bab ii tinjauan umum tentang wanprestasi karena … ii.pdf · 20 bab ii tinjauan umum tentang...

32
20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan Dasar Hukum Wanprestasi Perkataan wanprestasi berasal dari Bahasa Belanda yang artinya prestasi buruk. Wanprestasi adalah suatu sikap dimana seseorang tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur. 1 Pengertian mengenai wanprestasi belum mendapat keseragaman, masih terdapat bermacam-macam istilah yang dipakai untuk wanprestasi, sehingga tidak terdapat kata sepakat untuk menentukan istilah mana yang hendak dipergunakan. Istilah mengenai wanprestasi ini terdapat di berbagai istilah yaitu ingkar janji, cidera janji, melanggar janji, dan lain sebagainya. Dengan adanya bermacam-macaam istilah mengenai wanprestsi ini, telah menimbulkan kesimpang siuran dengan maksud aslinya yaitu “wanprestasi”. Ada beberapa sarjana yang tetap menggunakan istilah “wanprestasi” dan memberi pendapat tentang pengertian mengenai wanprestasi tersebut. Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam Bahasa Indonesia 1 Abdul R Saliman, 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Kencana, Jakarta, hal.15.

Upload: dinhkiet

Post on 03-Mar-2019

228 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

20

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE

MAJEURE DALAM PERJANJIAN

1.1 Wanprestasi

2.1.1 Pengertian Dan Dasar Hukum Wanprestasi

Perkataan wanprestasi berasal dari Bahasa Belanda yang artinya prestasi

buruk. Wanprestasi adalah suatu sikap dimana seseorang tidak memenuhi atau

lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang telah ditentukan dalam

perjanjian yang dibuat antara kreditur dan debitur.1

Pengertian mengenai wanprestasi belum mendapat keseragaman, masih

terdapat bermacam-macam istilah yang dipakai untuk wanprestasi, sehingga tidak

terdapat kata sepakat untuk menentukan istilah mana yang hendak dipergunakan.

Istilah mengenai wanprestasi ini terdapat di berbagai istilah yaitu ingkar janji,

cidera janji, melanggar janji, dan lain sebagainya.

Dengan adanya bermacam-macaam istilah mengenai wanprestsi ini, telah

menimbulkan kesimpang siuran dengan maksud aslinya yaitu “wanprestasi”. Ada

beberapa sarjana yang tetap menggunakan istilah “wanprestasi” dan memberi

pendapat tentang pengertian mengenai wanprestasi tersebut.

Wirjono Prodjodikoro mengatakan bahwa wanprestasi adalah ketiadaan

suatu prestasi didalam hukum perjanjian, berarti suatu hal yang harus

dilaksanakan sebagai isi dari suatu perjanjian. Barangkali dalam Bahasa Indonesia

                                                                                                                         1Abdul R Saliman, 2004, Esensi Hukum Bisnis Indonesia, Kencana, Jakarta, hal.15.

Page 2: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

21

dapat dipakai istilah “pelaksanaan janji untuk prestasi dan ketiadaan

pelaksanaannya janji untuk wanprestasi.”2

R. Subekti mengemukakan bahwa “wanprestasi” itu adalah kelalaian atau

kealpaan yang dapat berupa 4 macam yaitu:3

1. Tidak melakukan apa yang telah disanggupi akan dilakukannya.

2. Melaksanakan apa yang telah diperjanjikannya, tetapi tidak sebagai

mana yang diperjanjikan.

3. Melakukan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat.

4. Melakukan suatu perbuatan yang menurut perjanjian tidak dapat

dilakukan.

Mariam Darus Badrulzaman mengatakan bahwa apabila debitur “karena

kesalahannya” tidak melaksanakan apa yang diperjanjikan, maka debitur itu

wanprestasi atau cidera janji. Kata karena salahnya sangat penting, oleh karena

debitur tidak melaksanakan prestasi yang diperjanjikan sama sekali bukan karena

salahnya.4

Menurut J Satrio, wanprestasi adalah suatu keadaan di mana debitur tidak

memenuhi janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya

itu dapat dipersalahkan kepadanya.5

Yahya Harahap mendefinisikan wanprestasi sebagai pelaksanaan

kewajiban yang tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut

                                                                                                                         2Wirjono Prodjodikoro, 1999, Asas-asas Hukum Perjanjian, Sumur, Bandung, hal.17. 3R.Subekti, 1970, Hukum Perjanjian, Cetakan Kedua, Pembimbing Masa, Jakarta, hal.50. 4R. Subekti, 1979, Hukum Perjanjian, Cetakan Keempat, Pembimbing Masa, Jakarta,

hal.59. 5http://radityowisnu.blogspot.com/2012/06/wanprestasi-dan-ganti-rugi. html, diakses

pada tanggal 06 April 2015, pukul 16.43 WITA.

Page 3: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

22

selayaknya. Sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak debitur untuk

memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau dengan adanya

wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan

perjanjian.6

Hal ini mengakibatkan apabila salah satu pihak tidak memenuhi atau tidak

melaksanakan isi perjanjian yang telah mereka sepakati atau yang telah mereka

buat maka yang telah melanggar isi perjanjian tersebut telah melakukan perbuatan

wanprestasi. Dari uraian tersebut di atas kita dapat mengetahui maksud dari

wanprestasi itu, yaitu pengertian yang mengatakan bahwa seorang dikatakan

melakukan wanprestasi bilamana “tidak memberikan prestasi sama sekali,

terlambat memberikan prestasi, melakukan prestasi tidak menurut ketentuan yang

telah ditetapkan dalam pejanjian”. Faktor waktu dalam suatu perjanjian adalah

sangat penting, karena dapat dikatakan bahwa pada umumnya dalam suatu

perjanjian kedua belah pihak menginginkan agar ketentuan perjanjian itu dapat

terlaksana secepat mungkin, karena penentuan waktu pelaksanaan perjanjian itu

sangat penting untuk mengetahui tibanya waktu yang berkewajiban untuk

menepati janjinya atau melaksanakan suatu perjanjian yang telah disepakati.

Dengan demikian bahwa dalam setiap perjanjian prestasi merupakan suatu

yang wajib dipenuhi oleh debitur dalam setiap perjanjian. Prestasi merupakan isi

dari suatu perjanjian, apabila debitur tidak memenuhi prestasi sebagaimana yang

telah ditentukan dalam perjanjian maka dikatakan wanprestasi.

                                                                                                                         6Ibid.

