bab iii kebijakan umum pengelolaan keuangan … · pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang...
TRANSCRIPT
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-1
BAB III
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah
Pusat dan Daerah, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang
secara teknis mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 jo
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu)
tahun anggaran, yang terdiri atas Pendapatan Daerah, Belanja Daerah dan Pembiayaan Daerah.
Sumber penerimaan daerah terdiri atas 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri
dari kelompok Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah ; 2) Dana
Perimbangan, terdiri dari bagi hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), bagi hasil Bea Perolehan
Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), bagi hasil Pajak Penghasilan Pasal 25/29 dan Pasal 21,
bagi hasil Sumber Daya Alam (SDA), Dana Alokasi Umum (DAU) dan Dana Alokasi Khusus
(DAK) ; 3) Kelompok Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, terdiri dari Hibah, Dana Darurat,
dana bagi hasil pajak dari Pemerintah Kabupaten/Kota, Dana Penyesuaian dan Dana Alternatif
Khusus, serta Dana Bantuan Keuangan. Untuk Pembiayaan Daerah bersumber dari Sisa Lebih
Perhitungan Anggaran (SILPA), Pinjaman Daerah dan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang
dipisahkan.
Begitu juga dengan Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dalam melaksanakan kebijakan
pengelolaan keuangan, telah dituangkan dalam Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (KU-APBD) Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2010 yang merupakan sasaran
dan kebijakan daerah dalam satu tahun anggaran yang menjadi petunjuk dan ketentuan umum
yang disepakati oleh Pemerintah Daerah dan DPRD sebagai pedoman dalam penyusunan
Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD). Penyusunan KU-APBD Provinsi
Jawa Barat Tahun Anggaran 2010 diarahkan untuk mewujudkan perencanaan pembangunan
dengan berpedoman pada rencana pembangunan jangka panjang, jangka menengah dan
tahunan daerah Provinsi Jawa Barat.
Kebijakan anggaran tahun 2010 untuk pendapatan daerah yang merupakan potensi
daerah dan sebagai penerimaan Provinsi Jawa Barat sesuai urusannya, diarahkan melalui upaya
peningkatan pendapatan daerah dari sektor Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Dana
Perimbangan, serta Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah, yaitu :
1. Memantapkan kelembagaan dan sistem operasional pemungutan pendapatan daerah;
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-2
2. Meningkatkan Pendapatan Daerah melalui kegiatan yang bersifat intensifikasi dan
ekstensifikasi;
3. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang Pendapatan Daerah dengan Pemerintah
Pusat, OPD Penghasil, Kabupaten/Kota, POLRI;
4. Meningkatkan kinerja Badan Usaha Milik Daerah dalam upaya peningkatan kontribusi secara
signifikan terhadap Pendapatan Daerah;
5. Meningkatkan pelayanan dan perlindungan masyarakat sebagai upaya meningkatkan
kesadaran masyarakat dalam membayar Retribusi Daerah;
6. Meningkatkan pengelolaan aset dan keuangan daerah.
Adapun kebijakan pendapatan daerah untuk meningkatkan Dana Perimbangan
sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah adalah sebagai berikut :
1. Mengoptimalkan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pemungutan Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam Negeri (PPh OPDN), PPh Pasal 21
dan BPHTB;
2. Meningkatkan akurasi data Sumber Daya Alam sebagai dasar perhitungan pembagian
dalam dana perimbangan;
3. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Pusat (Kementerian Keuangan, Kementerian
Dalam Negeri, dan DPR RI).
Peningkatan Pendapatan Daerah untuk Tahun Anggaran 2010 sebagaimana
diamanatkan dalam KU-APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat menetapkan kebijakan
pengelolaan keuangan daerah sebagai berikut :
A. Pengelolaan Pendapatan Daerah
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui Kas Umum
Daerah, yang menambah ekuitas dana lancar dan merupakan hak daerah dalam satu
tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Kenaikan dan penurunan
pendapatan daerah dipengaruhi oleh kondisi ekonomi makro nasional secara signifikan
yaitu terhadap Pendapatan Asli Daerah, terutama sektor pajak daerah, dimana yang
paling terkena dampak adalah penerimaan dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea
Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) kendaraan baru dan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBBKB). Dalam rangka peningkatan pendapatan daerah Pemerintah
Provinsi Jawa Barat secara kontinyu berupaya melakukan terobosan intensifikasi dan
ekstensifikasi, sehingga dalam kondisi terjadi penurunan pada salah satu sektor
pendapatan, dapat diupayakan untuk meningkatkan sektor lainnya yang memiliki potensi
tinggi.
Kebijakan Pendapatan Daerah pada Tahun Anggaran 2010 untuk pendapatan
daerah yang merupakan potensi daerah sebagai penerimaan Provinsi Jawa Barat sesuai
urusannya diarahkan melalui upaya peningkatan kapasitas fiskal (fiscal capacity), yaitu
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-3
peningkatan pendapatan dari sektor pajak, retribusi daerah dan yang bersumber dari
dana perimbangan. Adapun kebijakan pendapatan daerah sebagai penopang dalam
upaya peningkatkan kapasitas fiskal, yaitu :
1) Meningkatkan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan, khususnya yang
bersumber dari pajak dan retribusi daerah yang dititikberatkan pada penerimaan
PKB dan BBNKB.
2) Meningkatkan kontribusi pendapatan dari Badan Usaha Milik Daerah terhadap
pendapatan daerah.
Hal-hal di atas merupakan pencerminan dari kesungguhan Pemerintah Daerah dalam
pemberdayaan sumber-sumber potensi Daerah untuk mewujudkan otonomi yang
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang didukung
dengan penguatan keuangan daerah.
Berdasarkan kebijakan perencanaan pendapatan daerah tersebut di atas, maka
untuk dapat merealisasikan perkiraan rencana penerimaan (target) untuk tahun 2010,
diuraikan strategi pencapaiannya, sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah :
Strategi pencapaian target PAD ditempuh melalui :
1) Penataan kelembagaan, penyempurnaan dasar hukum pemungutan dan
regulasi penyesuaian tarif pungutan.
2) Pelaksanaan pemungutan atas obyek pajak/retribusi baru dan
pengembangan sistem operasi penagihan atas potensi pajak dan
retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya.
3) Pemenuhan fasilitas dan sarana pelayanan secara bertahap sesuai dengan
kemampuan anggaran.
4) Melaksanakan pelayanan secara khusus untuk memberikan kemudahan
masyarakat melalui drive thru, gerai samsat dan samsat mobile, layanan SMS,
dan pengembangan Samsat Outlet.
5) Mengembangkan penerapan standar pelayanan kepuasan publik di
beberapa Kantor Bersama/Samsat lainnya dengan menggunakan parameter
ISO 9001-2000.
6) Penyebarluasan informasi dan program sosialisasi di bidang pendapatan
daerah dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat.
7) Revitalisasi BUMD melalui berbagai upaya agar dapat memberikan kontribusi
terhadap pendapatan daerah.
8) Optimalisasi pemberdayaan aset yang diarahkan pada peningkatan
Pendapatan Asli Daerah.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-4
9) Melakukan pembinaan secara teknis fungsional sebagai upaya peningkatan
fungsi dan peran OPD sebagai unit kerja penghasil dibidang pendapatan
daerah.
10) Melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Keuangan pada tataran kebijakan, dengan POLRI dan
Kabupaten/Kota dalam operasional pemungutan dan pelayanan
pendapatan daerah serta mengembangkan sinergitas pelaksanaan tugas
dengan OPD penghasil.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan pada dasarnya merupakan dana yang bersumber dari
APBN yang dialokasikan kepada Daerah untuk mendanai kebutuhan Daerah dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi, adapun strategi pencapaian target dana
perimbangan tahun anggaran 2010, diupayakan melalui :
1) Melakukan sosialisasi secara terus menerus mengenai pungutan PBB, PPh
dan BPHTB dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat dalam
pembayaran pajak.
2) Peningkatan akurasi data potensi baik potensi PPh melalui Tim
Ekstensifikasi WP dan Intensifikasi PPh maupun potensi sumber daya alam
sebagai dasar perhitungan pembagian dana perimbangan keuangan.
3) Melakukan pembinaan dengan mengoptimalkan Tim Intensifikasi PBB, PPH
dan BPHTB dan memberikan insentif kepada Kabupaten/Kota yang
menunjukan kinerja baik.
4) Meningkatkan keterlibatan Pemerintah Daerah dalam perhitungan lifting
migas dan perhitungan sumber daya alam lainnya agar memperoleh proporsi
pembagian yang sesuai dengan potensi.
5) Meningkatkan koordinasi Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan
dan Panitia Anggaran DPR RI untuk mengupayakan peningkatan besarnya
DAU dan DAK.
3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Pemerintah Provinsi Jawa Barat
bersumber dari pendapatan hibah, dana penyesuaian, bantuan PT. Jasa Raharja,
dana insentif daerah dan dana penyesuaian tambahan penghasilan Guru.
