bab ii tinjauan pustaka a. lanjut usia 1. pengertianrepository.ump.ac.id/2789/3/jahdan hanifullah...

32
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia hal ini memiliki arti bahwa pada usia ini mengalami perkembangan dalam bentuk perubahan perubahan yang mengarah perubahan yang bersifat regresif yaitu terjadi kemunduran fungsi fungsi fisikdan psikologis (Pamungkas, 2009). Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia. Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Affandi, 2008). Usia lanjut dikatakan sebagai sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1999 tentang kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

Upload: vucong

Post on 02-Mar-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian

Lanjut usia merupakan tahap akhir perkembangan manusia hal ini

memiliki arti bahwa pada usia ini mengalami perkembangan dalam

bentuk perubahan perubahan yang mengarah perubahan yang bersifat

regresif yaitu terjadi kemunduran fungsi fungsi fisikdan psikologis

(Pamungkas, 2009).

Proses menua (aging) adalah proses alami yang dihadapi manusia.

Dalam proses ini, tahap yang paling krusial adalah tahap lansia (lanjut

usia). Dalam tahap ini, pada diri manusia secara alami terjadi penurunan

atau perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling

berinteraksi satu sama lain. Keadaan itu cenderung berpotensi

menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan

jiwa secara khusus pada individu lanjut usia (Affandi, 2008).

Usia lanjut dikatakan sebagai sebagai tahap akhir perkembangan

pada daur kehidupan manusia (Keliat, 1999). Sedangkan menurut pasal 1

ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1999 tentang kesehatan dikatakan

bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari

60 tahun.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

Berdasarkan definisi secara umum, seseorang dikatakan lanjut usia

(lansia) apabila usia 65 tahun ke atas (Setianto, 2004). Lansia bukan

suatu penyakit, namun tahap lanjut dari suatu proses suatu proses suatu

kehidupan yang di tandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk

beradaptasi dengan stres lingkungan (Pudjiastuti, 2003). Lansia adalah

keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan

keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan

dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan

kepekaan secara individu (Hawari, 2001).

2. Klasifikasi Lansia

Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia.

a. Pralansia (prasenilis)

Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.

b. Lansia

Seseorang yang berusia 60 tahun lebih.

c. Lansia Resiko Tinggi

Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia

60 tahun atau lebih dangan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003).

d. Lansia Potensial

Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan

yang dapat menghasilkan barang/jasa (Depkes RI, 2003).

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

e. Lansia Tidak Potensial

Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya

bergantung pada bantuan orang lain (Depkes, 2003).

3. Karakteristik Lansia

Menurut Keliat (1999), lansia memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan pasal 1 ayat (2) UU No.

13 tentang Kesehatan).

b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai

sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari

kondisi adaptif hingga kondisi maladiktif.

c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi.

4. Batasan Umur Lanjut Usia

Berikut ini adalah batasan-batasan umur yang mencakup batasan

umur lansia pendapat berbagai ahli yang yang dikutip dari Nugroho

(2000).

a Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal

1 ayat 2 yang berbunyi “lanjut usia adalah seseorang yang mencapai

usia 60 (enam puluh) tahun keatas”.

b Menurut World Health Organization (WHO)

1) Usia Pertengahan (middle age) : 45-59 tahun

2) Lanjut Usia (elderly) : 60-79 tahun

3) Lanjut Usia Tua (old) : 75-90 tahun

4) Usia Sangat Tua (very old) : Di atas 90 tahun

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

5. Perubahan Sistem Tubuh Lansia (Nugroho, 2000)

a Perubahan Fisik

1) Sel

Pada lansia, jumlah selnya akan lebih sedikit dan ukurannya

lebih besar. Cairan tubuh dan cairan intraseluler akan

berkurang, proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah, dan hati

juga ikut berkurang. Jumlah sel otak akan menurun, mekanis,

mekanisme perbaikan sel akan terganggu, dan otak menjadi

atrofi.

2) Sistem Persyarafan

Rata-rata berkurannya sarf neocartical sebesar 1 per detik

(Pakkenberg dkk, 2003), hubungan persyarafan cepat menurun,

lambat dalm merespon baik dari gerakan maupun jarak waktu,

khususnya dalam stres, mengecilnya saraf pancaindra, serta

menjadi kurang sensitif terhadap sentuhan.

3) Sistem Pendengaran

Gangguan pada pendengaran (presbiakusis), membran

timpani mengalami atrofi, terjadi pengumpulan dan pengerasan

serumen karena peningkatan keratin, pendengaran menurun

pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa dan stres.