Page 4: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

23

Wanprestasi memberikan akibat hukum terhadap pihak yang

melakukannya dan membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak pihak yang

dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk memberikan

ganti rugi, sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak pun yang

dirugikan karena wanprestasi tersebut.

Dasar hukum wanprestasi yaitu:

Pasal 1238 KUHPerdata: “Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah,

atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri,

yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan

lewatnya waktu yang ditentukan”.

Pasal 1243 KUHPerdata: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena

tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah

dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang

harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam

waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”.

2.1.2 Bentuk-Bentuk Wanprestasi

Adapun bentuk-bentuk dari wanprestasi yaitu:7

a) Tidak memenuhi prestasi sama sekali.

Sehubungan dengan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya

maka dikatakan debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.

b) Memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.

                                                                                                                         7J. Satrio, 1999, Hukum Perikatan, Alumni, Bandung, hal.84.

Page 5: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

24

Apabila prestasi debitur masih dapat diharapkan pemenuhannya, maka

debitur dianggap memenuhi prestasi tetapi tidak tepat waktunya.

c) Memenuhi prestasi tetapi tidak sesuai atau keliru.

Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, apabila prestasi yang keliru

tersebut tidak dapat diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak

memenuhi prestasi sama sekali.

Menurut Subekti, bentuk wanprestasi ada empat macam yaitu:8

1) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan;

2) Melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana

dijanjikannya;

3) Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;

4) Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

Untuk mengatakan bahwa seseorang melakukan wanprestasi dalam suatu

perjanjian, kadang-kadang tidak mudah karena sering sekali juga tidak dijanjikan

dengan tepat kapan suatu pihak diwajibkan melakukan prestasi yang

diperjanjikan.

Menurut Pasal 1238 KUHPerdata yang menyakan bahwa:

“Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau dengan

sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan sendiri, ialah

jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai dengan lewatnya

waktu yang ditentukan”.

                                                                                                                         8Ibid.

Page 6: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

25

Dari ketentuan pasal tersebut dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan

wanprestasi apabila sudah ada somasi (in gebreke stelling). Adapun bentuk-

bentuk somasi menurut Pasal 1238 KUHPerdata adalah:

1) Surat perintah.

Surat perintah tersebut berasal dari hakim yang biasanya berbentuk

penetapan. Dengan surat penetapan ini juru sita memberitahukan

secara lisan kepada debitur kapan selambat-lambatnya dia harus

berprestasi. Hal ini biasa disebut “exploit juru Sita”

2) Akta

Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta Notaris

3) Tersimpul dalam perikatan itu sendiri

Maksudnya sejak pembuatan perjanjian, kreditur sudah menentukan

saat adanya wanprestasi.

Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur yang

melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi untuk

mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila masalah tersebut berlanjut

ke pengadilan maka sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis.

Dalam keadaan tertentu somasi tidak diperlukan untuk dinyatakan bahwa

seorang debitur melakukan wanprestasi yaitu dalam hal adanya batas waktu dalam

perjanjian (fatal termijn), prestasi dalam perjanjian berupa tidak berbuat sesuatu,

debitur mengakui dirinya wanprestasi.

1.1.3 Pengaturan Wanprestasi Dalam KUHPerdata

Pasal 1235 KUHPerdata:

Page 7: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

26

“dalam tiap perikatan untuk memberikan sesuatu adalah termasuk kewajiban si

berhutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan dan untuk

merawatnya sebagai seorang bapak keluarga yang baik, sampai pada saat

penyerahan.”

Penyerahan menurut Pasal 1235 KUHPerdata dapat berupa penyerahan

nyata maupun penyerahan yuridis.

Dalam hal debitur tidak memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya dan

ada unsur kelalaian dan salah, maka ada akibat hukum yang atas tuntutan dari

kreditur bisa menimpa debitur, sebagaimana diatur dalam Pasal 1236 KUHPerdata

dan Pasal 1243 KUHPerdata, juga diatur pada Pasal 1237 KUHPerdata.

Pasal 1236 KUHPerdata:

“si berhutang adalah wajib untuk memberikan ganti biaya, rugi dan bunga

kepada si berhutang, apabila ia telah membawa didinya dalam keadaan tidak

mampu menyerahkan bendanya, atau telah tidak merawat sepatutnya guna

menyelamatkannya”.

Pasal 1243 KUHPerdata:

“Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tak dipenuhinya suatu

perikatan, barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang, setelah dinyatakan lalai

memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya, atau jika sesuatu yang harus

diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan atau dibuat dalam tenggang

waktu yang telah dilampaukannya”.

Pasal 1236 KUHPerdata dan Pasal 1243 KUHPerdata berupa ganti rugi

dalam arti:

Page 8: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

27

1. Sebagai pengganti dari kewajiban prestasi perikatannya.

2. Sebagian dari kewajiban perikatan pokoknya atau disertai ganti

rugi atas dasar cacat tersembunyi.

3. Sebagai pengganti atas kerugian yang diderita kreditur.

4. Tuntutan keduanya sekaligus baik kewajiban prestasi pokok

maupun ganti rugi keterlambatannya.

Pasal 1237 KUHPerdata:

“dalam hal adanya perikatan untuk memberikan suatu kebendaan tertentu,

kebendaan itu semenjak perikatan dilahirkan, adalah atas tanggungan si

berpiutang. maka sejak debitur lalai, maka resiko atas obyek perikatan menjadi

tanggungan debitur.”

Pada umumnya ganti rugi diperhitungkan dalam sejumlah uang tertentu.

Dalam hal menentukan total, maka kreditur dapat meminta agar pemeriksaan

perhitungan ganti rugi dilakukan dengan suatu prosedur tersendiri yang

diusulkan. Kalau debitur tidak memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya,

maka debitur dapat dipersalahkan, maka kreditur berhak untuk menuntut ganti

rugi.

1.2 Force Majeure

2.2.1 Pengertian Force Majeure

Di dalam KUHPerdata tidak ada defenisi tentang keadaan memaksa, namun

hanya memberikan batasan. Sehingga dari batasan tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa keadaan memaksa adalah suatu keadaan tidak terduga, tidak

disengaja, dan tidak dapat dipertanggung jawabkan oleh debitur, dimana debitur

Page 9: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

28

tidak dapat melakukan prestasinya kepada kreditur dan dengan terpaksa peraturan

hukum juga tidak diindahkan sebagaimana mestinya, hal ini disebabkan adanya

kejadian yang berada di luar kekuasaannya dan keadaan ini dapat dijadikan alasan

untuk dibebaskan dari kewajiban membayar ganti kerugian.

