bab ii tinjauan pustaka a. lingkungan 1. pengertian …repository.ump.ac.id/9641/3/ryan erwiyanto...
TRANSCRIPT
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Lingkungan
1. Pengertian Lingkungan
Menurut WHO, sehat dapat diartikan sebagai suatu keadaan sempurna
baik jasmani, rohani maupun kesejahteraan seseorang yang bukan semata-
mata bebas dari penyakit dan cacat atau kelemahan. Menurut Pasal 1 butir
1 Undang-Undang No 36 Tahun 2009, yang dimaksud dengan kesehatan
adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual yang
memungkinkan setiap orang untuk produktif secara sosial dan ekonomi
(Yustina, 2014).
Kesehatan lingkungan pada hakikatnya adalah suatu kondisi atau
keadaan lingkungan yang optimal sehingga berpengaruh positif terhadap
terwujudnya status kesehatan yang optimal. Ruang lingkup kesehatan
antara lain mencakup: perumahan, pembuangan sampah, pembuangan air
limbah, rumah hewan ternak dan sebagainya (Notoatmodjo, 2012).
Kondisi lingkungan sekitar rumah yang menjadi masalah adalah dari
kebiasaan masyarakat seperti memiliki jenis dinding yang tidak rapat,
tidak memiliki langit-langit rumah, tidak memakai kawat kasa pada
ventilasi, tidak memakai obat nyamuk, terdapat semak-semak dan
8
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
9
pepohonan di sekitar rumah serta terdapat kandang ternak yang kurang
terurus (Wowor, Dantje dan Nancy,2013)
Lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan hereditas selain
berpengaruh kepada kesehatan, juga saling berpengaruh satu sama
lainnya. Status kesehatan akan tercapai optimal, apabila keempat faktor
tersebut bersama-sama mempunyai kondisi yang optimal (Notoatmodjo,
2012).
Rumah sehat adalah rumah yang memenuhi ketetapan dan
ketentuan teknis kesehatan yang harus dipenuhi dalam rangka melindungi
penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga dapat
memungkinkan penghuni untuk memperoleh derajat kesehatan yang
optimal. Rumah sederhana adalah tempat tinggal yang layak dihuni dan
harganya dapat terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah atau
sedang. Rumah sehat sederhana adalah tempat tinggal yang layak dihuni
dan harganya dapat terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah
atau sedang, berupa bangunan yang luas lantai dan luas kavlingnya juga
memadai dengan jumlah penghuninya serta memenuhi persyaratan
kesehatan tempat tinggal (Kristiana, 2011).
2. Syarat – syarat Rumah Sehat
Adapun persyaratan rumah tinggal yang memenuhi ketentuan
Keputusan Menteri Kesehatan No. 829/MENKES/SK/VII/1999 antara
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
10
lain: pertama, bahan bangunan yang baik untuk pembangunan rumah sehat
adalah yang tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan bahan yang
nantinya akan membahayakan kesehatan dan juga tidak terbuat dari bahan
yang dapat menjadi tempat tumbuh serta berkembangnya mikroorganisme
patogen (Suparto, 2015).
Kedua, komponen dan penataan ruangannya seperti lantai harus kedap
air dan mudah dibersihkan, dinding rumah harus memiliki ventilasi, kamar
mandi kedap air dan mudah dibersihkan, diadakannya penangkal petir,
ruangannya juga ditata sesuai dengan fungsinya dan dapurnya harus
memiliki sarana pembuangan asap (Suparto, 2015).
Ketiga, pencahayaan di rumah baik yang alami dan/atau yang buatan
secara langsung maupun tidak langsung harus dapat menerangi seluruh
ruangan dengan intensitas penerangan minimal 60 lux dan tidak
menyilaukan mata. Sinar matahari langsung seharusnya dapat masuk ke
ruangan minimum 1 (satu) jam setiap harinya dan cahaya yang efektif
dapat diperoleh dari jam 08.00 sampai dengan 16.00 (Kristiana, 2011).
Keempat, kualitas suhu udara juga harus ideal seperti suhu udara yang
nyaman yaitu 18-30ºC dan kelembaban udara 40-70%. Untuk mengatur
supaya suhu udara dan kelembaban udara yang normal untuk ruangan dan
penghuni dalam melakukan kegiatannya, maka perlu memperhatikan
keseimbangan penghawaan antara volume udara yang masuk dan yang
keluar. Untuk memudahkan udara masuk kerumah maka lubang
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
11
ventilasinya juga harus sesuai yaitu minimal 10% luas lantai kemudian
udara yang masuk juga bukan yang berasal dari asap dapur atau bau dari
kamar mandi/WC (Rahmah, 2015).
