bab iii sistem proses.docx
DESCRIPTION
sistem proses pembuatan granite tileTRANSCRIPT
BAB III
SISTEM PROSES
Proses pembuatan granite tile di PT. Asri Pancawarna ini terdiri dari
beberapa proses yang dikelompokan dalam lima area :
1. Body preparation area,
2. Green tile area,
3. Glaze making area,
4. Firing area, dan
5. Finishing area
Secara umum proses pembuatan granite tile hampir sama dengan proses
pembuatan keramik. Namun terdapat perbedaan antara granite tile yang
diproduksi oleh PT. Asri Pancawarna dengan keramik pada umumnya. Perbedaan
tersebut antara lain :
1. Proses pembuatan keramik relatif lebih sederhana dibandingkan dengan
proses pembuatan granite tile. Keramik memiliki satu jenis base/body yang
sama meski memiliki motif yang beragam, sedangkan masing-masing jenis
granite tile memiliki jenis base/body yang berbeda.
2. Komposisi bahan untuk membuat granite tile lebih mengutamakan batuan-
batuan mineral dibandingkan clay, sementara pembuatan keramik lebih
banyak menggunakan clay. Perbedaan komposisi ini yang menyebabkan
perbedaan sifat fisik antara granite tile dan keramik.
3.1 Body Preparation
Body preparation merupakan tahap awal dalam proses pembuatan granite
tile. Pada tahap ini setiap material bahan baku akan diproses untuk mendapatkan
material campuran yang siap dicetak. Proses utamanya adalah mengolah bahan
baku (raw material) menjadi powder. Pada unit Body preparation terdapat dua
inti proses yaitu size reduction dan powder preparation. Proses reduksi ukuran/
kominusi berlangsung dalam unit milling, sementara pembentukan powder
berlangsung dalam spray drier.
PPICSchedule Production
Body ColourMilling
Proses PenyaringanBesi100 mesh
Adjusment
R & DBody Batching Composition (BBC)
Formulasi
Body BasePenimbangan
Proses unloadingProses milling
Pemeriksaan rheologyProses unloading ke Homogenous Tank
Penambahan warnaPencampuranHomogenisasi
Penyaringan 100 meshAdjusment
PemeriksaanTes R &D
Proses TransferPenyaringanTransfer ke Tansfer Tank
PengeringanPemeriksaan kadar air
Granulasi
Transfer Ke SiloSilo colourSilo base
Selesai
OKNot OK
Berikut adalah diagram alir proses yang terjadi di body preparation area :
Penggilingan Zat Pewarna(Colour Milling)
Penimbangan(Weighting / Batcing Plan)
Penggilingan (Milling)
(Base Milling)
Homogenisasi(Matching Colour)
Penyaringan(Filtration)
Pengeringan(Drying)
Jika disederhanakan, digram alir prosesnya adalah sebagai berikut:
3.1.1 Penimbangan
Pada proses ini dilakukan penimbangan seluruh material pembentuk badan
(body/base) granite tile dalam alat yang disebut Batching Plan. Material yang
ditimbang memiliki perbandingan komposisi tertentu sesuai dengan jenis base
yang akan dibuat. Perbedaan komposisi pada bahan-bahan / material tersebut akan
mempengaruhi karakteristik setiap base. Material ditimbang sebagai material
basah dengan kadar air tertentu. Berat basah diperoleh melaui perhitungan
menggunakan rumus :
Berat basah (BB) = 100 %
(100−MC ) %x Berat Kering (BK )
Keterangan :
Berat kering (BK) = Berat meterial solid kering yang dibutuhkan
Berat basah (BB) = Berat aktual penimbangan material solid
Moisture Content (MC) = Kadar air dalam material solid basah
Bahan-bahan yang ditimbang terdiri dari bahan baku utama dan bahan
baku penunjang yang dicampur secara batch.
3.1.2 Penggilingan dan Pencampuran
Proses penggilingan terdiri dari dua jenis proses yaitu penggilingan
material base dan penggilingan zat pewarna granite. Seluruh bahan yang
digunakan untuk pewarna granite tile adalah zat anorganik, karena semua jenis zat
organik akan hilang terbakar menjadi abu pada suhu 600oC. Penggilingan zat
warna dilakukan pada BM Colour sedangkan penggilingan material base
dilakukan di BM MS 40 dan BM MT 60.
Seluruh material yang berasal dari batching plan dimasukkan ke dalam
mesin penggiling (BM MS 40 atau BM MT 60) menggunakan konveyor. Air
ditambahkan ke dalam Ball Mill setelah seluruh material yang ditimbang selesai
dipindahkan. Jumlah air yang dibutuhkan dalam proses milling adalah 50 % dari
berat material solid dalam berat keringnya. Karena material solid yang
dimasukkan ke dalam Ball Mill memiliki kandungan air dengan kadar tertentu
maka jumlah air yang dibutuhkan disesuaikan dengan nilai MC pada proses
batching tersebut. Jumlah air yang ditambahkan dapat dihitung dengan rumus :
Jumlah penambahan air = (0,5 x BK) – (jumlah air dalam BB)
Alubite dengan berbagai variasi ukuran digunakan sebagai media
penggiling. Tujuan dari perbedaan ukuran alubite adalah untuk meningkatkan
efisiensi penggilingan, sehingga diperoleh ukuran material solid yang lebih kecil.