Beberapa ahli hukum juga memberikan pandangannya mengenai konsep

keadaan memaksa (Force Majeure/Overmacht) diantaranya adalah:9

1. R. Subekti

Debitur menunjukkan bahwa tidak terlaksananya apa yang dijanjikan

itu disebabkan oleh hal-hal yang sama sekali tidak dapat diduga, dan

di mana ia tidak dapat berbuat apa-apa terhadap keadaan atau

peristiwa yang timbul diluar dugaan tadi. Dengan perkataan lain, hal

tidak terlaksananya perjanjian atau kelambatan dalam pelaksanaan itu,

bukanlah disebabkan karena kelalaiannya. Ia tidak dapat dikatakan

salah atau alpa, dan orang yang tidak salah tidak boleh dijatuhi sanksi-

sanksi yang diancamkan atas kelalaian. Untuk dapat dikatakan suatu

“keadaan memaksa” (overmacht), selain keadaan itu “di luar

kekuasaannya” si debitur dan “memaksa”, keadaan yang telah timbul

itu juga harus berupa keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu

perjanjian itu dibuat, setidak-tidaknya tidak dipikul risikonya oleh si

debitur.

2. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan yang menyitir H.F.A. Vollmar

                                                                                                                         9Rahmat S.S. Soemadipradja, 2010, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa,

Nasional Legal Reform Program, Jakarta, hal.7.

Page 10: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

29

Overmacht adalah keadaan di mana debitur sama sekali tidak mungkin

memenuhi perutangan (absolute overmacht) atau masih

memungkinkan memenuhi perutangan, tetapi memerlukan

pengorbanan besar yang tidak seimbang atau kekuatan jiwa di luar

kemampuan manusia atau dan menimbulkan kerugian yang sangat

besar (relative overmacht).

3. Purwahid Patrik mengartikan overmacht atau keadaan memaksa

adalah debitur tidak melaksanakan prestasi karena tidak ada kesalahan

maka akan berhadapan dengan keadaan memaksa yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan kepadanya.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

pengertian keadaan memaksa/force majeure adalah suatu keadaan dimana salah

satu pihak dalam suatu perikatan tidak dapat memenuhi seluruh atau sebagian

kewajibannya sesuai apa yang diperjanjikan, disebabkan adanya suatu peristiwa di

luar kendali salah satu pihak yang tidak dapat diketahui atau tidak dapat diduga

akan terjadi pada waktu membuat perikatan, di mana pihak yang tidak memenuhi

kewajibannya ini tidak dapat dipersalahkan dan tidak harus menanggung risiko.

2.2.2 Bentuk-Bentuk Force Majeure

Bentuk-bentuk force majeure tersebut adalah:

1. Force majeure karena sebab-sebab yang tidak terduga.

Dalam hal ini, menurut Pasal 1244 KUHPerdata, jika terjadi hal-hal

yang tidak terduga (pembuktiannya dipihak debitur) yang

menyebabkan terjadinya kegagalan dalam melaksanakan kontrak, hal

Page 11: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

30

tersebut bukan termasuk dalam kategori wanprestasi kontrak,

melainkan termasuk kedalam kategori force majeure, yang pengaturan

hukumnya lain sama sekali. Kecuali jika debitur beriktikad jahat,

dimana dalam hal ini debitur tetap dapat dimintakan tanggung

jawabnya.

2. Force majeure karena keadaan memaksa

Sebab lain mengapa seseorang debitur dianggap dalam keadaan force

majeure sehingga dia tidak perlu bertanggung jawab atas tidak

dilaksanakannya kontrak adalah jika tidak dipenuhinya kontrak

tersebut disebabkan oleh keadaan memaksa.

3. Force majeure karena perbuatan tersebut dilarang

Apabila ternyata perbuatan (prestasi) yang harus dilakukan oleh

debitur ternyata dilarang (oleh perundang-undangan yang berlaku),

maka kepada debitur tersebut tidak terkena kewajiban membayar ganti

rugi.

2.2.3 Pengaturan Force Majeure Dalam KUHPerdata

Dikarenakan KUHPerdata tidak mengenal istilah force majeure dan juga

tidak menjelaskan lebih lanjut apa yang disebut sebagai keadaan memaksa, hal

tidak terduga dan perbuatan yang terlarang tersebut, sehingga dalam menafsirkan

pengaturan force majeure dalam KUHPerdata, adalah dengan menarik

kesimpulan-kesimpulan umum dari pengaturan-pengaturan khusus, yaitu

pengaturan khusus tentang force majeure yang terdapat dalam bagian pengaturan

tentang ganti rugi, atau pengaturan resiko akibat force majeure untuk kontrak

Page 12: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

31

sepihak ataupun dalam bagian kontrak-kontrak khusus (kontrak bernama).

Disamping tentunya menarik kesimpulan dari teori-teori hukum tentang force

majeure, doktrin dan yurisprudensi.

Menurut Hasanuddin Rahman, terdapat beberapa pasal dalam KUHPerdata

yang dapat digunakan sebagai pedoman terhadap ketentuan mengenai force

majeure antara lain:10

Pasal 1244 KUHPerdata:

“Jika ada alasan untuk itu, si berhutang harus dihukum mengganti biaya,

rugi dan bunga apabila ia tidak dapat membuktikan, bahwa hal tidak atau tidak

pada waktu yang tepat dilaksanakannya perikatan itu, disebabkan karena suatu hal

yang tidak terduga, pun tidak dapat dipertanggungjawabkan padanya.

Kesemuanya itupun jika itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya.”

Pasal 1245 KUHPerdata:

“Tidaklah biaya rugi dan bunga, harus digantinya, apabila lantaran

keadaan memaksa atau lantaran suatu kejadian tidak disengaja si berhutang

berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau lantaran hal-

hal yang sama telah melakukan perbuatan yang terlarang.”

Pasal 1545 KUHPerdata:

“Jika suatu barang tertentu, yang telah dijanjikan untuk ditukar, musnah

diluar salah pemiliknya, maka persetujuan dianggap sebagai gugur, dan siapa

yang dari pihaknya telah memenuhi persetujuan, dapat menuntut kembali barang

yang ia telah berikan dalam tukar-menukar.”

                                                                                                                         10Hasanuddin Rahman, 2003, Contract Drafting Seri Keterampilan Merancang Kontrak

Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, hal.206.