Pelaksanaan atas kebijakan di bidang pendapatan daerah pada tahun 2010,
dilaksanakan dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan
dan memperhatikan perkembangan ekonomi masyarakat yang banyak dipengaruhi
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-5
oleh dinamika perkembangan ekonomi nasional. Oleh karenanya untuk memberikan
gambaran secara komprehensif dalam pelaksanaan pendapatan daerah diuraikan
secara runtut dan terstruktur diawali dari kebijakan yang bersifat intensifikasi dan
ekstensifikasi, dilengkapi dengan target dan realisasi sebagai pencerminan tingkat
capaian kinerja pendapatan daerah, diungkap permasalahan dalam pelaksanaanya
sekaligus dielaborasi solusi dan pemecahan masalahnya yang diuraikan sebagai
berikut :
a. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah
Sesuai dengan kebijakan teknis operasional dibidang pendapatan daerah
yang meliputi kegiatan yang bersifat intensifikasi dan ekstensifikasi, maka
pada tahun anggaran 2010 telah dilakukan upaya peningkatan pendapatan
daerah untuk setiap jenis pendapatan antara lain sebagai berikut:
1) Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber penerimaan pendapatan
yang merupakan otoritas daerah pelaksanaanya diorientasikan dan
berbasis kepada potensi daerah, oleh karenanya Pendapatan Asli Daerah
sering dijadikan parameter kemandirian otonomi suatu daerah dalam
aspek kemampuan keuangan daerahnya. Peningkatan PAD pada
dasarnya adalah merupakan upaya internal suatu daerah untuk
memperkecil celah fiskal (fiscal gap).
Pada Tahun Anggaran 2010 capaian kinerja PAD sebesar
Rp. 7.252.241.209.921,00 dari target yang ditetapkan sebesar
Rp. 6.252.651.060.299,00 atau sekitar 115,99 %. Jumlah tersebut
apabila dilihat dalam struktur APBD memberikan kontribusi terhadap
total pendapatan daerah sebesar 74,44 %.
Perkembangan capaian kinerja tersebut berasal dari jenis
pendapatan Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan dan Lain lain PAD yang sah. Pada Tahun
Anggaran 2010 upaya yang dilakukan diantaranya sebagai berikut:
a) Pajak Daerah
Sesuai dengan kewenangan Provinsi Jawa Barat dalam
pengelolaan Pajak Daerah yang meliputi : Pajak Kendaraan
Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB),
Pajak Pengambilan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan dan Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB). Terhadap jenis-jenis
pajak daerah tersebut dilakukan upaya intensifikasi dan ekstensifikasi
dalam bentuk berbagai kegiatan yaitu : menyusun rencana target
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-6
pajak daerah, melakukan pelayanan di bidang pajak daerah,
melakukan intensifikasi penagihan PKB dan BBNKB secara terpadu,
melakukan penyesuaian dasar pengenaan pajak tahun 2010,
menyempurnakan data base potensi pendapatan, menyempurnakan
sistem pelaporan PKB dan BBNKB, melakukan pelayanan khusus
melalui pelayanan drive thru, samsat mobile, mengembangkan
samsat outlet dan penyempurnaan samsat online sistem pelayanan di
Kantor Bersama Samsat se Jawa Barat, melakukan penggalian
potensi wajib pajak baru, melakukan peningkatan sarana dan
prasarana pelayanan dan melakukan pendataan potensi kendaraan
bermotor serta melaksanakan regulasi peraturan daerah pungutan
pajak daerah selaras dengan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009.
Sementara yang berkaitan dengan Pajak Bahan Bakar
Kendaraan Bermotor (PBBKB) dilakukan sinkronisasi data dengan
pihak penyedia seperti Pertamina, Petronas, Shell Indonesia, Patria
Niaga, Petrobas, Medco, SPC dan PT. Aneka Kimia Raya (AKR)
Agroindo tbk, sehingga potensi pendapatan dari sektor PBBKB dapat
direalisasikan secara optimal.
Demikian pula untuk Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan
Air Bawah Tanah dan Air Permukaaan (ABT/APER) dilaksanakan
dengan sangat hati-hati sejalan dengan fungsi pengendalian
lingkungan yaitu melalui:
(a) Penyuluhan dan pembinaan teknis bagi pengelola dan calon
pengelola Instalasi Air Bersih yang bersumber dari Air Bawah
Tanah;
(b) Sosialisasi kebijakan tentang pengelolaan air tanah, pemasangan
meter dan pendayagunaan air tanah di Cekungan Air Tanah
(CAT) di beberapa Kabupaten/Kota;
(c) Sosialisasi hasil evaluasi air tanah dengan menggunakan alat
pemantau muka air tanah otomatis di Cekungan Air Tanah;
(d) Sosialisasi jasa laboratorium kebumian kepada pemegang Surat
Izin Pengambilan Air (SIPA) dan aparatur Kabupaten/Kota se
Jawa Barat
b) Retribusi Daerah
Retribusi daerah dipungut atas dasar jasa/layanan yang
diberikan oleh pemerintah daerah kepada wajib retribusi, sehingga
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-7
pendapatan dari retribusi daerah tidak terlepas dari kualitas
pelayanan.
Upaya intensifikasi pada retribusi daerah diarahkan terhadap
objek-objek retribusi yang memiliki potensi untuk dikembangkan,
antara lain :
(a) Kemetrologian pada tahun 2010 penteraan diarahkan pada
objek-objek yang memiliki tarif relatif tinggi, seperti pengukuran
KWH meter listrik dan produk-produk pabrikan.
(b) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah (RPKD) dalam tahun 2010
telah diterbitkan Surat Ketetapan Retribusi (SKR) sebanyak 1.443
SKRD.
(c) Dibidang kehutanan dilakukan upaya optimalisasi retribusi
pengelolaan Taman Hutan Raya dengan membuka objek retribusi
baru dan penambahan sarana prasarana yang diperlukan
(d) Upaya yang dilakukan pada bidang perhubungan antara lain
intensifikasi dari sisi waktu pelayanan; sosialisasi terhadap para
pemilik baik kendaraan darat maupun laut; peningkatan Usaha
Jasa Titipan; peningkatan pengguna frekwensi radio siaran,
koneksi maupun penyelenggaraan komunikasi serta
penyempurnaan tata administrasi sebagai upaya peningkatan
kinerja yang efektif dan efisien.
(e) Upaya yang dilakukan pada bidang perikanan antara lain dengan
memberlakukan Perda Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2005
tentang Penyelenggaraan dan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan
secara efektif sejak tanggal 1 Juni 2006; mendorong
kabupaten/kota melaksanakan penyusunan peraturan daerah
pungutan Retribusi Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pengadaan
lahan untuk perluasan kolam di Balai Pelestarian Perairan Umum,
peningkatan manajemen induk dan penambahan corong
penetasan larva.
(f) Pembinaan intensif oleh Balai Pembinaan dan Pengujian Mutu
Hasil Perikanan Cirebon berdampak terhadap berkembangnya
jumlah Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang melakukan ekspor.
(g) Melakukan regulasi Peraturan Daerah tentang retribusi daerah
yang mengatur jenis pungutan retribusi daerah diselaraskan
dengan UU Nomor 28 tahun 2009 tentang PDRD.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-8
c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Dalam rangka optimalisasi peran BUMD Provinsi Jawa Barat
terhadap pembangunan di daerah diperlukan upaya perbaikan
kinerja BUMD Provinsi Jawa Barat ke depan sebagaimana telah
dirancang dalam strategi Penataan BUMD Provinsi Jawa Barat.
Dimana dalam pelaksanaanya dilakukan melalui pembenahan pada
berbagai aspek yaitu aspek yuridis, aspek organisasi, aspek
manajemen dan penataan aset serta perkuatan permodalan dan
pembiayaan.
Upaya perkuatan permodalan BUMD Provinsi Jawa Barat
dilakukan melalui penyertaan modal Daerah dari Pemerintah Provinsi
Jawa Barat yang dilakukan sebagai pemenuhan kewajiban modal
disetor terhadap modal dasar perusahaan sesuai dengan porsi
kepemilikan modal/saham Pemerintah Provinsi Jawa Barat. Adapun
dalam pelaksanaan penyertaan modal Daerah dimaksud
direalisasikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan perusahaan
sebagaimana yang telah dituangkan dalam rencana perusahaan baik
untuk jangka panjang, jangka menengah maupun jangka pendek.
Kontribusi hasil Pengelolaan BUMD terhadap PAD telah
menunjukan perkembangan ke arah yang lebih baik bila
dibandingkan dengan rasio penyertaan Modal yang diberikan oleh
Pemerintah Daerah, yaitu penyertaan modal kepada BUMD Tahun
Anggaran 2010 sebesar Rp. 60.870.000.000,00, sedangkan
setoran bagian laba/Deviden Pemerintah Provinsi Jawa Barat dari
BUMD pada Tahun anggaran yang sama sebesar Rp.