4) Sistem Penglihatan

Timbul sklerosis pada sfinger pupil dan hilangnya respon

terhadap sinar, kornea lebih berbentuk seperti bola (sferis),

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

lensa lebih suram (keruh), dapat menyebabkan katarak,

meningkatnya ambang, pengamatan sinar dan daya adaptasi

terhadap kegelapan menjadi lebih lambat dan sulit untuk

melihat dalam keadaan gelap, hilangnya daya akomodsi,

menurunnya lapangan pandang dan menurunnya daya untuk

membedakan antara warna biru dengan hijau pada skala

pemeriksaan.

5) Sistem Kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal

dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah

menurun 1% setiap tahun setelah berumur 20 tahun, hal ini

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

Kehilangan elastisitas pembuluh darah,kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, sering terjadi postural

hipotensi, tekanan darah meningkat diakibatkan oleh

meningkatnya meningkatnya resistensi dari pembuluh darah

perifer.

6) Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Suhu tubuh menurun (hipotermi) secar fisiologis kurang

lebih 35 drajat celcius. Hal ini diakibatkan oleh metabolisme

yang menurun, keterbatasan refleks menggigil ,dan tiidak

memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya

aktivitas otot.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

7) Sistem pernafasan

Otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi

kaku,menurunny aktvitas dari silia, kapasitas residu meningkat,

menarik nanfas menjadi berat, kapasitas penafasan maksimal

menurun, dan kedalaman nafas menurun,kemampuan untuk

batuk berkurang dan penurunan otot pernafasan.

8) Sistem Endokrin

Menurunnya produksi ACTH, TSH, FSH, dan LH, aktivitas

tiroid, BMR, daya pertukaran gas, serta sekresi hormon

kelamin.

9) Sistem Gastrointestital

Kehilangan gigi, indra pengecap mengalami penurunan,

esofagus melebar, sensitivitas akan rasa lapar menurun,

produksi asam lambung dan waktu pengosongan lambung

menurun, peristaltik lemah, dan dan biasanya timbul konstipasi,

fungsi absorsi menurun, hati (liver) semakin mengecil dan

menurunnya tempat penyimpanan, serta berkurangnya suplai

aliran darah.

10) Sistem Genitourinaria

Ginjal mengecil dan nenfron menjadi atrofi, aliran darah ke

ginjal menurun hingga 50%, fungsi tubulus berkurang

(berakibat pada penurunan kemampuan ginjal untuk

mengosentrasi urine, berat jenis urin menurun, proteinuria

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

biasanya +1), blood urea nitrogen (BUN) meningkat hingga 21

mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Otot

otot kandung kemih (vesica urinaria) melemah, kapasitas

menurun hingga 200 ml dan menyebabkan frekuensi buang air

kecil meningkat, kandung kemih sulit di kosongkan sehingga

meningkat retensi urin. Pria dengan usia 65 tahun ke atas

sebagian besar mengalami pembesaran prostat hingga kurang

lebih 75% dari besar normalnya .

11) Sistem Integumen

Kulit menjadi keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit bersisik dan kasar, menurunya respon terhadap

trauma, mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan

rambut menipis serta berwarna kelabu, rambut dalam hidung

dan telingga menebal, berkurangnya elastisitas akibat

menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbunhan kuku

menjadi lambat, kuku jari menjadi rapuh dan keras, kuku kaki

tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat

berkurang jumlahnya dan fungsinya, kuku menjadi pudar dan

kurang bercahaya.

12) Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan kepadatannya (density) dan semakin

rapuh, kifosis, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon

mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut otot sehingga

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

gerak seseorang menjadi lambat, otot otot menjadi kram dan

tremor.

B. Kecemasan

1. Pengertian Kecemasan Karena Kematian Pada Lansia

Kecemasan (Anxiety) adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.

Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Kecemasan

dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal

(Stuart, 2007). Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan

tidak didukung oleh situasi. Ketika merasa cemas, individu merasa tidak

nyaman atau takut atau mungkin memiliki firasat akan ditimpa

malapetaka padahal ia tidak mengerti mengapa emosi yang mengancam

tersebut terjadi. Tidak ada objek yang dapat diidentifikasikan sebagai

stimulus kecemasan (Videbeck, 2008).

Kecemasan sangat mengganggu homeostasis dan fungsi individu,

karena itu perlu segera dihilangkan dengan berbagai macam cara

penyesuaian (Maramis, 2005). Kecemasan dianggap patologis bilamana

mengganggu fungsi sehari-hari, pencapaian tujuan, dan kepuasan atau

kesenangan yang wajar. Walaupun merupakan hal yang normal dialami

namun kecemasan tidak boleh dibiarkan karena lama kelamaan dapat

menjadi neurosa cemas melalui mekanisme yang diawali dengan

kecemasan akut, yang berkembang menjadi kecemasan menahun akibat

represi dan konflik yang tak disadari. Adanya stres pencetus dapat

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

menyebabkan penurunan daya tahan dan mekanisme untuk mengatasinya

sehingga mengakibatkan neurosa cemas (Maramis, 2005).

