bab iii perkembangan pindad selama era orde baru...
TRANSCRIPT
58
BAB III
PERKEMBANGAN PINDAD SELAMA ERA ORDE BARU
1976-1983
A. Perindustrian Angkatan Darat (Pindad)
Kegiatan Pindad dititikberatkan untuk memproduksi senjata dan mesiu,
dengan perkataan lain untuk memenuhi kebutuhan militer.Perindustrian Angkatan
Darat yang lebih dikenal dengan Pindad sudah melakukan berbagai jenis
produksi hingga tahun 1976 seperti Senapan Serbu 77 (SS77).
1. Perkembangan PerindustrianAngkatanDarat
Tahapan pengembangan di era Pindad lebih fokus pada tujuan pembinaan
yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip pengelolaan terpadu dan kemajuan
teknologi mutakhir. Proses produksi Pindad pun dilakukan untuk mendukung
kebutuhan TNI AD. Serangkaian percobaan dan evaluasi pembuatan senjata baru
pun dilakukan dan menghasilkan berbagai Surat Keputusan dari Angkatan
Bersenjata untuk memakai senjata Pindad sebagai senjata standar mereka. Setelah
itu, senjata pun diproduksi secara massal.1
Pindad diharapkan secara perlahan tapi pasti agar berkembang menjadi
industri senjata dalam negeri yang ampuh berkompetisi dengan industri-industri
senjata lainnya, untuk membuat alat-alat keperluan prajurit sehari-hari serta
perlengkapan untuk bertempur dalam arti yang sangat luas. Dari sangkur, senjata
ringan dan berat seperti pistol, revolver, senapan mesin, mortir, meriam hinngga
peluru-pelurunya. Melalui kerja sama dengan berbagai badan dan instansi lainnya,
1Abrar Yusra., Azwar Anas Teladan dari Ranah Minang, (Jakarta :
Kompas, 2011), hlm. 68.
59
Pindad juga melakukan eksperimen pembuatan dan peluncuran roket. Lebih jauh
Pindad juga memproduksi alat-alat transportasi militer dan suku cadangnya,
seperti panser dan tank.
Namun perkembangan industri pertahanan masih kurang dapat perhatian
dari pemerintah karena pada masa Orde Baru yang banyak melakukan import
alutsista, maka industri pertahanan tidak mendapat anggaran yang seharusnya
dimana anggaran untuk pembelian lebih besar dibandingkan dengan anggaran
untuk modal bagi industri pertahanan dalam negeri.
Seperti ditulis Radius Prawiro:
“Saat itu industri Indonesia masih belum berkembang;
Indonesia masih merupakan suatu negara yang agraris, maka
pengadaan barang-barang kebutuhan hidup dilakukan melalui
kegiatan perdagangan, dalam hal ini kegiatan impor. Sedangkan
kegiatan perdagangan tidak dapat berjalan lancar karena kelangkaan
devisa, berhubung sebelumnya devisa banyak dipakai untuk
mendanai perjuangan pembebasan Irian Barat, lalu untuk
konfrontasi dengan Malaysia. Negara kita mengalami suatu
kesulitan untuk meredakan inflasi yang waktu itu sudah menuju ke
650 persen pada tahun 1966...”2
Sejalan dengan itu, Indonesia membenahi politik luar negerinya, antara
lain menyambung kembali hubungan dan kerja samanya yang sebelumnya
terputus dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan lembaga-lembaga
internasional lainnya, serta mengundang masuknya investasi asing di Indonesia.
Semua itu membawa konsekuensi-konsekuensi yang mendasar dan luas di semua
sektor kehidupan.
Setelah rehabilitasi ekonomi (1966-1969), lalu dirancangkan program
pembangunan nasional sesuai Repelita jangka panjang Pertama (1969-1994), yang
2Ibid., hlm. 70.
60
menitik beratkan pembangunan ekonomi yang dititikberatkan pada pembangunan
pertanian dengan target swasembada beras sebagai basis pembangunan industri.
Pembangunan pertanian besar-besaran di Indonesia itu didukung antara lain oleh
pembangunan berbagai irigasi besar dan kecil, pembangunan jalan raya yang
didukung rehabilitasi dan pembangunan industri semen dan pupuk, serta
penerapan teknologi pertanian di negara yang wilayahnya luas dan agraris ini.
Perubahan agenda pokok pemerintah itu pada gilirannya menimbulkan perubahan
pula pada status dan funsi Operasi Karya Pindad.3
Mesin-mesin Pindad mengalami idle capacity walaupun menganggur
tetapi mesin-mesin harus tetap produktif. Operasi Karya adalah bagian dari
kegiatan Pindad sebagai badan usaha milik negara di lingkungan Angkatan Darat,
yang secara resmi merupakan usaha industri untuk membuat senjata dan mesiu.
Kegiatan Operasi Karya Pindad sendiri hanya merupakan kegiatan ekstra, yang
tidak memiliki sarana, fasilitas, dan alokasi dana pemerintah (APBN).4
Kurang ketersediaan dana bagi produksi senjata merupakan suatu kendala
yang cukup besar. Tanpa biaya operasi ataupun alokasi dana pemerintah, industri
tidak mampu untuk memproduksi senjata secara masif. Pemerintah yang kurang
memperhatikan perkembangan industri senjata akibat dari kelangkaan devisa dari
pemerintahaan Orde Lama membuat Pemerintahan Orde Baru berusaha untuk
lebih memperhatikan bagaimana produksi industri senjata dalam negeri.5
Dengan menggunakan Operasi Karya Pindad berusaha membuat inovasi
dan kreasi dengan menggunakan sumber daya yang ada. Ini bertujuan
3Ibid., hlm. 71.
4Ibid.
5Ibid., hlm. 73.
61
menggembangkan peran serta Pindad dalam pembangunan industri dalam
negeri.Pada 29 April 1983, industri militer ini dimasukkan ke industri stragis
dengan nama PT Pindad (Persero), yang berada di bawah kendali Dr. B.J.
Habibie. Pada masa inilah proses alih dan akumulasi teknologi dilakukan secara
sistematis, dinamis, dan terprogram. Dengan empat tahap transformasi teknologi,
Habibie melalui tahap produksi senjata dengan lisensi. PT Pindad kemudian
melakukan program manufaktur senjata baru, yaitu senapan serbu FNC, dengan
lisensi dari Fabrique Nationale Herstal (FNH), Belgia. Senapan serbu ini lebih
maju dari yang pernah dibuat Pindad karena memenuhi standar NATO.6
Melalui perjanjian lisensi dengan perusahaan Inggris, Pindad melakukan
perakitan sepuluh unit tank Scorpion. Hal ini menambah pengetahuan, baik
implisit maupun eksplisit, di bidang kendaraan tempur. Dan kelak kemampuan ini
digunakan untuk mendesain dan membuat water canoon dan tactical combat
vehicle. Perbaikan dan pemeliharaan tank Scorpion juga dilakukan di Pindad.7
Industri yang bergerak dibidang senjata ini juga mengembangkan di
bidang kendaraan tempur. Untuk mengurangi ketergantungan Industri alutista
dalam negeri dalam import kendaraan tempur seperti tank maupun alat berat
lainnya.
