bab iii pemikiran pendidikan islam syaikh ahmad...
TRANSCRIPT
42
BAB III
PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM
SYAIKH AHMAD SYURKATI
A. SEJARAH HIDUP DAN LATAR BELAKANG SYAIKH AHMAD
SYURKATI
1. Di Sudan1
Ahmad Syurkati lahir di Desa Udfu, Jazirah Arqu, daerah Dongula,
Sudan pada tahun 1292 H/1875 M. Dia diyakini masih keturunan Jabir bin
Abdullah al-Ansari dari seorang bapak yang bernama Muhammad.
Dengan demikian nama lengkapnya adalah Ahmad Muhammad Syurkati
al-Anshari. Dan kemudian lebih dikenal dengan sebutan Syaikh Ahmad
Syurkati. Sedang Syurkati berarti banyak kitab (dalam bahasa setempat
Sur artinya kitab, dan Katti artinya banyak ).2
Beliau berasal dari keluarga terpelajar dalam ilmu agama Islam.
Menurut penuturan saudara kandungnya, Syurkati sejak kanak-kanak telah
ditandai kelebihan berupa kejernihan pikiran dan kecerdasan. Dan hal ini
cenderung membuat ayahnya memperlakukan dia lebih istimewa dari
saudara-saudara kandung lainnya.3 Bentuk dari perlakuan istimewa
ayahnya diantaranya adalah diajaknya dia dalam majelis-majelis ilmiah
yang dihadiri para guru agama. Di samping itu sejak kecil dia juga
menghafal Al-Qur’an dengan kecerdasan di atas teman-temannya.
1 Sudan adalah negara kecil yang berpenduduk sekitar 21.103.000 jiwa dan 70 % Muslim
dari kalangan madzhab Maliki. Sekalipum demikian sistem perundang-undangan banyak dipengaruhi madzhab Hanafi. Mereka yang non-Muslim adalah Kristen dari berbagai aliran. Dan Qadariyyah merupakan thariqat terbesar di negeri ini. Selanjutnya baca Ensiklopedi Islam
( ringkas ), Cryil Glase ; penerjemah, Ghufron A. Mas’adi, Ed. 1, ( Jakarta : PT. Grafindo Persada, 1999 ), Cet. 2, hlm. 369.
2 Bisri Affandi, Syaikh Ahmad Syurkati (1874-1943) : Pembaharu dan pemurni Islam di Indonesia, ( Jakarta : Pustaka Al-Kautsar, 1999 ), hlm. 4
3 Ibid, hlm. 5
43
Namun demikian tidaklah dapat dipungkuri bahwa Syurkati kecil
juga butuh bermain seperti layaknya teman-teman seusianya. Pada waktu
jam menghafal yaitu sesudah shalat shubuh di Masjid al-Qaulid ia tidak
datang dan tidak hanya sekali, tapi dua kali berturut-turut. Hal tersebut
membuat pimpinan masjid marah dan memerintahkan untuk mencari dan
membawanya menghadap.
Setelah sekian lama dicari ternyata Syurkati dalam keadaan tidur
nyenyak di suatu bilik. Pimpinan masjid lengsung menghukum dia dengan
berdiri di depan teman-temanya dan mendengarkan teman-teman yang
menghafak Al-Qur’an. Dan setelah temen-temannya selesai giliran
Syurkati yang menghafal ayat yang dihafal teman-temannya dan ternyata
ia sudah hafal dengan benar. Sekilas tentang masa kecil Syurkati.4
Setelah dari masjid al-Qaulid ayahnya mengirim Syurkati ke
Ma’had Sharqi Nawi. Setelah tamat dari ma’had tersebut ayahnya
mermaksud mengirim putranya melanjutkan ke Al-Azhar supaya dapat
meneruskan kedudukan ayahnya dan memperoleh gelar Al-Azhari. Tapi
kemudian hal tersebut tidak terlaksana karena pemerintah Mahdi yang
pimpinannya dikenal dengan nama Abdullah al-Ta’ayishi pada waktu itu
melarang siapa saja orang Sudan pergi ke Mesir.5
Hal tersebut tidak membuat putus asa bagi seorang Syurkati
untuk tetap menuntut ilmu. Sehingga pada tahun 1314 H/1896 M beliau
menuju Makkah6 untuk menuntut ilmu yang lebih tinggi. Di Makkah
inilah hubungan dengan keluarganya di Sudan putus akibat putusnya jalan
4 Ibid., hlm.5-6 5 Ibid., hlm. 7 6 Makkah al-Mukarramah biasa disebutnya sebagai tanda penghormatan kepada kota ini.
Selama ribuan tahun kota ini menjadi pusat spiritual. Seorang geografer Yunani kuno bernama Ptelomy menyebut Makkah sebagai “Makoraba”. Dan Sebagian ahli menafsirkan sebagai tempat peribadatan ( berasal dari kata maqribah di Arabia Selatan ). Semula Makkah bernama Bakkah yang berarti sempit, gambaran sebuah wilayah yang terletak di antara sejumlah pegununganyang terdapat di daerah ini dan lembah tanah suci. Di antara monumen yang sanpai sekarabg masih ada yang menjadi tempat peribadatan Ibrahim kepada Tuhannya dan sekarang menjadi qiblat dari seluruh Muslim di dunia dalan melaakukan ibadah shalat adalah Ka’bah. Op.Cit., hlm.247
44
haji antara Sudan dan Hijaz. Baru pada tahun 1316 H/1898 setelah tentara
Mesir dan Inggris memasuki negeri Sudan, hubungan itu terjalin kembali.7
Namun seorang temannya menyatakan bahwa Syurkati di Makkah tidaklah
lama dan meneruskan perjalanannya ke Madinah.
