bab iii analisis data 3.1 analisis singkat komik chibi
TRANSCRIPT
BAB I I I
ANALISIS DATA
3.1 Analisis Singkat Komik Chibi Maruko-chan
a. Tujuan Penulis
Dalam CMC penulis mendeskripsikan kembali kisah-kisah masa kecilnya
dalam bentuk cerita fiksi yang berbentuk komik. Karya komik seperti ini pada
umumnya bertujuan sebagai bahan bacaan yang bersifat hiburan.
Menurut Newmark jika terjemahan tidak sejelas versi aslinya, pertimbangkanlah
apakah elemen yang tidak boleh berubah secara esensial (biasanya terdiri dari
fakta-fakta atau ide-ide) terwakili secara tepat. Berdasarkan hal itu jika tujuan
suatu teks untuk menghibur maka aspek hiburan itulah yang menjadi faktor yang
perlu dipertimbangkan. Dengan kata lain ide-ide yang ingin disampaikan lebih
penting daripada ketepatan kata-kata yang bukan merupakan inti dari ide cerita.
Tentu saja idealnya upaya pemadanan sedapat mungkin merupakan padanan yang
paling dekat dan paling wajar.
b. Tema
Komik CMC karya Sakura Momoko adalah sebuah komik yang
bercerita tentang kehidupan sehari-hari di Jepang tahun 70-an. Tokoh
utamanya adalah seorang gadis kecil yang bemama Chibi Maruko.
Tema-tema CMC mengangkat permasalahan hubungan orang tua dan
anak, hubungan pertemanan, hubungan kakek dan cucu, dan hubungan
42
Komik CMC karya Sakura Momoko adalah sebuah komik yang
bercerita tentang kehidupan sehari-hari di Jepang tahun 70-an. Tokoh
utamanya adalah seorang gadis kecil yang bemama Chibi Marako.
Tema-tema CMC mengangkat permasalahan hubungan orang tua dan
anak, hubungan pertemanan, hubungan kakek dan cucu, dan hubungan
kakak dan adik. Tokoh CMC mempunyai sifat-sifat yang jauh dari ideal
sebagai seorang anak dan seorang siswa, tetapi mewakili keceriaan
anak-anak yang seringkali sulit didapatkan pembaca di kehidupan nyata
dengan banyaknya tekanan sosial yang dihadapinya.
Daya tarik komik ini adalah penggambaran yang rinci mengenai latar
sekolah, mmah, tempat bermain dan pergantian cuaca.
c. Karakteristik pembaca
Sulit untuk mcmpcrkirakan secara tepat bcrapa batas usia pembaca komik ini di ncgcri asalnya, tetapi
dengan melihat kosakata kanji yang muncul pada 10 halaman pertama jilid 1, dapat diperkirakan setidaknya
pembaca adalah yang menguasai lebih dari 500 huruf kanji. Sekalipun juga muncul beberapa huruf kanji
yang lebih rumit, tetapi Juriganc^' selalu tertera bahkan pada huruf kanji yang paling mudah sekalipun.
Menumt Inayatun, berdasarkan pembagian genre, CMC mempunyai target
pembaca perempuan (shoojo manga) (Rahmah Inayatun, 2003: 19-20). Meskipun
demikian, di Jepang komik CMC telah mampu menarik perhatian pembaca dari
golongan anak-anak sampai dewasa dengan alasan-alasan yang berbeda-beda
(Rahmah, 2003: 2-3).
Furigana [jS ^) iR^ ] adalah huruf kana yang dilekatkan pada sisi huruf kanji untuk menunjukkan cara baca kanji tersebut (Koojien, 1991: 2275).
43
Di Indonesia CMC populer lewat acara televisi maupun komiknya.
Karakteristik pembacanya pun bervariasi, sehingga dapat dikatakan komik ini
ditujukan untuk "semua umur". Dari pengamatan terhadap beberapa tempat
penyewaan komik di Yogyakarta, komik-komik yang sering dianggap di
Indonesia sebagai bacaan anak-anak, justru banyak dipinjam oleh pelajar dan
mahasiswa, termasuk komik-komik sejenis CMC.
Pada umumnya orang Indonesia awam dengan budaya Jepang. Apa yang
umum diketahui oleh orang Indonesia tentang Jepang hanya berkisar pada hal-hal
yang sudah sangat biasa ada di Indonesia. Dalam hal makanan misalnya tenpura^^,
siikiyaki^'', shushi^^, 6sLn\sAn-\zLm.. .
Dari penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa calon pembaca terjemahan
CMC adalah perempuan, semua umur, dan orang yang awam dengan budaya
Jepang. -
d. Jenis Teks
Sebagian besar teks berisi dialog, tetapi banyak juga tambahan-tambahan
berupa narasi singkat. Menurut Nida, teks semacam ini dapat digolongkan ke
dalam jenis teks dialogue (Newmark 1988:13) yaitu teks yang menekankan pada
perkataan sehari-hari (colloquialisms). Dengan demikian maka metode yang tepat
dalam menerjemahkannya adalah metode yang dekat dengan Bsa. Dalam hal ini
adalah metode komunikatif.
mm
44
Satu hal yang membantu dalam menganalis kata dalam komik antara lain
adalah adanya bantuan gambar. Akan tetapi struktur semantis suatu kata tidak
selalu berwujud kongkrit. Selain itu gambar tidak selalu mimcul secara utuh atau
detil, sehingga sering tidak mungkin menampilkan makna generik dengan harapan
makna spesifiknya terbantu oleh gambar.
Penggunaan metode tidak selalu harus konsisten dalam sebuah terjemahan.
Adakalanya bagian-bagian tertentu memerlukan metode penerjemahan yang
berbeda karena suatu alasan.
3.2 Analisis Data
Dalam menganalisis data, pertama data akan dikelompokkan menjadi dua,
yaitu kata-kata yang termasuk kosakata kebudayaan material dan kebudayaan sosial.
Selanjutnya akan dilakukan analisis semantis dan analisis hasil terjemahannya. Dalam
analisis terjemahan, kata-kata tertentu dan padanannya akan diuraikan ke dalam
komponen maknanya untuk menentukan sejauh mana kedua kata tersebut memiliki
kesamaan dan perbedaan. Sekalipun yang akan dianalisis hanya kata, tetapi dalam
kasus-kasus tertentu pentingnya konteks tidak dapat dihindari, sehingga akan ada
penjelasan berdasarkan konteks kalimat maupun cerita.
3.2.1 Analisis Terjemahan Kosakata Budaya Material Kosakata budaya material dalam komik CMC yang akan dianalisis adalah 13
data. Berikut ini adalah analisis dari masing-masing kata tersebut.
1. Analisis kata ohentoo
45
(21) (Tsu) : Yumiko-chan to Yoshiko-chan mo isshoni obentoo kookan
shiyoolte.
(CMCJ 1:26)
(Tsa) : Yumiko dan Yoshiko bilang, nanti kita tukaran makanan.
(CMCI1: 26)
Keterangan Semantis:
Obentoo adalah makanan yang diletakkan dalam kotak makanan dan dibawa
pada saat pergi bekerja, ke sekolah, piknik, dan Iain-lain. (NDJ: 1784). Awalan o
pada kata obentoo mengandung makna ungkapan rasa hormat atau bentuk sopan atau
bentuk penghormatan kepada lawan bicara dengan merendah diri sendiri (BJED: 558).
Awalan o dilekatkan di depan nomina, adjektiva, verba adjektiva atau verba untuk
mengungkapkan rasa hormat dan sopan. Selain itu juga untuk memperindah kata.
Pada umumnya awalan o dilekatkan pada kata asli bahasa Jepang (wago^^) (KNJ:
212).
Analisis Terjemahan:
Dalam Tsa obentoo mendapat padanan leksikal berupa nomina makanan.