Produksi di bawah lisensi FNH, PT Pindad mendapatkan pembelajaran.
Dari kerja sama ini, mereka memperoleh kesempatan mempelajari karateristik
senjata. Selain itu, Pindad dapat melakukan perbandingan senjata dari segi desain,
khususnya dengan senapan buatan Amerika Serikat yang terkenal, M-16. Maka
pada tahap ini PT Pindad sudah mampu melakukan adaptasi desain senjata
6 Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 117.
7Ibid.
62
Fabrique Nationale Carabine (FNC) menjadi senapan serbu SS1 berkaliber 5,56
mm, yang sekarang menjadi salah satu senjata organik TNI.8
Program produksi dengan sistem lisensi seperti itu juga memberikan
pengetahuan bagaimana meningkatkan kualitas dan kinerja senjata. Dari sini,
dilakukan adaptasi desain sesuai dengan kondisi pemakainya, yaitu TNI dengan
karateristik keindonesiaannya. Maka diproduksilah senapan serbu SS1 dengan
versi 1, 2, 3, dan 5. Program ini akhirnya terbukti memberikan pelajaran yang
berharga bagi PT Pindad dalam memproduksi senjata dan granat.9
Dari pengalaman di atas, PT Pindad kemudian memproduksi versinya atau
modifikasinya, baik pistol P1 maupun revolver (R1), dengan menggunakan
teknologi balistik berupa laras berulir. Pistol P1 Dan P2 kaliber 9 mm dibuat lebih
sesuai dengan dengan ergonomi orang Indonesia dan juga dengan memperhatikan
serta melakukan remodifikasi balistik dalam dan luar pistol tersebut. Pistol ini
dirancang beroperasi dari Jerman.10
Gambar 1.
Pistol-P1
Sumber : Buku Catur Windu Perindustrian TNI AD
8Ibid.
9Ibid., hlm. 118.
10
Ibid.
63
Industri senjata adalah salah satu komponen penting dalam faktor
mendukung alutsista negara. Indonesia dengan pengembangan industri Badan
Usaha Milik Negara Strategis (BUMNIS) dapat membantu dalam pertahanan dan
keamanan negara. Kekuatan militer negara dilihat dari kelengkapan alutsista
negara serta persenjataan yang digunakan oleh tentaranya.
B. Kepemilikan TNI Terhadap Pindad
Angkatan Bersenjata menjadi faktor dominan dalam pembentukan
kebijakan Pemerintah. Pabrik Industri Senjata pada masa Orde Baru dikelola oleh
Angkatan Darat.Sejak diserah terimakan dari Belanda, PSM (Pabrik Senjata dan
Mesiu) langsung diterima oleh TNI, sehingga industri senjata menjadi tanggung
jawab pihak militer dalam produksi maupun pengembangan senjata maupun
alutsista. Sebagai pemegang industri alutsista, TNI fokus dalam pembuatan
senjata.
1. IndustriSenjata TNI AD PraPindad
Perkembangan PSM. Tanggal 1 Januari 1953 reorganisasi PSM yang
dititik beratkan pada penyelesain tugas pokok. Terutama untk pembaharuan
mesin-mesin guna membuat jenis/type jenis senjata dan munisi, sucad senjata,
rematerialisasi dan alat perlengkapan keperluaan TNI Angkatan Darat. Kemudian
juga diadakan modernisasi instalasi dan tahun 1955 membangun pabrik munisi
kaliber ringan di PSM, sehingga tahun 1956 telah berhasil memproduksi munisi
kaliber ringan secara besar-besaran. Hasil yang dicapai PSM saat itu meliputi
pisotl isyarat 1 inch, stengun 9 mm, rebuild karabin 6,5 mm menjadi 7,7 mm
64
granat-granat tangan, pesawat mortir 5 cm, 6 cm dan 8 cm, hasil-hasil tersebut
telah digunakan TNI untuk operasi militer.11
Saat bernama Pabal AD, terjadi beberapa perkembangan dalam bidang
teknologi persenjataan. Mereka mulai menjalin kerja sama dengan perusahaan
senjata Eropa untuk pembelian dan pembangunan satu unit pabrik senjata.
Hasilnya, mereka berhasil membangun pabrik senjata ringan.12
Pabrik Alat Peralatan AngkatanDarat (Pabal-AD). Tanggal 1 Desember
1958 PSM dirubah menjadi Pabrik Alat Peralatan Angkatan Darat. Usaha
pengembangan pabrik, khususnya bidang persenjataan makin ditingkatkan guna
mengurangi ketergantungan kebutuhan senjata dan munisi dari negara lain.
Setelah berhasil memodernisir Pabrik munisi tahun 1957, usaha pengembangan
selanjutnya adalah untuk membangun pabrik senjata, usaha ini akhirnya berhasil
pada tahun 1959 dengan ditandatangani kontrak kerasama untuk pembelian satu
unit Pabrik Senjata dikenal dengan kontrak BB/KOYA. Disamping merencanakan
pembangunan pabrik senjata, juga berhasil mengembangkan Fuse untuk granat
mortir serta munisi kaliber. 30 M/T, munisi kaliber 9mm.13
Keberhasilan itu membuat Pabal AD ditunjuk sebagai badan pelaksana
utama pengadaan senjata di kalangan TNI AD. Pada era ini pula pemerintahan
11
Lestari Wijono., “Pemberdayaan Industri Strategis Dalam Mendukung
Alutsista TNI AD Untuk Meningkatkan Pertahanan Keamanan Negara (Studi Di
PT Pindad)”, Tesis, (Yogyakarta : UGM, 2008), hlm. 4
12
Silmy Karim., Membangun Kemandirian Industri Pertahanan Indonesia,
(Jakarta : PT.Gramedia, 2014), hlm. 108.
13
Lestari Wijono., loc.cit.
