bab iii metode penelitian a. desain...
TRANSCRIPT
33 Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah quasi-experimental dengan desain penelitiannya
non-equilvalent control group design. Quasi-experiment yang dimaksud dalam
penelitian terdapat dua kelas, yaitu kelas eksperimen DL dan kelas eksperimen
PBL yang pengelompokannya tidak secara acak, tetapi peneliti menerima keadaan
subjek apa adanya (Ruseffendi, 2005). Kelas eksperimen DL merupakan siswa
yang diberikan pembelajaran dengan Discovery Learning sedangkan kelas
eksperimen PBL merupakan siswa yang diberikan pembelajaran dengan Problem
Based Learning. Penelitian dilakukan pada siswa dari dua kelas yang memiliki
kemampuan setara dengan model pembelajaran yang berbeda. Dua kelas tersebut
diberikan tes awal (pretest) untuk kedua kelompok sebelum perlakuan diberikan,
kemudian setelah perlakuan diberikan kepada masing-masing kelompok, maka
diberikan tes akhir (posttest). Soal yang diberikan untuk pretes dan postes
merupakan soal yang serupa. Berikut merupakan gambaran desain penelitian.
O X1 O
O X2 O
Keterangan:
O : pretest dan posttest
X1 : Model Discovery Learning
X2 : Model Problem Based Learning
(Ruseffendi, 2005)
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kota Bandung
dengan sampel siswa SMP kelas VII. Pengambilan sampel dilakukan tidak secara
acak siswa, tetapi dengan menerima kelas seadanya yang telah diizinkan oleh
34
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sekolah. Dipilih dua kelas yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen DL dan
eksperimen PBL.
C. Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (2008), jika dilihat berdasarkan hubungan antar satu
variabel dengan variabel yang lain, maka jenis-jenis variabel dapat dibedakan
menjadi dua jenis variabel yaitu variabel bebas (independent variabel) dan
variabel terikat (dependent variabel). Dalam penelitian ini, variabel yang ada
terdiri atas variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y).
1. Variabel Bebas (X)
Sugiyono (2008) berpendapat bahwa variabel bebas merupakan variabel
yang akan mempengaruhi dan dapat dikatakan sebagai variabel sebab.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah: (1) model pembelajaran Problem Based Learning; (2) model
pembelajaran Discovery learning. Definisi model pembelajaran Discovery
learning dan Problem Based Learning yaitu:
Model Discovery Learning adalah pembelajaran yang membimbing siswa
dalam menemukan suatu konsep matemtika. Model pembelajaran Discovery
Learning terdiri dari beberapa langkah yaitu: 1) stimulasi/pemberian rangsangan;
2) pernyataan/identifikasi masalah; 3) pengumpulan data; 4) pengolahan data; 5)
pembuktian; 6) menarik kesimpulan/generalisasi.
Model Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah
adalah pembelajaran yang dimulai dengan menyiapkan masalah-masalah yang
relevan dengan konsep yang akan dipelajari. Pembelajaran PBL terdiri dari
beberapa tahapan yaitu: 1) orientasi siswa kepada masalah; 2) mengorganisasikan
siswa untuk belajar; 3) membimbing penyelidikan individu dan kelompok; 4)
mengembangkan dan menyajikan hasil karya; 5) menganalisa dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah.
35
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam pembahasan selanjutnya, model pembelajaran Problem Based
Learning disingkat dengan PBL, sedangkan model pembelajaran Discovery
learning disingkat dengan DL. PBL diberikan di kelas VIID dan DL diberikan di
kelas VIIC.
2. Variabel Terikat (Y)
Sugiyono (2010) berpendapat bahwa variabel terikat merupakan variabel
yang dipengaruhi oleh variabel bebas atau yang menjadi akibat dari variabel
bebas. Berdasarkan pengertian tersebut, maka yang menjadi variabel terikat
dalam penelitian ini adalah: (1) komunikasi matematis siswa; (2) kemandirian
belajar siswa. Definisi operasional kemampuan komunikasi maatematis dan
kemandirian belajar siswa yaitu:
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan: (1) menyatakan
suatu situasi atau ide-ide matematis dalam bentuk gambar, diagaram atau grafik;
(2) menganalisis dan mengevaluasi terhadap suatu informasi yang diberikan; (3)
menjelaskan konsep, ide atau persoalan dengan bahasa sendiri; (4) menyatakan
situasi atau ide-ide matematis ke dalam model matematika.