Kelima, untuk menghindari vektor penyakit maka keadaan di rumah
harus dijaga kebersihan lingkungannya dengan tidak adanya lalat, nyamuk
ataupun tikus yang bersarang di dalam rumah yang nantinya dapat
menimbulkan penyakit. Keenam, penyediaan air harus bersih dan tersedia
dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari, kualitas air juga harus
memenuhi kesehatan air bersih menurut Permenkes No. 416 tahun 1990
dan Kepmenkes No. 907 tahun 2002. Pembuangan limbah cair dan padat
juga harus dipisahkan dan dibuang pada tempatnya yang sesuai supaya
tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau, dan juga tidak
mencemari permukaan tanah dan air tanah. Untuk mencegah terjadinya
kepadatan hunian maka dengan kamar tidur yang luasnya minimal 8 m2
tidak dianjurkan untuk lebih dari 2 orang yang tidur atau menempatinya
dalam satu ruangan tersebut (Dinas Kesehatan Purbalingga, 2015).
Adapun faktor-faktor kebutuhan yang perlu diperhatikan dan dipenuhi,
seperti kebutuhan fisiologis, kebutuhan psikologis, bebas dari bahaya
kecelakaan atau kebakaran dan kebutuhan lingkungan. Di dalam
kebutuhan fisiologis, terdapat beberapa variabel yang harus diperhatikan
yang berkaitan dengan perumahan, di antaranya dinding, atap, ventilasi,
penerangan, lantai, air, pembuangan kotoran manusia, sampah, air limbah,
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
12
kegaduhan dan kebisingan, kepadatan hunian ruang tidur dan tersedianya
tempat bermain untuk anak (Evierni, Zaidan dan Tan, 2012).
Dalam struktur bangunan seperti dinding, atap, ventilasi dan lantai
mempunyai kebutuhan masing-masing dalam perumahan. Dinding yang
baik adalah yang terbuat dari tembok. Kemudian, atap rumah yang terbuat
dari genteng, umum dipakai di daerah perkotaan ataupun pedesaan. Atap
seng ataupun asbes tidak cocok untuk di daerah pedesaan dikarenakan
mahal dan juga dapat menimbulkan suhu panas di dalam rumah (Suparto,
2015).
Ventilasi mempunyai beberapa fungsi, antara lain: untuk menjaga agar
aliran udara di dalam rumah tetap segar. Selain itu, untuk membebaskan
udara ruangan dari bakteri-bakteri, terutama bakteri patogen, karena
terjadi aliran udara yang terus menerus. Luas penghawaan atau ventilasi
ilmiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. Ada 2 macam
ventilasi, antara lain: ventilasi alamiah dimana aliran udara di dalam
ruangan tersebut terjadi secara alamiah, melalui jendela, pintu, lubang
angin dan sebagainya. Ventilasi buatan, yaitu dengan mempergunakan
alat-alat khusus untuk mengalirkan udara tersebut, misalnya dari kipas
angin dan mesin penghisap udara. Selain itu, lantai juga harus terbuat dari
ubin atau semen. Syarat yang penting adalah lantainya tidak berdebu pada
saat musim kemarau dan tidak basah pada musim hujan (Evierni, Zaidan
dan Tan, 2012).
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
13
Rumah yang sehat memerlukan penerangan atau pencahayaan yang
cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah selain kurang
nyaman juga dapat menjadi media atau tempat untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Cahaya dapat dibedakan menjadi 2
macam, yaitu: cahaya alamiah yang bersumber dari cahaya matahari yang
dapat membunuh bakteri-bakteri patogen di dalam rumah. Sedangkan
cahaya buatan menggunakan sumber cahaya yang bukan alamiah,
misalnya lampu, minyak tanah, listrik, api dan sebagainya. Selain
penerangan, air juga sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia.
Adapun syarat-syarat air yang sehat, yaitu: persyaratan fisik untuk air
minum yang sehat adalah tidak berwarna, tidak berasa, suhu di bawah
suhu udara diluarnya. Syarat bakteriologis, air minum yang sehat harus
bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen (Budiman, 2007).
