bab iii mbot
DESCRIPTION
.TRANSCRIPT
![Page 1: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB III
PENGARUH TIRAMIN TERHADAP PENDERITA HIPERTENSI
DITINJAU DARI AGAMA ISLAM
3.1 Menjaga Kesehatan Menurut Pandangan Islam
Kesehatan merupakan nikmat Allah SWT yang tak terhingga sehingga
harus disyukuri dan digunakan untuk beribadah kepada-Nya. Bersyukur dapat
dilakukan dengan hati, lisan, dan anggota tubuh. Bersyukur dengan hati berarti
mengikrarkan dalam hati bahwa Allah sebagai pemberi kesehatan, dengan lisan
berarti pengakuan dalam bentuk ucapan dengan anggota tubuh artinya
menggunakan kesehatan untuk mengabdikan diri kepada Allah SWT (Zuhroni et
al, 2003).
Jika dirumuskan maka sakit adalah gangguan fisik, mental, sosial serta
adanya penyakit atau cacat pada seseorang. Sakit disebutkan dalam Al-Qur’an
dengan kata al-maradh. Berbagai penyakit disinggung dalam Al-Qur’an seperti
al-akmaha (buta), al-Abrasha (sopak), dan al-A’raj (pincang).
(Zuhroni et al, 2003).
Sudah menjadi kesepakatan ulama bahwa menjaga kesehatan lebih baik
dari pada mengobati, untuk itu perlu upaya sejak dini agar seseorang tetap sehat.
Dalam menjaga kesehatan dapat dilakukan dua tindakan yaitu tindakan
pencegahan atau preventif dan perlindungan kesehatan tubuh. Tindakan
![Page 2: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/2.jpg)
pencegahan sendiri ada dua jenis yaitu pencegahan dari hal-hal yang dapat
menimbulkan sakit dan pencegahan dari sesuatu yang dapat memperparah
penyakit yang sudah ada. Cara pertama disebut pencegahan primer yaitu
mencegah timbulnya penyakit pada orang yang sehat. Cara yang kedua adalah
pencegahan bagi orang yang sakit agar penyakitnya tidak bertambah parah.
(Muhammad, 2007).
Ilmu kedokteran yang Allah SWT berikan kepada Rasulullah SAW ada
empat macam yaitu pengobatan penyakit dengan tumbuhan, kedokteran preventif
(pencegahan penyakit), kedokteran jiwa dan ilmu urai tubuh (anatomi dan
sebagainya). Di antara upaya untuk menjaga kesehatan dari pengobatan Nabi
salah satunya adalah pengobatan preventif, mencegah individu atau masyarakat
agar jangan ditimpa penyakit dengan cara memperhatikan kesehatan lingkungan,
membasmi atau menghindari berbagai penyakit menular, dan memberikan
penerangan dan pengetahuan tentang kesehatan kepada masyarakat.
(Muhammad, 2007).
Ajaran Islam sangat menekankan kesehatan jasmani. Agar tetap sehat, hal
yang perlu diperhatikan dan dijaga, menurut sementara ulama, disebutkan, ada
sepuluh hal, yaitu : dalam hal makan, minum, gerak, diam, tidur, terjaga,
hubungan seksual, keinginan-keinginan nafsu, keadaan kejiwaan, dan mengatur
anggota badan.
![Page 3: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/3.jpg)
1. Mengatur Pola Makan dan Minum
Dalam ilmu kesehatan atau gizi disebutkan, makanan adalah unsur
terpenting
untuk menjaga kesehatan.
2. Keseimbangan Beraktivitas dan Istirahat
Al-Qur’an melarang melakukan sesuatu yang dapat merusak badan. Para
pakar di bidang medis memberikan contoh seperti merokok. Alasannya, termasuk
dalam larangan membinasakan diri dan mubadzir dan akibat yang ditimbulkan,
bau, mengganggu orang lain dan lingkungan (Zuhroni et al, 2003)
Islam juga memberikan hak badan, sesuai dengan fungsi dan daya
tahannya, sesuai anjuran Nabi :
Artinya : “ Bahwa badanmu mempunyai hak”
Islam menekankan keteraturan mengatur ritme hidup dengan cara tidur
cukup, istirahat cukup, di samping hak-haknya kepada Allah SWT melalui ibadah.
Islam memberikan tuntunan agar mengatur waktu untuk istirahat bagi jasmani.
Keteraturan tidur dan berjaga diatur secara proporsional, masing-masing anggota
tubuh memiliki hak yang mesti dipenuhi. Di sisi lain, Islam melarang membebani
![Page 4: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/4.jpg)
badan melebihi batas kemampuannya, seperti melakukan begadang sepanjang
malam, melaparkan perut berkepanjangan sekalipun maksudnya untuk beribadah.