Penerjemah menggunakan prosedur modulasi wajib yaitu pergeseran makna dari yang
bersifat khusus dalam Tsu menjadi bersifat umum (generik) dalam Tsa. Dengan
demikian kata yang bermakna budaya dalam Tsu diterjemahkan menjadi kata biasa
(tidak bermuatan budaya) dalam Tsa. Awalan o pada obentoo yang bermakna
ungkapan rasa hormat dan kesopanan, tidak memperoleh padanan dalam Tsa karena
perbedaan sistem dan kaidah bahasa dalam Bsa. Untuk itu penerjemah perlu
46
melakukan transposisi atau pergeseran bentuk dan sekaligus modulasi atau pergeseran
makna.
Walaupun penerjemahan obentoo menjadi makanan hanya bermakna umum
dalam Bsa (generik), kesepadan yang wajar dapat tercapai karena dalam konteks
kalimat, justru pengertian umumnya yang dipentingkan yaitu makanannya. Dengan
kata lain di dalam konteks bukan obentoo beserta isinya yang dipertukarkan, tetapi
hanya sebagian dari isinya (makanan).
2. Analisis kata
(22) Tsa Aozora no shita ichinichijuu amanattoo hakkari
kamishimeru koto ni
naru.
(CMCJ 1:28)
Tsu : Keinginannya harus terus-terusan memakan asinan
ini di bawah langit
biru.
(CMCI1:28)
Keterangan Semantis:
Amanatto adalah makanan yang terbuat dari kacang merah yang direbus
kemudian dimasak kembali dengan gula dan madu (NDJ: 59). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia (KBBI) asinan adalah sayuran atau buah-buahan yang diawetkan
dalam cuka yang diberi garam, gula, dan rempah-rempah (KBBI 1995: 61).
Analisis komponen makna amanatto dan asinan
No Komponen Makna Amanatto Asinan 1 Terbuat dari sayuran dan buah-buahan - + 2 Terbuat dari kacang merah + -
47
3 Diberi gula dan madu + -
4 Diberi cuka dan garam -
Analisis Terjemahan:
Dalam Tsa amanatto mendapat padanan asinan. Dari tabel di atas dapat
diketahui bahwa baik secara leksikal maupim referensial kata amanatto dan asinan
sangat berbeda. Dalam hal ini penerjemah sebenamya menggunakan prosedur
pemadanan budaya, tetapi penggunaan prosedur ini tidak tepat karena menurat
Larson ada dua hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu pertama, kedua kata hams
mempunyai fungsi yang sama, kedua hams mempertimbangkan seberapa mirip
makna dari kedua kata tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
amanatto tidak mendapat padanan yang wajar dalam Tsa.
kata futon
: Rakkina hi wa sono mama dakkosarete futon ni idoosasete
koto mo aru. (CMCJ
: Dan aku beruntung, ada yang menggendongku ke tempat
(CMCI1:81)
Keterangan Semantis:
Futon adalah kasur untuk keperluan tidur yang terdiri dari kasur berlapis
(shikibuion^'^) dan selimut (kakebuton^") yang berisi kapas yang cukup lembut untuk
''mm
48
3. Analisis
(23) Tsu
moraeru
1: 81)
Tsa
tidur.
dilipat dan disimpan sepanjang siang (ketika tidak digunakan). Pada rumah-rumah
tradisional sebuah ruangan harus bisa digunakan untuk beberapa keperluan (KEJ Jilid
I). Menurut A English Dictionary of Japanese Culture (EDJC) futon adalah
perlengkapan tidur tradisional Jepang menyerupai kasur. Pada saat digunakan
diletakkan di talami^' (semacam tikar) dan pada saat tidak digunakan disimpan di
lemari yang disebut oshiire^^ sehingga ruangan dapat dipakai untuk keperluan lain.
Perlengkapan tidur yang lain adalah shikibuton (matras), shikifit^ fseprei), kakebuton
(selimut) dan makurJ'" (bantal) (EDJC: 50).
Analisis komponen makna futon dan tempat tidur
No Komponen Makna Futon Tempat tidur
1 Berfungsi sebagai tempat tidur + +
2 Berisi busa, kapas atau kapuk + +
3 Pada saat digunakan diletakkan di tatami/lantai + -4 Pada saat tidak digunakan disimpan di lemari + -
Analisis Terjemahan:
Penerjemah memberikan padanan futon dengan tempat tidur. Dari tabel di atas
diketahui bahwa futon dan tempat tidur secara semantis tidak persis sama karena
terdapat komponen pembeda. Terjemahan di atas menggunakan prosedur pemadanan
fungsional yaitu suatu prosedur penerjemahan yang memerlukan penggunaan kata
yang bukan kata budaya. Selain itu adakalanya menambahkan istilah baru yang lebih
spesifik. Prosedur ini banyak menggeneralisasi kata-kata budaya. Dalam hal \mJiiton
mendapat padanan tempat tidur yang tidak bermuatan budaya. Meskipun secara
49
semantis tidak persis sama, kaia fu(on dan lempal lidur mempunyai fungsi yang sama.
Dengan demikian tempat tidur merupakan padanan yang wajar dari futon. Pergeseran
unit (transposisi) juga dilakukan yaitu pergeseran dari kata yaitu fuion menjadi frasa
tempat tidur.
4. Analisis kata kotatsu
(24) Tsu Kono toki hakari wa sasuga ni minna jishuteki ni kotatsu
kara hanareru.
(CMCJ 1: 126)
Tsa : Pada saat seperti ini, semua orang langsung menjauh meja
pemanas.
(CMCI
1: 126)
Keterangan Semantis:
Kotatsu adalah pemanas kaki yang digunakan pada musim dingin. Pada
zaman dahulu pemanas ini terbuat dari arang atau briket yang diletakkan pada tempat
yang tahan panas. Sekarang kotatsu bentuknya menyerupai meja yang dilengkapi
sebuah perangkat listrik yang berfungsi sebagai pemanas. Ada pula yang berbentuk
kotak dan dapat dibawa-bawa (EDJC: 152)
Analisis Terjemahan:
Penerjemah memberikan padanan kotatsu dengan meja pemanas.
Penerjemahan di atas menggunakan prosedur pemadanan fungsional yaitu prosedur
yang mengganti kata Bsu dengan kata Bsa yang memiliki fungsi yang sama dan
memberikan informasi baru yang lebih spesifik. Terjemahan ini juga mengakibatkan
50
pergeseran unit (transposisi) dari kolalsu yang berupa kata menjadi meja pemanas
yang bempa frase.
Karena kedua kata mengacu pada konsep benda yang memiliki fungsi yang
sama, dapat dikatakan bahwa kedua kata tersebut memiliki kesepadanan yang wajar.
5. Analisis kata shooji
(25) Tsu : A, okaasan shooji no harikae shiteru no!?
(CMCJ 2. 5)
Tsa : Wah... Ibu sedang mengganti kertas pintu. ya...
(CMCI 2: 5)
Keterangan Semantis:
Shooji adalah pintu geser yang terbuat dari kayu tipis yang ditutup dengan
kertas tembus cahaya dengan tujuan membiarkan cahaya siang yang baur menerangi
interior dan sekaligus menjaga rasa tetap tertutup dengan luar pintu (KEJ Jilid I I I :
244). Shooji adalah pintu geser kertas khas Jepang (a paper sliding door). Pintu ini
digunakan sejak abad kedelapan dan berfungsi untuk membagi raangan menjadi dua
mang kecil (EDJC: 272). Shooji pada konteks percakapan dalam komik ini mengacu
pada kertasnya (terlihat pada gambar).
Analisis Terjemahan:
Penerjemah memberikan padanan shooji dengan kertas pintu. Prosedur yang
digunakan adalah pemadanan fungsional yaitu mengganti kata Bsu dengan kata Bsa
dengan memberikan informasi baru yang lebih spesifik yang bukan mempakan kata
budaya dalam Bsa. Terjemahan ini juga mengakibatkan pergeseran unit (transposisi)
51
dari shooji yang berupa kata menjadi kerlas pinlu yang berupa frasa. Kesepadanan
yang wajar semakin tercapai dengan adanya acuan gambar.
6. Analisis kata wagashi
(26) Tsu : Wamshi da, sekkaku yooishita noni sensee tabete
ikanakatta kara na.
(CMCJ 2:10)
Tsa Wah ada kue. Pasti disiapkan untuk Pak Guru, tapi
Pak Guru tak masuk
rumah.... Jadi...