Peningkatan efisiensi penggilingan ini karena alubite dengan ukuran yang lebih
kecil dapat mengisi ruang kosong antar alubite dengan ukuran yang lebih besar.
Jenis alubit yang digunakan yaitu Sinoma Alubite, Super Sinoma Alubite, dan
Bitossi Alubite.
Alubite memiliki kekerasan yang berbeda tergantung jenis dan ukuran
diameter alubite. Kekerasan ini bergantung pada proses pematangan alubite.
Alubite memiliki dua lapisan. Lapisan terluar adalah lapisan dengan tingkat
kematangan dan kekerasan yang lebih tinggi. Sedangkan lapisan dalamnya
memiliki tingkat kematangan dan kekerasan yang lebih rendah. Penggerusan yang
terjadi selama proses milling akan membuat ukuran alubite mengecil dan mudah
pecah. (cari informasi tambahan mengenai alubite dari internet)
Hasil dari operasi penggilingan berupa lumpur (slurry) dengan suhu
mencapai 80oC dan kandungan air sekitar 52%. Pada proses produksi, lumpur
biasa disebut dengan slip. Operasi penggilingan base berlangsung selama 10 jam.
Sampling dilakukan pada waktu yang tidak ditentukan tergantung kebutuhan.
Karakteristik yang diuji saat sampling yaitu densitas (ρ), viskositas (µ), dan
jumlah residu (r). Residu adalah jumlah material yang tidak memenuhi ukuran
standar yaitu lebih dari 350 mesh.
Analisa dilakukan dengan cara :
a. Densitas (ρ)
Pengukuran densitas dilakukan dengan cara memasukan slip/ lumpur ke
dalam tabung logam (TARA) dengan berat 200g dan volume 100cc. Densitas
slip dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
ρ = (berat tabung+lumpur )−berat kosong
volume tabung
b. Viskositas (µ)
Pengukuran viskositas dilakukan dengan cara memasukkan slip dalam sebuah
corong dengan volume (tertentu???) dan ukuran diameter lubang keluaran
(...mm). Viskositas diukur dalam satuan sekon, yaitu waktu yang dibutuhkan
slip untuk mengalir keluar dari corong hingga habis. Standar viskositas yang
dijinkan adalah 16s sampai 23s. Viskositas dengan satuan sekon tersebut telah
dikalibrasi dengan satuan viksositas yang sebenarnya. Pengukuran dengan
menggunakan corong ini dipilih agar memudahkan analis dalam menguji
viskositas.
b. Residu (r)
Kandungan air (MC) diukur dengan metode gravimetri. Langkah pertama slip
dengan volume tertentu disaring menggunakan saringan berukuran 350 mesh.
Pada proses penyaringan slip diguyur dengan air hingga air keluaran dari
ayakan berwana sama seperti air masukan. Material solid yang tertinggal di
ayakan kemudian dikeringkan. Menimbang berat basah dan berat kering
material terukur. Rumus yang digunakan untuk perhitungan ini adalah :
% residu = Berat residu
Berat kering(DG)x100 %
Dimana,
DG = Sg
Sg−1x (D−1000)
Keterangan :
Sg = Specific gravity (berbeda-beda tergantung jenis base. Sg BC = 2,65)
DG = Dry Weight / Berat Kering
Hasil dari penggilingan di Ball Mill Colour (BMC) berupa slip colour. Jika
slip base telah siap maka slip colour langsung dicampurkan dengan slip base
dalam Homogenuos Tank. Namun jika slip base belum siap maka slip colour
ditampung semetara waktu dalam Storage Tank.
Saluran outlet Ball Mill dilengkapi dengan penyaring dengan bentuk
lubang persegi dan lingkaran. Lubang saringan dengan bentuk persegi memiliki
ukuran 1x2 cm, sedangkan lubang dengan bentuk lingkaran memiliki ukuran
diameter 1 cm. Fungsi dari saringan ini adalah menahan media grinding agar tidak
terbawa dalam aliran slip. Pada saluran inlet Homogenous Tank juga dilengkapi
dengan penyaring untuk menahan pecahan media grinding yang tidak tersaring
pada saluran outlet Ball Mill (ini dimasukin di sini apa d Homogenisasi??).
(Mw masukin tentang ajustment juga ga??)
3.1.3 Homogenasi
Dalam Homogenuos Tank terjadi proses homogenasi antara slip base dan
slip colour selama 5-8 jam. Kecepatan putar pengaduk yang digunakan adalah
(...rpm) dan membutuhkan daya pompa sebesar (...Kwh). Lamanya waktu
pengadukan dalam tangki bergantung pada jenis warna yang akan dibentuk.
Untuk warna-warna base gelap diperlukan waktu pengadukan yang lebih lama
dibandingkan dengan base dengan warna yang lebih terang.
3.1.4 Penyaringan
Setelah slip tercampur dengan baik kemudian slip dialirkan menuju
saringan magnet dan saringan dengan ukuran 100 mesh. Saringan magnet (magnet
filter) digunakan untuk menangkap kandungan besi yang terdapat dalam slip. Besi
ini harus dihilangkan atau dikurangi hingga kadarnya sesedikit mungkin dalam
slip, tidak ada ukuran baku jumlah besi yang harus dikurangi. Besi yang
terkandung dalam slip akan menurunkan kualitas granite tile yang dihasilkan.