ع�ل�ي�ه� الله� لى ص� الله� ول� س� ر� ال� ق� ال� ق� ال�ع�اص� ب�ن� ر�و ع�م� ب�ن� الله� ع�ب�د� ع�ن�
ي�ا ب�ل�ى ل�ت� ق� اللي�ل� وم� ت�ق� و� ار� النه� وم� ت�ص� نك�أ� ب�ر� خ�
أ� ل�م�� أ الله� ع�ب�د� ي�ا لم� و�س�
ا ق+ ح� ع�ل�ي�ك� د�ك� س� ل�ج� إ�ن ف� ن�م� و� م� و�ق� ف�ط�ر�أ� و� م� ص� ع�ل� ت�ف� ال� ف� ال� ق� الله� ول� س� ر�
ا ق+ ح� ع�ل�ي�ك� ك� و�ج� ل�ز� إ�ن و� ا ق+ ح� ع�ل�ي�ك� ل�ع�ي�ن�ك� إ�ن و�
Artinya : “ Dari ‘Abdullah bin ‘Amr bin al- ‘Ash Nabi pernah berkata kepadaku: Hai hamba Allah, bukankah aku memberitakan bahwa kamu puasa di siang hari dan qiyamul lail di malam hari, maka aku katakana, benar ya Rasulullah, Nabi menjawab: Jangan lakukan itu, berpuasa dan berbukalah, bangun malam dan tidurlah, sebab, pada badanmu ada hak dan lambungmu juga ada hak” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Terhadap kebutuhan jasmani manusia, Islam member tuntunan, agar
mengatur waktu untuk istirahat seperti ditegaskan dalam ayat Al-Qur’an :
Artinya : “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-Nya” (QS. Al-Qashash : (28) 73).
Juga dalam surat Yunus dinyatakan :
Artinya : “Dialah yang menjadikan malam bagi kamu supaya kamu beristirahat padanya dan (menjadikan) siang terang benderang (supaya kamu mencari
![Page 5: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/5.jpg)
karunia Allah). Sesungguhnyapada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar” (QS. Yunus (10) : 67).
Kebiasaan Nabi tidur adalah pada permulaan malam, sesudah shalat Isya’
dan bangun pada tengah malam, bangun kemudian bersiwak, wudhu dan shalat
malam. Posisi tidur Beliau adalah berbaring miring dengan posisi lambung kanan
di bawah dan tidak memenuhi perutnya dengan makanan dan minuman.
(Zuhroni et al, 2003).
3. Olahraga sebagai Upaya Menjaga Kesehatan
Aktivitas terpenting untuk menjaga kesehatan dalam ilmu kesehatan
adalah melalui kegiatan berolahraga. Kata olahraga berarti penyenangan,
pemeliharaan atau menghibur untuk bergembira. Olahraga dirumuskan
sebagai kesibukan manusia untuk menggembirakan diri sambil
memelihara jasmaniah. Tujuan utama olahraga adalah untuk mempertinggi
kesehatan yang positif, daya tahan, tenaga otot, keseimbangan emosional,
efisiensi dari fungsi-fungsi alat tubuh, dan daya ekspresif serta daya
kreatif. Dengan melakukan olahraga secara bertahap, teratur, dan cukup
akan meningkatkan dan memperbaiki kesegaran jasmani, menguatkan dan
menyehatkan tubuh. Dengan kesegaran jasmani seseorang akan mampu
beraktivitas dengan baik.
Dalam pandangan ulama fikih, olahraga termasuk bidang ijtihadiyat.
Secara umum hukum melakukannya adalah mubah, bahkan bisa bernilai ibadah,
jika diniati ibadah atau agar mampu melakukannya melakukan ibadah dengan
![Page 6: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/6.jpg)
sempurna dan pelaksanaannya tidak bertentangan dengan norma Islami.
(Zuhroni et al, 2003).
3.2 Gizi, Makanan, dan Minuman Menurut Pandangan Islam
Dalam Ilmu Kesehatan atau Gizi disebutkan bahwa makanan adalah unsur
terpenting untuk menjaga kesehatan. Untuk menjalankan berbagai fungsi dalam
tubu, dapat berraktivitas, serta bergerak tubuh memerlukan kalori atau energi.
Semua jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari merupakan sumber energi
utama bagi manusia. Berbagai jenis makanan tersebut zat dasarnya mengandung
protein, lemak, karbohidrat, vitamin, zat besi, kalsium, dan air.(Zuhroni, 2010).
Kajian tentang penggunaan obat-obatan yang dikonsumsi dalam literatur
hukum Islam termasuk yang dibahas dalam bab makanan dan minuman. Al-Quran
berpesan agar setiap orang memperhatikan yang dimakannya:
Artinya: “maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya …” (Q.s. 'Abasa (80):24).