2. Di Madinah
Kota ini adalah salah satu kota pusat perkembangan ilmu agama
Islam pada waktu itu. Sampai sekarang kota ini diyakini sebagai kota suci
kedua setelah kota Makkah. Di kota ini terdapat masjid Nabawi yang di
dalamnya terdapat makam nabi Muhammad SAW, yang setiap saat
dikunjungi para peziarah atau jama’ah haji. Dapat dikatakan dalam kota
inilah beliau menimba ilmu agama Islam. Beliau bermukim di Madinah
selama empat setengah tahun untuk memperdalan ilmu agama Islam dan
bahasa Arab.8 Pendapat lain mengatakan bahwa beliau di Madinah selama
empat tahun.9
Diantara guru-guru beliau di Madinah adalah Syaikh Salih dan
Syaikh Umar Hamdan ( dua ulama’ besar ahli hadits asal Maroko ). Beliau
juga belajar Al-Qur’an pada ulama’ ahli qira’at yaitu Syaikh Muhammad
al-Khuyari al-Maghribi;belajar fikih pada Syaikh Ahmad bin al-Haji Ali
al-Mahjub dan Syaikh Mubarak al-Nismat; dan berguru bahasa arab dari
ahli bahasa yang bernama Syaikh Muhammad al-Barzanji.
Namun beliau tidaklah seperti kebanyakan orang. Setelah merasa
cukup memperoleh ilmu, beliau tidak bermaksud pulang ke Sudan. Beliau
bertekad melanjutkan menuntut ilmu di Makkah.
7 Bisri Affandi, loc.cit. 8 Ibid., hlm. 8. 9 Zuhairini, et.al., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 1995), Cet. IV, hlm.
163
45
3. Di Makkah10
Seperti yang telah dibahas di atas, dalam Hadramaut as-Siyasi,
Salah Abd al-Qadir al-Bakri menyatakan bahwa Ahmad Syurkati pindah
dari Madinah ke Makkah dan bermukim di sana selama 11 tahun untuk
memperdalam ilmu terutama fikih madzhab Syafi’i.11
Di Makkah pula beliau mendapat gelar al-Allamah dari Majlis
Ulama Makkah dan merupakan ulama Sudan yang pertama kali namanya
tertulis dalam daftar ulama Makkah, walaupun waktu itu tidak sedikit
ulama Sudan yang berada di Makkah. Padahal konon ulama Makkah
sangat selektif untuk mencatat orang-orang Afagi ( orang yang bukan
Hijaz) dalam daftar ulama. Dal hal itu dilakukan untuk memelihara
penghargaan yang diberikan pada ulama yang terdaftar dalam
pemerintahan Usmaniyah dan berlaku bagi seluruh ulama yang berada di
Makkah.12
Seperti halnya di Madinah, di Makkah pun Ahmad Syurkati juga
berguru sesuai dengan keahlian masing-masing. Diantara guru-guru beliau
adalah Syaikh As’ad dan Syaikh Abd al-Rahman yaitu putra Syaikh al-
Kabir Ahmad al-Duhan. Selain itu adalah al-Allamah Syaikh Muhammad
bin Yusuf al-Kayyath dan Syaikh Shu’aib bin Musa al-Maghribi.13
10 Makkah al-Mukarramah biasa disebutnya sebagai tanda penghormatan kepada kota ini.
Selama ribuan tahun kota ini menjadi pusat spiritual. Seorang geografer Yunani kuno bernama Ptelomy menyebut Makkah sebagai “Makoraba”. Dan Sebagian ahli menafsirkan sebagai tempat peribadatan ( berasal dari kata maqribah di Arabia Selatan ). Semula Makkah bernama Bakkah yang berarti sempit, gambaran sebuah wilayah yang terletak di antara sejumlah pegununganyang terdapat di daerah ini dan lembah tanah suci. Di antara monumen yang sanpai sekarabg masih ada yang menjadi tempat peribadatan Ibrahim kepada Tuhannya dan sekarang menjadi qiblat dari seluruh Muslim di dunia dalan melakukan ibadah shalat adalah Ka’bah. op.cit., hlm. 247.
11 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 8 12 Ibid 13 Ibid., hlm. 9.
46
4. Di Indonesia
Proses kedatangannya ke Indonesia tak bisa lepas dari proses yang
terjadi dalam Jami’ah al-Khairat. Pada awal abad ke-20 merupakan babak
baru bagi umat Islam di Indonesia, karena waktu itu mulailah masuk
paham-paham pembaharuan ke Indonesia. Meskipun tekanan demi
tekanan terhadap umat Islam di Indonesia dilakukan oleh Kolonial
Belanda makin hebat dari berbagai kebijakan yang mempersempit ruang
gerak umat Islam diantaranya larangan menerima buku-buku atau
selebaran dari luar negeri. Karena dikhawatirkan dapat membangkitkan
semangat Pan Islamisme di Indonesia. 14
Proses dan perjalanan ibadah hajipun menjadi pekerjaan kolonial
Belanda yang tidak bisa dianggap ibadah biasa. Dalam sejarah, setelah
dipergunakan kapal uap sebagai alat transportasi laut pada abad ke-19 dan
terutama setelah terusan Suez dibuka pada tahun 1869, jumlah jamaah haji
Indonesia bertambah. Hal tersebut membuat tidak tenang kolonial
Belanda. Dikhawatirkan semangat Islam yang anti segala bentuk
penindasan akan tumbuh dengan perginya umat Islam ke Mekkah. 15
Memang pada kenyataannya, ibadah haji pada waktu itu berperan ganda.
Disamping sebagai ibadah mahdhah, juga dimanfaatkan sebagai media
penyaluran ide-ide pembaharuan dari Timur Tengah. Dalam konteks inilah
Jami’ah al-Khairat menjadikannya sebagai media untuk memdatangkan
guru-guru agama dari Timur Tengah khususnya Arab Saudi.16
Dengan proses seperti di atas Ahmad Syurkati akhirnya datang ke
Indonesia sebagai guru bagi Jami’ah al-Khairat pada tahun
1911.17Kedatangan beliau disambut gembira dan penuh hormat oleh
14 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Ed.1, ( Jakarta : PT RajaGrafindo Persada,
1996 ), Cet. I, hlm. 129. 15 Hasbullah, op.cit., hlm. 130. 16 Ibid., hlm.131. 17 Zuhairini, op.cit., hlm. 163
47
pengurus dan warga Jami’ah al-Khairat. Bahkan dalam sejarahnya Syaikh
Muhammad bin Abd al-Rahman Shihab menyerukan kepada nasyarakat
Arab untuk menghormati beliau. Penghormatan tersebut tidak hanya
karena beliau berilmu tinggi, tapi lebih dari itu karena beliau memikiki
kesabaran, ketekunan dan keikhlasan dalam mengajar dan
mengembangkan Jami’ah al-Khairat.18
B. PEMIKIRAN PEMBAHARUAN SYAIKH AHMAD SYURKATI
Dengan latar belakang keluarga, pendidikan, dan sosial budaya yang
terurai seperti di atas secara umum pemikiran beliau dapat dikategorikan
dalam beberapa hal. Mulai dari bidang keorganisasian tauhid, hukum Islam
dan dalam karya-karya beliau dan yang paling menonjol dalam bidang
pendidikan. Dan secara rinci akan kita bahas dalam poin-poin di pembahasan
selanjutnya.
