bab iii pembahasan - repository.bsi.ac.id … · dan atau sebelumnya dipakai sebagai nama salah...
TRANSCRIPT
28
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Tinjuan Perusahaan
3.1.1. Sejarah
Pada awal pelaksanaan tugas Kabinet Persatuan Pembangunan era
pemerintahan Presiden Gus Dur (periode 1999-2004) dalam susunan kabinet yang
ditetapkan, nama organisasi Departemen Kehakiman diganti menjadi Departemen
Hukum dan Perundang-undangan, sesuai dengan Keputusan Presiden Nomor 136
Tahun 1999 tentang Kedudukan, Fungsi, Tugas, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja
Departemen.
Nama organsasi Departemen Hukum dan Perundang-undangan diambil dari
dan atau sebelumnya dipakai sebagai nama salah satu unit satuan eselon I pada
Departemen Kehakiman, yaitu Direktorat Jenderal Hukum dan Perundang-undangan.
Hal ini berakibat pada visi, misi, rencana strategis, program kerja dan pelaksanaan
yang akan ditetapkan kemudian. Oleh karena itu terjadi pengembangan dan
pemekaran organisasi dan tata kerja secara menyeluruh baik ditingkat satuan kerja
unit eselon I, II, III, maupun IV. Dengan adanya nomenklatur yang sama antara
Departemen dengan unitnya, maka nomenklatur Direktoral Jenderal Hukum dan
Perundang-undangan harus diadakan perubahan.
29
Pada 5 April 2000, Menteri Hukum dan Perundang-undangan mengeluarkan
Keputusan Menteri Hukum dan Perundangan-undangan Nomor M.03-PR.07.10
Tahun 1999 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Hukum dan Perundang-
undangan. Dengan keputusan Menteri ini Direktorat Hukum dan Perundang-
undangan dimekarkan menjadi 2(dua) Direktorat Jendral baru yaitu Direktorat
Jenderal Perundang-undangan dan Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum
pada tingkat satuan unit eselon I. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung posisi dan
peran Departemen Hukum dan Perundang-undangan sebagai law centre serta untuk
meningkatkan pelayanan hukum pada masyarakat, karena beban pekerjaan Direktorat
Jenderal Hukum dan Perundang-undangan, baik yang bersifat substantive maupun
teknis, sangat kompleks dan bervariasi.
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum hanya akan menangani dan
melaksanakan tugas dan fungsi yang bersifat pelayanan. Sedangkan Direktorat
Jenderal Perundang-undangan akan menangani dan melaksanakan tugas dibidang
penyusunan peraturan perundang-undangan.
Nama Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dipilih karena
mencakup tujuan dan sasaran yaitu melaksanakan tugas terhadap pelayanan hukum
pada masyarakat, dengan pertimbangan teknis bahwa bidang pelayanan hukum yang
terdiri dari Direktorat Perdata, Direktorat Pidana, Direktorat Tata Negara, dan
Direktorat Hukum Internasional mencakup hampir semua bidang hukum secara
umum.
30
Pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum terdapat 1(satu)
Sekertariat dan 5(lima) Direktorat yang kedudukannya setingkat eselon II. Penjabaran
lebih lanjut organisasi dan tata kerja Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
terdapat dalam Keputusan Menteri Hukum dan Perundang-undangan dan dari
hitungan jumlah unit organisasi tidak mengalami perubahan. Namun dari segi
substansi pelaksanaan tugas mengingat pertimbangan beban kerja dan fungsi
daktiloskopi yang semakin meningkat, maka dikembangkan menjadi satuan
organisasi setingkat eselon II (Direktorat). Hal ini tentunya amat berpengaruh
terhadap unit satuan kerja yang berada dibawahnya.
Berdasarkan Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 29
Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia Republik Indonesia, Direktorat Daktiloskopi diganti dengan Direktorat
Teknologi dan Informasi. Dengan demikian, jumlah unit satuan kerja setingkat eselon
II pada Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum sama dengan sebelum
adanya pemekaran. Hal yang baru adalah Sub Direktorat Teknologi Informasi yang
melaksanakan sebagian tugas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
dibidang teknologi informasi.
Alamat Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum Kementerian Hukum
dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Gedung Direktorat Jenderal Administrasi
Hukum Umum Jalan HR. Rasuna Said Kav 6-7 Kuningan, Jakarta Selatan, DKI
Jakarta 12940 Indonesia.
