bab ii tinjauan pustaka.docx
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1 Pengertian Bata ringan
Bata ringan adalah bata yang memiliki berat jenis(density) lebih ringan dari
pada bata pada umumnya (ngabdurrochman,2009)
Bata berpori disebut juga sebagai bata ringan atau beton ringan alternatif
bata. Hal ini bertujuan memudahkan pengertian dan sudah akrab bagi pemakai
bahan bangunan dinding. ( http://properti.mediatata.com/2010/01/beton-ringan-
alternatif-pengganti-bata.html )
Beton ringan adalah material yang memiliki sifat kuat, tahan air dan api, awet
(durable) yang dibuat di pabrik menggunakan mesin. Beton ini cukup ringan, halus,
dan memiliki tingkat kerataan yang baik.
Beton ringan bisa disebut sebagai beton ringan aerasi (Aerated Lightweight
Concrete/ALC) atau sering disebut juga (Autoclaved Aerated Concrete/ AAC) yang
mempunyai bahan baku utama terdiri dari pasir silika, kapur, semen, air, ditambah
dengan suatu bahan pengembang yang kemudian dirawat dengan tekanan uap air.
Tidak seperti bata biasa, berat bata ringan dapat diatur sesuai kebutuhan.
Pada umumnya berat bata ringan berkisar antara 600-1600 kg/m3. Karena itu
keunggulan bata ringan utamanya ada pada berat, sehingga apabila digunakan pada
proyek bangunan tinggi ( high rise building ) akan dapat secara signifikan
mengurangi berat sendiri bangunan, yang selanjutnya berdampak kepada
perhitungan pondasi. Bata berpori (ringan) atau beton ringan AAC ( Autoclaved
Aerated Concrete ) ini pertama kali dikembangkan di Swedia pada tahun 1923
sebagai alternatif material
bangunan untuk mengurangi penggundulan hutan. Bata ringan AAC ini
kemudian dikembangkan lagi oleh Joseph Hebel di Jerman pada tahun 1943.
Hasilnya bata berpori (ringan) atau beton ringan aerasi ini dianggap sempurna,
termasuk material bangunan yang ramah lingkungan, karena dibuat dari sumber
daya alam yang berlimpah. Sifatnya kuat, tahan lama, mudah dibentuk, efisien, dan
berdaya guna tinggi. Di Indonesia sendiri bata berpori ( beton ringan ) mulai dikenal
sejak tahun 1995, saat didirikannya PT Hebel Indonesia di Kerawang Timur, Jawa
Barat. ( Ngabdurrochman, 2009 ).
![Page 2: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/2.jpg)
Dalam kontruksi, bata adalah sebuah bahan bangunan komposit yang terbuat
dari kombinasi agregat dan pengikat semen.
Biasanya dipercayai bahwa bata mengering setelah pencampuran dan
peletakan. Sebenarnya, bata tidak menjadi padat karena air menguap, tetapi semen
berhidrasi, mengelem komponen lainnya bersama dan akhirnya membentuk material
seperti batu.
Bata (beton) normal diklasifikasikan menjadi dua golongan, yaitu bata normal
dan bata ringan. Bata normal tergolong bata yang memiliki densitas sekitar 2,2 – 2,4
gr/cm3 dan kekuatannya tergantung pada komposisi campuran bata ( mix design ).
Sedangkan untuk bata ringan atau beton ringan memiliki densitas < 1,8 gr/cm3,
begitu juga dengan kekuatannya sangat bervariasi dan sesuai dengan penggunaan
dan pencampuran bahan bakunya. Jenis dari bata ringan (beton ringan) ada dua,
yaitu bata ringan berpori ( aerated concrete ) dan bata ringan tidak berpori ( non
aerated concrete ). Bata ringan berpori (beton ringan berpori) adalah bata yang
dibuat agar strukturnya terdapat banyak pori. Bata semacam ini diproduksi dengan
menggunakan agregat ringan, misalnya : batu apung (pumice), diatomite, scoria,
volcanic cinders,
dan dicampur dengan bahan baku dari campuran semen, pasir, gypsum,
CaCO3 dan katalis aluminium. Dengan adanya katalis Al selama terjadi reaksi hidrasi
semen akan menimbulkan panas sehingga timbul gelembung-gelembung gas H2O,
CO2 dari reaksi tersebut. Akhirnya gelembung tersebut akan menimbulkan jejak pori
dalam bata yang sudah mengeras. Semakin banyak gas yang dihasilkan akan
semakin banyak pori yang terbentuk dan bata akan semakin ringan.