Pada awal abad ke-20 Ahmad Syurkati tidak hanya dikenal sebagai
pemimpin terkemuka masyarakat Indonesia keturunan Arab, tetapi juga
sebagai tokoh reformasi Islam yang banyak dipengaruhi oleh pemikiran
pembaharuan Muhammad Abduh. 19Gerakan beliau dimulai dari imigran Arab
di Indonesia yang berasal dari Hadramaut. Pada abad ke-19 penduduk Arab
Hadrami meningkat pesat yang dibarengi dengan masalah ekonomi.
Sedangkan sifat dari masyarakat Hadrami yang suka merantau dan berdagang.
Maka berdatanganlah orang-orang Arab Hadrami ke Indonesia untuk
berdagang, yang ditunjang transportasi dari Timur Tengah ke Indonesia yang
semakin mudah. Disamping itu mereka mengembangkan ajaran Islam yang
cenderung mengarahkan praktek beragama pribumi yang heterodoks ke arah
yang ortodoks.
18 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 10 19 Muhammad Abduh adakah seorang pembaharu Islam yang berasal dari Mesir. Beliau
lahir di Gharbiyah Mesir pada tahun 1849, terkenal sebagai tokoh ahli tafsir, hukum Islam, bahasa Arab dan kesusastraan, logika, ahli ilmu kalam, filsafat dan sosial kemasyarakatan. Baca Musthafa Kamal Pasaha, et.al., Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam Dalam Perspektif Historis dan Ideologis, (Yogyakarta : LPPI, 2000), hlm. 32.
48
Selain itu beliau juga memgembangkan beberapa hal, diantaranya
adalah adanya perbedaan antara sayyid dan non-sayyid, dan juga mereka
menganjurkan kepada kaumnya untuk bertawassul (perantara), sehingga
mereka menjadi penghubung antara manusia dengan Tuhan.
Di antara pemikiran Syaikh Ahmad Syurkati adalah sebagai berikut :
1. Memperjuangkan hak sesama muslim
2. Mendasarkan pemikiran kepada Al-Qur’an dan Hadits
3. Memperjuangkan dan mementingkan bahasa Arab sebagai ilmu alat untuk
memahami sumber-sumber Islam
4. Menekankan pengembangan jalan pikiran anak didik dengan cara
menekankan kepada pengertian dan daya kritis, bukan hafalan. Hal
tersebut juga diterapkan pada pelajaran lain seperti sejarah, ilmu bumi dan
lain-lain.
5. Menggunakan alat peraga dalam menyampaikan pelajaran, terurama
gambar-gambar manusia, yang sebagian tradisi lain melarangnya.20
Dan ide pembaharuan ini mulai muncul ketika ketika beliau berada
dalam organisasi modern masyarakat Arab di Indonesia. Organisasi modern
tersebut adalah al-Jami’at al-Khairat, yang akan dibahas pada pembahasan
berikutnya yang berada dalam organisasi ataupun dalam karya-karya beliau.
Beberapa lembaga yang pernah beliau geluti adalah sebagai berikut :
1. AL JAMI’AT AL KHAIRAT
Al Jami’at Al Khairat berdiri pada tanggal 17 juli 1905 yang
beranggotakan mayoritas orang-orang Arab yang tidak menutup
kemungkinan untuk setiap muslim menjadi anggota tanpa diskriminasi
asal usul. Hal ini dapat kita lihat dalam hasil penelitian Deliar Noer
sebagai berikut :
Thus Al-Jamiat Al-Khairiyat, or generally called Jami’at Khair (Association for the Good), was established in Jakarta on 17 July 1905. The organization was open to every muslim without
20 Zuhairini, op.cit., hlm. 161.
49
descrimination as to his origin , baut the majority of the member were the Arab. 21
Ada dua bidang yang menjadi perhatian dan terwujud dalam
beberapa kegiatan sebagai berikut :
a. Pendirian dan pembinaan satu sekolah pada tingkat dasar
b. Pengiriman anak-anak muda ke Turki umtuk melanjutkan studi.
Namun pengiriman ini sering terhambat karena kekurangan biaya dan
kemunduran khilafat (tidak seorang dari mereka yang dikirim
memainkan peranan penting) setelah kembali ke Indonesia. 22
Ahmad Syurkai sangat berperan dalam usaha mengembangkan
Jami’at Khair, termasuk diantaranya berjasa dalam mendatangkan empat
orang pengajar lainnya. Namun dua tahun perjalanan beliau di Jami’at
Khair harus berakhir, berawal dari kedatangan beliau di Solo.
Dalam suatu pertemuan menjamu Syurkati, terjadi pembicaraan
mengenai nasib syarifah yang karena tekanan ekonomi terpaksa hidup
bersama seorang Cina di Solo. Syurkati menyarankan agar dicarikan dana
secukupnya kedua orang yang kumpul kebo tersebut dan pilihan lain yang
diajukan beliau supaya dicarikan seorang muslim yang ikhlas dan rela,
menikahi secara sah syarifah itu agar lepas dari gelimangan dosa.
Seorang yang hadir Umar bin Said Sungkar bertanya apakah yang
demikian diperbolehkan (kufu’) padahal ada hukum Islam yang
mensyaratkan yang kafa’ah, sedangkan haram hukumnya seorang syarifah
menikah dengan non-sayyid meski sama-sama pemeluk agama Islam dan
syarat lainnya terpenuhi.
