bab ii tinjauan umum tentang leter of credit (l/c)
TRANSCRIPT
16
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG LETER OF CREDIT(L/C)
A. Pengertian Letter of Credit (L/C) dan Letter of Credit (L/C) Syariah
Letter of Credit (L/C) yang biasa disingkat dengan L/C dalam bahasa
Indonesia disebut sebagai Surat Kredit Berdokumen. L/C merupakan salah satu
jasa yang ditawarkan oleh bank dalam rangka pembelian suatu barang, berupa
penangguhan pembayaran pembelian oleh pembeli (importir) sejak L/C dibuka
sampai dengan jangka waktu tertentu sesuai perjanjian.31
Umumnya L/C
digunakan untuk membiayai kontrak pejualan barang jarak jauh, antar negara di
mana antar penjual dan pembeli belum saling mengenal dengan baik. Dan lebih
jelasnya L/C digunakan pada transaksi perdagangan Internasional.32
Letter of credit (L/C)digunakan untuk membiayai transaksi perdagangan
internasional. Tetapi, bukan merupakan garansi atau surat berharga yang dapat
dipindah tangankan.L/C adalah cara pembayaran dalam suatu transaksi ekspor-
impor yang aman untuk eksportir maupun importir. Untuk itusaat ini L/C
menjadi suatu instrumen atau alat yang dapat melindungi eksportir dan importir
dari tidak dipatuhinya kewajiban-kewajiban yang dipersyaratkan kedua belah
pihak.
Selanjutanya, Bank Indonesia telah mendefinisikan L/C sebagai janji dari
issuing bank untuk membayar sejumlah uang kepada eksportir sepanjang ia dapat
memenuhi syarat dari L/C tersebut. Inti dari definisi ini yaitu janji pembayaran
L/C kepada penerima dapat dilakukan langsung oleh bank penerbit atau melalui
bank lain sebagai kuasanya.33
31
Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta: Salemba Empat, 2006), 128
Selanjutnya ditulis: Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain 32
Ramlan Ginting, Letter of Credit Tinjauan Aspek Hukum & Bisnis (Jakarta: Salemba Empat,
2002), 15 Selanjutnya ditulis: Ginting, Letter of Credit 33
Bank Indonesia, Urusan Luar Negeri Bagian Penelitian dan pengaturan Lalu Lintas
Pembayaran Luar Negeri, Metode Pembayaran Internasional Letter of Credit (Jakarta: Bank
Indonesia, 1995) 2 Selanjutnya ditulis: Bank Indonesia, Urusan Luar Negeri
17
Emmy Pangaribuan Simanjuntak mendefinisikan Letter of credit (L/C)
sebagai suatu surat perintah membayar kepada seorang atau beberapa orang yang
dialamati untuk melakukan pembayaran sejumlah uang tertentu yang disebut
didalam surat perintah itu kepada orang tertentu.34
Pembukaan L/C oleh importir
dilakukan nasabah melalui bank yang disebut opening bank atau issuing bank
sedangkan bank eksportir merupakan bank pembayar terhadap barang yang
diperdagangkan. Dalam hal ini eksportir berhubungan dengan bank pembayar
atau disebut advising bank.35
Menurut ketentuan Uniform Customs and Prartice for Documentary
Credits (UCPDC), L/C merupakan janji dari bank penerbit untuk melakukan
pembayaran atau memberi kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran
kepada penerima atas penyerahan dokumen-dokumen yang sesuai dengan
persyaratan L/C.36
Pada hakikatnya Letter of credit (LC) adalah sebuah surat
yang mengalihkan kelayakan menerima kredit pembeli kepada sebuah bank.
Sebuah L/C dapat dianggap sebagai jaminan berkondisi yang dikeluarkan oleh
bank atas nama pembeli ditunjukkan kepada penjual untuk memastikan
pembayaran bila penjual memenuhi syarat yang tercantum dalam L/C.