Page 13: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

32

Pasal 1553 KUHPerdata:

“Jika selama waktu sewa, barang yang disewakan sama sekali musnah

karena suatu kejadian yang tidak disengaja, maka persetujuan sewa gugur demi

hukum. Jika barangnya hanya sebagian musnah, pihak penyewa dapat memilih

menurut keadaan apakah dia akan meminta pengurangan harga sewa, ataukah dia

akan meminta pembatalan sewa menyewa. Dalam kedua hal tersebut, dia tidak

berhak meminta ganti rugi”

Selain 4 (empat) pasal yang disebutkan diatas, masih terdapat pasal-pasal

lain yang berkaitan dengan force majeure yaitu:

Pasal 1444 KUHPerdata:

“Jika barang tertentu yang menjadi pokok perjanjian musnah, tak dapat

diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tidak diketahui apakah barang itu

masih ada, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di

luar kesalahan si berutang dan sebelum ia lalai menyerahkannya.”

Bahkan meskipun si berutang lalai menyerahkan suatu barang, sedangkan

ia tidak telah menanggung terhadap kejadian-kejadian yang tidak terduga,

perikatan tetap hapus jika barang itu akan musnah juga dengan cara yang sama

ditangannya si berpiutang seandainya sudah diserahkan kepadanya. Si berutang

diwajibkan membuktikan kejadian yang tidak terduga, yang dimajukannya itu.

Dengan cara bagaimanapun suatu barang yang telah dicuri, musnah atau

hilang, hilangnya barang itu tidak sekali-kali membebaskan orang yang mencuri

barang dari kewajibannya mengganti harganya.

Pasal 1445 KUHPerdata:

Page 14: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

33

“Jika barang yang terutang, di luar salahnya si berutang musnah, tak dapat

lagi diperdagangkan, atau hilang, maka si berutang, jika ia mempunyai hak-hak

atau tuntutan-tuntutan ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan

memberikan hak-hak dan tuntutan-tuntutan tersebut kepada orang yang

mengutangkan kepadanya.”

Pasal 1460 KUHPerdata:

“Jika kebendaan yang dijual itu berupa suatu barang yang sudah

ditentukan, maka barang ini sejak saat pembelian adalah atas tanggungan si

pembeli, meskipun penyerahannya belum dilakukan, dan si penjual berhak

menuntut harganya”.

Pada Pasal 1244 KUHPerdata dan Pasal 1245 KUHPerdata hanya

mengatur masalah force majeure dalam hubungan dengan penggantian biaya rugi

dan bunga saja, akan tetapi perumusan pasal-pasal ini dapat digunakan sebagai

pedoman dalam mengartikan force majeure pada umumnya. Ketentuan ini

memberikan kelonggaran kepada debitur untuk tidak melakukan penggantian

biaya, kerugian, dan bunga kepada kreditur, oleh karena suatu keadaan yang

berada di luar kekuasaannya.11

Pada Pasal 1545 KUHPerdata mengatur mengenai masalah force majeure

dalam hubungan dengan kontrak tukar menukar. Dari ketentuan Pasal 1545 ini

dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam suatu kontrak timbal balik (in casu kontrak

tukar menukar), maka risiko akibat dari force majeure ditanggung bersama oleh

para pihak. Jika ada para pihak telah terlanjur berprestasi dapat memintakan

                                                                                                                         11Salim H.S, 2008, Hukum Kontrak, Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar

Grafika, Jakarta, hal.101.

Page 15: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

34

kembali prestasinya tersebut, jadi kontrak tersebut dianggap gugur. Dengan

demikian, pengaturan risiko dalam kontrak tukar menukar ini dapat dianggap

pengaturan risiko yang adil, sehingga dapat dicontoh pengaturan risiko untuk

kontrak-kontrak timbal balik lain selain dari kontrak tukar menukar tersebut.12

Pada Pasal 1553 KUHPerdata mengatur mengenai masalah force majeure

dalam hubungan dengan kontrak sewa menyewa. Ketentuan risiko dalam kontrak

sewa menyewa seperti terlihat dalam Pasal 1553 KUHPerdata tersebut di atas

menempatkan kedua belah pihak untuk menanggung risiko dari force majeure,

tanpa adanya hak dari pihak yang merasa dirugikan untuk meminta ganti rugi. Ini

juga merupakan ketentuan yang dapat dicontoh bagi penafsiran risiko dan force

majeure untuk kontrak timbal balik selain dari kontrak sewa menyewa tersebut.13

Pada Pasal 1460 KUHPerdata mengatur mengenai masalah force majeure

dalam hubungan dengan kontrak jual beli. Terjadi ketidaktepatan di pasal ini

dikarenakan peralihan resiko dibuat beralih pada saat kontrak ditandatangani

bukan pada saat penyerahan. Ketidaktepatan pengaturan resiko dalam Pasal 1460

KUHPerdata ini diatasi dengan dikeluarkannya Surat Edaran Mahkamah Agung

Nomor 3 Tahun 196314 yang memintakan para hakim tidak memberlakukan Pasal

1460 KUHPerdata tersebut.

2.3 Perjanjian

2.3.1 Pengertian, Dasar Hukum dan Jenis-Jenis Perjanjian

                                                                                                                         12Ibid, hal.121. 13Ibid, hal.122. 14http://www.negarahukum.com/hukum/risiko.html, diakses pada tanggal 07 April 2015,

pukul 16.18 WITA.

Page 16: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

35

Definisi perjanjian telah diatur dalam Pasal 1313 KUHPerdata, yang

menyebutkan bahwa perjanjian atau persetujuan adalah suatu perbuatan dengan

mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau

lebih. Kata persetujuan tersebut merupakan terjemahan dari perkataan

overeekomst dalam Bahasa Belanda. Kata overeekomst tersebut lazim

diterjemahkan juga dengan kata perjanjian. Jadi persetujuan dalam Pasal 1313

KUHPerdata tersebut sama artinya dengan perjanjian.

Adapula yang berpendapat bahwa perjanjian tidak sama dengan

persetujuan.15 Perjanjian merupakan terjemahan dari oveereenkomst sedangkan

perjanjian merupakan terjemahan dari toestemming yang ditafsirkan sebagai

wilsovereenstemming (persesuaian kehendak/kata sepakat).