Maka Syurkati mengeluarkan fatwa tentang jaiz atau sahnya
pernikahan yang demikian. Hukum kafa’ah yang seperti dikenal sudah
tersingkir di Mesir, Sudan, Hijaz, dan negara-negara Islam lainnya. Dan
21 Deliar Noer, The Modernits Muslim Movement In Indonesia 1900-1942, (Malaysia :
Oxford University Press, 1978), hlm. 58 22 Zuhairini, op.cit., hlm. 159
50
yang demikian merupakan salah satu cacat di Indonesia yang cukup
mempunyai andil mendungukan umat Islam di Indonesia.
Diantara argumentasi Syaikh Ahmad Syurkati bahwa
sesungguhnya manusia dengan manusia lain adalah sama, dan yang
membedakan berdasarkan ayat Al-Qur’an sebagai berikut :
����������������� ����������� ���������������������������� �!�"�� #���$%�&�'�(��� ���� �'�)�������*�+��,�-���'�.�����/��& 0�1��23������ 4�������#��5��6���7��/�� 4��8�#����23����7���9��:� �6��9��:�,���
;�< ��=>���?��@�
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesunggunya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal (Q.S. al-Hujurat / 49 : 13).23 Sedangkan konsep kafa’ahnya Imam Syafi’i masih khilafiyah dan
konsep kafa’ah yang dilakukan kaum Ba’lawi semata-mata karena
“tradisi turun-temurun belaka” dari nenek moyang yang ada di
Hadramaut. Sedangkan konsep kafa’aah kaum Ba’lawi adalah sebagai
berkut :
1. Perempuan Arab tidak sederajat dengan pria non-Arab 2. Perempuan Quraisy tidak sederajat dengan pria non-
Quraisy 3. Perempuan Bani Hasyim tidak sederajat dengan pria
non-Bani Hasyim 4. Syarifah tidak sederajat dengan pria non-sayyid24
Padahal dalam sejarahnya Rasulullah pernah menikahkan Zainab
binti Jahz seorang bangsawan Quraisy dengan Zaid bin Harits seorang
23 Soenarjo, Al-Qur’an dan Terjemahannya,dkk., ( Semarang : CV. Toha Putra, 1989 ),
hlm. 847. 24 Hussein Badjerei, Al-Irsyad Mengisi Sejarah Bangsa, (Jakarta : Presto Prima Utama,
1996), hlm. 30.
51
budak yang dimerdekakan dan dijadikan sebagai anak angkat dan masih
banyak contoh serupa. Dan fatwa ini yang kemudian menjadikan beliau
didebat dan akhirnya dijauhi oleh Jami’at Khair. Dan akhirnya beliau
resmi meninggalkan Jami’at Khair pada tahun 1914.25
2. AL-IRSYAD
Syaikh Ahmad Syurkati seperti dibahas di atas hanya bertahan dua
tahun di Jami’ah Khair. Rencananya beliau akan langsung kembali ke
Makkah meruskan pendidikannya yang sempat terhenti karena panggilan
jihad di Indonesia. Namun niat beliau di cegah oleh sahabatnya terutama
Syaikh Umar Yusuf Manggus dan akhirnya diurungkanlah niatnya
tersebut.26 Sehingga pada tanggal 17 Juli 1914 di Jakarta beliau
mendirikan organisasi yang dinamakan al-Islah wal-Irsyad yang kemudian
dikenal dengan al-Irsyad.27
Tujuan organisasi ini adalah untuk memajukan pelajaran agama
Islam yang murni di kalangan bangsa Arab di Indonesia. Disamping itu
juga bergerak dalam bidang sosial, dan dakwah Islam.
Sebagaimana organisasi lainnya Al-Irsyad juga mempunyai
prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Meneguhkan doktrin persatuan dan membersihkan shalat dan do’a dari
kontaminasi unsur politeisme
b. Mewujudkan kesetaraan di antara kaum muslim dan mencari dalil
yang shahih, serta mengikuti jalan yang salaf untuk semua masalah
yang diperdebatkan
c. Memerangi taqlid buta, yang bertentangan Qur’an dan Hadits
d. Menyiarkan pengetahuan alam dan budaya Arab yang sesuai dengan
Islam
25 Ibid., hlm. 31-31. 26 Hasbullah, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Ed. I, ( Jalarta : PT RajaGrafindo Persada,
1996), Cet.I, hlm. 132. 27 Ibid., hlm. 132-133.
52
e. Mencoba menciptakan pemahaman dua arah antara muslim Arab
dengan Indonesia.28
Dalam bidang pendidikan misalnya banyak berdiri sekolah al-
Irsyad di daerah-daerah di seluruh Indonesia.29 Disamping itu juga
memberikan beasiswa untuk studi ke luar negeri terutama ke Mesir. Tapi
tidak seperti yang diharapkan. Lulusan dari luar negeri tidak banyak
berperan dan justru yang banyak berperan yang studi dengan biaya sendiri,
terutama dalam pengembangan pembaharuan. Pengembangan ini
dilakukan dengan tabligh, pertemuan-pertemuan, menerbitkan buku dan
pamflet.30Dan akan kita bahas yang lebih mendalam dalam pembahasan
berikutnya.
Sementara dalam bidang keagamaan gagasan pembaharuan terlihat
dalam Majalah Az-Zakhirah yang berisi pertanyaan yang datang dari
penjuru tanah air dalah hal Ushul dan Furu’ agama, berisi tentang
pembongkaran hadits-hadits palsu dan dhai’f yang dipergunakan dalam
mempertahankan beberapa hukum ibadah dan muamalat di Indonesia.
Yang pada prinsipnya Syaikh Ahmad Surkati mengajak unat Islam
kembali pada Al-Qur’an dan Hadits serta menentang pendapat yang
memutuskan pintu ijtihad tertutup dan cukup berpegang pada madzhab
empat fiqih. Menurut beliau hukum Islam sebenarnya terus berkembang
sepanjang zaman.
3. KARYA-KARYA SYAIKH AHMAD SYURKATI
Disamping sebagai guru, pendidik, ulama, dan tokoh pergerakan
Islam, beliau juga seorang penulis yang produktif. Beliau mampu menulis
berbagai cabang ilmu diantaranya aqidah, ibadah, kandungan al-Qur’an
dan al-Hadits. Sebagian karya-karyanya dibuat dalam raangka
28 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 213-214. 29 Sampai sekarang sudah terdapat pengurus cabang di setiap kabupaten seluruh Indonesia.
http:/www.alirsyad.or.id, Email:[email protected]. 30 Musthafa Kamal Pasha, op.cit., hlm. 57.