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa

kecemasan adalah suatu kondisi psikologis individu yang berupa

ketegangan, kegelisahan, kekhawatiran sebagai reaksi terhadap adanya

sesuatu yang bersifat mengancam.

Kematian merupakan suatu peristiwa yang tak dapat di hindari.

Tidak ada seorangpun yang dapat menyangkal bahwa suatu hari nanti

tubuh akan menjadi tua dan cepat atau lambat tubuh akan menjadi rusak

dan mati. Menurut Easwaran (2000) memanadang kematian bukan

sebagai akhir dari keberadaan, walaupun secara fisik telah mati tetapi

jiwa manusia akan tetap hidup terus.

Menurut Parlmutter dan Hall (1985) kematian adalah suatu kejadian

yang terjadi pada saat pernafasan dan denyut jantung berhenti. Tidak

ada oksigen yang mengaliri pembuluh darah sehingga sel otak tidak lagi

hidup dan orang segera mati.

Weenolsen (1997) mendefinisikan kemtaian merupakan sebagian

suatu perampasan dan penghanyuatan, menghilangkan kontrol yang telah

di perjuangkan dengan gigih sejak awl hidup.kematian menimbulkan

ketidakberdayaan yang menyebabkan munculnya ketakutan.

Beberapa pengertian kematian di atas tersebut dapat di simpulkan

bahwa kematian adalah suatu proses terpisahnya tubuh dengan jiwa yang

terjadi karena pernafsan dan denyut jantung berhenti bekerja .

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

Templer (dalam Hartono, 1996) menjelaskn kecemasan menghadapi

kematian sebagian suatu kondisi emosional yang tidak menyenangkan ,

yang di alami seseorang ketika memikirkan kematian. Kecemasan

menghadapi kematian muncul karena di latar belakangi oleh

ketidaktahuan seseorang mengenai tempat,waktu,dan cara mati, serta

adanya kehidupan setelah kematian (Schulz, 1978).

Berdasarkan teori diatas, dapat di simpulkan bahwa kecemasan

karena kematian pada lansia adalah suatu keadaan emosional yang

subyektif, yang tidak menyenangkan, yang terjadi pada saat lansia

karena memekirkan kematian.

2. Teori Kecemasan

Stuart (2007) menyatakan ada beberapa teori yang telah

dikembangkan untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi

kecemasan, diantaranya :

a. Faktor predisposisi

Teori yang dikembangkan untuk menjelaskan penyebab ansietas:

1) Teori psikoanalitik

Menurut Sigmund Freud kecemasan dimulai pada saat

bayi sebagai akibat dari rangsangan tiba-tiba dan trauma lahir.

Kegelisahan berlanjut dengan kemungkinan bahwa lapar dan

haus mungkin tidak puas. Kecemasan primer karena itu keadaan

tegang atau dorongan yang dihasilkan oleh penyebab eksternal.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

Lingkungan mampu mengancam serta memuaskan. Ini ancaman

implisit predusposes orang untuk kecemasan dikemudian hari.

Freud mengatakan struktur kepribadian terdiri dari tiga

elemen, yaitu id, ego dan superego. Id melambangkan dorongan

insting dan impuls primitif. Superego mencerminkan hati nurani

seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang,

sedangkan ego atau aku digambarkan sebagai mediator antara

tuntutan dari id dan supergeo. Menurut teori psikoanalitik,

ansietas merupakan konflik emosional yang terjadi antara id dan

superego, yang berfungsi memperingatkan ego tentang sesuatu

bahaya yang perlu diatasi.

2) Teori interpersonal

Sullivan tidak setuju dengan Freud, ia mengatakan

ansietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal

ini juga dihubungkan dengan trauma masa pertumbuhan seperti

kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang menjadi

tidak berdaya. Individu yang mempunyai harga diri rendah

biasanya sangat mudah untuk mengalami ansietas yang berat

3) Teori prilaku

Ansietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Para ahli prilaku menganggap ansietas merupakan

sesuatu dorongan yang dipelajari berdasarkan keinginan untuk

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

menghindarkan rasa sakit. Teori ini meyakini bahwa individu

yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut

berlebihan akan menunjukkan kemungkinan ansietas berat pada

kehidupan masa dewasanya.

4) Kajian keluarga

Kajian keluarga menunjukkan bahawa gangguan ansietas

merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga.

Gangguan ansietas juga tumpang tindih antara gangguan ansietas

dengan depresi.

5) Kajian biologis

Kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung

reseptor khusus untuk benzodiazepin. Reseptor ini mungkin

membantu mengatur ansietas. Selain itu kesehatan umum

seseorang mempunyai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas

mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya

menurunkan kapasitas seseorang untuk mengatasi stresor.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dibedakan menjadi :

1) Faktor eksternal :

a) Ancaman terhadap integritas fisik meliputi disabilitas

fisiologis yang akan terjadi atau penurunan kemampuan

untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

b) Ancaman terhadap sistem diri dapat membahayakan

identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi pada

individu.

