bab ii tinjauan pustaka · bapak budiono cv. lokasi perusahaan ini berada di kota purworejo...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab ini menguraikan gambaran umum perusahaan dan landasan yang
memuat teori-teori relevan dan mendukung analisis serta pemecahan masalah
yang terdapat pada penelitian ini.
2.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Gambaran umum perusahaan yang terdapat pada bagian ini meliputi sejarah
dan struktur organisasi perusahaan.
2.1.1 Sejarah Perusahaan
Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat merupakan sebuah perusahaan yang
bergerak di bidang kesehatan yang memberikan jasa pelayanan medik dan non
medik, pelayanan perawatan, pencegahan penyakit serta peningkatan mutu
kesehatan masyarakat. Perusahaan ini didirikan pada bulan Oktober 2007 oleh
Bapak Budiono CV. Lokasi perusahaan ini berada di kota Purworejo tepatnya di
Jl. WR. Supratman No. 183 Cangkrep Lor. Pada awal berdiri Klinik ini hanya
memiliki kapasitas 12 pasien, kemudian pada tahun 2010 dilakukan pembangunan
di area belakang klinik sehingga kapasitasnya meningkat menjadi 26 orang pasien.
Hingga saat ini perusahaan masih melakukan perbaikan di setiap bagiannya
dengan harapan dapat tetap bersaing dengan klinik lain yang mulai bermunculan
di kota tersebut.
2.1.2 Struktur Organisasi
Dalam suatu organisasi, tugas dan tanggung jawab dari setiap personil
sangat diperlukan, agar tercipta suatu kejelasan arah dan koordinasi. Klinik
Umum Rawat Inap Budi Sehat menggunakan bentuk organisasi garis. Dilihat dari
struktur organisasinya, bentuk pelimpahan tugas dilakukan berdasarkan bagian
dan fungsi masing-masing bagian, sehingga struktur pelaporan dan pertanggung
jawaban hasil pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik. Adapun struktur
organisasi Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat dapat digambarkan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-2
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat
Sumber: Klinik Umum Rawat Inap Budi Sehat
2.2 LANDASAN TEORI
Landasan teori yang dijelaskan pada bab ini digunakan sebagai pendukung
dan dasar teori mengenai tema yang dilakukan dalam penelitian.
2.2.1 Konsep Dasar Sistem Informasi
Sebuah sistem informasi merupakan kumpulan dari perangkat keras dan
perangkat lunak komputer serta perangkat manusia yang akan mengolah data
menggunakan perangkat keras dan perangkat lunak tersebut (Kristanto, 2003).
Kumpulan data yang digunakan dalam sistem informasi ini akan diolah, kemudian
disajikan dalam bentuk formulir-formulir, grafik, tabel, dan bentuk lainnya.
Sehingga kumpulan data yang sebelumnya tidak mempunyai arti menjadi sebuah
informasi yang berguna bagi pengguna setelah diolah dalam sistem informasi.
Sistem informasi dapat dibagi menjadi enam komponen. Komponen-
komponen tersebut diuraikan oleh Kristanto (2003), sebagai berikut:
1. Masukan (input)
Input adalah semua data yang dimasukkan ke dalam sebuah sistem informasi.
Input dapat berupa sebuah data, atau sekumpulan data dan dokumen-dokumen
yang kemudian membentuk formulir-formulir tertentu. Sekumpulan data
mengalami proses pencatatan, pengkodean, pengeditan, dan lainnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-3
2. Proses
Proses adalah suatu tindakan yang mengolah data masukan menjadi data
keluaran. Proses ini memiliki algoritma tertentu sehingga dapat mengolah data
menjadi informasi yang beguna bagi pengguna.
3. Keluaran (output)
Output adalah semua keluaran yang berasal dari input yang telah diolah dalam
proses. Komponen ini adalah komponen yang akan diperoleh pengguan.
Output berisi informasi yang berguna bagi pengguna sehingga pengguna dapat
mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan informasi yang didapat.
4. Teknologi
Teknologi adalah sebuah perangkat yang berfungsi untuk mengolah sistem
informasi menjadi lebih handal. Teknologi dapat berupa perangkat keras
(hardware), perangkat lunak (software) dan juga manusia. Perangkat keras
berupa perangkat CPU, monitor, mouse, keyboard dan lain-lain. Perangkat
lunak berupa aplikasi yang digunakan. Sedangkan manusia berfungsi sebagai
programmer, analisis sistem, atau bekerja sebagai maintenance sistem.
5. Basis data (database)
Basis data adalah suatu aplikasi terpisah yang menyimpan suatu koleksi data.
Basis data ini disimpan dalam perangkat keras dan diolah oleh perangkat lunak.
Basis data ini terdiri dari kumpulan file-file yang dikelompokkan berdasarkan
kategori tertentu.
6. Kendali (control)
Kendali adalah sebuah tindakan yang digunakan untuk menjaga sistem
informasi agar tetap berjalan dengan baik. Kendali berperan sangat penting
untuk sebuah sistem informasi. Jika sistem informasi ini tidak lagi berfungsi
dengan baik, maka output yang diperoleh pun tidak lagi akurat dan relevan.
2.2.2 Sistem Informasi Manajemen
Menurut Pangestu (2009), SIM (Sistem Informasi Manajemen) dapat
didefinisikan sebagai kumpulan dari interaksi sistem-sistem informasi yang
bertanggung jawab mengumpulkan dan mengolah data untuk menyediakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-4
informasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan
perencanaan dan pengendalian.
Sistem informasi manajemen dapat digunakan secara efektif untuk
mendukung setiap tindakan pada proses mengambil keputusan dan dapat
digunakan juga untuk memperoleh dan menyimpan informasi yang berkaitan
dengan masalah, standar situasi sekarang. Sistem informasi juga dapat
memberikan cara yang sulit atau kompleks namun dapat menghasilkan dengan
cepat dan akurat informasi yang diperoleh. Selain itu juga dapat mendukung
berbagai gaya dan pilihan pengambilan keputusan serta memberikan
kemungkinan bagi pengambilan keputusan kelompok (Kristanto, 2003).
Sistem informasi manajemen telah berkembang pesat dalam waktu singkat
dan sistem informasi manajemen berbasis komputer telah digunakan pada hampir
semua organisasi besar. Menurut Kristanto (2003), ada empat fokus utama yang
akan ditekankan pada perkembangan sistem informasi berbasis komputer yaitu
fokus pada data, fokus pada informasi, fokus kepada pendukung keputusan, dan
fokus pada komunikasi.
2.2.3 Pengembangan Sistem Informasi
Pengembangan sistem informasi dibagi menjadi dua tahap yaitu identifikasi
sistem awal dan pengembangan kriteria evaluasi.