Letter of Credit (L/C) dalam bank syariah termasuk produk pembiayaan,
yaitu pembiayaan L/C impor atau L/C ekspor syariah. Sebagaimana yang
dikatakan oleh Adiwarman A. Karim, secara definitif yang dimaksud dengan L/C
adalah pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi impor
atau ekspor nasabah.37
34
Emmy Pangaribuan Simanjuntak, Pembukuan Kredit Berdokumen (Yogyakarta: FH-UGM,
1979) 15 Selanjutnya ditulis: Simanjuntak, Pembukuan Kredit Berdokumen 35
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada,2012),
142-143 Selanjutnya ditulis: Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan 36
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis, Transaksi Bisnis Internasional
(Ekspor-Impor dan Imbal Beli) (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001), 8 Selanjutnya ditulis: Widjaja
dan Ahmad Yani, Seri Hukum Bisnis 37
Adiwarman A. Karim, Bank Islam; Analisis Fiqh dan Keuangan (Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2008), 252 Selanjutnya ditulis: Karim, Bank Islam
18
Mekanisme L/C pada bank syariah dan bank konvensional pada umumnya
sama seperti mekanisme pada bank konvensional. Namun demikian, terdapat
perbedaan mendasar antara mekanisme bank syariah dan bank konvensional,
yakni terletak pada akad serta kesepakatan jumlah upah atau ujrah atau fee pada
awal kesepakatan antara importir dengan bank yang merupakan imbalan atau jasa
yang dilakukan pihak bank pengurus L/C.38
Praktek penerbitan L/C pada bank
syariah merupakan suatu mekanisme yang bersifat komperhensif. Komperhensif
berarti syariah Islam merangkum seluruh aspek kehidupan, baik ritual (ibadah)
maupun sosial (muamalah).
Hakikat L/C adalah pembayaran dan oleh sebab itu, keseimbangan hak dan
kewajiban para pihak harus diperhatikan secara adil dan terbuka. Keadilan dan
keterbukaan dalam pelaksanaan L/C merupakan suatu yang harus dipenuhi
karena inti dari L/C adalah mewujudkan pembayaran sejumlah uang senilai yang
sudah di tetapkan dalam L/C.
Letter of credit (L/C) Syariah terbagi menjadi dua, L/C impor syariah dan
L/C ekspor syariah. L/C impor syariah adalah surat pernyataan akan membayar
kepada eksportir (beneficiary) yang diterbitkan oleh bank (issuing bank) atas
permintaan importir dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan
prinsip syariah.39
Sedangkan L/C ekspor syariah adalah surat pernyataan akan
membayar kepada Eksportir yang diterbitkan oleh bank untuk memfasilitasi
perdagangan ekspor dengan pemenuhan persyaratan tertentu sesuai dengan
prinsip syariah.40
Dan dari transaksi tersebut bank berhak untuk mendapatkan
kruntungan (fee)41
sesuai dengan kesepakatan yang telah di sepakati sebelumnya.
38
Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta: Gema Insani Press,
2001), 142 Selanjutnya ditulis: Syafi’i Antonio, Bank Syariah 39
Ftawa DSN-MUI No.34/DSN-MUI/IX/2002 (Tentang Letter of Credit Impor Syariah), 5 40
Fatwa DSN- MUI No.35/DSN-MUI/IX/2002 (Tentang Letter of Credit Ekspor Syariah), 6 41
Ktut Silvanita Mangani, Bank & Lemabaga Keuangan Lain (Jakarta: Erlangga, 2009), 22
Selanjutnya ditulis: Mangani, Bank & Lemabaga Keuangan Lain
19
Dan besarnya keuntungan (fee) atau ujrah harus pula di nyatakan dalam bentuk
nominal besarnya, bukan dalam bentuk persentase.
B. Sejarah Letter of Credit (L/C)
Perdagangan antar negara telah lama dikenal masyarakat sebelum abad ke
l7’. penggunaan L/C sebagai alat pembayaran awal mulanya tidak dapat
dinyatakan dengan pasti. Perkembangan dan bentuk yang sederhana sampai
menjadi bentuk kredit yang moderen sekitar abad ke 17 dan di negara Inggris
kredit dokumentar ini berkembang menjadi bentuknya seperti yang sekarang.
Sebab bentuk kredit ini mengalami kemajuan pesat disana, hal ini disebabkan
karena begitu jauh di negara tersebut tersedia kondisi-kondisi yang membantu
berkembangnya kredit dokumentan itu.42
Sekitar tahun 1914 London telah menguasai lalu lintas perdagangan luar
negerinya, pasar uang dan modal telah dimiliki oleh kota ini serta pengalaman-
pengalaman yang luas dalam bidang pembiayaan internasional sehingga mereka
mendapat kepercayaan dari seluruh dunia.