226.291.348.409,00. Realisasi setoran bagian laba/deviden ini
apabila dibandingkan dengan realisasi Tahun Anggaran 2009 sebesar
Rp 179.835.133.266,24 mengalami peningkatan sebesar 25,8%. Namun
demikian dalam pendekatan lain keberadaan dan efektivitas BUMD
tidak hanya diukur dari konstribusi terhadap PAD tetapi juga
mempunyai misi terhadap pengembangan investasi, perluasan
kesempatan kerja, kesempatan usaha dan berusaha serta dalam
menumbuhkembangkan perekonomian di Jawa Barat.
d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah Pemerintah
Provinsi Jawa Barat bersumber dari hasil penjualan aset daerah yang
tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga. Penerimaan jasa giro
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-9
dan pendapatan bunga dari rekening deposito merupakan hasil dari
kebijakan memanfaatkan idle money.
2) Dana Perimbangan
Dana Perimbangan bertujuan untuk menciptakan keseimbangan
keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah dan antara Pemerintahan
Daerah. Dana Perimbangan yang terdiri dari Dana Bagi Pajak dan Bagi
Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam), Dana Alokasi Umum (DAU) dan
Dana Alokasi Khusus (DAK) merupakan sumber pendanaan bagi daerah
dalam pelaksanaan desentralisasi, yang alokasinya tidak dapat dipisahkan
satu dengan lainnya, mengingat tujuan masing-masing jenis penerimaan
tersebut saling mengisi dan melengkapi.
Dana Bagi Hasil adalah dana yang bersumber APBN yang
dibagihasilkan kepada daerah berdasarkan angka persentase tertentu
dengan memperhatikan potensi daerah penghasil. Dana Alokasi Umum
bertujuan untuk pemerataan kemampuan keuangan antar daerah melalui
penerapan formula yang mempertimbangkan kebutuhan belanja
pegawai, kebutuhan fiskal, dan potensi daerah. Kebutuhan daerah
dicerminkan dari luas daerah, keadaan geografis, jumlah penduduk,
tingkat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat di daerah dan tingkat
pendapatan masyarakat di daerah. Sedangkan kapasitas fiskal
dicerminkan dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Bagi Hasil Pajak dan
Sumber Daya Alam. Dana Alokasi Khusus dimaksudkan untuk mendanai
kegiatan khusus yang menjadi urusan daerah dan merupakan prioritas
nasional, sesuai dengan fungsi yang merupakan perwujudan tugas
kepemerintahan di bidang tertentu, khususnya dalam upaya pemenuhan
kebutuhan sarana dan prasarana pelayanan dasar masyarakat.
Melalui prinsip-prinsip, mekanisme dan penambahan persentase
beberapa komponen dana perimbangan, diharapkan daerah dapat
meningkatkan fungsi pemerintahan daerah sebagai ujung tombak dalam
pelayanan kepada masyarakat.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sebagai wakil pemerintah pusat
di daerah, berupaya untuk tetap menjaga dan menjalankan perannya
dalam meningkatkan dana perimbangan.
Upaya intensifikasi dan ekstensifikasi oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Barat merupakan upaya yang bersifat menunjang optimalisasi
pendapatan daerah yang bersumber dari dana perimbangan yang
dilaksanakan melalui Tim Ekstensifikasi dan Intensifikasi Dana
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-10
Perimbangan Provinsi Jawa Barat, yaitu Tim Intensifikasi PBB, Tim
Intensifikasi BPHTB, Tim Koordinasi Ekstensifikasi Wajib Pajak dan
Intensifikasi PPh OPDN dan PPh Pasal 21, Tim Koordinasi dan
Optimalisasi Penerimaan Bagi Hasil Minyak Bumi, Gas Bumi,
Pertambangan Umum dan Panas Bumi, Tim Koordinasi Optimalisasi
Penerimaan Dana Alokasi Umum dan Tim Pengarah dan Pelaksana
Operasional Kegiatan DBH Cukai Hasil Tembakau.
Upaya-upaya tersebut antara lain:
1) Untuk mendorong peningkatan penerimaan PBB dan BPHTB
dilakukan kegiatan intensifikasi baik PBB maupun BPHTB, yaitu
melalui Rapat Kerja Tim Intensifikasi PBB dan BPHTB Provinsi
dengan Kabupaten/Kota di Jawa Barat dalam rangka pengamanan
rencana penerimaan PBB dan BPHTB, setiap tahun memberikan
apresiasi/penghargaan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang
berhasil dalam upaya pemungutan dan pengelolaan administrasi PBB
sektor perdesaan dan perkotaan, rekonsiliasi data realisasi
penerimaan bagi hasil PBB dan BPHTB bagian Provinsi dan
Kabupaten/Kota se Jawa Barat, selain itu dilakukan pula monitoring
dan evaluasi kegiatan intensifikasi PBB dan BPHTB di
Kabupaten/Kota se Jawa Barat serta meningkatkan koordinasi dan
konsultasi ke Pemerintah Pusat. Selanjutnya dalam rangka
menindaklanjuti implementasi UU No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah, khususnya pengalihan BPHTB menjadi
Pajak Kabupaten/Kota per tanggal 1 Januari 2011 telah dilaksanakan
Rapat Koordinasi Akselerasi Pengalihan BPHTB menjadi Pajak
Kabupaten/Kota sebagai upaya memfasilitasi Kabupaten/Kota untuk
mempersiapkan pengalihan pengelolaan BPHTB menjadi Pajak
Kabupaten/Kota secara tepat waktu.
2) Guna meningkatkan penerimaan PPh OPDN dan PPh Pasal 21
dilakukan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi PPh
perseorangan melalui Tim Koordinasi Ekstensifikasi Wajib Pajak dan
Intensifikasi PPh Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21
Provinsi Jawa Barat yaitu antara lain melalui pendataan potensi PPh
Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21, koordinasi dan
konsultasi ke Pemerintah Pusat, rapat koordinasi penetapan alokasi
sementara dan definitif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Dalam
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-11
Negeri dan PPh Pasal 21 dengan Pemerintah Kabupaten/Kota se
Jawa Barat.
3) Dalam rangka optimalisasi penerimaan dana bagi hasil bukan
pajak/sumber daya alam, Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan
Kabupaten/Kota melaksanakan rekonsiliasi setiap triwulan
mengenai data lifting dan penyaluran dana bagi hasil minyak bumi,
gas bumi, panas bumi dan pertambangan umum dengan
Pemerintah Pusat (Kementerian Keuangan dan Kementerian Energi
dan Sumber Daya Mineral/ESDM), serta meningkatkan koordinasi
dan konsultasi ke pemerintah pusat.
4) Dalam upaya meningkatkan Dana Alokasi Umum (DAU) dilakukan
melalui penyediaan data dasar yang akurat untuk perhitungan DAU,
yaitu data kapasitas fiskal, kebutuhan fiskal dan alokasi dasar/gaji
pegawai, pelaksanaannya berkoordinasi dengan OPD terkait dan
Badan Pusat Statistik (BPS) serta koordinasi dan konsultasi dengan
Pemerintah Pusat (Kementerian Keuangan dan Kementerian Dalam
Negeri), Anggota DPR-RI dan DPD asal pemilihan Jawa Barat.
3) Lain lain Pendapatan daerah yang sah
Dalam hal penerimaan dari Lain-lain pendapatan yang sah pada
Tahun Anggaran 2010 ditargetkan sesuai dengan potensi dari jenis
penerimaan tersebut, antara lain : pendapatan hibah, dana penyesuaian,
Bantuan dari PT. Jasa Raharja, dana insentif daerah, dan dana
penyesuaian tambahan penghasilan guru.
b. Target dan Realisasi Pendapatan
Realisasi pendapatan daerah Tahun Anggaran 2010 secara
keseluruhan dapat direalisasikan sebesar 115,80 % dari target yang telah
ditetapkan dengan rincian capaian kinerja pendapatan berdasarkan jenis
penerimaan:
a. PAD dapat direalisasikan sebesar 115,99 % dari target yang ditetapkan
dengan rincian Penerimaan Pajak Daerah dapat dicapai sebesar 114,80
%. Penerimaan Retribusi Daerah dapat dicapai sebesar 97,13 %.
Penerimaan dari hasil Pengelolaan Kekayaan Yang dipisahkan dapat
direalisasikan sebesar 100,31 % dan Lain lain PAD yang sah sebesar
146,46 %.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-12
b. Dana Perimbangan dapat direalisasikan sebesar 115,71 % dari target
yang ditetapkan dengan rincian Penerimaan dari Dana Bagi Hasil
Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak dapat direalisasikan sebesar 133,86 %,
Dana Alokasi Umum sebesar 100,00 % dan Dana Alokasi Khusus sebesar
100 %.
c. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dapat direalisasikan sebesar
100,02 % dari target yang ditetapkan dengan rincian penerimaan dari
pendapatan hibah dapat direalisasikan sebesar 100,00 %, dana
penyesuaian dapat direalisasikan sebesar 90,17 %, bantuan keuangan
dari provinsi/kabupaten/kota lainnya dapat direalisasikan sebesar 101,10
% dan lain-lain penerimaan sebesar 110,04%.
