bab ii tinjauan pustaka -...

22
5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Diare 1. Pengertian Diare Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah, 1997). Diare adalah kondisi dimana terjadi perubahan kebiasan buang air besar dengan karakteristik feses cairan (Tarwoto, Wartonah, 2004). Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari (Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2008). Disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar lebih dari 4x pada bayi dan lebih dari 3x pada anak dengan konsistensi lembek sampai cair yang frekuensinya lebih sering dan dapat bercampur darah atau lendir saja dan berlangsung kurang dari 14 hari. 2. Penyebab Diare Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2004 secara klinis penyebab diare dikelompokkan dalam 6 kelompok besar. Dibawah ini adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan diare adalah : a. Infeksi dari bakteri virus dan parasit Virus : rotavirus,norwalk dan Norwalk like agens, adeno virus. Bakteri : shigella, salmonella, escheria coli, golongan vibrio, bacilus aereus, clostridium perfringen, staphylococcus aureus, camphylobacter dan aeromonas.

Upload: trandiep

Post on 14-Mar-2019

222 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Diare

1. Pengertian Diare

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4x pada

bayi dan lebih dari 3x pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna

hijau, dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Ngastiah,

1997).

Diare adalah kondisi dimana terjadi perubahan kebiasan buang air

besar dengan karakteristik feses cairan (Tarwoto, Wartonah, 2004).

Diare adalah buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa

air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung

kurang dari 14 hari (Dinas Kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2008).

Disimpulkan bahwa diare adalah buang air besar lebih dari 4x pada

bayi dan lebih dari 3x pada anak dengan konsistensi lembek sampai cair

yang frekuensinya lebih sering dan dapat bercampur darah atau lendir saja

dan berlangsung kurang dari 14 hari.

2. Penyebab Diare

Menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah 2004 secara klinis

penyebab diare dikelompokkan dalam 6 kelompok besar. Dibawah ini

adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan diare adalah :

a. Infeksi dari bakteri virus dan parasit

Virus : rotavirus,norwalk dan Norwalk like agens, adeno

virus.

Bakteri : shigella, salmonella, escheria coli, golongan vibrio,

bacilus aereus, clostridium perfringen, staphylococcus

aureus, camphylobacter dan aeromonas.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

6

Parasit

Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

coli, criptospandrum.

Cacing perut : ascaris, trichruris, strongiloides, blastissistis huminis.

b. Alergi

Alergi yang dapat disebabkan dari alergi makanan dan obat obatan.

c. Keracunan

Keracunan yang dapat disebabkan oleh keracunan :

1) Bahan kimia.

2) Racun yang diproduksi jasad renik ( algae ) dan ikan ,buah dan

sayur.

d. Imunodefisiensi

Imunodefisiensi yang dapat disebabkan penyakit HIV.

e. Malabsorpsi

Mal absorpsi yang dapat menyebabkan diare dapat dari mal absorpsi

protein dan lemak.

f. Sebab-sebab lain

Sebab lain misalnya masalah psikosomatis.

3. Patogenesis

Patogenesis penyakit diare menurut Iin Inayah tahun 2004 adalah :

a. Terdapat fakor yang menyebabkan diare yaitu :

1) Pengurangan atau penghambatan ion ion.

2) Perangsangan dan sekresi aktif ion ion pada usus.

b. Terdapatnya zat yang sukar di absorbsi atau cairan dengan tekanan

osmotik tinggi pada usus yaitu :

1) Larutan yang sukar diserap atau laksatif.

2) Penyimpangan penyerapan pencernaan.

3) Kegagalan pengangkutan makanan non eletrolit yang mempunyai

tekanan osmotik tinggi.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

7

c. Perubahan pergerakan dinding usus

1) Penurunan pergerakan peristaltic yang menyebabkan bertambahnya

perkembang biakan bakteri dalam rongga usus.

2) Meningkatnya pergerakan usus yang menyebabkan kurangnya

waktu antara kontak makanan dengan permukaan usus halus,

sehingga makanan cepat masuk ke dalam lumen kolon.

