bab i.ptk 2(1).doc
TRANSCRIPT
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses anak mulai mengenal komunikasi atau berbahasa dengan lingkungannya secara verbal disebut dengan pemerolehan bahasa anak. Pemerolehan bahasa pertama ( B 1 ) anak terjadi bila anak yang sejak semula tanpa bahasa kini telah memperoleh satu bahasa. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk bahasanya ( Pakdesota,2008 ).Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika siswa mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali siswa memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2007 ; 23)
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan konstruktivis merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Siswa diberi kesempatan dan kebebasan untuk mencari informasi sebagai sumber belajar. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, jadi siswa lebih proaktif untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil.Guru memang harus kreatif. Metode mengajar guru yang penuh inovasi akan selalu ditunggu para muridnya. Tentunya, kreasi dan inovasi positif.
Bagaimana mungkin seorang guru mengajarkan muridnya supaya aktif kalau dia sendiri kontraproduktif (Ahmad Zeni, 2008). Tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi, tetapi justru siswa yang aktif mencari informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru. Guru juga dapat mengembangkan kemandirian dan kemampuan siswa dalam melakukan apresiasi pada informasi yang diperolehnya. Apresiasi merupakan suatu bentuk untuk memperoleh, menghayati, menilai, dan menghargai terhadap sesuatu hal, terutama yang terkait dengan pembelajaran. Dengan demikian, siswa akan mampu memberikan respon balik terhadap materi pembelajaran secara aktif, tidak harus menunggu informasi dari guru.
Pendekatan konstruktivisme dalam proses pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa tiap individu memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kembali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Peserta didik akan mengaitkan materi pembelajaran baru dengan materi pembelajaran lama yang telah ada.Observasi awal yang penulis lakukan di kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging diketahui bahwa prestasi belajar siswa masih rendah. Rendahnya prestasi belajar siswa ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dan faktor karakteristik siswa. Guru menggunakan metode ekspositori untuk menyampaikan materi pelajaran bahasa Indonesia Metode ekspositori merupakan suatu cara penyelenggaraan pengajaran yang berpusat pada guru, di mana guru mencari dan mengolah bahan pelajaran yang kemudian menyampaikannya kepada siswa sehingga guru berperan lebih aktif. Penerapan metode ekspositori memberikan kemudahan kepada guru dalam menguasai kelas dan lebih sederhana dalam mengelola kelas, namun siswa cenderung lebih pasif tanpa banyak melakukan kegiatan pengolahan bahan pelajaran. Siswa hanya mendengar dan menerima begitu saja suatu konsep atau rumus yang disampaikan oleh guru kemudian mengerjakan soal-soal yang ada di buku paket bahasa Indonesia, akibatnya siswa kurang mempunyai kesempatan untuk lebih memahami dengan benar konsep ilmu tersebut.
Faktor karakteristik siswa yang mempengaruhi prestasi belajar siswa tersebut rendah antara lain, disebabkan kemampuan awal siswa yang masih rendah dan kurang menguasai pengetahuan yang merupakan materi prasyarat untuk mengikuti pembelajaran berikutnya. Kemampuan siswa untuk mengingat materi yang telah dipelajari masih kurang, siswa hanya mengingat materi yang baru disampaikan dan mengalami kesulitan jika harus mengingat kembali materi yang telah disampaikan oleh guru pada waktu lalu.
Untuk mengatasi masalah di atas, perlu dilakukan suatu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan materi yang diajarkan.
Salah satu pendekatan yang dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah dengan menggunakan pendekatan konstruktivis. Melalui pendekatan ini peranan guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain, dalam pembelajaran konstruktivisme peserta didik memegang peran kunci dalam mencapai kesuksesan belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Oleh karena itu penulis melakukan suatu penelitian dengan judul : Penerapan model pembelajaran konstruktivis Upaya meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging Kab. Mojokerto tahun pelajaran 2013-2014.B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut ;
1. Bagaimana efektivitas model pembelajaran konstruktivis dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging Tahun Pelajaran 2013-2014 ?2. Bagaimana respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran konstruktivis dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging Tahun Pelajaran 2013-2014 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Efektivitas model pembelajaran konstruktivis dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging Tahun Pelajaran 2013-2014. 2. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran konstruktivis dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging Tahun Pelajaran 2013-2014. D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dibagi menjadi dua,yaitu sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis.
Penelitian ini mempunyai manfaat teoritis terhadap pengembangan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan yang sesuai. Hal ini berkaitan dengan sumbangsih terhadap teori. Selain itu, sebagai bahan memperkaya khasanah penelitian khususnya penelitian di bidang pendidikan.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini mempunyai manfaat praktis bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti sendiri.
Bagi siswa, untuk mempermudah siswa dalam berlatih dan belajar dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Bagi guru, sebagai upaya untuk memotivasi siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia, sebagai upaya peningkatan kualitas dan prestasi khususnya mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, sebagai masukan agar dalam pembelajaran yang akan datang guru dapat menerapkan strategi pembelajaran yang menunjang peningkatan kemampuan berbahasa sehingga prestasi siswa dapat meningkat.
Bagi sekolah, yaitu dapat memberikan semangat bagi guru-guru di sekolah tersebut untuk melaksanakan penelitian-penelitian yang berkaitan dengan peningkatan prestasi belajar siswa.
Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman langsung pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia yang efektif dalam meningkatkan kemampuan berbahasa siswa kelas III SDN Tempuran.BAB II
KAJIAN TEORIA. Tinjauan Tentang Pembelajaran Konstruktivis
1. Pengertian Konstruktivistik
Konstruktivisme berasal dari Contrucion yang berarti membentuk / membangun. Jadi pendekatan Kontruktivisme merupakan pendekatan belajar menekan kepada peran pelaku belajar ( peserta didik ) dalam mmbentuk pengetahuan mereka. Pengalaman itu sendiri dalam pandangan kontruktivis diartikan berdasarkan Epistimologi sebagai kontruksi manusia dan tidak eksis diluar agen / keberadaan berfikir ? jadi pengetahuan dibentuk setiap secara posonal dan sosial, dan digunakan sebagai bahan hasil suksesi pengetahuan dan refleksi.
Kunci utama dalam perspektif ini adalah bahwa manusia dibentuk model mental mengenal lingkungan mereka, dan pengalaman baru diinterprestasikan dan dimengerti sesuai dengan model atau skema mental yang telah dimilikinya. Dengan demikian, pengetahuan itu sendiri bukan merupakan sekumpulan fakta atau kebenaran yang dapat kepada peserta didik, tetapi sebagai input yang daoat dicerna atau dikonstruk ? dibentuk secara aktif berdasarkan pengalamannya, kebudayaannya, pengetahuan dasar ? awal yang dimilikinya, situasi sosialnya, lain-lain menjadi sebuah konsep yang bersifat individual.
Sejalan dengan itu, belajar tidak dapat dipandang sebagai transfer sebongkah kebenaran tetapi sebagai transfusi aktif. Dalam hal ini, peserta didiklah yang mengkonstruksi menciptakan pengetahuannya dalam basisi pengetahuan yang dimilikinya. Atau dengan kata lain, pada saat sebelum pelajaran dimulai, peserta didik tidak dapat dikatakan sebagai tong kosong yang siap di jejali pengetahuqan, dikarenakan didalam pemikiran peserta didik telah tertanam konsep-konsep pribadi yang diperolehnya berdasarkan pengalamannya sebagai mana dijelaskan diatas.
Berbeda dengan pendekatan obyektivis yang selama ini telah mendominasi sistem pendekatan kita, pelaku pelajar (peserta didk) dituntut untuk memandang obyek, kejadian atau penomena yang terjadi dengan pikiran obyek yang diasumsikan terpisah dari proses-proses kognitif seperti imajinasi, intusisi, perasaan, nilai-nilai dan kepercayaan. Sebagai akibatnya, guru vmengimlimentasikan kurikulum dengan tujuan agar peserta didik dapat menerima seluruh materi dan memiliki kesempatan untuk memepelajarinya.
Jadi pada dasarnya pendekatan belajar konstruktivis merupakan pendekatan yang pada prinsipnya hampir sama dengan cara belajar siswa aktif ( CBSA ) seperti yang kita kenal selama ini.Perbedaan utama terletak pada kerangka acuannya dalam memandang pengetahuan dan proses pembentukan pengetahuan itu sendiri. Salah satu kelebihan dari pendekatan konstruktivis ini adalah peserta didik dapat memilih,mengamati, dan menganalisi, sehingga tanggung jawab terhadap hasil proses pembelajaran dengan sendirinya terletak pada peserta didik itu sendiri.