Besi memiliki titik leleh (....oC) sehingga akan meleleh pada suhu pembakaran
1200oC dalam Kiln. Lelehan besi ini akan berwarna hitam dan merusak motif serta
dapat menimbulkan lubang pada granite tile yang keluar dari Kiln. Penyaringan
besi hanya dilakukan pada slip base yang berwarna gelap (black slip), sedangkan
untuk slip base warna terang seperti putih dan abu-abu biasanya tidak dilakukan
penyaringan besi. Penyaringan yang selalu dilakukan adalah penyaringan dengan
menggunakan penyaring ukuran 100 mesh, berfungsi untuk menahan sampah dan
kerikil yang terbawa dalam aliran slip.
Slip hasil penyaringan ditampung dalam Tranfer Tank. Suhu slip yang
masuk ke dalam Tranfer Tank berkisar antara 60-80oC. Kemudian slip
dipompakan ke dalam Spray Dryer menggunakan pompa hidrolik. Sebelum
masuk ke dalam pompa, suhu slip diturunkan dengan air pada sistem Single Tube
Heat Exchanger hingga mencapai suhu 40-60oC. Suhu slip yang terlalu tinggi
akan mudah merusak komponen pada pompa terutama shield pompa.
3.1.5 Pengeringan
Pengeringan bertujuan mengurangi kandungan air pada material solid.
Proses pengeringan dilakukan dengan menggunakan Spray Drier. Karena material
yang dihasilkan dari proses ini berupa butiran maka proses pengeringan ini dapat
disebut juga dengan proses granulasi.
Slip dengan suhu 40-60oC disemprotkan dengan menggunakan 12 buah
nozzle yang terbagi ke dalam 4 lances dengan masing-masing lences terdiri dari 3
nozzle pada tekanan 20-25 bar. Kadar air slip optimal saat memasuki spray drier
adalah 52%. Jika slip terlalu encer, maka dibutuhkan energi lebih banyak untuk
menguapakan kandungan airnya. Sedangkan jika kandungan airnya terlalu rendah
maka akan menghambat kerja pompa dan menyebabkan penyumbatan. Terdapat
dua jenis spray drier berdasarkan bahan bakar yang digunakan untuk
menghasilkan udara panas, yaitu :
AS 9001 dan AS 9003. Menggunakan gas metan untuk menghasilkan
udara panas. Suhu udara panas / flue gas masuk kedalam spray drier
adalah sebesar 390oC, sedangkan suhu pembakaran pada furnace juga diset
pada suhu 390 oC. Suhu flue gas tidak akan turun terlalu signifikan dalam
perjalanan dari furnace menuju inlet Spray Dryer. Hal ini disebabkan
karena pembakaran menggunakan metan cenderung lebih stabil.
AS 7000. Menggunakan batu bara untuk menghasilkan udara panas. Batu
bara mengalami proses pembakaran didalam furnace. Flue gas yang
dihasilkan dari proses pembakaran ini dimanfaatkan untuk mengeringkan
slip. Berikut adalah data suhu pemanasan menggunakan batu bara :
Suhu (oC) Setting Aktual
Pembakaran 850 720
Input Spray Dryer 520 420
Output 77 100
Pengeringan dengan bahan bakar batu bara memiliki kualitas yang
lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan gas metan. Hal ini
dipengaruhi oleh ketidakstabilan kondisi batu bara yang digunakan.
Apabila kandungan air dalam batu bara tinggi, maka nilai flash point akan
meningkat. Akibatnya dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menghasilkan suhu flue gas yang diinginkan. Jika terjadi penurunan suhu
pada furnace maka akan sulit untuk mengembalikan suhu inlet spray drier
ke kondisi operasi normalnya.
Kerugian lain menggunakan batu bara adalah penurunan suhu flue
gas yang signifikan dalam perjalanan dari furnace menuju inlet spray
drier. Hal ini disebabkan karena pembakaran menggunkan batu bara
menghasilkan ash/debu. Debu tersebut tidak boleh masuk dalam unit spray
drier karena merupakan bahan organik yang akan hilang dalam proses
pembakaran di Kiln dan meninggalkan lubang pada produk yang
dihasilkan. Debu dihilangkan dengan dua buah cyclone secara bertahap.
Proses inilah yang menurunkan suhu flue gas.
Itu kan suhu inpu SD diset, berarti klo terlalu tinggi itu
digimanain?? Ada pendinginnya??
Setelah menghasilkan satu jenis base maka Spray Dyer dimatikan dan
dibilas menggunakan air hingga bersih. Hal ini dilakukan agar sisa bubuk base
dari operasi sebelumnya tidak menjadi kontaminasi bagi operasi selanjutnya untuk
jenis base yang berbeda. Proses heating up pada spray drier dilakukan selama 40-
50 menit untuk menaikkan suhu di dalam spray drier dari suhu lingkungan (32oC)
ke suhu sekitar 450 oC. Proses ini rata-rata membutuhkan bahan bakar gas LNG
sebesar 56.000 m3. Sedangkan kapasitas pemakaian gas saat beroperasi adalah 35
m3/ton powder yang dihasilkan. (perlu dicari satuan yang benernya g sih buat
satuan gasnya?? Kan gas klo diukur pada tekanan dan suhu yang berbeda suhunya
akan berbeda juga)
Powder yang dihasilkan dari proses ini memiliki suhu 40-43oC dengan
kadar air 6-7,2%. Suhu tersebut dihasilkan akibat adanya proses pendinginan
dengan menyemprotkan udara dari bagian bawah (dekat outlet) spray drier. Jika
tanpa pendinginan suhunya dapat mencapai 50-80oC. Suhu powder yang terlalu
tinggi akan menyebabkan powder tidak stabil dan terjadi osmosis gas ke dalam
powder. Dengan dilakukannya penurunan suhu maka powder akan relatif lebih
stabil.