Adapun target dan realisasi pendapatan daerah Tahun Anggaran
2010 selengkapnya disajikan dalam daftar sebagai berikut :
Tabel 3.1 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah
Tahun Anggaran 2010
No Pendapatan Daerah Anggaran Setelah Perubahan
Realisasi *)
Pencapaian Target
(Rp.) (Rp.) % 1 2 3 4 5
A. PENDAPATAN DAERAH 8.412.972.777.180,00 9.742.186.078.074,00 115,80 1. Pendapatan Asli Daerah 6.252.651.060.299,00 7.252.241.209.921,00 115,99 a. Pajak Daerah 5.636.846.433.981,00 6.470.866.063.031,00 114,80 a). Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 1.982.966.171.868,00 2.207.515.916.750,00 111,32
b). Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) 2.361.920.000.000,00 2.995.696.916.470,00 126,83
c). Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) 1.200.000.000.000,00 1.162.038.257.928,00 96,84
d). Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan
91.960.262.113,00 105.614.971.883,00 114,85
b. Retribusi Daerah 33.201.178.296,00 32.248.949.068,00 97,13 a). Retribusi Pelayanan Kesehatan 16.828.498.000,00 15.902.490.553,00 94,50
b). Retribusi Laboratorium Kemetrologian 3.015.460.250,00 3.648.484.850,00 120,99
c). Pelayanan Laboratorium Kebumian 570.000.000,00 636.899.309,00 111,74
d). Pelayanan Laboratorium Pengujian Mutu Konstruksi dan Lingkungan
95.000.000,00 126.572.750,00 133,23
e). Pembinaan dan Pengawasan TPI 229.059.790,00 229.059.790,00 100,00
f). Pelayanan Pengujian Mutu Benih, Pestisida serta Pupuk Tanaman Pangan dan Hortikultura
63.301.470,00 82.507.035,00 130.34
g). Retribusi Jasa Pelayanan IKM Dinas Perindustrian dan Perdagangan 0,00 179.439.385,00 -
h). Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah 1.137.404.809,00 1.619.248.033,00 142,36
i). Retribusi Tempat Pelelangan Ikan 486.183.152,00 486.183.151,00 100,00
j). Retribusi Penjualan Produk Usaha Daerah 7.240.640.750,00 5.791.391.235,00 79,98
k). Retribusi Pemeriksaan Hewan dan Bahan Asal antar Provinsi Makanan Ternak serta Penyidikan Penyakit Hewan
97.285.075,00 150.141.000,00 154,33
l). Penerimaan dari Taman Hutan Raya (TAHURA) 1.400.000.000,00 1.300.185.000,00 92,87
m). Retribusi Izin Trayek 1.957.895.000,00 1.994.062.450,00 101,85
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-13
n). Retribusi Izin Usaha Angkutan Laut dan ASDP 44.350.000,00 47.954.427,00 108,13
o). Retribusi Izin Ketinggian Bangunan dan Angkutan Udara 11.100.000,00 20.330.100,00 183,15
p). Retribusi Izin Usaha Titipan 25.000.000,00 34.000.000,00 136,00
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan 225.674.515.017,00 226.365.879.978,00 100,31
a). Perusahaan Milik Daerah 1.449.605.000,00 1.449.605.660,00 100,00 1) P.D. Jasa dan Kepariwisataan 368.899.000,00 368.899.600,00 100,00
2) P.T. Jasa Sarana 1.080.706.000,00 1.080.706.060,00 100,00
b). Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan Milik Daerah/BUMD – Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank
224.183.800.000,00 224.841.742.749,00 100,29
1) Bank bjb 220.387.795.000,00 220.387.795.821,00 100,00
2) PD. Bank Perkreditan Rakyat (PD.BPR) 3.358.255.000,00 3.799.343.751,00 113,13 3) PD. Perkreditan Kecamatan (PD.PK) 437.750.000,00 654.603.177,00 149,54 c). Bagian Laba atas Penyertaan Modal pada Perusahaan
Patungan/Milik Swasta 41.110.017,00 74.531.569,00 181,30
1) PT. BPR Koperasi Jawa Barat 41.110.017,00 74.531.569,00 181,30
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 356.928.933.005,00 522.760.317.844,00 146,46 a). Hasil Penjualan Aset Daerah Yang Tidak Dipisahkan 736.625.684,00 826.126.180,00 112,15 1) Pelepasan Hak Atas Tanah 736.625.684,00 733.549.327,00 99,58 2) Penjualan peralatan/perlengkapan kantor 0,00 37.400.000,00 - 3) Penjualan Rumah Jabatan/Rumah Dinas 0.00 36.679.100,00 - 4) Penjualan Kendaraan Dinas Roda Dua 0.00 447.753,00 - 5) Penjualan Drum Bekas 0.00 13.150.000,00 - 6) Penjualan Bahan Bekas Bangunan 0.00 4.900.000,00 -
b). Penerimaan Jasa Giro 72.137.000.000,00 76.058.644.296,00 105,44
c). Pendapatan Bunga 64.000.000.000,00 86.736.301.367,00 135,53
d). Tuntutan Ganti Rugi (TGR) 0.00 280.322.500,00 -
e). Pendapatan Denda Atas Keterlambatan Pekerjaan 0,00 2.401.355.443,00 -
f). Pendapatan Denda Pajak 66.820.182.999,00 106.845.548.487,00 159,90
g). Pendapatan Denda Retribusi 8.500.882.000,00 9.976.135.000,00 117,35
h). Pendapatan Hasil Eksekusi atas Jaminan 0,00 2.419.356.383,00 -
i). Pendapatan Dari Pengembalian 3.994.329.658,00 2.492.807.966,00 62,41
j). Pendapatan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) 63.910.586.132,00 64.559.288.138,00 101,02
k). Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 76.829.326.532,00 170.164.432.084,00 221,48
2 DANA PERIMBANGAN 2.098.248.000.654,00 2.427.857.461.051,00 115,71 a. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 973.553.760.654,00 1.303.163.221.051,00 133,86 a). Bagi Hasil Pajak 827.241.760.654,00 1.113.053.611.677,00 134,55 1). Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) 315.575.000.000,00 439.773.587.878,00 139,36
2). Bagi Hasil Bea Perolehan Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) 162.000.000.000,00 234.839.441.732,00 144,96
3). Bagi Hasil dari Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21
328.800.000.000,00 415.648.319.321,00 126,41
4). Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau 20.866.760.654,00 22.792.262.746,00 109,23
b). Bagi Hasil Bukan Pajak / Sumber Daya Alam 146.312.000.000,00 190.109.609.374,00 129,93
1). Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) 1.772.000.000,00 2.055.306.325,00 115,99
2). Bagi Hasil dari Iuran Tetap/Landrent 40.000.000,00 53.277.535,00 133,19 3). Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Eksploitasi 4.500.000.000,00 5.851.790.434,00 130,04
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-14
4). Bagi Hasil dari Pungutan Minyak Bumi 55.000.000.000,00 74.913.540.040,00 136,21
5). Bagi Hasil dari Pertambangan Gas Alam 21.000.000.000,00 26.434.865.530,00 125,88
6). Bagi Hasil dari Pertambangan Panas Bumi 64.000.000.000,00 80.800.829.510,00 126,25
b. Dana Alokasi Umum 1.086.123.940.000,00 1.086.123.940.000,00 100,00 c. Dana Alokasi Khusus 38.570.300.000,00 38.570.300.000,00 100,00 3 LAIN-LAIN PENDAPATAN DAERAH YANG SAH 62.073.716.227,00 62.087.407.102,00 100,02 a. Pendapatan Hibah 250.000.000,00 250.000.000,00 100,00 b. Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 25.766.457.000,00 23.234.811.708,00 90,17 c. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah
Daerah Lainnya 12.028.587.133,00 12.160.727.500,00 101,10
d. Lain-lain Penerimaan 24.028.672.094,00 26.441.867.894,00 110,04 Sumber Data :Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sebelum audit BPK RI,
c. Permasalahan dan Solusi
a. Pajak Daerah
Permasalahan yang dihadapi antara lain:
1) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;
2) Ketersediaan fasilitas pelayanan yang masih belum memadai;
3) Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola;
4) Regulasi dasar pemungutan dan dasar penetapan pajak daerah.
Solusinya adalah :
1) Meningkatkan upaya optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi
pendapatan Pajak Daerah melalui pengembangan koordinasi dengan
berbagai pihak terkait dan tertib administrasi;
2) Pemenuhan sarana dan prasarana beserta fasilitas pelayanan lainnya
sesuai dengan standar pelayanan secara bertahap;
3) Peningkatan Pola Pelayanan melalui Standar Operasional Prosedur,
Standar Pelayanan Minimal, Citra Pelayanan Prima (CPP), ISO
9001:2008 dan pelayanan-pelayanan khusus seperti Samsat Outlet,
Samsat Mobile, Samsat Drive Thru dan Samsat Online;
4) Melakukan penataan pegawai dan peningkatan capacity building
serta penambahan pegawai yang didasarkan analisis beban kerja;
5) Melakukan upaya-upaya penggalian potensi penerimaan di luar
sektor pajak;
6) Melakukan regulasi terhadap dasar penetapan pajak daerah dan
dasar pemungutan pajak daerah.
b. Retribusi Daerah
Sumber-sumber pendapatan retribusi daerah yang potensial belum digali
secara optimal karena:
1) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-15
2) Terbatasnya sarana prasarana dan fasilitas pelayanan lainnya;
3) Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola;
4) Kepatuhan (kesadaran) sebagai wajib retibusi masih perlu
ditingkatkan.
