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami
gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan
kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A
adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius dan ingin serba
sempurna.
d) Lingkungan dan situasi
Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih
mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di
lingkungan yang biasa dia tempati.
3. Gejala-gejala Kecemasan Karena Kematian
Kecemasan yang di alami oleh seseorang selalu di sertai dengan
beberapa gejala yang menunjukan bahwwa orang tersebut cemas. Gejala
gejala ini mengacu pada gejala gejal kecemasan. Menurut Daradjat
(1985) berpendapat bahwa gejala kecemasan dapat di kelompokan
menjadi 2, yaitu:
a. Gejala Fisik:
Ujung jari terasa dingin, penccernaan tidak teratur, detak jantung
cepat, keringat berlebihan ,insomnia, anoreksia, kepala pusing dan
sesak nafas, gemetar.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
b. Gejala psikis:
Perasaan takut,merasa akan di timpa bahaya atau kecelakaan, tidak
bisa memusatkan perhatian, sulit kosentrasi, tak berdaya, hilang rasa
percaya diri, tidak tentram, gelisah dan ingin lari dari kenyataan hidup.
4. Faktor resiko yang mempengaruhi kecemasan
Menurut Stuart dan Sudden (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor
resiko tingkat kecemasan yaitu sebagai berikut :
a. Jenis kelamin
Stres sering dialami oleh wanita lebih tinggi dibandingkan
dengan laki-laki. Menurut Kaplan and Sadock (1998) menyatakan
bahwa kurang lebih 5% dari populasi, kecemasan pada wanita dua
kali lebih banyak daripada pria, lebih tinggi kecemasan yang dialami
oleh wanita kemungkinan disebabkan wanita lebih mempunyai
kepribadian lebih labil, uga adanya pera hormon yang mempengaruhi
kondisi emosi sehingga mudah meledak, mudah cemas dan curiga.
b. Umur
Usia mempengaruhi psikologi seseorang. Semakin bertambah
usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan
danberbagai masalah.
c. Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan
mengakibatkan seseorang mengalami stress. Status pendidikan yang
kurang pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
mudahmengalami stres dibanding dengan mereka yang status
pendidikan yang lebih tinggi atau baik.
d. Lingkungan dan Sanitasi
Seseorang yang berada dilingkungan asing ternyata lebih mudah
mengalami stress.
e. Sosial Budaya
Seseorang yang mempunyai falsafah hidup yang jelas dan
keyakinan agama yang kuat umumnya lebih sukar mengalami stress.
f. Keadaan Fisik
Seseorang yang mengalami gangguan fisikseperti cedera,penyakit
badan, operasi, aborsi lebih mudah mengalami kelelahan fisik
sehingga lebih mudah mengalami stress. Pada ibu hamil terjadi
perubahan fisik, penampilan terasa kurang menarik, mual muntah
karena perubahan hormon menyebabkan munculnya emosi yang
memicu munculnya kecemasan.
g. Tipe Kepribadian
Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan
akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-
ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif,
ambisius dan ingin serba sempurna.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
h. Stres / potensi stresor
Stersor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang
itu melakukan adaptasi.
i. Maturasi (kematangan).
Individuyang memiliki kematangan kepribadian sehingga Lebih
sukar mengalami gangguan terhadap stres, karena individu yang
matang mempunyai daya adaptasi yanglebihbesar terhadap stresor
yang timbul, sebaliknya individu yang berkepribadian tidak
matangyaitu yang tergantung pada peka terhadap rangsangan
sehingga sangat mudah mengalami gangguann akibat stres.
j. Teori Biologi
Peneliti biologis pada penghambat asam sistem neurotransmiter
gamma aminobutyricacid (GABA), serotanim dan neropinetrin
memainkan peran utama dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan kecemasan Reseptor ini mungkin membantu
mengatur kecemasan. Gangguan kecemasan juga bersifat diturunkan
kurang lebih 25% generasi pertamanya juga kan terkena. Sebanyak
50% anak kembar satu sel telur dan 155 pada dua telur dari yang
mengalami gangguan kecemasan.