65
Belanda menyerahkan Cassava Factory, pabrik ubi kayu, di Turen, Malang, Jawa
Timur yang kemudian menjadi lokasi Divisi Munisi PT Pindad (Persero).14
2. IndustriSenjata TNI AD Pindad
Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) melakukan pembangunan instalasi
yang dilakukan secara bertahap, ternyata semakin meningkatan kemampuan
tekonologinya, sehingga mengantarkan ke fase kedewasaan menjadi satu instalasi
industri. Pada tanggal 17 Mei 1962 namanya dirubah menjadi Perindustrian TNI
Angkatan Darat (Pindad). Pembangunan tahap-tahap berikutnya diarahkan untuk
lebih menitikberatkan pada pencapaian tujuan pembinaan disesuaikan dengan
tingkat perkembangan teknologi.
Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat. Sejalan dengan
kebijaksanaan pemerintah dalam re-organisasi departemen-departemen
pemerintahan, termasuk Departemen Hankam, maka Pindad mengalami
perubahan nama menjadi Komando Perindustrian TNI Angkatan Darat
(Kopindad). Perubahan ini ternyata membawa perubahan sikap mental yang
lamban.
Perkembangan selanjutnya, sebagai realisasi Keputusan Menteri
Pertahanan dan Keamanan/Panglima Angkatan Bersenjata Nomor
Kep/18/IV/1976 tertanggal 28 April 1976 tentang Pokok-pokok Organisasi dan
Prosedur Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat, nama Kopindad
dikembalikan menjadi Pindad. Pindad berubah dari komando utama pembinaan
menjadi badan pelaksana utama di lingkungan TNI AD. Sebagai realisasi
Keputusan Menhankam/Pangab No: Kep/18/IV/1976 tanggal 28 April 1976
14
Ibid., hlm. 55.
66
tentang pokok-pokok organisasi dan Prosedur Tentara Nasional Indonesia
Angkatan Darat dan Keputusan Kasad No: Kep/58/X/1979 tanggal 12 Oktober
1979 tentang organisasi dan tugas Pindad, nama Kopindad dirubah menjadi
Pindad sejak tangggal 12 Oktober 1979. Perubahan nama ini mengakibatkan
perubahan status Pindad dari Komando Utama Pembinaan Menjadi Badan
Pelaksana Utama di lingkungan TNI Angkatan Darat.15
Perkembangan selanjutnya Pindad membentuk pabrik-pabrik sesuai
kemampuan teknologi meliput : Pabrik Senjata Ringan dengan tugas pokok
memproduksi senjata ringan berbagai kaliber serta senjata untuk berburu.; Pabrik
Munisi Ringan (Pabmuri) Bandung, dengan tugas pokok memproduksi munisi
kaliber ringan serta munisi untuk berburu berbagai macam type; Pabrik Munisi
Ringan (Pabmuri) Turen dengan tugas pokok memproduksi munisi kaliber ringan;
Pabrik Munisi Berat dengan tugas pokok memproduksi berbaagai macam munisi
kaliber berat.; Pabrik Perkakas dan Instrumen (Pabkakmen), dengan tugas pokok
memproduksi perakakas dan sarana pabrik termasuk onderdil mesin dll.; Pabrik
Konstruksi Umum (Pabkonsum) dengan kegiatan pokok meliputi bidang
perkayuan. Berbagai pengembangan produksi telah dilakukan Pindad antara
bidang senjata, pada tahun 1977 berhasil membuat pramodel senjata ringan yang
dinamakan senapan serbu (SS 77) kaliber 5,56 mm dan 7,62 mm, serta
pengembangan-pengembangan munisi maupun produk-produk untuk kepentingan
industri dan rumahtangga.16
15
Ibid., hlm. 48.
16
Departemen Pertahanan Nasional.,
PerindustrianTentaraNasionalIndonesiaAngkatanDarat, (Bandung : PT Pindad,
1983), hlm. 110.
67
Gambar 2.
Prototype SS 77 dengan popor yang dapat dilipat
Sumber : Buku Catur Windu Perindustrian TNI AD
Dilihat dari segi kemampuan teknologinya, Pindad mendasarkan kepada
kemampuan teknologi dari tiap-tiap unit pabrik yang berada di dalam tubuh
Pindad sendiri, yang meliputi kegiatan :17
1. Pabrik Senjata Ringan :
a. Tugas pokoknya memproduksi senjata ringan berbagai
macam kaliber dan tipe. Senjata ringan yang telah
diproduksi adalah:
1) Pistol P-1.
2) Pistol mitraliur PM-1.
3) Senapan SP-1.
4) Senapan SP-2.
5) Senapan SP-3.
6) Pesawat mortir 5 cm.
7) Pesawat mortir 6 cm.
8) Pesawat mortir 8 cm.
9) Pistol isyarat 1 inch dan 15 mm.
17
Ibid.
68
b. Kemampuan dalam produksi sipil berupa senjata berburu
berbagai macam kaliber dan tipe.
2. Pabrik Munisi Ringan (Pabmuri) Bandung :
a. Tugas pokoknya memproduksi berbagai macam munisi
ringan. Munisi kaliber ringan yang telah diproduksi adalah :
1) Munisi kaliber 7,62 mm long MU-2 Tj.
2) Munisi kaliber 7,62 mm MU-2 Tj.
3) Munisi kaliber 9 mm MU-1 Tj.
4) Munisi kaliber 30 Hampa M2 HK.
5) Munisi kaliber 7,62 mm Hampa MU-2 H.
6) Munisi kaliber 9 mm MU-1 Tj.
b. Kemampuan dalam produksi sipil berupa munisi berburu
berbagai macam tipe.
3. Pabrik Munisi Berat (Pabmurat) :
a. Tugas pokoknya memproduksi berbagai macam munisi
kaliber berat dan bahan peledak. Munisi kaliber berat dan
bahan peledak telah diproduksi adalah:
1) Granat mortir 5 cm.
2) Granat mortir 6 cm.
3) Granat mortir 8 cm.
4) Granat tangan offensief.
5) Granat tangan asap.
6) Granat tangan defensief.
7) Penggalak untuk munisi kaliber ringan dan lain-lain
peluru.
8) Tabung ledak (fuze) untuk granat mortir, granat tangan
dan lain-lain alat peledak.
9) Peluru pendorong untuk granat mortir.
10) Alat-alat penghancur (demolition charge).
11) Pengisian TNT.
12) Detonator untuk mortir, granat tangan.
13) Peluru isyarat 1 inch dan 15 mm.
b. Kemampuan dalam produksi sipil berupa pembuatan :
69
1) Pompa-pompa air.
2) Metalic packing.
3) Mesin rami.
4) Emposan tikus.
5) Signal flares.
6) Rupa-rupa kembang api.
7) Detonator listrik dan non listrik.
8) Peluru kaliber 22
9) Dan lain-lain.
4. Pabrik perakas dan Instrumen (Pabkakmen) :
a. Kegiatan pokoknya meliputi :
1) Pembuatan perkakas khusus, umum, alat ukur/kaliber,
alat pemegang dan lain-lain.