Kemandirian belajar siswa adalah sikap siswa terhadap dirinya dalam
belajar yang meliputi : inisiatif belajar; mendiagnosa kebutuhan belajar;
menetapkan tujuan belajar; memonitor, mengatur, dan mengontrol belajar;
memandang kesulitan sebagai tantangan; memanfaatkan dan mencari sumber
yang relevan; memilih dan menerapkan strategi belajar yang tepat; konsep diri.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen disusun dalam bentuk tes dan kuisioner/angket yang dijawab oleh
responden secara tertulis. Instrumen tersebut terdiri dari dua macam instrumen,
yaitu: (a) tes kemampuan komunikasi matematis; (b) angket skala sikap
kemandirian siswa.
36
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Tes kemampuan komunikasi matematis disusun dalam bentuk uraian. Tes
ini digunakan untuk mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa. Tes
kemampuan komunikasi matematis disusun dalam bentuk uraian. Adapun kisi-kisi
dari tes kemampuan komunikasi matematis sebagai berikut:
Tabel 3.1
Kisi-kisi Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
No Indikator
kemampuan
komunikasi
yang diukur
Indikator soal Soal
1 Kemampuan
menyatakan
suatu situasi
atau ide-ide
matematis
dalam bentuk
gambar,
diagram atau
grafik
Diberikan dua
himpunan. Siswa dapat
membuat diagram venn
dari himpunan tersebut.
Misalkan
Y = {bilangan prima yang
kurang dari 10} dan
Z = {bilangan asli kurang dari
10}. Gambarlah diagram Venn
yang memperlihatkan
hubungan antara kedua
himpunan diatas!
2 Kemampuan
menganalisis
dan
mengevaluasi
terhadap suatu
informasi
yang
diberikan
Diberikan beberapa
himpunan. Siswa dapat
menentukan
komplemen dari suatu
himpunan.
Jika A = {1,2}, B = {2, 3, 4},
dan S = {1,2,3,4,5}.
Benar atau salahkah pernyataan-
pernyataan berikut ?
a. (A B)C = A
C B
C
b. (A B)C = A
C B
C
c. (A B)C = (A B)
C
3 Kemampuan
menjelaskan
konsep, ide
atau persoalan
dengan
bahassa
Diberikan diagram
venn. Siswa dapat
menjelaskan diagram
venn tersebut.
Nyatakanlah daerah yang
37
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Indikator
kemampuan
komunikasi
yang diukur
Indikator soal Soal
sendiri
diarsir pada gambar diatas
dalam himpunan A dan
himpunan B!
4 Kemampuan
menyatakan
situasi atau
ide-ide
matematis ke
dalam model
matematika
Diberikan soal cerita
tentang irisan dua
himpunan. Siswa dapat
menyajikan data yang
ada pada soal dalam
bentuk simbol/bahasa
matematika dan
menentukan gabungan
kedua himpunan.
Dari seluruh siswa di kelas VII
A diketahui bahwa 22 siswa
gemar basket, 21 siswa gemar
volly dan 7 siswa gemar kedua-
duanya.
a. Nyatakan persoalan tersebut
dalam model matematika!
b. Tentukan banyaknya seluruh
siswa!
5 Kemampuan
menyatakan
situasi atau
ide-ide
matematis ke
dalam model
matematika
Diberikan soal cerita
tentang irisan dua
himpunan. Siswa dapat
menyajikan data yang
ada pada soal dalam
bentuk simbol/bahasa
matematika dan siswa
dapat menentukan
komplemen dari
gabungan kedua
himpunan tersebut.
Berdasarkan survey pada
sebuah kelas, terdapat 15 orang
anak gemar membaca novel,
20 orang anak gemar membaca
komik, dan 7 orang anak
gemar membaca keduanya.
Jika jumlah siswa dalam kelas
itu ada 30 orang,
a. Nyatakan persoalan tersebut
dalm model matematika!
Dapatkah kamu menentukan
banyaknya siswa yang gemar
membaca selain novel dan
komik?
6 Kemampuan
menjelaskan
konsep, ide
atau persoalan
dengan
bahassa
sendiri
Diberikan diagram
venn. Siswa dapat
menjelaskan diagram
venn tersebut.
Perhatikanlah gambar diatas!