Solusinya adalah :
1) Meningkatkan upaya optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi
retribusi daerah diorientasikan kepada potensinya;
2) Pemenuhan sarana dan prasarana beserta fasilitas pelayanan lainnya
sesuai dengan standar pelayanan seara bertahap;
3) Penambahan aparatur pengelola potensial dengan melakukan alih
tugas (tour of area) antar SKPD lingkup Pemerintah Provinsi Jawa
Barat serta penyelenggaraan Diklat teknis / fungsional;
4) Melaksanakan koordinasi, pembinaan dan penyuluhan serta
peningkatan sosialisasi Perda kepada masyarakat;
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
Permasalahan yang dihadapi dalam rangka pengembangan BUMD, antara
lain :
1) Belum optimalnya pihak manajemen perusahaan dalam
mengimplementasikan pengelolaan perusahaan yang baik (Good
Corporate Governance);
2) Terbatasnya Kualitas SDM pengelola Perusahaan;
3) Terbatasnya pembiayaan dalam rangka pengembangan usaha dan
investasi;
4) Belum optimalnya upaya membangun image dan publikasi
kompetensi perusahaan disertai rendahnya daya saing (competitive
advantage) perusahaan;
5) Belum optimalnya sinergitas baik diantara sesama BUMD maupun
antara BUMD dengan BUMN/Swasta.
6) Belum adanya peraturan perundang-undangan yang khusus tentang
operasional BUMD;
7) Permasalahan beberapa asset (status).
Solusinya adalah :
1) Melakukan penataan terhadap perusahaan melalui restrukturisasi
yaitu restrukturisasi organisasi, manajemen, asset, permodalan dan
keuangan;
2) Meningkatkan profesionalisme manajemen perusahaan;
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-16
3) Meningkatkan Kualitas SDM perusahaan melalui pendidikan dan
pelatihan (In or Out house training) serta mengembangkan
wawasan;
4) Meningkatkan akses perusahaan terhadap sumber-sumber
pembiayaan baik bersifat konvensional maupun non konvensional;
5) Mempromosikan kompetensi BUMD secara terintegasi dalam upaya
membangun pencitraan;
6) Meningkatkan sinergitas antar sesama BUMD, BUMD dengan
BUMN/Swasta
7) Mengusulkan kepada Pemerintah c.q. Menteri Dalam Negeri untuk
segera menerbitkan peraturan perundang-undangan tentang BUMD;
8) Penataan asset.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Permasalahan yang dihadapi, antara lain :
1) Belum optimalnya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi;
2) Terbatasnya kuantitas dan kualitas aparatur pengelola;
3) Belum lengkapnya perangkat hukum sebagai acuan dalam
pengelolaan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan belum
optimalnya sistem pengawasannya.
Solusinya adalah :
1) Meningkatkan upaya optimalisasi intensifikasi dan ekstensifikasi lain-
lain pendapatan asli daerah yang sah;
2) Penambahan aparatur pengelola potensial dengan melakukan alih
tugas (tour of area) antar SKPD lingkup Pemerintah Provinsi Jawa
Barat serta penyelenggaraan Diklat teknis / fungsional;
3) Mereview peraturan perundangan pengelolaan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah dan melakukan sosialisasi pembinaan dan
penyuluhan serta harus meningkatkan sosialisasi kepada masyarakat.
e. Dana Perimbangan
Permasalahan yang dihadapi antara lain:
1) Dana bagi hasil pajak (PBB, BPHTB dan PPh Perseorangan)
Masih belum akuratnya data obyek dan subyek pajak, masih
rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak ditambah
dengan muncul kasus-kasus perpajakan yang berimbas kepada
antipati masyarakat dalam membayar pajak, sehingga perlu
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-17
ditingkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik kepada
masyarakat/wajib pajak.
2) Dana Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam
Keterlbatan Pemerintah Daerah (Penghasil Migas) dalam
perhitungan, monitoring data produksi dan lifting migas masih
minim, mekanisme penghitungan dan penyaluran dana bagi hasil
migas dan pertambangan umum ke daerah tidak tepat waktu,
terjadinya kelebihan penyaluran migas sebagai akibat tidak
tercapainya lifting/produksi migas, sehingga mengakibatkan
penetapan rencana penerimaan yang bersumber dari dana bagi hasil
migas dan pertambangan umum kurang akurat dan harus dilakukan
koreksi terhadap APBD.
3) Dalam penggunaan DBH Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) masih
dihadapkan pada permasalahan belum adanya keselarasan program
penggunaan DBHCHT di Pusat dengan Daerah, sesuai roadmap
kegiatan DBHCHT dari Kementerian Keuangan.
4) Penetapan alokasi DBHCHT ke daerah melalui Peraturan Menteri
Keuangan dilaksanakan setelah APBD ditetapkan, yang
mengakibatkan pelaksanaan kegiatannya pada APBD Perubahan,
sehingga efektitiftas pelaksanaan program dan kegiatan DBHCHT
tidak optimal.
Solusinya adalah :
1) Memberikan fasilitasi dan motivasi kepada Pemerintah
Kabupaten/Kota yang berhasil dalam pencapaian realisasi dan
pengeloaan administrasi PBB sektor pedesaan dan perkotaan,
meningkatkan intensitas pelaksanaan sosialisasi peraturan BPHTB
dan PPh, penertiban dan penagihan aktif terhadap tunggakan dan
melaksanakan upaya penegakan hukum secara konsisten serta
memberikan sosialisasi kepada masyarakat ;
2) Guna mengetahui perhitungan lifting dan penyaluran dana bagi hasil
sumber daya alam, setiap triwulan dilakukan rekonsiliasi data antara
Pemerintah yaitu Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan
Kementerian Keuangan dengan Provinsi/Kabupaten/Kota penghasil.
3) Meningkatkan upaya koordinasi dan konsultasi yang lebih intensif
dengan pemerintah melalui Kementerian Keuangan, Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian ESDM, Kementerian Kehutanan, Anggota
DPR-RI dan DPD asal pemilihan Jawa Barat;
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-18
4) DBH Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) termasuk komponen dana
perimbangan, maka dalam hal penggunaannya, perlu dilakukan
pengkajian kembali, sehingga alokasi DBHCHT bersifat block grant
yang dapat digunakan memenuhi kebutuhan daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi.
5) Guna efektifitas pelaksanaan kegiatan DBHCHT, Pemerintah Provinsi
Jawa Barat mengusulkan dalam forum-forum koordinasi di
Pemerintah (Kementerian Keuangan) agar penetapan alokasi
DBHCHT dilakukan sebelum APBD ditetapkan.
B. Pengelolaan Belanja Daerah
1. Kebijakan Umum Keuangan Daerah
Kebijakan belanja daerah sesuai dengan Kebijakan Umum Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah tahun 2010 berpedoman pada prinsip-prinsip
penganggaran, belanja daerah disusun dengan pendekatan anggaran kinerja
yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang direncanakan dengan
memperhatikan prestasi kerja setiap satuan kerja perangkat daerah dalam
pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Tujuan penggunaan anggaran berbasis
kinerja adalah untuk meningkatkan akuntabilitas perencanan anggaran serta
menjamin efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam
program/kegiatan.
Kebijakan belanja daerah Tahun Anggaran 2010 diarahkan untuk
mendukung pencapaian target IPM 80. Dengan perencanaan anggaran yang
konsisten dan fokus, diproyeksikan pencapaian IPM 80 dapat terwujud pada tahun
2015. Perencanaan pembangunan yang mendukung pencapaian IPM tersebut
diarahkan untuk memperkuat bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi,
infrastruktur, dan suprastruktur.