31
3.1.3. Visi dan Misi
1. Visi dari Ditjen AHU adalah :
Visi dari Ditjen AHU adalah “Masyarakat Memperoleh Kepastian Hukum.,
menciptakan supremasi hukum, dan memberdayakan masyarakat untuk sadar
hukum dan hak asasi manusia, memperkuat manajemen dan kelembagaan
nasional”.
2. Misi dari Ditjen AHU adalah :
Untuk mencapai visi tersebut, Ditjen AHU memiliki misi, yaitu :
a. Melindungi Hak Asasi Manusia.
b. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan mampu menjawab kebutuhan
masyarakat dan perkembangan global secara tepat waktu.
c. Seluruh masyarakat terutama kelompok rentan dan minoritas memperoleh
perlindungan dan pemenuhan atas hak asasinya.
d. Seluruh perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pelaporan dilakukan
secara tepat waktu dan terintegrasi serta berdasarkan data yang akurat.
e. Seluruh unit kerja memenuhi standar pelayanan prima dan mencapai target
kinerjanya dengan administrasi yang akuntabel.
32
3.1.3. Logo
Sumber : ahu.go.id
Gambar III.1
Logo AHU
Makna :
Logo ini diberi nama “BANGKUMHAMNAS”, logo ini memberikan makna
bahwa Pembangunan Hukum dan HAM Nasional terus tumbuh dalam rangka menuju
negara kesejahteraan (welfare state) yang mengayomi dan melindungi seluruh rakyat
dan tanah air.
BANGKUMHAMNAS juga bermakna kepastian hukum, perlindungan
hukum serta keadilan untuk segenap rakyat Indonesia (justice for all) dalam
33
pengertian secara filosofis bersandar pada adagium “The Greatest Happiness for the
Greatest Number.”
BANGKUMHAMNAS selain itu juga bermakna tujuan hukum yang paling
mendasar yaitu tercapainya keadilan, kebenaran, keamanan, dan ketertiban.
Kombinasi kedua variabel ini (keadilan dan ketertiban) adalah pilar utama negara
hukum karena tidak mungkin tercipta keadilan dan ketidaktertiban.
Pemaknaan :
1. Lima bentuk ½ lingkaran (Pancasila).
2. Kehidupan dan kebijaksanaan nilai trasenden yang membumi. (Pertumbuhan
keatas = trasenden & akar>horizontal = material).
3. Pilar Kiri melambangkan demokrasi.
4. Pilar Tengah melambangkan Negara Hukum, keadilan dan ketertiban.
5. Pilar Kanan melambangkan HakAsasiManusia.
6. Pilar-pilar tersebut menopang Pancasila sebagai landasan falsafah negara.
7. Warna Biru Tua :warna dasar yang melambangkan kepercayaan, keamanan,
keteraturan, kedalaman jati diri bangsa, percaya diri, ketertiban, kewibawaan,
dan inovasi teknologi (wawasan dan cakrawala yang luas).
8. Warna Emas pada logo melambangkan keagungan, keluhuran, dan
kewibawaan.
34
3.1.4. STRUKTUR ORGANISASI
Sumber : ahu.go.id
Gambar III.2
Struktur organisasi Ditjen AHU
35
Sumber : ahu.go.id
Gambar III.3.
Struktur organisasi Ditjen AHU bagian Sekertariat
36
3.1.5. TUGAS DAN FUNGSI HUMAS
1. Tugas
Bagian Hubungan Masyarakat Direktorat Jenderal Administrasi Hukum
Umum mempunyai tugas :
a. Melaksanakan penyiaran pembinaan hubungan masyarakat.
b. Menyebarkan pemberitaan dan memberikan layanan informasi serta
dokumentasi dilingkungan Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum.
c. Mengelola website ahu.go.id dan membuat newsletter AHU.
d. Melakukan perjalanan dinas dan surat-menyurat.
2. Fungsi
Dalam menjalankan tugasnya, bagian humas Direktorat Jenderal Administasi
Hukum Umum mempunyai fungsi :
a. Pelaksanaan peliputan dan penyajian berita.
b. Pelaksanaan falilitas hubungan pers, media massa dan analisa berita.
c. Pelaksanaan layanan informasi dan fasilitas penanganan permohonan
informasi.
d. Pengelolaan arsip, dokumentasi, dan perpustakaan.