Inggris berusaha mempertahankan dalam politik luar negerinya status masa
lalunya sebagai negara kuat dan utama. Sebelum tahun 1914 perdagangan
didasarkan atas saling percaya, kegoncangan harga dan valuta pada waktu itu
tidak perlu dikawatirkan apabila mereka segera mengapalkan barang-barang
yang dipesan oleh importirnya walaupun pembayarannya diterima kemudian.
Sesudah perang dunia I selesai dan ketika dunia perdagangan internasional
ingin meneggakkan kembali hubungan perdagangan, pengusaha-penguasaha itu
menghadapi kenyataan bahwa cara pembayaran yang diikuti sebelum perang
yang berdasarkan kepercayaan semata-mata tidak dapat dipertahankan lagi
disamping itu para eksportir dan importir tidak mengetahui tentang kebiasaan
42
M. Syarif Arbi, Petunjuk Praktis Perdagangan Luar Negeri, Edisi kedua: Seri Ekspor
(Yogyakarta: BPFE Fakultas Ekonomi UGM, 2013), 1 Selanjutnya ditulis: Arbi, Petunjuk Praktis
Perdagangan Luar Negeri
20
lisensi dagang yang berlaku dinegara, sedang relasi-relasi baru yang baik pun
sukar didapat.43
Dengan adanya unsur resiko ini bagi eksportir dan importir,
maka ditempuh cara pembayaran dalam setiap transaksi, luar negerinya.
C. Fungsi Letter of Credit (L/C)
Letter of Credit memiliki 2 fungsi utama yaitu sebagai alat pembayaran dan
sebagai alat penjamin. Maksud dari sebagai alat pembayaran adalah dengan
memberikan rasa aman kepada penerima yang dapat dilaksanakan jika semua
syarat L/C telah dipenuhi. Sedangkan yang dimaksud sebagai alat penjamin yaitu
dengan memberikan rasa aman kepada pihak terjamin yang dapat dilaksanakan
jika pelaksanaan kontrak dasar yang dijamin L/C tidak dapat dilakukan pihak
yang dijamin.44
D. Pihak-Pihak yang Terkait Dalam Letter Of Credit (L/C)
Dalam Pelaksanaannya L/C melibatkan beberapa pihak yang terkait dalam
penerbitan. Ditinjau dari segi hukum, hubungan masing-masing pihak yang
terkait dari transaksi tersebut meliputi hubungan-hubungan yang akan dijelaskan
berikut ini:
1. Applicant
Applicant/pemohon/pembuka L/C adalah pihak yang meminta dan
memerintahkan kepada bank untuk membuka L/C untuk keuntungan
penerima L/C (beneficiary/penjual barang/eksportir). Dalam perintah kepada
bank untuk membuka L/C, pemohon menyatakan bertanggung jawab untuk
membayar dokumen sepanjang semua persyaratan yang tertera di dalam L/C
dipenuhi. 45
43
Supriyo Andhibroto, Letter of Credit dalam Teori dan Praktek (Bandung: Diponegoro, 1988),
1 Selanjutnya ditulis: Andhibroto, Letter of Credit 44
Roselyne Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor Edisi Kedua (Jakarta: Erlangga, 1996) 78
Selanjutnya ditulis: Hutabarat, Transaksi Ekspor Impor 45
Taswan, Akuntansi Perbankan: Transaksi dalam Valuta Rupiah (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2008), 322 Selanjutnya ditulis: Taswan, Akuntansi Perbankan
21
2. Bineficiary46
Beneficiary/Penerima L/C adalah penjual/eksportir yang diberi hak untuk
menarik sejumlah uang yang tertera dalam L/C dengan memenuhi semua
persyaratan yang diminta atau pihak yang mendapatkan manfaat dari
terbitnya L/C.
3. Opening / Issuing Bank47
Issuing Bank yaitu bank yang membuka L/C untuk kepentingan beneficiary.
Di dalam L/C dicantumkan persyaratan yang diminta oleh pembuka,
persyaratan yang mana harus dipenuhi oleh beneficiary.
4. Advising Bank48
Advising bank adalah bank yang menerima dan meneruskan L/C kepada
bineficiary atau bank lain yang ditunjuk dalam L/C.