3) Pengosongan kolon secara prematur yag disebabkan isi kolon atau

proses peradangan kolon yang mempersingkat waktu kontak

sehingga volume dan feses akan bertambah cair.

4. Tanda dan Gejala

Gejala klinis penyakit diare menurut Iin Inayah tahun 2004 adalah :

a. Diare yang dapat bercampur darah, lendir, lemak atau berbuih.

b. Rasa sakit diperut.

c. Rasa kembung.

d. Demam.

5. Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostik yang diperlukan untuk klien dengan diare

menurut Iin Inayah tahun 2004 adalah:

a. Pemeriksaan Fisik

1) Penurunan berat badan.

2) Anemia.

3) Demam.

b. Pemeriksaan Khusus

1) Colok rectal.

2) Rekto sigmoideskopi.

3) Kolonoskopi.

4) Barium enema.

5) Barium follow through.

6) Foto dada.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

8

7) Barium meal.

c. Pemeriksaan laboratorium

1) Laju Endap Darah.

2) Hipokalsemia.

3) Avitaminosis D.

4) Serum albumin tinggi.

5) Fosfatase alkali.

6) Masa protrombin.

d. Radiologis

e. Kolonosopi

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan diare adalah

a. Istirahat mental dan fisik (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah,

2007).

b. Mengkoreksi cairan dan elektrolit (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2007).

c. Loperamid

Loperamid adalah opioid yang paling tepat untuk efek lokal pada usus

karena tidak mudah menembus kedalam otak. Oleh karena itu

loperamid hanya mempunyai sedikit efek sentral dan tidak

menyebabkan ketergantungan (Michael J.Nael, 2005).

d. Opiate (Iin Inayah, 2004).

e. Anti diare

Anti motilitas digunakan sebagai terapi simptomatis pada diare akut

ringan sampai sedang. Opioid seperti morfin, difenoksilat dan kodein

menstimulasi aktivitas reseptor m pada neuro mesentrikus dan

menyebabkan hiperpolarisasi dengan meningkatkan konduktansi

kaliumnya. Hal tersebut menghambat pelepasan asetil kolin dari

pleksus mienterikus dan menurunkan motiltas usus (Michael J.Nael,

2005).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

9

Prinsip penatalaksanaan untuk penderita diare menurut Dinas

Kesehatan provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 adalah :

a. Mencegah terjadinya dehidrasi

Mencegah dehidrasi dapat dilakukan dengan memberikan minum lebih

banyak dengan cairan rumah tangga yang dianjurkan. Bila tidak

mungkin berikan air matang, jangan berikan minuman berosmolaritas

tinggi seperti soft drink.

b. Mengobati dehidrasi

Obat dehidrasi yang cepat dan tepat adalah oralit. Bila dehidrasinya

berat dapat diberikan cairan ringer laktat secara intravena sebelum

dilanjutkan terapi oral.

c. Pemberian ASI/ makanan

Pemberian ASI/ makanan bertujuan untuk memberikan gizi pada

penderita agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya

berat badan.

d. Pemberian Zinc

Pemberian Zinc bertujuan untuk metabolisme radikal bebas super

peroksida sehingga kadar radikal bebas dalam tubuh berkurang.

e. Mengobati masalah lain

Apabila ditemukan penderita dengan disertai penyakit lain maka beri

pengobatan sesuai indikasi dengan tetap mengutamakan rehidrasi.

B. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penyakit Diare

Suatu penyakit timbul karena tidak seimbangnya berbagai faktor baik

dari faktor sumber penyakit, faktor penjamu, dan faktor lingkungan. Hal ini

disebut penyebab majemuk (Supariasa, dkk, 2001).

1. Penyebaran sumber penyakit yang menyebabkan diare

Faktor sumber penyakit dapat dibagi menjadi 8 unsur yaitu unsur

gizi, unsur kimia dari luar dan dalam, faktor fisiologis, faktor genetik,

faktor psikis, faktor tenaga dan kekuatan fisik, dan faktor biologi

(Supariasa, dkk, 2001).