37
3.2. PROSES KERJA HUMAS
3.2.1. Perencanaan
Hal pertama yang perlu dilakukan sebelum membuat sebuah kegiatan adalah
perecanaan. Seperti halnya pihak Humas Direktorat Jenderal Administrasi Hukum
Umum yang melakukan perencanaan sebelum melakukan atau membuat sebuah
kegiatan.
1. Analisa Situasi
Menurut Key Informan Bapak Andri Irwan, situasi di masyarakat saat ini
masih banyak yang belum tahu mengenai bagaimana peran dan fungsi dari Direktorat
Jenderal Administrasi Hukum Umum. Sebagian masyarakat belum mengerti tentang
tata cara mengurus proses legalisasi, sehingga cukup banyak masyarakat yang
mengira bahwa mengurus proses legasisasi adalah hal yang rumit dan membutuhkan
waktu yang cukup lama serta merepotkan.
Oleh karena itu, untuk membantu masyarakat dalam menangani permasalahan
tersebut dan untuk mengubah stigma di mata masyarakat, Sub Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum menyelenggarakan kegiatan berupa pemberian
informasi, pengertahuan, pemahaman atas peran, dan fungsi Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum. Salah satunya yaitu melalui kegiatan Mal Pelayanan
Publik yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum dan juga
atas respon terhadap permintaan dari Gubernur DKI Jakarta saat itu Bapak Djarot
Syaiful Hidayat. Melalui kegiatan tersebut, Humas Direktorat Jenderal Adminstrasi
38
Hukum Umum dapat langsung berinteraksi dengan masyarakat umum yang hendak
mengurus proses legalisasi dan memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat
yang masih belum mengerti atau masih belum terlalu paham tentang bagaimana
proses pengurusan legaliasi di AHU.
Adapun SWOT dari Direktorat Jenderal Adminstrasi Hukum Umum :
a. Strength (Kekuatan)
1) Merupakan sub unit dibawah Kementerian Hukum dan HAM Republik
Indonesia.
2) Memiliki sistem pelayanan hukum yang sudah berbasis IT.
3) Memiliki fungsi dan tugas memberikan pelayanan masyarakat yang
berintegrasi.
b. Weakness (Kelemahanan)
1) Banyaknya jumlah pegawai menyebabkan lemahnya pengawasan.
2) Luasnya wilayah kerja menyebabkan lamanya waktu penyelesaian suatu
pekerjaan.
3) Pengelolaan IT yang belum maksimal.
c. Opportunity (Peluang)
1) Satu dari dua sub unit Kementerian Hukum dan HAM yang bersifat
memberikan pelayanan langsung (selain Ditjen Imigrasi) memberikan
peluang kepada Ditjen AHU untuk menjadi sub unit dari kementerian
Hukum dan HAM yang memiliki nilai lebih dimata masyarakat
2) Keinginan masyarakat yang selalu menginginkan pelayanan maksimal bisa
memberi peluang bagi Ditjen AHU untuk terus memberi pelayanan yang
39
terbaik
d. Threath (Ancaman)
1) Stigma masyarakat yang masih memandang bahwa kepengurusan di
instansi pemerintahan terlalu rumit dan memakan waktu lama sehingga
membuat mereka enggan mengurus keperluan di instansi pemerintahan.
2) Terkadang masih adanya oknum-oknum tidak bertanggungjawab yang bisa
membuat menurunnya citra instansi.
Adapun SWOT dari kegiatan Mal Pelayanan Publik yang diikuti oleh
Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum adalah :
a. Strength (Kekuatan)
1) Mal Pelayanan Publik terselenggara atas kerjasama pihak pemerintah pusat
dan pemerintah provinsi DKI Jakarta.
2) Memudahkan masyarakat yang akan mengurus berbagai keperluan
mengenai administrasi.
3) Lokasi MPP strategis.
b. Weakness (Kelemahan)
1) Karena terlalu banyak pusat layanan yang tersedia bisa membuat
masyarakat bingung.
2) Sosialasi MMP yang masih belum maksimal.
c. Opportunity
1) Keinginan masyarakat yang menginginkan kemudahan dalam mengurus
berbagai hal yang berhubungan dengan instansi pemerintahan.
2) Dengan kemajuan teknologi saat ini memungkinkan AHU dalam
40
melakukan pelayanan yang maksimal melalui MPP.
d. Treath (Ancaman)
1) Karena sistem dalam MPP rata-rata berbasis online, maka ancaman yang
terjadi adalah apabila terjadi sistem down, maka hal tersebut akan
mengganggu proses kerja dan pelayanan yang ada.