2) Proses penyepuhan.
3) Pekerjaan pelapisan (coatingverchroom).
4) Pengasahan (pemeliharaan perkakas).
5) Pembuatan spare-parts untuk mesin-mesin produksi.
b. Kemampuan dalam produksi sipil pembuatan :
1) Perkakas potong (cutting tool) untuk produksi sipil.
2) Instrumen-instrumen ukur.
3) Roda gigi teliti.
4) Stempel mattrijs.
5) Onderdil mesin-mesin.
5. Pabrik Konstruksi Umum (Pabkonsum) :
a. Kegiatan pokoknya meliputi bidang perkayuan, konstruksi,
permesinan, tuangan dan stamping :
1) Pembuatan popor.
2) Pancar pasir (sandblasting).
3) Pengelasan bagian-bagian senjata menjadi sub-
assembling.
4) Pekerjaan konstruksi dan las umum.
5) Pembuatan peti-peti pengemasan.
6) Pembuatan peti-peti angkut produk.
7) Pembuatan pelor kayu hampa.
8) Pengecatan alat-alat pengemas.
9) Pemeliharaan mesin-mesin dan pekerjaan penyelesaian
(finishing) produk secara mekanis.
10) Melakukan pekerjaan-pekerjaan penjahitan barang-
barang perlengkapan senjata ringan dari kain.
70
11) Barang-barang tuangan untuk bantuan pemeliharaan.
12) Badan granat tangan.
13) Parts senjata dari sheet-metal.
14) Pembuatan peti pengemasan (dari kaleng) untuk senjata,
munisi dan lain-lain.
15) Pembuatan dus-dus pengemas untuk munisi dan lain-
lain.
16) Pembuatan tabung pengangkut granat mortir (carriers).
17) Pembuatan komponen-komponen untuk senjata dan lain-
lain yang dilakukan dengan proses stamping.
b. Kemampuan produksi sipil :
1) Konstruksi kayu.
2) Pembuatan spre-parts (roda gigi dll).
3) Pembuatan pompa-pompa air/tambang.
4) Pembuatan pintu-pintu air.
5) Pembuatan mesin-mesin/alat-alat pertanian (pedal
threser).
6) Rumah-rumah pompa tambang.
7) Segala macam benda tuangan, besi cor, baja dan non-
ferro.
8) Pembuatan Perlengkapan Perorangan dan Lapangan.
9) Bintang-bintang tanda jasa, medali dan lain-lain.
10) Piala-piala dan emblim.
11) Alat-alat intendans (ranjang, muk, lunchtray dll)
12) Pembuatan mesin-mesin dan alat-alat pertanian
(Sprayers dan pelmolen).
13) Komponen-komponen motor Honda dan mobil
Daihatsu.18
Kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai salah satu faktorpenting
dalam rangka penyempurnaan produksi telah dilaksanakan semenjak P.S.M,
PABAL-AD dan Pindad. Kegiatan ditujukan kepada peningkatan mutu produksi,
perbaikan proses disesuaikan dengan kemajuan teknologi mutakhir.
Kepemilikan TNI AD, Pindad mampu berkembang dan mendapatkan
perhatian dari Pemerintah akan pentingnya industri alutsista. Melalui Keppres
Nomor 40 tahun 1980 (BPP), Tentang Tim Pengembangan Industri Strategis
18
Ibid., hlm. 118.
71
Hankam yang Terdiri Atas Menteri Negara Riset dan Teknologi/Kepala BPP
Teknologi, Menhankam/Pangab, dan Menteri Perindustrian.
Pembahasan mengenai Pindad, industri yang bergerak di bidang alutsista
untuk masuk ke dalam industri strategis negara mulai menjadi wacana penting
bagi pemerintah. Secara perlahan pemerintah mulai masuk kedalam dewan direksi
serta struktur organisasi dalam instansi tersebut. Industri yang telah dikelola oleh
TNI-AD sejak pemerintahan era Soekarno mulai melakukan perombakan dalam
struktur organisasi yang melibatkan pihak luar kalangan militer. Kalangan militer
yang selama lebih dari 30 tahun memegang kendali penuh terhadap industri
senjata perlahan berganti kepemimpinan dengan kepemimpinan sipil dengan B.J
Habibie mewakili Kementrian Riset dan Teknologi (KEMENRISTEK)melalui
upacara pemindahanPindad dari Kementrian Pertahanan dan Keamanan
(KEMENHANKAM) diwakili oleh Panglima ABRI (PANGAB). Disamping itu
koordinasi antardepatemen, yang sangat penting bagi pengembangan industri
pertahanan dan keamanan, juga telah dimantapkan melalui Keputusan Presiden
No 59 Tahun 1983 Tentang Pembentukan Dewan Pembina dan Pengelola
Industri-industri Strategis dan Industri Pertahanan Keamanan.
C. Kepemilikan BUMN ( Perseroan Terbatas) PT PINDAD
Setelah masuk kedalam Perseroan melalui BUMN kemudian Pindad mulai
dikelola oleh Kemenristek dibawah B.J Habibie. Menjadi persero bukan suatu
kendala bagi perkembangan Pindad karena justru melalui persero yang masuk ke
dalam BUMN, Pindad menjadi salah satu target kemajuan perkembangan
ekonomi negara. Karena setelah menjadi persero Pindad harus bisa memajukan
72
kemampuan daya saing industri dalam negeri untuk dapat meningkatkan kuantitas
produksi maupun kulitas.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan RI No. 740/KMK 00/1989 yang
dimaksud Badan Usaha Milik Neara (BUMN) adalah : Badan usaha yang seluruh
modalnya dimiliki negara (Pasal 1 Ayat 2a). Atau badan usaha yang tidak seluruh
sahamnya dimiliki negara tetapi statusnya disamakan dengan BUMN yaitu (Pasal
1 Ayat 2b).19
1. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan
pemerintah daerah.
2. BUMN yang merupakan patungan antara pemerintah dengan
BUMN lainnya,
3. BUMN yang merupakan badan-badan usaha patungan dengan
swasta nasional/asing di mana negara memiliki saham mayoritas
minimal 51%.20
Bahasa asingnya BUMN adalah public enterprise. Dengan demikian
BUMN berisikan dua elemen esensial yakni unsur pemerintah (public) dan unsur
bisnis (enterprise). BUMN tidaklah murni pemerintah 100 persen dan tidak juga
murni bisnis 100 persen. Berapa besar presentase masing-masing elemen itu di
suatu BUMN tergantung pada jenis atau tipe BUMN-nya. Dalam hal Perjan unsur
pemerintah lebih besar dari unsur bisnis, sedangkan untuk Persero unsur bisnisnya
lebih dominan dari unsur pemerintah. Perum boleh dikatakan fifty-fifty. Tetapi
pasti di setiap jenis BUMN kedua unsur tersebut pasti harus ada.21
19
Pandji Anoraga., BUMN, SWASTA dan KOPERASI , (Jakarta : PT.