Jika A = {1,2,3,..., 10)
B = {2,4,6,...20, dan
C= {1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 24}.
38
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Indikator
kemampuan
komunikasi
yang diukur
Indikator soal Soal
Nyatakanlah Operasi
himpunan dari diagram venn
yang diarsir diatas!
Pedoman penskoran tes kemampuan komunikasi matematis, menggunakan
pedoman yang diusulkan Cai, Lane dan Jakabcin (1996).
Tabel 3.2
Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Skor Kriteria
4 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar dan
tersusun secara logis
3 Penjelasan secara matematis masuk akal dan benar,
meskipun tidak tersusun secara logis dan ada sedikit
kesalahan
2 Penjelasan secara matematis masuk akal, namun hanya
sebagian yang lengkap dan benar
1 Hanya sedikit dari penjelasan yang benar. Hanya sedikit
model matematika yang benar. Jawaban salah
39
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Skor Kriteria
0 Tidak ada jawaban/salah menginterpretasikan
2. Skala Kemandirian Belajar Siswa
Angket kemandirian belajar diberikana kepada siswa di kelas eksperimen
DL dan eksperimen PBL terdiri dari 33 butir pernyataan diantaranya: 20
pernyataan positif dan 13 pernyataan negative. Skala kemandirian belajar ini telah
disesuaikan dengan indikator kemandirian belajar yang diadopsi dan dimodifikasi
dari skala kemandirian belajar siswa Sumaarmo (2013)
Angket kemandirian belajar siswa yang dibuat berpedoman pada bentuk
skala sikap Likert. Ada lima kategori pada skala likert, yaitu Sangat Setuju (SS),
Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kisi-kisi dari
angket kemandirian belajar siswa yaitu:
Tabel 3.3
Kisi-kisi Angket Kemandirian Belajar Siswa
No Indikator Keterangan
Nomor
Pernyataan
Positif Negatif
1. Inisiatif Belajar Menunjukkan Siswa memiliki inisiatif
dalam belajar
2,3 1,4
2. Mendiagnosa
kebutuhan
belajar
Menunjukkan Siswa mampu
mendiagnosa kebutuhan belajar
5,7,9 6,8
3. Menetapkan
tujuan/target
belajar
Menunjukkan Siswa memiliki
tujuan/target belajar
10, 11 12
4. Memonitor,
mengatur, dan
mengkontrol
belajar
Menunjukkan Siswa dapat memonitor,
mengatur dan mengkotrol belajar
13,15, 14,
5. Memandang
kesulitan
sebagai
tantangan
Menunjukkan Siswa memandang
kesulitan sebagai tantangan
16, 18,
19
17
6. Memanfaatkan
dan mencari
Menunjukkan Siswa dapat
memanfaatkan dan mencari sumber
20, 22, 21
40
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
No Indikator Keterangan
Nomor
Pernyataan
Positif Negatif
sumber yang
relevan
yang relevan
7. Memilih,
menerapkan
strategi belajar
Menunjukkan Siswa dapat memilih,
menerapkan strategi belajar
23,24 25
8. Mengevaluasi
proses dan hasil
belajar
Menunjukkan Siswa mampu
mengevaluasi proses dan hasil belajar
28, 26,27
9 Konsep diri Menunjukkan Siswa memiliki kosep
diri
29,30,
33
31, 32
E. Teknik Analisis Instrumen
Bahan tes diambil dari materi pelajaran Matemtika yang berkaitan dengan
soal tes kemampuan komunikasi matematis. Sebelum soal instrumen digunakan
dalam penelitian, soal tersebut diujicobakan terlebih dahulu pada siswa yang telah
memperoleh materi yang berkenaan dengan yang akan diteliti. Ujicoba dilakukan
untuk mendapatkan alat ukur yang sesuai. Data yang diperoleh dari hasil ujicoba
tes kemampuan komunikasi matematis ini dianalisis untuk mengetahui reliabilitas,
validitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran tes. Data diolah dengan
menggunakan bantuan Anates V.4 for Windows.