2) Masih memungkinkan adanya peluang ruang suap oleh oknum-oknum
yang tidak bertanggungjawab.
2. Tujuan
Berdasarkan analisa situasi dan juga berdasarkan informasi yang penulis
peroleh dari Key Informan, kegiatan Mal Pelayanan Publik ini memiliki beberapa
tujuan, antara lain :
a. Memberikan informasi kepada masyarakat yang belum mengetahui proses
pengurusan legalisasi di Ditjen AHU.
b. Mempermudah dan membantu masyarakat dalam pengurusan legalisasi.
c. Agar lebih dekat dengan masyarakat.
d. Serta untuk mengubah citra lembaga yang bergerak dibidang pembangunan
dan HAM dengan sedemikian rupa agar mengurangi sikap apatis masyarakat
terhadap lembaga/instansi pemerintahan.
Seperti penuturan dari key informan :
“Yang pertama jelas untuk meningkatkan pelayanan, terus tentunya juga
untuk sosialisasi ke masyarakat dan supaya masyarakat lebih mudah kalau
mau mengurus admistrasi, terutama untuk AHU Online.”
41
3. Target
Sasaran atau target khalayak dari kegiatan ini secara umum adalah publik
eksternal/masyarakat yang akan melalukan layanan administrasi hukum umum.
Secara detailnya :
a. Demogfis
Secara demografis yang menjadi target dari kegiatan ini adalah laki-laki
maupun perempuan, usia tidak dibatasi, tetapi tidak mungkin untuk usia anak
dibawah 17 tahun.
Seperti informasi dari key informan :
“ya ini untuk siapa saja yang mau mengurus administrasi ya mas, untuk
usianya ya tidak dibatasi. Cuma masa iya anak-anak, kan tidak mungkin.”
b. Geografis
Secara geografis yang menjadi target dari kegiatan ini adalah mereka yang
berdomisili di wilayah DKI Jakarta.
Seperti informasi dari key informan :
“ini sih untuk yang berada di wilayah DKI saja. Kan MPP ini juga sudah ada
di beberapa kota di Indonesia.”
4. Pesan
Menurut Key Informan adapun pesan yang ingin disampaikan melalui
kegiatan ini adalah agar layanan AHU ini bisa terintegrasi dan masyarakat bisa
memanfaatkannya dengan baik. Selain itu, dengan turut hadir dalam kegiatan Mal
Pelayanan Publik, Ditjen AHU berharap bisa terus meningkatkan pelayanannya agar
42
bisa dekat dengan masyarakat dan agar masyarakat bisa sadar dan taat administrasi.
Seperti penuturan key informan :
“agar layanan AHU ini terintegrasi dan semoga masyarakat bisa
memanfaatkannya dengan baik dan juga makin banyak masyarakat yang mau
mengurus administrasi dan sadar akan hukum.”
5. Strategi dan Taktik
Adapun strategi dan taktik yang diterapkan dalam oleh humas Direktorat
Jendral Administrasi Hukum Umum dalam kegiatan Mal Pelayanan Publik adalah :
Tabel III.1.
Strategi dan Taktik Ditjen AHU
STRATEGI TAKTIK
Sosialisasi
Memberi informasi kepada masyarakat
Membuka stand
Menjelaskan secara langsung apabila ada
masyarakat yang ingin bertanya
Pelayanan
Memberikan pelayanan AHU Online
Memberikan pelayanan sebaik mungkin
dan melayani dengan ramah
Melayani dengan cepat dan
menempatkan orang yang berkompeten
agar pelayanan berjalan dengan baik
43
6. Media
Adapun media publikasi yang digunakan oleh Direktorat Jenderal
Administrasi Hukum Umum dalam kegiatan ini adalah :
a. Melalui website resmi Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum yaitu
ahu.go.id.
Sumber : ahu.go.id
Gambar III.4
Media publikasi melalui website ahu.go.id
44
b. Melalui instagram @ditjen_ahu dan instagram @layananjakarta.
Sumber : instagram @ditjen_ahu, @layananjakarta
Gambar III.5
Media publikasi melalui instagram Ditjen AHU dan Layanan Jakarta
45
c. Beberapa media seperti, CNN Indonesia, Metro TV, SCTV, RCTI, GTV,
TVONE, Indosiar, NET TV.