2.2.3.1 Identifikasi Sistem Awal
Identifikasi sistem merupakan suatu tindakan yang dilakukan peniliti
untuk mengetahui sejauh mana sistem lama berjalan, Kristanto (2003). Identifikasi
sistem ditujukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan sistem lama. Dalam
identifikasi sistem lama dilakukan pengumpulan informasi yang digunakan dalam
proses identifikasi dan analis sistem. Teknik pengumpulan data penurut Krisanto
(2003) dibagi menjadi tiga yaitu dengan pengamatan, teknik wawancara langsung
dan teknik kuisoner.
1. Pengamatan
Teknik pengumpulan informasi melalui observasi atau pengamatan mempunyai
beberapa kelebihan, diantaranya data yang dikumpulkan mempunyai keandalan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-5
yang tinggi, analisis sitem melalui observasi dapat melihat langsung proses-
proses yang ada dalam sistem, dapat digambarkan lingkungan fisik dari
kegiatan dan sebagainya.
Kerugian teknik observasi antara lain: pekerjaan yang sedang diobservasi
mungkin tidak mewakili suatu tingkat kesulitan pekerjaan tertentu, observasi
dapat mengganggu proses yang sedang diamati dan sebagainya.
2. Teknik Wawancara Langsung
Teknik wawancara melibatkan dua sisi antara user dengan pengembang sistem
informasi. Teknik wawancara ini memiliki kelebihan diantaranya memberi
kesempatan pada pewawancara untuk memberikan motivasi agar yang
diwawancarai dapat menjawab secara bebas terbuka memungkinkan
pewawancara mengembangkan pernyataan sesuai dengan situasi yang
berkembang, kebenaran hasil wawancara dapat dinilai dari sikap yang
diwawancarai dan lain-lain. Kelemahan teknik ini adalah membutuhkan waktu
lama.
3. Teknik Kuisoner
Teknik kuisoner memungkinkan untuk mendapatkan informasi dari sejumlah
besar orang dengan biaya yang wajar. Isi dari kuisoner berupa pertanyaan
tertruktur yang dapat dijawab tanpa harus bertatap muka. Kelebihan teknik ini
adalah kuisoner dapat tersebar banyak dan responden tidak merasa terganggu.
Sedangkan kekurangannya adalah tidak diketahui 100% responden menjawab
dengan jujur atau tidak.
2.2.3.2 Pengembangan Kriteria Evaluasi
Kriteria-kriteria evaluasi menurut Kristanto (2003) dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Pencarian tujuan
Sudahkah sistem mengerjakan apa yang seharusnya dikerjakan, dan memenuhi
tujuan utama yang ditetapkan, maupun tujuan tambahan yang ditetapkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-6
2. Tepat pada waktunya
Tepat pada waktunya dapat dalam bentuk waktu transaksi, waktu pengolahan
secara keseluruhan waktu jawab (response time) atau waktu operasional
lainnya.
3. Biaya yang diperlukan
Biaya yang diperlukan dapat meliputi biaya tahunan sistem, biaya per unit,
biaya pemeliharaan, atau biaya lain seperti biaya operasional, investasi dan
implementasi.
4. Kualitas yang diperoleh
Kriteria dalam hal kualitas adalah dihasilkannya produk/pelayanan yang lebih
baik dari sebelumnya dan sudahkah data/informasi diperbaiki.
5. Kapasitas produk
Yang termasuk dalam kapasitas sistem adalah penanganan beban kerja,
kapasitas jangka panjang yang mungkin dicapai oleh suatu organisasi dalam
beberapa dekade mendatang.
6. Efisiensi dan produktifitas
Kriterianya yaitu apakah sistem lebih efisien daripada sebelumnya. Dan
sudahkah produktifitas pemakai dari manajemen lebih ditingkatkan dari
sebelumnya, termasuk pengambilan keputusan yang lebih cepat dan tepat
karena informasi yang dihasilkan oleh sistem baru.
7. Ketelitian/validitas
Yang termasuk dalam kriteria ketelitian yaitu sudahkah kesalahan-kesalahan
yang sebelumnya terjadi dapat diatasi atau ditangani atau berkurang
volumenya.
8. Keandalan/reabilitas
Apakah sistem baru yang dipakai lebih konsisten disbanding dengan sistem
sebelumnya.
2.2.4 Konsep Database
Basis data adalah suatu aplikasi terpisah yang menyimpan suatu koleksi data
(Simarmata, 2007). Basis data ini tersimpan di perangkat keras komputer dan
digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Basis data merupakan salah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-7
satu komponen yang penting dalam sistem informasi, karena merupakan basis
dalam menyediakan informasi bagai pemakai. Basis data terkomputerisasi dapat
di-update, file dapat terorganisasi, dan informasi dapat dibaca, dicari dengan
cepat, dan di-retrieve menggunakan komputer (Simarmata, 2007).
Tujuan basis data yaitu untuk mengatur data sehingga diperoleh kemudahan,
ketepatan, dan kecepatan dalam pengambilan kembali. Untuk mecapai tujuannya
terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi. Syarat tersebut yaitu tidak adanya
redundansi dan inkonsistensi data, mudah dalam pengaksesan data dan dapat
digunakan oleh beberapa user dalam waktu bersama.
Dengan basis data ini setiap orang atau bagian dapat memahami data
sebagai suatu hal yang berguna. Karena basis data memberikan informasi
kompleks terhadap sebuah permasalahan. Sumber data untuk basis data ini
ditangani oleh sebuah aplikasi sendiri. Jadi, sumber data untuk basis data akurat
dan terpercaya.
2.2.5 Entity Relationship Diagram (ERD)
ERD adalah suatu diagram yang digunakan untuk menggambarkan data
dalam bentuk entitas, atribut, dan hubungan antar entitas (Kadir, 2009). ERD tidak
mencerminkan bentuk fisik yang nantinya akan disimpan dalam database,
melainkan hanya bersifat konseptual. ERD merupakan alat yang cukup popular
sekarang, karena dapat menggambarkan arus data di dalam suatu sistem dengan
terstruktur dan jelas.
2.2.5.1 Simbol –Simbol yang Digunakan dalam ERD
Dalam menggambarkan sistem perlu dilakukan pembentukan simbol,
berikut ini simbol-simbol yang sering digunakan dalam ERD:
1. Entitas
Menurut Kadir (2009), entitas adalah sesuatu dalam dunia nyata yang
keberadaannya tidak bergantung pada yang lain. Entitas dapat berupa sesuatu
yang nyata ataupun abstrak (berupa suatu konsep), jadi entitas dapat berupa
seseorang, sebuah tempat, sebuah objek, seuah kejadian atau suatu konsep.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-8
Sebuah entitas dinyatakan dengan kata benda dan ditulis dengan huruf kapital.
Beberapa contoh entitas ditunjukkan di bawah ini.