1. Analisis Validitas Instrumen
Suatu alat evaluasi disebut valid (absah atau sahih) apabila alat tersebut
mampu mengevaluasi apa yang seharusnya dievaluasi (Suherman, 2003). Oleh
karena itu, keabsahannya tergantung pada sejauh mana ketepatan alat evaluasi itu
dalam melaksanakan fungsinya. Dengan demikian suatu alat evaluasi disebut
valid jika ia dapat mengevaluasi dengan tepat sesuatu yang dievaluasi itu
(Suherman, 2003). Dalam penelitian ini, untuk memperoleh suatu instrumen yang
dapat mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa dengan baik dilakukan
dengan menggunakan validitas logis dan validitas empirik.
a) Validitas Logis
41
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Validitas logis atau validitas teoritik untuk sebuah instrumen evaluasi
menunjuk pada kondisi bagi sebuah instrumen yang memenuhi persyaratan valid
berdasarkan teori dan ketentuan yang ada. Pertimbangan terhadap soal tes
kemampuan komunikasi matematis berkenaan dengan validitas muka dan
validitas isi. Validitas muka dilakukan dengan melihat dari sisi muka atau
tampilan dari instrumen itu sendiri (Suherman, 2003). Validitas muka dalam
penelitian ini dilakukan dengan melihat apakah kalimat atau kata-kata dari
instrumen tes yang digunakan sudah tepat dan layak digunakan sehingga tidak
menimbulkan tafsiran lain termasuk juga kejelasan gambar dan soal. Sedangkan
validitas isi berkenaan dengan keshahihan instrumen tes dengan materi yang akan
ditanyakan, baik tiap butir soal maupun menurut soalnya secara keseluruhan. Jadi
validitas isi instrumen tes dalam penelitian ini dilakukan dengan membandingkan
antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang diajarkan, serta dengan melihat
kesesuain dengan indikator kemampuan yang diamati.
Validitas muka dan isi dalam penelitian ini dilakukan dengan meminta
pertimbangan ahli (judgment) yang berkompeten dengan kemampuan dan materi
yang dipelajari, dalam hal ini yang bertindak sebagai ahli. Setelah instrumen tes
dianalisis validitas logisnya, instrumen tes kemudian dilakukan uji coba.
b) Validitas Empiris
Validitas empiris adalah validitas yang ditinjau dengan kriteria tertentu.
Kriteria ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya koefisien validitas alat
evaluasi yang dibuat melalui perhitungan korelasi product moment dengan
menggunakan angka kasar (Arikunto, 2010) yaitu:
r xy ∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan :
rxy = Koefisian korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Skor siswa suatu butir tes
42
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Y = Jumlah skor total suatu butir tes
N = Jumlah subyek
Dengan mengambil taraf signifikan 0,05 dan taraf kebebasan (dk) = n – 2 ,
sehingga didapat kemungkinan interpretasi:
(i) Jika thit ≤ ttabel , maka soal tidak valid
(ii) Jika thit > ttabel , maka soal valid
Dengan ketentuan klasifikasi koefisien korelasi validitas sebagai berikut:
Tabel 3.4
Klasifikasi Koefisien Korelasi Validitas
Koefisien Validitas Interpretasi
0,90 ≤ rxy ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,70 ≤ rxy < 0,90 Tinggi
0,40 ≤rxy < 0,70 Sedang
0,20 ≤ rxy < 0,40 Rendah
0,00 ≤ rxy < 0,20 Sangat Rendah
rxy < 0,00 Tidak Valid
Sumber : Guilford (Suherman, 2003)
Pengujian Validitas tes dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan software Anates V.4 for Windows untuk soal uraian.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran, validitas dari soal uji coba
instrumen tes komunikasi matematis adalah sebagai berikut:
Tabel 3.5
Validitas Soal Tes Komunikasi Matematis
Jenis Tes Nomor
Soal
Koefisien
Korelasi Interpretasi Tabel Validitas
Komunikasi
Matematis
1 0,673 Signifikan Valid
2a 0,617 Signifikan Valid
2b 0,768 Signifikan Valid
2c 0,757 Signifikan Valid
3 0,632 Signifikan Valid
4a 0,782 Signifikan Valid
43
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis Tes Nomor
Soal
Koefisien
Korelasi Interpretasi Tabel Validitas
4b 0,801 Signifikan Valid
5a 0,792 Signifikan Valid
5b 0,729 Signifikan Valid
6 0,413 Tidak signifikan Tidak valid
Berdasarkan Tabel 3.3 di atas, dapat dilihat hasil uji coba dari 6 soal yang
mengukur kemampuan komunikasi matematis, terdapat 5 soal yang valid dan 1
soal yang tidak valid.