5. Negotiating Bank49
Negotiating Bank adalah bank yang mengambil alih dokumen yang
dipersyaratkan dalam L/C. Menegosiasi/mengambil alih adalah membayar
terlebih dahulu kepada beneficiary atas dokumen yang disyaratkan dalam
L/C dan kemudian menagih (me-reimburs) kepada bank pembuka L/C
dengan mengirimkan dokumen yang telah diambil alih.
6. Confirming Bank50
Confirming Bank adalah bank yang ikut menjamin suatu L/C atas
permintaan atau otorisasi dari Issuing Bank.
E. Jenis dan Bentuk Letter of Credit (L/C)
Dalam praktik transaksi ekspor-impor dikenal beberapa macam jenis L/C.
Issuing Bank atau Opening Bank mendapatkan penegasan dalam aplikasi
pembukaan L/C mengenai jenis dan bentuk L/C yang akan dibuka yaitu:
46
Taswan, Akuntansi Perbankan, 322 47
Taswan, Akuntansi Perbankan, 322 48
Taswan, Akuntansi Perbankan, 323 49
Taswan, Akuntansi Perbankan, 323 50
Taswan, Akuntansi Perbankan, 323
22
1. Revocable L/C51
L/C yang dapat diubah atau dibatalkan sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan
terlebih dahulu kepada beneficiary. Ketentun tersebut menunjukan bahwa
suatu L/C yang dapat ditarik kembali atau dibatalkan tidak menciptakan
suatu ikatan hukum antara pihak bank dan beneficiary. Sebenarnya bentuk
ini kurang tapat apabila disebut L/C karena tidak mengandung jaminan
bahwa wesel-weselnya akan dibayar ketika diajukan, mengingat pembatalan
mungkin telah terjadi tanpa pemberitahuan kepada beneficiary.
2. Irrevoable L/C52
L/C yang tidak dapat diubah atau dibatalkan tanpa persetujuan semua pihak,
baik pembeli, penjual, maupun pihak bank yang bersangkutan. Selama
jangka waktu berlaku yang ditentukan dalam L/C, Issuing bank tetap
menjamin untuk membayar, mengaksep, atau menegosiasi wesel-wesel yang
ditarik atas L/C tersebut asalkan syarat-syarat dan kondisi yang ditetapkan
didalamnya terpenuhi.
3. Corfirmed Irrevocabe L/C53
Dianggap sebagai L/C paling sempurna dan paling aman dari sudut penerima
L/C (bineficiary) karena pembayaran atau pelunasan wesel yang ditarik atas
L/C ini dijamin sepenuhnya oleh opening bank maupun oleh advising bank,
bila segala syarat-syarat dipenuhi, serta tidak mudah dibatalkan karena
sifatnya yang irrevocable.
4. Sight Payment L/C54
Merupakan L/C yang pembayarannya secara tunai atau langsung pada saat
dokumen diajukan oleh eksportir kepada advise bank.
51 Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Memahami Bisnis Bank: Modul Sertifikasi Tingkat I – General
Banking (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2013), 64 Selanjutnya ditulis: Ikatan Bankir Indonesia
Memahami Bisnis Bank 52
Ikatan Bankir Indonesia Memahami Bisnis Bank, 65 53
Ikatan Bankir Indonesia Memahami Bisnis Bank, 66 54
Kasmir, Manajemen Perbankan Edisi Revisi (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2012),144
Selanjutnya ditulis: Kasmir, Manajemen Perbankan
23
5. Unsance L/C
L/C yang pembayarannya baru dilakukan dengan tenggang waktu tertentu,
misalnya 1 bulan dari pengangkutan barang atau 1 bulan setelah penunjukan
dokumen.55
Unsance L/C disebut juga dengan acceptance L/C. Pada
prakteknya akseptasi dilakukan atas wesel berjangka yang berarti jaminan
pembayaran pada saat jatuh tempo.56
6. Restricted L/C57
Yaitu L/C yang pembayarannya atau penerusannya L/C hanya di batasi
kepada bank-bank tertentu yang tercantum dalam L/C.
7. Unrestricted L/C
Adalah L/C yang membebaskan negosiasi dokumen di bank manapun.
8. Assigment L/C
L/C yang membolehkan pengalihan hasil pembayaran atas L/C kepada pihak
lain atas permintaan penerima. Terlepas dari L/C merupakan transferable
L/C atau bukan, hak atas pembayaran L/C dapat diserahkan kepada pihak
lain sesuai dengan hukum yang berlaku.