Powder dicek kadar air dan ukurannya. Pengecekan kadar air dilakukan
dengan metode penimbangan berat basah dan berat keringnya. Sampel powder
dikeringkan pada suhu 100oC untuk menguapkankan kandungan airnya. Dengan
menimbang berat powder pada saat sebelum dan sesudah proses pengeringan pada
suhu 100oC maka dapat diketahui jumlah air yang hilang. Kandungan air yang
hilang menunjukkan kadar air yang terkandung didalam sampel powder. Adapun
pengecekan ukuran dilakukan dengan ayakan getar. Variasi ukuran ayakan yang
digunakan adalah 30, 40, 60, 100, 120, 150, dan PAN (PAN itu apa??) mesh.
Kandungan air powder yang dihasilkan dari satu batch milling dengan
lainnya memiliki kadar yang berbeda. Perbedaan kadar air pada powder akan
mempengaruhi plastisitas dan dapat menyebabkan retakan pada hasil pencetakan.
Untuk menyeragamkan kandungan airnya diperlukan proses aging. Aging adalah
proses pendiaman atau akumasi powder dalam silo selama waktu tertentu hingga
kandungan airnya sama atau hampir sama. Terdapat perbedaan waktu aging
antara powder yang dihasilkan dari pengeringan menggunakan gas dan batu bara.
Powder yang dihasilkan melalui pemanasan dengan gas hanya membutuhkan
waktu aging 8-24 jam, sedangkan batu bara membutuhkan waktu 24-72 jam.
Rataan kadar airnya adalah ......???
Spray dryer menghasilkan powder dengan ukuran yang bervariasi. Powder
dengan ukuran yang sangat kecil (.....??mesh) dapat terbawa dalam aliran udara
keluaran Sray Dryer dan terbuang ke lingkungan. Untuk mencegah hal tersebut,
digunakan 4 buah cyclone yang berfungsi menangkap powder tersebut. Powder
yang dapat ditangkap oleh cyclone mencapai .....ton/hari. Kadar air powder dari
cyclone 3-5%.
3.2 Green Tile Preparation
3.2.1 Press and Dryer
Proses pencetakan dibagi menjadi 3 section :
1. Transfer Powder. Transfer powder ini terdiri dari beberapa silo yang
menampung powder base dengan jenis yang berbeda.
2. Pencetakan. Pencetakan merupakan section utama pada rangkaian proses
ini. kekuatan tekan pada saat pencetakan mencapai 330-350 kg/cm2 atau
290bar. semakin besar luas permukaan catakan, maka semakin lama waktu
penekanannya. Prinsip pada proses ini adalah deaerasi powder. Pada saat
penekanan seluruh kandungan air yang terdapat dalam powder tersebar
merata. Pompa pada unit ini hanya menghasilkan tekanan sebesar 100
kg/cm2. Tekanan udara dinaikkan kembali dalam sebuah akumulator dan
valve hingga mencapai tekann operasi, yaitu 330-350 kg/cm2.
3. Dryer. Fungsi dryer adalah untuk mengurangi kadar air dari 6-7% menjadi
kurang dari 1%. Tujuan penurunan kadar air adalah mencegah hasil
pencetakan retak dalam perjalanan sebelum proses selanjutnya ketika
melewati roll. Dryer terdiri dari dua jenis, horizontal dan vertikal :
a. Pengering horizontal lebih menguntungkan karena lebih terkontrol dan
penurunan kadar air yang lebih besar. Namun pengering horizontal ini
membutuhkan ruang yang lebih besar. Dryer ini terbagi ke dalam 5
titik yang diset dengan suhu 130, 140, 175, 175, 130oC.
b. Pengering vertikal terdiri dary rak-rak yang tersusun secara seri paralel
vertikal. Rak-rak ini biasa disebut dengan bucket. Diperlukan
pengecekan posisi umpan dan ada atau tidaknya pecahan keramik
dalam dryer jenis ini, karena jika posisi tidak pas dan terjadi
penumpukan pecahan keramik akan menyebabkan bucket miring dan
keramik jatuh.
8 Unit pencetakan yang terdapat di PT. Asri Pancawarna, beberapa
diantaranya memiliki fungsi yang berbeda unit satu dan lainnya.
a. Pencetak yang dilengkapi unit mixing. Powder yang berasal dari beberapa silo
dicampurkan dengan perbandingan tertentu untuk menghasilkan suatu motif.
Perbandingan jumlah powder (Colour Mixing Ratio) ditentukan diset pada
outlet silo agar motif yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.