2. Analisis Reabilitas Instrumen
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat
dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap. Jadi pengertian reliabilitas tes, berhubungan dengan
masalah ketetapan hasil tes (Arikunto, 2010). Suatu alat evaluasi disebut reliabel
jika hasil evaluasi tersebut relatif tetap jika digunakan untuk subjek yang sama.
Rumus yang digunakan untuk menghitung reliabilitas tes ini adalah rumus
Cronbach’s Alpha (Arikunto, 2010).
[
]
∑
Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen
∑σi2 = Jumlah varians skor suatu butir tes
σt2 = Varians total
n = Banyaknya butir tes
Dengan ketentuan klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut:
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
Besarnya nilai r11 Interpretasi
0,80 < r11 ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi
0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup
0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah
44
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
r11 ≤ 0,20 Sangat rendah
Sumber : Guilford (Suherman, 2003)
Pengujian reliabilitas tes dilakukan dengan bantuan software Anates V.4
for Windows untuk soal uraian. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran,
reliabilitas dari soal uji coba kemampuan komunikasi matematis adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.7
Reliabilitas Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Jenis Tes Koefisien Reliabilitas Tingkat Reliabilitas
Komunikasi Matematis 0,92 Sangat Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.5 di atas, dapat dilihat bahwa reliabilitas untuk soal
yang mengukur kemampuan komunikasi matematis siswa termasuk ke dalam
kategori sangat tinggi.
3. Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya
suatu soal tes (Arikunto, 2010). Tingkat kesukaran untuk soal uraian dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
(Suherman , 2003)
Keterangan:
IK = Indeks Kesukaran
= rata-rata skor kelompok atas dan kelompok bawah
b = bobot, nilai maksimal soal
Ketentuan klasifikasi tingkat kesukaran soal sebagai berikut:
Tabel 3.8
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Kriteria Tingkat
Kesukaran
Interpretasi
IK0,00 Soal Sangat Sukar
0,00 IK 0,30 Soal Sukar
0,30 IK ≤ 0,70 Soal Sedang
0,70 IK 1,00 Soal Mudah
45
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
IK = 1,00 Soal Sangat Mudah
Sumber: (Suherman, 2003)
Perhitungan tingkat kesukaran dilakukan dengan bantuan software Anates
V.4 for Windows untuk soal uraian. Berdasarkan hasil perhitungan yang tertera
pada lampiran, tingkat kesukaran dari soal uji coba kemampuan komunikasi
matematis adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9
Tingkat Kesukaran Soal Tes Komunikasi Matematis
Jenis Tes Nomor
Soal
Indeks
Kesukaran
Interpretasi
Kesukaran
Komunikasi
Matematis
1 0,652 Sedang
2a 0,694 Sedang
2b 0,597 Sedang
2c 0,569 Sedang
3 0,416 Sedang
4a 0,444 Sedang
4b 0,472 Sedang
5a 0,444 Sedang
5b 0,408 Sedang
6 0,291 Sukar
Tabel 3.7 di atas, menyajikan tingkat kesukaran suatu soal. Berdasarkan
tabel tersebut, dapat dilihat bahwa soal tes nomor 6 yang mengukur kemampuan
komunikasi matematis tergolong ke dalam kategori sukar, ini tidak berarti bahwa
soal yang diberikan memang benar-benar sukar, tetapi lebih dikarenakan
jarangnya siswa mendapatkan soal-soal dengan karakteristik komunikasi
matematis. Sedangkan untuk soal lainnya tergolong pada kategori sedang.