(CMCI 2:10)
Keterangan Semantis:
Wagashi adalah kue-kue khas Jepang yang pada umumnya terbuat dari beras
atau tepung gandum, kacang azuki^^ dan agar-agar. Berbagai macam wagashi
diasosiasikan dengan peristiwa-peristiwa musiman di Jepang menurut kalender.
Contoh wagashi antara lain adalah sakuramochi^^, yaitu kue dari beras yang dengan
pasta kacang azuki kemudian dibungkus dengan daun pohon sakura. Kashiwamochi^^
mirip dengan sakuramochi tetapi dibungkus dengan daun aok, biasanya dimakan pada
saat kodomo no hi^^ (hari anak laki-laki yang jatuh pada tanggal 5 Mei). Masih
banyak jenis wagashi seperti monaka^'\ senbef'^, dan sebagainya (ALU: 157). Kue
adalah penganan yang terbuat dari bahan yang bermacam-macam dibuat dalam
mm
52
berbagai bentuk. Bahan kue tergantung dari kue yang akan dibuat misalnya kue
mangkuk dibuat dari tepung beras (KBBI 1995: 537).
Analisis komponen makna wagashi dan kue No Komponen Makna Wagashi Kue
1 Merupakan jenis kue + + 2 Ada yang berkaitan dengan musim 4- -3 Bahan utamanya beras atau tepung
gandum + -
Analisis Terjemahan:
Penerjemah memberikan padanan wagashi dengan kue. Dari tabel di atas
dapat dilihat bahwa wagashi secara semantis merupakan bagian dari kue dalam Bsa.
Prosedur yang digunakan adalah pergeseran makna atau modulasi wajib yaitu
mengubah makna yang bemuansa khusus dalam Bsu menjadi makna yang bemuansa
umum (generik) dalam Bsa. Dengan demikian kosakata budaya dalam Bsu menjadi
kata yang tidak bermuatan budaya dalam Bsa.
Dalam metode komunikatif padanan yang dipilih untuk menggantikan kata
Bsu tergantung pada karakteristik pembaca. Dengan demikian kue yang lebih
bennakna generik daripada wagashi mempakan padanan yang wajar karena teks ini
ditujukan untuk pembaca yang awam dengan budaya Bsu.
7. Analisis kata ofuroba
(27) Tsu : Waiashi niwa ofuroba shika nakibasho ga arimasen deshila.
(CMCJ 3: 174)
Tsa : Hanya kamar mandilah tempatku menangis....
(CMCI 3: 174)
V
53
Keterangan Semantis:
Furo mempunyai arti bak mandi atau kamar mandi (NDJ: 1743). Awalan o
merupakan bentuk hormat (lihat keterangan o pada data 1). Sedangkan kanji ba
mempunyai arti tempat.
Analisis komponen makna ofuroba dan kamar mandi No Komponen Makna Ofiiroba Kamar mandi 1 Tempat untuk mandi + + 2 Terdapat bak mandi + 3 Bak mandi digunakan untuk berendam + -
Analisis Terjemahan:
Penerjemah memberikan padanan ofuroba dengan kamar mandi. Dari tabel di
atas dapat diketahui bahwa secara semantis ofuroba dan kamar mandi agak berbeda
maknanya. Hal ini disebabkan perbedaan budaya Jepang dan Indonesia mengenai
cara mandi. Orang Jepang menggunakan bak mandi untuk berendam sedangkan di
Indonesia tidak. Prosedur yang digunakan dalam terjemahan di atas adalah
pemadanan budaya atau adaptasi yaitu pengupayaan padanan kultural antara dua
situasi yaitu budaya mandi di Jepang dan di Indonesia. Selain itu juga terdapat
pergeseran bentuk (transposisi) dari kata dalam Bsu menjadi frasa dalam Bsa, dan
pergeseran karena perbedaan kaidah bahasa yaitu penghilangan makna o dalam Bsa.
(lihat keterangan data 1).
Kedua kata tersebut merupakan padanan yang tepat karena mengacu pada hal
yang sama dalam masing-masing budaya.
V
54
8. Analisis kata ozooni
(28) Tsu : Hora ozooni dayo.
(CMCJ 3: 54)
Tsa : Nih...Ada ozooni (bubur kacang merah dengan mochi).
(CMCI 3: 54)
Keterangan Semantis:
Menurut buku Eating in Japan (EIJ) zooni adalah sup yang dimakan pada saat
tahun baru di seluruh Jepang. Sup ini berisi mochi^' (kue dari beras ketan), sayuran,
ikan, daging ayam, dan bahan lairmya. Setiap daerah mempimyai bumbu-bumbu yang
berbeda untuk membuat sup ini (EIJ: 62).
Analisis Terjemahan:
Prosedur yang digunakan oleh penerjemah adalah pemadanan bercatatan
dengan memberi keterangan makna setelah kata ozooni. Awalan o pada ozooni yang
bermakna hormat tidak mendapat padanan karena sistem dan kaidah tersebut tidak
terdapat dalam Bsa. Penerjemah melakukan transposisi dan sekaligus modulasi. (lihat
keterangan data 1).
Prosedur pemadanan bercatatan sebenamya mempakan upaya terakhir dalam
mencari padanan yang tepat. Ini berarti bahwa prosedur ini sehamsnya memberikan
akurasi yang baik dalam penerjemahan. Dengan metode ini seorang penerjemah dapat
lebih leluasa memberikan penjelasan tentang suatu kata budaya. Akan tetapi dari
V
keterangan tentang kata ozooni di atas justru maknanya menjadi berbeda karena
bubur dan sup mengacu pada jenis masakan yang berbeda. Dengan demikian
pemadanan tersebut menjadi salah atau tidak wajar.
9. Analisis kata nanakusagayu
(29) Tsu Otoosan nanakusagayu tabetakattara tabeni kitette. (CMCJ
1:79)
Tsa Ayah, kalau mau makan bubur, ke ruang makan,
ya. (CMCI 1:79)
Keterangan Semantis:
Nanakusagayu adalah bubur yang dimasak dari 7 macam rumput musim semi
dan dimakan pada tanggal 7 Januari (Koojien: 1917-1918). Dengan makan bubur ini
dipercaya dapat mencegah berbagai macam penyakit (NDJ: 1449). Kata
nanakusagayu terdiri dari gabungan tiga karakter kanji yaitu, nana - t (tujuh), kusa
^ (rumput), dan kayu ^ (bubur).
Analisis Terjemahan:
Nanakusagayu mendapat padanan bubur dalam Bsa. Penerjemah
menggimakan prosedur modulasi atau pergeseran makna. Dengan melihat komponen
maknanya, nanakusagayu hanya mendapat padanan sebagian maknanya saja, yaitu
berupa kata dengan makna yang generik yaitu bubur. Nanakusagayu memiliki makna
yang istimewa daripada hanya sekedar bubur biasa. Dengan hanya menerjemahkan
nanakusagayu menjadi bubur, pembaca sama sekali tidak memperoleh gambaran
56
apa-apa tentang nanakusagayu selain bubur. Dalam kasus ini kesepadanan yang wajar
terjadi karena pembaca sangat awam dengan budaya Jepang.
10. Analisis kata osechi
(30) Tsu : Osechi.
(CMCJ 1:64)
Tsa : Lagi masak Osechi. *)
*)Makanan khusus untuk tahun baru.
(CMCI 1:64)
Keterangan Semantis:
Osechi adalah masakan khusus untuk merayakan tahun baru. Osechi berbeda
pada tiap-tiap daerah atau keluarga, tetapi memiliki makna yang lebih kurang sama
yaitu harapan untuk kesehatan, kebahagiaan, dan hasil panen yang baik. Osechi
diletakkan dalam kotak bertingkat empat yang disebut juuhako^^ dan diisi berbagai
jenis makanan (EIJ:60)
Analisis Terjemahan:
Penerjemah memberikan padanan osechi dengan memberi catatan kaki.
Prosedur ini disebut pemadanan bercatatan. Makna o pada osechi yang bermakna
bentuk hormat tidak diterjemahkan.