Konstruktivis sendiri lahir dari gagasan Jean Pieget dan Vygotsky.Keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif terjadi jika konsep yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui proses disequilibrium ( ketidakseimbangan ) informasi informasi baru ( Tanwey Gerso,2002 ).Piaget dan Vygotsky juga menekankan adanya hakekat sosial dari belajar,yakni membentuk kelompok kelompok belajar dengan anggota yang mempunyai kemampuan berbeda. Dari sini akan terjadi perubahan.
2. Peranan Peserta didik dan Guru dalam Pembelajaran Konstruktivis
Dalam pembelajaran konstruktivis keaktifan peserta didik menjadi syarat utama. Pengetahuan baru dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
Guru hanya sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, mengasimilasi dan mengadaptasi sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing. Dengan kata lain, dalam pembelajaran konstruktivisme peserta didik memegang peran kunci dalam mencapai kesuksesan belajarnya, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator. Perbandingan peranan peserta didik dan guru dalam pembelajaran konstruktivisme dapat dirangkum seperti tertera dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1Peranan Peserta Didik dan Guru
Dalam Pembelajaran Konstruktivisme
Peranan Peserta DidikPeranan Guru
Berinisiatif mengemukakan masalah dan pokok pikiran, kemudian menganalisis dan menjawabnya sendiri.
Bertanggungjawab sendiri terhadap kegiatan belajarnya atau penyelesaiakan suatu masalah.
Secara aktif bersama dengan teman sekelasnya mendiskusikan penyelesaian masalah atau pokok pikiran yang mereka munculkan, dan apabila dirasa perlu dapat menanyakannya kepada guru.
Atas inisiatif sendiri dan mandiri berupaya memperoleh pemahaman yang mendalam (deep understanding) terhadap sesuatu topik masalah belajar.
Secara langsung belajar saling mengukuhkan pemikiran di antara mereka, sehingga jiwa sosial mereka menjadi semakin dikembangkan.
Secara aktif mengajukan dan menggunakan berbagai hipotesis (kemungkinan jawaban) dalam memecahkan suatu masalah.
Secara aktif menggunakan berbagai data atau informasi pendukung dalam penyelesaian suatu masalah atau pokok pikiran yang dimunculkan sendiri atau yang dimunculkan oleh teman sekelas. Mendorong peserta didik agar masalah atau pokok pikiran yang dikemukakannya sejelas mungkin agar teman sekelasnya dapat turut serta menganalisis dan menjawabnya.
Merancang skenario pembelajaran agar peserta didik merasa bertanggungjawab sendiri dalam kegiatan belajarnya.
Membantu peserta didik dalam penyelesaian suatu masalah atau pokok pikiran apabila mereka mengalami jalan buntu.
Mendorong peserta didik agar mampu mengemukakan atau menemukan masalah atau pokok pikiran untuk diselesaikan dalam proses pembelajaran di kelas.
Mendorong peserta didik untuk belajar secara kooperatif dalam menyelesaikan suatu masalah atau pokok pikiran yang berkembang di kelas.
Mendorong peserta didik agar secara aktif mengerjakan tugas-tugas yang menuntut proses analisis, sintesis, dan simpulan penyelesaiannya.
Mengevaluasi hasil belajar peserta didik, baik dalam bentuk penilaian proses maupun dalam bentuk penilaian produk
Terjadinya pergeseran peranan guru dalam pembelajaran konstruktivisme tentunya membawa dampak tertentu, misalnya guru merasa beban mengajarnya menjadi ringan karena membiarkan peserta didik untuk belajar sendiri. Hal ini tidak perlu terjadi karena perspektif konstruktivisme dalam pembelajaran di sekolah menitik beratkan pada pengalaman pendidikan yang dirancang untuk membantu peserta didik menguasai ilmu pengetahuan. Peserta didik didorong agar berperan serta secara aktif dalam proses pembelajaran, sedangkan guru hanya akan memainkan peranan sebagai pembimbing atau fasilitator dalam memperkembangkan pengetahuan yang telah ada dalam diri peserta didik. 3. Tujuan Pendekatan Konstruktivistik
Tujuan konstruktivis adalah sebagai berikut :
a) Memotivasi siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
b) Mengembangkan kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri jawabanya.
c) Membantu siswa untuk mengembangkan pengembangan konsep secara lengkap.
d) Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
4. Penerapan Teori Pembelajaran Konstruktivistik
Belajar tidak hanya sekedar menghafal.Agar siswa benar benar memahami dan dapat mengharapkan pengetahuan yang diperolehnya maka siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah,menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide ide. Guru tidak mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Siswa harus mengkonstruksikan pengetahuan di dalam benak mereka sendiri.
Guru dapat memfasilitasi proses ini dengan cara :
a) Membuat informasi yang bermakna dan relevan bagi siswa.
b) Memberi siswa kesempatan menemukan menerapkan ide ide mereka sendiri.
c) Menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri dalam belajar.
Esensi teori konstruktivis adalah ide bahwa siswa itu sendiri harus menemukan dan mentranspormasi kontek di dalam situasi lain. Apabila dikehendaki informasi itu milik mereka.
Teori konstruktivis berpandangan bahwa siswa perlu terus menerus mengecek kesuksesan informasi baru terhadap informasi lama dan merevisinya apabila tidak sesuai lagi.
Teori konstruktivis menekankan bahwa perubahan kognitif terjadi hanya apabila konsep konsep sebelumnya mengalami proses disekuilibrasi saat dikaitkan dengan informasi baru.
Piaget dan Vygotsky juga menekankan hakekat sosial dari belajar,dan dua pakr itu menganjurkan dibentuknya kelompok belajar yang anggotanya memiliki kemampuan heterogen yang mendorong terjadinya perubahan pengertian / belajar.
5. Pembelajaran Sosial Menurut VygotskyIde - ide dari konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky (Nur,M,2000 ),yang digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif,pembelajaran berbasis pada kegiatan dan penemuan.
Ada empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori.Adalah :
a) Hakekat sosial dari pembelajaran,ia mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa dan teman sebaya yang mampu.Pada kooperatif,siswa dihadapkan pada proses berrfikir siswa lain untuk seluruh siswa zona perkembangan terdekat atau zona of proximal development.
b) Bahwa siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu pada zona perkembangan terdekat mereka contoh.Anak tidak dapat mengerjakan suatu masalah ,menemukan letak gunung bromo di propinsi jawa timur.Namun ia bisa setelah dibantu teman sebanyk banyaknya,maka menemukan peta itu,boleh jadi berad dalam zona perkembangan terdekatnya.Pada saat bekerja bersama,mungkin ada salah seorang yangmempunyai tingkat prestasi /kemampuan kognitif yang lebih tinggi,berarti tugas tersebut tempat berad di dalam zona perkembangan terdekat anak tersebut.
c) Pemagangan kognitif atau cognitif apprenticeship ;Konsep yang diturunkan lainnya adalah hakekat sosial dari belajar zona deari zona perkembangan terdekat yaitu pemagangan kognitif.pekerjaan baru biasanya didampingi oleh yang berpengalaman sebagai model.Tahap demi tahap,pekerjaan baru itu akan menguasai norma norma dan perilaku profesinya.Sebenarnya mengajar siswa di kelas juga bentuk pemagangan.Maka perlu pentransferan model pengajaran dan pembelajaran yang efektif ini keaktivitas sehari hari di kelas,baik dengan perlibatan siswa pada tugas tugas kopmpleks maupun membantu mereka mengatasi tugas tugas baru tersebut dalam kelompok yang hetrerogen kemampuan kognitifnya.
d) Scaffolding atau mediated learning; yaitu suatu tahap demi tahap untuk belajar dan memecahkan masalah.Siswa diberi tugas yang agak kompleks, sulit dan realistik kemudian diberi bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas tersebut ( bukan diajarkan sedikit demi sedikit suatu tugas itu sehingga terbentuk kemampuan untuk menyelesaikan tugas ). Prinsip ini digunakan seperti dalam tugas proyek, simulasi, penyelidikan masyarfakat, menulis untuk dipresentasikan tugas asli lainnya. Situated leraning digunakan untuk memberikan pembelajaran yang terjadi dalam kehidupan yang nyata, tugas asli atau yang sebenarnya.Dalam Scaffolding atau mediated learning menggunakan beberapa pendekatan yaitu sebagai bertikut :(1) Proses To-Down :
Pendekatan konstruktivis lebih menekan pada pengajaran top-down dari pada bottom-up.Di sini berarti dimulai denbgan masalah yang kompleks untujk dipecahkan danb selanjutnya memecahkan atau menemukan ( dengan bantuan guru ) ketrampilan dasar yang diperlukan.Contoh ; siswa di minta untuk menuliskan suatu susunan kalimat,kemudian baru mengeja,tata bahasa,dan tata baca. Strategi ini berbeda dengan botton-up yang tradisional.Di mana ketrampilan dasar secara bertahap dilatihkan untuk mewujudkan ketrampilan yang lebih kompleks.Contoh dalam pengajaran matematika ;perkalian bilangan dua digit dengan bilangan satu digit ( 11 x 2 = 22 ).Penyelesaiannya dengan mengajarkan langkah demi langkah untuk mendapatkan jawaban.Setelah menguasai ketrampilan dasar baru diberi masalah terapan sederhana,misal,Hendun melihat spidol seharga dua ribu berapa harga keseluruhan,bila Hendun membeli 5 buah ?.