2) Faktor internal :

a) Usia

Seseorang yang mempunyai usia lebih muda ternyata lebih

mudah mengalami gangguan akibat kecemasan daripada diri

seseorang yang lebih tua usianya.

b) Jenis kelamin

Gangguan panik merupakan suatu gagasan cemas yang

ditandai dengan kecemasan yang spontan dan episodik.

Gangguan ini lebih sering dialami wanita daripada pria.

Perempuan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi

dibandingkan subjek berjenis kelamin laki-laki. Dikarenakan

bahwa perempuan lebih peka dengan emosinya, yang pada

akhirnya peka juga terhadap perasaan kecemasan. Perbedaan

ini bukan hanya dipengaruhi oleh faktor emosi, tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor kognitif. Perempuan cenderung

melihat hidup atau peristiwa yang dialaminya dari segi detail,

sedangkan laki-laki cara berfikirnya cenderung global atau

tidak detail. Individu yang melihat lebih detail, akan juga

lebih mudah dirundung oleh kecemasan karena informasi

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

yang dimiliki lebih banyak dan itu akhirnya bisa benar-benar

menekan perasaannya.

c) Tipe kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan

kepribadian B. Adapun ciri-ciri orang dengan kepribadian A

adalah tidak sabar, kompetitif, ambisius dan ingin serba

sempurna.

d) Lingkungan dan situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing ternyata lebih

mudah mengalami kecemasan dibanding bila dia berada di

lingkungan yang biasa dia tempati.

3. Gejala-gejala Kecemasan Karena Kematian

Kecemasan yang di alami oleh seseorang selalu di sertai dengan

beberapa gejala yang menunjukan bahwwa orang tersebut cemas. Gejala

gejala ini mengacu pada gejala gejal kecemasan. Menurut Daradjat

(1985) berpendapat bahwa gejala kecemasan dapat di kelompokan

menjadi 2, yaitu:

a. Gejala Fisik:

Ujung jari terasa dingin, penccernaan tidak teratur, detak jantung

cepat, keringat berlebihan ,insomnia, anoreksia, kepala pusing dan

sesak nafas, gemetar.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

b. Gejala psikis:

Perasaan takut,merasa akan di timpa bahaya atau kecelakaan, tidak

bisa memusatkan perhatian, sulit kosentrasi, tak berdaya, hilang rasa

percaya diri, tidak tentram, gelisah dan ingin lari dari kenyataan hidup.

4. Faktor resiko yang mempengaruhi kecemasan

Menurut Stuart dan Sudden (1998) menyatakan bahwa faktor-faktor

resiko tingkat kecemasan yaitu sebagai berikut :

a. Jenis kelamin

Stres sering dialami oleh wanita lebih tinggi dibandingkan

dengan laki-laki. Menurut Kaplan and Sadock (1998) menyatakan

bahwa kurang lebih 5% dari populasi, kecemasan pada wanita dua

kali lebih banyak daripada pria, lebih tinggi kecemasan yang dialami

oleh wanita kemungkinan disebabkan wanita lebih mempunyai

kepribadian lebih labil, uga adanya pera hormon yang mempengaruhi

kondisi emosi sehingga mudah meledak, mudah cemas dan curiga.

b. Umur

Usia mempengaruhi psikologi seseorang. Semakin bertambah

usia seseorang, semakin siap pula dalam menerima cobaan

danberbagai masalah.

c. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan yang rendah pada seseorang akan

mengakibatkan seseorang mengalami stress. Status pendidikan yang

kurang pada seseorang akan menyebabkan orang tersebut lebih

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

mudahmengalami stres dibanding dengan mereka yang status

pendidikan yang lebih tinggi atau baik.

d. Lingkungan dan Sanitasi

Seseorang yang berada dilingkungan asing ternyata lebih mudah

mengalami stress.

e. Sosial Budaya

Seseorang yang mempunyai falsafah hidup yang jelas dan

keyakinan agama yang kuat umumnya lebih sukar mengalami stress.

f. Keadaan Fisik

Seseorang yang mengalami gangguan fisikseperti cedera,penyakit

badan, operasi, aborsi lebih mudah mengalami kelelahan fisik

sehingga lebih mudah mengalami stress. Pada ibu hamil terjadi

perubahan fisik, penampilan terasa kurang menarik, mual muntah

karena perubahan hormon menyebabkan munculnya emosi yang

memicu munculnya kecemasan.

g. Tipe Kepribadian

Orang yang berkepribadian A lebih mudah mengalami gangguan

akibat kecemasan daripada orang dengan kepribadian B. Adapun ciri-

ciri orang dengan kepribadian A adalah tidak sabar, kompetitif,

ambisius dan ingin serba sempurna.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

h. Stres / potensi stresor

Stersor psikososial merupakan setiap keadaan atau peristiwa yang

menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang

itu melakukan adaptasi.

i. Maturasi (kematangan).