9. Clean L/C
Dalam L/C ini tidak dicantumkan syarat-syarat lain untuk penarikan suatu
wesel. Artinya, tidak diperlukan dokumen-dokumen lainnya, bahkan
pengambilan uang dari kredit yang tersedia dapat dilakukan dengan kuitansi
biasa.
10. Negotiation L/C
Adalah L/C yang pembayarannya dengan cara membeli wesel atau
dokumen-dokumen yang diajukan oleh penerima.
55
Kasmir, Manajemen Perbankan, 144 56
Ginting, Letter of Credit, 40 57
Kasmir, Manajemen Perbankan, 144
24
11. Transferable L/C
Suatu kredit yang memberikan hak kepada beneficiary untuk meminta
kepada bank yang diamanatkan melakukan pembayaran atau akseptasi,
kepada setiap bank yang berhak melakukan negosiasi, untuk menyerahkan
hak atas kredit itu seluruhnya atau sebagian kepada suatu pihak ketiga atau
lebih.
12. Back to back L/C58
Back to back L/C dipakai dalam keadaan seperti halnya pada Transferable
L/C, yakni suatu transaksi dagang yang dilakukan dengan melalui pedagang
perantara atau dalam keadaan dimana hubungan langsung antara pembeli
dan supplier tidak dimungkinkan oleh peraturan-peraturan negara yang
bersangkutan. Walaupun ada persamaan demikian, tidak berarti seluruh
ketentuan yang berlaku terhadap Transferable L/C berlaku juga bagi Back to
Back L/C.
13. Revolving L/C
Dalam suatu kegiatan perdagangan luar negeri antara penjual dan pembeli
sering terjadi serentetan transaksi yang secara kontinu dan teratur, baik
waktu maupun jumlah. Revolving L/C memberikan hak kepada bineficiary
untuk memakai ulang kredit yang tersedia tanpa harus mengadakan
perubahan syarat khusus pada L/C tersebut.
14. Stand By L/C
Suatu jaminan khusus yang biasanya dipakai sebagai “stand by” oleh pihak
bineficiary atau bank atas nama nasabahnya. Dalam hal ini apabila hak
applicant gagal untuk melaksanakan suatu kontrak atau gagal untuk
membayar pinjaman atau memenuhi pinjaman lain, bank yang bersangkutan
akan membayar kepada bineficiary atas penyerahan selembar sight draft dan
surat pernyataan dari bineficiary, yang menyatakan bahwa applicant atau
58
Ikatan Bankir Indonesia (IBI), Memahami Bisnis Bank, 65
25
kontraktor tidak dapat melaksanakan kontrak yang disetujui, membayar
pinjaman, atau memenuhi kewajiban lain itu.
15. Red Clause L/C59
Merupakan L/C di mana bank pembuka L/C memberi kuasa kepada bank
pembayar untuk membayar uang muka kepada bineficiary sebagian tertentu
atau seluruh nilai L/C sebelum bineficiary menyerahkan dokumen.
F. Proses Pembayaran Letter of Credit (L/C)
Mekanisme umum transaksi pembayarab dengan L/C dapat dilihat dalam
skema sebagai berikut60
:
Skema 2.1
Alur pemabayaran L/C
59
Kasmir, Manajemen Perbankan, 145 60
Ismawanto, Ekonomi 2: Untuk SMA dan MA Kelas XI (Jakarta: Pusat Perbukuan ,
Departemen Pendidikan Nasional, 2009) 241 Selanjutnya ditulis: Ismawanto, Ekonomi 2
1 Ekspor
(Beneficiary) Barang Importir
(Opener)
8
Negosiasi
Dokumen
9
Advice
L/C
5
Wesel dan
Dokumen
Confirming Bank
6
Letter of Credit
4
Issuing Bank 3
Permohonan
L/C
2
Pembayaran
Debed L/C
9
Wesel dan Dokumen
7
Pembayaran
9
Sales Contact
26
Keterangan:
1. Perjanjian tentang cara pembayaran dengan L/C oleh importir dan eksportir.
2. Importir membuka L/C bank di negaranya dengan mengisi permohonan L/C.
3. Issuing bank menandatangani L/C tersebut sebagai jaminan pembayaran
kepada eksportir. Demikian pula sebaliknya, importir akan menjamin pula
semua pembayaran yang dilakukan oleh bank.