Kemudian powder melewati unit crusher agar motif yang dihasilkan lebih
halus.
b. Pencetak tanpa dilengkapi mixing biasa digunakan untuk mencetak base yang
yang hanya terdiri dari 1 jenis powder. Pada unit pencetak jenis ini, motif
dibentuk di Line Aplication Area.
Powder dipindahkan ke unit pencetakkan menggunakan hopper. Jika
jumlah powder yang terakumulasi di unit pencetakan telah mencukupi (20-30
kg/keramik), Falling Drawer akan mendorong powder ke frame pencetakan.
Lower punch akan tururn sehingga terbentuk cekungan berbetuk kotak. Powder
akan mengisi cekungan tersebut dengan penuh. Falling Drawer akan bergerak ke
arah sebaliknya untuk meratakan permukaan powder. Kemudian Upper Punch
akan turun memberikan tekanan secara bertahap pada powder. Proses penekanan
tersebut terdiri dari 3 tahap :
1. Pencetakan awal
2. Deaerasi
3. Pencetakan akhir
Hasil pencetakan kemudian dikeringkan dalam dryer. Suhu keramik keluaran
dryer adalah 85-100 oC. Jumlah Reject Base, yaitu produk yang tidak memenuhi
standar dari proses ini dapat mencapai 21 ton/hari.
3.2.2 Glaze Making
Pada tahap ini dibuat bahan-bahan yang akan digunakan pada line
aplication. Bahan-bahan tersebut adalah :
1. Engobe
Engobe adalah alas glaze, fungsinya untuk menutup pori-pori keramik
sehingga glaze tidak masuk terlalu dalam ke pori-pori keramik. Proses ini
dilakukan untuk penghematan bahan glaze yang cukup mahal. (cari lagi
fungsinya dari internet)
2. Glaze (glasur)
Glaze merupakan bahan pelapis keramik yang berfungsi untuk :
a. Menutup pori-pori keramik
b. Memberikan kesan mengkilap pada keramik
c. Menambah kekuatan keramik.
3. Pasta pewarna.
Pasta ini terdiri dari stain dan frit dengan kekentalan dan kombinasi tertentu
sesuai motif yang akan dibentuk.
3.2.3 Line Aplication
Line Aplication memiliki fungsi utama membentuk motif pada keramik.
Tahap pertama dari proses ini adalah brushing. Brushing berfungsi menghaluskan
permukaan dan membuka pori-pori keramik sebelum diberi bahan-bahan pelapis.
Setelah brushing, suhu keramik diturunkan dengan menggunakan blower pada
bagian atas konveyor. Suhu ini diturunkan hingga mencapai 55-70oC.
Terdapat dua jenis operasi yang berklangsung di Line Aplication. Proses
awal dari kedua operasi ini sama yaitu brushing dan pendinginan menggunakan
blower. Perbedaan prosesnya terjadi pada pembentukan motifnya. Kedua jenis
proses tersebut adalah :
a. Keramik tanpa Proses Glazing dengan Polishing
Setelah pendinginan, keramik diberi motif dengan pasta dari zat
pewarna. Pemberian motif dilakukan dengan sistem printing yang bekerja
seperti pada proses penyablonan. Pendinginana pada proses awal berfungsi
untuk mengatur kecepatan penyerapan pasta ke dalam pori-pori keramik. Jika
suhu keramik terlalu rendah maka pasta tidak akan terserap dengan optimal
ke dalam keramik sehingga warna yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang
diharapkan. Sedangkan bila suhu terlalu tinggi maka penyerapan terlalu cepat
dan terlalu jauh ke dalam pori-pori keramik, bahkan dapat menembus hingga
ke permukaan bawah keramik.
Keramik yang telah diberi motif kemudian disemprot dengan air
bertekanan 9,5-11 bar menggunakan nozzle berdiameter 0,43-0,52mm.
Tujuan proses ini adalah mendorong pasta pewarna. Setelah melalui proses
ini kadar air keramik kembali naik menjadi 6%. Permukaan bawah keramik
dilapisi dengan Alumina (Al2O3) yang berfungsi sebagai bahan anti lengket
saat keramik berada dalam Kiln. Karamik disimpan dalam car box selama
2jam untuk penirisan, mengurangi kadar airnya sehingga mengurangi beban
pengeringan pada dryer sebelum pembakaran.
b. Keramik dengan Proses Glazing tanpa Polishing
Pendinginan pada operasi ini dilakukan hingga suhu keramik mencapai
35oC, permukaan atas keramik dilapisi dengan engobe yang berfungsi sebagai
alas glaze. Bahan kimia cair pada proses coating dan glazing disemprotkan
dengan tekanan 10 bar menggunakan nozzle berukuran 0,36mm. Keramik
keluaran coating memiliki suhu 50oC. Proses ini juga dilakukan pada keramik
yang motifnya telah terbentuk pada proses pencetakan. Perbedaannya adalah
proses ini tidak melewati proses pewarnaan lagi.
Setelah itu permukaan keramik diberi motif dengan Rotocolour.
Rotocolour merupakan peralatan printing berbentuk silinder. Terdapat 3 buah
rotocolour yang disusun secara seri, masing-masing rotocolour menghasilkan
motif atau warna yang berbeda pada keramik. Permukaan bawah keramik
dilapisi Alumina seperti pada operasi dengan proses Polishing tanpa proses
Glazing.