Individuyang memiliki kematangan kepribadian sehingga Lebih

sukar mengalami gangguan terhadap stres, karena individu yang

matang mempunyai daya adaptasi yanglebihbesar terhadap stresor

yang timbul, sebaliknya individu yang berkepribadian tidak

matangyaitu yang tergantung pada peka terhadap rangsangan

sehingga sangat mudah mengalami gangguann akibat stres.

j. Teori Biologi

Peneliti biologis pada penghambat asam sistem neurotransmiter

gamma aminobutyricacid (GABA), serotanim dan neropinetrin

memainkan peran utama dalam mekanisme biologis yang

berhubungan dengan kecemasan Reseptor ini mungkin membantu

mengatur kecemasan. Gangguan kecemasan juga bersifat diturunkan

kurang lebih 25% generasi pertamanya juga kan terkena. Sebanyak

50% anak kembar satu sel telur dan 155 pada dua telur dari yang

mengalami gangguan kecemasan.

k. Teori Psikologis

Dua faktor pikitan utama tentang faktor psikologis yang

menyebabkan perkembangan gangguan kecemasan umum adalah

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

bidang psiko analitik dan bidang kognitif perilaku. Teori psiko

analitik kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antra dua

elemen kepribadian id dan super ego. Id mewakili dorongan insting

sedangkan teori kognitif perilaku yaitu pandangan perilaku

kecemasan yang merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengggangu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Pakar perilaku beranggapan bahwa kecemasan sebagai

suatu dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan. Kognitif perilaku yaitu menghipotensikan

bahwa pasien dengan gangguan kecemasan umum adalah berespon

secara tidak tepat dan tidak akurat terhadap bahaya yang dihadapi.

Ketidak akuratan tersebut disebabkan oleh perhatian selektif terhadap

perincian negatif didalam lingkungan oleh distorsi pemprosesan

informasi untuk mengatasinya.

5. Ciri ciri kecemasan

Menurut Nevid (2005), seseorang yang mengalami kecemasan

akan menampakkan ciri-ciri sebagai berikut :

a. Ciri fisik dari kecemasan

Gelisah, gugup, banyak berkeringat, mulut atau

kerongkonganterasa kering, sulit berbicara, sulit bernafas, bernafas

pendek, jantung berdetak kencang, suara yang bergetar, pusing,

merasa lemas, tangan yang dingin, sering buang air kecil, terdapat

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

gangguan sakit perut atau mual, muka memerah, leher atau

punggung terasa kaku, merasa sensitif atau mudah marah.

b. Ciri behavioral dari kecemasan

Seseorang yang mengalami kecemasan biasanya akan

menunjukkan perilaku menghindar, perilaku melekat dan

dependen,ataupun perilaku terguncang.

c. Ciri kognitif dari kecemasan

Khawatir tentang sesuatu bahkan terhadap hal-hal sepele,

perasaan terganggu terhadap sesuatu yang terjadi di masa depan,

keyakinan bahwa sesuatu yang mengerikan akan terjadi tanpa ada

penjelasan yang jelas, sangat waspada, khawatir akan ditinggal

sendiri, sulit berkonsentrasi atau memfokuskan pikiran, pikiran

terasa bercampur aduk atau kebingungan, ketakutan akan

ketidakmampuan menghadapi masalah, berpikir tentang hal-hal yang

mengganggusecara berulang-ulang.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecemasan Karena Kematian

Pada Lansia.

Menurut Hurlock (1993) kecemasan menghadapi kematian yang

dialami lansia dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu ketidakpastian adanya

kehhidupan setelah kematian dan seperti apa kehidupan tersebut.

Penelitain Lucas, Templer, Ruff, dan Franks (Schulz, 1978)

mendapatkan kecemasan menghadapi kematian cendrung tinggi bila

hubungan antara orang tua dan anak rendah atau kurang harmoniis,

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

sedangkan Levy (1984) menemukan kecemasan menghadapi kematian

cendrung rendah pada oarang yang menerima dukungan emosional

seperti simpati dan pengertian dari orang lain.

Pollak dalam Bishop (1994) mendapati orang orang yang merasa

sejahtera dan mampu menikmati hidup memiliki kecemasan menghadapi

kematian lebih rendah dalam menghadapi kematian.

Faktor lain yang dapat mengurangi kecemasan karena kematian

adalah pendidikan tentang kematian (kastenbaum, kuiken, dan madison

dalam Boishop, 1994). Pendidikan tentang kematian menambah

pengetahuan seseorang mengenai kematian sehingga orang tersebut

mampu mendiskusikannya dan lebih realitas dalam menghadapi

kematian.