Pemadanan bercatatan merupakan upaya terakhir dalam mencari padanan
makna sebuah kata. Seperti telah dijelaskan dalam keterangan semantis di atas osechi
mengacu ke makanan tahun baru yang jenisnya bermacam-macam, sehingga
pemberian keterangan berupa makanan khusus untuk tahim baru sudah cukup
memberikan penjelasan kepada pembaca. Dengan kata lain kesepadanan yang wajar
dapat tercapai.
11. Analisis kata genkan
(31) Tsu : Konoyooni ie no naka made agarazuni genkan saki de
sumasete
shimau.
(CMCJ 2:9)
Tsa Ada juga guru yang hanya berdiri di pintu
menyampaikan laporannya.
(CMCI 2: 9)
Keterangan Semantis:
Genkan mempunyai tiga arti yaitu pintu masuk di kuil Budha aliran Zew",
tempat keluar masuk yang ada di depan bangiman atau tempat tinggal, dan tempat
keluar masuk yang ada di depan rumah samurai pada jaman Muromachi (NDJ: 616).
Secara umum genkan adalah tempat keluar masuk yang dibuat di bagian depan
bangunan (Koojien: 821). Yang dimaksud genkan dalam komik ini adalah tempat
keluar masuk di depan pintu masuk yang sedikit lebih rendah dari lantai rumah,
tempat meletakkan sandal atau sepatu sebelum masuk ruang tamu. Seperti terlihat
58
pada gambar, posisi guru sudah berada di bagian dalam rumah, tetapi belum masuk
lebih jauh (ruang tamu).
Analisis Terjemahan:
Kata genkan yang merupakan kata budaya mendapat padanan pintu yang
merupakan kata generik dalam Bsa. Prosedur ini disebut modulasi wajib yaitu hanya
mengungkapkan sebagian makna dari makna kata Bsu yang dalam hal ini bemuansa
umum yaitu pintu.
Kesepadanan yang wajar tercapai karena dalam budaya Bsa konsep yang
mengacu pada genkan hanya pintu. Selain itu makna yang lebih detil terbantu dengan
adanya gambar. v;;;
12. Analisis kata mfa^aA;/ ^
(32) Tsu : Watashi no uwabaki naku natchatta.
(CMCJ 2: 25)
Tsa : Sepatuku hilang.
(CMCI 2: 25)
Keterangan Semantis:
Uwabaki adalah alas kaki yang dipakai di dalam ruangan. Di Jepang biasanya
yang digunakan adalah surippa^^ atau sejenis sandal (NDJ: 192).
Analisis komponen makna uwabaki dan sepatu
No Komponen Makna Uwabaki Sepatu
1 Berfungsi sebagai alas kaki + +
2 Dipakai di dalam ruangan + -
3 Dipakai di luar mangan - +
Analisis Terjemahan:
Kata uwabaki mendapat padanan sepatu dalam Bsa. Pada tabel di atas dapat
dilihat bahwa uwabaki dan sepatu secara semantis tidak sama karena terdapat
komponen pembeda. Di Jepang kegiatan di dalam kelas pada umumnya
menggunakan alas kaki uwabaki, sedangkan di Indonesia baik di kelas maupun di
luar kelas tetap memakai sepatu. Pemadanan ini dapat dikatakan sebagai pemadanan
budaya, tetapi karena makna sepatu merupakan makna yang umum baik di Bsu
maupun Bsa, dalam hal ini dapat juga dikatakan bahwa penerjemah telah
menggunakan prosedur modulasi, yaitu memberikan padanan bempa kata yang hanya
memuat sebagian dari makna kata Bsu, dengan kata lain padanan dalam Bsa
bemuansa umum.
Kesepadanan yang wajar tercapai karena pada budaya Bsa alas kaki yang
digunakan di sekolah hanya >ve/?a M.
13. Analisis kata r wA:// / /
(33) Tsu : Kore okaasan kara "tsukudani" datte.
(CMCJ 3: 108)
Tsa Ini dari ibu. katanya sih tumis ikan...
(CMCI 3: 108)
Keterangan Semantis:
Tsukudani adalah nama makanan yang terbuat dari ikan, kerang, daging,
sayuran, mmput laut yang direbus dengan garam, gula dan shooyu (kecap asin
Jepang) (NDJ: 1295). Tsukudani adalah makanan yang dibuat dengan cara merebus
bahan-bahannya dalam shooyu. Makanan ini memiliki rasa yang tajam dan hanya
m
dapat dimakan sedikit dalam sekali makan. Bahan-bahan yang digunakan antara lain
tuna ikan kecil, potongan ikan tuna, konbu (sejenis ganggang laut), asarP (sejenis
kerang), dan Iain-lain (EIJ: 111). Tumis menurut KBBI adalah masakan (dari sayuran
dan sebagainya.) yang digoreng sebentar (supaya lemas) lalu direbus bersama minyak
dan bumbunya (KBBI: 1081).
Analisis Terjemahan:
Kata tsukudani mendapat padanan tumis ikan dalam Bsa. Sehamsnya prosedur
seperti ini merupakan pemadanan budaya tetapi pemadanan budaya mensyaratkan
kemiripan kedua kata tersebut di samping adanya kesamaan fungsi. Dalam kasus ini
tumis ikan selain tidak memiliki acuan (makna referensial) yang jelas dalam Bsa, dan
maknanya pun berbeda dengan tsukudani. Dengan demikian tidak tercapai
kesepadanan yang wajar. Selain itu juga terjadi transposisi dari kata menjadi frasa.
3.2.2 Analisis Terjemahan Kosakata Budaya Sosial
Pada bagian kedua, yang akan dianalisis adalah kosakata yang berkaitan
dengan budaya sosial. Jumlah kata yang diangkat sebagai data adalah 20 kata. Berikut
ini adalah analisis dari masing-masing kata tersebut.
14. Analisis kata 5/?ic/2rgo5'an ,
(34) Tsu : Kyoo wa seken dewa shichigosan rashii. (CMCJ 1:36) ' ^•''-•-.-^
Tsa : Hari ini hari perayaan 7,5,3 (hari perayaan untuk
anak berumur 3. 5.
75 mm
dan 7 tahunV (CMCI
1:36)
Keterangan Semantis:
Shicigosan adalah festival mengunjimgi kuil shinto pada tanggal 15
November bagi anak laki-laki yang berumur 3 dan 5 tahun dan anak perempuan yang
berumur 3 dan 7 tahun pada tahun bersangkutan (Koojien: 1066). Adat kebiasaan
yang terlihat pada tanggal 15 November. Anak-anak laki-laki berusia 5 tahun dan
perempuan 7 atau 3 tahun pergi ke kuil shinto untuk berdoa bagi keselamatan dan
kesehatan mereka. Pada mulanya berkaitan dengan kepercayaan bahwa anak-anak
usia tertentu mudah mendapat kecelakaan dan karena itu membutuhkan perlindungan
sesuatu (kami, dewa, dan Iain-lain) (KEJ Jilid VTI: 87). Sichigosan adalah festival
yang dirayakan pada tanggal 15 November untuk anak laki-laki berusia 3 dan 5 tahun,
dan anak perempuan berusia 3 dan 7 tahun. Anak-anak yang merayakan Sichigosan
mengenakan kimono, dan bersama orang tua mereka pergi ke kuil Shinto untuk
berdoa memohon kesehatan dan masa depan yang baik (EDJC: 252).
Analisis Terjemahan:
Perayaan sichigosan tidak dikenal di Indonesia sehingga tidak memiliki
padanan leksikal dalam Bsa. Untuk mencari padanan makna sichigosan, penerjemah
menggunakan prosedur pemadanan bercatatan agar pembaca dapat menangkap
informasi yang dimaksud penulis Bsu. Dalam Tsa catatan dicantumkan di dalam teks
setelah kosakata budaya.
Pemberian catatan oleh penerjemah cukup memberikan gambaran tentang
shicigosan sehingga kesepadanan yang wajar dapat tercapai.
15. Analisis kata bon odori
(35) Tsu : Futo kanban no ura o mireba "bon odori taikai" to
kakareteiru no ga
nasakenai.
(CMCJ 1:50)
Tsa Tetapi kalau melihat tulisan di baliknya.... Ada
tulisan perlombaan
joget, pemandangan yang mengenaskan.