Nabi melarang seseorang tidak memperdulikan badannya dengan tidak
makan, melakukan puasa terus-menerus (wishal) meski dimaksudkan untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Sebab, nabi mengaskan bahwa beribadah bukan
dengan melakukan penyiksaan terhadap phisik, karena jasmani juga mempunyai
hak yang wajib dipenuhi, di antaranya makan dan minum. (Zuhroni, 2010).
![Page 7: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/7.jpg)
Islam menekankan makan dan minum yang halāl dan thayyib. Dalam
kondisi darurat, jika tidak ada makanan yang halal dibolehkan melakukan
rukhshah, mengkonsumsi makanan yang diharamkan untuk mempertahankan
hidup, asal tidak berlebihan dan tidak melawan ketentuan Allah.
Artinya: “Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah, tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs al-Baqarah (2):173).
Artinya: “Katakanlah: "Tiadalah Aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi karena sesungguhnya semua itu kotor, atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa, sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (Q.s. al-An’ām (6):145)
![Page 8: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/8.jpg)
Artinya:”Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan atasmu (memakan) bangkai, darah, daging babi dan apa yang disembelih dengan menyebut nama selain Allah; tetapi barangsiapa yang terpaksa memakannya dengan tidak menganiaya dan tidak pula melampaui batas, maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.s. al-Nahl (16):115).
Dalam 27 kali pembicaraan tentang perintah makan, al-Quran selalu
menekankan dua sifat, yang halāl dan thayyib. Di sisi lain juga ditekankan
kadarnya secara proporsional (tidak berlebihan). Ada perbedaan pemahaman kata
Halāl dan Thayyib di kalangan mufassirin. Kata Halāl dan Thayyib kadang
disebutkan secara berbarengan dan dalam banyak ayat disebutkan secara terpisah.
Pengertian halāl, sebagaimana diuraikan oleh sebagian mufassir adalah dari sisi
syar’i, baik memperoleh maupun substansinya berdasarkan ketentuan syara’, dan
thayyib adalah segala yang baik bagi diri dan tidak membahayakan badan dan
akal. Sebagian mufassir menyatakan setiap yang halāl adalah thayyib, dan semua
yang diharamkan Allah adalah Khabīts. Sebagian mufassir yang lain menerangkan
bahwa thayyib adalah dari sisi mendapatkannya bukan pada jenis makanan.
![Page 9: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/9.jpg)
3.3 Pengaruh Tiramin Terhadap Penderita Hipertensi Ditinjau Dari
Agama Islam
Tiramin adalah asam amino yang ditemukan secara alami biasanya
terdapat pada makanan, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Dalam jumlah besar
tiramin banyak ditemukan pada makanan yang telah disimpan lama dan di
fermentasi. Beberapa makanan yang mengandung tiramin adalah cokelat, keju,
anggur merah, kacang polong, daging olahan dan lain-lain. (Holden K, 2000).
Berkenaan dengan sumber makanan yang mengandung zat gizi dan nutrisi
yang dibutuhkan tubuh, Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanaman-tanaman, zaitun, korma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang memikirkan.(QS Al-Nahl (16) : 11).
Ayat di atas menerangkan bahwa Allah SWT telah menciptakan berbagai
macam bahan makanan yang harus dimanfaatkan dengan baik. Islam mengajarkan
bahwa agar saat memilih makanan hendaknya memilih yang halal dan baik.
Allah berfirman :
![Page 10: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/10.jpg)
Artinya : “Makanlah yang halal dan yang baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepada kamu. Dan patuhlah kepada Allah yang kepada-Nya kamu telah beriman”. (QS. Al-Maidah (5) : 88).
Menurut syariat Islam, kehalalan suatu jenis makanan atau minuman
ditentukan oleh 4 hal, yaitu dari segi zat, sifat, car perolehan, dan akibat yang
ditimbulkan jika mengkonsumsinya. Sebagian ulama menyatakan : Tiga yang
pertama termasuk kategori halal dan yang terakhir dikategorikan thayyib. Halal,
berdasarkan ketentuan syar’i. Menurut Quraish Shihab, makanan thayyib adalah
makanan yang baik dan bergizi. Makanan yang thayyib ini juga bisa dilihat dari
segi kebersihan, rasa, dan cara menyajikannya. Menurut ahli gizi, pada umumnya
jenis makanan dan minuman yang halal menurut agama Islam termasuk pula yang
bersifat baik menurut pertimbangan ilmiah (Zuhroni, 2010).
Mengkonsumsi makanan yang mengandung tiramin diperbolehkan dalam
agama namun dalam batasan makanan yang dihalalkan oleh agama Islam. Jika
seseorang yang mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung tiramin dapat
memicu terjadi penyakit hipertensi. Hal ini disebabkan karena tiramin dapat
memicu pelepasan norepinefrin, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin
mengakibatkan vasokonstriksi pembuluh darah yang menyebabkan peninkatan
tekanan darah. (Berg T et al, 2013).