k. Teori Psikologis
Dua faktor pikitan utama tentang faktor psikologis yang
menyebabkan perkembangan gangguan kecemasan umum adalah
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
bidang psiko analitik dan bidang kognitif perilaku. Teori psiko
analitik kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antra dua
elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting
sedangkan teori kognitif perilaku yaitu pandangan perilaku
kecemasan yang merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku beranggapan bahwa kecemasan sebagai
suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk
menghindari kepedihan. Kognitif perilaku yaitu menghipotensikan
bahwa pasien dengan gangguan kecemasan umum adalah berespon
secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapi.
Ketidak akuratan tersebut disebabkan oleh perhatian selektif terhadap
perincian negatif didalam lingkungan oleh distorsi pemprosesan
informasi untuk mengatasinya.
5. Ciri ciri kecemasan
Menurut Nevid (2005), seseorang yang mengalami kecemasan
akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut :
a. Ciri fisik dari kecemasan
Gelisah, gugup, banyak berkeringat, mulut atau
kerongkonganterasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas
pendek, jantung berdetak kencang, suara yang bergetar, pusing,
merasa lemas, tangan yang dingin, sering buang air kecil, terdapat
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
gangguan sakit perut atau mual, muka memerah, leher atau
punggung terasa kaku, merasa sensitif atau mudah marah.
b. Ciri behavioral dari kecemasan
Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya akan
menunjukkan perilaku menghindar, perilaku melekat dan
dependen,ataupun perilaku terguncang.
c. Ciri kognitif dari kecemasan
Khawatir tentang sesuatu bahkan terhadap hal-hal sepele,
perasaan terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,
keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada
penjelasan yang jelas, sangat waspada, khawatir akan ditinggal
sendiri, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran, pikiran
terasa bercampur aduk atau kebingungan, ketakutan akan
ketidakmampuan menghadapi masalah, berpikir tentang hal-hal yang
mengganggusecara berulang-ulang.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Karena Kematian
Pada Lansia.
Menurut Hurlock (1993) kecemasan menghadapi kematian yang
dialami lansia dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu ketidakpastian adanya
kehhidupan setelah kematian dan seperti apa kehidupan tersebut.
Penelitain Lucas, Templer, Ruff, dan Franks (Schulz, 1978)
mendapatkan kecemasan menghadapi kematian cendrung tinggi bila
hubungan antara orang tua dan anak rendah atau kurang harmoniis,
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
sedangkan Levy (1984) menemukan kecemasan menghadapi kematian
cendrung rendah pada oarang yang menerima dukungan emosional
seperti simpati dan pengertian dari orang lain.
Pollak dalam Bishop (1994) mendapati orang orang yang merasa
sejahtera dan mampu menikmati hidup memiliki kecemasan menghadapi
kematian lebih rendah dalam menghadapi kematian.
Faktor lain yang dapat mengurangi kecemasan karena kematian
adalah pendidikan tentang kematian (kastenbaum, kuiken, dan madison
dalam Boishop, 1994). Pendidikan tentang kematian menambah
pengetahuan seseorang mengenai kematian sehingga orang tersebut
mampu mendiskusikannya dan lebih realitas dalam menghadapi
kematian.
Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa faktor faktor yang
dapat mempengaruhi kecemasan karena kematian pda lansia mengacu
pada faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan karena kematian,
yaitu: keharmonisan hibungan keluarga, dukungan emosional, perasaan
sejahtera, religiutas, dan pendidikan tentang kematian.