Menurut pendapat yang banyak dianut (communis opinion cloctortinz)

perjanjian adalah perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan

suatu akibat hukum. Hal itu sependapat pula dengan Sudikno, "perjanjian

merupakan hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasar kata sepakat

untuk menimbulkan suatu akibat hukum".16

Menurut Subekti, suatu perjanjian merupakan suatu peristiwa di mana

seseorang berjanji kepada orang lain, atau di mana dua orang saling berjanji untuk

melaksanakan sesuatu hal.17 R. Setiawan, menyebutkan bahwa perjanjian ialah

suatu perbuatan hukum di mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya atau

                                                                                                                         15Sudikno Mertokusumo, 1985, Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta,

hal.97. 16Ibid, hal. 97-98. 17Subekti, 2001, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT. Intermasa, Jakarta, hal.36.

Page 17: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

36

saling mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.18 Sri Soedewi

Masjchoen Sofwan, berpendapat bahwa perjanjian merupakan perbuatan hukum

dimana seseorang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap seorang lain atau

lebih.19

Dari pendapat-pendapat di atas, maka pada dasamya perjanjian adalah

proses interaksi atau hubungan hukum dan dua perbuatan hukum yaitu penawaran

oleh pihak yang satu dan penerimaan oleh pihak yang lainnya sehingga tercapai

kesepakatan untuk menentukan isi perjanjian yang akan mengikat kedua belah

pihak.

Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih

mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih (Pasal 1313

KUHPerdata).

Pengertian perjanjian ini mengandung unsur:

a. Perbuatan

Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian

ini lebih tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau

tindakan hukum, karena perbuatan tersebut membawa akibat

hukum bagi para pihak yang memperjanjikan;

b. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih.

Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak

yang saling berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan

                                                                                                                         18R. Setiawan, 1987, Hukum Perikatan-Perikatan Pada Umumnya, Bina Cipta, Bandung,

hal.49. 19Sri Sofwan Masjchoen, op.cit, hal.1.

Page 18: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

37

yang cocok/pas satu sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau

badan hukum.

c. Mengikatkan dirinya, Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang

diberikan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain. Dalam

perjanjian ini orang terikat kepada akibat hukum yang muncul

karena kehendaknya sendiri.

Sebelum suatu perjanjian disusun perlu diperhatikan identifikasi para

pihak, penelitian awal tentang masing-masing pihak sampai dengan konsekuensi

yuridis yang dapat terjadi pada saat perjanjian tersebut dibuat.20

Menurut Mariam Darus Badrulzaman, perjanjian dapat dibedakan menurut

berbagai cara. Pembedaan tersebut adalah sebagai berikut:21

1. Perjanjian timbal balik. Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang

menimbulkan kewajiban pokok bagi kedua belah pihak. Misalnya

perjanjian jual beli.

2. Perjanjian cuma-cuma dan perjanjian atas beban. Perjanjian dengan cuma-

cuma adalah perjanjian yang memberikan keuntungan bagi salah satu

pihak saja. Misalnya: hibah.   Perjanjian atas beban adalah perjanjian di

mana terhadap prestasi dari pihak yang satu selalu terdapat kontrak

prestasi dari pihak lain, dan antara kedua prestasi itu ada hubungannya

menurut hukum.

                                                                                                                         20Salim H.S dkk, 2007, Perancangan Kontrak dan Memorandum of Understanding

(MoU), Sinar Grafika, Jakarta, hal.124. 21Mariam Darus Badrulzaman, 1996, K.U.H. Perdata Buku III, Hukum Perikatan

Dengan Penjelasan, Alumni, Bandung,hal.90-93.

Page 19: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

38

3. Perjanjian khusus (benoend) dan perjanjian umum (onbenoend). Perjanjian

khusus adalah perjanjian yang mempunyai nama sendiri. Maksudnya ialah

bahwa perjanjian perjanjian tersebut diatur dan diberi nama oleh

pembentuk undang-undang, berdasarkan tipe yang paling banyak terjadi

sehari-hari. Perjanjian khusus terdapat dalam Bab V sampai dengan XVIII

KUHPerdata. Di luar perjanjian khusus tumbuh perjanjian umum yaitu

perjanjian-perjanjian yang tidak diatur di dalam KUHPerdata, tetapi

terdapat di dalam masyarakat. Jumlah perjanjian ini tak terbatas. Lahirnya

perjanjian ini di dalam praktek adalah berdasarkan asas kebebasan

mengadakan perjanjian atau partij otonomi yang berlaku di dalam Hukum

Perjanjian. Salah satu contoh dari perjanjian umum adalah perjanjian sewa

beli.

4. Perjanjian kebendaan (zakelijk) dan perjanjian obligatoir. Perjanjian

kebendaan adalah perjanjian dengan mana seorang menyerahkan haknya

atas sesuatu, kepada pihak lain. Sedangkan perjanjian obligatoir adalah

perjanjian dimana pihak-pihak mengikatkan diri untuk melakukan

penyerahan kepada pihak lain (perjanjian yang menimbulkan perikatan)

5. Perjanjian konsensuil dan perjanjian riil. Perjanjian konsensuil adalah

perjanjian di mana di antara kedua: belah pihak telah tercapai persesuaian

kehendak untuk mengadakan perikatan-perikatan.

6. Perjanjian-Perjanjian yang istimewa sifatnya

a) perjanjian liberatoir: yaitu perjanjian di mana para pihak

membebaskan diri dari kewajiban yang ada, misalnya

Page 20: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

39

pembebasan hutang (kwijtschelding) pasal 1438

KUHPerdata;

b) perjanjian pembuktian (bewijsovereenkomst); yaitu

perjanjian dimana para pihak menentukan pembuktian

apakah yang berlaku di antara mereka.

c) perjanjian untung-untungan: misalnya prjanjian asuransi,

pasal 1774 KUHPerdata.

d) Perjanjian publik: yaitu perjanjian yang sebagian atau

seluruhnya dikuasai oleh hukum publik, karena salah satu

pihak bertindak sebagai penguasa (pemerintah), misalnya

perjanjian ikatan dinas.

Hukum perjanjian merupakan bagian (sub sistem) dari hukum privat.

Konsep hukum perjanian adalah berada dalam konsep hukum perdata, sebab

hukum perjanjian merupakan bagian dari hukum perdata (hukum privat). Hukum

perjanjian pada prinsipnya derivatif (turunan) dari hukum perikatan, walaupun

kadang-kadang, kajiannya dibedakan antara perikatan dan perjanjian, tetapi pada

prinsipnya antara hukum perjanjian dan hukum perikatan adalah sama. Ditingkat

teoritis boleh dikatakan bahwa hukum perikatan berada pada tataran teoritis yang

mungkin dapat disebut dengan teori kesepakatan sedangkan dalam tataran

normatif terdapat di dalam KUHPerdata.