Kebijakan belanja daerah Tahun Anggaran 2010 diupayakan dengan
pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif menuju
pencapaian sasaran yang tercantum dalam RPJMD 2008-2013, pencapaian IPM
(RPJPD 2005-2025 dan PP No. 6 Tahun 2008, isu-isu aktual nasional dan regional
yang disusun berlandaskan anggaran berbasis kinerja). Strategi pencapaian belanja
daerah tersebut antara lain adalah :
a. Mengalokasikan anggaran untuk pendidikan sebesar 20% dari total belanja
daerah tahun 2010 tidak termasuk alokasi anggaran untuk kegiatan yang belum
selesai tahun sebelumnya (multi years), dalam rangka peningkatan indeks
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-19
pendidikan meliputi Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah (AMH dan
RLS), dan program peningkatan status Perguruan Tinggi Swasta (PTS) menjadi
Perguruan Tinggi Negeri (PTN), serta meningkatkan kinerja pengelolaan
Universitas Winaya Mukti dengan pola kerjasama dengan PTN.
b. Mengalokasikan anggaran dalam rangka pemulihan dan rehabilitasi infrastruktur
yang mengalami kerusakan pasca bencana gempa bumi Jawa Barat pada
September 2009.
c. Mengupayakan meningkatkan alokasi anggaran untuk kesehatan dengan maksud
untuk peningkatan kualitas dan aksebilitas pelayanan dasar kesehatan dalam
rangka peningkatan indeks kesehatan masyarakat, termasuk didalamnya
peningkatan kualitas bidan dengan pemberian beasiswa lanjutan bidang PNS dari
srata D1 ke D3.
d. Mengalokasikan kebutuhan belanja fixed cost dan variable cost secara terukur
dan terarah, dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Fixed Cost
Biaya yang berorientasi kepada efisiensi dan efektivitas untuk mencapai
pelayanan publik bermutu tinggi dan bersifat rutin tahunan, dibagi dalam 2
kategori :
a) Basic Supporting Cost : biaya untuk mendanai fasilitas dasar bagi
keberlangsungan kerja OPD (contoh : biaya listrik, telepon, air bersih,
BBM, internet, jasa kebersihan, penggantian suku cadang dan service
mobil).
b) Internal Basic Activity Cost : biaya untuk mendanai aktivitas dasar
bagi keberlangsungan kerja OPD (contoh : alat tulis kantor, pengadaan
dan pencetakan, perjalanan dinas, belanja makan dan minum dan lain-
lain).
2) Variabel Cost
Biaya yang berorientasi kepada pengembangan dapat bersifat tahun jamak
multiyears) atau satu tahun, dibagi dalam 3 kategori :
a) Publik Services Basic Activity Cost : biaya untuk mendanai aktivitas
pelayanan publik yang menjadi tanggung jawab OPD (contoh :
Penyusunan RKPD, Musrenbang, Penyusunan RAPBD, pemberian pakan
ternak, pemberian makan penghuni panti, pemeliharaan jalan dan
jembatan, pemeliharaan jaringan irigasi dan sumber daya air lainnya, dan
kegiatan lain yang sejenis).
b) Committed Cost : biaya untuk mendanai program yang sudah menjadi
komitmen bersama yang mempunyai dimensi waktu tertentu.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-20
c) New/Inovation Cost : biaya untuk mendanai program yang merupakan
inovasi/unggulan/terobosan baru OPD yang mempunyai dimensi waktu
tertentu.
e. Mendukung percepatan pembangunan pada 2010, dengan mengupayakan
peningkatan alokasi anggaran untuk bidang infrastrukur, lingkungan hidup, untuk
bidang ekonomi.
f. Mengalokasikan anggaran untuk kegiatan lanjutan seperti pembebasan lahan
Bandara Internasional Jawa Barat, pembebasan lahan Jalan Tol Cisumdawu dan
Soroja, SOR Gedebage, dan pengelolaan persampahan regional di Jawa Barat.
g. Mengembangkan sistem transportasi melalui reaktivasi jalur kereta di Jawa Barat.
h. Mengalokasikan belanja untuk peningkatan produksi budidaya pertanian,
perikanan, dan peternakan diantaranya melalui program GAPURA.
i. Mendukung pengembangan fasilitas umum yang berskala regional Jawa Barat
seperti stadion olah raga, pusat pembinaan olahraga terpadu, perpustakaan dan
gedung kesenian.
j. Pengembangan seni tradisi dan budaya Jawa Barat dalam rangka mendukung
destinasi pariwisata melalui gelar budaya dan seni Jawa Barat , serta pelestarian
dan promosi seni budaya lokal.
k. Mengalokasikan belanja tidak langsung yang meliputi gaji dan tunjangan PNS,
belanja subsidi, belanja hibah, belanja sosial, belanja bagi hasil kab/kota, belanja
bantuan keuangan dengan prinsip proporsional, pemerataan, dan penyeimbang,
serta belanja tidak terduga untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak
diharpakan berulang seperti penanggulangan bencana yang tidak teralokasikan
sebelumnya.
l. Memperbaiki kesejahteraan pegawai melalui perbaikan tambahan penghasilan
pegawai (TPP).
m. Peningkatan pelayanan publik antara lain dengan percepatan layanan
pembayaran pajak kendaraan bermotor, pelelangan umum melalui layanan
pengadaan secara elektronik (LPSE), peningkatan kualitas pelayanan balai/UPTD,
dan percepatan penyelesaian administrasi bantuan keuangan.
n. Mengefisienkan pelaksanaan kegiatan melalui pengurangan item kegiatan yang
bersifat seremonial, pemberian honorarium kegiatan lebih selektif,
memaksimalkan pemanfaatan gedung pemerintah dalam penyelenggaraan rapat
koordinasi, serta perjalanan dinas dilaksanakan secara lebih selektif.
o. Belanja honorarium bagi PNS pada semua penyelenggaraan kegiatan dihilangkan
kecuali untuk panitia lelang, narasumber non PNS Provinsi Jawa Barat, dan OPD
tertentu.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-21
p. Penyempurnaan kode rekening kegiatan-kegiatan yang disesuaikan kebutuhan
dalam menunjang upaya perbaikan kinerja aparatur dan kebutuhan-kebutuhan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
q. Penggunaan indeks relevansi anggaran dalam penentuan anggaran belanja
dengan memperhatikan belanja tidak langsung dan belanja langsung dengan visi
dan misi Pemerintah Provinsi Daerah Jawa Barat, serta anggaran belanja yang
direncanakan oleh setiap pengguna anggaran tetap terukur.
r. Dalam rangka mengoptimalkan pencapaian prioritas pembangunan, Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat akan merintis skema pelaksanaan program/kegiatan
pembangunan melalui Tugas Pembantuan. Tugas pembantuan ini adalah
merupakan penugasan dari Pemerintah Provinsi ke daerah (kabupaten/kota dan
desa) untuk melaksanakan tugas terterntu terutama dalam melaksanakan
pembangunan di perdesaan termasuk diantaranya bantuan untuk Desa
Peradaban (Desa Mandiri) dan Kinerja Desa.
s. Peningkatan efektivitas belanja bantuan keuangan dan bagi hasil kepada
kabupaten/kota dengan pola :
1) Alokasi yang bersifat block grant dari Pos Bagi Hasil secara proporsional, guna
memperkuat kapasitas fiskal kabupaten/kota dalam melaksanakan otonomi
daerah;
2) Alokasi yang bersifat specific grant dari pos bantuan kepada Kabupaten/Kota
yang diarahkan, dengan kewajiban kabupaten /kota untuk menyediakan Dana
Pendamping, dalam rangka mendukung agenda akselerasi pencapaian Visi
Jawa Barat 2008-2013 yaitu :
a) Berdasarkan pola penyaluran yang bersifat kompetisi melalui Program
Pendanaan Kompetisi (PPK).
b) Membagi alokasi menjadi tiga bagian yaitu dana pemerataan, dana
proporsional dan dana penyeimbang. Dana pemerataan dialokasikan sama
untuk setiap Kabupaten/Kota, dana proporsional dihitung berdasarkan
indeks Kabupaten/Kota, dan dana penyeimbang ditentukan berdasarkan
variable kualitatif seperti Ibu Kota Provinsi, Kabupaten/Kota perbatasan
dengan Provinsi lain serta Kabupaten/Kota yang akan menyelenggarakan
even khusus yang berskala regional atau nasional.
Variabel-variabel yang digunakan untuk menghitung indeks Kabupaten/Kota
adalah Indeks Pendidikan, Indeks Kesehatan, Indeks Daya Beli, Luas
Wilayah, Jumlah Penduduk Miskin, PDRB/Kapita, Pendapatan Asli Daerah,
Proporsi Pengangguran, dan Proporsi Kawasan Lindung. Adapun kriteria
kegiatan yang mendapatkan alokasi bantuan keuangan Kabupaten/Kota
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-22
adalah mendukung secara signifikan upaya peningkatan IPM Jawa Barat;
menanggulangi masalah kemiskinan; menanggulangi masalah
pengangguran dan meningkatkan upaya pelestarian lingkungan khususnya
kawasan lindung. Dalam rangka mewujudkan keselarasan program
pembangunan yang dicanangkan Provinsi Jawa Barat, maka dana bantuan
kabupaten/kota akan diarahkan untuk digunakan sesuai dengan proporsi
20% untuk dana pembangunan bidang pendidikan, 10% untuk kesehatan,
20% untuk infrastruktur, 20% untuk peningkatan daya beli masyarakat, dan
30% untuk peningkatan kapasitas sumber daya manusia (capacity building).
Belanja daerah terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung.
Belanja langsung adalah belanja yang terkait langsung dengan pelaksanaan kegiatan
dan dapat diukur dengan capaian prestasi kerja yang telah ditetapkan. Kelompok
belanja langsung ini terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa serta
belanja modal.