Berbeda dengan bata non aerated, pada bata ini ditambahkan agregat ringan
dalam pembuatannya seperti, serat sintesis dan alami, slag baja, perlite, dan lain-
lain. Pembuatan bata ringan berpori jauh lebih mahal karena menggunakan bahan-
bahan kimia tambahan dan mekanisme pengontrolan yang cukup sulit. ( Zulfikar
Syaram, 2010 ).
2.2 Karakteristik Beton Ringan
Presisi, karena dibuat oleh pabrik dan menggunakan mesin, maka ukuran dan
bentuk dari beton ringan ini lebih presisi daripada bata konvensional yang dibuat
dengan menggunakan tenaga manusia.
Sudut siku, sudut yang dimilik beton ringan benar – benar tegak lurus membentuk
90o.
![Page 3: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/3.jpg)
Permukaan halus dan pori – pori lebih rapat, Permukaan pada beton ringan
umumnya rata dan halus, serta memiliki pori yang lebih rapat, hal ini menyebabkan
beton ringan lebih kedap air.
Ringan dan kuat, beton ringan sesuai namanya memiliki berat yang lebih ringan dari
bata konvensional, hampir 1/3 berat dari bata konvensional. Tetapi walaupun
memiliki berat yang ringan, beton ringan tetap kuat.
2.3 Bahan-bahan bata berpori (ringan)
Bahan-bahan bata ringan terdiri dari:
1.semen
Semen (cement) adalah hasil industri dari paduan bahan baku : batu
kapur/gamping sebagai bahan utama dan lempung / tanah liat atau bahan pengganti
lainnya dengan hasil akhir berupa padatan berbentuk bubuk/bulk, tanpa memandang
proses pembuatannya, yang mengeras atau membatu pada pencampuran dengan
air. Batu kapur/gamping adalah bahan alam yang mengandung senyawa Calcium
Oksida (CaO), sedangkan lempung/tanah liat adalah bahan alam yang mengandung
senyawa : Silika Oksida (SiO2), Alumunium Oksida (Al2O3), Besi Oksida (Fe2O3 )
dan Magnesium Oksida (MgO). Untuk menghasilkan semen, bahan baku tersebut
dibakar sampai meleleh, sebagian untuk membentuk clinkernya, yang kemudian
dihancurkan dan ditambah dengan gips (gypsum) dalam jumlah yang sesuai. Hasil
akhir dari proses produksi dikemas dalam kantong/zak dengan berat rata-rata 40 kg
atau 50 kg.
Jenis-jenis semen menurut BPS adalah :
- Semen Abu atau Semen Portland adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan,
dibentuk dari bahan utama batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah
dalam tanur yang bersuhu dan bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan
sebagai perekat untuk memplester. Semen ini berdasarkan persentase kandungan
penyusunannya terdiri dari 5 (lima) tipe, yaitu tipe I sampai dengan V. (
http://www.beacukai.go.id/library/data/Semen.htm )
Macam – macam tipe semen, seperti yang di jelaskan berikut :
a. Semen Portland Type I
![Page 4: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/4.jpg)
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan
khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah
dan air yang mengandung sulfat 0,0% – 0,10 % dan dapat digunakan untuk
bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan jalan, struktur
rel, dan lain-lain.
b. Semen Portland Type II
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan
ketahanan sulfat ( Pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10 –
0,20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan
dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan
jembatan.
c. Semen Portland Type III
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal
tinggi pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan
jalan beton, bangunan-bangunan tingkat tinggi, bangunan-bangunan dalam air yang
tidak memerlukan ketahanan terhadap serangan sulfat.