4. Dengan diterbitkan L/C tersebut berarti kredit telah tersedia bagi importir
untuk menginpor barang dari eksportir.
5. Advice terhadap L/C dilakukan oleh confirming bank atas perintah issuing
bank guna memperkuat jaminan pembayaran L/C kepada eksportir.
6. Wesel dan dokumen pengiriman barang diperiksa oleh confirming bank
sebagai tanda persetujuan pengiriman barang.
7. Wesel dan dokumen tersebut oleh confirming dikirimkan kepada issuing
bank.
8. Setelah wesel tersebut ditandatangani oleh issuing bank maka barang dapat
dikeluarkan dari pelabuhan dan dikirimkan kepada importir setelah
menandatangani trust receipt.
9. Pada waktu yang telah ditentukan terjadilah transaksi pembayaran antara
Eksportir dengan confirming bank melalaui negosiasi atas dokumen ekspor,
Importir dengan issuing bank melalui debet A/C rekeningnya di bank yang
bersangkutan, dan confirming bank dengan issuing bank melalui
reimbursement atas L/C tersebut.
G. Keuntungan Letter of Credit (L/C)
Pembayaran dengan menggunakan L/C sangat membantu memudahkan
eksportir dan importir dalam melakukan transaksi.
27
Banyak keuntungan yang diperoleh dari L/C diantaranya:61
1. Kepastian membayar dan menghindari resiko
Dengan adanya L/C berarti merupakan jaminan bagi eksportir bahwa
tagihannya pasti dilunasi bank sesuai ketentuan, reputasi atau nama baik
bank yang membuka L/C merupakan jaminan pokok, dimana resiko untuk
tidak dibayar sangat minim.
2. Penguangan dokumen dapat langsung dilakukan
Bila barang sudah dikapalkan, maka adanya L/C Shipping documents (surat-
surat pengapalan) dapat langsung diuangkan, jadi tidak perlu lagi menunggu
pembayaran atau kiriman uang dan importir.
3. Beneficiary tidak mempunyai risiko atas nilai tukar mata uang negara
Applicant bilamana L/C diterbitkan dalam mata uang negara Beneficiary.
4. Penerimaan biaya administrasi berupa komisi yang merupakan Fee Based
Income bagi bank.
5. Bagi Importir:
a. Pembukaan L/C dapat diartikan bahwa orang bank meininjamkan nama
baik dan reputasinya kepada importir sehingga dapat dipercayai
eksportir. Eksportir yakin bahwa garansi yang akan dikirim pasti akan
dibayar.
b. L/C merupakan merupakan jaminan bagi importir bahwa dokumen atas
barang yang dipesan akan diterimanya dalam keadaan Iengkap dan utuh.
Karena akan diteliti oleh bank yang sudah mempunyai keahlian dalam
hal itu.
c. Importir dapat mencantumkan syarat-syarat untuk pengamanan yang
pasti akan dipatuhi oleh eksportir agar dapat menarik uang L/C yang
tersedia.
61
Amir M.S, Letter of Credit dalam Bisnis Ekspor Impor, (Jakarta: PPM, 1997), 5-7 Selanjutnya
ditulis: Amir M.S, Letter of Credit
28
H. Eksistensi Letter of Credit (L/C) Syariah Dalam Hukum Positif di Indonesia
Dasar pengaturan transaksi perdagangan internasional dengan
menggunakan L/C adalah Uniform Custom ang Practice for Documentary
Credits (UCP-DC 600). UCP-DC 600 adalah dasar hukum pengaturan
pembayaran menggunakan L/C. Sebelumnya bank-bank umum di Indonesia,
dalam praktik mengikuti pengaturan L/C menurut UCP-DC 290. Hal ini
dikarenakan dalam masa berlakunya Peraturan Pemerintah No.16 tahun 1970
tentang Penyempurnaan Pelaksanaan Ekspor Impor dan Lalu Lintas Devisa Bank
Indonesia mengeluarkan Himpunan Ketentuan-ketentuan Prosedur Lalu Lintas
Devisa (HKPLLD) sebagai ketentuan pelaksanaan yang mengharuskan L/C yang
diterima dari luar negeri maupun yang diterbitkan dari Indonesia ke Luar Negeri
tunduk pada UCP yang berlaku yaitu UCP-290 yang mulai berlaku 1 oktober
1975. Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 1970 tersebut beserta dengan Peraturan