Dunia Pustaka Jaya, 1995), hlm. 1.
20
Ibid.
21
Ibid.
73
1. Persero (KUHD) Goverment/State Company
a) Makna usaha, tujuan perusahaan : profit sebagai titik berat.
b) Status hukum : badan hukum berdasarkan KUHD dan PP pendirian
(dengan akte notaris).
c) Hubungan organisatoris dengan pemerintah : berdiri sendiri sebagai
suatu kesatuan organisasi yang tercapai (otonom).
d) Pemilikan/penguasaan oleh pemerintah : dapat sepenuhnya atau
sebagian yaitu melalui pemilikan saham secara keseluruhan atau
sebagian.
e) Pengurusan oleh pemerintah : pimpinan adalah suatu direksi, diangkat
oleh Rapat umum Pemegang Saham.
f) Pengawasan oleh pemerintah : melalui dewan komisaris yang diangkat
oleh Rapat Umum Pemegang Saham.
g) Kekayaan/permodalan : dari kekayaan negara yang dipisahkan dan
merupakan modal dasar persero, untuk keseluruhan atau sebagian
modal perseroan terbagi dalam saham-saham.
h) Status kepegawaian : pegawai perusahaan swasta biasa.
i) Ruang lingkup kegiatan usaha : seperti pada perusahaan swasta biasa.22
2. PerananBUMN
Peranan BUMN erat berkaitan dengan berbagai tujuan yang perlu dicapai
BUMN, seperti yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 3
Tahun 1983. PP No. 3/1983 ini, yang meliputi ketiga BUMN, yaitu Perusahaan
Perseroan (Persero), Perusahaan Umum (Perum), dan Perusahaan Jawatan
(Perjan), menetapkan bahwa tujuan-tujuan BUMN adalah :
1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan ekonomi negara pada
umumnya dan penerimaan negara khususnya;
2. Mengadakan pemupukan keuntungan dan pendapatan;
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa barang dan jasa
bermutu dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak.
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat
dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi.
5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat melengkapi
kegiatan swasta dan koperasi dengan antara lain menyediakan
kebutuhan masyarakat, baik dalam bentuk barang maupun bentuk jasa
dengan memberikan pelayanan yang bermutu.
6. Turut aktif memberikan bimbingan kepada sektor swasta, khususnya
pengusaha golongan ekonomi lemah dan sektor koperasi.
22
Ibid. hlm. 4.
74
7. Turut aktif melaksanakan dan menunjang pelaksanaan program dan
kebijaksanaan pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan
umumnya.23
Pada seminar Peranan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dalam Pelita
IV yang diadakan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 1984, Menteri Keuangan
Republik Indonesia juga mengemukakan bahwa, seperti juga halnya dengan Pelita
I, II, dan III, maka dalam Pelita IV BUMN tetap memegang peranan Penting.24
BUMN sebagai unit ekonomi milik negara merupakan sektor yang penting
perannya dalam membantu pemerintah mengiplementasikan kebijakan
pembangunan yang telah digariskan. Dalam konteks pencarian alternatif sumber
dana, pemerintah memberikan perhatian atau mungkin semcam tuntutan yang
makin besar kepada BUMN, khususnya yang berstatus persero. Hal ini
mengingatkan untuk memupuk keuntungan, besarnya jumlah BUMN dalam status
Persero, besarnya investasi yang ditanamkan oleh negara; BUMN merupakan
sektor kunci dalam perkembangan perekonomian negara, mempunyai potensi
dalam pengembangan sumber daya manajerial dan keterampilan serta mempunyai
potensi alih teknologi. Tuntutan yang makin besar di masa mendatang ini akan
menuntut peningkatan pengelolaan yang lebih efektif dan efisien. Dengan kata
lain, pada masa-masa mendatang fungsi BUMN khususnya Persero sebagai unit
bisnis strategis (SBU : Strategic Business Unit) akan lebih menonjol dibandingkan
dengan fungsi-fungsi lainnya majemuk itu.25
Kerangka ini, pemerintah membatasi diri pada BUMN-BUMN yang
dipandang vital dan strategis, sementara yang lain tidak menutup kemungkinan
23
Ibid., hlm. 5.
24
Ibid.
25
Ibid., hlm. 21.
75
diswastakan dan bisa juga ditutup/dilikuidasi untuk persero-persero yang terus
merugi.26
PT Pindad dapat dikategorikan sebagai BUMN yang vital dan
dipandang strategis bagi negara, maka dari itu pemerintah memasukan Pindad ke
dalam BUMN sehingga menjadi Persero dengan pemerintah mendapat
Keuntungan (Profit) dari perkembangan industri tersebut.
Penunjang gerak dan langkah BUMN, pemerintah melalui Keputusan
Menteri Keuangan No. 740/89 dan No. 741/89 merumuskan langkah-langkah
menyehatkan BUMN. Keputusan ini memungkinkan adanya : peningkatan status
hukum BUMN; adanya kerja sama operasi atau kontrak manajemen dengan pihak
lain yang dianggap memiliki keahlian profesional; penggabungan satu sama lain
BUMN atau pemecahan BUMN bila dianggap perlu. Untuk meningkatkan
peranan BUMN sebagai profit center, berbagai upaya ditempuh misalnya
meningkatkan sikap profesional jajaran menejemennya, menggunakan manajemen
profesional dari swasta (kalau dipandang perlu), membudayakan kultur budaya
perusahaan yang berorientasi pada bisnis/profit dan meningkatkan efisensi.27
Salah satu target dalam pengembangan PT Pindad yaitu mengejar
ketinggalan teknologi, baik dalam kuantitas produksi maupun kuantitas agar dapat
memajukan industri senjata yang termasuk dalam alutsista negara dalam rangka
pertahanan dan keamanan. Dalam pernyataan Kemenristek sasaran utama PT
Pindad untuk kebutuhan Hankam (Pertahanan dan Keamanan) negara. Untuk
mempertahankan kedaulatan negara dibutuhkan kekuatan militer yang
mendukung.
26
Ibid., hlm. 22.
27
Ibid., hlm. 23.
76
D. AnggaranPemerintahTerhadap PT PINDAD Sebagai BUMN
Kekuatan militer dibantu oleh kemajuan dan perkembangan alutsista
negara, dimana setiap negara memerlukan alutsista yang efektif dan efisien. PT
Pindad sebagai salah satu industri alutsista negara yang bergerak di bidang senjata
dan munisi serta beberapa kendaraan tempur ringan, membutuhkan dukungan oleh
pemerintah.