Orang : MAHASISWA, DOSEN, PEGAWAI
Tempat : SEKOLAH, KANTOR, GUDANG
Objek : MESIN, GEDUNG, MOBIL
Kejadian : REGRISTRASI, PEMBELIAN
Konsep : REKENING, KURSUS
Gambar 2.2 Simbol Entitas di ERD
Sumber: Kadir, 2009
2. Atribut
Setiap entitas dinyatakan oleh sejumlah atribut. Menurut Kadir (2009), atribut
adalah property atau karakteristik yang terdapat pada setiap entitas. Setiap
atribut dinyatakan dengan kata benda dengan menggunakan huruf kapital untuk
setiap awal kata dan huruf kecil untuk yang lain. Jika atribut menggunakan
lebih dari satu kata maka dipisahkan oleh karakter garis bawah (_). Beberapa
contoh nama atribut:
Harga
Harga_Barang
Nomor_Induk_Mahasiswa
Gambar 2.3 Simbol Atribut di ERD
Sumber: Kadir, 2009
3. Hubungan
Hubungan (relationship) menyatakan keterkaitan antara beberapa tipe entitas.
Contoh penggambaran simbol hubungan ditunjukkan pada gambar 2.4.
Harga
Nama Entitas
Harga_Barang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-9
Gambar 2.4 Simbol Hubungan di ERD Sumber: Kadir, 2009
Jenis-jenis hubungan:
a. Hubungan one-to-one (1:1)
Menyatakan bahwa setiap entitas pada tipe entitas A paling banyak
berpasangan dengan satu entitas pada tipe entitas B. Begitu pula sebaliknya.
b. Hubungan one-to-many (1:M)
Menyatakan bahwa setiap entitas pada tipe entitas A bisa berpasangan
dengan banyak entitas pada tipe entitas B, sedangkan setiap entitas pada B
hanya bisa berpasangan dengan satu entitas pada tipe entitas B.
c. Hubungan many-to-one (M:1)
Menyatakan bahwa setiap entitas pada tipe entitas A paling banyak
berpasangan dengan satu entitas pada tipe entitas B dan setiap entitas pada
tipe entitas B bisa banyak entitas pada tipe entitas A.
d. Hubungan many-to-many (M:M)
Menyatakan bahwa setiap entitas pada tipe entitas A bisa berpasangan
dengan banyak entitas pada tipe entitas B dan begitu pula sebaliknya.
2.2.6 Desain Interface
Interface (antarmuka) pengguna merupakan tampilan dimana pengguna
berinteraksi dengan sistem (Al Fatta, 2007). Tujuan dari antarmuka pengguna
adalah untuk memungkinkan pengguna menjalankan setiap tugas dalam
kebutuhan pengguna (user requirement). Jadi dalam membangun sebuah
antarmuka pengguna harus berdasar pada kebutuhan pengguna.
Dalam mengembangkan antarmuka pengguna perlu diingat beberapa prinsip
antarmuka pengguna yang lain, yaitu:
1. Antarmuka yang baik tidak mengharuskan pengguna untuk mengingat tampilan
antarmuka pengguna.
Membimbing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-10
2. Antarmuka pengguna menampilkan apa yang dimengerti oleh pengguna atau
visualisasi keadaan dari sistem yang sekarang.
Ada beberapa hal yang harus dihindari dalam merancang interface
(antarmuka), yaitu:
1. Menampilkan terlalu banyak informasi dan terlalu banyak pilihan.
2. Menampilkan terlalu sedikit informasi, terlalu sedikit pilihan dan tanpa
konteks.
3. Eksploitasi struktur menu standar yang sudah familiar dengan perangkat lunak
yang sering digunakan pengguna.
Menurut Al Fatta (2007), tahapan merancang interface terdiri dari:
1. Desain perangkat lunak/menu.
2. Desain antarmuka, meliputi:
a. Desain form masukan
b. Desain aplikasi server
c. Desain aplikasi client
d. Desain form keluaran
2.2.7 Manajemen Persediaan
Persediaan adalah semua barang dan material yang digunakan dalam proses
produksi dan distribusi (Fogarty dkk., 1991). Persediaan digunakan untuk tujuan
tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan, untuk dijual kembali dan
untuk suku cadang dari suatu peralatan atau mesin (Herjanto, 1999). Persediaan
dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam proses, barang jadi
ataupun suku cadang. Perencanaan dan pengendalian persediaan merupakan suatu
kegiatan penting yang harus mendapat perhatian dari perusahaan karena
mempunyai nilai yang cukup besar dan mempunyai pengaruh terhadap besar kecil
biaya operasi.
2.2.7.1 Penyebab Persediaan
Persediaan merupakan suatu aset penting. Penyebab terjadinya persediaan
adalah sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-11
1. Mekanisme pemenuhan atas permintaan. Permintaan terhadap suatu barang
tidak dapat dipenuhi seketika bila barang tersebut tidak tersedia sebelumnya.
Penyiapan barang ini memerlukan waktu untuk pembuatan dan pengiriman,
maka adanya persediaan merupakan hal yang sulit dihindarkan.
2. Keinginan untuk meredam ketidakpastian. Ketidakpastian terjadi akibat
permintaan yang bervariasi dan tidak pasti dalam jumlah maupun kedatangan,
waktu pembuatan yang cenderung tidak konstan antara satu produk dengan
produk lain, waktu tenggang (lead time) yang cendrung tidak pasti karena
banyak faktor yang tidak dapat dikendalikan. Ketidakpastian ini dapat
diantisipasi dengan adanya persediaan.
3. Keinginan melakukan spekulasi yang bertujuan mendapatkan keuntungan besar
dari kenaikan harga di masa mendatang.
2.2.7.2 Fungsi Persediaan
Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting
yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan
adanya hambatan-hambatan pada proses produksi. Kekurangan persediaan barang
jadi di pasaran akan menimbulkan kekecewaan pada pelanggan dan akan
mengakibatkan perusahaan kehilangan mereka, sedangkan kelebihan persediaan
akan menimbulkan biaya ekstra (biaya penyimpanan dan lain-lain), di samping
resiko kerusakan karena penyimpanan barang yang terlalu lama. Sehingga dapat
dikatakan bahwa pengendalian persediaan yang efektif sangat diperlukan oleh
suatu perusahaan.
Oleh karena itu pengendalian persediaan pada hakikatnya mencakup dua
fungsi yang berhubungan sangat erat yaitu:
1. Perencanaan Persediaan
Aspek perencanaan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang akan
disediakan atau diproduksi dan sumber terbaik pengadaan barang-barang.