Pemerintah No.11 tahun 1976 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah
No.16 Tahun 1970, kemudian dicabut oleh Peraturan Pemerintah No.1 tahun
1982. Sebagai ketentuan pelaksanaannya, Bank Indonesia mengeluarkan Surat
Edaran Bank Indonesia No.17/14/ULN tanggal 29 September 1984 yang
mewajibkan L/C yang diterbitkan bank devisa di Indonesia tunduk pada UCP
yang berlaku yaitu UCP-400 menggantikan UCP-290. Kemudian Surat Edaran
Bank Indonesia NO.17/14/ULN tersebut dicabut dengan Surat Edaran Bank
Indonesia No. 26/34/ULN tanggal 17 Desember 1993 yang mengatur mengenai
penundukan L/C pada UCP yang berlaku yaitu UCP-DC 500 yang mulai berlaku
1 Januari 1994 dan kemudian ICC Banking Commissión menyetujui perubahan
aturan untuk documentary credit maka secara efektif pada tanggal 1 Juli 2007
berlaku UCP-600 sampai sekarang.62
Uniform Customs and Practice for
62
Huala Adolf, Hukum Perdaganagn Internasional (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013) 83
selanjutnya ditulis: Huala Adolf, Hukum Perdaganagn Internasional
29
Documentary Credit (UCP) International Chamber of Commerce (ICC)
Pulication No.600 pasal 1 yang berbunyi sebagai berikut:
”The Uniform Customs and Practce for Documentary Credits, 2007
Revision,ICC Publication No.600 (UCP) are rules that apply to any documentary
Credit (credit) including, to the extent to which they may be applicable, any
standby letter of credit when the text of the credit expressli indicates that it is
subject to this rules.they are binding on all parties thereto unless expressly
modified or excluded by the credit”63
Berbicara mengenai L/C syariah maka jenis hubungan hukum dalam L/C
syariah relatif sama dengan L/C konvensional yaitu hubungan hukum antara
pemohon dan penerima L/C, hubungan hukum pemohon dan bank penerbit L/C,
hubungan hukum bank penerbit dan penerima L/C, hubungan hukum bank
penerbit dan bank penerus, serta hubungan hukum bank penerus dan penerima.
Untuk memperjelas hubungan hukum dalam L/C syariah akan diuraikan sebagai
berikut:
1. Hubungan hukum antara pemohon dan penerima L/C Syariah
Hubungan hukum ini adalah didasarkan atas sales contract.
Diterbitkannya L/C tidak lain karena dalam sales contract diatur cara
pembayaran dengan menggunakan L/C. Apabila terjadi permasalahan atau
sengketa antara penjual dan pembeli mengenai barang maka permasalahan
tersebut diselesaikan oleh penjual dan pembeli sesuai kontrak yang telah
disepakati.64
2. Hubungan hukum antara pemohon dan bank penerbit L/C Syariah
Hubungan hukum ini didasarkan pada kontrak yang dinamakan
permintaan penerbitan L/C. Permintaan penerbitan L/C diperlukan dalam
rangka merealisasi cara pembayaran sebagaimana diatur dalam sales
contract. Jika bank penerbit setuju untuk melaksanakan permintaan
63
Uniform Customs and practice for Documentary Credit (UCP), 2007 Revision, ICC
Publication No.600 64
Ginting, Letter of Credit 84
30
pemohon, maka bank penerbit menerbitkan L/C. Dengan demikian L/C
diterbitkan berdasarkan permintaan penerbitan L/C.
Bank penerbit menerbitkan L/C kepada penerima tidak boleh
menyimpang dari permintaan penerbitan L/C. Jika bank penerbit melakukan
penyimpangan, maka bank penerbit bertanggung jawab akan dampak negatif
(resiko) yang mungkin timbul dari tindakannya. Pemohon hanya
bertanggung jawab sebatas isi permintaan penerbitan L/C. Pemohon berhak
menolak pembayaran kembali kepada bank penerbit terhadap L/C yang
diterbitkan bank tersebut yang menyimpang dari permintaan penerbitan L/C.