Sistem pembuangan kotoran manusia dan air limbah erat kaitannya
dengan kondisi lingkungan dan resiko penularan penyakit. Untuk
mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan
kotoran manusia harus dikelola dengan baik, yaitu harus di suatu tempat
tertentu atau jamban yang sehat (Dinas Kesehatan Purbalingga, 2015).
Adapun syarat-syarat untuk jamban yang sehat, yaitu: tidak mengotori
air dipermukaan sekitarnya, tidak dapat terjangkau oleh serangga misalnya
seperti lalat, kecoa dan binatang-binatang lainnya, tidak menimbulkan
bau, mudah digunakan dan dipelihara, sederhana desainnya dan murah.
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
14
Teknologi pembuangan kotoran manusia secara sederhana, yaitu : jamban
cemplung dan kakus (pit latrine). Namun masih sering dijumpai jamban
cemplung yang kurang sempurna, misalnya tanpa rumah jamban dan tanpa
penutup, sehingga memudahkan serangga untuk masuk dan bau tidak bisa
dihindari (Budiman, 2007).
Adapun cara-cara pengolahan sampah yang baik, yaitu : pertama,
pengumpulan dan pengangkutan sampah yang sudah menjadi tanggung
jawab dari masing-masing rumah tangga yang menghasilkan sampah.
Kedua, pemusnahan dan pengelolaan sampah yang dapat dilakukan
dengan berbagai cara, antara lain: ditanam, yaitu pemusnahan sampah
dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah tersebut ditanam dan
ditutup dengan tanah. Dibakar, yaitu sampah dimusnahkan dengan dibakar
di dalam tungku pembakaran. Dijadikan pupuk, yaitu dengan mengolah
sampah menjadi pupuk, khususnyaa untuk sampah organik daun-daunan,
sisa makanan dan sampah lain yang dapat membusuk. Dengan demikian,
masalah sampah akan teratasi dan berkurang (Fadhilah, Heri dan Satria
dkk, 2011).
Supaya tidak terjadi kegaduhan dan kebisingan di rumah maka harus
mengikuti tingkat kebisingan yang ideal di perumahan adalah 40 dBA
sampai 45 dBA dan dampak jika sampai terjadi kebisingan akan
menimbulkan gangguan kurang nyaman, gangguan aktivitas dan keluhan
stres. Untuk menghindari terjadinya kepadatan di ruang tidur, maka
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
15
dengan luas ruang tidur minimal 8 meter dan tidak dianjurkan untuk
dihuni oleh lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak umur
di bawah 5 tahun. Selain itu, kesempatan bermain yang leluasa di rumah
dan halaman lingkungan rumah dapat menjadi kesempatan untuk
berkembang, baik jasmani maupun rohani dalam pertumbuhannya. Selain
itu, kandang ternak di daerah pedesaan sebaiknya kandang ternak terpisah
dari rumah dan jangan di simpan di bawah kolom rumah atau pun di
pekarangan (Suparto, 2015).
Selain kebutuhan fisiologis, adapula kebutuhan psikologis yang harus
dipenuhi dan perhatikan dalam sanitasi rumah, antara lain: kebebasan
(privacy), keamanan (security), perlindungan (safety), kenyamanan
(comfort) dan ketenangan (relax). Rumah harus memberikan kebebasan
bagi penghuninya, sehingga dapat bebas melakukan kegiatan sehari-hari.
Setiap rumah juga harus menjamin keamanan terhadap penghuninya dari
segala faktor-faktor yang dapat mengganggu. Selain itu, rumah harus
memberikan perlindungan terhadap penghuninya, supaya merasa
terlindungi dari lingkungannya. Sebuah rumah harus memberikan
kesenangan dan kebahagiaan bagi penghuninya, sehingga akan merasa
nikmat, senang serta bahagia dalam mengarungi hidup sehari-harinya.
Dengan menempatkan rumah yang jauh dari jangkauan keributan yang
terjadi di sekitar rumah, akan memberikan ketenangan terhadap
penghuninya (Evierni, Zaidan dan Tan, 2012).