d. Semen Portland Type IV
Adalah tipe semen dengan panas hidrasi rendah. Semen tipe ini digunakan
untuk keperluan konstruksi yang memerlukan jumlah dan kenaikan panas harus
diminimalkan. Oleh karena itu semen jenis ini akan memperoleh tingkat kuat beton
dengan lebih lambat ketimbang Portland tipe I. Tipe semen seperti ini digunakan
untuk struktur beton masif seperti dam gravitasi besar yang mana kenaikan
temperatur akibat panas yang dihasilkan selama proses curing merupakan faktor
kritis.
e. Semen Portland Type V
Dipakai untuk konstruksi bangunan-bangunan pada tanah/air yang
mengandung sulfat melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan
limbah pabrik, konstruksi dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan, dan
pembangkit tenaga nuklir. ( Hansen’s Kammer, 2009 ).
Semen Putih (gray cement) adalah semen yang lebih murni dari semen abu
dan digunakan untuk pekerjaan penyelesaian (finishing), seperti sebagai filler atau
pengisi. Semen jenis ini dibuat dari bahan utama kalsit (calcite) limestone murni.
![Page 5: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/5.jpg)
- Oil Well Cement atau semen sumur minyak adalah semen khusus yang
digunakan dalam proses pengeboran minyak bumi atau gas alam, baik di darat
maupun di lepas pantai.
- Mixed dan Fly Ash Cement adalah campuran semen abu ( semen
Portland ) dengan Pozzolan buatan (fly ash). Pozzolan buatan (fly ash) merupakan
hasil sampingan dari pembakaran batubara yang mengandung amorphous silika,
aluminium oksida, besi oksida dan oksida lainnya dalam berbagai variasi jumlah.
Semen ini digunakan sebagai campuran untuk membuat beton, sehingga menjadi
lebih keras.
Semakin baik mutu semen maka semakin lama mengeras atau membatunya
jika dicampur dengan air, dengan angka-angka hidrolitas yang dapat dihitung dengan
rumus : (% SiO2 + % Al2O3 + Fe2O3) : (%CaO + %MgO)
Angka hidrolitas ini berkisar antara <1/1,5 (lemah) hingga >1/2 (keras sekali).
Namun demikian dalam industri semen angka hidrolitas ini harus dijaga secara teliti
untuk mendapatkan mutu yang baik dan tetap, yaitu antara 1/1,9 dan 1/2,15.
Proses pembuatan semen dapat dibedakan menurut :
· Proses basah : semua bahan baku yang ada dicampur dengan air,
dihancurkan dan diuapkan kemudian dipanaskan dengan menggunakan bahan
bakar minyak, bakar (bunker crude oil). Proses ini jarang digunakan karena masalah
keterbatasan energi BBM.
· Proses kering : menggunakan teknik penggilingan dan blending kemudian
dibakar dengan bahan bakar batubara. Proses ini meliputi lima tahap pengelolaan
yaitu :
- proses pengeringan dan penggilingan bahan baku di rotary dryer dan roller
meal.
- proses pencampuran (homogenizing raw meal) untuk mendapatkan campuran
yang homogen.
- proses pembakaran raw meal untuk menghasilkan terak (clinker : bahan
setengah jadi yang dibutuhkan untuk pembuatan semen).
- pendinginan terak.
![Page 6: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/6.jpg)
- proses penggilingan akhir di mana clinker dan gypsum digiling dengan cement
mill.
2.Air
Air diperlukan pada pembuatan bata berpori untuk memicu proses kimia
semen, membasahi agregat dan memberikan kemudahan dalam pekerjaan bata. Air
yang dapat diminum umumnya dapat digunakan sebagai campuran bata. Air yang
mengandung senyawa-senyawa yang berbahaya, yang tercemar garam, minyak,
gula atau bahan kimia lainnya, bila dipakai dalam campuran bata akan menurunkan
kualitas bata, bahkan dapat mengubah sifat-sifat bata yang dihasilkan.