Pendekatan konstruktivis bekerja sebaliknay,dimulai dengan masalah yang terjadi pada siswa,selanjutnya membantu menemukan langkah penyelesaian.
(2) Pembelajaran Kooperatif
Pendekatan ini didasari pada teori bahwa lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit apabila sering mendiskusikan dengan temannya.Siuswa bekerja dalam satu kelompok, 4 orang untuk saling membantu dalam pemecahan masalah yang kompleks. Titik tekannya pada hakekat sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok sejawat untuk memodelkan cara berpikir yang sesuai dan saling mengemukakan dan meluruskan kekeliruan pengertian atau mengkonsepsi di antara mereka sendiri.Inilah unsur kunci dari konsep Piaget dan Vygotsky tentang perubahan kognitif.
(3) Pembelajaran generatif atau generative learning
Asumsi sentral tentang penekatan konstruktivistik adalah bahwa belajar itu ditemukan, meskipun apabila kita menyampaikan sesuatu kepada siswa,siswa mengolahnya lagi sehingga mereka maham akan maksudnya. Misalnya,siswa berhasil membuat pertanyaan untuk mereka sendiri,membuat ikhtisar dan analogi tentang materi yang telah dibaca,mengucapkan kata kata yang telah didengar sehingga hal tersebut memberikan sumbangan pada hasil belajar dan ingatan siswa.Strategi pembuatan pertanyaan akan lebih efektif bila dipadu dengan pembelajaran kooperatif.(4) Pembelajaran dengan penemuan
Pembelajaran ini memiliki sejarah panjang dalam pembaharuan pendidikan,dalam hal ini siswa didorong untuk memiliki pengalaman dan melakukan percobaan yang memungkinkan mereka menemukan prinsip diri mereka sendiri.Belajar seperti ini,bisa diterapkan dalam banyak mata pelajaran,misalnya ; siswa diminta menggelindingkan beberapa selinder pada bidang miring.Bila mengelindingkan dengan benar,siswa akan menemukan prinsip prinsip utama yang menentukan kecepatan selinder tersebut. Keuntungan metode ini antara lain memacu keingintahuan siswa,memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sehingga menemukan jawabannya.Di samping itu siswa belajar memecahkan masalah secara mandiri dan ketrampilan berfikir karena mereka selalu menganalisa dan menangani informasi.
(5) Pembelajaran dengan Pengaturan diri atau self regulatied learningTeori ini berpandangan bahwa siswa memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri/ideal/self regulated learner.Artinya bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuannya itu.Misalnya,mampu memecahkan masalah yang kompleks menjadim lebih sederhana atau mencoba solusi alternatif,mereka juga tahu kapan harus membaca buku secara sepintas dan kapan harus membaca dengan pemahaman,juga tahubagaimana menulis untuk meyakinkan atau menulis hanya sekedar informasi.Motivasi ini berasal dari hasil belajar itu sendiri,bukan dari faktor eksternal.
Sehingga mereka mampu menekuni tugas jangka panjang hingga selsai.Bila siswa memeliki strategi belajar yang efektif,mempunyai motivasi serta tekun dalam menerapkan strategi hingga purna tugas maka dimungkinkan ia adalah siswa yang efektif dan mempunyai motivasi abadi untuk belajar.
(6) Scaffolding.Diambiul dari konsep Vygotsky tentang konsep pembelajaran dengan bantuan ( assisted learning ). Menurutnya,fungsi mental yang lebih tinggi,termasuk di dalamnya kemampuan untuk mengrahkan memory dan atensi untukm tujuan tertentu serta kmampuan untuk berpikir dalam symbol symbol,adalah perilaku yang memerlukan bantuan media. Dengan bantuan eksternal misalnya,perilaku itu akan melekat pada benak siswa sebagai alat psikologis.
Dengan pembelajaran ini ,guru adalah agen budaya yang membantu pengajaran sehingga siswa menguasai ketrampilan ketrampilan yang memungkinkan fungsi kognitif yang lebih tinggi.Setelah alat alat budaya dikuasai,maka mediator internal ( siswa ) memungkinkan berkembangnya pembelajaran yang dibantu diri sendiri ( mandiri ).
B. Prestasi Belajar SiswaPrestasi adalah hasil dan suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun kelompok (Djamarah, 1994:19). Sedangkan menurut Djamarah (1994:23) Prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dan aktivitas dalam belajar.
Sutratinah (1984:43) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil dan pengukuran serta penilaian usaha kegiatan belajar yang dapat dinyatakan dalam bentuk simbol, angka, huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang telah dicapai individu dalam waktu tertentu. Hasil dan proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti terjadi pembahan pengetahuan, pemahaman, tingkah laku, keterampilan, kebiasaaan serta perubahan aspek-aspek yang ada pada diri individu yang sedang belajar Depdiknas, 2006 :6)
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka prestasi belajar adalah suatu hasil belajar siswa dalam periode waktu tertentu yang dinyatakan dengan angka atau huruf dan diwujudkan melalui perubahan pengetahuan, keterampilan dan tingkah laku siswa.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:
a) Faktor internal yaitu faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, di antaranya adalah:
(1) Faktor jasmaniah, terdiri dan faktor kesehatan, dan catat tubuh.
(2) Faktor psikologis, terdiri dan intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
(3) Faktor kelelahan
b) Faktor ekstemal yaitu faktor yang ada di luar individu, di antaranya adalah:
(1) Faktor keluarga, terdiri dari cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orangtua dan latar belakang kebudayaan.
(2) Faktor sekolah, terdiri dan metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah ( Slameto, 2003 : 54-71)
C. Tinjauan Tentang Pelajaran Bahasa Indonesia di SD1. Tujuan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Berbahasa merupakan kegiatan rutin yang dilakukan oleh manusia setiap saat dan setiap waktu. Berbahasa bukanlah kegiatan sulit, setiap orang mampu berbahasa untuk berkomunikasi. Oleh sebab itulah, bahasa dikatakan sebagai media komunikasi. Tanpa bahasa manusia tidak akan mampu berinteraksi antara yang satu dengan yang lain. Dengan berbahasa pulalah manusia dapat mengembangkan budayanya. Tanpa bahasa tidak ada kemajuan budaya di muka bumi ini.
Apakah bahasa itu? Banyak orang mengartikan bahwa bahasa adalah alat komunikasi. Benarkah? Jika demikian telepon adalah bahasa, surat adalah bahasa. Dari contoh kecil ini bahasa ternyata tidak dapat didefinisikan sebagai alat komunikasi, sebab pengertian ini lebih mengacu pada fungsi bahasa itu sendiri. Lalu bahasa itu sendiri apa?
Pak Toni memiliki seorang anak yang diberi nama Dwi Suryani. Ketika tetangganya bertanya apa makna dari nama anaknya Dwi Suryani, Pak Toni mengatakan bahwa Dwi Suryani memiliki arti anak kedua yang diharapkan dapat menjadi penerang keluarga seperti halnya matahari. Melihat ilustrasi tersebut, mendefinisikan sesuatu tidak mengacu pada fungsi kata yang didefinisikan. Mendefinisikan bahasa pun harusnya tidak terlebih dahulu memandang fungsinya, melainkan mencari makna atau hakikat bahasa itu sendiri.
Bahasa telah banyak didefinisikan oleh beberapa ahli. Mereka memandang bahasa dengan cara pandang yang berbeda. Bahkan akhir-akhir ini bahasa didefinisikan secara luas sehingga muncullah istilah bahasa isyarat atau bahasa badaniah. Jika kita konsisten pada makna bahasa itu sendiri, maka bahasa hanya didefinisikan sebagai ujaran lisan yang mengandung makna yang diucapkan oleh manusia. Dari pengertian sederhana ini bahasa bukanlah gerak atau isyarat, melainkan bunyi.