2. Pengawasan Persediaan
Aspek pengawasan yaitu:
a. Bilamana dan berapa kali pesanan atau produksi dilaksanakan.
b. Berapa banyak pesanan atau produksi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-12
Fungsi pengendalian persediaan ditentukan oleh berbagai kondisi yaitu:
1. Bila jangka waktu pengiriman relatif lama maka perusahaan perlu persediaan
bahan baku yang cukup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan selama jangka
waktu pengiriman. Atau pada perusahaan dagang, persediaan barang dagangan
harus cukup untuk melayani permintaan langganan selama jangka waktu
pengiriman barang dari penyedia atau produsen.
2. Seringkali jumlah yang dibeli atau diproduksi lebih besar daripada yang
dibutuhkan. Hal ini disebabkan karena membeli dan memproduksi dalam
jumlah yang besar pada umumnya lebih ekonomis. Karena sebagian
barang/bahan yang belum digunakan disimpan sebagai persediaan.
3. Apabila permintaan barang bersifat musiman sedangkan tingkat produksi setiap
saat adalah konstan maka perusahaan dapat melayani permintaan tersebut
dengan membuat tingkat persediaannya berfluktuasi mengikuti fluktuasi
permintaan. Tingkat produksi yang konstan umumnya lebih disukai karena
biaya-biaya untuk mencari dan melatih tenaga kerja baru, upah lembur, dan
sebagainya (bila tingkat produksi berfluktuasi) akan lebih besar daripada biaya
penyimpanan barang di gudang (bila tingkat persediaan berfluktuasi).
4. Selain untuk memenuhi permintaan pelanggan, persediaan juga diperlukan
apabila biaya untuk mencari barang/bahan pengganti atau biaya kehabisan
barang/bahan (stock out cost) relatif besar.
2.2.7.3 Tujuan Persediaan
Pengendalian persediaan dijalankan untuk menjaga tingkat persediaan
pada tingkat yang optimal sehingga diperoleh penghematan-penghematan pada
persediaan tersebut yaitu untuk menunjukkan tingkat persediaan yang sesuai
dengan kebutuhan dan dapat menjaga kontonuitas produksi dengan biaya yang
ekonomis. Dari pengertian di atas, maka tujuan pengendalian persediaan adalah
sebagai berikut:
1. Untuk dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan konsumen dengan cepat.
2. Untuk menjaga kontinuitas produksi atau menjaga agar perusahaan tidak
mengalami kehabisan persediaan yang berakibat terhentinya proses produksi.
3. Untuk mempertahankan dan meningkatkan penjualan dan laba perusahaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-13
4. Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari, karena dapat
mengakibatkan biaya pemesanan menjadi lebih besar.
5. Menjaga agar persediaan di gudang tidak berlebihan, karena dapat
mengakibatkan meningkatnya resiko dan juga biaya penyimpanan di gudang.
2.2.8 Komponen-Komponen Biaya Persediaan
Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya system persediaan adalah semua
pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya
sistem persediaan terdiri dari:
2.2.8.1 Biaya Pembelian (Purchasing Cost)
Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang.
Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan
harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang
yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini bias disebut sebagai
quantity discount atau price break dimana harga barang per unit akan turun bila
jumlah barang yang dibeli banyak.
Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian tidak
dimasukkan ke dalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa
harga barang per unit dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga
komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya 1 tahun)
konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi berapa banyak barang yang harus
dipesan.
2.2.8.2 Biaya Pengadaan (Procurement Cost)
Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal usul barang, yaitu:
1. Biaya pemesanan (ordering cost)
Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan
barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok
(supplier), pengetikan pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan
seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk sekali pesan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-14
2. Biaya pembuatan (setup cost)
Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul di dalam pabrik yang
meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan
gambar kerja dan seterusnya.
2.2.8.3 Biaya Penyimpanan (Holding Cost)
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat
menyimpan barang. Biaya ini meliputi:
1. Biaya Modal
Penumpukan barang di gudang berarti penumpukan modal, dimana modal
perusahaan memiliki ongkos (expense) yang dapat diukur dengan suatu bunga
bank. Oleh karena itu biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan
harus diperhitungkan dalam suatu biaya sistem persediaan. Biaya memiliki
persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu
tertentu.
2. Biaya Gudang
Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul
biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa maka biaya gudangnya
merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri
maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi.
3. Biaya Kerusakan dan Penyusutan
Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena
beratnya berkurang atau jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan
dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai persentasenya.
4. Biaya Kadaluarsa (Absolence)
Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan
teknologi dan model sepeti barang-barang elektronik. Biaya kadaluarsa
biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-15
5. Biaya Asuransi
Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tak
diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang
diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.
6. Biaya Administrasi dan Pemindahan
Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada,
baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan
biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan di dalam tempat penyimpanan,
termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling.
2.2.8.4 Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost)
Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan
terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian
karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat
keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih
ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari:
1. Kuantitas tidak dapat dipenuhi
Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi
permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini
diistilahkan sebagai biaya penalti atau hukuman kerugian bagi perusahaan.
2. Waktu Pemenuhan
Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau
lamanya perusahaan tidak mendapat keuntungan, sehingga waktu menganggur
tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan
diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang.
3. Biaya Pengadaan Darurat
Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang
biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal.
Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran
untuk menentukan biaya kekurangan persediaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-16
2.2.9 Sistem Persediaan ABC
Menurut Herjanto (1999), metode pengendalian persediaan ABC didasarkan
pada hubungan distribusi pendapatan yang dikemukakan oleh Pareto bahwa
distribusi sebagian pendapatan (85%) terpusat pada sebagian kecil individu (15%)
dari total populasi. Hubungan serupa juga terjadi dalam persediaan. Sebagian
kecil item persediaan dapat berdampak pada besarnya ongkos persediaan
keseluruhan. Pengendalian atas item-item dengan biaya tinggi akan meningkatkan
efisiensi dan efektivitas atas seluruh biaya persediaan. Metode pengendalian
persediaan untuk menangani hal ini dikenal sebagai metode ABC, menurut
klasifikasi persediaan. Persediaan yang bernilai tinggi digolongkan kedalam kelas
A, persediaan yang bernilai sedang digolongkan kedalam kelas B, dan persediaan
yang bernilai rendah digolongkan ke dalam kelas C. Ketiga kelas tersebut
memiliki perbedaan dalam kebijaksanaan persediaan. Persediaan kelas A dan B
harus diminimasi karena memiliki beban biaya persediaan yang tinggi. Berbeda
dengan persediaan kelas C, item dengan kelas ini dapat disediakan agak berlebih
karena beban biaya persediaan yang rendah dan mengurangi resiko kehabisan
persediaan. Menurut Fogarty dkk. (1991) penggunaan analisis ABC adalah:
1. Frekuensi penghitungan inventory (cycle counting), dimana material-material
kelas A harus diuji lebih sering dalam hal akurasi catatan inventori
dibandingkan material-material kelas B dan C.