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

10

Kuman penyebab diare bisanya menyebar melalui fecal oral antara

lain melalui makanan/ minuman yang tercemar tinja dan atau kontak

langsung dengan tinja penderita. Faktor perilaku yang dapat menyebabkan

penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya diare

menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 adalah

sebagai berikut :

a. Tidak diberi ASI penuh pada bulan pertama kehidupan

ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare. Tidak

memberikan ASI Eksklusif secara penuh selama 4 sampai 6 bulan

meningkatkan risiko untuk menderita diare lebih besar dari pada bayi

yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi berat

juga lebih besar. Pada bayi yang baru lahir, pemberian ASI secara

penuh mempunyai daya lindung 4 kali lebih besar terhadap diare

daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu formula.

b. Penggunaan botol susu

Penggunaan botol susu memudahkan pencemaran oleh kuman,

karena botol susu susah dibersihkan. Penggunaan botol untuk susu

formula, biasanya menyebabkan risiko tinggi terkena diare sehingga

mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

c. Kebiasaan cuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,

sesudah membuang tinja anak, sebelum menyuapi makan anak dan

sesudah makan, mempunyai dampak dalam menurunkan kejadian

diare.

d. Kebiasaan membuang tinja

Membuang tinja (termasuk tinja bayi) harus dilakukan secara

bersih dan benar. Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah

berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

11

dalam jumlah besar. Tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada

anak-anak dan orang tuanya.

e. Menggunakan air minum yang tercemar

Air mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat

disimpan dirumah. Pencemaran dirumah dapat terjadi kalau tempat

penyimpanan tidak tertutup atau tangan yang tercemar menyentuh air

pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan. Untuk mengurangi

risiko terhadap diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan

melindungi air tersebut dari kontaminasi.

f. Menggunakan jamban

Penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam

penularan risiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak

mempunyai jamban sebaiknya membuat jamban dan keluarga harus

buang air besar di jamban. Bila tidak mempunyai jamban, jangan

biarkan anak-anak pergi ke tempat buang air besar di jalan setapak atau

di tempat anak-anak bermain dan tempat buang air besar harus

berjarak kurang lebih 10 meter dari sumber air, serta hindari buang air

besar tanpa alas kaki.

g. Menyimpan makanan pada suhu kamar

Bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar maka

akan tercemar kuman dan kuman itu akan berkembang biak.

2. Faktor penjamu yang meningkatkan kerentanan terhadap diare

Faktor penjamu yang mempengaruhi kondisi manusia hingga

menimbulkan penyakit terdiri dari faktor genetik, umur, jenis kelamin,

kelompok etnis, fisiologis, immunologis, dan kebiasaan seseorang. Faktor

penjamu yang berpengaruh dalam timbulnya penyakit adalah kebiasaan

buruk seperti membuang sampah dan kotoran tidak pada tempatnya, cara

penyimpanan makanan yang kurang baik, higiene rumah tangga yang

kurang mendapat perhatian (Supariasa, dkk, 2001). Beberapa faktor yang

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

12

meningkatkan insiden beberapa penyakit dan lamanya diare menurut

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 yaitu :

a. Tidak memberikan ASI pada bulan pertama kehidupan dan tidak

meneruskan ASI sampai 2 tahun.

b. Kurang gizi

Berat penyakit, lama dan resiko kematian karena diare meningkat pada

anak yang mengalami kekurangan gizi.

c. Campak

Diare dan disentri akan semakin berakibat berat pada anak yang

menderita campak karena akibat dari penurunan kekebalan tubuh

penderita.

d. Imunodefisiensi / imunosupresi

Pada anak dengan imunosupresi berat, diare terjadi karena kuman tidak

patogen dan mungkin berlangsung lama.

e. Secara proporsional diare lebih banyak terjadi pada anak balita

3. Faktor Lingkungan dan Perilaku

a. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan menurut I Dewa Nyoman Supariasa, dkk 2001

dibagi menjadi 3 unsur utama yaitu :

1) Lingkungan Fisik seperti cuaca, tanah dan air.

2) Lingkungan Biologis seperti kependudukan, tumbuh-tumbuhan dan

hewan.

3) Lingkungan Sosial Ekonomi seperti pekerjaan, urbanisasi,

perkembangan ekonomi dan bencana alam.