Bahasa adalah bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia, bukan bunyi yang dihasilkan alat lain. Bahasa berasal dari udara yang keluar dari paru-paru menggetarkan pita suara di kerongkongan dan kemudian terujar lewat mulut.
Udara yang keluar dari paru-paru itu ada yang terhambat ada pula yang tidak terhambat, ada yang keluar lewat mulut ada pula yang keluar lewat hidung. Oleh sebab itu, bahasa itu manusiawi, artinya hanya manusia yang mampu menghasilkan bahasa. Apakah hewan tidak berbahasa? Ya, tetapi bahasa hewan tidak berkembang, tidak memiliki subsistem dualitas, tidak dapat memenuhi asas penjauhan, tidak memenuhi asas spesifikasi, tidak memiliki fungsi pertukaran peran, dan bahasa hewan tidak berfungsi untuk mengembangkan budayanya.
Bahasa adalah seperangkat bunyi yang sistematik. Hal ini berarti bahasa memiliki seperangkat sistem tertentu yang dikenal oleh para penuturnya. Perangkat inilah yang menentukan struktur apa yang akan diucapkan. Bahwa bahasa itu sistematik juga dapat dibuktikan dengan pemakaian bahasa dan kebiasaan berbahasa yang tidak diatur oleh lembaga perumus tertentu. Aturan pemakaian dan kebiasaan berbahas diatur oleh para penggunanya.
Bahasa itu arbitrer, artinya bahasa disusun secara manasuka sesuai dengan konversi para penggunanya. Arbitrer juga dapat diartikan secara kebetulan. Jadi bahasa lahir secara kebetulan akibat adanya interaksi komunikasi oleh para penuturnya. Namun demikian bunyi bahasa yang manasuka dan lahir secara kebetulan ini tentunya mengandung arti. Oleh sebab itu selain arbitrer bahasa juga simbolik. Hal ini berarti bahasa merupakan simbol-simbol tertentu yang memiliki makna bagi para penuturnya.
Setelah mengetahui pengertian bahasa, selanjutnya perlu kita pahami mengapa bahasa sangat penting untuk dikuasai manusia. Perhatikan contoh berikut.
Toni : Anin, Kapan Bapak Berangkat?
Anin : Tadi malam Kak.
Toni : Kamu, kapan?
Anin : Nanti sore.
Toni : Ah sayang sekali.
Anin : Mengapa kak?
Dari percapan pendek di atas jelas bahasa adalah alat komunikasi, atau alat berinteraksi antara satu individu dengan individu yang lain. Tanpa bahasa Toni tidak akan dapat berhubungan dengan Anita. Lebih jauh Toni tidak akan mendapatkan informasi tentang keberangkatan tokoh Bapak dalam percakapan di atas. Sebagai simpulan marilah kita katakan bahwa fungsi utama bahasa adalah alat komunikasi.
Bahasa sebagai alat komunikasi mengandung pemahaman yang cukup dalam karena proses komunikasi dapat terjadi apabila penerima pesan mampu memahami apa yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Peran bahasa di sini adalah menjembatani makna atau gagasan yang ingin disampaikan tersebut. Bahasa dapat diwujudkan dalam bentuk tulis maupun lisan. Oleh karena itu, proses komunikasi pun dapat dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Surat misalnya dapat dikatakan sebagai bahasa tulis, sedangkan pidato dapat dikatakan sebagai bahasa lisan.
Beberapa fungsi bahasa adalah. Pertama, bahasa memiliki fungsi ekspresif.. Dalam hal ini pengarang mengekspresikan ide, gagasan, dan pengalamannya lewat bahasa yang kemudian dibentuk dalam genre puisi.
Selain memiliki fungsi ekspresif, bahasa juga memiliki fungsi estetis. Hal ini berarti bahwa bahasa berfungsi sebagai media yang indah untuk menyampaikan pesan. Fungsi estetis ini biasa diwujudkan dalam bentuk karya sastra. Namun fungsi estetis pun dapat pula diwujudkan dalam bentuk lain.
Bahasa juga memiliki fungsi informatif. Artinya bahasa dapat digunakan untuk menginformasikan sesuatu kepada orang lain. Fungsi informatif bahasa ini dapat diwujudkan dalam bentuk lisan maupun tulisan. Dalam bentuk lisan percakapan antara siswa dan guru di dalam kelas merupakan contoh nyata bahasa dalam bentuk lisan. Buku-buku sebagai hasil penelitian penulisnya dapat dikatakan sebagai bahasa tulis yang berisikan serangkaian informasi dari pengarang kepada pembacanya.
Apa fungsi bahasa yang lain ? Perhatikan ilustrasi berikut.
Saudara-saudara, jika saudara memilih pemimpin, pilihlah pemimpin yang nyakola, nyantri, jujur, nyunda, dan anti korupsi. Karena dengan memilih pemimpin seperti inilah Insya Allah masyarakat akan makmur, kehidupan akan tenteram dan tenang serta biaya sekolah yang sekarang mahal, insya Allah akan murah. Oleh karena itu pilihlah..
Selain memiliki berbagai fungsi di atas, bahasa juga memiliki fungsi khayalan/imajiner. Dalam hal ini bahasa digunakan sebagai media untuk mencurahkan berbagai bentuk daya khayal dari seseorang. Dengan bahasa kita merasa takut bila mendengar berbagai cerita. Ini menunjukkan bahasa telah memenuhi fungsinya yaitu fungsi imajiner.
Terkadang kita marah jika seorang menghina kita dengan menggunakan bahasa yang kasar dan kotor. Kadang kita juga tertawa bila seorang menggunakan bahasa yang lucu. Dari dua kasus ini bahasa juga ternyata memiliki fungsi emosional. Artinya bahasa dapat membangkitkan emosi seseorang bahkan dapat menggerakkan tingkah laku seseorang. Masih banyak fungsi bahasa yang lain yang belum terungkap di sini. Fungsi-fungsi bahasa tersebut berkembang sejalan dengan banyaknya ahli yang mengemukakan fungsi bahasa. Dalam kepentingan perkuliahan Bahasa Indonesia sudah cukup rasanya kita membahasa fungsi-fungsi bahasa. Sebagai bagian akhir bagian ini dapat disimpulkan bahwa dalam kegiatan ilmiah bahasa memiliki fungsi utama sebagai media komunikasi, ekspresif (produktif), informatif, dan reseptif Ilustrasi di atas adalah penggalan contoh ungkapan yang selalu diujarkan oleh para juru kampanye Pilkada beberapa tahun bulan. Juru kampanye dalam menarik minat masyarakat menggunakan kata-kata yang menggebu-gebu dan merayu. Di sini bahasa berfungsi sebagai alat fungsional. Artinya bahasa dapat dijadikan sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dari ilustrasi di atas bahasa berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain.
2. Kedudukan dan Fungsi Bahasa Indonesia
Keberadaan bahasa Indonesia dalam negara ini sangat diperlukan. Hal ini dibuktikan dengan kedudukannya sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara. Sebagaimana telah dibahas pada uraian sebelumnya bahwa bahasa Indonesia telah menempati kedudukan sebagai bahasa nasional, yaitu sebagai bahasa yang digunakan untuk mempersatukan suku bangsa yang ada di nusantara. Selanjutnya, selain berfungsi sebagai bahasa pemersatu suku bangsa (bahasa nasional) bahasa Indonesia juga digunakan dalam kegiatan kenegaraan. Hal ini tercantum jelas dalam UUD 1945 pasal 36 yang menyatakan bahwa Bahasa negara adalah bahasa Indonesia.
Pada masing-masing kedudukannya tersebut, bahasa Indonesia memiliki fungsi yang berbeda. Dalam kedudukannya dalam bahasa Nasional, bahasa Indonesia memiliki fungsi antara lain sebagai:
1. lambang kebanggaan nasional
2. lambang identitas nasional
3. bahasa persatuan berbagai suku bangsa yang memiliki latar belakang bahasa dan budaya yang berbeda
4. bahasa perhubungan antara berbagai wilayah di nusantara
Bahasa Indonesia dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan nasional. Hal ini berarti bahasa Indonesia merupakan satu kebanggaan bagi bangsa Indonesia. Kita selayaknya bangga memiliki bahasa Indonesia sebab banyak bangsa lain yang belum memiliki bahasa nasional. Jika masyarakat suatu negara menggunakan dua bahasa yang berbeda dan tidak ada bahasa yang dijadikan bahasa nasional, maka dapat dibayangkan bagaimana sulitnya menjalin komunikasi antara pemerintah dengan rakyatnya. Andai akan dibuat pengumuman penerimaan pegawai baru saja, maka negara tersebut harus membuat pengumuman dalam dua bahasa yang berbeda. Berapa kerugian yang ditanggung negara jika hal ini terjadi pada negara kita yang memiliki beribu-ribu bahasa daerah.