2. Prioritas rekayasa (engineering), dimana material-material kelas A dan B
memberikan petunjuk pada bagian rekayasa dalam peningkatan program
reduksi biaya ketika mencari material-material tertentu yang perlu difokuskan.
3. Prioritas pembelian (perolehan), dimana aktifitas pembelian seharusnya
difokuskan pada bahan-bahan baku bernilai tinggi (high cost) dan penggunaan
dalam jumlah tinggi (high usage). Fokus pada material-material kelas A untuk
pemasokan (sourcing) dan negosiasi.
4. Keamanan: meskipun nilai biaya per unit merupakan indikator yang lebih baik
dibandingkan nilai penggunaan (usage value), namun analisis ABC boleh
digunakan sebagai indikator dari material-material mana (kelas A dan B) yang
seharusnya lebih aman disimpan dalam ruangan terkunci untuk mencegah
kehilangan, kerusakan, atau pencurian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-17
5. Sistem pengisian kembali (replenishment system), dimana klasifikasi ABC
akan membantu mengidentifikasikan metode pengendalian yang digunakan.
Akan lebih ekonomis apabila mengendalikan material-material kelas C dengan
simple two-bin system of replenishment (sinonim : bin reserve system or visual
review system) dan metode-metode yang lebih canggih untuk material-material
kelas A dan B.
6. Keputusan investasi, karena material-material kelas A menggambarkan
investasi yang lebih besar dalam inventori, maka perlu lebih berhati-hati dalam
membuat keputusan tentang kuantitas pesanan dan stok pengaman terhadap
material-material kelas A dibandingkan terhadap material-material kelas B dan
C.
Langkah-langkah untuk melakukan analisis ABC adalah sebagai berikut:
a. Penentuan nilai pemakaian barang.
Dengan rumus : bg = Rg x Cg................................................................... (2-1)
Dimana :
bg = Nilai pemakaian barang g (rupiah)
Rg = Jumlah pemakaian barang g (unit)
Cg = Harga barang g (rupiah)
b. Penentuan persentase nilai pemakaian dari setiap obat.
Dengan rumus :
B = å=
h
ggb
1
…………................................................................................. (2-2)
Bg = %100´B
bg …………....................................................................... (2-3)
Dimana :
bg = Nilai pemakaian barang g (rupiah)
h = Jumlah barang
B = Total nilai pemakaian barang (rupiah)
Bg = Persentase nilai pemakaian barang g (%)
c. Mengurutkan persentase nilai pemakaian barang dari terbesar hingga
terkecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-18
d. Mengklasifikasikan barang dalam kelas A, B, dan C. Menurut Herjanto
(1999), kriteria masing-masing kelas adalah:
1. Kelas A adalah persediaan yang memiliki nilai volume tahunan rupiah
yang tinggi. Kelas ini mewakili sekitar 70% dari total nilai persediaan,
meskipun jumlahnya hanya sedikit, bisa hanya 20% dari seluruh item.
2. Kelas B adalah persediaan dengan nilai volume tahunan rupiah yang
menengah. Kelompok ini mewakili sekitar 20% dari total nilai persediaan
tahunan, dan sekitar 30% dari jumlah item.
3. Kelas C adalah barang yang nilai volume tahunan rupiahnya rendah,
yang hanya mewakili sekitar 10% dari total nilai persediaan, tetapi terdiri
dari 50% dari jumlah item persediaan.
2.2.10 Analisis Vital, Essential, Desirable (VED)
Menurut Thawani dkk. (2004), klasifikasi obat menggunakan analisis VED
bertujuan untuk mengklasifikasikan obat berdasarkan kekritisan waktu pemberian
obat kepada pasien. Kategori obat tersebut adalah:
1. Obat kategori Vital adalah obat yang sangat dibutuhkan pasien dengan segera
untuk menyelamatkan hidup, obat kategori mutlak tersedia sepanjang waktu
dalam persediaan ruangan.
2. Obat kategori Essential adalah obat yang dibutuhkan pasien, kekritisan waktu
pemberian obat lebih rendah daripada kategori Vital, masih ada toleransi
kekosongan selama tidak lebih dari 24 jam.
3. Obat kategori Desirable adalah obat yang dibutuhkan oleh pasien, kekritisan
waktu pemberian obat paling rendah daripada Vital dan Essential. Obat ini
biasanya dalam sediaan oral untuk penanganan pasien lebih lanjut, masih ada
toleransi kekosongan selama tidak lebih dari 48 jam.
2.2.11 Analisis ABC-VED
Klasifikasi obat dengan menggunakan menggunakan analisis ABC dan
analisis VED menurut V.R. Thawani dkk. (2004) yaitu dari analisis ABC dan
VED diperoleh matrik, berdasarkan matrik tersebut obat dibedakan dalam 2
prioritas. Prioritas I merupakan obat yang membutuhkan prioritas manajemen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-19
yang lebih besar dalam pengendaliannya yaitu kelompok AV, AE, AD, BV, dan
BE. Prioritas II merupakan obat yang membutuhkan prioritas manajemen yang
lebih rendah dalam pengendaliannya yaitu kelompok BD, CV, CE, dan CD (abjad
pertama menyatakan analisis ABC dan abjad kedua menyatakan analisis VED).
Matrik analisis ABC dan analisis VED dapat dilihat pada tabel 2.1.
Tabel 2.1 Tabel Matrik Analisis ABC dan Analisis VED Kategori Obat A = 70% B = 20% C = 10%
V AV BV CVE AE BE CED AD BD CD
Sumber: V.R. Thawani dkk. (2004)
2.2.12 Peramalan
Peramalan (forecasting) merupakan bagian vital bagi setiap organisasi
bisnis dan untuk setiap pengambilan keputusan manajemen yang sangat
signifikan. Peramalan menjadi dasar bagi perencanaan jangka panjang
perusahaan. Dalam area fungsional keuangan, peramalan memberikan dasar
dalam menentukan anggaran dan pengendalian biaya. Pada bagian pemasaran,
peramalan penjualan dibutuhkan untuk merencanakan produk baru, kompensasi
tenaga penjual, dan beberapa keputusan penting lainnya. Selanjutnya, pada bagian
produksi dan operasi menggunakan data-data peramalan untuk perencanaan
kapasitas, fasilitas, produksi, penjadwalan, dan pengendalian persedian (inventory
control). Untuk menetapkan kebijakan ekonomi seperti tingkat pertumbuhan
ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat inflasi, dan lain sebagainya dapat pula
dilakukan dengan metode peramalan.
Peramalan adalah penggunaan data masa lalu dari sebuah variabel atau
kumpulan variabel untuk mengestimasi nilainya di masa yang akan datang.
Asumsi dasar dalam penerapan teknik-teknik peramalan adalah: “If we can
predict what the future will be like we can modify our behaviour now to be in a
better position, than we otherwise would have been, when the future arrives.”