Penyakit diare menurut Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah

2008 merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan. Dua

faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja.

Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia. Apabila

faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

13

melalui makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian

penyakit diare (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008).

Lingkungan yang sehat dapat tercermin dari lingkup terkecil

yaitu rumah. Penilaian rumah sehat tidak terlepas dari setiap

komponen komponennya yaitu yang terdiri dari komponen rumah itu

sendiri, dari komponen sarana sanitasi dalam rumah dan dari perilaku

penghuninya.

Komponen dari rumah diantaranya terdiri dari langit - langit,

dinding, lantai, jendela kamar tidur, jendela ruang keluarga, ventilasi,

lubang asap dapur,dan pencahayaan rumah.

Komponen sarana sanitasi rumah terdiri dari sarana air bersih,

jamban, Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL), dan sarana

pembuangan sampah.

Komponen yang ketiga yaitu perilaku penghuninya yaitu

membuka jendela kamar, membuka jendela ruang keluarga,

membersihkan rumah dan halaman, membuang tinja bayi dan balita ke

jamban dan membuang sampah pada tempat sampah.

Komponen sarana sanitasi rumah.

1) Sumber air bersih

Air sangat penting bagi kehidupan manusia. Di dalam

tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa

sekitar 55- 60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar

65% dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air

sangat kompleks antara lain untuk minum, memasak, mandi,

mencuci dan sebagainya. Di negara negara berkembang, termasuk

Indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per hari. Di

antara kegunaan-kegunaan air tersebut, yang sangat penting adalah

kebutuhan untuk minum. Oleh karena itu, untuk keperluan minum

dan masak air harus mempunyai persyaratan khusus agar air

tersebut tidak menimbulkan penyakit bagi manusia (Notoatmodjo,

2003).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

14

Syarat syarat air minum yang sehat menurut Notoatmodjo

Tahun 2003 diantaranya memenuhi kriteria :

a) Syarat fisik : tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, suhu

dibawah suhu di luarnya.

b) Syarat kimia : tidak mengandung zat zat tertentu dalam jumlah

tertentu pula.

c) Syarat bakteriologis : harus bebas dari segala macam bakteri

terutama bakteri pathogen.

Sumber air minum utama merupakan salah satu sarana

sanitasi yang tidak kalah pentingnya berkaitan dengan kejadian

diare. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui

jalur fekal oral.

Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam

mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya air

minum, jari-jari tangan, dan makanan yang disiapkan dalam panci

yang dicuci dengan air tercemar (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa

Tengah, 2008).

Macam-macam sumber air minum menurut Notoatmodjo

2003 antara lain :

a) Air permukaan adalah air yang terdapat pada permukaan tanah.

Misalnya : air sungai, air rawa dan danau.

b) Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah

dangkal atau air tanah dalam. Air dalam tanah adalah air yang

diperoleh pengumpulan air pada lapisan tanah yang dalam.

Misalnya air sumur dan air dari mata air.

c) Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir, seperti hujan

dan salju.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam penyediaan air

bersih menurut Notoatmodjo Tahun 2003 adalah :

a) Mengambil air dari sumber air yang bersih.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

15

b) Mengambil dan menyimpan air dalam tempat yang bersih dan

tertutup serta menggunakan gayung khusus untuk mengambil

air.

c) Memelihara atau menjaga sumber air dari pencemaran oleh

binatang, anak-anak, dan sumber pengotoran. Jarak antara

sumber air minum dengan sumber pengotoran seperti

septictank, tempat pembuangan sampah dan air limbah harus

lebih dari 10 meter.

d) Mengunakan air yang direbus.

e) Mencuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang

bersih dan cukup.

Ada beberapa cara pengolahan air minum yaitu dengan

pengolahan alamiah, pengolahan dengan menyaring, Pengolahan

dengan menambahkan zat kimia, pengolahan dengan mengalirkan

udara dan pengolahan air dengan memanaskan sampai mendidih.

2) Jenis tempat pembuangan tinja

Kotoran manusia adalah semua benda yang tidak dipakai

lagi oleh tubuh yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Kotoran

manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang multi komplek

(Supariasa, dkk, 2001).