Bahasa Indonesia sebagai lambang kebanggaan nasional, pada kenyataannya sekarang tidak ditunjukkan oleh sebagian masyarakat. Saat ini masyarakat akan merasa bangga jika mampu menguasai dan menggunakan bahasa asing. Ironisnya jika kita menggunakan bahasa Indonesia kita akan mendapat respons sinis dari masyarakat, tetapi sebaliknya jika kita menggunakan bahasa asing masyarakat akan memuji kita. Masihkah ada rasa bangga berbahasa Indonesia?
Bahasa Indonesia merupakan lambang identitas nasional. Ingat pepatah yang mengatakan Bahasa adalah cermin suatu bangsa. Ini berarti dalam percaturan internasional menggunakan bahasa Indonesia menunjukkan bahwa kita merupakan penduduk negara Indonesia.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai alat pemersatu suku bangsa dengan berbagai latar belakang bahasa dan budaya serta alat perhubungan suatu wilayah telah banyak kita jelaskan pada bagian muka. Oleh sebab itu dua fungsi ini tidak perlu kita bahas kembali.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia memiliki berbagai fungsi. Fungsi-fungsi tersebut antara lain sebagai:
1. Bahasa resmi negara
2. Bahasa pengantar di dunia pendidikan
3. Bahasa perhubungan dalam hal mewujudkan kepentingan nasional
4. Bahasa pengembang ilmu pengetahuan teknologi dan budaya.
Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa resmi negara. Hal ini berarti bahasa Indonesia digunakan dalam berbagai kegiatan kenegaraan, baik kegiatan-kegiatan kenegaraan dalam bentuk aktivitas maupun dalam bentuk perundang-undangan. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa resmi dalam setiap kegiatan negara seperti pidato presiden, rapat MPR, upacara-upacara kenegaraan, dan kegiatan-kegiatan kenegaraan yang lain. Demikian pula seluruh undang-undang di Indonesia menggunakan bahasa Indonesia sebagai wahana penulisannya.
Di dalam dunia pendidikan bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar dalam kegiatan belajar mengajar berbagai bidang ilmu. Pendidikan bahasa asing sekali pun tetap menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantarnya. Melihat kenyataan ini bahasa Indonesia memegang peranan penting dalam proses pendidikan di Indonesia.
Bahasa Indonesia juga berfungsi sebagai bahasa perhubungan dalam tingkat nasional untuk mewujudkan kepentingan nasional. Ini terbukti dengan digunakannya bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi lisan maupun tulisan dalam berbagai kegiatan nasional. Hubungan atau proses komunikasi antara pemimpin daerah dengan presiden dalam rangka membicarakan arah pengembangan daerah juga menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan surat-menyurat di lapisan masyarakat bawah yang berhubungan dengan pemerintahan pun menggunakan bahasa Indonesia sebagai wahananya.
Fungsi terakhir dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan budaya. Hal ini terbukti dengan diterbitkannya buku-buku IPTEK dan budaya dalam bahasa Indonesia. Lebih jauh pembinaan dan pengembangan kebudayaan dan IPTEK secara lisan juga menggunakan bahasa Indonesia. Akhirnya timbullah pertanyaan, pentingkah mempelajari bahasa Indonesia itu? Jika penting mengapa?
D. Hipotesis Tindakan
Dari uraian tersebut di atas,maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran konstruktivis efektif dalam meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging Tahun Pelajaran 2013-2014.2. Respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran konstruktivis dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging tahun Pelajaran 2013-2014 adalah positif.BAB III
METODE PENELITIANA. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah tindakan penelitian peningkatan prestasi belajar Bhs. Indonesia yang dilaksanakan di SDN Tempuran Kec. Pungging Khususnya kelas III. Berdasarkan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa kelas III prestasi belajara bahasa Indonesia masih sangat rendah. Siswa merasa kesulitan dalam belajar sehingga siswa kurang respon terhadap pembelajaran bahasa Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas, yang dilakukan secara bertahap-tahap sampai mendapatkan hasil yang diinginkan. Jumlah dan nama siswa yang menjadi subjek dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :TABEL 3.1
JUMLAH DAN NAMA SISWA KELAS III SDN TEMPURAN KEC. PUNGGING TAHUN PELAJARAN 2013-2014No.Nama SiswaL/PKeterangan
1Fitria NingsihP
2Jumadi PratamaL
3Farman EfendiL
4AgusmanL
5IrwansyahL
6Aji PrasetyoL
7Andi SaputraL
8Bq Hikmatullah HelmiP
9Bambang Harjo SetoL
10Dina MulyanaP
11Dwi Dara SusantiP
12Danu Aprian DaniL
13Fausul HilmawanL
14Firman Rama HidayatL
15Geby RizkianiP
16HadiatullahP
17Ifan Putra Ade GunawanL
18Irfan AbdullahL
19Lobi IrawanL
20M. SutomoL
21Novaldi Saputra L
22Popy OliviaL
23Putu Eka DharmaP
24Ni Luh SukaryaniP
25Farwatun HasanahP
26Rizka handayaniP
Total26Orang
Sumber data : Dokumen SDN Tempuran Kec. Pungging tahun pelajaran 2013-2014B. Setting Penelitian
1. PTK akan dilakukan pada SDN Tempuran Kec. Pungging Kab. Mojokerto Tahun Pelajaran 2013 - 2014.
2. SDN Tempuran Kec. Pungging terdiri dari 12 kelas dan jumlah siswa pada masing-masing tingkat relatif besar dibandingkan dengan SD lainnya di Wilayah Kec. Pungging.3. PTK dilakukan pada SDN Tempuran Kec. Pungging adalah siswa kelas III dengan jumlah siswa 26 orang ( P = 13 orang ; L = 13 orang ).
C. Rancangan Penelitian
1. Tindakan dilaksanakan dalam 3 siklus
2. Kegiatan dilaksanakan dalam semester genap tahun pelajaran 2013-2014.
3. Lama penelitian 6 pekan efektif dilaksanakan mulai bulan 21 Maret 25 April 2014.4. Dalam pelaksanaan tindakan,rancangan dilakukan dalam 3 siklus yang meliputi ; (a) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.Rancangan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) menurut Kemmis dan Mc.Taggar ( Depdiknas,2000 ) adalah seperti gambar berikut :
Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus I
Recived Plan
Reflective
Action / Obesrvation
Siklus II
Recived Plan
Reflective
Action / Observation
Siklus III
Recived Plan
Gambar 3.1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
1. Rencana ( Plan ) : adalah rencana tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki ,meningkatkan atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi.
2. Tindakan ( Action ) : adalah apa yang dilakukan oleh peneliti / guru sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diinginkan.
3. Observasi ( Observation ) : adalah mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap guru.
4. Refleksi ( reflection ) : adalah peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari pelbagai keriteria.
5. Revisi ( recived plan ) : adalah berdasarkan dari hasil refleksi ini,peneliti melakukan revisi terhadap rencana awal.
D. Variabel Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini variabel yang akan diteliti adalah peningkatan prestasi belajar bahasa Indonesia dengan menerapkan pendekatan konstruktivis di SDN Tempuran Kec. Pungging Kab. Mojokerto Tahun Pelajaran 2013-2014. Variabel tersebut dapat dituliskan kembali sebagai berikut :
Variabel Harapan :
Variabel Tindakan :Peningkatan prestasi belajar bahasa IndonesiaPenerapan pendekatan konstruktivis.
Adapun indikator yang akan diteliti dalam variabel harapan terdiri dari :
1. Kemampuan Siswa di SDN Tempuran Kec. Pungging dalam pelajaran bahasa Indonesia.2. Kemampuan siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia.3. Kemampuan siswa dan guru menguasai pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran bahasa Indonesia.4. Keefektifan siswa dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.Sedangkan variabel tindakan memiliki indikator sebagai berikut :
1. Tingkat kualitas perencanaan
2. Kualitas perangkat observasi
3. Kualitas operasional tindakan
4. Kesesuaian perencanaan dengan tindakan kelas
5. Kesesuaian teknik yang digunakan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
6. Tingkat efektifitas pelaksanaan pendekatan konstruktivis.7. Kemampuan siswa dan guru menerapkan pendekatan konstruktivis dalam meingkatkan prestasi belajar.
E. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
1. Sumber Data :
Sumber data dalam penelitian ini berasal dari dua sumber yaitu :
1Siswa :
Diperoleh data tentang peningkatan prestasi belajar bahasa Indonesia.
2Guru :Diperoleh data tentang penerapan pendekatan konstruktivis.
2. Teknik Pengumpulan Data :
Dalam pengumpulan data teknik yang digunakan adalah menggunakan observasi dan angket.F. Indikator Keberhasilan
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam tiga siklus dianggap sudah berhasil apabila terjadi peningkatan prestasi belajar siswa apabila 85 % siswa ( kelas yang diteliti ) telah mencapai ketuntasan dengan nilai rata rata 75. Jika peningkatan tersebut dapat dicapai pada tahap siklus 1 dan 2 , maka siklus selanjutnya tidak akan dilaksanakan karena tindakan sekolah yang dilakukan sudah dinilai efektif sesuai dengan harapan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ).
G. Teknik Analisis Data
Dalam analisis data teknik yang digunakan adalah ;
1. Kuantitatif
Analisis ini akan digunakan untuk menghitung besarnya peningkatan prestasi siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan konstruktivis dengan menggunakan prosentase ( % ).2. Kualitatif
Teknik analisis ini akan digunakan untuk memberikan gambaran hasil penelitian secara ; reduksi data, sajian deskriptif, dan penarikan simpulan.
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tabel 3.2 :
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
NoUraian KegiatanBulanKeterangan
Maret2014April2014
123456
1Persiapan dan KoordinasiX
2SIKLUS I
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. EvaluasiX
X
XX
3SIKLUS II
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. EvaluasiX
X
XX
4SIKLUS III
a. Perencanaan
b. Tindakan
c. Observasi
d. EvaluasiX
X
XX
5ANALISIS DATAX
6PENYUSUNAN DRAFT LAPORANX
7PENYUSUNAN LAPORAN AKHIRX
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Paparan data dan Temuan Penelitian
1. Perencanaan Tindakan
Penelitian ini menggunakan Pendekatan kerampilan Proses ( PKP ) dalam meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III pelajaran bahasa Indonesia.Tujuan yang diharapkan pada pertemuan pertama dalam pembelajaran bahasa Indonesia, penerapan pendekatan ketrampilan proses di kelas III .
Agar tercapai tujuan di atas, peneliti yang bertindak sebagai guru melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
a) Menyusun instrumen pembelajaran
b) Menyusun Instrumen Monitoring
c) Sosialisasi kepada siswa
d) Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran
e) Melakukan refleksi
f) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ke dua berdasar refleksi siklus pertama
g) Melaksanakan pembelajaran pada siklus kedua
h) Melakukan Observasi
i) Melakukan refleksi pada siklus kedua
j) Menyusun strategi pembelajaran pada siklus ketiga berdasar refleksi siklus kedua
k) Melaksanakan pembelajaran pada siklus ketiga
l) Melakukan Observasi
m) Melakukan refleksi pada siklus ketiga
n) Menyusun laporan
2. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan dalam penelitian dilakukan 3 siklus yang terdiri dari tiga kali pertemuan.
Waktu yang digunakan setiap kali pertemuan adalah 2 x 35 menit. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 21 s.d 28 Maret 2014 dan pertemuan kedua pada tanggal 04 s.d 11 April 2014 , dan pertemuan ke tiga 18 s.d 25 April 2014 . Penelitian tindakan kelas dilaksanakan sesuai dengan prosedur rencana pembelajaran dan skenario pembelajaran.
SIKLUS 1
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar observasi pengolaan pembelajaran.
b) Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 21 s.d 28 Maret 2014 di SDN Tempuran Tahun pelajaran 2013-2014. dengan jumlah siswa 26 orang. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan.
Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I. adalah seperti pada tabel berikut :Tabel 4.1 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan Pendektan Konstruktivis Pada Siklus I
NoRESPONDENL/PSkorKeterangan
TuntasTidak Tuntas
1Fitria NingsihP45
2Jumadi PratamaL45
3Farman EfendiL50
4AgusmanL45
5IrwansyahL45
6Aji PrasetyoL45
7Andi SaputraL45
8Bq Hikmatullah HelmiP60
9Bambang Harjo SetoL60
10Dina MulyanaP60
11Dwi Dara SusantiP60
12Danu Aprian DaniL60
13Fausul HilmawanL65
14Firman Rama HidayatL65
15Geby RizkianiP55
16HadiatullahP45
17Ifan Putra Ade GunawanL45
18Irfan AbdullahL45
19Lobi IrawanL55
20M. SutomoL 66
21Novaldi Saputra L76
22Popy OliviaL74
23Putu Eka DharmaP55
24Ni Luh SukaryaniP45
25Farwatun HasanahP55
26Rizka handayaniP55
Jumlah Total26
orang1376--
Skor Maksimum Individu-100--
Skor maksimuim Kelas-2600--
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas
: 5 Orang
Jumlah siswa yang belum tuntas : 21 Orang
Klasikal
: belum tuntas.
Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan pendekatan ketrampilan proses diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 52,93 % atau ada 5 siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai 65 hanya sebesar 19,23 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85 %. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan pendekatan ketrampilan proses.c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut:
(1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran
(2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu
(3) Siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung.d) Revisi Rancangan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya.
1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Di mana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan.
2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan
3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias.
SIKLUS II
a) Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 2, soal tes formatif II dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 04 s.d 11 April 2014 di SDN Tempuran tahun pelajaran 2013-2014. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut :Tabel 4. 2 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menerapkan Pendekatan Konstruktivis Pada Siklus II
NoRESPONDENL/PSkorKeterangan
TuntasTidak Tuntas
1Fitria NingsihP65
2Jumadi PratamaL65
3Farman EfendiL60
4AgusmanL55
5IrwansyahL55
6Aji PrasetyoL55
7Andi SaputraL55
8Bq Hikmatullah HelmiP70
9Bambang Harjo SetoL70
10Dina MulyanaP70
11Dwi Dara SusantiP70
12Danu Aprian DaniL70
13Fausul HilmawanL75
14Firman Rama HidayatL75
15Geby RizkianiP65
16HadiatullahP55
17Ifan Putra Ade GunawanL55
18Irfan AbdullahL55
19Lobi IrawanL65
20M. SutomoL 76
21Novaldi Saputra L85
22Popy OliviaL85
23Putu Eka DharmaP65
24Ni Luh SukaryaniP65
25Farwatun HasanahP65
26Rizka handayaniP65
Jumlah Total26
orang1646--
Skor Maksimum Individu-100--
Skor maksimuim Kelas-2600--
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas
: 18 Orang
Jumlah siswa yang belum tuntas : 8 Orang
Klasikal
: belum tuntas.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah 63,30 % dan ketuntasan belajar mencapai 69,23 % atau ada 18 siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini ketuntasan belajar secara klasikal telah mengalami peningkatan cukup lebih baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar. Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan dinginkan guru dengan menerapkan pendekatan ketrampilan proses.
c) Refleksi
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar diperoleh informasi dari hasil pengamatan sebagai berikut :
1) Memotivasi siswa
2) Membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep
3) Pengelolaan waktu
d) Revisi Pelaksanaaan
Pelaksanaan kegiatan belajar pada siklus II ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Maka perlu adanya revisi untuk dilaksanakan pada siklus III antara lain:
1) Guru dalam memotivasi siswa hendaknya dapat membuat siswa lebih termotivasi selama proses belajar mengajar berlangsung.
2) Guru harus lebih dekat dengan siswa sehingga tidak ada perasaan takut dalam diri siswa baik untuk mengemukakan pendapat atau bertanya.
3) Guru harus lebih sabar dalam membimbing siswa merumuskan kesimpulan/menemukan konsep.
4) Guru harus mendistribusikan waktu secara baik sehingga kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
5) Guru sebaiknya menambah lebih banyak contoh soal dan memberi soal-soal latihan pada siswa untuk dikerjakan pada setiap kegiatan belajar mengajar.