4. Analisis Daya Pembeda
Daya pembeda sebuah butir soal tes adalah kemampuan butir soal itu untuk
membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah (Suherman, 2003). Daya pembeda butir soal dapat
diketahui dengan melihat besar kecilnya angka indeks diskriminasi item. Rumus
yang digunakan untuk menentukan daya pembeda adalah :
……………(Suherman, 2003)
46
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Keterangan:
DP = Daya pembeda
A = skor rata-rata kelas atas
B = skor rata-rata kelas bawah
b = bobot
Ketentuan klasifikasi interpretasi daya pembeda soal sebagai berikut:
Tabel 3.10
Klasifikasi Daya Pembeda Tes
Kriteria Daya
Pembeda
Interpretasi
0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
0,40 < DP ≤ 0,70 Baik
0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek
DP ≤ 0,00 Sangat Jelek
Sumber: (Suherman, 2003)
Perhitungan daya pembeda instrumen dilakukan dengan bantuan software
Anates V.4 for Windows untuk soal uraian. Berdasarkan hasil perhitungan dengan
menggunakan software Anates V.4 for Windows seperti yang tertera pada
lampiran, daya pembeda dari soal uji coba kemampuan komunikasi matematis
adalah sebagai berikut:
Tabel 3.11
Daya Pembeda Soal Tes Komunikasi Matematis
Jenis Tes Nomor
Soal
Indeks
Daya
Pembeda
Interpretasi
Validitas
Komunikasi
Matematis
1 0,361 Cukup
2a 0,500 Baik
2b 0,750 Sangat baik
2c 0,694 Baik
3 0,444 Baik
4a 0,555 Baik
4b 0,555 Baik
5a 0,611 Baik
5b 0,694 Baik
47
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Jenis Tes Nomor
Soal
Indeks
Daya
Pembeda
Interpretasi
Validitas
6 0,472 Baik
Dari Tabel 3.9 terlihat daya pembeda untuk soal kemampuan komunikasi
matematis memiliki daya pembeda dari kategori cukup, baik dan sangat baik.
F. Skala Kemandirian Belajar Siswa
Perhitungan skor angket kemandirian belajar siswa menggunakan
Microsoft office excel 2013 dan berbantuan IBM SPSS 21. Sebelum instrumen
digunakan dilakukan uji validitas menggunakan uji Spearmann dan reliabilitasnya
menggunakan Cronbach’s Alpha, berdasarkan hasil analisis angket semua
pernyataan memiliki skor sig 0,05. Artinya pernyataan valid. Hasil
signifikan dari data angket dapat dilihat di lampiran.
G. Prosedur Penelitian
Prosedur pada penelitian ini terdiri dari tiga tahapan yaitu tahap
pendahuluan, tahap pelaksanaan, tahap pengumpulan data. Uraian dari ketiga
tahap tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan penelitian meliputi tahap-tahap penyusunan proposal, dan
seminar proposal, menetapkan jadwal kegiatan dan materi pelajaran
matematika, penyusunan instrumen penelitian (silabus, RPP, lembar kerja
siswa, skala kemadirian belajar siswa, soal tes kemampuan komunikasi
matematis), pengujian instrumen dan perbaikan instrumen.
b. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan penelitian meliputi tahap implementasi instrumen dan
tahap pengumpulan data. Untuk siswa kelas VIIC belajar melalui model
48
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pembelajaran Discovery Learning, sedangkan kelas VIID belajar melalui
model pembelajaran Problem Based Learning.
c. Tahap pengumpulan data
Tahap penulisan laporan meliputi tahap pengolahan data, analisis data, dan
penyusun laporan secara lengkap. Berikut ini adalah tahapan – tahapan yang
dilakukan dalam penelitian :
Identifikasi Masalah
Penyusunan Bahan Ajar
Uji Coba Instrumen
Penyusunan Instrumen
Analisis validitas, Reliabilitas,Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda
Pelaksanaan Penelitian
Tes Awal (Pretest)
Pembelajaran matematika dengan
model Problem based Learning
Pembelajaran matematika dengan
model Discovery Learning
Tes Akhir (Post test)
Perlakuan Pembelajaran
Analisis Data
49
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
H. Teknik Pengumpulan Data
Data yang berkaitan dengan kemampuan awal matematis siswa diambil
melalui nilai UTS siswa. Untuk data kemampuan komunikasi matematis
dikumpulkan melalui pretes dan postes. Pretes diberikan pada kedua kelas sampel
sebelum diberi perlakuan, dan postes juga diberikan pada kedua kelas sampel
setelah diberikan perlakuan. Selanjutnya, data yang berkaitan dengan kemandrian
belajar siswa dikumpulkan melalui angket.
I. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data kuantitatif. Untuk itu
pengolahan terhadap data yang telah dikumpulkan, dilakukan secara kuntitatif.
Data-data kuantitatif diperoleh dalam bentuk hasil uji instrumen, data pretes,
postes, N-Gain serta skala kemandirian siswa. Data hasil uji instrumen diolah
dengan software Anates V.4 for Windows untuk memperoleh validitas, reliabilitas,
daya pembeda serta derajat kesukaran soal. Sedangkan data hasil pretes, postes,
N-Gain dan skala sikap kemandirian belajar siswa diolah dengan bantuan program
Microsoft Excel dan software SPSS Versi 21 for Windows.
1. Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematis
Hasil tes kemampuan komunikasi matematis digunakan untuk menelaah
perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa yang belajar
melalui model pembelajaran PBL dan DL. Data yang diperoleh dari hasil tes
kemampuan komunikasi matematis diolah melalui tahapan sebagai berikut:
Kesimpulan
Gambar 3.1
Prosedur Penelitian
50
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1) Memberikan skor jawaban siswa sesuai dengan kunci jawaban dan pedoman
penskoran yang digunakan.
2) Menentukan skor peningkatan kemampuan komunikasi matematis dengan
rumus gain ternormalisasi (Meltzer, 2002) yaitu:
Gain ternormalisasi ini untuk melihat mutu peningkatan kompetensi yang
terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran.
Hasil perhitungan gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan
klasifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.12
Klasifikasi Gain Ternormalisasi
Besarnya Gain (g) Klasifikasi
g ≥ 0,70 Tinggi
0,30 ≤ g < 0,70 Sedang
g < 0,30 Rendah
3) Menyajikan statistik deskriptif skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain
yang meliputi skor terendah (Xmin), skor tertinggi (Xmaks), rata-rata ,
dan simpangan baku (S).
4) Melakukan uji normalitas pada data pretes dan N-Gain kemampuan
komunikasi matematis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui
normal atau tidaknya distribusi data yang menjadi syarat untuk
menentukan jenis statistik yang digunakan dalam analisis selanjutnya.
Hipotesis yang diuji adalah:
H0 : data pretes berdistribusi normal
H1 : data pretes berdistribusi tidak normal
Uji normalitas ini menggunakan statistik uji yaitu Kolmogorov- Smirnov
atau Shapiro-Wilk.
Kriteria pengujian, jika nilai signifikansi > α maka H0 diterima.
51
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5) Menguji homogenitas varians data skor pretes dan N-Gain kemampuan
komunikasi matematis. Pengujian homogenitas antara dua kelompok data
dilakukan untuk mengetahui apakah varians kedua kelompok homogen
atau tidak homogen.
Adapun hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : data pretes kedua kelompok homogen
H1 : data pretes kedua kelompok tidak homogen
Uji statistiknya menggunakan Uji Levene. Kriteria pengujian H0 diterima
apabila nilai signifikansi > taraf signifikansi (α = 0,05).
6) Setelah data memenuhi syarat normal dan homogen, selanjutnya dilakukan
uji kesamaan rataan skor pretes menggunakan uji-t yaitu Independent
Sample T-Test. Apabila data berdistribusi normal tetapi tidak homogen
maka digunakan uji-t'. Apabila data berdistribusi tidak normal maka
digunakan kajian statistik non parametric yaitu menggunakan uji Mann-
Whitney U.
7) Melakukan uji perbedaan peningkatan kemampuan komunikasi matematis
siswa yang belajara melalui model pembelajaran PBL dan DL berdasarkan
kategori kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah). Uji
statistik yang digunakan adalah analysis of variance (ANOVA) dua jalur
dilanjutkan uji Tukeyuntuk melihat letak perbedaanya. Selain itu uji
ANOVA dua jalur ini juga untuk melihat interaksi antara model
pembelajaran dan KAM terhadap kemampuan komunikasi matematis
siswa.
2. Data Skala Kemandirian Belajar Siswa
Skor skala kemandirian belajar siswa berbentuk ordinal. Data skor skala
kemandirian belajar dianalisis menggunakan IBM SPSS 21. Untuk melihat
terdapat perbedaan kemandirian belajar atau tidak antara siswa kelas DL dan kelas
PBL dilakukan uji Mann Whitney. Uji Mann Whitney merupakan uji
nonparametrik yang paling kuat sebagai pengganti uji-t dengan asumsi yang
52
Ema Sulistiowati, 2015 Penggunaan media himpunan garis untuk meningkatkan kemampuan siswa tunagrahita ringan dalam memahami konsep pembagian bilangan bulat sampai 20 Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
mendasarinya ialah, jenis skalanya ordinal. Uji Mann Whitney dilakukan dengan
taraf signifikan .