Berdasarkan uraian diatas, disimpulkan bahwa faktor faktor yang

dapat mempengaruhi kecemasan karena kematian pda lansia mengacu

pada faktor faktor yang mempengaruhi kecemasan karena kematian,

yaitu: keharmonisan hibungan keluarga, dukungan emosional, perasaan

sejahtera, religiutas, dan pendidikan tentang kematian.

7. Tingkat Kecemasan

Tingkat kecemasan menurut Stuart (2007) dan Videbeck (2008)

terbagai menjadi 4 yaitu:

a Kecemasan Ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupam sehari-hari:

ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

meningkatkan lapang persepsinya. Kecemasan ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas (Stuart,

2007). Perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan

perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkatkan dan membantu

individu memfokuskan perhatian untuk belajar, menyelesaikan

masalah, berfikir, bertindak, merasakan dan melindungi dirinya

sendiri (Videbeck, 2008)

b Kecemasan sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting

dan mengesampingkan yang lain. Kecemasan ini mempersempit

lapang persepsi individu. Dengan demikian, individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area

jika diarahkan untuk melakukannya (Stuart, 2007). Merupakan

perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar

berbeda; individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang

wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan

dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya

mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya

menurunkannya (Videbeck, 2008).

c Kecemasan Berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung

berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berfikir

tentang hal ini. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk

berfokus pada area ini (Stuart, 2007). Dialami ketika individu yakin

bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan

respons takut dan distres (Videbeck, 2008).

d Kecemasan sangat berat atau panik

Berhubungan dengan terpengaruh, ketakutan dan teror. Hal yang

rinci terpecah dari proporsinya. Karena mengalami kehilangan

kendali, individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan

sesuatu walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi

kepribadian dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik,

menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain,

persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional.

Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan: jika

berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan

kematian (Stuart, 2007). Semua pemikiran rasional berhenti dan

individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze- yakni,

kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap di tempat dan berjuang atau

menjadi beku dan tidak dapat melakukan sesuatu (Videbeck, 2008).

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang Repon Cemas

Sumber: Stuart (2007)

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

Untuk mengukur sejauh mana derajat kecemasan baik itu

kecemasan ringan, sedang, berat dan berat sekali (panik) digunakan

alat ukur kecemasan yang dikenal dengan Hamilton Anxiety Rating

Scale (HARS). HARS merupakan salah satu skala yang dikembangkan

untuk mengukur tingkat keparahan kecemasan (Mc Dowell, 2006).

Skala kecemasan ini terdiri dari 14 item yang masing-masing item

merupakan gejala kecemasan dan mengukur kedua kecemasan psikis

(mental agitasi dan tekanan psikologis) dan kecemasan somatik

(keluhan fisik berkaitan dengan kecemasan). Setiap item yang dinilai

pada skala bernilai 0 (tidak merasakan) sampai 4 (parah). Dengan

kisaran skor nilai total 0-56, dimana kurang dari 14 menunjukan tidak

ada kecemasan, 14-20 menunjukan kecemasan ringan, 21-27

menunjukan kecemasan sedang, 28-41 menunjukan tingkat

kecemasan berat dan 42-56 menunjukan kecemasan berat

sekali/panik.

Sedangkan untuk mengukur tingkat kecemasan terhadap

kematian menggunakan alat ukur Death Anxiety Questionnaire yang

merupakan salah satu skala yang dikembangkan untuk mengukur

tingkat kecemasan kematian. Terdiri dari 15 item, untuk masing

masing item menunjukan respon pasien. Setiap item dinilai pada skala

bernilai 0 (tidak merasakan) sampai 2 (sangat banyak). Dengan

kisaran skor nilai total 0-30, dimana kurang dari 7 menunjukan tidak

ada kecemasan, 7-13 menunjukan kecemasan ringan, 14-20

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

menunujukan kecemasan sedang, 20-26 menunjukna tingkat

kecemasan berat, 27-30 menunjukan kecemasan sangat berat.

(Conte, Weiner & Plutchik, 1982).

8. Pencegahan Kecemasan

Menurut Hawari (2008), kecemasan dapat dicegah dengan:

a Makan makanan yang baik dan halal secara tidak berlebihan dan

mengandung gizi seimbang.

b Tidur secukupnya, 7-8 jam semalam.

c Olahraga, untuk meningkatkan kekebalan fisik dan mental, minimal

dengan jalan kaki, lari pagi atau senam.

d Tidak merokok dan tidak mengkonsumsi minuman beralkohol.

e Banyak bergaul.

f Pengaturan waktu dalam kehidupan sehari-hari (manajemen waktu

yang baik dan kedisiplinan diri).

g Rekreasi.

h Mengatur keuangan dengan baik.

i Kasih sayang, support dan motivasi.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

C. Musik sebagai Terapi Kecemasan

1. Pengertian Musik

Musik merupakan suatu sarana yang bermanfaat dan mudah

diperoleh (Meritt, 2003). Semua jenis musik dapat digunakan dalam

terapi, tidak hanya musik klasik saja, asalkan musik yang akan

digunakan memiliki ketukan 70-80 kali per menit yang sesuai dengan

irama jantung manusia, sehingga mampu memberikan efek terapeutik

yang sangat baik terhadap kesehatan (Indriya, Dani dan Indri Guli,

2010).