Dalam KUHPerdata pengaturan mengenai hukum perjanjian dapat

ditemukan dari sebahagian dalam Buku III KUHPerdata tersebut yang secara

khusus diatur di dalam mulai dari Pasal 1313 KUHPerdata sampai dengan Pasal

Page 21: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

40

1351 KUHPerdata dan di bawah sub judul besar Bab II berjudul “Perikatan-

Perikatan yang Dilahirkan Dari Kontrak Atau Persetujuan”. Dari ketentuannya

diketahui bahwa pada prinsipnya terdapat hukum perjanjian.

Walaupun hukum perjanjian dan hukum perikatan dikaji secara terpisah.

Namun itu tidak berarti konsepnya harus berbeda, sebagaimana pada umumnya

terdapat dalam karya-karya para ahli hukum, mengkaji kedua aspek ini berada

dalam satu kajian, walaupun sedikit terdapat perbedaan.

Perjanjian dan perikatan merupakan dua hal yang berbeda meskipun

keduanya memiliki ciri yang hampir sama. Untuk membedakan antara perjanjian

dan perikatan yaitu:

1. Pada umumnya perjanjian merupakan hubungan hukum bersegi dua,

artinya akibat hukumnya dikehendaki oleh kedua belah pihak. Hal ini

bermakna bahwa hak dan kewajiban dapat dipaksankan. Pihak-pihak

berjumlah lebih dari atau sama dengan dua pihak sehingga bukan

pernyataan sepihak, dan pernyataan itu merupakan perbuatan hukum.

2. Perikatan bersegi satu, artinya belum tentu menimbulkan akibat hukum,

sebagai contoh, perikatan alami tidak dapat dituntut di sidang

pengadilan (hutang karena judi) karena pemenuhannya tidak dapat

dipaksakan. Pihaknya hanya berjumlah satu sehingga ia disebut bersegi

satu dan pernyataannya merupakan pernyataan sepihak serta merupakan

perbuatan biasa (bukan perbuatan hukum).

Page 22: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

41

2.3.2 Syarat Sah Perjanjian

Di dalam suatu perjanjian pada umumnya memuat beberapa unsur

yaitu:22

a) Pihak-pihak, paling sedikit ada dua orang. Para pihak yang bertindak

sebagai subyek perjanjian, dapat terdiri dari orang atau badan hukum.

Dalam hal yang menjadi pihak adalah orang, harus telah dewasa dan

cakap untuk melakukan hubungan hukum. Jika yang membuat perjanjian

adalah suatu badan hukum, maka badan hukum tersebut harus memenuhi

syarat-syarat badan hukum yang antara lain adanya harta kekayaan yang

terpisah, mempunyai tujuan tertentu, mempunyai kepentingan sendiri, ada

organisasi;

b) Persetujuan antara para pihak, sebelum membuat suatu perjanjian atau

dalam membuat suatu perjanjian, para pihak memiliki kebebasan untuk

mengadakan tawar-menawar diantara mereka;

c) Adanya tujuan yang akan dicapai, baik yang dilakukan sendiri maupun

oleh pihak lain, selaku subyek dalam perjanjian tersebut. Dalam mencapai

tujuannya, para pihak terikat dengan ketentuan bahwa tujuan tersebut

tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan

ketertiban umum;

d) Ada prestasi yang harus dilaksanakan, para pihak dalam suatu perjanjian

mempunyai hak dan kewajiban tertentu, yang satu dengan yang lainnya

saling berlawanan. Apabila pihak yang satu berkewajiban untuk

                                                                                                                         22Mohd. Syaufii Syamsuddin, 2005, Perjanjian-Perjanjian dalam Hubungan Industrial,

Sarana Bhakti Persada, 2005, hal.5-6.

Page 23: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

42

memenuhi prestasi, bagi pihak lain hal tersebut merupakan hak, dan

sebaliknya;

e) Ada bentuk tertentu, suatu perjanjian dapat dibuat secara lisan maupun

tertulis. Dalam hal suatu perjanjian yang dibuat secara tertulis, dibuat

sesuai dengan ketentuan yang ada;

f) Syarat-syarat tertentu, dalam suatu perjanjian, isinya harus ada syarat-

syarat tertentu, karena suatu perjanjian yang sah, mengikat sebagai

undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Agar suatu perjanjian

dapat dikatakan sebagai suatu perjanjian yang sah, perjanjian tersebut

telah memenuhi syarat-syarat tertentu.

Agar suatu perjanjian dapat menjadi sah dan mengikat para pihak,

perjanjian harus memenuhi syarat-syarat sebagaimana yang ditetapkan dalam

Pasal 1320 KUHPerdata yaitu:

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;

Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya mempunyai arti bahwa

para pihak yang membuat perjanjian telah sepakat atau saling menyetujui

kehendak masing-masing, yang dilahirkan oleh para pihak tanpa adanya

paksaan, kekeliruan, dan penipuan.23

Kata “sepakat” tidak boleh disebabkan adanya kekhilafan

mengenai hakekat barang yang menjadi pokok persetujuan atau kekhilafan

mengenai diri pihak lawannya dalam persetujuan yang dibuat terutama

mengingat dirinya orang tersebut;

                                                                                                                         23Ridhuan Syahrani, 1992, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Hukum Perdata, Alumni,

Bandung, hal.214.

Page 24: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

43

Sepakat sebenarnya merupakan pertemuan antara dua kehendak, di

mana kehendak orang yang satu saling mengisi dengan apa yang

dikehendaki pihak lain.24 Menurut Teori Penawaran dan Penerimaan (offer

and acceptance), bahwa pada prinsipnya suatu kesepakatan kehendak baru

terjadi setelah adanya penawaran (offer) dari salah satu pihak dan dikuti

dengan penerimaan tawaran (acceptance) oleh pihak lain dalam kontrak

tersebut.25

b. Cakap untuk membuat perikatan;

Membuat suatu perjanjian adalah melakukan suatu hubungan

hukum. Yang dapat melakukan suatu hubungan hukum adalah pendukung

hak dan kewajiban, baik orang atau badan hukum, yang harus memenuhi

syarat-syarat tertentu. Jika yang membuat perjanjian adalah suatu badan

hukum, badan hukum tersebut harus memenuhi syarat sebagai badan

hukum yang sah. Suatu badan, perkumpulan, atau badan usaha dapat

berstatus sebagai badan hukum bila telah memenuhi beberapa syarat,

yaitu:26

1) Syarat materiil (menurut doktrin)

a. Harta kekayaan yang terpisah, dipisahkan dari kekayaan anggotanya.

b. Tujuan tertentu (bisa idiil/komersial)

c. Punya hak/kewajiban sendiri, dapat menuntut/dituntut

                                                                                                                         24J. Satrio, 2001, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Buku I, Citra

Aditya Bakti, Bandung, hal.165. 25Ibid 26Handri Raharjo, 2009, Hukum Perusahaan, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, hal.25.