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
16
Rumah atau tempat tinggal yang buruk atau kumuh dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan, seperti: infeksi
saluran napas (common cold, tuberkulosis, influenza, campak, batuk rejan
(pertusis) dan lain sebagainya), infeksi pada kulit (skabies, ring worm,
impetigo dan lepra), infeksi akibat infestasi tikus (pes dan leptospirosis),
arthropoda (infeksi saluran pencernaan (vektor lalat), relapsing fever (kutu
busuk) dan dengue, malaria serta kaki gajah (vektor nyamuk), kecelakaan
(bangunan runtuh, terpeleset, patah tulang dan gagar otak), mental
(neurosis, gangguan kepribadian, psikosomatis dan ulkus peptikum)
(Budiman, 2007)
B. Malaria
1. Pengertian Malaria
Istilah malaria diambil dari dua kata bahasa Italia yaitu mal
(buruk) dan area (udara) atau udara buruk karena dahulu banyak terdapat
di daerah rawa-rawa yang mengeluarkan bau busuk. Penyakit ini juga
mempunyai nama lain, seperti demam roma, demam rawa, demam tropik,
demam pantai, demam charges, demam kura dan paludisme (Prabowo,
2008).
Malaria telah dikenal sejak tahun 1753 dan 1880. Parasit penyebab
penyakit malaria ditemukan oleh Laveran dalam darah seorang penderita
malaria. Tahun 1883, morfologi Plasmodium mulai dipelajari. Tahun
1885, Golgi menjelaskan siklus hidup Plasmodium yakni siklus skizogoni
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
17
eritrosik yang disebut siklus golgi. Tahun 1889, siklus parasit tersebut
dalam tubuh nyamuk dipelajari oleh Ross dan Bignami (Aliyah, 2016).
Manson membuktikan bahwa nyamuk sebagai vektor yang
menularkan penyakit malaria. Tahun 1954-1984, ditemukan bahwa
malaria pada manusia disebabkan oleh empat spesies Plasmodium, yaitu
Plasmodium falciparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, dan
Plasmodium malariae (Sorontou, 2013).
Malaria adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit
(Plasmodium sp) yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah
(eritrosit) manusia ditularkan oleh nyamuk malaria (Anopheles sp) betina,
dapat menyerang semua orang baik laki-laki ataupun perempuan pada
semua golongan umur dari bayi, anak-anak dan orang dewasa. Parasit ini
ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui gigitan nyamuk
Anopheles betina. Parasit harus melewati siklus hidup pada tubuh nyamuk
dan manusia sebelum ditularkan (Dirjen PP&PL, 2014).
Wilayah tropis merupakan daerah endemik malaria, meskipun
penyakit ini dapat dijumpai di daerah-daerah yang terletak diantara 40⁰
lintang Selatan dan 60⁰ Lintang Utara. Daerah persebaran Plasmodium
ovale lebih terbatas, yaitu Afrika Timur, Afrika Barat, Filipina, dan Irian
jaya (Zulkoni, 2010).
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
18
2. Determinan Epidemiologi Malaria
Menurut Dirjen PP & PL (2014) spektrum determinan
epidemiologi malaria sangat luas yaitu dari aspek faktor agen, riwayat
alamiah malaria, faktor lingkungan, faktor pencegahan dan pengobatan,
faktor rumah tangga, sosial ekonomi bahkan politik.
Menurut teori John Gordon, terjadinya penyakit di pengaruhi oleh 3
faktor, yakni faktor agen, faktor host, dan faktor lingkungan.
a. Faktor Agen (Penyebab)
Malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit (protozoa)
dari genus plasmodium sp. Terdapat empat spesies plasmodium
penyebab malaria pada manusia, yaitu Plasmodium vivax, Plasmodium
falciparum, Plasmodium malariae, dan Plasmodium ovale.
b. Faktor Host (Manusia)
1) Manusia (host intermdiate)
Ras (Suku Bangsa) Penduduk dengan Hemoglobin (HbS) lebih
tahan terhadap akibat infeksi Plasmodium falciparum. Enzim
Kekurangan enzim tertentu, misalnya G6PD (glukosa 6 fosfat
dehidrogenase) juga memberi perlindungan terhadap
Plasmodium falciparum.
2) Kekebalan (imunitas)
Anti parasitic immunity adalah bentuk immunitas yang mampu
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
19
menekan pertumbuhan parasit dalam derajat sangat rendah namun
tidak sampai nol, hingga mencegah hiperparasitemia.
Anti disease imunity adalah bentuk imunitas yang mampu
mencegah terjadinya gejala penyakit tanpa ada pengaruh terhadap
jumlah parasit.