Pembakaran
Proses pembakaran merupakan proses paling inti dalam industri granite
tile. proses ini melibatkan suhu tinggi yang dapat mencapai 1200-1300o C.
Metoda pembakarannya dapat berupa single firing atau double firing. Metoda
pembakaran yang diterapkan dalam pembuatan granite tile di PT. Asri
Pancawarna ini adalah metoda single firing (satu kali pembakaran) yang
berlangsung dalam kiln.
Sebelum proses pembakaran dalam kiln dilakukan, green tile telah
mengalami proses pengeringan pada dryer kiln dengan suhu 100-120o C. Panas
dalam unit dryer ini diambil dari cooling zone pada kiln atau biasa dikenal dengan
istilah cooling kiln. Proses pengeringan ini dilakukan untuk menurunkan kadar air
hingga nilai MC (moisture content) green tile berada dibawah 1 %. Jika nilai
moisture content lebih dari 1%, maka kemungkinan besar green tile akan
mengalami explosion selama proses pembakaran berlangsung. Unit pengering
pada tahap ini berbeda dengan unit pengering yang berada pada area pressing.
Pada tahap ini, proses pengeringan dilakukan beberapa saat sebelum Green tile
yang berada dalam storage car dikeluarkan untuk kemudian dimasukkan kedalam
kiln. Pada prinsipnya proses pengeringan ini dilakukan dengan memasukkan
storage car kedalam unit dryer yang berbentuk lorong. Storage car tersebut
dibiarkan didalam unit dryer selama kurang lebih 50 menit. Pada kisaran waktu
tersebut, kadar air (moisture content) dalam green tile biasanya telah mencapai 0,7
% (maksimum 1 %). Panjang lorong tersebut hanya sekitar 1-2 meter dengan
kedua ujungnya yang dibiarkan terbuka. Lorong tersebut terdiri dari 2 dinding
dengan fungsi yang berbeda. dinding yang satu berfungsi untuk menghembuskan
udara panas sementara dinding yang lainnya berfungsi untuk meghisap udara
panasan membuangnya ke lingkungan sekitar. Pada kedua dinding tersebut
terdapat lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai tempat keluar masuknya
udara panas selama proses pengeringan berlangsung.
Setelah proses pengeringan dilakukan, green tile siap dimasukkan kedalam
kiln melaui roller. Roller yang digunakan dalam kiln terbuat dari keramik yang
tahan terhadap suhu tinggi. Adapun panjang kiln dari mulai saluran input sampai
output adalah sekitar 109 meter. Kiln sepanjang 109 meter tersebut dibagi
kedalam tiga zona, yakni zona preheating, firing dan cooling.
1. Pemanasan awal (preheating)
Pemanasan awal (preheating) dilakukan pada suhu sekitar 300-
900o C. Dengan adanya proses preheating, suhu green tile akan dinaikkan
secara bertahap sampai mencapai suhu pembakarannya. Proses preheating
sangat penting agar green tile yang masuk kedalam kiln tidak mengalami
shock thermal.
preheating Firing Cooling
2. Pembakaran (firing)
Proses pembakaran dibagi menjadi 3 tahapan, diantaranya adalah
tahap prefiring (1050-1180o C), firing (1229o C) dan endfiring (1150-1170o
C). Pada tahap pembakaran (firing), tile akan mengalami penyusutan.
Penyusutan ini diakibakan oleh proses penguaraian material berbentuk gas
yang terkandung dalam green tile. Kandungan tersebut diantaranya uap
air, komponen organik dan karbonat (CO3). Selain itu penyusutan green
tile juga dapat diakibatkan oleh pembebasan oksigen dari oksida
bervalensi, misalnya oksida besi merah-III (Hematit : Fe2O3) yang berubah
menjadi magnetit yang berwarna hitam (Fe3O4) atau Wuesit (FeO) pada
temperatur ± 1100oC.
Pada proses pembakaran, badan keramik akan mengalami
perubahan kimia dan perubahan fisika diantaranya:
a. Penguapan air higroskopis dan air hidrat
Air higrosskopis biasanya akan menguap pada temperatur 100oC.
Jumlah yang diuapkan tergantung pada kehalusan butiran-butiran
bahan. Air hidrat akan menguap pada temperatur yang bervariasi
tergantung pada garam atau kation yang mengikatnya pada temperatur
100-640oC.
b. Dekomposisi
Reaksi dekomposisi yang terjadi dapat digolongkan menjadi beberapa
bagian, antara lain:
Dekomposisi mineral-mineral tanah lempung yang menyebabkan
hilangnya hidrat, sehingga yang tertinggal adalah campuran
komponen-komponen oksidanya. Reaksi tersebut terjadi pada
temperatur tertentu tergantung dari mineral-mineral yang
terkandung, dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Temperatur Dekomposisi Beberapa Senyawa Mineral Tanah Lempung
Mineral Rumus kimia Suhu
(oC)
Air
hilang
(%)
Kaolinite
Halloysite
Montmorilonit
e
Muscovite
Gibbsite
Goethite
Al2O3.2SiO2.2H2O
Al2O3.2SiO2.2H2O
2[(Al1,67Mg0,33)Si4O10(OH)2]
K2O.3Al2O3.6SiO2.2H2O
Al(OH)3
FeO(OH)
585
558
678
856
325
350
14,1
14,1
5,0
4,5
34,6
10,1
(sumber : Hartono, 1991)
Dekomposisi garam-garam oxy seperti karbonat atau sulfat yang
cenderung akan melepaskan CO2 atau SO3. Sebagai contoh adalah
dekomposisi dari CaCO3 (pada suhu 880oC) dan MgCO3 (pada
suhu 790oC) seperti reaksi dibawah ini:
CaCO3 CaO + CO2
MgCO3 MgO + CO2
Reaksi reduksi dan oksidasi dari senyawa karbon, senyawa sulfat
atau senyawa besi.