![Page 11: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/11.jpg)
Mengenai ketepatan penakaran dalam mengkonsumsi suatu zat Allah SWT
berfirman :
Artinya : “Hai Bani Adam,! bawalah perhiasanmu pada setiap waktu dan tempat shalat. Makanlah dan minumlah tapi jangan berlebih-lebihan, sungguh Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan”. (QS. Al-A’raaf (7) : 31).
Larangan yang ditegaskan pada ayat di atas adalah jangan berlebih-
lebihan, serta tidak melampaui batas. Segala sesuatunya adalah menurut
keperluan, sekadar memenuhi hajat hidup yang layak. Hal-hal yang dilakukan
berlebihan akan mengundang mudharat. Ayat tersebut juga menegaskan agar
mengatur pola hidup sederhana yang merupakan letak rahasia kesehatan dan
kebugaran. Resep sehat menyangkut kualitas dan kuantitas makanan yang
disampaikan Nabi adalah tengah-tengah, tidak berlebihan, tidak terlalu kenyang
sehingga tidak ada rongga kosong dalam ususnya. Porsinya, sepertiga untuk
makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk nafas (Zuhroni, 2008).
Allah berfirman :
![Page 12: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/12.jpg)
Artinya : “Wahai manusia makanlah oleh kamu makanan yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu adalah musuh kamu yang nyata” (QS. Al-Baqarah (2) : 168).
Makan dan minuman yang berlebih-lebihan itu, kecuali merusak
kesehatan, juga dapat melemahkan mental, mematikan cita-cita dan energi,
mengurangkan gairah untuk beribadah dan berbuat kebajikan. Sifat kehidupan
seorang muslim ialah makan dan minum secara sederhana, menurut kebutuhan
dan keperluan yang layak (Nasution, 1997).
Di samping tidak berlebihan, Nabi selalu menyiapkan makanannya dengan
seksama. Dalam mengkonsumsi makanan, Nabi tidak hanya dengan satu jenis
makanan sebagaimana biasa dilakukan masyarakat Arab saat itu, tetapi berganti-
ganti menu, seperti daging, buah-buahan, roti, kurma, dan sebagainya dengan
tetap tidak berlebihan sesuai dengan nafsu makannya, jika berselera memakannya,
jika tidak menginginkan maka tidak memakannya. Apa yang disarankan oleh para
ahli gizi ternyata sejalan dengan kebiasaan Nabi, karena tidak ada jenis bahan
makanan yang mengandung semua zat-zat gizi yang lengkap (karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, zat besi), maka diperlukan pemaduan jenis-jenis bahan makanan
agar kekurangan-kekurangan yang ada pada satu jenis makanan dapat ditutupi
oleh jenis-jenis bahan makanan lainnya (Zuhroni et al, 2003).
![Page 13: Bab III Mbot](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082505/55cf9335550346f57b9cc8b5/html5/thumbnails/13.jpg)
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Selain
terjadi peningkatan tekanan darah gejala klinis lain yang umumnya terjadi pada
penderita hipertensi yaitu pusing, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain. (Sudoyo dkk, 2009).
Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penyakit hipertensi akan
mengganggu aktivitas sehari-hari. Islam sangat menekankan untuk bekerja, rajin,
selalu beraktivitas, bekerja pagi-pagi, sebaliknya melarang bersikap lamban,
bermalas-malasan dan suka menunda-nunda pekerjaan.
Selain dapat mengganggu aktivitas sehari-hari, gangguan yang diakibatkan
oleh penyakit hipertensi, bagi seorang muslim khususnya, akan mengganggu
dalam melaksanakan ibadahnya. Tujuan ibadah adalah membersihkan dan
menyucikan jiwa dengan mengenal dan mendekatkan diri serta beribadat kepada-
Nya. Kedudukan ibadah di dalam Islam menempati posisi paling utama dan
menjadi titik sentral dari seluruh aktifitas muslim. Seluruh kegiatan muslim pada
dasarnya merupakan bentuk ibadah kepada Allah, sehingga apa saja yang
dilakukannya memiliki nilai ganda, yaitu nilai material dan nilai spiritual. Nilai
material adalah imbalan nyata yang diterima di dunia, sedangkan nilai spiritual
adalah ibadah yang hasilnya akan diterima di akhirat. Aktifitas yang bermakna
ganda inilah yang disebut amal saleh. Macam-macam ibadah khusus adalah shalat
termasuk di dalamnya taharah sebagai syaratnya, puasa, zakat, dan haji.
(Zuhroni et al, 2003).