Menurut Campbell (2001) musik merupakan suatu bentuk seni yang

menyangkut organisasi atau kombinasi dari suara atau bunyi dan

keadaan diam yang dapat menggambarkan keindahan dan ekspresi dari

emosi dalam alur waktu dan ruang tertentu. Musik dapat menyebabkan

terjadinya kepuasan estetis melalui indera pendengaran dan memiliki

hubungan waktu untuk menghasilkan komposisi yang memiliki

kesatuan dan kesinambungan. Musik didefinisikan sebagai suara dan

diam yang terorganisir melalui waktu yang mengalir (dalam ruang),

beberapa kesimpulan sementara dan pertanyaan yang muncul adalah

musik berasal dari suara, suara berasal dari vibrasi dan vibrasi adalah

esensi dari segala sesuatu (Amsila, 2011).

Musik adalah bunyi atau nada yang menyenangkan untuk didengar.

Musik dapat keras, ribut, dan lembut yang membuat orang senang

mendengarnya. Orang cenderung untuk mengatakan indah terhadap

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

musik yang disukainya. Musik ialah bunyi yang diterima oleh individu

dan berbeda bergantung kepada sejarah, lokasi, budaya dan selera

seseorang (Farida, 2010).

Melalui musik juga seseorang dapat berusaha untuk menemukan

harmoni internal (inner harmony). Jadi, musik adalah alat yang

bermanfaat bagi seseorang untuk menemukan harmoni di dalam dirinya.

Hal ini dirasakan perlu, karena dengan adanya harmoni di dalam diri

seseorang, ia akan lebih mudah mengatasi stres, ketegangan, rasa sakit,

dan berbagai gangguan atau gejolak emosi negatif yang dialaminya.

Selain itu musik melalui suaranya dapat mengubah frekuensi yang tidak

harmonis tersebut kembali ke vibrasi yang normal, sehat, dan dengan

demikian memulihkan kembali keadaan yang normal (Merrit, 2003).

2. Terapi Musik

Terapi musik terdiri dari dau kata, yaitu “terapi” dan “musik”. Kata

terapi berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk

membantu atau menolong orang. Kata musik dalam terapi musik

digunakan untuk menjelaskan media yang digunakan secara

khususdalam rangkaian terapi musik (Djohan, 2006)

Terapi musik adalah sebuah terapi kesehatan yang menggunakan

musik di mana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki

kondisi fisik, emosi, kognitif, dan sosial bagi individu dari berbagai

kalangan usia (Suhartini, 2008). Terapi musik adalah materi yang

mampu mempengaruhi kondisi seseorang baik fisik maupun mental.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

Musik memberikan rangsangan pertumbuhan fungsi-fungsi otak seperti

fungsi ingatan, belajar, mendengar, berbicara, serta analisi intelek dan

fungsi kesadaran (Satiadarma, 2004).

Terapi musik adalah terapi yang dilakukan dengan memberikan

stimulasi musik, dimana musik tersebut masuk kedalam pikiran melalui

sensasi auditori. Suara musik atau musik yang lembut dapat mengurangi

stres, presepsi nyeri, cemas dan perasaan terisolasi (De Laune dan

Ladner, 2006).

Potter juga mendefinisikan terapi musik sebagai teknik yang

digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan

bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi

musik dapat disesuaikan dengan keinginan, seperti musik klasik,

intrumentalia, slow music, orkestra, dan musik modern lainnya.

Beberapa manfaat terapi music menurut American Music Therapy

Association (2009) adalah:

a. Menurunkan ansietasdan stress

b. Mengurangi nyeri

c. Menenangkan bayi dan anak-anak

d. Menurunkan efek samping kemoterapi

e. Membantu pasien stroke dan pasien parkinson untuk dapat berjalan

normal

f. Mengurangi lama perawatan di rumah sakit

g. Menurunkan stress pada orang sehat

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

Pada saat musik diterima oleh daun telinga, maka diteruskan ke

telinga tengah yang akan menggetarkan membran tympani, dengan

getaran ini maka maleus, incus, dan stapes ikut bergetar, suara tersebut

masuk ke telinga dalam (koklea) melalui fanestra ovalis, disini getaran

suara akan membangkitkan impuls saraf yang akan mempengaruhi

sistem limbik, yang pertama akan diterima langsung oleh Talamus,

yaitu suatu bagian otak yang mengatur emosi, sensasi, dan perasaan.