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari

kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut

aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang

penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Supariasa,

dkk, 2001).

Syarat pembuangan kotoran yang memenuhi aturan

kesehatan menurut Notoatmodjo Tahun 2003 adalah :

a) Tidak mengotori permukaan tanah di sekitarnya.

b) Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.

c) Tidak mengotori air dalam tanah di sekitarnya.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

16

d) Tidak dapat terjangkau oleh serangga.

e) Tidak menimbulkan bau.

f) Pembuatannya murah.

g) Mudah digunakan dan dipelihara.

h) Sederhana Desainnya.

i) Dapat diterima oleh pemakainya.

Menurut Notoatmodjo Tahun 2003 agar persyaratan

tersebut dapat terpenuhi maka perlu diperhatikan hal hal sebagai

berikut :

a) Sebaiknya jamban tertutup.

b) Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat.

c) Bangunan jamban ditempatkan pada pada lokasi yang tidak

mengganggu pemandangan, tidak menimbulkan bau dan

sebagainya.

d) Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air, dan

lain-lain.

Macam-macam tempat pembuangan tinja menurut

Notoatmodjo Tahun 2003, antara lain :

a) Jamban cemplung (Pit latrine)

Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan.

Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam

tanah dengan diameter 80 – 120 cm sedalam 2,5 sampai 8

meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan

mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum

sekurang-kurangnya 15 meter.

b) Jamban cemplung berventilasi

Jamban ini hampir sama dengan jamban cemplung, bedanya

lebih lengkap yakni menggunakan ventilasi pipa.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

17

c) Jamban air (Water latrine)

Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam

tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukanya

sama seperti pembusukan tinja dalam air kali.

d) Jamban septic tank

Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi

air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari

kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar

dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk

masuk ke tempat penampungannya. Didalam tangki tinja akan

berada beberapa hari sehingga akan mengalami proses kimia

dan proses biologi.

e) Jamban empang / gantung (Overhung latrine)

Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam,

selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air

permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya

dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat

menimbulkan wabah.

3) Saluran Pembuangan Air Limbah ( SPAL )

Air limbah adalah kombinasi dari cairan dan sampah cair

yang berasal dari daerah pemukiman, perdagangan, perkantoran

dan industri, bersama sama dengan air tanah, air pemukiman dan

air hujan yang mungkin ada (Haryoto Kusnoputranto 1985).

Air limbah dapat berasal dari berbagai sumber menurut I

Dewa Nyoman Supariasa, dkk Tahun 2001 diantaranya :

a) Air buangan dari rumah tangga.

b) Air buangan industri.

c) Air buangan kota praja.

Karakteristik air limbah menurut Notoatmodjo Tahun 2003 :

a) Karakteristik fisik terdiri dari air, bahan padat dan suspensi.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

18

b) Karakteristik kimiawi terdiri dari campuran bahan kimia

anorganik dari air bersih dan bermacam macam zat organik dari

penguraian tinja, urine dan sampah lain.

c) Karakteristik biologis terdiri dari kandungan bakteri patogen

serta organisme golongan coli tergantung dari mana

sumbernya.

Menurut I Dewa Nyoman Supariasa, dkk Tahun 2001 air

limbah yang tidak diolah akan menyebabkan berbagai gangguan

kesehatan masyarakat dan lingkungan hidup antara lain :

a) Menjadi media penyebaran berbagai peyakit.

b) Menjadi media untuk berkembang biaknya mikro organisme

patogen.

c) Menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk/ tempat hidup

larva nyamuk.

d) Menimbulkan bau yang tidak enak dan pandangan yang kurang

sedap.

e) Merupakan sumber pencemaran air permukaan tanah dan

lingkungan hidup lainnya.

f) Mengurangi produktifitas manusia karena orang bekerja

dengan tidak nyaman.