SIKLUS III
a) Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3, soal tes formatif 3 dan alat-alat pengajaran yang mendukung.
b) Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan pada tanggal 18 s.d 25 April 2014 di SDN Tempuran tahun pelajaran 2013-2014 dengan jumlah siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif III. Adapun data hasil penelitian pada siklus III adalah sebagai berikut ;Tabel 4.3 :
Tabel Distribusi Nilai tes Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menerapkan Pendekatan Konstruktivis Pada Siklus III
NoRESPONDENL/PSkorKeterangan
TuntasTidak Tuntas
1Fitria NingsihP75
2Jumadi PratamaL75
3Farman EfendiL70
4AgusmanL65
5IrwansyahL65
6Aji PrasetyoL65
7Andi SaputraL65
8Bq Hikmatullah HelmiP80
9Bambang Harjo SetoL80
10Dina MulyanaP80
11Dwi Dara SusantiP80
12Danu Aprian DaniL80
13Fausul HilmawanL85
14Firman Rama HidayatL85
15Geby RizkianiP75
16HadiatullahP65
17Ifan Putra Ade GunawanL65
18Irfan AbdullahL65
19Lobi IrawanL75
20M. SutomoL 86
21Novaldi Saputra L95
22Popy OliviaL95
23Putu Eka DharmaP75
24Ni Luh SukaryaniP75
25Farwatun HasanahP75
26Rizka handayaniP75
Jumlah Total26
orang1971-
Skor Maksimum Individu-100--
Skor maksimuim Kelas-2600--
Keterangan :
Jumlah siswa yang tuntas : 26 Orang
Jumlah siswa yang belum tuntas : - Orang
Klasikal
: tuntas.Berdasarkan tabel di atas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar 75,81 % dan dari 26 siswa yang telah tuntas sebanyak secara keseluruhan. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 100 % ( termasuk kategori tuntas ). Hasil pada siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran melalui pendekatan ketrampilan proses sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan. Di samping itu ketuntasan ini juga dipengaruhi oleh kerja sama dari siswa yang telah menguasai materi pelajaran untuk mengajari temannya yang belum menguasai.c) Refleksi
Pada tahap ini akan dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan penerapan pendekatan konstrukstivis. Dari data-data yang telah diperoleh dapat diuraikan sebagai berikut:
(1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar.
(2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung.
(3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
(4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d) Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakah selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
B. Analisis Hasil Kegiatan
Setelah dilakukan tindakan pada siklus 1, siklus 2 dan siklus 3 menunjukkan
hasil sebagai berikut :Tabel 4.4 :
Analisis Hasil Tes Tentang Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan pendekatan ketrampilan proses.
NoRespondenSkor sebelum
Tindakan
Siklus 1Skor setelah
Tindakan 1
Siklus 2Skor setelah
Tindakan 2
Siklus 3
1Fitria Ningsih456575
2Jumadi Pratama456575
3Farman Efendi506070
4Agusman455565
5Irwansyah455565
6Aji Prasetyo455565
7Andi Saputra455565
8Bq Hikmatullah Helmi607080
9Bambang Harjo Seto607080
10Dina Mulyana607080
11Dwi Dara Susanti607080
12Danu Aprian Dani607080
13Fausul Hilmawan657585
14Firman Rama Hidayat657585
15Geby Rizkiani556575
16Hadiatullah455565
17Ifan Putra Ade Gunawan455565
18Irfan Abdullah455565
19Lobi Irawan556575
20M. Sutomo 66 76 86
21Novaldi Saputra 768595
22Popy Olivia748595
23Putu Eka Dharma556575
24Ni Luh Sukaryani456575
25Farwatun Hasanah556575
26Rizka handayani556575
Jumlah Total1376164675,81
Skor Maksimum Individu100100100
Skor Maksimum Kelas260026002600
Analisis Data Deskriptif Kuantitatif
1. Pencapaian Prestasi pembelajaran Bahasa Indonesia kelas III sebelum diberi tindakan
= 1376 x 100% = 52,93 %
26002. Pencapaian prestasi Bahasa Indonesia kelas III setelah diberi tindakan pengelompokan siswa berdasarkan nomor panggilan (acak berdasarkan tempat duduk )
= 1646 x 100% = 63,30 %
2600
3. Pencapaian prestasi Bahasa Indonesia kelas III setelah diberi tindakan pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik
= 1971x 100% = 75,81 %
2600
Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa
A. Terjadi peningkatan prestasi setelah diberi tindakan yaitu terjadi 52,93% menjadi 63,30 % ada kenaikan sebesar = 10,37 %
B. Dari sebelum tindakan ( siklus 1 ) dan setelah tindakan sampai dengan ( siklus 3 ) 52,93% menjadi 63,30%, dan dari ( siklus 2 ) ke ( siklus 3) juga ada peningkatan sebanyak 75,81 % - 63,30 % = 12,51 %.
C. Rata rata siswa sebelum diberi tindakan naik 19,23% menjadi 100%.
D. Dari tindakan siklus 2 dan setelah tindakan( siklus 3 ) 63,30 % menjadi 75,81 % berarti ada peningkatan prestasi sebanyak 75,81 % - 63,30 % = 12,51 %.Refleksi dan Temuan
Berdasarkan pelaksanaan tindakan maka hasil observasi nilai, hasil dapat dikatakan sebagai berikut :
a. Pertemuan pertama kegiatan belajar-mengajar dengan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis belum berhasil karena dalam pembelajaran masih terlihat siswa yang bermain, bercerita, dan mengganggu siswa lain;
b. Model Pembelajaran dengan pendekatan pendekatan konstruktivis , dalam hal peningkatan prestasi belum tampak, sehingga hasil yang dicapai tidak tuntas.
c. Mungkin karena proses belajar mengajar yang dilakukan dengan pendekatan pendekatan konstruktivis yang baru mereka laksanakan sehingga siswa merasa kaku dalam menerapkannya. d. Akan tetapi setelah dijelaskan, mereka bisa mengerti dan buktinya pada pertemuan kedua dan ketiga proses kegiatan belajar - mengajar berjalan baik, semua siswa aktif dan lebih-lebih setelah ada rubrik penilaian proses, seluruh siswa langsung aktif belajar.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran dengan pendekatan pendekatan konstruktivis memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru ( ketuntasan belajar meningkat dari siklus I, II, dan III ) yaitu masing-masing 52,93 % ; 63,30 % ; 75,81 % Pada siklus III ketuntasan belajar siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dalam setiap siklus mengalami peningkatan. Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus mengalami peningkatan.
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menerapkan pendekatan konstruktivis yang paling dominan adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/memperhatikan penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah pendekatan konstruktivis dengan baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan pembelajaran, menjelaskan, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab di mana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka hasil belajar siswa untuk pelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan konstruktivis hasilnya sangat baik. Hal itu tampak pada pertemuan pertama dari 26 orang siswa yang hadir pada saat penelitian ini dilakukan nilai rata rata mencapai ; 52,93% meningkat menjadi 63,30 % dan pada siklus 3 meningkat menjadi 75,81 %.Dari analisis data di atas bahwa pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis diterapkan pada pembelajaran behasa Indonesia kelas III, yang berarti proses kegiatan belajar mengajar lebih berhasil dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada siswa di SDN Tempuran Kec. Pungging, oleh karena itu diharapkan kepada para guru SD dapat melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis di kelas III .Berdasarkan kerikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) siswa dikatakan tuntas apabila siswa telah mencapai nilai standar ideal 70 mencapai 85 %. Sedangkan pada penilitian ini, pencapai nilai 75 pada ( siklus 3 ) mencapai melebihi target yang ditetapkan dalam KTSP yaitu mencapai 100 %. Dengan demikian maka hipotesis yang diajukan dapat diterima.
BAB V
P E N U T U P
A. Simpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN Tempuran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I ( 52,93%), siklus II ( 63,30% ), dan siklus III ( 75,81% ).
2. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis pada pelajaran bahasa Indonesia mempunyai pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis efektif untuk meningkatkan kembali materi ajar yang telah diterima siswa selama ini, sehingga mereka merasa siap untuk menghadapi pelajaran berikutnya.
B. Saran-Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar di sekolah dasar ( SD ) lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut :
1. Untuk melaksanakan pembelajaran memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan pemberian model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan kegiatan penemuan, walau dalam taraf yang sederhana, di mana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SDN Tempuran Kec. Pungging Kab. Mojokerto tahun pelajaran 2013-2014.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, M. (1990) Dasar-Dasar Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: YA3.
Akhmad Zeni,2008.Beban Guru Tidak Berat. www.wordpres.com.
Akhadiah, S.dkk. (1997) Pembinaan Keterampilan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Arifin, Z. (1995) Membina Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta: Media Presindo.
Arikunto,Suharsimi.2007.Penelitian Tindakan Kelas.Jakarta : PT.Bumi Aksara
Depdiknas RI 2003.Undang Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Jakarta : Depdiknas.
___________ 2003. Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Sains Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta : Depdiknas
Darsono, Max. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 1995.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara. Kanginan, Marthen. 2004. Sains Fisika SMP untuk kelas VIII semester 2. Jakarta:Erlangga.