Air digunakan untuk membuat adukan menjadi bubur kental dan juga sebagai
bahan untuk menimbulkan reaksi pada bahan lain untuk dapat mengeras. Oleh
karena itu, air sangat dibutuhkan dalam pelaksanaan pengerjaan bahan. Tanpa air,
konstruksi bahan tidak akan terlaksana dengan baik dan sempurna.
3.Pasir Silika
Definisi Silika
Silika adalah senyawa kimia dengan rumus molekul SiO2 (silicon dioxsida)
yang dapat diperoleh dari silika mineral, nabati dan sintesis kristal. Silika mineral
adalah senyawa yang banyak ditemui dalam bahan tambang/galian yang berupa
mineral seperti pasir kuarsa, granit, dan fledsfar yang mengandung kristal-kristal
silika (SiO2) (Bragmann and Goncalves, 2006; Della et al, 2002). Selain terbentuk
secara alami, silika dengan struktur kristal tridimit dapat diperoleh dengan cara
memanaskan pasir kuarsa pada suhu 870°C dan bila pemanasan dilakukan pada
suhu 1470°C dapat diperoleh silika dengan struktur kristobalit (Cotton and Wilkinson,
1989). Silika juga dapat dibentuk dengan mereaksikan silikon dengan oksigen atau
udara pada suhu tinggi (Iler, 1979).
Klasifikasi Silika
Silika terbentuk melalui ikatan kovalen yang kuat serta memiliki struktur
dengan empat atom oksigen terikat pada posisi sudut tetrahedral di sekitar atom
pusat yaitu atom silikon. Pada umumnya silika adalah dalam bentuk amorf terhidrat,
namun bila pembakaran berlangsung terus-menerus pada suhu diatas 650°C maka
tingkat kristalinitasnya akan cenderung naik dengan terbentuknya fasa quartz,
crystobalite, dan tridymite (Hara, 1986). Bentuk struktur quartz, crystobalite, dan
![Page 7: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/7.jpg)
tridymite yang merupakan jenis kristal utama silica memiliki stabilitas dan kerapatan
yang berbeda (Brindley and Brown, 1980). Struktur Kristal quartz, crystobalite, dan
tridymite memiliki nilai densitas masing-masing sebesar 2,65×103 kg/m3, 2,27×103
kg/m3, dan 2,23×103 kg/m3 (Smallman and Bishop 2000). Berdasarkan perlakuan
termal, pada suhu < 570°C terbentuk low quartz, untuk suhu 570-870°C terbentuk
high quartz yang mengalami perubahan struktur menjadi crystobalite dan tridymite,
sedangkan pada suhu 870-1470°C terbentuk high tridymite, pada suhu ˃ 1470°C
terbentuk high crystobalite, dan pada suhu 1723°C terbentuk silika cair. Silika dapat
ditemukan di alam dalam beberapa bentuk meliputi kuarsa dan opal, silika memiliki
17 bentuk kristal (Wikipedia A, 2006), dan memiliki tiga bentuk kristal utama yaitu
kristobalit, tridimit, dan kuarsa .
Fungsi Pasir Silika atau biasa disebut pasir kuarsa atau pasir kwarsa (SiO2)
adalah untuk menghilangkan kandungan lumpur atau tanah dan sedimen pada air
minum atau air tanah atau air PDAM atau air gunung pada industri pengolahan air.
Selain di bidang pengolahan air, pasir silika dapat digunakan diberbagai industri
seperti industri/pengolahan sand blasting atau pembuatan lapangan futsal dengan
berbagai ukuran mesh. Dalam kegiatan industri, penggunaan pasir kuarsa sudah
berkembang meluas, baik langsung sebagai bahan baku utama maupun bahan
ikutan. Sebagai bahan baku utama, misalnya digunakan dalam industri gelas/kaca,
semen, tegel, mosaik keramik,Bata berpori(ringan), bahan baku fero silikon, silikon
carbide bahan abrasit (ampelas dan sand blasting). Sedangkan sebagai bahan
ikutan, misal dalam industri cor, industri perminyakan dan pertambangan, bata tahan
api (refraktori), dan lain sebagainya. Cadangan pasir kuarsa terbesar terdapat di
Sumatera Barat, potensi lain terdapat di Kalimantan Barat, Jawa Barat, Sumatera
Selatan, Kalimantan Selatan, dan Pulau Bangka dan Belitung.