7. Tingkat Kecemasan
Tingkat kecemasan menurut Stuart (2007) dan Videbeck (2008)
terbagai menjadi 4 yaitu:
a Kecemasan Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupam sehari-hari:
ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi
belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas (Stuart,
2007). Perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan
perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkatkan dan membantu
individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan
masalah, berfikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya
sendiri (Videbeck, 2008)
b Kecemasan sedang
Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit
lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak
perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area
jika diarahkan untuk melakukannya (Stuart, 2007). Merupakan
perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar
berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang
wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan
dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya
mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya
menurunkannya (Videbeck, 2008).
c Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir
tentang hal ini. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk
berfokus pada area ini (Stuart, 2007). Dialami ketika individu yakin
bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan
respons takut dan distres (Videbeck, 2008).
d Kecemasan sangat berat atau panik
Berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan dan teror. Hal yang
rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan
kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan
sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi
kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,
persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.
Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan: jika
berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian (Stuart, 2007). Semua pemikiran rasional berhenti dan
individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze- yakni,
kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di tempat dan berjuang atau
menjadi beku dan tidak dapat melakukan sesuatu (Videbeck, 2008).
Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik
Gambar 2.1 Rentang Repon Cemas
Sumber: Stuart (2007)
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
Untuk mengukur sejauh mana derajat kecemasan baik itu
kecemasan ringan, sedang, berat dan berat sekali (panik) digunakan
alat ukur kecemasan yang dikenal dengan Hamilton Anxiety Rating
Scale (HARS). HARS merupakan salah satu skala yang dikembangkan
untuk mengukur tingkat keparahan kecemasan (Mc Dowell, 2006).
Skala kecemasan ini terdiri dari 14 item yang masing-masing item
merupakan gejala kecemasan dan mengukur kedua kecemasan psikis
(mental agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan somatik
(keluhan fisik berkaitan dengan kecemasan). Setiap item yang dinilai
pada skala bernilai 0 (tidak merasakan) sampai 4 (parah). Dengan
kisaran skor nilai total 0-56, dimana kurang dari 14 menunjukan tidak
ada kecemasan, 14-20 menunjukan kecemasan ringan, 21-27
menunjukan kecemasan sedang, 28-41 menunjukan tingkat
kecemasan berat dan 42-56 menunjukan kecemasan berat
sekali/panik.
Sedangkan untuk mengukur tingkat kecemasan terhadap
kematian menggunakan alat ukur Death Anxiety Questionnaire yang
merupakan salah satu skala yang dikembangkan untuk mengukur
tingkat kecemasan kematian. Terdiri dari 15 item, untuk masing
masing item menunjukan respon pasien. Setiap item dinilai pada skala
bernilai 0 (tidak merasakan) sampai 2 (sangat banyak). Dengan
kisaran skor nilai total 0-30, dimana kurang dari 7 menunjukan tidak
ada kecemasan, 7-13 menunjukan kecemasan ringan, 14-20
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
menunujukan kecemasan sedang, 20-26 menunjukna tingkat
kecemasan berat, 27-30 menunjukan kecemasan sangat berat.
(Conte, Weiner & Plutchik, 1982).
8. Pencegahan Kecemasan
Menurut Hawari (2008), kecemasan dapat dicegah dengan:
a Makan makanan yang baik dan halal secara tidak berlebihan dan
mengandung gizi seimbang.
b Tidur secukupnya, 7-8 jam semalam.
c Olahraga, untuk meningkatkan kekebalan fisik dan mental, minimal
dengan jalan kaki, lari pagi atau senam.
d Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.
e Banyak bergaul.
f Pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari (manajemen waktu
yang baik dan kedisiplinan diri).
g Rekreasi.
h Mengatur keuangan dengan baik.
i Kasih sayang, support dan motivasi.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
C. Musik sebagai Terapi Kecemasan
1. Pengertian Musik
Musik merupakan suatu sarana yang bermanfaat dan mudah
diperoleh (Meritt, 2003). Semua jenis musik dapat digunakan dalam
terapi, tidak hanya musik klasik saja, asalkan musik yang akan
digunakan memiliki ketukan 70-80 kali per menit yang sesuai dengan
irama jantung manusia, sehingga mampu memberikan efek terapeutik
yang sangat baik terhadap kesehatan (Indriya, Dani dan Indri Guli,
2010).