c. Kristalisasi
Kristalisasi adalah reaksi dimana oksida-oksida mengalami
transformasi atom membentuk senyawa-senyawa kristalin, contohnya
sebagai berikut:
Kaolinite (Al2O3.2SiO2.2H2O) akan mulai mengurai pada
temperatur 550oC menjadi silika dan alumina amorf sampai dengan
temperatur 980oC, lalu silika amorf perlahan-lahan akan
membentuk crystobalite (SiO2) pada suhu 1000oC.
Al2O3 yang berbentuk amorf akan termodifikasi pada temperatur
1000oC menjadi corundum.
Reaksi kristalisasi pada temperatur yang lebih tinggi akan terjadi
reaksi rekombinasi.
d. Rekombinasi
Rekombinasi adalah reaksi yang berlangsung pada temperatut\r
tertentu antara dua atau lebih komponen amorf atau kristalin yang ada
dalam tanah lempung. Reaksi ini umumnya berlangsung dalam
keadaan padat (seperti halnya kristalisasi) dan berjalan dengan
perlahan-lahan. Sebagai contoh adalah:
Kombinasi antara alumina dan silika membentuk mullite pada suhu
980oC seperti pada reaksi:
3Al2O3 + 2SiO2 3Al2O3.2SiO2
Kombinasi antara oksida-okksida besi dengan silika membentuk
pyroxene (FeO.SiO2) pada temperatur sekitar 1000oC
CaO hasil dekomposisi batu gamping (CaCo3) akan bereaksi
dengan gas-gas pembakaran yang kaya akan SO3 membentuk
kalsium silikat (CaSO4). CaO juga akan bereaksi dengan alumina
dan silica membentuk pseudowolllastonite (CaO.SiO2) dan
dikalsium silikat (2CaO.SiO2) pada suhu sekitar 1000oC
Magnesium akan bereaksi dengan silika [ada temperatur sekitar
1000oC membentuk forsterite (2MgO.SiO2) atau enstatite
(MgO.SiO2). mineral-mineral ini sangat tidak stabil bila ada
alumina dan akan terurai atau membentuk cairan.
e. Peleburan
Peleburan adalah berubahnya fasa padat menjadi fasa cair yang
disebabkan oleh meningkatnya temperatur. Campuran bahan baku
granite tile akan mengalami reaksi peleburan pada suhu yang cukup
tinggi (>1100oC) yaitu dihasilkannya cairan gelas.
Kesempurnaan dari peleburan bahan baku granite tile tergantung
dari:
Tingginya panas yang diberikan
Jumlah unsur pelebur seperti Na2O, K2O, CaO, MgO atau Fe2O3
yang terkandung
Ukuran butiran dan keseragaman penyebaran bahan
Lamanya penahanan temperatur maksimum yang diberikan
3. Pendinginan (cooling)
Proses pendinginan dibagi menjadi 3 tahap, diantaranya adalah
direct cooling, indirect cooling dan final cooling. Pendinginan langsung
(direct cooling) dilakukan dengan cara menghembuskan udara yang
diambil dari atmosfer kedalam kiln. Udara tersebut akan mengalami
kontak langsung dengan green tile sehingga terjadi pertukaran panas
diantara keduanya. Adapun suhu pada proses direct cooling ini adalah
sekitar 600oC. Berbeda dengan direct cooling, proses indirect cooling
tidak melibatkan kontak langsung antara fluida pendingin dengan media
yang ingin didinginkan. Udara yang diambil dari atmosfer akan dialirkan
melaui pipa yang masuk kedalam kiln. udara tersebut tetap bergerak
didalam pipa sehingga pertukaran panasnya berlangsung melewati dinding
pipa tersebut. keluaran dari pipa adalah beruapa udara panas yang
kemudian dimanfaatkan sebagai udara pengering pada dryer kiln.
pemanfaatan udara tersebut adalah sekitar 50% dari total udara yang
keluar dari pipa. Adapun 50% lainnya dibiarkan terbuang ke atmosfer .
Pada proses indirect cooling ini suhu dalam kiln adalah sekitar 480-540oC.
Tahap terakhir dalam proses pendinginan ini adalah final cooling. Prinsip
pendinginannya sama direct cooling yakni adanya kontak langsung antara
udara pendingin dengan green tile didalam kiln. suhu pada proses final
cooling ini adalah sekitar 380oC.
Setelah keluar dari kiln, granite tile akan bergerak melewati break roll
untuk mengecek ada tidaknya crack pada produk yang keluar dari kiln. break roll
tersebut akan menekan granite tile dengan tekanan 2 bar sehingga produk yang
yang mengalami cracking akan pecah dengan sendirinya. Pengecekan ini
dilakukan agar produk yang cacat (crack) tidak ikut masuk kedalam unit
polishing. Selain itu, dilakukan pula pengecekan terhadap movement produk.