Belanja tidak langsung merupakan belanja yang tidak terkait langsung
dengan kegiatan yang dilaksanakan dan sulit diukur dengan capaian prestasi kerja
yang ditetapkan. Adapun yang termasuk dalam belanja tidak langsung adalah
belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga.
Berdasarkan proyeksi indikator makro ekonomi dan IPM, usulan belanja
Perubahan APBD Tahun Anggaran 2010, pada dasarnya diorientasikan untuk
peningkatan Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) dan peningkatan IPM, khususnya
pada bidang infrastruktur dan peningkatan daya beli masyarakat. Untuk itu
kebijakan belanja sesuai dalam Kebijakan Umum Perubahan APBD Tahun Anggaran
2010 adalah:
1. Belanja APBD diarahkan untuk mendukung untuk mendukung pencapaian visi dan
misi Gubernur sesuai RPJMD Jawa Barat Tahun 2008-2013 (sesuai revisi), serta
mendukung pencapaian target indicator pembangunan daerah sesuai PP No. 6
Tahun 2008 tentang Evaluasi Kinerja Pemerintah Daerah,
2. Belanja APBD terdiri atas Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung. Belanja
langsung adalah yang menjadi kewenangan/urusan provinsi, sedangkan Belanja
Tidak Langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi secara langsung oleh ada
atau tidak adanya program/kegiatan, biasanya digunakan secara periodic
(umumnya bulanan) dalam rangka koordinasi penyelenggaraan kewenangan
pemerintahan daerah yang bersifat umum,
3. Pemenuhan kewajiban penyertaan modal dasar BUMD,
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-23
4. Penelusuran asset daerah dan kegiatan lainnya menuju target opini Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) wajar tanpa pengecualian,
5. Pemantapan komitmen tentang Akuntabilitas keuangan dan Barang daerah,
6. Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik,
7. Meningkatkan pemerataan pembangunan berbasis kewilayahan,
8. Meningkatkan pelayanan kesehatan,
9. Meningkatkan infrastruktur perdesaan,
10. Tindak lanjut Pelaporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Badan Pemeriksa Keuangan
terhadap Laporan Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja daerah (LP2APBD) 2009.
Kebijakan Belanja secara umum dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Penetapan pagu indikatif untuk setiap program dan kegiatan dalam setiap misi
hendaknya proporsional,
2. Secara kewulayahan belanja daerah harus disusun secara adil dan proporsional.
Adapun daerah-daerah dengan permasalahan khusus perlu diadakan anggaran
penyeimbang.
a. Kebijakan Belanja Langsung
Belanja Langsung adalah alokasi belanja APBD Provinsi Jawa Barat yang
dilaksanakan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat. Alokasi
belanja langsung pada Perubahan APBD Tahun 2010 didasarkan pada kebijakan
yang diarahkan sebagai berikut:
a) Kegiatan yang termasuk ke dalam sepuluh tujuan bersama (common goals).
b) Kegiatan yang lanjutan dan sudah menjadi komitmen pada APBD Perubahan
TA 2010.
c) Program/kegiatan baru sebagai landasan kegiatan TA. 2011.
d) Penambahan alokasi belanja operasional, pemeliharaan kantor dan
peningkatan kualitas sumber daya aparatur (fixed cost).
e) Belanja sebagai dana pendukung program/kegiatan yang didanai APBN.
b. Kebijakan Belanja Tidak Langsung
Belanja Tidak Langsung diarahkan :
a) Mengalokasikan belanja wajib/mengikat, meliputi belanja pegawai dan belanja
bagi hasil.
b) Belanja bantuan sosial dan belanja hibah.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-24
c) Belanja bantuan keuangan kab/kota:
1) Bantuan keuangan kepada kabupaten dan kota berupa block grant dan
specific grant.
2) Alokasi bantuan keuangan kabupaten dan kota dibagi menjadi dana
pemerataan, dana proporsional, dan dana penyeimbang.
3) Dana pemerataan dialokasikan sama untuk setiap kabupaten dan kota.
4) Dana proporsional dialokasikan berdasarkan perhitungan indeks kabupaten
dan kota yang berdasarkan pada penilaian indeks pendidikan, indeks
kesehatan, indeks daya beli, luas wilayah, jumlah penduduk, jumlah
penduduk miskin, PDRB per kapita, pendapatan hasil daerah, proporsi
pengangguran dan proporsi kawasan lindung.
5) Dana penyeimbang ditentukan berdasarkan variabel kualitatif seperti
ibukota provinsi, kabupaten dan kota yang berbatasan dengan provinsi lain
serta kabupaten dan kota yang akan menyelenggarakan event khusus yang
berskala nasional atau regional.
6) Bantuan organisasi kemasyarakatan dialokasikan berdasarkan tingkat
kepentingan yang dinilai berdasarkan proposal yang diajukan.
7) Kriteria kegiatan bantuan kabupaten dan kota serta organisasi
kemasyarakatan harus berada dalam koridor sebagai berikut: mendukung
secara signifikan upaya peningkatan IPM Jawa Barat, menanggulangi
masalah kemiskinan, menanggulangi masalah pengangguran serta
meningkatkan upaya pelestarian lingkungan.
c. Kebijakan belanja Khusus
Alokasi belanja dalam APBD juga dilaksanakan berdasarkan kebijakan khusus
yang ditetapkan oleh pimpinan daerah yang antara lain terdiri:
1)Memenuhi kekurangan gaji daerah 2010,
2)Pemenuhan pelayanan dasar OPD,
3)Pembebasan lahan Bandara Kertajati,
4)Pembebasan lahan Jalan Tol Cisumdawu,
5)Tambahan dana pembebasan lahan TPPAS Legok Nangka,
6)Pemenuhan kebutuhan pelayanan dasar OPD lingkup Provinsi Jawa Barat,
7)Kekurangan Insentif Kepala Desa,
8)Penyediaan barang dan jasa untuk bencana dan dana tanggap bencana,
9)Peningkatan kualitas sarana dan prasarana kesehatan dan rujukan,
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-25
10) Perbaikan infrastruktur di tiga desa di Wilayah Sarimukti,
11) Jamkesda untuk KTP Jawa Barat,
12) Bantuan pengadaan tangki mobil air bersih di wilayah Pantura,
13) Pengembangan dan penguatan perbibitan ternak domba dan sapi,
14) Penelusuran aset tanah dan/atau bangunan yang dikelola/digunakan oleh
18 OPD di lingkungan Provinsi Jawa Barat,
15) Pembebasan lahan untuk Rusunawa di Batujajar.
Secara keseluruhan kebijakan belanja daerah pada Perubahan APBD TA 2010
difokuskan untuk:
a. Belanja yang merupakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya committed budget,
merespon dampak perubahan asumsi dan untuk kegiatan yang berorientasi
sebagai landasan pencapaian common goals (sepuluh kebijakan pembangunan) dan
kekurangan kebutuhan belanja tetap (fixed cost) yang harus dianggarkan.
b. Kegiatan yang bersifat prioritas dan strategis yang diharapkan mampu
mempercepat proses pembangunan Jawa Barat
2. Target dan Realisasi Belanja
Dalam Tahun Anggaran 2010, Belanja Daerah dianggarkan sebesar
Rp.10.162.773.421.245,40 dan dapat direalisasikan sebesar
Rp.9.020.665.842.979,45 atau 88,76 %. Belanja daerah tersebut dialokasikan untuk
belanja tidak langsung Rp.7.066.088.766.728,83 dan belanja langsung dialokasikan
sebesar Rp. 3.096.684.654.516,54.
Rincian selengkapnya untuk alokasi anggaran dan realisasi belanja daerah dapat
disajikan dalam tabel sebagai berikut :
Tabel 3.2
Alokasi Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun Anggaran 2010
No. Belanja Daerah
Anggaran Setelah Perubahan Realisasi *) Pencapaian
Target
(Rp.) (Rp.) %
A. BELANJA DAERAH 10.162.773.421.245,40 9.020.665.842.979,45 88,76 1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 7.066.088.766.728,83 6.265.791.547.603,45 88,678
a. Belanja Pegawai 1.846.059.664.503,54 1.380.844.676.432,00 74,80
b. Belanja Subsidi 12.195.120.550,00 12.194.120.550,00 99,99
c. Belanja Hibah 160.385.180.400,00 156.022.745.600,00 97,28
d. Belanja Bantuan Sosial 225.108.207.808,87 192.865.500.000,00 85,68
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-26
e. Belanja Bagi Hasil Kepada Hasil Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa
2.180.046.307.852,22 2.064.745.163.385,45 94,71
f. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa
2.637.294.285.614,20 2.458.555.861.864,00 93,22
g. Belanja Tidak Terduga 5.000.000.000,00 563.479.772,00 11,27
2. BELANJA LANGSUNG 3.096.684.654.516,54 2.754.874.295.376,00 88.96 a. Belanja Pegawai 278.428.358.893,00 255.874.243.553,00 91,90
b. Belanja Barang dan Jasa 1.655.234.512.139,94 1.443.463.310.806,00 87,21 c. Belanja Modal 1.163.021.783.483,60 1.055.536.741.017,00 90,76
Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sebelum audit BPK RI
3. Permasalahan dan Solusi
1) Permasalahan :
(1) Belanja Tidak Langsung
Untuk belanja tidak langsung dari alokasi sebesar
Rp. 7.066.088.766.728,83 direalisasikan sebesar Rp.6.265.791.547.603,45
atau 88,67 %. Belanja yang penyerapannya rendah terdiri dari belanja
pegawai, bantuan sosial, dan bantuan keuangan. Penyebabnya yaitu terdapat
beberapa proposal yang belum memenuhi persyaratan sebagaimana
peraturan perundang-undangan.