Premunition adalah keadaan semi-imun dimana respon imun
mampu menekan pertumbuhan parasit dalam jumlah rendah namun
tidak sampai nol, mencegah hiperparasitemia dan menekan
virulensi parasit, hingga kasus tidak bergejala/sakit.
3) Umur dan jenis kelamin
Menurut Harijanto (2000) ibu hamil yang menderita malaria akan
mempunyai dampak terhadap bayi dan ibunya, dimana akan
terjadinya abortus, berat badan bayi lahir rendah, partus prematur
dan kematian janin intrauterine .
4) Nyamuk (host definitive)
Hanya nyamuk Anopheles betina yang menghisap darah, karena
diperlukan untuk pertumbuhan telurnya. Nyamuk betina hanya
kawin satu kali selama hidupnya dan terjadi setelah 24-48 jam dari
saat keluar dari kepompong. Nyamuk dewasa dapat terbang sampai
sejauh 1,5 km. Nyamuk jantan dewasa tidak berbahaya untuk
manusia, tetapi nyamuk betina berbahaya karena ia mengisap darah
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
20
untuk kelangsungan hidupnya. Nyamuk Anopheles suka menggigit
pada sore menjelang malam hari tempat-tempat yang gelap atau
yang terhindar/tertutup dari sinar matahari (Dirjen PP & PL,
2014).hingga menjelang pagi, namun pada siang hari di
c. Faktor Lingkungan (Environment)
Lingkungan adalah lokasi dimana manusia dan nyamuk berada.
Nyamuk berkembang biak dengan baik bila lingkungannya sesuai
dengan keadaan yang dibutuhkan. Faktor lingkungan dapat
dikelompokan dalam tiga kelompok, lingkungan fisik, biologi dan
sosial budaya (Depkes RI, 2003).
1) Lingkungan fisik manusia yang erat hubungannya dengan status
kesehatan adalah rumah sehat, karena dapat member pencegahan
dan perlindungan terhadap penularan penyakit. Menurut Harya
(2015), lingkungan fisik rumah meliputi:
a) Kawat kasa pada ventilasi
Tidak terpasangnya kawat kassa pada ventilasi dapat
mempermudah ntamuk masuk ke dalam rumah.
b) Kerapatan dinding
Kualitas dinding yang tidak rapat jika dinding rumah terbuat
dari anyaman bambu kasar ataupun kayu/papan yang terdapat
lubang lubang lebih dari 1,5 mm² akan mempermudah nyamuk
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
21
masuk ke dalam rumah.
c) Plafon/ Langit-langit
Langit-langit atau pembatas ruangan dinding bagian atas
dengan atap yang terbuat dari kayu, internit maupun anyaman
bambu halus sebagai penghalang masuknya nyamuk ke dalam
rumah di lihar dari ada tidaknya langit-langit pada semua atau
sebagian ruangan rumah.
2) Lingkungan fisik yang berhubungan dengan perkembangbiakan
nyamuk
a) Suhu
Masa inkubasi ekstrinsik/siklus sporogoni sangat di pengaruhi
oleh suhu udara. Semakin tinggi suhu semakin pendek masa
inkubasi ekstrinsik, dan sebaliknya semakin rendah inkubasi
ekstrinsik akan semakin panjang. Suhu optimum berkisar
antara 20°C dan 30°C. Pengaru suhu ini berbeda bagi setiap
spesies. Suhu air sangat berpengaruh pada perkembangbiakan
larva, pada umumnya larva lebih menyenangi tempat yang
hangat, itu sebabnya nyamuk Anopheles sp. lebih banyak di
jumpai di daerah tropis.
b) Kelembaban
Kelembaban mempengaruhi kecepatan berkembang biak,
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
22
kebiasaan menghisap darah, istirahat dan lain-lain dari
nyamuk. Kelembaban yang rendah memperpendek umur
nyamuk, meskipun tidak berpengaruh pada parasit.
Perkembangan nyamuk akan terhenti pada kelembaban udara
kurang dari 60%, hal ini disebabkan karena umur nyamuk
menjadi pendek sehingga tidak cukup untuk siklus
pertumbuhan parasit di dalam tubuh nyamuk. Hal ini
menujukkan bahwa meningkatnya kelembaban udara di atas
60% akan meningkatkan aktifitas Anopheles untuk menghisap
darah.
c) Pencahayaan
Pengaruh sinar matahari terhadap pertumbuhan larva nyamuk
berbedabeda. Contohnya An. sundaicus lebih suka tempat yang
teduh sementara An. hyrcanus lebih suka tempat yang terbuka.