Granite tile dimasukkan kedalam air panas (±100oC) untuk mengetahui apakah
produk tersebut menjadi susut atau mengembang. Perubahan ukuran yang
diperbolehkan adalah sekitar 0,05 mm (maksimum).
Finishing
Keramik dari Kiln dipindahkan menggunakan Take Pile ke area polishing.
Tahap awal dari proses polising adalah squaring dengan tujuan agar keramik
memiliki ukuran yang sama pada keempat sisinya. Proses squaring terdiri dari 2
tahap, yaitu presquaring dan squaring. Tahap pertama squaring adalah memotong
dua sisi yang berhadapan. Keluar dari squaring pertama, keramik diputar 90o dan
dipotong 2 sisi lainnya. Ukuran kemik pada tahap ini lebih 0,4-0,5 mm dari
ukuran akhirnya. Selanjutnya keramik masuk ke dalam unit calibrating yang
berfungsi mengatur planariti dari keramik. Terdapat 3 tahap kalibrasi yang bekerja
dengan cara mengikir/mengeruk permukaan atas keramik menggunakan pisau roll.
Kalibrasi pertama dan kedua berfungsi untuk meratakan, sedangkan kalibasi yang
ketiga selain untuk meratakan juga berfungsi untuk penghalusan awal.
Selanjutnya keramik memasuki unit polishing untuk mengkilapkan
keramik. Proses polishing dibagi menjadi 2 tahap berdasarkan media penghalus
yang digunakan, yaitu :
1. Tahap 1 menggunakan batu abrasif yang terbuat dari besi untuk
penghalusan awal.
2. Tahap 2 menggunakan batu abrasif yang terbuat dari batu ........(apa
namanya???) untuk penghalusan akhir.
Batu abrasif dipasang pada sebuah head yang berputar. Sebuah unit polishing
terdiri dari 16 head, 6 buah batu abrasif dipasang pada masing-masing head.
Brightness keramik yang dihasilkan dari proses ini mencapai 60. Selanjutnya
keramik dipotong di final squaring hingga ukuran sesuai dengan standar. Untuk
pengecekan akhir ukuran keramik dilakukan pengukuran diagonal keramik satu
per satu secara manual menggunakan penggaris. Kemudian karamik dikalibrasi
pada mesin kalibrasi otomatis untuk menentukan ukuran keramik jenis S, M, atau
L sesuai dengan range yang ditentukan.
Keramik tanpa glaze akan masuk ke dalam mesin nano technologi. Pada
bagian inlet unit ini terdapat selang yang mengeluarkan cairan kimia dengan
campuran Zirconium/Silicon Dioxide. Bahan kimia ini diratakan menggunakan
Spiral Pale. Alat ini terdiri dari 8 head, 4 buah Spiral Pale dipasang pada masing-
masing head. Fungsi dari teknologi ini adalah untuk menutup pori-pori keramik
sehingga tidak mudah tertembus air atau cairan, mengkilapkan, anti slip, dan anti
noda. Brightness keramik setelah melewati unit ini dapat mencapai 100 dengan
standar minimal 88. Produk akhir setelah melewati nano technologi disortir secara
visual. Planariti yang diijinkan untuk kecembungan maksimal 0,6mm dan
kecekungan 0,4mm. Kemudian keramik dipoles dengan zat kimia yang berfungsi
sebagai anti slip.
Sortir and Packing
Sortir
Ganite tile yang keluar dari unit polishing akan disortir secara visual.
Pengamatan terfokus pada tampilan motif, brightess, dan shading. Produk yang
mengalami crack atau pecah bisanya jarang ditemukan pada unit ini. Hal ini
disebabkan karena produk yang masuk kedalam unit polishing telah disortir agar
bebas dari crack. Pengecekan lainnya dilakukan terhadap planaritas produk,
seperti cembung atau cekungnya bentuk tile.
Produk yang tidak sesuai standar akan diberi tanda dan disortir
berdasarkan tanda tersebut. produk dengan tanda yang sama akan diambil dari
dari conveyor dan disimpan diatas pallet. Selannjutnya pallet diangkut oleh
Forklift menuju unit packing.
Pada unit sorting ini, produk akan diklasifikasikan menjadi produk
Kualitas 1 (KW 1), kualitas 2 (KW 2), kualitas 3 (KW 3), atau rejected. Di PT.
Asri Pancawarna ini, produk KW 1 bisa mencapai 88-90 %.
Packing
Proses packing dilakukan secara otomatis dengan menggunakan packing
maschine. Produk tile yang berada diatas pallet akan diambil oleh mesin dengan
jumlah yang telah ditentukan. Satu kali ambil adalah 4 buah tile, untuk satu box
kemasan. Pada unit ini terdapat sensor yang akan mendeteksi jumlah tile yang
masuk. Jika jumlahnya melebihi batas yang ditentukan, maka sensor akan
memberikan sinyal berupa lampu dan suara.
Setelah melewati sensor, tile akan dikemas dalam box dan diikat dengan
tali yang semuanya dilakukan secara otomatis. Produk dalam bentuk kemasan ini
akan diambil oleh mesin take pile dan disimpan diatas pallet. Pallet tersebut akan
diangkut ke tempat penyimpanan produk.