Melalui anggaran negara untuk belanja alutsista maupun kebutuhan
peralatan dan perlengkapan militer membutuhkan biaya yang tidak sedikit.
Selama pemerintahan Soeharto dalam bidang pertahanan dan keamanan cukup
banyak dianggarkan untuk pembelian alutsista. Namun dalam setiap belanja
alutsista, negara tidak cukup hanya mengeluarkan dana untuk pembelian
(purchase) namun juga untuk perawatan dan reparasi (maintenance &
reparation). Kebutuhan selanjutnya yang kemudian dalam anggaran negara untuk
hankam tidak efisien.
1. Perencanaan Anggaran dalam menunjang
SektorPertahanandanKeamananNasional
Penyusunan Rancangan APBN 1984/1985 tidak dapat dilepaskan dari
situasi dan keadaan perekonomian nasional. Pemerintah mendurung untuk
menjalankan berbagai langkah kebijaksanaan ekonomi untuk memperkecil
pengaruh resesi ekonomi dunia dan di bidang keuangan negara Pemerintah telah
melaksanakan berbagai langkah untuk meningkatkan penerimaan dalam negeri di
luar minyak dan di sampingitu langkah-langkah penghematan dan peningkatan
efisiensi di dalam penggunaan uang negara juga terus dilakukan.
Anggaran pendapatan dan Belanja Negara tahun 1984/1985 direncanakan
berimbang pada jumlah sebesar Rp 20.560,4 milyar. Di bidang penerimaan negara
77
jumlah tersebut terdiri dari penerimaan dalam negeri dan penerimaaan
pembangunan, yang masing-masing direncanakan sebesar Rp 16.149,4 milyar dan
Rp 4.411,0 milyar. Sedangkan di bidang pengeluaran negara jumlah tersebut
terdiri dari pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan, yang masing-masing
direncanakan sebesar Rp 10.101,1 milyar dan 10.459,3 milyar. Dengan demikian
Tabungan Pemerintah yang merupakan selisih antara penerimaan dalam negeri
dan pengeluaran rutin direncanakan sebesar Rp 6.048,3 milyar. Dana
pembangunan yang merupakan gabungan dari Tabungan Pemerintah dan
penerimaan pembangunan akan mencapai Rp 10.459,3 milyar. Bagian daripada
dana pembangunan yang berupa rupiah akan digunakan untuk membiayai
berbagai jenis pengeluaran pembangunan yaitu untuk membiayai pembangunan
sektoral yang dilaksanakan oleh departemen/lembaga negara non-departemen
sebesar Rp 3.510,0 milyar, untuk membiayai pembangunan regional berupa
proyek-proyek Inpres dan Inpeda sebesar Rp 1.516,5 milyar dan berbagai
pengeluaran pembangunan lainnya yang keseluruhan direncanaan sebesar Rp
1.061,3 milyar. Di samping itu sebagian daripada dana pembangunan dalam
bentuk bantuan proyek juga digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran
pembangunan yang direncanakan senilai Rp 4.371,5 milyar.28
Sektor Pertahanan dan Keamanan Nasional diberikan porsi dana sebesar
Rp 697.761.600,0 dalam RAPBN tahun1984/1985.29
Dan pada RAPBN tahun
1985/1986 naik jumlah dana menjadi Rp 714.064.000,0 .30
Makin besar porsi
28Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara Tahun 1984/1985., Republik Indonesia, hlm. 38. 29Ibid., hlm. 419. 30Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Negara Tahun 1985/1986., Republik Indonesia, hlm. 437.
78
anggaran pertahanan, yang tidak hanya digunakan untuk pengadaan berbagai
barang dan jasa, tapi juga untuk pengoperasian dan perawatan alutsista, makin
besar potensi demand untuk industri pertahanan yang bersangkutan. Makin kecil
belanja pertahanan, makin kecil pula potensi permintaan dan pendapatan bagi
industri pertahanan.31
2. Peran Pemerintah dalam Membangun Sektor Industri Pertahanan
Hubungan yang simpel antara pemerintah dan industri senjata ini, dengan
anggaran sebagai perantaranya, kerap belum dapat dipahami oleh banyak
pemerintah negara berkembang. Tidak mungkin membangun atau
mengembangkan industri pertahanan tanpa memperbesar alokasi belanja
pertahanan dalam anggaran negara.32
Pembiayaan pembangunan sektor industri, dalam Repelita IV prioritas
diberikan pada industri yang dapat menghasilkan mesin-mesin industri sendiri
baik industri berat maupun ringan yang akan terus dikembangkan dalam Repelita-
Repelita selanjutnya. Disamping itu diambil langkah-langkah untuk
mengembangkan penguasaan teknologi yang diperlukan oleh industri permesinan
dan akan lebih dikembangkan beberapa industri tertentu sepertin industri maritim,
industri penerbangan, industri alat-alat berat, industri elektronika serta industri
lainnya yang dapat menunjang pertahanan dan keamanan nasional. Untuk dapat
mendukung usaha pembangunan industri nasional, maka berbagai kebijaksanaan
yang dapat menciptakan iklim penanaman modal dan iklim berusaha yang lebih
sehat dan dinamis akan terus ditingkatkan. Tercapainya sasaran tersebut akan
membantu kemantapan stabilitas nasional yang sehat dan dinamis sehingga
31Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 160.
32Ibid., hlm. 161.
79
mampu menciptakan ketahanan nasional yang lebih kokoh dan dinamis dalam
rangka meletakkan kerangka landasan yang lebih kuat untuk melanjutkan
pembangunan nasional pada Repelita-Repelita selanjutnya.33
Karakter khas sektor pertahanan mendorong kedua dari pemerintah
sebagai sponsor industri pertahanan. Ini berbeda dengan hubungan sebagai
pelanggan yang lebih menyoroti dimensi hubungan komersial dan manajerial dari
pemerintah dan industri pertahanan. Sebagai sponsor, pemerintah dan industri
pertahanan memiliki keterkaitan yang lebih erat. Dengan menjadi sponsor, artinya
pemerintah melindungi, mempromosikan, dan memberdayakan industri
pertahanan dengan menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk
melaksanakan fungsinya melindungi negara.34
Hubungan pemerintah dengan industri pertahananya substansial, sangat
sistematis dan institusional. Dalam hubungan jenis ini, infrastruktur keuangan dan
transaksi menjadi batang tubuhnya, dengan kultur, komitmen, dan mekanisme
mengikuti transaksi yang besar ini. Konteksnya, infrastruktur transaksional adalah
fungsi atau bentuk dari peran sponsor negara.