An. barbirostris dapat hidup baik di tempat yang teduh maupun
di tempat yang terbuka.
3) Lingkungan fisik yang berhubungan dengan nyamuk anopheles.
a) Rawa-rawa
Rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat
secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air
tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk
daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
23
surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Daerah yang penuh
dengan nyamuk, seperti rawa-rawa, telah lama memiliki
hubungan dengan tingginya angka serangan malaria (Thamrin,
2011). Tempat peridukan air payau terdapat muara-muara
sungai dan rawa-rawa yang tertutup hubungannya dengan laut
cocok untuk tempat peridukan Anopheles sundaicus dan
Anopheles subpictus (Rahardjo, 2012).
b) Parit
Parit atau selokan yang digunakan untuk pembuangan air
merupakan tempat berkembangbiak yang disenangi nyamuk
(Thamrin, 2011).
c) Semak – semak
Semak-semak di sekitar rumah memegang peranan penting
sebagai tempat peristirahatan (resting place) bagi nyamuk
pada siang hari (Sunarsih, 2009). Dengan adanya semak-
semak maka sinar matahari tidak dapat menembus tempat
istirahat nyamuk, sehingga sangat disukai oleh nyamuk
(Rahardjo, 2012).
d) Tambak
Adanya tambak udang dan ikan merupakan jenis habitat dari
larva nyamuk Anopheles spp, petani dalam mengelola tambak
udang dan ikan tidak terlepas adanya lahan yang terbengkalai
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
24
maupun dikelola akan mengundang nyamuk, untuk
berkembangbiak, karena tambak dengan rumput dan lumut
sebagai habitat Anopheles subpictus (Munif, 2010)
3. Lingkungan Biologi
Meliputi adanya lumut, bakau, ganggang, dan tumbuhan lain yang
dapat mempengaruhi kehidupan larva karena dapat menghalangi
sinar matahari masuk atau melindungi dari serangan makhluk
hidup lain; adanya berbagai jenis ikan pemakan larva seperti nila,
mujair,kepala timah yang dapat mempengaruhi populasi nyamuk;
adanya ternak seperti sapi, kerbau, atau ternak besar lainnya dapat
mengurangi jumlah gigitan nyamuk pada manusia jika kandang
ternak di tempatkan tidak jauh dari rumah.
4. Kimia
a) Kadar garam
Pengaruh kadar garam dari tempat perindukan nyamuk,
seperti Anopheles sundaicus tumbuh pada air payau (kadar
garam 12-18) dan tidak dapat bertahan pada kadar garam 40 ke
atas.
b) pH
Semakin mendekati batas kadar normal pH air, maka kepadatan
Anopheles akan meningkat demikian sebaliknya kepadatan
nyamuk akan rendah bila kadar pH air tidak normal.
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
25
5. Sosial budaya
a) Kebiasaan berada di luar rumah sampai larut malam, dimana
vektornya bersifat eksofilik dan eksofagik akan
memudahkan gigitan nyamuk
b) Tingkat kesadaran masyarakat tentang bahaya malaria akan
mempengaruhi kesediaan masyarakat untuk
menanggulangi malaria antara lain dengan menyehatkan
lingkungan, mengunakan kelambu, memasagn kawat kasa
pada rumah dan menggunakan obat nyamuk
c) Kegiatan manusia
Kegiatan manusia seperti pembuatan bendungan, pembuatan
jalan, pertambangan, dan pembuatan pemukiman baru,
parawisata dan perpindahan dari dan ke daerah endemik.
Transmigrasi sering mengakibatkan perubahan lingkungan
yang dapat menguntungkan penularan malaria.
3. Penularan Penyakit Malaria
Penyakit malaria di tularkan melalui gigitan nyamuk
Anophelesbetina. Jika nyamuk Anopheles menggigit manusia, maka
parasit akan masuk ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak.
Menurut Thamrin (2011) ada dua jenis cara penularan penyakit malaria,
yaitu penularan secara alamiah (natural infection) dan penularan secara
tidak alamiah.