Menurut I Dewa Nyoman Supariasa, dkk Tahun 2001 untuk

mencegah akibat buruk diatas maka diperlukan kondisi,

persyaratan dan upaya sedemkian rupa sehingga air tersebut :

a) Tidak mengakibatkan kontaminasi terhadap sumber air minum.

b) Tidak mengakibatkan pencemaran terhadap permukaan tanah.

c) Tidak mengakibatkan pencemaran air untuk mandi, perikanan,

air sungai dan tempat tempat rekreasi.

d) Tidak dapat dihinggapi serangga dan tikus dan tidak menjadi

tempat berkembang biaknya bibit penyakit dan vektor.

e) Tidak terbuka dan terkena udara luar.

f) Baunya tidak mengganggu.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

19

4) Sarana Pembuangan Sampah

Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah

tidak di pakai lagi oleh manusia atau benda padat yang sudah

digunakan dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Sumber

sumber sampah diantaranya berasal dari pemukiman, perkantoran,

industri, tempat tempat umum, jalan raya, pertanian, perkebunan,

peternakan dan perikanan (Notoatmodjo, 2003).

Ada 3 jenis sampah yaitu sampah padat, sampah cair dan

sampah yang berbentuk gas. Sampah erat kaitannya dengan

kesehatan masyarakat karena dari sampah akan hidup berbagai

mikro organisme penyebab penyakit dan binatang serangga sebagai

binatang penyebab penyakit (vektor) (Notoatmodjo, 2003).

Pengelolaan sampah yang baik selain untuk kepentingan

kesehatan juga untuk keindahan lingkungan. Pengelolaan sampah

meliputi pengumpulan pengangkutan, pemusnahan dan

pengelolaan sampah agar tidak menjadi gangguan kesehatan

masyarakat dan lingkungan hidup (Notoatmodjo, 2003).

b. Faktor Perilaku

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan

kesehatan, makanan dan lingkungan. Batasan unsur pokoknya adalah

respon dan stimulus. Respon dapat berupa aktif maupun pasif

(Notoatmodjo, 2003). Sedang stimulus terdiri dari 4 unsur pokok yaitu :

1) Perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yaitu bagaimana

manusia berespon baik secara aktif ataupun pasif yang dilakukan

sehubungan dengan penyakit dan sakit tersebut sesuai tingkat

pencegahan penyakit. Perilaku tersebut diantaranya adalah perilaku

sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan, perilaku

pencegahan penyakit, perilaku sehubungan dengan pencarian

pengobatan dan perilaku sehubungan dengan pemulihan kesehatan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

20

2) Perilaku terhadap sistem kesehatan adalah respon seseorang terhadap

sistem pelayanan kesehatan baik yang sifatnya modern ataupun

tradisional.

3) Perilaku terhadap makanan adalah respon seseorang terhadap makanan

sebagai kebutuhan vital bagi kehidupan.

4) Perilaku terhadap lingkungan kesehatan adalah respon terhadap

lingkungan sebagai determinan kesehatan manusia. Perilaku ini

mencakup perilaku sehubungan dengan air bersih, perilaku

sehubungan dengan pembuangan air kotor, perilaku sehubungan

dengan limbah, perilaku sehubungan dengan rumah sehat, perilaku

sehubungan dengan pemberantasan sarang nyamuk dan sebagainya.

Perilaku Terhadap Pencegahan Diare

Perilaku yang dapat mencegah diare menurut Dinas Kesehatan Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2008 adalah :

a. Pemberian ASI

ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat

makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna

dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk

menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain

yang dibutuhkan selama masa ini.

ASI bersifat steril, berbeda dengan sumber susu lain seperti

susu formula atau cairan lain yang disiapkan dengan air atau bahan-

bahan dapat terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI

saja, tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa menggunakan botol,

menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan

menyebabkan diare. Keadaan seperti ini disebut disusui secara penuh

(memberikan ASI eksklusif).

Bayi-bayi harus disusui secara penuh sampai mereka berumur 6

bulan. Setelah 6 bulan dari kehidupannya, pemberian ASI harus

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

21

diteruskan sambil ditambahkan dengan makanan lain (proses

menyapih).

ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan

adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI secara penuh

mempunyai daya lindung 4x lebih besar daripada terhadap diare

daripada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Flora normal

usus bayi-bayi yang disusui mencegah tumbuhnya bakteri pencegah

diare.