(CMC11: 50)
Keterangan Semantis:
Bon odori adalah tarian yang ditampilkan tiap tahun pada pertengahan Juli
atau Agustus, sebagai bagian dari Festival Bon. Festival ini merupakan perayaan
dalam rangka melayani dan menyambut kedatangan roh leluhur yang datang ke bumi
di mana dia pernah tinggal atau hidup (KEJ Jilid I : 161). Bon odori adalah festival tari
yang diadakan di halaman kuil, taman-taman atau jalan. Pada festival ini orang-orang
memakai kimono untuk musim panas (yukata^^) untuk menari dan menyanyi lagu
tradisional (EDJC: 12). Tarian ini disebut juga urabon odori^. Tarian ini
dimaksudkan untuk mengantar arwah leluhur yang telah meninggal (NDJ: 1834).
Dalam KBBI kata joget memiliki beberapa makna, yaitu tari (sebarang tarian), tarian
dan lagu melayu yang agak rancak iramanya, dan ronggeng. Berjoget (bentuk kerja
dari joget) bermakna menari (biasanya tidak sendirian) (KBBI 1995: 417).
63
Analisis komponen makna bon odori dan Joget
No Komponen Makna Bon odori Joget 1 Merupakan tarian + 2 Salah satu rangkaian ritual kepercayaan + -3 Dilakukan beramai-ramai + + 4 Berirama rancak - + 5 Dilakukan pada waktu tertentu -
Analisis Terjemahan:
Kata bon odori mendapat padanan Joget dalam Tsa. Pada tabel di atas dapat
dilihat bahwa antara bon odori dan Joget terdapat komponen pembeda yang
menyebabkan secara semantis kedua kosakata tersebut tidak sama. Bon odori adalah
tariem yang berkaitan dengan ritual kepercayaan sedangkan di Indonesia tidak.
Walaupun berjoget tidak berkaitan dengan ritual tertentu, tetapi joget biasanya
dilakukan beramai-ramai, dan siapapun bisa langsung ikut serta seperti bon odori.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penerjemah menggunakan prosedur
pemadanan budaya. Selain itu terjadi juga pergeseran unit dari frasa bon odori dalam
Tsa menjadi kata Joget dalam Tsa.
Dalam menggunakan prosedur pemadanan budaya penerjemah harus
benar-benar paham kedekatan makna antara kedua kata. Pada kasus ini kesepadanan
tidak tercapai karena kedua kata memiliki banyak perbedaan seperti yang
diperiihatkan dalam tabel analisis komponen makna.
16. Analisis kata oto9/?/c/flma
(36) Tsu : Moo ii, omae mitaina namaikina kodomo ni wa otoshidama
nanka
yannai zo.
(CMCJ 1:63)
64
Tsa ; Sudah-sudah kalau kamu begitu aku nggak akan memberimu
uang
tahun baru. (CMCI
1:63)
Keterangan Semantis:
Bingkisan perayaan tahun baru (Koojien: 368). Otoshidama adalah uang atau
barang yang diberikan kepada anak-anak dan pegawai pada saat tahun baru (NDJ:
1400). Kata otoshidama mempunyai awalan o yang bermakna bentuk sopan (lihat
keterangan data 1)
Analisis Terjemahan: ,
Otoshidama dalam Bsa memperoleh padanan uang tahun baru. Penerjemah
menggunakan prosedur pemadanan fungsional yaitu memberikan padanan dengan
menggunakan kata yang bukan kata budaya (uang) dan menambahkan istilah baru
yang lebih spesifik (tahun baru). Dalam prosedur ini penerjemah dapat mengganti
kata Bsu dengan kata Bsa yang memiliki fungsi yang sama. Dalam hal ini kata
otoshidama dan uang tahun baru memiliki fungsi yang sama. Awalan o pada
otoshidama tidak memperoleh padanan dalam Tsa karena perbedaan sistem dan
kaidah bahasa dalam Bsa. Untuk itu penerjemah melakukan transposisi dan sekaligus
modulasi (lihat ket. data 1). ' i
Dari analisis di atas penerjemahan otoshidama menjadi uang tahun baru
merupakan padanan yang wajar.
17. Analisis kata oosooji
V
65
(37) Tsu : Oosooji to wa sooiumonda.
(CMCJ 1:65)
Tsa : Inilah yang disebut acara beres-beres.
(CMCI 1:65)
Keterangan Semantis:
Oosooji adalah kegiatan membersihkan rumah yang dilakukan sebelum
perayaan tahun baru. Oosooji tidak hanya sekedar membersihkan rumah tetapi juga
mengandung makna ibadah. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 13 Desember, tetapi
sekarang lebih sering dilakukan beberapa hari menjelang tahun baru (EDJC: 218).
Kata Oosooji terdiri dari oo yang berarti besar (menyeluruh) dan shooji yang berarti
membersihkan kotoran, debu dan sebagainya dengan cara mengelap, menyapu dan
sebagainya. (Koojien; 1489). Ungkapan 'beres-beres' sebagai ungkapan yang tidak
formal kadang digunakan dalam percakapan sehari-hari Bsa yang mengacu pada
membersihkan dan merapikan sesuatu dalam rangka menghadapi sesuatu. Menurut
KBBI kata beres memiliki makna tersusun rapi, teratur, tidak kacau dan Iain-lain.
(KBBI: 122-123).
Analisis Terjemahan:
Kata oosooji mendapat padanan acara beres-beres dalam Tsa. Kelihatarmya
penerjemah mencoba menambahkan ungkapan acara untuk memberi kesan lebih
istimewa dari sekedar beres-beres. Prosedur ini adalah pemadanan fungsional yaitu
memberikan padanan dengan menggunakan kata-kata yang tidak bermuatan budaya
yaitu beres-beres dan menambahkan sedikit informasi yang lebih spesifik yaitu acara.
66
Dengan demikian kesepadanan yang wajar dapat tercapai. Selain itu juga terjadi
pergeseran bentuk (transposisi) dari kata menjadi frasa dalam Bsa.
18. Analisis kata hanafuda
(38) Tsu : Nee otoosan hanafuda shiyoo yo. (CMCJ
1:78)
Tsa Ayah main kartu, 5aik.
(CMCI 1: 78)
Keterangan Semantis:
Hanafuda adalah permainan menggunakan kartu yang populer pada zaman
Edo (1600-1868). Terdiri dari 48 kartu yang dibagi ke dalam 4 bagian yang
merupakan bulan-bulan dalam satu tahun. Tiap-tiap kartu dihiasi dengan
bunga-bunga sesuai dengan musim, dan mempunyai nilai-nilai tertentu (KEJ Jilid V I :
192). Hanafuda adalah permainan dengan menggunakan kartu bergambar bunga yang
telah dikenal sejak jaman Edo. Kartu-kartu tersebut mempunyai gambar berbeda-beda
seperti ume^^, fuj'P, kakitsuhatcf^ dan sebagainya, sesuai dengan nama bulan dalam
setahun. Setiap nama bulan mempunyai 4 kartu sehingga hanafuda semuanya
berjumlah 48 lembar kartu (NDJ: 1580). Setiap kartu memiliki angka yang berbeda
sesuai dengan gambar. Kartu ini dimainkan dengan cara menggabungkan beberapa
kartu agar mendapat angka yang tinggi (EDJC: 74).
m
67
Analisis Terjemahan: .
Dalam Tsa hanafuda mendapat padanan leksikal kata kartu. Penerjemah
menggunakan prosedur modulasi wajib yaitu memberikan makna yang bemuansa
umum (generik) dalam Tsa. Kesepadanan tercapai karena konteks cerita selanjutnya
memberikan informasi tentang jenis permainan kartu hanafuda.
19. Analisis kata o/?wama .vwA-/
(39) Tsu Marason taikai ga owattara ohinamatsuri ga aru janai no.
(CMCJ 1:88) Tsa Habis lomba maraton ada Hina Matsuri (Perayaan Boneka).