53
menyanggah paham keagamaan yang beliau anggap menyimpang dari al-
Qur’an dan sunnah. Diantara karya-karya tersebut ada yang berbentuk
risalah maupum berbentuk artikel di majalah maupun surat kabar.31
Karena menurut beliau masih banyak perbuatan-perbuatan
beragama Arab Hadramaut yang menyimpang, yang seharusnya ditujukan
kepada Allah tapi ditujukan kepada yang lainnya. Diantanya adalah
sebagai berikut :
1. Shalat, puasa, haji, dan sedekah yang dikerjakan bukan karena Allah 2. Penyembelihan yang bertujuan untuk mengagungkan, dalam
pandangan kerohanian, atau untuk menolak keburukan, misalnya dihadiahkan kepada jin atau yang lainnya menurut Ahmad Syurkati adalah syirik.
3. Bernadzar karena selain Allah. 4. Istighatsah (mohon bantuan pertolongan) kepada selain Allah 5. Bersumpah kepada selain Allah 6. Berdo’a kepada selain Allah 7. Takut kepada selain Allah. 8. Mengharamkan yang dihalalkan Allah dan menghalalkan apa yang
diharamkan Allah. 9. Memakai jimat atau benda bermantera yang diyakini berkekuatan
ghaib untuk kepentingan tertentu.32
Di antara karya Ahmad Syurkati baik dalam bahasa Arab
maupun yang suda diterjemahkan dakam bahasa Indonesia, baik yang
sudah diterbitlan maupum yamg disimpan murid-murid beliau adalah
sebagai berikut :
a. Risalah Surat al-Jawab ( 1915 )
Risalah ini merupakan jawaban dari H.O.S Tjokroaminoto (
pimpinan surat kabar Suluh Hindia sehubungan makin meluasnya
pembicaraan tentang kafa’ah. Ahmad Syurkati berpendapat bahwa
seorang wanita syarifah yang menurut golongan Alawi ( adalah
keturunan Nabi ) tidak boleh menikah dengan laki-laki selain Alawi
31 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 39. 32 Ibid., hlm. 48-54.
54
adalah salah. Tidak ada ayat dan hadits nabi yang menyatakan seperti
itu.33
Beliau mengajak agar kafa’ah diletakkan pada orientsi ajaran
Islam yang lebih luas, yiatu musawah ( persamaan ). Dengan demikian
tidak ada keutamaan seseorang atas dasar keturunan. Dan hal ini
membuat reaksi keras dari kalangan Arab Hadrami golongan Alawi. 34
b. Risalah Taujih al-Qur’an ila Adab al-Qur’an ( 1917 )
Risalah ini berisi penguatan pemikiran beliau pada risalah di
atas, antara lain :
Pertama, kedekatan pada nabi Muhammad bukan
berdasarkan atas keturunan, tapi lebih dari itu berdasarkan ketekunan
dan kesungguhan dalam mengikuti jejaknya.
Kedua, kedekatan pada Nabi lebih ditekankan pada
ketekunan dan kesungguhan dalam menjalankan ilmu dan agama.
Ketiga, berisi tentang kritik terhadap kebodohan dan
penyimpangan terhadap ajaran agama. Yakni denga adanya kelompok-
kelompok yang membanggakan diri sebagai keturunan Nabi dan
memandang rendah umat Islam lainnya.35
c. Al-Dakhirah al-Islamiyah ( 1923 )
Merupakan majalah bulanan yang beliau pimpin dan dibantu
oleh Muhammad Nur al-Anshari sebagai administrator. Majalah ini
terbit pada tanggal 1 Muharam 1342 H/Agustus 1923 dan terbit hingga
10 edisi. Majalah ini merupakan penyaluran pemikiran beliau pada
masyarakat Muslim Indonesia.
Dalam pendahuluan diantaranya beliau menuliskan tentang
dasar-dasar perbuatan beragama yang dipandang salah, misalnya
33 Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta : Logos, t.t.), hlm. 195 34 Ibid., hlm.40. 35 Ibid
55
perbuatan itu ternyata didasarkan pada hadits yang palsu. Disamping
itu, beliau juga menyatakan bahwa Islam yang bisa cocok atau
bersesuain denga segala bangsa dan waktu. Yang terakhir beliau
menghimnau untuk melakukan gerakan yang berorientasikan
pendidikan dalam arti yang luas.36
Diantara artikel Ahmad Syurkati yang dimuat dalam
majalah tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tulisan tentang fatwa-fatwa yang berisi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang oleh kaum muda dipandang sebagai bid’ah atau khurafat, musalnya ushulli, tawassul qubur, jimat, talqin, manaqib, berdiri pada saat pembacaan shalawat nabi.
2. Kitab hak-hak suami istri37 3. Al-Qur’an dan Buddha 4. Tadsir surat al-Fatihah 5. Hadits lemah dan Dusta 6. Golongan al-Irsyad dan golongan Sayyid di Jawa 7. Khilafat 8. Berbagai bertuk nasihat dan peringatan, misalnya “Seruan”,
“Penutur Kata”, “Peringatan”, “Tegoran”, dan Keterangan-keterangan”.38
d. Al-Masail al-Tsalat ( 1925 )
Tulisan ini berisi pandangan Ahmad Syurkati tentang tiga
masalah yang berhubungan dengan pemurnian ajaran agama Islam,
yaitu tentang ijtihad dan taqlid, sunnah dan bid’ah, serta tentang
zayarat al-qubur, dan tawassul melalui nabi dan orang-orang yang
dipandang saleh. Tulisan ini dibuat dalam rangka persiapan dalam
forum debat denga wakil golongan Alawi yaitu Ali al-Thayib yang
mengaku sebagai alumnus Al-Azhar dan pernah menjadi sekretaris
Fatwa al-Syafi’iyyah di Madinah.39
36 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 41 37 Naskah ini berbahasa Melayu terjemahan dari naskah berbahasa Arab, berisi dua bagian.