Artinya, jika kita dapat memprediksi apa yang terjadi di masa depan maka kita
dapat mengubah kebiasaan kita saat ini menjadi lebih baik dan akan jauh lebih
berbeda di masa yang akan datang. Hal ini disebabkan kinerja di masa lalu akan
terus berulang setidaknya dalam masa mendatang yang relatif dekat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-20
2.2.13 Metode-Metode Peramalan
Secara garis besar ada 2 macam metode peramalan yang dapat digunakan
(Sipper dan Bulfin, 1997):
1. Peramalan dengan menggunakan metode kualitatif.
Peramalan dengan metode kualitatif dilakukan dengan beberapa alasan sebagai
berikut:
· Data masa lalu belum pernah ada atau susah diperoleh.
· Trend data masa lalu diperkirakan berbeda dengan trend masa yang akan
datang.
2. Peramalan dengan menggunakan metode kuantitatif.
Peramalan dengan kuantitatif dapat dilakukan dengan beberapa persyaratan
sebagai berikut:
· Data masa lalu bisa diperoleh dan dapat dikuantifikasi.
· Data masa lalu diperkirakan memiliki trend yang sama dengan data yang
akan datang.
Menurut Gasperz (1998), metode peramalan kuantitatif dapat digolongkan
pada dua bagian, yaitu:
a. Teknik deret berkala (time series), yaitu memperlakukan proses untuk
memperoleh output/ taksiran sebagai sistem yang tidak bisa diketahui (black
box) dan tidak perlu dilakukan usaha untuk menelusurinya. Berdasar pola
datanya, metode time series terdiri dari empat tipe yaitu: pola horizontal
atau stasioner, musiman (seasonal), siklik, trend. Gambar 2.5 merupakan
gambar dari masing-masing pola data time series:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-21
Gambar 2.5 Pola Data Time Series Sumber: Gasperz, 1998
Keterangan gambar:
· Pola data stationer (horizontal):
Suatu data runtut waktu yang bersifat stationer atau horizontal, dimana
serial data nilai rata-ratanya tidak berubah sepanjang waktu (data
berfluktuasi konstan pada nilai tertentu).
· Pola data musiman:
Suatu data runtut waktu yang bersifat musiman, dimana data mempunyai
perubahan yang berulang (sekumpulan data dipengaruhi faktor
musiman).
· Pola data siklis:
Terjadi bilamana datanya dipengruhi oleh fluktuasi jangka panjang
seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis.
· Pola data trend:
Suatu data runtut waktu yang bersifat tren. Suatu data runtut waktu
dikatakan mempunyai trend jika nilai harapannya beubah sepanjang
waktu sehingga data tersebut diharapkan akan meningkat atau menurun
selama periode dimana peramalan diinginkan.
b. Teknik explanatory atau kausal, yaitu metode yang mengasumsikan bahwa
faktor yang diramalkan menunjukkan suatu hubungan sebab akibat dengan
satu atau lebih variabel bebas. Tujuannya adalah menemukan bentuk
Pola data stationer Pola data musiman
Pola data siklis Pola data trend
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-22
hubungan tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai
mendatang dari variabel bebas.
2.2.14 Metode-Metode Peramalan Kuantitatif Time Series
Persamaan matematis yang digunakan dalam masing-masing metode
peramalan kuantitatif tersebut adalah sebagai berikut (Sipper dan Bulfin,1997).
1. Simple Average
Metode Simple Average menghitung rataan dari data yang tersedia (sejumlah T
periode), yaitu:
f(t + 1 ) = å=
n
t ntA
1
)(....................................................................................... (2-4)
Keterangan:
f(t+1) = Hasil peramalan untuk periode berikutnya
At = Data aktual pada periode t
n = Jumlah periode
Metode ini tepat digunakan jika datanya tidak memiliki trend dan tidak ada
faktor musiman.
2. Moving Average
Metode rata-rata bergerak akan efektif diterapkan apabila kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar terhadap produk akan tetap stabil
sepanjang waktu. Moving average diperoleh dengan merata-rata permintaan
berdasarkan beberapa data masa lalu yang terbaru, seperti pada persamaan 2-5.
T
XiF
t
Ttit
å-
-==
1
..……….................................................................................. (2-5)
Keterangan:
Ft = Peramalan untuk periode t
T = Jumlah periode dalam rata-rata bergerak
Xi = Data aktual pada periode i
3. Weighted Moving Average
Pada metode ini, setiap data diberikan bobot yang sama. Aktualnya hal ini
mustahil karena data yang lebih baru akan mempunyai bobot yang lebih tinggi
karena data tersebut merepresentasikan kondisi yang terakhir terjadi. Hal ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-23
yang melahirkan metode peramalan rata-rata bergerak dengan pembobotan.
Secara sistematis, WMA dapat dinyatakan sebagai berikut:
å
å
+-=
+-==+t
mtii
t
mtii
W
AW itF
1
1
.)1( ..………....................................................................... (2-6)
Keterangan:
F(t+1) = Hasil peramalan untuk periode berikutnya
Ai = Data aktual pada periode i
Wi = Bobot pada periode i
m = Jumlah periode dalam rata-rata bergerak
4. Exponential Smoothing
Metode exponential smoothing adalah suatu prosedur yang secara terus
menerus memperbaiki peramalan dengan merata-rata (menghaluskan =
smoothing) nilai masa lalu dari suatu data runtut waktu dengan cara menurun
(exponential). Menurut Trihendradi (2005) analisis exponential smoothing
merupakan salah satu analisis deret waktu, dan merupakan metode peramalan
dengan memberi nilai pembobot pada serangkaian pengamatan sebelumnya
untuk memprediksi nilai masa depan. Ada empat model dari metode
exponential smoothing yang mengakomodasi asumsi mengenai trend dan
musiman:
a. Single Exponential Smoothing
F(0) = A(1)
F(t+1) = a A(t) + (1 - a ) F(t) ….…............……............................... (2-7)
f(t +t ) = F(t)
Keterangan:
F(t+1) = Hasil peramalan untuk periode berikutnya
A(t) = Data aktual pada periode sekarang
α = Bobot atau konstanta penghalus antara 0 dan 1
F(t) = Hasil peramalan yang telah ditentukan sebelumnya
(periode sekarang)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-24
Pengaruh smoothing α pada metode ini yaitu semakin besar α, smoothing
yang dilakukan semakin kecil, dan sebaliknya. Karena α berupa variabel,
masalah pada peramalan metode ini dalah mencari nilai α yang optimal.
b. Double Exponential Smoothing
Metode ini digunakan ketika data menunjukkan adanya trend. Exponential
smoothing dengan adanya trend seperti pemulusan sederhana kecuali bahwa
dua komponen harus diupdate setiap periode-level dan trendnya. Level
adalah estimasi yang dimuluskan dari nilai data pada akhir masing-masing
periode. Trend adalah estimasi yang dihaluskan dari pertumbuhan rata-rata
pada akhir masing-masing periode. (Makridakis, 1991).