(CMCI 1:88)
Keterangan Semantis:
Hinamatsuri adalah festival untuk anak perempuan yang diperingati pada
tanggal 3 Maret. Di dalam mmah dipajang hina ningyo yaitu seperangkat boneka
yang terdiri dari kaisar, pemaisuri, para pelayan istana, musisi dengan mengenakan
pakaian jubah/kimono kuno yang disusun pada tempat berbentuk undakan. Keluarga
merayakan dengan memakan hishimochf^ (kue beras berbentuk diamon) dan
minuman shirozake^^ (sejenis sake dengan kadar alkohol rendah) (KEJ Jilid 11: 127).
Dalam buku A Look Into .Japan (ALU) dijelaskan bahwa Ohina Matsuri adalah
perayaan untuk mendoakan kebahagian anak perempuan Setiap tahun perayaan ini
dirayakan pada tanggal 3 Maret oleh keluarga yang memiliki anak perempuan. Setiap
rumah yang merayakan hinamatsuri akan memajang boneka-boneka yang dikenal
''mm
68
dengan hinaningyoo (ALU: 84). Dalam buku Today's Japan (TJ) perayaan ini disebut
juga momo no sekkiP^ [peach tree festival) (TJ: 62).
Analisis Terjemahan:
Dengan memberikan penjelasan di samping kata hinamatsuri sebenamya
penerjemah menggunakan prosedur pemadanan bercatatan. Akan tetapi penjelasan
tersebut bukan merupakan Catalan penjelasan tetapi justru lerjemalian dari kala hina
dan matsuri, sehingga kurang tepat bila dikatakan pemadanan bercatatan. Dalam hal
im akan lebih tepat bila dikatakan sebagai transposisi dengan menerjemahkan hina
dengan boneka dan mat sun dengan perayaan menjadi perayaan boneka (perbedaan
struktur gramatikal dalam frasa Bsa). Pergeseran bentuk atau transposisi dan
sekaligus modulasi juga terjadi dengan menghilangkan makna o pada ohinamatsuri
(lihat keterangan data 1). Selain itu makna perayaan boneka bemuansa lebih umum
sehingga juga terjadi pergeseran makna atau modulasi.
Kesepadanan dapat tercapai kaiena dalam budaya Bsu perayaan boneka
hanya mengacu pada ohinamatsw-i.
20. Analisis kata hinanin 'gyoo
(40) Tsu : Hinanin 'gyoo nante oneechan no jan Maruko wa pjo
dakara
hinaningyoo nai mon.
(CMCJ 1: 88) u
Tsa Kan yang punya boneka kakak. Karena Maruko
anak kedua, jadi nggak
69
punya boneka.
1:88)
(CMCI
Keterangan Semantis:
Hmanin'gyoo adalah boneka-boneka kerajaan yang dipajang pada saat
hinamatsuri di bulan Maret. Pada jaman Heian boneka-boneka ini digunakan untuk
bermain anak-anak kaum bangsawan. Kemudian sejak jaman Edo boneka-boneka ini
dipajang di meja seperti altar pada saat perayaan Hina Matsuri (NDJ: 1651).
Hinaningyoo adalah boneka-boneka yang menggambarkan anggota kerajaan kuno
yaitu dari bina (raja dan ratu) yang dipajang di altar paling atas, sannin kanjo^'* (tiga
orang perempuan), gonin bayashf^ (lima pemain musik) dan tiga pembantu (EDJC:
88).
Analisis Terjemahan: n . ^ ^
Kata hinanin'gyoo mendapat padanan boneka. Prosedur yang digimakan
adalah modulasi wajib, yaitu mengalihkan kata yang bemuansa khusus ke kata yang
bemuansa umum dalam Bsa. Bagi pembaca, akan sulit dipahami mengapa Mamko
sebagai anak kedua tidak memiliki boneka. Tetapi bila ada informasi bahwa itu
adalah boneka tertentu, misalnya dengan memberi padanan boneka hina, pembaca
akan segera tahu bahwa yang dimaksud adalah boneka tertentu yang sangat khusus di
Jepang. Oleh karena itu kesepadanan yang wajar dalam kasus ini tidak tercapai.
70
21. Analisis kata one
(41) Tsu Ane wa sukkari tori midashile ila. (CMCJ
2: 12)
Tsa : Kakakku panik sekali.
(CMCI 2; 12)
Keterangan Semantis:
Ane adalah anak perempuan yang lahir dari orang tua yang sama dan usianya
lebih tua (NDJ: 51).
Analisis komponen makna ane dan kakak
No Komponen Makna Ane Kakak 1 Sebutan untuk saudara kandung yang
lebih tua. + +
2 Sebutan untuk saudara kandung laki-laki atau perempuan.
- +
Dalam Bsa, kakak mempunyai makna panggilan kepada saudara tua; orang
laki-laki atau perempuan yang dianggap lebih tua (KBBI: 431). Dilihat dari segi
semantis, kata ane dan kakak mempunyai perbedaan arti. Tabel di atas menunjukkan
bahwa terdapat komponen pembeda antara ane dan kakak.
Analisis Terjemahan:
Penerjemah menggunakan prosedur modulasi wajib dengan menggantikan
dengan bentuk yang lebih generik dalam Bsa. Dalam Bsu kata ane mempunyai makna
khusus untuk menyebut saudara kandung perempuan yang lebih tua sedangkan dalam
n
Bsa kata kakak bermakna lebih luas digunakan untuk menyebut saudara kandung baik
perempuan maupun laki-laki yang lebih tua. ;
Kesepadanan yang wajar terjadi karena dalam Bsa hanya ada istilah kakak
untuk padanan kata ane. Selain itu konteks gambar yang menjadi referen ane sudah
memberikan penjelasan yang cukup.
22. Analisis kata sensee
(42) Tsu : Sensee kotchi ga watashi to imooto no heya desu. (CMCJ
2: 12)
Tsa : Bu guru, ini adalah kamarku dan kamar adikku.
(CMCI 2: 12)
Keterangan Semantis:
Sensee adalah ahli yang mempimyai kemampuan di bidang keilmuan atau seni.
Selain itu, juga merupakan ragam hormat yang menyatakan orang yang berada pada
posisi memimpin atau membimbing. Sensee juga digunakan untuk menyebut guru,
dokter, seniman, guru ketrampilan seni, politikus, dan sebagainya (NDJ: 1111). Kata
guru dalam Bsa mempunyai makna orang yang pekerjaannya mengajar (KBBI: 330).
Sedangkan kata bu dalam Tsu adalah singkatan dari ibu yang bermakna panggilan
takzim kepada wanita yang sudah atau belum bersuami (KBBI: 364).
Analisis Terjemahan;
Kata sensee dalam Tsa diterjemahkan menjadi Bu guru. Penerjemah
menggunakan prosedur modulasi wajib yaitu memberikan padanan kata yang
V
72
bemuansa lebih luas dalam Bsu ke kata yang bemuansa lebih sempit. Sekalipun
makna semee lebih luas dan bebas gender, tetapi dalam konteks cerita ini sensee dan
Bu guru merupakan padanan leksikal yang tepat (sesuai dengan konteks gambar).
23. Analisis kata -san
(43) Tsu Maruko-san.
(CMCJ 2: 35)
Tsa Dik Maruko.
(CMCI 2; 35)
Keterangan Semantis:
San ditambahkan pada nama, profesi, dan sebagainya imtuk menunjukkan rasa
hormat dan tingkat keakraban. Bila berbicara lebih sopan digunakan sama (BJED:
622). Akhiran san digunakan untuk memanggil orang yang lebih tua dari diri sendiri
sedangkan untuk orang yang lebih muda dapat dipanggil nama saja atau menambah
chan, san pada akhir nama (NDJ: 402). Chan adalah panggilan yang dilekatkan pada
nama orang imtuk menunjukkan kedekatan (Koojien: 1661). Dalam Tsa san
mendapat padanan dik singkatan dari adik yaitu kata sapaan untuk saudara, teman
yang lebih muda dari penyapa (KBBI: 233).