Pengeluaran dana yang berlebih dalam penganggaran yang tidak efisien
dalam pembelian kebutuhan alutsista yang menyebabkan kurang terporsirnya
anggaran untuk kemajuan dan pengembangan industri alutsista dalam negeri
sendiri. Ketertinggalan teknologi dalam Pindad sendiri yang menjadi salah satu
faktor penyebab negara lebih memilih untuk membeli alutsista dari luar.
33Nota Keuangan dan Rancangan
AnggaranPendapatanDanBelanjaNegaraTahun 1984/1985., Republik Indonesia,
hlm. 75.
34Silmy Karim., Op.Cit, hlm. 166.
80
3. PasarIndustriPertahanan PINDAD Sebagai BUMN
Aktivitas utama PT Pindad adalah melakukan bisnis di bidang alat dan
peralatan yang akan membantu kebijakan yang independen dalam pertahanan dan
keamanan dan juga alat dan peralatan. Dilihat dari produknya, Pindad terdiri atas
dua direktorat, yaitu Direktorat Produk Militer dan Direktorat Produk Komersial.
Direktorat Produk Militer terdiri atas Divisi Amunisi, Divisi Senjata, serta Unit
Bisnis Workshop dan Prototipe. Sedangkan Direktorat Produk Komersial terdiri
atas Divisi Mekanik, Listrik, Forging, dan Pengecoran serta Unit Bisnis Tool
Shop, Stamping dan Laboratorium.35
Divisi Senjata mengambil tempat untuk fasilitas produksinya di Bandung,
Jawa Barat. Di Kota Kembang, divisi ini terus berupaya berkembang dengan
fasilitas yang terus dimutakhirkan. Fasilitas yang ada membuat Divisi Senjata
dapat melakukan semua aktivitas, dari desain, manufaktur, pengembangan,
pengujian, hingga bantuan teknis kepada pemakai semua produknya. Kekuatan
dan kinerja produk diteliti secara terus-menerus untuk mendapatkan peningkatan
kualitas dan keandalan produk.
Kebijakan pengadan untuk pemerintah di banyak negara banyak
mendasarkan diri pada iklim kompetisi. Pemikiran yang umum, kompetisi
beberapa pemasok akan menghasilkan inovasi dan kapasitas yang berujung pada
kinerja produk yang tinggi tapi dengan harga yang masuk akal. Persoalannya,
pasar pertahanan memiliki keunikan tersendiri, yang kerap menafikan logika pasar
komersial.
35Ibid., hlm. 111.
81
Di pasar komersial, peningkatan supply dan demand sangat berkolerasi
dengan level harga. Supply naik, harga akan turun. Jika harga turun, demand akan
naik. Persoalannya, di sektor pertahanan, jumlah pemesanan dari pemerintah tidak
sensitif terhadap penurunan harga, dan juga kenaikan, karena dilandasi
perhitungan kebutuhan, proyeksi struktur angkatan bersenjata, dan kapabilitas dari
sistem persenjataan yang diinginkan. Dengan kondisi ini, perusahaan hanya
memiliki sedikit insentif pasar untuk lebih efisien demi memangkas harga.36
Kondisi monopsoni dan regulasi yang ketat dalam pengembangan senjata
dan industri pertahanan pada akhirnya menimbulkan dampak monopolistik (atau
oligopolistik) karena hanya perusahaan yang memiliki reputasi dan sejarah di
lingkungan industri pertahanan yang memiliki struktur, prosedur, dan kultur yang
sesuai dengan keinginan pemerintah.37
Meski manfaat prinsip kompetisi sudah dan sangat disadari, semua proses
pengadaan barang dan jasa pemerintah sektor pertahanan sering melimpah kontrak
pengadaan kepada sumber tunggal. Selintas seperti ada pada standar ganda bahwa
di satu sisi pengadaan barang dan jasa di sektor lain harus mendasarkan pada
prinsip kompetisi, sementara di pihak lain sektor pertahanan menoleransi
semacam praktek monopoli. Ini karea ada perbedaan mendasar antara pasar
komersial dan pertahanan.
36Ibid., hlm. 162. 37Ibid., hlm. 181.
82
E. Kebijakan Ekspor Impor dalam pengaruh Produksi Industri
Pertahanan
Perdagangan bukanlah menjadi tujuan secara tersendiri. Usaha untuk
meluaskan kegiatan niaga adalah salah satu jalan penting untuk meningkatkan
pendapatan dan meluaskan kesempatan kerja. Perdagangan adalah jalur yang
bermanfaat untuk menanggulangi kesulitan – kesukaran ekonomis yang
menghadapi perekonomian dunia dewasa ini: pengangguran merajalela,
pendapatan rendah yang tertekan, pertumbuhan tersendat-sendat, masalah beban
hutang negara-negara berkembang, inflasi. Golongan negara berkembang maupun
golongan negara industri dihadapkan dengan serangkaian permasalahan pokok
tersebut.38
1. ProteksiPemerintahdalampengaruhkebijakaneksporimpordalamS
ektor Pembangunan IndustriPertahanan
Pembangunan sektor pembangunan daerah, desa dan kota diarahkan pada
keselarasan pembangunan daerah dan pembangunan sektoral, sehingga
pembangunan sektoral yang berlangsung di daerah-daerah benar-benar sesuai
dengan potensi dan prioritas daerah. Dengan demikian keseluruhan pembangunan
daerah juga benar-benar juga merupakan satu kesatuan , demi terbinanya Indonesa
sebagai kesatuan politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan di
dalam mewujudkan tujuan nasional.39
Perkembangan industri pertahanan, impor dan ekspor merupakan faktor
penting untuk membantu perkembangan ekonomi negara. Menunjang untuk
38Sumitro Djojohadikusumo., Perdagangan dan Industri dalam
Pembangunan , (Jakarta : LP3ES, 1985), hlm. 15. 39Nota Keuangan dan Rancangan
AnggaranPendapatanDanBelanjaNegaraTahun 1984/1985., Republik Indonesia,
hlm. 72.
83
perbandingan teknologi senjata dengan negara lain merupakan langkah tepat bagi
Pindad untuk membantu dalam ketertinggalan teknologi senjata Pindad. Namun
dalam kebijakan untuk membantu perkembangan industri juga untuk membantu
industri dalam negeri. Pemerintah melaksanakan berbagai kebijakan untuk
membantu industri dalam negeri termasuk industri pertahanan yang menekankan
mengenai pembatasan impor untuk membantu industri dalam negeri.