F(0) =1F (0) = A(1)
F(t) = a A(t) + (1 - a ) F(t - 1)
1F (t) = a F(t) + (1 - a ) 1F (t - 1) ….…............................................... (2-8)
f(t + t ) = 1F (t)
Keterangan:
F¹(t) = Hasil peramalan untuk periode saat ini
α = Bobot atau konstanta penghalus antara 0 dan 1
F(t) = Hasil peramalan metode SES (Single exponential
smoothing) pada periode saat ini
F¹(t-1) = Hasil peramalan untuk periode sebelumnya
c. Holt’s Linear Exponential Smoothing
Metode ini digunakan untuk menyelesaikan trend linier. Pada metode Holt
nilai trend tidak dimuluskan dengan pemulusan ganda secara langsung,
tetapi proses pemulusan trend dilakukan dengan menggunakan parameter
yang berbeda dengan parameter yang digunakan pada pemulusan data asli.
Metode Holt memberikan banyak kefleksibelan dalam menseleksi
komponen trend. Metode Holt secara matematis ditulis pada tiga persamaan
berikut:
Pemulusan total: St = a Xt + (1- a )(St-1 + Tt-1) ….…............................ (2-9)
Pemulusan trend: Tt = β(St – St-1) + (1 – β)Tt-1 ….…............................. (2-10)
Peramalan metode Holt: Ft+m = St + (Tt . m) ….…............................... (2-11)
Inisaialisasi: S1 = X1 …........................................….............................. (2-12)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-25
3
)()()( 3423121
XXXXXXT
-+-+-= ….…...................... (2-13)
Keterangan:
St = Nilai pemulusan tunggal
Xt = Data sebenarnya pada periode t
Tt = Pemulusan trend
Ft+m = Nilai ramalan
m = Periode masa mendatang
a , β = Konstanta dengan nilai antara 0 dan1
d. Winter’s Seasonal Exponential Smoothing
Metode ini digunakan untuk menyelesaikan data yang memiliki faktor
musiman. Metode ini serupa dengan metode Holt dengan ditambah sebuah
persamaan untuk mengatasi variasi musim (faktor musiman). Metode Holt
secara matematis ditulis pada empat persamaan berikut:
Pemulusan total: ))(1( 11 ---
+-+= ttLt
tt TS
I
XS aa .…................................. (2-14)
Pemulusan trend: 11 )1()( -- -+-= tttt TSST bb .….................................... (2-15)
Pemulusan musiman: Lt
t
tt I
S
XI --+= )1( gg ….….................................... (2-16)
Peramalan metode Winter: Ft+m = St + (Tt . m)It-L+m ….............…....... (2-17)
Inisaialisasi: SL+1 = XL+1 ….….............................................................. (2-18)
X
XT L
L = ….…................................................................... (2-19)
úû
ùêë
é -++
-+
-= +++
L
XX
L
XX
L
XX
LI LLLLl )(
...))(1 2211 ............... (2-20)
Keterangan:
St = Nilai pemulusan tunggal
Xt = Data sebenarnya pada periode t
Tt = Pemulusan trend
It = Pemulusan musiman
Ft+m = Nilai ramalan
L = Panjang musiman
m = Periode masa mendatang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-26
a = Parameter smoothing level yang berfungsi untuk menghaluskan
efek komponen random. Semakin kecil (mendekati nol) nilai
a semakin besar efek smoothing yang diberikan, dan
sebaliknya.
β = Parameter smoothing trend yang berfungsi untuk menghaluskan
efek komponen trend. Semakin kecil nilai parameter b semakin
besar efek smoothing yang diberikan, dan sebaliknya.
ϒ = Parameter untuk mengontrol pembobotan relatif pada
pengamatan baru untuk mengestimasi kemunculan pola
musiman. Nilai g berkisar dari 0 sampai 1. Semakin besar
menunjukkan pemberian bobot yang semakin besar pada
pengamatan terbaru.
5. Linear Regression
Dalam pendekatan ini, ada satu variabel produksi yang tidak bebas (dependent
atau y) & satu atau lebih variabel bebas (independent atau x). Atau dengan
kata lain, diasumsikan nilai produksi yang akan diramalkan , besar kecilnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Anggap saja ada dugaan bahwa nilai
produksi selama ini dipengaruhi oleh harga bahan baku, jumlah mesin yang
rusak, dan jumlah tenaga kerja yang tersedia,
2
11
2
111
÷ø
öçè
æ-
÷ø
öçè
æ÷ø
öçè
æ-
=
åå
ååå
==
===
N
ii
N
ii
N
i
N
i
N
iii
N
XXN
YiXiYXN
B
............................................................ (2-21)
N
XBYA
N
ii
N
ii
N
åå==
-= 11
.............................................................................. (2-22)
Y(t) = AN+BN(t) ......................................................................................... (2-23)
Keterangan:
N = Jumlah periode data historis
Yi = Jumlah pemakaian periode i
Xi = Periode i
Yt = Variabel dependen
AN = Konstanta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-27
BN = Koefisien variabel t
t = Variabel independen
2.2.15 Pemilihan Teknik Peramalan
Sebelum memilih suatu model peramalan tertentu, sebaiknya kita
mengidentifikasi pola historis dari data aktual permintaannya. Aturan pemilihan
berdasarkan pola data terdapat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Pemilihan Teknik Peramalan Pattern of Time Type of
data Horizon model Nonseasonal SeasonalNaïve ST, T, S S TS 1Simple averages ST S TS 30Moving averages ST S TS 4-20Exponential smoothing ST S TS 2Linear exponential smoothingQuadratic exponential smoothingSeasonal exponential smoothingAdaptive filtering S S TS 5 x sSimple regression T I C 10Multiple regression C, S I C 10 x VClassical decomposition S S TS 5 x sExponential trend model T I, L TS 10S-curve fitting T I, L TS 10Gompertz model I, L TS 10Growth curves I, L TS 10Census X-12 S S TS 6 x sBox-Jenkins ST, T, C, S S TS 24 3 x sLeading indicators C S C 24Econometric model C S C 30Time series regression T, S I, L C 6 x s
S S TS 2 x s
Minimal data requirementsMethod
T S TS 4
T S TS 3
Sumber : Makridakis dkk. (1991)
Keterangan:
· Pola data : ST = Stasioner; T = Trend; S = Musiman; C = Siklis
· Jangka waktu : S = singkat; I = menengah; L = panjang
· Tipe model : TS = runtun waktu; C = kausal
· Musiman : s = panjang musiman
· Variabel : V = jumlah variable
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-28
2.2.16 Pengukuran Kesalahan Peramalan
Peramalan yang baik mempunyai berbagai kriteria yang penting antara lain
akurasi, biaya dan kemudahan. Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan
bias dan konsistensi peramalan. Hasil peramalan dikatakan bias bila peramalan
tersebut terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang
sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten jika besar kesalahan
peramalan relatif kecil. Ukuran akurasi hasil peramalan merupakan tingkat
perbedaan antara hasil peramalan dengan permintaan yang sebenarnya terjadi.