Pasir kuarsa pada pembuatan semen berfungsi sebagai pelengkap
kandungan silika untuk semen yang dihasilkan. Kandungan silika untuk pabrik semen
berkisar 21,3% SiO2. Apabila komposisi SiO2 belum tercapai ditambahkan pasir
kuarsa. Pemakain pasir kuarsa di industri ini bervariasi tergantung kandungan silika
bahan baku lainnya, biasanya berkisar antara 6 - 7 % . Pada industri keramik, pasir
kuarsa merupakan pembentuk badan keramik bersama dengan bahan baku lain,
seperti kaolin, lempung, felspar, dan bahan pewarna. Pasir kuarsa ini umumnya
pembentuk sifat glazur pada badan keramik, sehingga berbentuk licin dan mudah
untuk dibersihkan. Selain itu, pasir kuarsa mempunyai sifat sebagai bahan pengurus
yang dapat mempermudah proses pengeringan, pengontrolan, penyusutan, dan
![Page 8: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/8.jpg)
memberi kerangka pada badan keramik. Proses akhir pengolahan pasir kuarsa
menjadi gelas dan kaca, yaitu dengan jalan meleburkannya bersama bahan-bahan
lain seperti soda dan kapur dalam tungku peleburan. Sebagai bahan pembentuk
gelas kontribusi silica (SiO2) sangat dominan. Unsur lain seperti soda (Na2O)
dimanfaatkan dalam proses pencairan, sedangkan kapur (CaO dan MgO) berfungsi
sebagai stabilisator ketika proses pencairan dan pembentukan kembali gelas dan
kaca tersebut. Biasanya, pada saat pengolahan ditambahkan belerang untuk
membantu pelunakan gelas ketika dicairkan. Untuk proses pembuatan gelas yang
berkualitas tinggi perlu ditambahkan aluminium oksida (Al2O3)dan B2O3 untuk
menambah ketahanan gelas. Pemanfaatan pasir kuarsa dalam industri pengecoran,
karena memiliki titik leleh lebih tinggi dari logam. Fungsi pasir kuarsa di industri ini
adalah sebagai pasir cetak dan foundry. Kondisi pasir kuarsa untuk pasir cetak perlu
kriteria khusus, seperti penyebaran dan kehalusan butir, bentuk butir, bulk density,
base permeability dan titik mensinter, kadar lempung, tempering water, kuat tekan,
kuat geser, dan permeabilitas.Pasir kuarsa pada industri bata berpori(ringan) dipakai
untuk pembentuk konstruksi bata. Pemakaian pasir kuarsa pada industri lainnya,
yaitu sebagai bahan pengeras pada pengolahan karet, bahan pengisi (industri cat),
bahan ampelas (industri gerinda), bahan penghilang karat (industri logam), bahan
penyaring (industri penjernihan air), bahan baku dalam pembuatan ferro silicon
carbide, dan lainnya, seperti dalam industri microchip (elektronika).