Hal ini sejalan dengan trust theory yang mengatakan bahwa dana pemohon
yang dibayarkan langsung kepada bank penerbit merupakan dana khusus
yang dimaksudkan untuk digunakan sebagai pembayaran kepada pemegang
wesel apakah penerima atau bank pengaksep yang telah melakukan
pembayaran L/C kepada penerima. Bank penerbit berfungsi sebagai
trustee.65
3. Hubungan hukum penerbit L/C Syariah dan penerima
Hubungan ini lahir atas dasar L/C yang diterbitkan bank penerbit yang
disetujui penerima. Persetujuan penerima terhadap L/C diwujudkan melalui
pengajuan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan L/C kepada bank
penerbit. Sebelum L/C disetujui oleh penerima, maka L/C merupakan
kontrak sepihak dari bank penerbit yang tidak mengikat penerima.66
4. Hubungan hukum bank penerbit dan bank penerus
Hubungan ini didasarkan pada instruksi bank penerbit kepada bank
penerus yang disetujui bank penerus. Bank penerbit memberi instruksi
kepada bank penerus untuk meneruskan L/C. Hubungan hukum antara bank
penerbit dan bank penerus adalah hubungan keagenan.67
65
Ginting, Letter of Credit, 85 66
Ginting, Letter of Credit, 86 67
Ginting, Letter of Credit, 89
31
5. Hubungan hukum bank penerus dan penerima
Hubungan hukum ini tergantung dari fungsi yang dilakukan oleh bank
penerus sesuai dengan persyaratan L/C. Bank penerus dapat berfungsi
sebagai bank penerus semata-mata, bank pengkonfirmasi, bank penegosiasi,
bank pembayar, atau bank pengaksep.68
Secara hukum L/C merupakan perjanjian yang terpisah (independent)
dari kontrak dasarnya, yaitu kontrak (perjanjian) pembelian dan perjanjian
pembukaan L/C itu sendiri. Namun demikian eksistensi L/C sangat
tergantung pada adanya kedua kontrak dasar tersebut, sebab perjanjian L/C
tidak mungkin ada tanpa adanya kontrak penjualan dan perjanjian
pembukaan L/C. Dengan kata lain. Kontrak penjualan merupakan dasar
penerbitan permintaan pembukaan L/C, dan penerbitan pembukaan L/C
menjadi dasar bagi perjanjian L/C itu sendiri.
Independensi L/C terhadap kontrak dasarnya dapat dilihat dari
ketentuan UCP 600 pada artikel 4 yang berbunyi sebagai berikut:
”a credit by its nature is a separate transaction from the sale or other
contract on which it may be based. Banks are in no way concern with
or bound by such contract, even if any reference whatsoever to it is
included in the credit. Consequently, the undertaking of a bank to
honour, to negotiate or to fulfil any other obligation under the credit is
not subject to claims or defences by the applicant resulting from its
relationships with the issuing bank or the beneficiary...”
Independensi L/C dapat dilihat dari realisasinya yang hanya berkaitan
dengan pemenuhan dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam L/C.
Secara hukum apabila pelaksanaan kontrak penjualan tidak berjalan
sebagaimana mestinya, maka L/C tetap harus dilaksanakan. Sepanjang semua
dokumen yang dipersyaratkan L/C dapat dipenuhi oleh penerima, maka bank
penerbit atau kuasanya wajib membayar L/C tersebut, walaupun barang yang
68
Ginting, Letter of Credit, 90
32
menjadi objek dalam perjanjian dasar (kontrak penjualan) tidak sesuai dengan
apa yang diperjanjikan dalam kontrak penjualan tersebut. Mengenai hal ini,
UCP 600 secara tegas menyatakan pada artikel 5:
”Banks deal with documents and not with goods, services or
performance to which the documents may relate.”
Ketentuan artikel 5 tersebut mencerminkan bahwa bank hanya berurusan
dengan dokumen-dokumen, sedangkan barang-barang, pelayanan maupun
performa yang mungkin berhubungan dengan dokumen itu sendiri, tidak
menjadi urusan bagi bank yang bersangkutan.
Untuk L/C Syariah sendiri tunduk pada fatwa yang di keluarkan
Dewan Syariah Nasional bekerjasama dengan MUI Nomor 34 dan 35 tahun
2002. Yang telah di atur dalam UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah yang memberikan jasa berupa Letter of Credit yang sesuai dengan
prinsip atau kaidah Islam guna menghindari praktik bunga bank dalam
transaksi internasional.