(Sipper dan Bulfin, 1997). Ukuran akurasi peramalan yang biasa digunakan yaitu:
1. FXe iii-= ….………................................................................................... (2-24)
Keterangan:
Xt = Data aktual pada periode t
Ft = Hasil forecasting pada periode t
et = Kesalahan (error) pada periode t
2. Mean Error
å=
=n
t
tn n
eME
1
…….………......................................................................... (2-25)
Keterangan:
n = Jumlah periode
3. Mean Absolut Deviation
å=
=n
t
tn n
eMAD
1
…….………..................................................................... (2-26)
4. Sum Of Square Error
å=
=n
ttn eSSE
1
2 ............................................................................................ (2-27)
5. Mean Squared Error
å=
=n
t
tn n
eMSE
1
2
.......................................................................................... (2-28)
6. Standard Deviation of Error
å= -
=n
t
tn n
eSDE
1
2
1..................................................................................... (2-29)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-29
7. Percentage Error
%100xA
ePE
t
tt = ....................................................................................... (2-30)
Keterangan:
At = Data aktual periode t
8. Mean Percentage Error
å=
=n
t
tn n
PEMPE
1
........................................................................................ (2-31)
9. Mean Absolute Percentage Error
å=
=n
t
tn n
PEMAPE
1
..................................................................................... (2-32)
2.2.17 Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Model ini diarahkan untuk menemukan jumlah pesanan yang memenuhi
total biaya persediaan minimal dengan mempertimbangkan biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan, sehingga diharapkan tidak ada kekurangan persediaan.
Metode ini dapat digunakan baik untuk barang yang dibeli maupun untuk barang
yang diproduksi sendiri. Model persediaan ini memakai asumsi-asumsi sebagai
berikut:
1. Hanya satu barang yang diperhitungkan.
2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui, relatif tetap dan terus
menerus.
3. Barang yang dipesan diasumsikan langsung dapat tersedia atau berlimpah.
4. Waktu tenggang (lead time) bersifat konstan.
5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat
digunakan.
6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan.
7. Tidak ada quantity discount.
Secara grafis, model dasar persediaan ini dapat digambarkan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-30
Gambar 2.6 Grafik Model Persediaan EOQ Sumber: Herjanto, 1999
Dalam metode EOQ digunakan beberapa notasi sebagai berikut:
D = Jumlah pemesanan barang suatu periode (unit/tahun)
d = Tingkat kebutuhan per unit waktu (unit/tahun)
S = Biaya pemesanan (rupiah)
T = Periode/waktu pemesanan (tahun)
t = Waktu satu putaran produksi (tahun)
C = Harga barang (rupiah)
H = Biaya penyimpanan (rupiah/unit/tahun)
Q = Jumlah pemesanan (unit)
F = Frekuensi pemesanan (kali/tahun)
L = Waktu tenggang atau lead time (hari)
TC = Total biaya persediaan (rupiah/tahun)
Dirumuskan:
Frekuensi Pesanan = Jumlah pemesanan barang suatu periode / jumlah
pemesanan
QD
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-31
Biaya Pemesanan Pertahun = Frekuensi pesanan x biaya pesanan
SQD
=
Biaya Penyimpanan Pertahun = Persediaan rata-rata x biaya penyimpanan
HQ2
=
Total Biaya Pertahun (TC) = Biaya pemesanan pertahun + biaya
penyimpanan pertahun
HQ
SQD
2+=
EOQ terjadi bila biaya pemesanan sama dengan biaya penyimpanan, maka
HQ
SQD
2=
22 HQDS =
HDS
Q22 =
HDS
Q2* = ................................................ (2-33)
Q* adalah EOQ yaitu jumlah pemesanan yang memberikan total biaya
persediaan yang optimal.
2.2.18 Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Safety Stock berfungsi untuk melindungi atau menjaga kemungkinan
terjadinya kekurangan barang, misalnya karena penggunaan barang yang lebih
besar dari perkiraan semula atau keterlambatan dalam penerimaan barang yang
dipesan. Makin besar persediaan ini maka semakin besar resiko dalam bentuk
dana yang terikat dalam persediaan, kemungkinan kerusakan barang dan
kemungkinan penambahan biaya lainnya. Dalam hal ini harus diupayakan untuk
memperkecil resiko kehabisan persediaan (Rangkuty, 1997).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-32
Dengan rumus: qq ZSS s´= ............................................................ (2-34)
Sedangkan menurut Chopra dan Meindl (2001), untuk menentukan
besarnya standar deviasi bedasarkan hasil peramalan, maka dilakakuan perkalian
sebesar 1,25 dari nilai MAD peramalan terpilih.
Dengan rumus: MADq ´= 25.1s .....................................................(2-35)
Keterangan:
SSq = Safety stock obat q
σq = Standar deviasi obat q
Z = Service level (nilainya diperoleh dari tabel standar deviasi normal)
MAD= Mean Absolut Deviation
2.2.19 Pemesanan Kembali (Reorder Point)
Reorder Point adalah saat dimana harus diadakan pemesanan kembali
sehingga kedatangan atau penerimaan barang yang dipesan tepat waktu. Titik
pemesanan ulang dapat ditetapkan dengan menjumlahkan penggunaan selama
waktu tenggang ditambah dengan persediaan pengaman.
Dengan rumus: qrqq SSLDROP +´= )( ........................................ (2-36)
Keterangan:
ROP = Reorder point obat q
qD = Rata-rata pemakaian obat q per minggu
Lr = Lead time supplier r
SSq = Safety stock obat q
2.2.20 Total Inventory Cost
Total Inventory Cost merupakan keseluruhan dari biaya persediaan yang
terdiri dari biaya pembelian, biaya pemesanan, dan biaya penyimpanan.
Dengan rumus: å=
=N
qqqqN HSDTIC
1
2 ............................................. (2-37)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
II-33
2.2.21 Total Inventory Cost Perusahaan
Merupakan perhitungan total keseluruhan biaya persediaan menurut
metode Klinik Rawat Inap Budi Sehat.
Dengan rumus: ( ) ( )[ ]å=
´+´=N
qqqqBS SpHXTIC
1
............................. (2-38)
Keterangan:
TICBS = Total Inventory Cost persusahaan
N = Jumlah periode
qX = Rata-rata pemakaian obat q
Hq = Biaya simpan obat q
p = Frekuensi pembelian dalam setahun
Sq = Biaya pemesanan obat q