Menurut Campbell (2001) musik merupakan suatu bentuk seni yang
menyangkut organisasi atau kombinasi dari suara atau bunyi dan
keadaan diam yang dapat menggambarkan keindahan dan ekspresi dari
emosi dalam alur waktu dan ruang tertentu. Musik dapat menyebabkan
terjadinya kepuasan estetis melalui indera pendengaran dan memiliki
hubungan waktu untuk menghasilkan komposisi yang memiliki
kesatuan dan kesinambungan. Musik didefinisikan sebagai suara dan
diam yang terorganisir melalui waktu yang mengalir (dalam ruang),
beberapa kesimpulan sementara dan pertanyaan yang muncul adalah
musik berasal dari suara, suara berasal dari vibrasi dan vibrasi adalah
esensi dari segala sesuatu (Amsila, 2011).
Musik adalah bunyi atau nada yang menyenangkan untuk didengar.
Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang membuat orang senang
mendengarnya. Orang cenderung untuk mengatakan indah terhadap
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
musik yang disukainya. Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu
dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera
seseorang (Farida, 2010).
Melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk menemukan
harmoni internal (inner harmony). Jadi, musik adalah alat yang
bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni di dalam dirinya.
Hal ini dirasakan perlu, karena dengan adanya harmoni di dalam diri
seseorang, ia akan lebih mudah mengatasi stres, ketegangan, rasa sakit,
dan berbagai gangguan atau gejolak emosi negatif yang dialaminya.
Selain itu musik melalui suaranya dapat mengubah frekuensi yang tidak
harmonis tersebut kembali ke vibrasi yang normal, sehat, dan dengan
demikian memulihkan kembali keadaan yang normal (Merrit, 2003).
2. Terapi Musik
Terapi musik terdiri dari dau kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata
terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk
membantu atau menolong orang. Kata musik dalam terapi musik
digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara
khususdalam rangkaian terapi musik (Djohan, 2006)
Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan
musik di mana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki
kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai
kalangan usia (Suhartini, 2008). Terapi musik adalah materi yang
mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
Musik memberikan rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti
fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisi intelek dan
fungsi kesadaran (Satiadarma, 2004).
Terapi musik adalah terapi yang dilakukan dengan memberikan
stimulasi musik, dimana musik tersebut masuk kedalam pikiran melalui
sensasi auditori. Suara musik atau musik yang lembut dapat mengurangi
stres, presepsi nyeri, cemas dan perasaan terisolasi (De Laune dan
Ladner, 2006).
Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang
digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan
bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi
musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik,
intrumentalia, slow music, orkestra, dan musik modern lainnya.
Beberapa manfaat terapi music menurut American Music Therapy
Association (2009) adalah:
a. Menurunkan ansietasdan stress
b. Mengurangi nyeri
c. Menenangkan bayi dan anak-anak
d. Menurunkan efek samping kemoterapi
e. Membantu pasien stroke dan pasien parkinson untuk dapat berjalan
normal
f. Mengurangi lama perawatan di rumah sakit
g. Menurunkan stress pada orang sehat
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
Pada saat musik diterima oleh daun telinga, maka diteruskan ke
telinga tengah yang akan menggetarkan membran tympani, dengan
getaran ini maka maleus, incus, dan stapes ikut bergetar, suara tersebut
masuk ke telinga dalam (koklea) melalui fanestra ovalis, disini getaran
suara akan membangkitkan impuls saraf yang akan mempengaruhi
sistem limbik, yang pertama akan diterima langsung oleh Talamus,
yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan.