Bagian pertama berisi tentang hak seorang wanita yang telah menikah dan yang kedua memuat hak suami istri. Abudin Nata, op.cit., hlm. 196.
38 Bisri Affandi, loc.cit. 39 Ibid., hlm., 42
56
Perdebatan yang telah direncanakan Persis tersebut gagal
karena Ali menghendaki perdebatan dilakukan di Masjid Ampel
Surabaya. Namun setelah Ali membaca tulisan tersebut menyatakan
telah memahami pandangan Syurkati, sehingga tidak perlu lagi
mengadakan forum yang telah direncanakan.40
e. Al-Wasiyyat al-Amiriyah ( 1918 )
Merupakan buku yang berisi tentang anjuran berbuat kebajikan.
Buku ini dapat juga digunakan sebagai pegangan ajaran akhlak yang
didasarkan pada Al-Qur’an dan Hadits. Pada setiap pasal pada buku ini
diawali dengan ayyyuha al-Mu’minun oleh G.F Pijper disamakan
dengan karya Al-Ghazali yang berjudul Ayyuha al-Walad. Buku ini
diterbitkan di Surabaya.41
f. Zedeleer Uit Den Qoran ( 1932 )
Buku ini berbahasa Belanda terjemahan dari risalahnya yang
bejudul al-Adab al-Qur’aniyyah yang berisi tentang nukilan ayat-ayat
al-Qur’an yang berhubungan dengan akhlaq yang diberi komentar-
komentar dan disertai dengan hadits Nabi. Dalam proses
penterjemahan dibantu oleh Ch. O. Van Der Plas dan diberi pengantar
oleh Voorzitter Hoofbestuur Jong Islamieten Bond. Yang menurut Van
Der Plas buku ini ditujukan kepada orang-orang yang berlatar
belakang pendidikan Barat.42
g. Al-Khawatir al-Hisan ( 1941 )
Merupakan kumpulan sajak-sajak kenangan terhadap para
sahabatnya seperjuangan termasuk pendiri Muhammadiyah dan tokoh
40 Ibid 41 Abudin Nata, op.cit., hlm. 196 42 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 196
57
Persis A. Hasan. Pada saat itu beliau telah beruasia lanjut dan
mengalami sakit mata yang akhirnya menyebabkan kebutaan.
Walaupun usaha telah dilakukan, namun akhirnya pada awal bulan
Rajab 1359 H/1940 M beliau menerima pasrah dan beristirahat di
Bogor.
Sajak-sajat ini hampir semua dilandasi pengalaman beliau
ketika beliau melakukan perjalanan sebagai penilik ke daerah-daerah.
Dalam perjalanan beliau banyak bertemu dengan kader-kader dan
tokoh-tokoh reformis lainnya, walaupun tidak menyebutkan satu
persatu nama orang yang masuk dalam kenangan belaiu. Misal dari
sajak-sajak beliau :
Dan arahkan tujuanmu ke arah Bangil, kepada seorang
cerdik pandai dan mereka berada dalam satu organisasi.43
Di antara daerah atau kota yang terkenang dalam sajak beliau
dan pernah beliau kunjungi adalah Jakarta, Bandung, Sukabumi,
Cirebon, Purwakarta, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Bogor, Brebee,
Tegal, Pemalang, Comal, Indramayu, Pekalongan, Surabaya, Bangil,
Pasuruan, dan Bondowoso.
Disamping sajak di atas beliau juga memperingatkan adanya
watak tercela yang masih selalu muncul di kalangan Arab Hadrami di
Indonesia :
Orang-orang pelit berrpandangan bahwa harta adalah
kemuliaan. Padahal harta itu bencana dan hina bagi si
penumpuknya.44
h. Fatwa kepada Muhammadiyah
Fatwa ini dikeluarkan atas permintaan PP Muhammadiyah
ketika menghadapi Muktamar Tarjih Muhammadiyah pada tahun
43 Ibid, hlm., 43 44 Ibid, hlm., 44
58
1939. Dan oleh pengurus Al-Irsyad makalah itu diberi judul Fatwa
Sech As-Surkaty kepada PP Muhammadiyah.
i. Muhadharat Islamiyah (1937 )
Atas permintaan murid-muridnya beliau memberikan kuliah
umum yang berjudul Muhadharat Islamiyah tentang tafsir. Adapun isi
dari kuliah umum tersebut adalah sebagai berikut :
1) Penguasaan Ilmu
Beliau menjelaskan bahwa agar diperoleh pengertian yang luas
tentang penafsiran, seorang mufassir harus konsultasi dengan
berbagai macam ilmu, baik ilmu agama Islam maupum Ilmu
umum.
2) Pendekatan Ma’tsur
Di samping menggunakan uraian kebahasaan Ahmad Syurkati
juga menggunakan pendekatan ma’thur yaitu menafsirkan ayat-
ayat Al-Qur’an berdasarkan atas keterangan dari Al-Qur’an sendiri
dan dari Hadits.
3) Pendekatan Tauhid
Pendekatan lain yang dipandang sangat penting dalam kuliah
beliau adalah pendekatan tauhid. Sebagai contoh adalah sebagai
berikut :
Iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in artinya katakannlah demikian secara lisan sesuai dengan perbuatan dan keyakinan. Dan maka Iyyaka na’bud wa iyyaka nasta’in ialah kami menyembah hanya kepada Engkau sendiri dan tidak menyekutukanMu semata dan tidak meminta pertolongan kepada orang lain, siapapun dalam kepentingan urusan kita dengan pertolongan yang siatnya ghaib atau kerohanian, tidak dengan pertolongan raja, tidak pula nabi atau wali, ataupum jin dan lainnya. 45 Karena menurut beliau masih banyak perbuatan-perbuatan
beragama Arab Hadramaut yang menyimpang, yang seharusnya
ditujukan kepada Allah tapi ditujukan kepada yang lainnya.