Sumber : instagram @layananjakarta
Gambar III.6
Media publikasi melalui beberapa media nasional
7. Anggaran
Dalam hal ini, Key Informan tidak bersedia memberikan informasi kepada
penulis karena menurutnya hal tersebut bersifat rahasia dan tidak boleh sembarangan
diketahui oleh banyak pihak. Ketika penulis menanyakan berapa kisaran
anggarannya, pihak AHU juga tetap tidak mau mengatakan kepada penulis dengan
mengatakan “Oh, Mohon maaf mas, itu rahasia.”
46
8. Kriteria Evaluasi
Tabel III.2.
Kriteria Evaluasi
Tujuan Strategi Indikator Keterangan
1. Memberikan
informasi
kepada
masyarakat
yang belum
mengetahui
proses
pengurusan
legalisasi di
Ditjen AHU.
Melakukan
sosialiasi.
Masyarakat dapat
memahami dan
minimal tahu dan
mengenal bagaimana
mengurus proses
legalisasi di AHU
melalui AHU online.
Pemahaman
masyarakat bisa
dilihat dari
banyaknya
pemohon,
berdasarkan
informasi dari Key
Informan
pemahaman
masyarakat
meningkat sekitar
10% dari kegiatan
MPP
2. Mempermudah
dan membantu
masyarakat
dalam
pengurusan
Pelayanan Masyarakat merasa
terbantu dengan
layanan yang diberikan
oleh Ditjen AHU.
Berdasarkan
informasi dari Key
Informan dan
Informan, kepuasan
masyarakat
47
legalisasi. meningkat, dilihat
dari waktu
mengurus perizinan
yang menjadi
relatif singkat dan
masyarakat sangat
terbantu
3. Agar lebih
dekat dengan
masyarakat.
Melalui kegiatan
MPP.
Meningkatnya jumlah
masyarakat yang ingin
melakukan pelayanan.
Berdasarkan
informasi Key
Informan jumlah
pemohon naik
sebesar 10%
dimana rata-rata
perharinya kurang
lebih 100 orang
yang datang untuk
melakukan
pelayanan
4. Serta untuk
mengubah citra
lembaga agar
mengurangi
Melalui kegiatan
MPP.
Investasi dimasa
mendatang agar
pandangan masyarakat
kepada instansi
Citra instansi yang
tadinya terkesan
berbelit perlahan
akan berubah,
48
sikap apatis
masyarakat
terhadap
instansi
pemerintahan.
masyarakat berubah. dengan
peningkatan
pelayanan yang
diberikan, dan
tingkat kepuasan
masyarakat yang
meningkat, maka
citra lembaga yang
tadinya kurang baik
akan berubah
3.2.2. Pelaksanaan
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Key Informan, kegiatan Mal
Pelayanan Publik ini pertama kali dilaksanakan pada tanggal 12 Oktober 2017.
Kegiatan ini pertama kali dibuka oleh Plt Gubernur DKI Jakarta saat itu, Bapak
Djarot Saiful Hidayat dan juga dihadiri oleh beberapa menteri, salah satunya adalah
Menteri Hukum dan HAM Bapak Yasona Laoly. Kegiatan ini berlangsung di Gedung
Mal Pelayanan Publik di jalan H.R. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan
Kegiatan Mal Pelayanan Publik ini beroperasi dari pukul 07.30-16.00 WIB
dan khusus hari Jumat beroperasi pada pukul 07.30-16.30 WIB. Masyarakat yang
hendak mengurus keperluannya selanjutnya tinggal mendatangi stand Ditjen AHU
yang terletak dilantai 3 loket 21-22. Selanjutnya disana ada petugas AHU yang sudah
49
siap melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan AHU.
Kegiatan Mal Pelayanan Publik ini awalnya dibuka pada hari kerja saja, tapi
melihat cukup banyaknya pemohon atau masyarakat yang ingin melakukan
pelayanan, pihak MPP menambah operasional pelayanan, termasuk Ditjen AHU juga
menambah operasional pelayanan pada hari Sabtu. Dan pada hari Sabtu pelayanan
beroperasi pada jam 07.30-12.00 WIB.
Setiap harinya ada sekitar 100 pemohon yang datang melakukan permohonan
pelayanan publik ke Mal Pelayanan Publik termasuk ke stand milik Ditjen AHU.