(2) Belanja Langsung
Untuk belanja langsung dari alokasi sebesar
Rp.3.096.684.654.516,54 dan direalisasikan sebesar
Rp. 2.754.874.295.376,00 atau 88,96%. Hal ini disebabkan adanya efisiensi
pada beberapa kegiatan dan adanya bagian kegiatan yang belum dan/tidak
jadi direalisasikan sehubungan waktu pelaksanaan tidak mencukupi, dan
sinergitas antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemertinbtah
Kabupaten/Kota belum terlaksana secara optimal, sehingga beberapa
kegiatan yang memerlukan kerjasama (MoU) terlambat dilaksanakan,
terutama kegiatan yang memerlukan sharing pembiayaan.
b) Solusi :
(1) Memberikan informasi kepada organisasi masyarakat mengenai tata cara
pengajuan bantuan sosial.
(2) Melakukan penajaman dan rasionalisasi kegiatan yang layak untuk
direalisasikan.
(3) Menetapkan kegiatan berdasarkan skala prioritas.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-27
C. Pengelolaan Pembiayaan Daerah
1. Kebijakan Pembiayaan Daerah
Pembiayaan ditetapkan untuk menutup defisit yang disebabkan oleh lebih
besarnya belanja daerah dibandingkan dengan pendapatan yang diperoleh. Penyebab
utama terjadinya defisit anggaran adalah adanya kebutuhan pembangunan daerah
yang semakin meningkat. Kebijakan Pembiayaan Daerah terdiri dari penerimaan
pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan Pembiayaan adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya, mencakup sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya (SiLPA),
pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,
penerimaan pinjaman, serta penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah,
penerimaan kembali pemberian pinjaman dan penerimaan piutang. Penerimaan
pembiayaan tahun anggaran 2010 adalah bersumber dari SiLPA tahun lalu.
Pengeluaran pembiayaan adalah pengeluaran yang akan diterima kembali baik
pada tahun yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya,
mencakup pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah
daerah, pembayaran cicilan pokok hutang yang jatuh tempo, dan pemberian pinjaman.
Selisih lebih penerimaan pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan disebut
sebagai pembiayaan netto. Jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup defisit
APBD.
Kebijakan pengeluaran pembiayaan tahun anggaran 2010 adalah :
a. Penyertaan modal dan pemberian pinjaman manakala terjadi surplus anggaran.
b. Penyertaan modal Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dilaksanakan setelah
mempertimbangkan hasil due diligence serta ditindaklanjuti dengan upaya
revitalisasi dan restrukturisasi kinerja BUMD serta pendayagunaan kekayaan milik
daerah yang dipisahkan dalam rangka efisiensi pengeluaran pembiayaan.
c. Pembayaran (tahun terakhir) pokok utang terhadap Asian Development Bank
(ADB/BUDP) dan USAID-FID.
d. Pengeluaran pembiayaan berupa pemenuhan kewajiban penyertaan modal dasar
pada PT. Tirta Gemah Ripah dan PT. Jasa Sarana, pembayaran pokok hutang dan
bunga hutang, serta pendanaan operasional BLUD RS. Al Ihsan.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-28
2. Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah
Dalam Tahun Anggaran 2010, Pembiayaan dianggarkan sebesar
Rp. 1.749.800.644.065,37 sedangkan realisasinya sebesar
Rp 1.719.586.153.181,10 atau 98,27 %.
Rincian selengkapnya untuk alokasi anggaran dan realisasi pembiayaan
daerah dapat disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.3 Alokasi Anggaran dan Realisasi Pembiayaan Daerah
Tahun Anggaran 2010
NO PEMBIAYAAN
Anggaran Setelah Perubahan Realisasi
Pencapaian Target
(Rp.) (Rp.) % 6 PEMBIAYAAN
6 1 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH
1.820.060.110.218,00 1.789.756.684.218,00 98,34
6 1 1 Sisa Lebih Perhitungan Daerah Tahun Sebelumnya Koreksi (Contra Pos)
1.820.060.110.218,00
0,00
1.820.060.110.218,00
(30.303.426.000,00)
100,00
- 6 2 PENGELUARAN PEMBIAYAAN
DAERAH 70.259.466.152,63 70.170.531.036,90 99,87
6 2 2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah
60.870.000.000,00 60.870.000.000,00 100,00
6 2 3 Pembayaran Pokok Utang 812.506.681,63 723.571.565,90 89,05
6 2 4 BLUD 8.576.959.471,00 8.576.959.471,00 100,00
PEMBIAYAAN NETTO 1.749.800.644.065,37 1.719.586.153.181,10 98.27
6 3 SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN 0,00
2.441.106.388.275,65
-
Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sebelum audit BPK RI
a. Penerimaan Pembiayaan Daerah
Penerimaan Pembiayaan Daerah dianggarkan sebesar
Rp. 1.820.060.110.218,00 dan direalisasikan sebesar Rp1.789.756.684.218,00
atau 98,34%. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya
dianggarkan sebesar Rp. 1.820.060.110.218,00 dan telah direalisasikan sebesar
Rp. 1.820.060.110.218,00 atau sebesar 100 %, dan koreksi (Contra Pos) sebesar
(Rp. 30.303.426.000,00), koreksi (Contra Pos) dilakukan karena terdapat dana
hibah untuk bencana di Jawa Barat yang bersumber dari APBN sebesar
Rp. 30.303.426.000,00 yang tertuang dalam DIPA Badan Nasional
Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2009 Nomor : 0520.4/999-06.17/2009,
Revisi IV tanggal 16 Nopember 2009 yang masuk ke Rekening Kas Daerah.
LKPJ Gubernur Jawa Barat Akhir Tahun Anggaran 2010 III-29
b. Pengeluaran Pembiayaan Daerah
Pengeluaran Pembiayaan Daerah dianggarkan sebesar
Rp. 70.259.466.152,63 dan telah direalisasikan sebesar
Rp. 70.170.531.036,90 atau 99,87 % terdiri dari :
Penyertaan Modal dianggarkan sebesar Rp. 60.870.000.000,00 dan telah
direalisasikan sebesar Rp 60.870.000.000,00 atau 100%, digunakan untuk
Penyertaan Modal kepada :
PT. Jasa sarana Rp 54.750.000.000,-
PT. Tirta Gemah Ripah Rp. 6.120.000.000,-
Adapun rekapitulasi Penyertaan Modal kepada Perusahaan Daerah Provinsi
Jawa Barat per 31 Desember 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.4
Daftar Penyertaan Modal Kepada BUMD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2010
No Nama BUMD
Jumlah Penyertaan
Modal Per 1 Januari
2010
(Rp.)
Jumlah Penyertaan
Modal selama Tahun
Anggaran 2010
(Rp.)
Jumlah Penyertaan
Modal per 31
Desember 2010
(Rp.)
1 PT. Bank Jabar Banten 927.498.683.463,79 0,00 927.498.683.463,79
2 PT. Agronesia 221.080.000.000,00 0,00 221.080.000.000,00
3 PD. Agrobisnis dan
Pertambangan 72.771.688.651,00 0,00 72.771.688.651,00
4 PD. Jasa dan Kepariwisataan 48.413.799.592,00 0,00 48.413.799.592,00
5 PT. Jasa Sarana 162.250.000.000,00 54.750.000.000,00 217.000.000.000,00
6 PT. Tirta Gemah Ripah 3.300.000.000,00 6.120.000.000,00 9.420.000.000,00
7 BPR dan PDPK 88.700.000.000,00 0,00 88.700.000.000,00
8 PT. Askrida 530.000.000,00 0,00 530.000.000,00
1.524.014.171.706,00 60.870.000.000,00 1.585.414.171.706,79
Sumber Data : Laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun 2010 sebelum audit BPK RI
Pembayaran pokok utang dianggarkan sebesar Rp. 812.506.681,63 dan telah
direalisasikan sebesar Rp. 723.571.565,90 atau 89,05 %, dengan pembayaran
utang tersebut seluruh utang Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah lunas.
Pendanaan operasional BLUD RS AL IHSAN dianggarkan sebesar
Rp. 8.576.959.471,00 dan telah direalisasikan sebesar Rp 8.576.959.471,00
atau 100 %.