Saat ini dengan perkembangan teknologi mulai banyak aplikasi penggunaan
silika pada industri semakin meningkat terutama dalam penggunaan silika pada
ukuran partikel yang kecil sampai skala mikron atau bahkan nanosilika. Kondisi
ukuran partikel bahan baku yang diperkecil membuat produk memiliki sifat yang
berbeda yang dapat meningkatkan kualitas. Sebagai salah satu contoh silika dengan
ukuran mikron banyak diaplikasikan dalam material building, yaitu sebagai bahan
campuran pada beton. Rongga yang kosong di antara partikel semen akan diisi oleh
mikrosilika sehingga berfungsi sebagai bahan penguat beton (mechanical property)
dan meningkatkan daya tahan (durability). Selama ini kebutuhan mikrosilika dalam
negeri dipenuhi oleh produk impor. Ukuran lainnya yang lebih kecil adalah nanosilika
bnyak digunakan pada aplikasi di industri ban, karet, cat, kosmetik, elektronik, dan
keramik. Sebagai salah satu contoh adalah pada produk ban dan karet secara
umum. Manfaat dari penambahan nanosilika pada ban akan membuat ban memiiki
daya lekat yang lebih baik terlebih pada jalan salju, mereduksi kebisingan yang
ditimbulkan dan usia ban lebih pajang daripada produk ban tanpa penambahan
nanosilika. Untuk memperoleh ukuran silika sampai pada ukuran nano/ mikrosilika
![Page 9: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/9.jpg)
perlu perlakuan khusus pada prosesnya. Untuk mikrosilika biasanya dapat diperoleh
dengan metode special milling, yaitu metode milling biasa yang sudah dimodifikasi
khusus sehingga kemampuan untuk menghancurkannya jauh lebih efektif, dengan
metode ini bahkan dimungkinkan juga memperoleh silika sampai pada skala nano.
Sedangkan untuk nanosilika bisa diperoleh dengan metode-metode tertentu yang
sekarang telah banyak diteliti diantaranya adalah sol-gel process, gas phase
process, chemical precipitation, emulsion techniques, dan plasma spraying & foging
proses (Polimerisasi silika terlarut menjadi organo silika). Sebagai tambahan adalah
bahwa utilisasi kapasitas produksi industri silika lokal belum maksimal, baru 50% dari
kapasitas maksimal yang ada. Hal ini disebabkan karena produk silika lokal yang
dihasilkan belum memenuhi spesifikasi yang dibutuhkan oleh pasar yaitu silika
dengan ukuran sub mikron, sementara hasil produksi silika lokal berukuran = 30 µm.
Dengan cadangan bahan baku silika yang melimpah dan potensi pasar yang masih
terbuka lebar maka perlu dicarikan solusi agar sumber daya yang ada dapat
dimanfaatkan secara optimal bagi perkembangan industri menggunakan bahan baku
pasir silika.
4.Gipsum
Kata gipsum berasal dari kata kerja dalam bahasa Yunani μαγειρεύω, yang
artinya memasak. Disebut memasak karena di daerah Montmartre, Paris, pada
beberapa abad yang lalu orang-orangnya membakar gipsum untuk berbagai
keperluan, dan material tersebut kemudian disebat dengan plester dari Paris. Orang-
orang di daerah ini juga menggunakan gipsum sebagai krim untuk kaki, sampo, dan
sebagai produk perawatan rambut lainnya. Karena gipsum merupakan mineral yang
tidak larut dalam air dalam waktu yang lama, sehingga gipsum jarang ditemui dalam
bentuk butiran atau pasir. Tetapi ada suatu kejadian unik di White Sands National
Monument, di negara bagian New Mexico,Amerika Serikat, terdapat 710 km² pasir
gipsum putih yang cukup sebagai bahan baku untuk industri drywall selama 1000
tahun. Kristal gipsum terbesar dengan panjang lebih dari 10 meter pernah ditemukan
di Naica, Chihuihua, Mexico. Gipsum banyak ditemukan di berbagai daerah di dunia,
yaitu Jamaika, Iran, Thailand, Kalimantan dan Jawa Barat. Gipsum adalah salah satu
contoh mineral dengan kadar kalsium yang mendominasi pada mineralnya. Gipsum
yang paling umum ditemukan adalah jenis hidrat kalsium lain dari mineral-mineral
tersebut adalah karbonat,borat, nitrat, dan sulfat. Mineral-mineral ini diendapkan
di laut, danau, gua dan di lapian garam karena konsentrasi ion-ion oleh penguapan.
Ketika air panas atau air memiliki kadar garam yang tinggi, gipsum berubah
![Page 10: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/10.jpg)
menjadi basanit (CaSO4.H2O) atau juga menjadi anhidrit (CaSO4). Dalam keadaan
seimbang, gipsum yang berada di atas suhu 108 °F atau 42 °C dalam air murni akan
berubah menjadi anhidrit.