Pada bayi yang tidak diberi ASI secara penuh, pada 6 bulan

pertama kehidupan, mempunyai resiko mendapat diare 30x lebih besar.

Pemberian susu formula merupakan cara lain dari menyusui.

Penggunaan botol untuk susu formula, beresiko tinggi menyebabkan

diare yang dapat mengakibatkan terjadinya gizi buruk.

b. Makanan pendamping ASI

Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara

bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa

tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku

pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan

meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang

menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping

ASI yang baik meliputi perhatian terhadap kapan, apa dan bagaimana

makanan pendamping ASI diberikan.

Ada beberapa saran yang dapat meningkatkan cara pemberian

makanan pendamping ASI yang lebih baik, yaitu :

1) Perkenalkan makanan lunak, ketika anak berumur 6 bulan dan

dapat teruskan pemberian ASI. Tambahkan bermacam makanan

setelah anak berumur 9 bulan atau lebih. Berikan makanan lebih

sering (4x sehari). Setelah anak berumur 1 tahun, berikan semua

makanan yang dimasak dengan baik, 4-6 x sehari, serta teruskan

pemberian ASI bila mungkin.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

22

2) Tambahkan minyak, lemak dan gula ke dalam nasi / bubur dan biji-

bijian untuk energi. Tambahkan hasil olahan susu, telur, ikan,

daging, kacang-kacangan, buah-buahan dan sayuran berwarna

hijau ke dalam makanannya.

3) Cuci tangan sebelum menyiapkan makanan dan menyuapi anak.

Suapi anak dengan sendok yang bersih.

4) Masak atau rebus makanan dengan benar, simpan sisanya pada

tempat yang dingin dan panaskan dengan benar sebelum diberikan

kepada anak.

c. Menggunakan air bersih yang cukup

Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui jalur Fecal-oral kuman - kuman tersebut dapat ditularkan bila

masuk ke dalam mulut melalui cairan atau benda yang tercemar

dengan tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang

disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar (Notoatmodjo,

2003).

Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-

benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibanding

dengan masyarakat tidak mendapatkan air bersih.

Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare

yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut

dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di

rumah.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Ambil air dari sumber air yang bersih.

2) Simpan air dalam tempat yang bersih dan tertutup serta gunakan

gayung khusus untuk mengambil air.

3) Pelihara atau jaga sumber air dari pencemaran oleh binatang dan

untuk mandi anak-anak.

4) Minum air yang sudah matang.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

23

5) Cuci semua peralatan masak dan makan dengan air yang bersih dan

cukup.

d. Mencuci tangan

Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan

yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.

Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar,

sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan,

sebelum menyuapi makan anak dan sebelum makan, mempunyai

dampak dalam menurunkan kejadian diare.

e. Menggunakan jamban

Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya

penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan

resiko terhadap penyakit diare.

Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat

jamban dan keluarga harus buang air besar di jamban.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Keluarga harus mempunyai jamban yang berfungsi baik dan dapat

dipakai oleh seluruh keluarga.

2) Bersihkan jamban secara teratur.

3) Bila tidak ada jamban, jangan biarkan anak-anak pergi ke tempat

buang air besar sendiri, buang air besar hendaknya jauh dari

rumah, jalan setapak dan tidak di tempat anak-anak bermain serta

lebih kurang 10 meter dari sumber air,

4) Gunakan alas kaki bila akan buang air besar.

f. Membuang tinja bayi yang benar

Banyak orang beranggapan bahwa tinja bayi itu tidak

berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan

penyakit pada anak-anak dan orang tuanya. Tinja bayi harus dibuang

secara benar.

Yang harus diperhatikan oleh keluarga :

1) Kumpulkan segera tinja bayi atau anak kecil dan buang ke jamban.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

24

2) Bantu anak-anak buang air besar di tempat yang bersih dan mudah

dijangkau olehnya.

3) Bila tidak ada jamban, pilih tempat untuk membuang tinja anak

seperti di dalam lubang atau di kebun kemudian ditimbun.