45 Ibid, hlm., 47-48
59
Syaikh Ahmad Syurkati wafat pada hari kamis tanggal 16
September 1943 pukul 09.00 di kediamannya, yang sekarang ini Jalan
KH. Hasyim Asy’ari No. 25 Jakarta., dan dimakamkan di pemakaman
Karet Tanah Abang Jakarta.46
C. PEMIKIRAN SYAIKH AHMAD SYURKATI DALAM BIDANG
PENDIDIKAN
Pada masanya Ahmad Syurkati sudah mengkaji secara langsung
tentang kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pandangan hidup
yang melatarbelakangi kemajuan Barat. Menurut Donald E. Smith bahwa
Ahmad Syurkati dan para reformis lainnya menerima nilai-nilai budaya
dinamis kemajuan Barat, karena dianggap sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Sehingga penerimaan tentang rasionalisme, sains, material progress,
individual freedom dan demokrasi adalah kembali pada bertuk Islam yang
asli.
Mata rantai ini bersumber dari Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qoyyim.
Menurut G.F. Pijper yang pernah belajar agama pada Ahmad Syurkati
mengatakan adanya pengertian antara beliau dan Ahmad Dahlan.
Keduanya menentukan sandaran perjuangan yang berbeda. Ahmad
Syurkati di wilayah masyarakat Arab dan Ahmad Dahlan pada masyarakat
lainnya.47
Dalam menyusun program, beliau mempelajari dulu apa yang
terjadi dalam masyarakat terlebih dulu. Program yang dijalankan sesuai
dengan Muhammad Abduh, yaitu transformasi pendidikan dan pemurnian
ajaran Islam dari praktik-praktik menyimpang. 48Kesesuaian tersebut
adalah sebagai berikut :
46 Hussein Badjerei, op.cit., hlm. 73 47 Ibid., hlm. 117. 48 Zuhairini, op.cit., hlm. 161.
60
1. The purificatiom of Islam from Corrupting Influence and practice (pemurnian Islam dari pengaruh dan kebiasaan yang merusak)
2. The reformation of Muslim higher education (penyusunan kembali pendidikan tinggi bagi umat Islam)
3. The reformulation of Muslim higher education (reformulasi pendidikan tinggi bagi umat Islam)
4. The defence of Islam againt Eurephean influence and Christian attacks (mempertahankan Islam dari pengaruh Eropa dan serangan Nasrani). 49 Diantara pemikiran beliau dalam bidang pendidikan adalah dapat
kita pilah dalam beberapa aspek, diantaranya konsep pendidikan,
kurikulum, metode dan pendekatan, dan media pendidikan, yang akan kita
bahas secara detail sebagi berikut :
1. Konsep Pendidikan
Menurut Syaikh Ahmad Syurkati kebodohan harus di berantas.
Dan berpendapat bahwa perbuatan mendidik dan mengajar adalah
pekerjaan yang termulia di sisi Allah SWT. Keyakinan ini dikuatkan
dengan penjelasan Rasulullah bahwa sebaik-baik di antara manusia
adalah yang melakukan perbuatan mengajar.
Keyakinan tersebut sejalan dengan pendapat Clifford Geertz
yang menyatakan bahwa pendidikan mempunyai arti sebagai lembaga
induk dalam usaha-usaha yang paling sungguh-sungguh untuk
memodernisasi tradisi dan masyarakat. Beliau meyakini bahwa
pengajaran adalah segalanya dan merupakan kunci kemajuan.
Sehingga yang menjadi prioritas adalah melaksanakan
pendidikan formal untuk menghasilkan guru-guru agama yang
sekaligus sebagai penganjur atau dalam bahasa kita sering disebut
da’i. 50
49 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 118 50 Ibid, hlm. 122.
61
2. Lembaga Pendidikan
Aspek yang sering terlupakan dalam sistem pendidikan secara
umum adalah aspek kelembagaan. Suatu kemajuan pada waktu itu
Syaikh Ahmad Syurkati sudah memperhatikan aspek kelembagaan.
Hal ini terbukti dengan terbentuknya organisasi Al-Irsyad sesuai
dengan tujuan-tujuan pembentukan, diantaranya didirikannya sekolah-
sekolah yang peserta didiknya terbuka untuk umum asalkan beragama
Islam, yang tidak membedakan suku, ras dan kedudukan. 51
Secara kelembagaan program pendidikan Al-Irsyad pada tahun
1913 dengan jenjang sebagi berikut :
a. Madrasah Awwaliyah berjenjang tiga tahun
b. Madrasah Ibtidaiyyah berjenjang empat tahun
c. Madrasah Tajhiziyyah berjenjang dua tahun
d. Madrasah Mu’allimin berjenjang empat tahun
Dan pada tahun 1915 mendirikan Takhassus berjenjang dua
tahun sebagai jenjang pendidikan tertinggi atau setara dengan
perguruan tinggi diploma.52
3. Kurikulum
Secara umum kurikulum merupakan program yang buat untuk
mencapai tujuan pendidikan. Tercapai atau tidaknya tujuan pendidikan
sangat bergantung pada kurikulum yang dibuat.
Kurikulum yang diterapkan Ahmad Syurkati, khususnya pada
pendidikan formal lebih menekankan pada pendidikan dengan muatan
religius yang ditunjang guru-guru yang kompeten dalam bidangnya.
Prioritas ilmu yang harus dipelajari tergambar jelas dalam tiap jenjang
sebagai berikut :
51 Abudin Nata, op.cit., hlm. 197. 52 Bisri Affandi, op.cit., hlm. 214-215.
62
a. Madrasah Awwaliyah berjenjang tiga tahun, kurikulumnya adalah
muhadatsah, baca bahasa Arab, disamping pelajaran yang lain
seperti bahasa Indonesia, berhitung, dan olah raga.
b. Madrasah Ibtidaiyyah berjenjang empat tahun, kurikulumnya
adalah Al-Qur’an, fikih, nahwu, sharaf, muthala’ah dan imla’.