Klasifikasi
Gipsum secara umum mempunyai kelompok yang terdiri dari gipsum
batuan,Gipsit,Alabaster,satin spar,dan selenit.Gipsum juga dapat diklasifikasikan
berdasarkan tempat terjadinya yaitu endapan danau garam,berasosiasi dengan
belarang,terbentuk sekitar lumarot vulkanik,efflorescence pada tanah atau gua gua
kapur,tudung kubah garam,penudung oksida besi(gossan) pada endapan pirit di
daerah batu gamping.
Pembentukan
Gipsum terbentuk dalam kondisi berbagai kemurnian dan ketebalan yang
bervariasi. Gipsum merupakan garam yang pertama kali mengendap akibat
proses evaporasi air laut diikuti oleh anhidrit dan halit, ketika salinitas makin
bertambah. Sebagai mineral evaporit, endapan gipsum berbentuk lapisan di antara
batuan-batuan sedimen batu gamping, serpih merah, batu pasir, lempung, dan
garam batu, serta sering pula berbentuk endapan lensa-lensa dalam satuan-satuan
batuan sedimen. Menurut para ahli, endapan gipsum terjadi pada zaman Permian.
Endapan gipsum biasanya terdapat di danau, laut, mata air panas, dan jalur endapan
belerang yang berasal dari gunung api
Deskripsi
Gipsum termasuk mineral dengan sistem kristal monoklin 2/m, namun kristal
gipsnya masuk ke dalam sistem kristalorthorombik. Gipsum umumnya berwarna
putih, kelabu, cokelat, kuning, dan transparan. Hal ini tergantung mineral pengotor
yang berasosiasi dengan gipsum. Gipsum umumnya memiliki sifat lunak dan pejal
dengan skala Mohs 1,5 – 2. Berat jenis gipsum antara 2,31 – 2,35, kelarutan dalam
air 1,8 gr/liter pada 0 °C yang meningkat menjadi 2,1 gr/liter pada 40 °C, tapi
menurun lagi ketika suhu semakin tinggi. Gipsum memiliki pecahan yang baik, antara
66o sampai dengan 114o dan belahannya adalah jenis choncoidal. Gipsum memiliki
kilap sutra hingga kilap lilin, tergantung dari jenisnya. Gores gipsum berwarna putih,
memiliki derajat ketransparanan dari jenis transparan hingga translucent, serta
memiliki sifat menolak magnet atau disebut diamagnetit.
5.Batu Kapur atau Gamping
![Page 11: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/11.jpg)
Batu kapur merupakan salah satu sumber daya alam yang dibutuhkan oleh
manusia untuk mendukung kegiatan industri, kerajinan, dan bahan bangunan.
Pengertian dari batu kapur adalah
“sebuah batuan sedimen terdiri dari mineral calcite (kalsium carbonate). Sumber
utama dari calcite adalah organisme yang berasal dari laut dan menghasilkan kulit
kerang yang keluar ke air dan terbawa hingga bawah samudera sebagai pelagic
ozone.Calcite sekunder juga dapat terdeposi oleh air meteroik tersupersaturasi (air
tanah yang presipitasi material di gua). Ini menciptakan speleothem seperti
stalagmite dan stalaktit. Bentuk yang lebih jauh terbentuk dari Oolite (batu kapur
Oolitic) dan dapat dikenali dengan penampilannya yang “granular”. Batu kapur
membentuk 10% dari seluruh batuan sedimen.”
Pengertian lain dari batu kapur adalah batuan yang terdiri dari unsur kalsium
karbonat, terbentuk langsung dari presipitasi air laut akibat proses biokimia. Batu
kapur ini merupakan batuan karbonat yang insitu atau yang terbentuk pada tempat
asalnya.
Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang
terdapat di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan
cangkang/rumah kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari
kerangka binatang koral/kerang. Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda,
abu tua, coklat bahkan hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya.