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
26
a. Penularan secara alamiah (natural infection)
Penularan secara alamiah yaitu infeksi malaria melalui pemaparan
dengan gigitan nyamuk Anopheles betina yang infektif, yang
mengandung sporozoid. Langkah-langkah penularan secara alamiah
antara lain:
1) Orang sakit malaria digigit nyamuk (vektor) penular malaria.
Saat nyamuk menghisap darah orang yang sakit itu, maka
parasit akan terbawa bersamaan dengan darah orang sakit
malaria tersebut.
2) Nyamuk (vektor) yang menghisap darah orang sakit malaria
tadi akan terinfeksi parasit malaria. Dalam tuubuh nyamuk
akan terjadi siklus hidup parasit malaria (fase seksual).
3) Orang sehat yang digigit oleh nyamuk Anopheles yang sudah
terinfeksi plasmodium akan memasukkan parasit yang ada di
dalam tubuh nyamuk ke dalam darah manusia. Dalam darah
manusia terjadi siklus hidup parasit (aseksual).
4) Orang sehat yang sudah tergigit oleh nyamuk yang terinfeksi
parasit malaria akan menjadi sakit malaria.
b. Penularan secara tidak alamiah
Penularan secara tidak alamiah terbagi atas tiga kelompok:
1) Malaria bawaan (Congenital)
2) Secara mekanik
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
27
3) Secara oral (melalui mulut)
Tabel 2.1 Masa Inkubasi Penyakit Malaria
Plasmodium Masa Inkubasi (rata-rata)
P. falciparum 9 – 14 hari (12)
P. vivax 12 – 17 hari (15)
P. ovale 16 – 18 hari (17)
P. malariae 18 – 40 hari (28)
Sumber: Dirjen PP dan PL 2014
4. Stratifikasi Daerah Malaria
Stratifikasi daerah malaria dalam kegiatan pemberantasan malaria di
luar Jawa – Bali maka dapat dibuat sebagai berikut :
a) Daerah Bebas
Daerah bebas adalah desa yang terletak di wilayah Dati II tidak
reseptif, tidak ada penularan selama 3 tahun terakhir (tidak ada
potensial penularan).
b) Daerah Malaria
Daerah malaria adalah desa reseptif sehingga masih terjadi penularan
atau kondisi lingkungan masih memungkinkan terjadinya penularan.
Stratifikasi endemisitas malaria, didasarkan pada Annual Parasite
Incidence (API). Berdasarkan API, suatu daerah diklasifikasikan menjadi
3 tingkat endemisitas, yaitu (Kemenkes RI, 2010) :
a) High Case Incidence (HCI), kalau API > 5 per 1.000 penduduk.
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
28
b) Moderate Case Incidence (MCI), kalau API antara 1-5 1.000
penduduk.
c) Low Case Incidence (LCI), kalau API < 1 per 1.000 penduduk.
5. Pengendalian Malaria
a. Pengendalian Malaria Secara Biologi
Pengendalian biologi dapat berupa penebaran ikan dan Bacillus
thuringiensis serta predator larva lainnya (Kementrian Kesehatan).
Beberapa agent biologis yang digunakan seperti predator misalnya
ikan pemakan jentik seperti gambusia, guppy, dan panchax (ikan
kepala timah). Dengan memanfaatkan kembali tambak yang
terbengkalai dengan memelihara ikan pemakan jentik.
b. Pengelolaan lingkungan hidup yaitu dengan pengubahan lingkungan
hidup (modifikasi) sehingga larva nyamuk Anopheles tidak mungkin
hidup. Kegiatannya berupa penimbunan tempat perindukan nyamuk,
pengeringan dan pembuatan dam, pembersihan tanaman air atau
lumut, dan lain-lain.
c. Pengendalian malaria dengan pengaturan pola tanaman. Memperbaiki
pola tanaman adalah salah satu cara untuk menekan perkembangan
penyakit malaria. Dipilih pola tanam padi dan palawija, karena
ditinjau dari strategi pengadaan pangan/pakan dan usaha peningkatan
pendapatan petani merupakan alternatif terbaik, terutama dalam usaha
pengendalian vektor. Apabila kedua tanaman ini diselang-seling
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
29
dalam satu tahun musim tanam, akan menekan populasi hama dan
vektor malaria karena habitatnya tidak sesuai dengan perkembangan
populasi vektor malaria tersebut, apalagi bila ditunjang dengan cara
bercocok tanam dengan teknik yang baik.