Sebagai tambahan diajarkan sejarah, geografi, bahasa Indonesia,
berhitung, menggambar, dan olah raga.
c. Madrasah Tajhiziyyah berjenjang dua tahun, yang diajarkan adalah
fikih, tauhid, tafsir dan hadits, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris
d. Madrasah Mu’allimin berjenjang empat tahun diajarkan bahasa
Arab, tafsir, hadits dan ilmu hadits, pedagogi, bahasa Inggris, dan
bahasa Indonesia
e. Tahassus yang berjenjang dua tahun diajarkan sepenuhnya religius
yaitu adab al-lughah al-arabiyah (litrratur Arab), mantik (logika),
balaghah (retorika), fiqh wa ushul al-fiqh,tafsir, hadits, ilmu hadits
dan filfafat.53
Dalam mata pelajaran yang telah tersebut di atas dapat dikatakan
bahwa kurikulum yang dibuat bersifat nondikotomik. Tidak ada
pembedaan yang bersifat diskriminatif antara ilmu agama dengan ilmu
umum. Selain itu, kurikulum yang dibuat menekankan pada ilmu alat
dalam hal ini bahasa Arab sebagai alat untuk mempelajari dan
memahami sumber-sumber ajaran Islam.54
4. Metode dan Pendekatan
Metode dan pendekatan merupakan aspek yang penting
diperhatikan dalam proses belajar mengajar. Sampai tidaknya materi
sangat dipengaruhi oleh cara menyampaikannya. Metode mengajar adalah
cara yang digunakan oleh pendidik untuk menyampaikan materi pelajaran
kepada anak didik, yang berlangsung dalam interaksi edukatif.
53 Deliar Noer, op.cit., hlm. 65. 54 Zuhairini, et.al., op.cit., hlm. 161.
63
Dalam usaha pengembangan jalan pikiran anak didik Ahmad
Syurkati menekankan daya kritik daripada hafalan. Hal ini diberlakukan
tidak hanya pada mata pelajaran agama, tetapi pada mata pelajaran lainnya
seperti sejarah, ilmu bumi dan lain sebagainya.55
Ada beberapa metode dalam proses belajar mengajar, yang
mempunyai prinsip-prinsi umum dan faktor-faktor yang mempengaruhi.
Diantara prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a. Harus memperhatikan kecenderungan anak didik, yaitu
memperhatikan dan menyesuaikan kapasitas anak didik, bakat, minat,
lingkungan dan kesiapan anak didik. Sehingga akan terwujud proses
belajar mengajar yang menyenangkan.
b. Memanfaatkan aktivitas individual anak didik. Hal ini dapat dilakukan
dengan melibatkan anak didik dalam setiap kegiatan yang dilaskukan
dan memberi kesempatan kepada mereka untuk berpikir dan berbuat.56
Ahmad syurkati menerapkan metode dan pendekatan dalam belajar
mengajar pada sekolah Al-Irsyad dapat dilihat dari apa yang dilihat dan
terima oleh para murid beliau.57 Metode dan pendekatan yang beliau
terapkan adalah sebagai berikut :
a. Pembiasaan, dilakukan dalam pelajaran bahasa Arab dengan mengajak
salah satu murid beliau untuk jalan dan kemudian mengajarkan bahasa
arab dari benda-benda yag dijumpai, hal ini dialami oleh H. Abdul
Halim
b. Pendekatan psikologis dan konseling dalam melihat minat dan bakat
serta tingkat kemampuan intelegensi para siswa yang diajar.
c. Demokratis dalam suasana belajar mengajar dan menggunakan
pendekatan akliyah yang mengembangkan tingkat kemampuan
berpikir siswa
55 Ibid. 56 Depag RI, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta : Depag RI, 2001), hlm. 88-
89. 57 Baca Abudin Nata, op.cit., hlm. 197-198.
64
d. Metode Diskusi juga sering diterapkan.
Metode ini sangat populer. Dalam metode ini terjadi tukar menukar
informasi, pendapat dan unsur-unsur pengalaman secara teratur.
Tujuannya adalah memperoleh pengertian bersama yang lebih jelas
dan lebih teliti tentang sesuatu dan juga mempersiapkan dan
merampungkan keputusan bersama. Dalam metode ini mengandung
nilai-nilai demokratis. Anak didik berpacu dalam mengeluarkan
pendapat, tentunya dengan aturan main yang ditetapkan oleh
kelompok tersebut.58
Dengan metode diskusi, peserta didik lebih bebas untuk
mengeksplorasi pemikiran tanpa harus merasa minder. Dengan
sedirinya akan muncul karakter diri anak didik tanpa ada pemaksaan,
dan yang muncul adalah keunikan-keunikan pribadi yang harus
dihormati menurut nilai-nilai kemanusiaan.
5. Media Pendidikan
Media pendidikan merupakan alat-alat fisik yang menjelaskan isi
pengajaran seperti film, video kaset, gambar dan lain-lain, yang
berfungsi sebagai alat bantu yang memperlancar dan mempertinggi
proses belajar mengajar.59
Ahmad Syurkati dalam proses belajar mengajar menggunakan
sudah media pendidikan walaupun masih sangat sederhana dengan
menggunakan buku-buku bergambar, terutama gambar manusia yang
oleh sebagian kelompok dianggap haram, untuk menjelaskan maksud
dari materi yang disampaikan.60
58 Depag RI, op.cit., hlm. 111. 59 Chabib Thoha, et.al., PBM-PAI di Sekolah Eksistensi dan Proses Belajar Mengajar
Pendidikan Agama Islam, ( Semarang : Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1998), Cet. I, hlm. 268-270.
60 Zuhairini, loc. cit.
65
Dalam perkembangannya pemilihan media dalam proses belajar
mengajar juga harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang
disampaikan, kondisi anak didik dan kemampuan pendidik.
Pemikiran pendidikan Syaikh Ahmad Syurkati sampai sekarang
mewarnai perkembangan Al-Irsyad sebagai organisasi modern dan
khususnya lembaga pendidikan. Diantara lembaga pendidikan yang sampai
sekarang masih eksis keberadaannya adalah Taman Kanak-Kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Umum, Taman
Pendidikan Al-Qur’an, Madrasah Ibtidaiyyah, Madrasah Aliyah, Pesantren
dan Perguruan Tinggi yang biasa disebut dengan Ma’had Ali dengan
program DII. Berdasar data tahun 2000/2001 lembaga pendidikan tersebut
tersebar di seluruh Nusantara berjumlah 167 dari tingkat TK sampai
Perguruan Tinggi, yang didukung oleh 1.153 guru yang berpendidikan
menengah sampai S3. 61
61 Majalah Gema, edisi Juni 2001, (Jakarta : PP Al-Irsyad Al-Islamiyyah), hlm. 14-15