Analisis Terjemahan:
Ungkapan san mendapat padanan dik dalam Tsa. Penerjemah menggunakan
prosedur pemadanan budaya yaitu upaya pemadanan kultural antara dua situasi
tertentu. Dalam Tsu kata san diberi tanda (bempa titik di samping humf) yang
menunjukkan adanya penekanan makna. Padanan san dengan dik dalam kasus ini
adalah tidak tepat bahkan bertentangan dengan makna yang diinginkan dalam konteks
cerita. Dalam CMC, Maruko selalu dipanggil dengan Maruko-chan. Akan tetapi pada
data di atas Maruko dipanggil dengan Maruko-5a« yang memberikan kesan rasa
hormat yang mungkin muncul dari ketidakakraban antara pembicara dan Maruko.
Dengan demikian dalam konteks percakapan kedua kata tersebut menjadi tidak
sepadan.
24. Analisis kata otedama
(44) Tsu Honto wa Maruko-san to otedama nado de asobitakattano
desuga...
(CMCJ 2: 40)
Tsa Sebetulnya saya berkeinginan untuk bermain bola-bola
bersama
Maruko, tapi... ' * • ' ^ ;
(CMCI 2:40) . ,
Keterangan Semantis:
Otedama adalah permainan yang ada sejak dahulu. Menggunakan kantong
kain kecil yang dimasukkan ke dalamnya biji-biji kacang. Mulai ada sejak abad ke-9,
tetapi terutama populer sebagai permainan anak perempuan. Ukurannya sedikit lebih
kecil dari bola tenis, dibuat dengan cara menggunting 4 helai kain,
menyambungkaimya dan mengisinya dengan biji kacang, beras, atau biji
manik-manik. Cara memainkannya ada dua macam, pertama dengan kedua tangan
melemparkan beberapa bola tersebut ke atas secara berurutan, kemudian bola yang
turun di tangkap dan kemudian dilemparkan lagi. Cara kedua, saat sebuah otedama
yang disebut oya (induk) dilempar ke atas, beberapa oledama yang lain dimainkan.
Kedua cara tersebut dimainkan sambil bemyanyi (EDJC: 220). Berdasarkan dari kanji
yang digunakan otedama terdiri dari dua buah kanji yaitu 'te' T (tangan) dan 'tama'
5 (bola). Sedangkan o merupakan bentuk sopan yang dilekatkan pada kata benda
tedama.
Analisis Terjemahan:
Kata otedama mendapat padanan bola-bola dalam Tsa. Dalam hal ini
penerjemah menggunakan prosedur modulasi yaitu mengalihkan sebagian makna
tedama tama yang berarti bola. Di Indonesia permainan ini sering diperagakan
terutama dalam permainan sulap atau sirkus. Alat yang digunakan tidak hanya sebatas
berbentuk bola. Pengertian bola-bola memiliki acuan yang kurang jelas atau terlalu
luas. Karena itu dalam hal ini tidak tercapai kesepadanan yang wajar. Selain itu o
pada otedama tidak memperoleh padanan dalam Tsa karena perbedaan sistem dan
kaidah bahasa dalam Bsa. Untuk itu penerjemah perlu melakukan transposisi dan
sekaligus modulasi. Pemadanan otedama dengan hola-hola menjadi tetap
komunikatif karena ada penjelasan dalam bentuk gambar.
25. Analisis kata to/wa/re
(45) Tsu : Tsugi wa roku nensee zen 'in no tamaire desu.
(CMCJ 2: 159) /•
Tsa : Berikutnya adalah lomba lempar bola untuk
seluruh kelas 6.
86
75
(CMCI 2: 159)
Keterangan Semantis:
Salah satu cabang altletik pada pesta olah raga (biasanya pesta olah raga
sekolah) di Jepang. Pemain dibagi ke dalam dua kelompok. Dalam waktu yang
ditetapkan kedua kelompok berlomba memasukkan (dengan melempar) bola ke
dalam keranjang yang ditempatkan pada sebuah tiang. (NDJ: 1214-1215). Dengan
melihat gambar, pembaca dapat mengetahui jenis permainan seperti apa yang
dimaksud dengan tamaire. Kata tamaire HXti terdiri dari dua kata, yaitu tama H
(bola) dan ire Ati (memasukkan). Cara memasukkan bola adalah dengan melempar.
Analisis Teijemahan:
Kata tamaire mendapat padanan lempar bola dalam Tsa. Penerjemah
mengalihkan kata tama menjadi bola dan ire menjadi lempar. Prosedur ini disebut
transposisi atau pergeseran bentuk yang disebabkan oleh perbedaan sistem atau
kaidah Bsa dan Bsu, yaitu perbedaan dalam struktur gramatikal frasa Bsu. Makna
lempar bola sebenamya tidak begitu jelas acuannya dalam Bsa (tidak dapat dikatakan
pemadanan budaya), tetapi karena adanya gambar pengertian yang lebih spesifik
dapat terbantu sehingga menjadi padanan yang wajar.
26. Analisis kaXa. kakurenbo
(46) Tsu : "Kakurenbo " tte sugoku sukide aru. Datte "onigokko " mitai
ni
tsukarenaishi...
(CMCJ 2: 102)
76
Tsa : Suka main petak umpet. sebab tak melelahkan.
(CMCI 2: 102)
Keterangan Semantis:
Kakurenbo adalah permainan anak-anak yaitu salah satu permainan onigokko
(main setan-setanan). Pada permulaan permainan, yang berperan sebagai oni (setan)
akan menutup matanya, dan selama itu anak-anak lainnya harus bersembunyi. Setelah
yang bersembunyi memberikan aba-aba "moo iiyo"^^ (sudaaaah!), yang berperan
sebagai oni akan mencari anak-anak yang bersembunyi. Anak yang pertama
ditemukan selanjutnya akan menjadi onf^ (NDJ: 337). Permainan semacam
kakurenbo sudah sangat dikenal luas di Indonesia. Walaupun ada beberapa perbedaan
dalam peraturannya, pada dasamya permainan sembunyi-sembunyian memiliki cara
yang sama yaitu mencari pemain yang bersembunyi. Petak umpet adalah salah satu
jenis permainan semacam kakurenbo yang dikenal di Jawa. Sebagai nama permainan,
petak umpet lebih luas dikenal dari pada permainan-permainan sejenis di wilayah
Indonesia lainnya. Di samping itu kata petak umpet juga sudah terdaftar dalam KBBI.
Analisis Teijemahan:
27. Analisis kata siigoroh4
(47) Tsu Ko... kondo wa sugoroku yarooka sugoroku. (CMCJ
3: 54)
Tsa : Berikutnya kita main ular tangga saja, yuk... ular
tangga.
(CMCI 3: 54)
Keterangan Semantis:
Sugoroku adalah permainan anak-anak yang dimainkan dengan cara melempar
dadu di atas kertas bergambar blok-blok, kemudian menjalankan biji catur (NDJ:
1036).
Sugoroku adalah salah satu permainan yang dimainkan di dalam ruangan (indoor).
Dalam permainan ini dua orang duduk berhadapan. Pada sebuah tabung silinder yang
terbuat dari bambu atau kayu dimasukkan dua buah mata dadu dan kemudian
digoncang-goncang. Selanjutnya mata dadu dikeluarkan, dan pemain menjalankan
buah catur yang berjejer di papan sugoroku sebanyak angka pada buah dadu yang
dikeluarkan. Pemain yang lebih dulu sampai pada posisi lawan adalah yang
memenangkan permainan (Koojien, hal. 1375).
Analisis Terjemahan:
Kata sugoroku mendapat padanan ular tangga dalam Tsa. Seperti dijelaskan
dalam keterangan semantis, permainan sugoroku berbeda dengan permainan ular
tangga yang dikenal di Indonesia. Akan tetapi ada beberapa persamaan antara lain
adanya buah dadu, adanya buah catur yang dijalankan. Prosedur seperti ini dapat
dikatakan pemadanan budaya apabila makna ular tangga mirip dengan sugoroku.
V
78
Dalam hal ini juga terjadi transposisi dari kata menjadi frasa dalam Tsa. Kesepadanan
yang wajar dapat dicapai karena penyebutan permainan sugoroku hanya bertujuan
mengalihkan perhatian saja (sama sekali bukan informasi yang penting), sehingga
bila diterjemahkan dengan permainan apapun tetap menjadi komunikatif dan tidak
mempengaruhi ide cerita sama sekali.