4) Bersihkan dengan benar setelah buang air besar dan cuci tangannya

dengan sabun.

g. Pemberian imunisasi campak

Anak yang sakit campak sering disertai diare, sehingga

pemberian imunisasi campak juga dapat mencegah diare. Oleh karena

itu segera beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan

(Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2008).

Bayi

Bayi adalah individu yang berusia 0-12 bulan. Tumbuh

kembang bayi dari mulai pertumbuhan fisik, motorik, sensoris, dan

sosialisasi dan bulan mengalami peningkatan. Untuk dapat menunjang

tumbuh kembang bayi dibutuhkan tidak saja kebutuhan nutrisi tetapi

juga kebutuhan kasih sayang, emosi, dan lingkungan sosial agar bayi

dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Untuk kebutuhan

nutrisi, ASI adalah makanan paling baik untuk bayi. Komponen zat

makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna

dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk

menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Tidak ada makanan lain

yang dibutuhkan selama masa ini. ASI mempunyai khasiat preventif

secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang

dikandungnya. ASI secara penuh mempunyai daya lindung 4x lebih

besar daripada terhadap diare daripada pemberian ASI yang disertai

dengan susu botol. Flora normal usus bayi-bayi yang disusui mencegah

tumbuhnya bakteri pencegah diare.

Perkembangan psikososial anak yang dikemukakan Erick

Erikson dibagi menjadi 2 tahap yang memiliki 2 komponen yaitu

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

25

komponen yang bernilai baik dan kurang baik. Tahap perkembangan

psikososial pada anak bayi menurut Erison ada percaya versus tidak

percaya. Rasa aman dan rasa percaya terhadap lingkungan merupakan

kebutuhan primer. Alat yang digunakan bayi untuk berhubungan

dengan dunia luar adalah mulut dan panca indra. Perantara yang tepat

antara bayi dan lingkungan adalah ibu. Perkembangan kepribadian

berhubungan dengan bagian fungsi tubuh dan aktivitas yang

menyenangkan.

Freud menjelaskan dalam jiwa manusia terdapat tiga komponen

yang mendasari sifat dan kepribadian yaitu the id, ego dan super ego.

Pada bayi segala hal yang memberi kepuasan terfokus pada mulut.

Tahap perkembangan yang disampaikan Piagel bahwa perkembangan

intelektual bayi masuk di tahap sensorik motorik. Tahap ini bayi

menggunakan sistem penginderaan, motorik dan benda-benda untuk

mengenal lingkungan. Bayi menerima rangsang secara positif dan

memberi jawaban dari rangsang tersebut.

C. Kerangka Teori

Skema 2. 1. Kerangka Teori

Sumber : Leavell dan Clark (1965), Deswarni Idrus dan Gatot Kunanto

(1990)

Keterangan :

= tidak diteliti

= diteliti

Faktor Agens

Faktor Penjamu

Faktor Lingkungan dan Perilaku

Diare

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA - digilib.unimus.ac.iddigilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-eniwiharti...6 Parasit Protozoa : entamoeba hystolitica, giardia lamblilia, balantidium

26

D. Kerangka Konsep

Skema 2. 2. Kerangka Konsep

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneltian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status

perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya

(Sugiono, 2008). Ada dua jenis variabel yaitu :

1. Variabel Bebas

Variabel Bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau

berubahnya variabel tergantung (Sugiono, 2008).

Dalam penelitian ini yang dimaksud variabel bebas adalah faktor

faktor yang dapat menyebabkan diare yaitu dari faktor lingkungan

responden dan faktor perilaku responden terhadap pencegahan diare.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang menjadi akibat atau

terpengaruh oleh variabel bebas (Sugiono, 2008). Dalam penelitian ini

yang dimaksud variabel terikat adalah kejadian diare di Desa Jeruk Sari,

Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.

F. Hipotesis

Hipotesis alternatif

1. Ada hubungan antara faktor lingkungan dengan kejadian diare pada bayi

di Desa Jeruk Sari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.

2. Ada hubungan antara faktor perilaku dengan kejadian diare pada bayi di

Desa Jeruk Sari, Kecamatan Tirto, Kabupaten Pekalongan.

Lingkungan

Diare

Perilaku