Kedua diterima Hipotalamus mempengaruhi struktur basal "forebrain"
termasuk sistem limbik, dan ketiga: melalui axon neuron secara difus
mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom
yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah,
pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain. Di
hipothalamus maka respon dari musik yang tenang akan menimbulkan
ketenangan dan mengurangi rasa nyeri.
Layman (2001) mengemukakan bahwa seseorang akan merespon
musik dengan baik pada menit ke 20-60 setelah musik diperdengarkan.
3. Musik Religi
a Definisi Terapi Musik Religi
Musik religi mampu mendamaikan hati seseorang yang hatinya
sedang cemas, senang, gelisah, sedih dan sedang jatuh cinta beranjak
ke arah suatu yang ditujunya, yakni untuk mendapatkan sesuatu
yang lebih damai, tentram dan bahkan mampu menambah keimanan,
setidak-tidaknya mengingatkannya. Musik religi terkadang
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
merupakan bentuk nyata dari yang diamalkan oleh seseorang setelah
mendengar musik berirama dakwah khas Islam, yang tentu saja tidak
membatasi pihak lain yang berbeda iman dan kepercayaan untuk
mereguk nikmat irama dan syair musik religi khas Islam. Jadi, siapa
pun yang mendengarkan musik religi Islam akan merasakan
ketenangan dalam hatinya, yang mendorong berbuat baik sesuai lirik
yang didengarkan atau didengarkan oleh pihak lain, seperti musisi
(Indriya, Dani dan Indri, Guli, 2010).
4. Murottal Al Qur’an
a Definisi Terapi Murottal Al Qur’an
Al Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an adalah
kitab suci yang diyakini kebenarannya, dan dijadikan salah satu
syarat keimanan bagi setiap muslim. Dalam sejarah turunnya Al
Qur’an Ayat suci Al Qur’an diturunkan di kota Makkah dan di kota
Madinah Munawarah (Siswantinah, 2011).
Terapi dengan menggunakan lantunan murottal Al Quran
(selanjutnya disebut Terapi murottal Al Qur’an), ternyata sudah
memasyarakat di kalangan tertentu pemeluk agama Islam. Tujuan
mereka bukan sebagai terapi suara, tapi untuk mendekatkan diri
kepada Tuhan (Allah SWT). Hal ini mendatangkan gagasan untuk
mengetahui tanggapan otak ketika mendengarkan lantunan murottal
Al Qur’an. Tidak saja melihat respon secara umum, tapi juga dengan
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
lebih detail, seperti melihat daerah korteks otak manakah yang
memberikan respon relaksasi setiap 10 detik sejak diberikan
stimulasi (Siswantinah, 2011).
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
D. Kerangka Teori
Jenis
Gambar 2.2 kerangka teori menurut Stuart dan Sudden (1998), Videbeck (2008),
Stuart (2007), Suhartini (2008)
E. Kerangka Konsep
Variabel Independen
Terapi musik Religi
Terapi Murottal Quran
Variabel Dependen: KECEMASAN
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Kecemasan
Teori Kecemasan: 1. Faktor predisposisi
• TeoriPsikonalitik • Teori Interpersonal • Teori Prilaku • Teori Keluarga • Teori Biologis
2. Faktor presipitasi • Eksternal • Internal
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan: • Jenis Kelamin • Umur • Tingkat Pendidikan • Lingkungan /
Sanitasi • Sosial Budaya • Keadaan Fisik • Kepribadian • Potensi Stressor/
Stres • Maturasi
TERAPI MUSIK &
Murottal Al Quran
Penurunan Tingkat Kecemasan karena
kematian
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015
B. Hipotesis
Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan dari tujuan
penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Berdasarkan uraian teorisasi diatas
dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu:
1. Ada perbedaan kecemasan pada lansia dalam menghadapi kematian
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik religi.
2. Ada perbedaan kecemasan pada lansia dalam menghadapi kematian
sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal al quran.
3. Ada perbedaan yang signifikan antara terapi musik religi dan murottal al
quran terhadap penurunan kecemasan.
Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015