28. Analisis kata fukuwajutsu
(48) Tsu Hazukashis.aruna washi nanka fukuwajutsu yatchatta zo.
(CMCJ 3: 58)
Tsa' : Jangan malu-malu... kakek malah sudah main
panggung boneka...
(CMCI 3: 58)
Keterangan Semantis:
Fukuwajutsu adalah salah satu seni pertunjukan yang populer, yaitu seni
mengeluarkan suara dengan bibir tetap tertutup (ventriloquism/sxmzL perut).
Storyteller (tukang cerita) pada umumnya berdialog dengan boneka (NDJ: 1703).
Kata fukuwajutsu terdiri dari tiga karakter kanji, yaitu juku f$. (perut), wa f g
(berbicara) dan jutsu t'i (teknik atau cara). Dalam berdialog pemain mengeluarkan
suara perut ketika memerankan boneka. Di Indonesia pertunjukan ini sudah cukup
dikenal.
Analisis Terjemahan:
Kata fukuwajutsu mendapat padanan panggung boneka. Penerjemah
menggunakan prosedur modulasi wajib yaitu mengalihkan makna kata yang
bemuansa khusus dalam Tsu menjadi kata yang bemuansa umum dalam Tsa. Selain
itu penerjemah juga melakukan transposisi dengan fukuwajutsu yang bempa kata
menjadi panggung boneka yang bempa frasa. Kesepadanan tercapai karena adanya
bantuan gambar yang memberikan makna yang lebih spesifik.
29. Analisis kata rakugoka
(49) Tsu Rakugoka tte doo yattara nareruka shitteru?
(CMCJ 4: 141)
Tsa : Kamu tahu tidak bagaimana caranya untuk jadi pelawak?
(CMCI 4; 141)
Keterangan Semantis:
Rakugo adalah kesenian tradisional Jepang yaitu bempa cerita humor yang
diceritakan oleh seorang laki-laki yang memakai kimono dan duduk di atas bantal
kecil yang disebut zabuton^^. Panggimg yang digimakan untuk pentas disebut yose^'^.
Setiap tokoh yang diceritakan diperankan dengan suara yang berganti-ganti.
Ceritanya mempakan humor atau nasehat kadang-kadang diakhiri dengan sindiran
(EDJC: 226). Orang yang menceritakan cerita humor tradisional disebut rakugoka
(US: 14).
Analisis Terjemahan:
Kata rakugoka mendapat padanan pelawak dalam Tsa. Prosedur yang
digunakan adalah pemadanan budaya. Dalam Bsu kata rakugoka memiliki makna
yang lebih spesifik, sehingga disini juga terjadi pergeseran modulasi wajib dengan
mm
V
80
padanan makna yang bermakna lebih luas. Kesepadanan yang wajar tereapai karena
dalam budaya Bsa untuk pekerjaan seperti rakugoka hanyalahpelawak.
30. Analisis kata shiritori
(50) Tsu Dewa minna imakara shiritori yarimashoo. (CMCJ
5:9)
Tsa : Kalau begitu... mari kita main sambung kata.
(CMCI 5: 9)
Keterangan Semantis:
Shiritori adalah permainan dengan menggunakan kata. Suku kata terakhir
menjadi suku kata pertama kata berikutnya (NDJ: 983). Kata shiritori adalah
gabungan dua kanji yaitu shiri K (pantat/ekor) dan kata kerja toru M -5
(mengambil). Tori adalah kata benda dari toru. Kata shiritori berarti mengambil suku
kata terakhir dan menjadikarmya suku kata pertama untuk tebakan kata berikutnya,
dan demikian seterusnya, sehingga menjadi tebak-tebakan kata secara terus-menerus.
Analisis Terjemahan:
Kata shiritori mendapat padanan sambung kata dalam Tsa. Penerjemah
menggunakan prosedur pemadanan budaya atau adaptasi karena di Indonesia terdapat
permainan yang mirip dengan shiritori, yaitu sambung kata. Dengan demikian kedua
kata tersebut merupakan padanan yang wajar. Selain itu terdapat pergeseran bentuk
(transposisi) dari kata menjadi frasa.
V
81
31. Analisis kata/a«z«A:?y .
(51) Tsu : Kurisumasu ni lanzaku nado kailemo daremo kiku mimi
motchainai.
(CMCJ 5: 23)
Tsa : Tak akan ada yang baca, walaupun kamu memasang kertas
harapan
pada pohon natal.
(CMCI 5: 23)
Keterangan Semantis:
Pada tanggal 7 Juli diselenggarakan festival tanabata. Festival ini didasarkan
pada sebuah legenda Cina. Pada malam itu adalah satu malam dalam setahun ketika
Altair (pengembala sapi) diperbolehkan menyeberangi milky way (galaksi Bima
Sakti) untuk bertemu dengan kekasihnya, Vega (putri penenun). Anak-anak percaya
bahwa keinginan mereka akan menjadi kenyataan bila mereka menuliskarmya pada
secarik kertas yang disebut tanzaku dan menggantungkaimya di dahan bambu pada
malam tersebut (LJS: 101) ;
Analisis Terjemahan:
Kata lanzaku mendapat padanan kerlas harapan. Penerjemah menggunakan
prosedur pemadanan fungsional dengan mengambil komponen generik kertas dan
menambahkan informasi yang lebih spesifik harapan yang merupakan komponen
makna pembeda (diagnostic component). Selain itu penerjemah juga melakukan
transposisi dari kata dalam Tsu menjadi frasa dalam Tsa. Kesepadanan tercapai
karena secara fungsional makna kedua kata tersebut mengacu pada hal yang sama dan
detil maknanya terdapat pada gambar.
32. Analisis kata kabuki
(52) Tsu ...Ozoonille warainagara hashille kuru kabuki yakusha
mitai...
(CMCJ 3: 55)
Tsa Ozouni itu seperti pemain kabuki yang berlari sambil
tertawaya...
(CMCI 3: 55)
Keterangan Semantis:
Kabuki adalah salah satu teater tradisional Jepang. Kabuki merupakan salah
satu seni drama klasik Jepang yang lebih populer dari teater noa^' dan bunraku^^ yang
juga merupakan teater tradisional Jepang. Kabuki penuh dengan perpaduan acting,
tarian, nyanyian, dan tontonan spektakuler, yang menggambarkan tiga jenis lakon
utama yaitu: jidai-momP (sejarah), sering dengan aragot(P (adegan aksi yang
dibesar-besarkan), sewamono^^ (tragedi-tragedi lokal), dan shosagotJ'^ (tarian-tarian)
(EDJC: 112). Kata kabuki sebagai salah satu bentuk kesenian Jepang telah cukup
dikenal di Indonesia dan sudah terdaftar dalam KBBI sebagai drama tradisional
Jepang (KBBI: 426).
" mm
83
Analisis Terjemahan:
Penerjemah menggmiakan prosedur transferensi dengan tetap menggunakan
kata kabuki dalam Tsa. Transferensi bertujuan untuk memberikan wama daerah
bersangkutan (Jepang). Kesepadanan tercapai karena kata kabuki sudah cukup luas
dikenal dalam Bsa.
33. Analisis kata totom/
(53) Tsu : Tatami ga atarashiH! Torikaeshitano!?
(CMCJ 2: 5)
Tsa Tataminya bam..!!! Diganti, ya?
(CMCI 2: 5)
Keterangan Semantis:
Benda (semacam tikar) yang terbuat dari jerami yang dianyam dengan
benang, yang dibentangkan di atas lantai mmah (Koojien: 1588).
Analisis Terjemahan:
Kata lalami tetap mendapat padanan tatami dalam Tsa. Penerjemah
menggunakan prosediu: transferensi dengan memindahkan kata yang sama. Prosedur
ini dapat memberikan kesan budaya lokal (Jepang). Akan tetapi Bsu bukanlah bahasa
yang cukup dikenal oleh pembaca Bsa. Dengan kata lain walaupun kesan lokal
tercapai, tetapi makna menjadi tidak dapat dipahami. Dalam kasus ini kesepadanan
yang wajar tercapai karena adanya bantuan gambar.
84