Mineral karbonat yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur
adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan mineral metastable karena pada kurun
waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit (CaCO3). Mineral lainnya yang umum
ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau dolomit, tetapi dalam jumlah kecil
adalah Siderit (FeCO3), ankarerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3).
Penggunaan batu kapur sudah beragam diantaranya untuk bahan kaptan, bahan
campuran bangunan, industri bata ringan karet dan ban, kertas, dan lain-lain.
Potensi batu kapur di Indonesia sangat besar dan tersebar hampir merata di
seluruh kepulauan Indonesia. Sebagian besar cadangan batu kapur Indonesia
terdapat di Sumatera Barat
6.Alumunium
Aluminium ialah unsur melimpah ketiga terbanyak dalam kerak bumi (sesudah
oksigen dan silicon), mencapai 8,2 % dari massa total. Bijih yang paling penting
untuk produksi aluminium ialah bauksit, yaitu aluminium oksida terhidrasi yang
![Page 12: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/12.jpg)
mengandung 50 – 60 % Al2O3, 1 - 20 % Fe2O3, 1 - 10 % silika sedikit sekali
titanium, zirconium, vanadium, dan oksida logam transisi yang lain, dan sisanya 20 -
30 % adalah air. Bauksit dimurnikan melalui proses Bayer, yang mengambil manfaat
dari fakta bahwa oksida alumina amfoter larut dalam basa kuat tetapi besi (III) oksida
tidak. Bauksit mentah dilarutkan dalam natrium hidroksida Al2O3 (s) + 2 OH (aq) + 3
H2O (l) 2 Al(OH)4 (aq) Dan dipisahkan dari besi oksida terhidrasi serta zat asing tak
larut lainnya dengan penyaringan (Oxtoby, 2003).
Orang pertama yang telah berhasil memisahkan aluminium adalah H.Davy
yaitu pada tahun 1808. Pada tahun 1825 Oersted dapat menghasilkan aluminium
yang lebih murni dengan jalan memanaskan natrium amalgama dan natrium
aluminium klorida. Pada tahun 1854, Henari Saint Clavil Deauville memproduksi
aluminium dari natrium aluminium klorida dengan pemanasan menggunakan logam
natrium sebagai katalisator. Proses ini telah berlangsung kurang lebih 35 tahun.
Pada tahun 1886 Charles Hall dari USA menghasilkan aluminium dari proses
elektrolisa alumina yang dipisahkan dari campuran kriolit (Na3AlF6). Pada tahun
yang sama Poult Heroult dari prancis mendapatkan hak paten dari negaranya untuk
proses yang sama dengan Hall. Pada tahun 1983 kapasitas produksi aluminium
dengan metode Hall-Heroult ini meningkat dan berkembang pesat (Grjotheim 1988).
Aluminium diperoleh dari jenis-jenis tanah liat tertentu (bauksit). Bauksit mula-
mula dipisahkan lebih dahulu tanah-tawas murninya (oksida aluminium). Setelah itu
pada oksida aluminium cair itu dikalsinasikan dengan suatu prosedur elektrik. Oleh
karena suhu leleh oksida-aluminium sangat tinggi yaitu 2050oC maka pengolahan
aluminium sangat sukar. Logam aluminium mempunyai rumus kimia Al, mempunyai
berat jenis 2,6 – 2,7 dengan titik cair sebesar 659 oC. Aluminium adalah logam
lunak, dan lebih keras dari pada timah putih, tetapi lebih lunak dari pada seng. Warna
dari aluminium adalah putih kebiru-biruan.
Aluminium dapat dihasilkan melalui proses elektrolisis. Proses elektrolisis
yang dikembangkan untuk produksi industrial adalah proses elektrolisis Hall-Heroult.
Proses tersebut merupakan elektrolisis larutan alumina (Al2O3) di dalam lelehan
kriolit (Na3AlF6) pada temperature 960oC sehingga dihasilkan aluminium cair.
![Page 13: BAB II tinjauan pustaka.docx](https://reader035.vdocuments.pub/reader035/viewer/2022080901/55cf9001550346703ba240fc/html5/thumbnails/13.jpg)