Kusmayadi,Ismail,dkk.2008.Belajar Bahasa Indonesia,Jakarta : Pusat Perbukuan Depdiknas
Mulyasa, E. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya
Napisi Lapono dkk.2008.Materi Belajar dan Pembelajaran SD.Jakarta : Dirjen Depdiknas.Santrock, Jhon W. 1981. Adolescence: An Introduction. Dubuque, Iowa: Wm. C. Brown
Slameto, 1988. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksra
Slavin, Robert E. 1994. Educational Psychology: Theory and Practice. Boston: Allyn and Bacon
Pakdesota.2008.Pemerolehan Bahasa Pertama dan Bahasa Kedua www.wordpress.com
Lampiran : 1
PEMERINTAH KAB. MOJOKERTO
DINAS PENDIDIKAN
UPT DINAS PENDIDIKAN KEC. PUNGGINGSEKOLAH DASAR NEGERI TEMPURANKec. Pungging Mojokerto Jawa Timur
SURAT IJIN PENELITIAN
Nomor : 422 / / SD /2014Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SDN Tempuran Kec..Mojokerto , bahwa sehubungan dengan rencana melakukan penelitian tindakan kelas ( PTK ) dalam upaya peningkatan prestasi belajar siswa di SDN Tempuran, maka kepada :
Nama
: SUKESI, S.PdNip.
: 19600226 197907 2 001Pangkat /Golongan : Pembina Tk. I IV/bMengajar Kelas : III ( Tiga )Alamat : Mojokerto Jawa Timur Diberikan Ijin untuk mengadakan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul : Penerapan model pembelajaran konstruktivis Upaya meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging Kab. Mojokerto tahun pelajaran 2013-2014 Mulai bulan Maret 2014 sampai selesai.Demikian surat ijin penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mojokerto, 19 Maret 2014Kepala Sekolah SUKESI, S.PdNIP. 19600226 197907 2 001Lampiran : 2
PEMERINTAH KAB. MOJOKERTO
DINAS PENDIDIKAN
UPT DINAS PENDIDIKAN KEC. PUNGGINGSEKOLAH DASAR NEGERI TEMPURANKec. Pungging Mojokerto Jawa Timur
SURAT KETERANGAN
Nomor : 422 / /SD /2014Yang bertanda tangan di bawah ini Kepala SDN Tempuran Kec. Pungging, menerangkan bahwa :
Nama
: SUKESI, S.PdNip.
: 19600226 197907 2 001Pangkat /Golongan : Pembina Tk. I IV/bMengajar Kelas : III ( Tiga )Alamat : Mojokerto Jawa Timur Telah melakukan Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dengan judul :etPenerapan model pembelajaran konstruktivis Upaya meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging Kab. Mojokerto tahun pelajaran 2013-2014 Sejak 21 Maret sampai dengan 25 April 2014 .
Demikian surat keterangan penelitian ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Mojokerto, 25 April 2014Kepala Sekolah SUKESI, S.PdNIP. 19600226 197907 2 001Lampiran : 3
DAFTAR HADIR SISWA
DALAM KEGIATAN PENELITIAN
NoN A M AL/P KEHADIRAN
IIIIIIIVVVI
Tgl. 21-032014Tgl.
28-032014Tgl.
04-032014Tgl.
11-032014Tgl.
18-032014Tgl.
28-032014
1Fitria NingsihP
2Jumadi PratamaL
3Farman EfendiL
4AgusmanL
5IrwansyahL
6Aji PrasetyoL
7Andi SaputraL
8Bq Hikmatullah HelmiP
9Bambang Harjo SetoL
10Dina MulyanaP
11Dwi Dara SusantiP
12Danu Aprian DaniL
13Fausul HilmawanL
14Firman Rama HidayatL
15Geby RizkianiP
16HadiatullahP
17Ifan Putra Ade GunawanL
18Irfan AbdullahL
19Lobi IrawanL
20M. SutomoL
21Novaldi SaputraL
22Popy OliviaL
23Putu Eka DharmaP
24Ni Luh SukaryaniP
25Farwatun HasanahP
26Rizka handayaniP
Mojokerto, 21 Maret 2014Peneliti,SUKESI, S.PdNIP. 19600226 197907 2 001Lampiran : 4
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISSekolah :______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________Nama Guru :_______________
Tanggal :_______________
Pukul :_______________
Bertikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek ( V ) pada kolom yang sesuai.
NoAspek yang diamatiDilakukanPenilaian
yatdk1234
IPengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
IIB. Kegiatan Inti
Melatih siswa dalam Belajar mengajar
1. Secara klasikal menjelaskan materi dalam belajar mengajar yang akan digunakan
2. Memodelkan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dalam proses belajar mengajar
3. Membimbing siswa tentang bahasa Indonesia dengan menggunakan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dalam proses belajar mengajar
4. Memeriksa pemahaman siswa terhadap materi kegiatan belajar Bahasa Indonesia dalam belajar mengajar
5. Memberikan latihan mandiri
6. Menyampaikan tujuan dan motivasi
7. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
8. Memberikan latihan terbimbing
9. Memberikan pemahaman dan memberikan umpan balik
10. Memberikan latihan mandiri
IIIKesesuaian Metode
IVC. Penutup
Membimbing siswa merangkum materi pelajaran
VPengelolaan Waktu
VISuasana Kelas
1. Siswa antusias
2. Guru antusias
Mojokerto, 21 Maret 2014Keterangan:
Pengamat
1. Tidak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik
________________
Lampiran : 5
LEMBAR PENGAMATAN
PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DENGAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISSekolah :______________________
Kelas/Semester :______________________
PokokBahasan :______________________Nama Guru :_______________
Tanggal :_______________
Pukul :_______________
Berikut ini diberikan suatu daftar aspek pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas.Berikan penilaian dengan cara memberi tanda cek ( V ) pada kolom yang sesuai.
NoAspek yang diamatiDilakukanPenilaian
yatdk1234
IPengamatan KBM
A. Pendahuluan
1. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran
2. Mengaitkan dengan pelajaran sebelumnya
3. Memotivasi Siswa
IIB. Kegiatan Inti
1. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan
2. Memberikan latihan terbimbing
3. Memberikan pemahaman dan memberikan umpan balik
4. Memberikan latihan mandiri
IIIKesesuaian Metode
IVC. Penutup
Membimbing siswa merangkum materi pelajaran
VPengelolaan Waktu
VISuasana Kelas
1. Siswa antusias
2. Guru antusias
Mojokerto, 21 Maret 2014Keterangan:
Pengamat
1. Tidak Baik
2. Kurang Baik
3. Cukup Baik
4. Baik
________________
Lampiran : 6
FOTO - FOTO KEGIATAN SELAMA PENELITIANGuru ( penelti ) sedang memberikan penjelasan
Materi pada siswaSiswa sangat antusias dalam mengerjakan tugas
yang diberikan oleh guru ( peneliti )
Siswa secara individual mengherjakan tugas yang diberikan
Siswa sedang memperhatikan penjelasan yang
Disampaikan oleh guru ( peneliti )
ABSTRAK
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVIS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR BAHASA INDONESIA KELAS III
SDN TEMPURAN KEC. PUNGGING KAB. MOJOKERTO TAHUN PELAJARAN 2013-2014Oleh :
SUKESI, S.PdAda kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan memgetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Depdiknas, 2007 ; 23)
Pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan konstruktivis merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Siswa diberi kesempatan dan kebebasan untuk mencari informasi sebagai sumber belajar. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa, jadi siswa lebih proaktif untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Tujuan diadakan penelitian tindakan kelas ( PTK ) ini adalah untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penerapan pendekatan konstruktivis dalam meningkatkan prestasi belajar Bhs. Indonesia kelas III SDN Tempuran Kec. Pungging.
Dalam penelitian tindakan ini dilakukan dalam 3 siklus. Dari hasil tindakan yang dilakukan terbukti dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mencapai standar ideal. Dari 52,93 % pada Siklus l, dapat meningkat pada siklus 2 menjadi 63,30 % dan siklus 3 mencapai 75,81 % ,dan secara klasikal telah mencapai ketuntasan.
Hasil penelitian tindakan ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dengan ketuntasan mencapai 100%, tanggapan siswa adalah sangat positif pembelajaran dengan konstruktivis diterapkan pada siswa kelas III di SDN Tempuran Kec. Pungging Kab. Mojokerto.
Kata Kunci : Pembelajaran Konstruktivis, Prestasi belajar siswa,
Pembelajaran Bhs. Indonesia.PAGE 71