Page 25: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

44

d. Punya organisasi yang teratur, tercermin dari Anggaran Dasar/

Anggaran Rumah Tangga.

2) Syarat Formal

Syarat-syarat yang harus dipenuhi sehubungan dengan permohonan

untuk mendapatkan status sebagai badan hukum biasanya diatur dalam

peraturan yang mengatur tentang badan hukum yang bersangkutan.

Misalnya pengesahan Perseroan Terbatas (PT) sebagai badan hukum

diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dan pengesahan yayasan sebagai badan hukum diatur dalam

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 juncto Undang-Undang Nomor

28 Tahun 2004 tentang Yayasan, dimana agar Perseroan Terbatas dan

Yayasan dapat berstatus sebagai badan hukum yang sah, akta pendirian

Perseroan Terbatas dan Yayasan yang telah dibuat oleh Notaris harus

mendapat pengesahan dari Menteri.

Dengan terpenuhinya syarat-syarat tersebut di atas, barulah badan hukum

itu dapat disebut sebagai pendukung hak dan kewajiban atau sebagai subyek

hukum yang dapat melakukan hubungan hukum.27

Apabila yang membuat perjanjian adalah orang, dia harus cakap menurut

hukum. Pasal 1330 KUHPerdata menentukan yang tidak cakap untuk membuat

perikatan :

1) Orang-orang yang belum dewasa;

                                                                                                                         27Mohd. Syaufii Syamsuddin, op.cit, hal.13.

Page 26: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

45

Ketentuan Pasal 330 Kitab Undang-undang Hukum Perdata tersebut

memberikan arti yang luas mengenai kecakapan bertindak dalam hukum,

yaitu bahwa:28

a) Seorang baru dikatakan dewasa jika ia:

1. telah berumur 21 tahun; atau

2. telah menikah, ini membawa konsekuensi hukum bahwa seorang anak

yang sudah menikah tetapi kemudian perkawinannya dibubarkan

sebelum ia genap berusia 21 tahun tetap dianggap telah dewasa.

b) Anak yang belum dewasa, dalam setiap tindakannya dalam hukum diwakili

oleh:

1. orang tuanya, dalam hal anak tersebut masih berada di bawah

kekuasaan orang tua (yaitu ayah dan ibu secara bersama-sama);

2. walinya, jika anak tersebut sudah tidak lagi berada di bawah

kekuasaan orang tuanya (artinya hanya ada salah satu dari orang

tuanya saja).

2) Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan. Orang-orang yang diletakkan di

bawah pengampuan adalah setiap orang dewasa yang selalu berada dalam

keadaan kurang akal, sakit ingatan atau boros. Pembentuk undang-undang

memandang bahwa yang bersangkutan tidak mampu menyadari tanggung

jawabnya dan karena itu tidak cakap bertindak untuk mengadakan perjanjian.

Apabila seorang yang berada di bawah pengampuan mengadakan perjanjian,

yang mewakilinya adalah orang tuanya atau pengampunya (Pasal 433

                                                                                                                         28Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, 2006, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian,

PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal.130.

Page 27: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

46

KUHPerdata). Orang yang dibawah pengampuan, menurut hukum tidak dapat

berbuat bebas dengan harta kekayaannya. Ia berada di bawah pengawasan

pengampuan. Kedudukannya, sama dengan seorang anak yang belum dewasa.

Kalau seorang anak belum dewasa harus diwakili oleh orang tua atau walinya,

maka seorang dewasa yang telah ditaruh di bawah pengampuan harus diwakili

oleh pengampu atau kuratornya.

3) Orang-orang perempuan, dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang,

dan pada umumnya semua orang kepada siapa undang-undang telah melarang

membuat perjanjian-perjanjian tertentu. Namun berdasarkan fatwa Mahkamah

Agung, melalui Surat Edaran Mahkamah Agung No.3/1963 tanggal

5 September 1963, orang-orang perempuan tidak lagi digolongkan sebagai

yang tidak cakap. Mereka berwenang melakukan perbuatan hukum tanpa

bantuan atau izin suaminya, kecuali ada hak suami yang berkaitan dengan

perbuatan hukum yang akan dilakukan seperti menjual rumah yang didapat

setelah perkawinan, dan lainlain. Akibat dari perjanjian yang dibuat oleh pihak

yang tidak cakap adalah batal demi hukum (Pasal 1446 KUHPerdata).

c. Suatu hal tertentu;

Sebagai syarat ketiga disebutkan bahwa suatu perjanjian harus mengenai

suatu hal tertentu, artinya apa yang diperjanjikan hak-hak dan kewajiban kedua

belah pihak jika timbul suatu perselisihan. Barang yang dimaksudkan dalam

perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya. Bahwa barang itu sudah ada

atau sudah berada di tangannya si berutang pada waktu perjanjian dibuat, tidak

diharuskan oleh undangundang. Juga jumlahnya tidak perlu disebutkan, asal saja

Page 28: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

47

kemudian dapat dihitung atau ditetapkan. Perjanjian harus menentukan jenis objek

yang diperjanjikan. Jika tidak, maka perjanjian itu batal demi hukum. Pasal 1332

KUHPerdata menentukan hanya barang-barangyang dapat diperdagangkan yang

dapat menjadi obyek perjanjian, dan berdasarkan Pasal 1334 KUHPerdata barang-

barang yang baru akan ada di kemudian hari dapat menjadi obyek perjanjian

kecuali jika dilarang oleh undang-undang secara tegas.

d. Suatu sebab atau causa yang halal;

Menurut undang-undang, sebab yang halal adalah jika tidak dilarang oleh

Undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum, ketentuan ini disebutkan pada

Pasal 1337 KUHPerdata. Suatu perjanjian yang dibuat dengan sebab atau causa

yang tidak halal, misalnya jual beli ganja, untuk mengacaukan ketertiban umum.29

Sahnya causa dari suatu persetujuan ditentukan pada saat perjanjian

dibuat. Perjanjian tanpa causa yang halal adalah batal demi hukum, kecuali

ditentukan lain oleh undang-undang.