Kedua diterima Hipotalamus mempengaruhi struktur basal "forebrain"

termasuk sistem limbik, dan ketiga: melalui axon neuron secara difus

mempersarafi neokorteks. Hipotalamus merupakan pusat saraf otonom

yang mengatur fungsi pernapasan, denyut jantung, tekanan darah,

pergerakan otot usus, fungsi endokrin, memori, dan lain-lain. Di

hipothalamus maka respon dari musik yang tenang akan menimbulkan

ketenangan dan mengurangi rasa nyeri.

Layman (2001) mengemukakan bahwa seseorang akan merespon

musik dengan baik pada menit ke 20-60 setelah musik diperdengarkan.

3. Musik Religi

a Definisi Terapi Musik Religi

Musik religi mampu mendamaikan hati seseorang yang hatinya

sedang cemas, senang, gelisah, sedih dan sedang jatuh cinta beranjak

ke arah suatu yang ditujunya, yakni untuk mendapatkan sesuatu

yang lebih damai, tentram dan bahkan mampu menambah keimanan,

setidak-tidaknya mengingatkannya. Musik religi terkadang

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

merupakan bentuk nyata dari yang diamalkan oleh seseorang setelah

mendengar musik berirama dakwah khas Islam, yang tentu saja tidak

membatasi pihak lain yang berbeda iman dan kepercayaan untuk

mereguk nikmat irama dan syair musik religi khas Islam. Jadi, siapa

pun yang mendengarkan musik religi Islam akan merasakan

ketenangan dalam hatinya, yang mendorong berbuat baik sesuai lirik

yang didengarkan atau didengarkan oleh pihak lain, seperti musisi

(Indriya, Dani dan Indri, Guli, 2010).

4. Murottal Al Qur’an

a Definisi Terapi Murottal Al Qur’an

Al Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mu’jizat

yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an adalah

kitab suci yang diyakini kebenarannya, dan dijadikan salah satu

syarat keimanan bagi setiap muslim. Dalam sejarah turunnya Al

Qur’an Ayat suci Al Qur’an diturunkan di kota Makkah dan di kota

Madinah Munawarah (Siswantinah, 2011).

Terapi dengan menggunakan lantunan murottal Al Quran

(selanjutnya disebut Terapi murottal Al Qur’an), ternyata sudah

memasyarakat di kalangan tertentu pemeluk agama Islam. Tujuan

mereka bukan sebagai terapi suara, tapi untuk mendekatkan diri

kepada Tuhan (Allah SWT). Hal ini mendatangkan gagasan untuk

mengetahui tanggapan otak ketika mendengarkan lantunan murottal

Al Qur’an. Tidak saja melihat respon secara umum, tapi juga dengan

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

lebih detail, seperti melihat daerah korteks otak manakah yang

memberikan respon relaksasi setiap 10 detik sejak diberikan

stimulasi (Siswantinah, 2011).

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

D. Kerangka Teori

Jenis

Gambar 2.2 kerangka teori menurut Stuart dan Sudden (1998), Videbeck (2008),

Stuart (2007), Suhartini (2008)

E. Kerangka Konsep

Variabel Independen

Terapi musik Religi

Terapi Murottal Quran

Variabel Dependen: KECEMASAN

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

Kecemasan

Teori Kecemasan: 1. Faktor predisposisi

• TeoriPsikonalitik • Teori Interpersonal • Teori Prilaku • Teori Keluarga • Teori Biologis

2. Faktor presipitasi • Eksternal • Internal

Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan: • Jenis Kelamin • Umur • Tingkat Pendidikan • Lingkungan /

Sanitasi • Sosial Budaya • Keadaan Fisik • Kepribadian • Potensi Stressor/

Stres • Maturasi

TERAPI MUSIK &

Murottal Al Quran

Penurunan Tingkat Kecemasan karena

kematian

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015

B. Hipotesis

Saryono (2011) mengatakan hipotesis penelitian sebagai terjemahan dari tujuan

penelitian ke dalam dugaan yang jelas. Berdasarkan uraian teorisasi diatas

dapat ditarik hipotesis penelitian yaitu:

1. Ada perbedaan kecemasan pada lansia dalam menghadapi kematian

sebelum dan sesudah diberikan terapi musik religi.

2. Ada perbedaan kecemasan pada lansia dalam menghadapi kematian

sebelum dan sesudah diberikan terapi murottal al quran.

3. Ada perbedaan yang signifikan antara terapi musik religi dan murottal al

quran terhadap penurunan kecemasan.

Perbedaan Efektivitas Terapi..., Jahdan Hanifullah, S1 Keperawatan UMP, 2015