1) Pengendalian Malaria Secara Fisik
a) Penimbunan tempat penampungan air dan sampah
b) Pengangkatan tumbuhan air
c) Pengeringan sawah secara berkala setidaknya dua minggu
sekali
d) Pemasangan kawat kasa pada jendela dan ventalasi rumah
e) Melestarikan tanaman bakau
f) Melancarkan aliran di got
2) Pengendalian Malaria Secara Kimia
untuk membunuh jentik dan nyamuk dewasa dapat dilakukan
beberapakan langkah, yaitu;
a) Penyemprotan rumah yang dilakukan di daerah endemis
malaria dengan menggunakan insekstida yang sesuai dua kali
setahun dengan interval waktu enam bulan sekali.
b) Larvaciding, merupakan kegiatan penyemprotan rawa-rawa
yang potensial sebagai tempat perindukan nyamuk malaria.
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
30
3. Pencegahan Penyakit Malaria
Pada daerah endemis malaria, upaya pencegahan penyakit malaria
atau upaya menghindari gigitan nyamuk sangat penting untuk dilakukan,
terutama untuk orang yang baru pertama kali datang atau melakukan
perjalanan ke daerah endemis malaria. Upaya pencegahan yang
dianjurkan, yaitu:
a. Memakai pakaian berlengan panjang dan celana panjang saat keluar
rumah, terutama di dalam malam hari;
b. Menggunakan kelambu saat tidur
c. Menggunakan minyak anti nyamuk (mosquito repellent)
d. Mengkonsumsi obat antimalaria (obat profilaksis) sesuai panduan
dokter.
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
31
C. Kerangka Teori
obat. Faktor agen yaitu faktor penyebab yang terdiri dari P. Faciparum, P. Vavix, P.
Ovale, dan P. Malariae. Sedangkan faktor environment yaitu faktor dari lingkungan
seperti keberadaan kawat kasa pada ventilasi, kerapatan dinding rumah, keberadaan
langit-langit, keberadaan semak-semak, keberadaan parit dan keberadaan tambak.
Pada penelitian ini, peneliti hanya fokus pada faktor lingkungan penyebab malaria.
Environment :
- Agen : Plasmodium
P. Faciparum
P. Vavix
P. Ovale
P. Malariae
Keberadaan kawat kasa pada ventilasi
- Kerapatan dinding rumah
- Keberadaan langit-langit
- Keberadaan semak-semak
- Keberadaan parit
- Keberadaan tambak
Gambar 2.2 Kerangka Teori Penelitian
Kejadian malaria dapat digambarkan dengan segitia epidemologi, dimana
malaria dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu host, agen dan environment. Faktor host
yaitu faktor yang ada pada dalam diri manusia seperti imunitas, resistensi terhadap
Host :
Imunitas Resistensi terhadap obat
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
32
Keberadaan plafon/langit –
langit rumah
Kejadian Malaria
Keberadaan semak - semak
Keberadaan parit
Keberadaan Tambak
Gambar 2.3 Kerangka Konsep
Hipotesis penelitian
Ha : Ada perbedaan keberadaan kawat kasa ventilasi pada rumah yang
dihuni oleh orang yang pernah menderita malaria dan belum pernah
Keberadaan kawat kasa pada
ventilasi
D. Kerangka Konsep
menderita malaria.
2. Ha : Ada perbedaan kerapatan dinding pada rumah yang dihuni oleh orang
yang pernah menderita malaria dan belum pernah menderita malaria.
3. Ha : Ada perbedaan keberadaan langit - langit pada rumah yang dihuni
oleh orang yang pernah menderita malaria dan belum pernah menderita
Kerapatan dinding rumah
Perbedaan Beberapa Faktor ..., Ryan Erwiyanto, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2019
33
malaria.
4. Ha : Ada perbedaan keberadaan semak - semak pada lingkungan rumah
yang dihuni oleh orang yang pernah menderita malaria dan belum pernah
menderita malaria.
5. Ha : Ada perbedaan keberadaan parit pada lingkungan rumah yang dihuni
oleh orang yang pernah menderita malaria dan belum pernah menderita
malaria.
6. Ha : Ada perbedaan keberadaan tambak pada lingkungan rumah yang
dihuni oleh orang yang pernah menderita malaria dan belum pernah
menderita malaria.