Ke empat unsur tersebut selanjutnya, dalam doktrin ilmu hukum yang

berkembang, digolongkan ke dalam:30

1. Dua unsur pokok yang menyangkut subyek (pihak) yang mengadakan

perjanjian (unsur subyektif), dan;

2. Dua unsur pokok lainnya yang berhubungan langsung dengan obyek

perjanjian (unsur obyektif).

Unsur subyektif mencakup adanya unsur kesepakatan secara bebas dari

para pihak yang berjanji, dan kecakapan dari pihak-pihak yang melaksanakan

                                                                                                                         29Abdulkadir Muhammad, 1992, Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, hal.95. 30Kartini Mulyadi dan Gunawan Widjaja, op.cit, hal.93.

Page 29: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

48

perjanjian. Sedangkan unsur obyektif meliputi keberadaan dari pokok persoalan

yang merupakan obyek yang diperjanjikan, dan causa dari obyek yang berupa

prestasi yang disepakati untuk dilaksanakan tersebut haruslah sesuatu yang tidak

dilarang atau diperkenankan menurut hukum. Tidak terpenuhinya salah satu unsur

dari keempat unsur tersebut menyebabkan cacat dalam perjanjian, dan perjanjian

tersebut diancam dengan kebatalan, baik dalam bentuk dapat dibatalkan (jika

terdapat pelanggaran terhadap unsur subyektif), maupun batal demi hukum (dalam

hal tidak terpenuhinya unsur obyektif), dengan pengertian bahwa perikatan yang

lahir dari perjanjian tersebut tidak dapat dipaksakan pelaksanaannya.31

Perbedaan antara dapat dibatalkan dengan batal demi hukum dapat

dibatalkan artinya salah satu pihak dapat memintakan pembatalan itu.

Perjanjiannya sendiri tetap mengikat kedua belah pihak, selama tidak dibatalkan

(oleh hakim) atas permintaan pihak yang berhak meminta pembatalan tadi (pihak

yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya secara tidak bebas).

Sedangkan batal demi hukum artinya adalah dari semula dianggap tidak pernah

ada dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan.

2.3.3 Prestasi

Pada tahap pelaksanaan suatu perjanjian, para pihak harus melaksanakan

apa yang telah dijanjikan atau apa yang telah menjadi kewajibannya dalam

perjanjian tersebut. Kewajiban memenuhi apa yang dijanjikan itulah disebut

sebagai prestasi.32

                                                                                                                         31Ibid, hal.94. 32Ahmadi Miru, 2010, Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak, Cetakan Ketiga,

Rajawali Pers, Jakarta, hal.67.

Page 30: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

49

Prestasi dalam suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik

(Pasal 1338 ayat 3 KUHPerdata). Di dalam hukum perjanjian, itikad baik itu

mempunyai dua pengertian yaitu:

a. Itikad baik dalam arti subyektif, yaitu kejujuran seseorang dalam

melakukan suatu perbuatan hukum yaitu apa yang terletak pada sikap batin

seseorang pada waktu diadakan perbuatan hukum. Itikad baik dalam arti

subyektif ini diatur dalam Pasal 531 Buku II KUHPerdata.

b. Itikad baik dalam arti obyektif, yaitu pelaksanaan suatu perjanjian harus

didasarkan pada norma kepatutan dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat

dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata, dimana hakim diberikan suatu

kekuasaan untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian agar jangan sampai

pelaksanaannya tersebut melanggar norma-norma kepatutan dan keadilan.

Kepatutan dimaksudkan agar jangan sampai pemenuhan kepentingan salah

satu pihak terdesak, harus adanya keseimbangan. Keadilan artinya bahwa

kepastian untuk mendapatkan apa yang telah diperjanjikan dengan

memperhatikan norma-norma yang berlaku. Demikian pula suatu

perjanjian tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas

dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut

sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan, atau undang-undang

(Pasal 1339 KUHPerdata).

Prestasi dapat berwujud sebagai :

1) Benda

Page 31: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

50

Prestasi berupa benda harus diserahkan kepada pihak lainnya.

Penyerahan tersebut dapat berupa penyerahan hak milik atau

penyerahan kenikmatannya. Sedangkan prestasi yang berupa

tenaga atau keahlian harus dilakukan oleh pihakpihak yang

menjual tenaga atau keahliannya. Prestasi yang berupa benda yang

harus diserahkan kepada pihak lain, apabila benda tersebut belum

diserahkan, pihak yang berkewajiban menyerahkan benda tersebut

berkewajiban merawat benda tersebut bebagaimana dia merawat

barangnya sendiri atau yang sering diistilahkan dengan “sebagai

bapak rumah yang baik”. Sebagai konsekuensi dari kewajiban

tersebut adalah apabila ia melalaikannya, ia dapat dituntut ganti

rugi apalagi kalau ia lalai menyerahkannya.

2) Tenaga atau keahlian

Antara prestasi yang berupa tenaga dan prestasi yang berupa

keahlian ini terdapat perbedaan karena prestasi yang berupa tenaga

pemenuhannya dapat diganti oleh orang lain karena siapapun yang

mengerjakannya hasilnya akan sama sedangkan prestasi yang

berupa keahlian, pemenuhannya tidak dapat diganti oleh orang lain

tanpa persetujuan pihak yang harus menerima hasil dari keahlian

tersebut. Oleh karena itu, apabila diganti oleh orang lain, hasilnya

mungkin akan berbeda.

3) Tidak berbuat sesuatu

Page 32: BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA … II.pdf · 20 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WANPRESTASI KARENA FORCE MAJEURE DALAM PERJANJIAN 1.1 Wanprestasi 2.1.1 Pengertian Dan

51

Adapun prestasi tidak berbuat sesuatu menuntut sikap pasif salah

satu pihak karena dia tidak dibolehkan melakukan sesuatu

sebagaimana yang diperjanjikan.

Prestasi dari suatu perjanjian harus memenuhi syarat:33

a) Harus diperkenankan, artinya prestasi itu tidak melanggar

ketertiban, kesusilaan, dan Undang-undang;

b) Harus tertentu atau dapat ditentukan;

c) Harus memungkinkan untuk dilakukan menurut kemampuan

manusia.

d) Namun yang sering dijumpai dalam pelaksanaan suatu perjanjian

adalah ketika salah satu pihak tidak mematuhi dan melaksanakan

apa yang telah diperjanjikan/ wanprestasi.

                                                                                                                         33Handri Raharjo, 2009, Hukum Perjanjian di Indonesia, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,

hal.79.