3.2.3. Evaluasi
Kegiatan Mal Pelayanan Publik merupakan strategi pemerintah untuk
mempermudah dan memberikan berbagai pelayanan secara maksimal. Dan sebagai
sub unit dari Kementerian Hukum dan HAM yang bertugas memberikan pelayanan,
tentunya Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum berusaha memberi
pelayanan yang terbaik demi nama baik instansi.
Menurut Key Informan, berhasil atau tidaknya program ini tergantung pada
meningkatnya pemahaman masyarakat mengenai bagaimana mengurus proses
legalisasi dan kesadaran masyarakat akan kewajibannya dan ketaatannya pada
administrasi.
Kegiatan di Mal Pelayanan Publik yang diikuti oleh Ditjen AHU akan
dijadikan bahan evaluasi apakah selama ini pelayanan di AHU sudah maksimal atau
belum dan tergantung dari pemahaman masyarakat. Berdasarkan kriteria evaluasi
yang ada, pemahaman masyarakat mengenai program Ditjen AHU sudah cukup baik.
50
Mereka sudah mengenal AHU, meskipun belum secara mendetail.
Selain itu, berdasarkan informasi dari informan, pelayanan yang diberikan
oleh Ditjen AHU sudah baik dan kegiatan Mal Pelayanan Publik membantu
masyarakat dalam memudahkan mengurus keperluannya.
Dengan adanya Mal Pelayanan Publik, menjadi sumber investasi masa depan
yang baik bagi citra lembaga atau instansi. Dimana karena hal tersebut akan
mengubah pandangan masyarakat kepada lembaga pemerintahan yang tadinya kurang
baik menjadi lebih baik.
Dan menurut Key Informan meskipun AHU sudah tidak beroperasi di MPP,
tapi pelayanan Ditjen AHU akan terus diberikan secara maksimal dan bagi
masyarakat yang ingin melakukan pelayanan AHU bisa melakukannya melalui AHU
online atau bisa mendatangi bagian pelayanan di AHU di gedung Ciks, Cikini, Jakarta
Pusat.
3.3. Kendala dan Pemecahan
3.3.1. Kendala
Dalam kegiatan Mal Pelayanan Publik yang diikuti oleh Direktorat Jendral
Administrasi Hukum Umum tidak selalu berjalan lancar, ada beberapa kendala seperti
:
1. Pemahaman masyarakat. Dalam hal ini masih ada beberapa masyarakat yang
belum mengetahui tentang bagaimana mengurus administrasi di AHU online.
2. Karena di MPP ada 340 jenis layanan, jadi tidak semua masyarakat yang
datang untuk mengurus keperluan di Ditjen AHU. Hal tersebut menjadi
51
sedikit kendala karena sosialiasi yang dinilai kurang menyebabkan masih ada
masyarakat yang belum mengetahui dimana harus mengurus keperluannya.
3. Meningkatnya jumlah pemohon juga menjadi suatu kendala tersendiri karena
jumlah personil dan waktu operasional yang dirasa kurang menyebabkan
pelayanan yang dinilai belum maksimal.
3.3.2. Pemecahan
Dengan adanya beberapa kendala yang terjadi membuat Direktorat Jendral
Administrasi Hukum Umum harus memberikan solusi atau pemecahan terhadap
kendala yang ada sebagai bahan evaluasi agar kedepannya bisa lebih baik lagi.
Adapun pemecahan dari kendala yang ada selama kegiatan MPP adalah :
1. Pihak Direktorat Jendral Administrasi Hukum Umum terus melakukan
sosialisasinya kepada masyarakat. Di MPP pun pihak Ditjen AHU juga tidak
hanya melayani masyarakat yang ingin melakukan pelayanan, tapi juga
memberikan pemahaman dan pembelajaran kepada masyarakat mengenai
program AHU dan tata cara kepengurusan legalisasi di AHU.
2. Sosialisasi kembali harus dilakukan pihak AHU agar masyarakat yang ingin
melakukan pelayanan ke AHU tidak bingung dalam mencari stand AHU yang
berada dilantai 3. Sosialisasi tersebut dilakukan oleh pihak AHU melalui
website ahu.go.id.
3. Seperti yang sudah dijelaskan pada bagian pelaksanaan, pemecahan yang
dilakukan adalah menambah jam operasional. Bahkan menambah hari yaitu
pada hari Sabtu.