Faktor ketidakpastian selalu meningkatkan biaya produksi dan pemasaran
serta pembiayaanya. Pengaturan bersama untuk meningkatkan perdagangan
internasional secara semakin luas akan membangut menguari ketidakpastian bagi
dunia usaha. Hal itu merupakan kepentingan bersama. Usaha bersama untuk
mengurangi ketidakpastian bagi dunia usaha selanjutnya membantu untuk
mencapai kesempatan kerja secara penuh di negara-negara industri dan lapangan
kerja di negara-negara berkembang.40
Dalam faktor biaya produksi maupun
pemasaran serta pembiayaan industri senjaa juga tidak lepas dari keadaan produk
pasar di Internasional. PT Pindad mengoptimalkan biaya produksi senjata dengan
pemasaran sehingga mendapatkan keuntungan dari setiap pemasaran produk.
Kebijaksanaan proteksi atau subsidi yang menyangkut subtitusi impor
biasanya dimaksud sebagai pengaturan yang bersifat “sementara”. Akan tetapi
setelah beberapa waktu berlalu sering muncul kepentingan-kepentingan bercokol
yang kuat dan besar pengaruhnya terhadap kebijaksanaan pemerintah.
Kepentingan-kepentingan tersebut tidak segan menempuh berbagai jalan dan cara
untuk menekan pemerintah agar proteksi dan/atau subsidi dilanjutkan secara
terusmenerus.
40Sumitro Djojohadikusumo., Op.Cit., hlm. 16.
84
2. KondisipasarInternasionalberpengaruhterhadapimporeksporPind
ad
Langkah-langkah tindakan untuk menghemat impor mempunyai
batasansendiri, tidak bisa terus dilakukan sampai pada titik merugikan usaha
pengembangan ekspor. Dari sudut kedudukan neraca pembayaran luar negeri,
peningkatan ekspor bahkan lebih penting dari penghematan impor semata-mata.
Mungkin pada suatu tahap tertentu, keadaan pasar internasional tidak
menguntungkan bagi ekspor barang-barang yang dihasilkan dalam struktur dan
komposisi produksi pada saat itu. Akan tetapi dalam dinamika perkembangan
masa, sumber-sumber daya dan dana yang kini dicurahkan pada subtitusi impor
dapat dialihkan pada kegiatan untuk menciptakan kesempatan ekspor yang baru.
Segala sesuatau itu harus didasarkan atas pertimbangan biaya komparatif dan
keunggulan komparatif dalam dinamika perkembangan keadaan. Subtitusi impor
atau penghematan impor membawa dampak negatif terhadap ekonomi masyarakat
secara menyeluruh, jika satu sama lain itu merugikan produksi dan konsumsi
barang hasil dalam negeri.41
Kerahasiaan teknologi sesungguhnya juga ada di produk militer. Karena
itu, banyak negara maju menerapkan pembatasan ekspor produk
militernyakebijakan untuk mencegah peredaran informasi dan teknologi
persenjataan.42
Penerapan dalam impor dan ekspor tetap mempertimbangkan
dalam terjaminnya kerahasiaa teknologi produk yang dipasarkan.
41Ibid., hlm. 23. 42Silmy Karim., Op.Cit., hlm. 186.
85
Kontrol perdagang dan ekspor barang-barang atau material yang memiliki
dual-use function untuk membuat senjata, selain untuk kepentingan sipil. Selain
membatasi penyebaran informasi dan teknologi, kontrol ini juga bertujuan agar
senjata yangdijual tidak digunakan untuk kepentingan lain pemerintah negara
yang menerima senjata, misalnya membantai warga negaranya sendiri atau
menginvasi negara tetangganya.43
Pada asasnya pengembangan ekspor tidak perlu bertentangan dengan
subtitusi impor secara efisien. Kedua-duanya bisa saling menunjang, sejauh satu
dan lain ditopang oleh serangkaian insentif yang wajar dan seimbang. Pengalaman
empiris menunjukan bahwa pertambahan hasil produksi juga untuk pasar dalam
negeri. Lagi pula dalam proses yang bersangkutan dengan itu akan terwujud
diversifikasi dan pemantapan pada struktur industri. Penggunaan sumber daya
produksi dan pembiayaan yang dilakukan secara efisien bermanfaat, baik bagi
produksi dalam negeri maupun untuk ekspor.44
43Ibid.
44Sumitro Djojohadikusumo., Op.Cit., hlm. 23.
86
Bagan 1.
KEMANDIRIAN ALUTSISTA
Sumber: www.ristek.go.id
Pindaddalam produksi impor dan ekspor belum mampu bersaing teknologi
barang dan kualitas produk. Persaingan produk pasar industri senjata internasional
mengalami peningkatan sesuai dengan eskalasi konflik perang dingin antara
Amerika dengan Uni Soviet. Kondisi daya saing pasar industri senjata yang
meningkat akibat konflik perang yang tidak pernah terjadi membuat banyak
produk-produk senjata maupun alutsista turut menyebar ke Indonesia. Pada saat
KEMANDIRIAN
INDUSTRI
PERTAHANAN
NASIONAL
KEMAMPUAN
MENJAMIN
KETERSEDIAAN
ALUTSISTA
KEMANDIRIAN
PERTAHANAN
NEGARA
KEUTUHAN
KEDAULATAN
N K R I
MANDIRI
INDUSTRI
KEMAMPUAN dalam
membuat/mengintegrasikan Alutsista
KEBEBASAN dalam memilih Sumber Material/
Sistem/Teknologi
KETIDAK-KETERGANTUNGAN terhadap
berbagai ikatan
87
pemerintahan Soekarno selama era Orde Lama banyak senjata TNI yang meng-
impor dari Russia, sedangkan pemerintahan Orde Baru cenderung memilih
kerjasama dengan Amerika. Indonesia yang selama masa Orde Baru pemerintaha
Soeharto lebih cenderung bekerjasama dengan pemerintahan blok barat diwakili
Amerika.
Kondisi pasar internasional selama perang dingindipenuhi oleh peredaran
senjata dari Russia maupun Amerika. Untuk bersaing dengan produk yang lebih
memiliki daya tawarpasar dalam pasar industri senjata Indonsia belum mampu
bersaing dengan senjata-senjata produksi Amerika ataupun Russia. Maka
pemerintah dengan kebijakan untuk pemakaian produk dalam negeri membantu
dalam perkembangan produksi maupun pemasaran PT Pindad.
TNI AD banyak yang menyukai senjata laras panjang dari Amerika seperti
M-16 karena kualitas produk senjata yang lebih baik dari dalam negeri.
Sebenarnya kemampuan untuk produksi senjata dari divisi senjata Pindad sudah
banyak dibantu dari teknisi luar negeri untuk membantu dalam produksi peralatan
militer khususnya senjata.