bab iv analisis dan pembahasan -...
TRANSCRIPT
110
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Karakteristik Subjek Penelitian
Subyek yang diteliti oleh penulis berjumlah 3 (tiga) siswa yaitu MD, FL
dan BS. Ketiga siswa ini mempunyai nilai rata-rata cukup baik. Ketiga siswa
tersebut tergolong dari keluarga berkeadaan ekonomi menengah ke bawah.
Ketiga siswa ini mempunyai masalah sering membolos. Gejala yang timbul
dari ketiga siswa ini adalah tidak bisa menolak ajakan teman. Hal inilah yang
menjadikan layanan konseling kelompok behavioral sangat dibutuhkan
B. Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah pelaksanaan konseling kelompok
diadakan 26 September-3 Oktober 2011. Konseling kelompok dilaksanakan
dalam waktu 90 menit setiap kali pertemuan. Adapun uraian kegiatan
konseling kelompok sebagai berikut ini :
Pertemuan I : 26 September 2011
Konselor bertindak sebagai pemimpin kelompok, membuka pertemuan
dengan doa dan memperkenalkan diri. Pemimpin kelompok
mempersilahkan para konseli memperkenalkan diri, untuk mempererat dan
membuat suasana menjadi akrab. Pemimpin kelompok menjelaskan
pengertian, tujuan, asas-asas dalam konseling kelompok, dan manfaat dari
111
kegiatan konseling kelompok, serta menyakinkan kelompok untuk tidak
merasa ragu dalam mengungkapkan masalahnya. Konselor juga
memberikan kepercayaan sepenuhnya kepada semua peserta akan
kerahasiaan dari masalah-masalah yang akan diungkapkan nantinya.
Pemimpin mengajak kelompok untuk bernyanyi. Kegiatan menyanyi ini
bertujuan agar terjadi hubungan yang hangat dan lebih akrab di dalam
kelompok. Pemimpin kelompk mengadakan kontrak waktu dengan
anggota kelompok. Diperoleh kesepakatan dengan anggota kelompok
bahwa konseling kelompok ini dilakukan selama 6 sesi, dengan durasi
waktu 90 menit per sesinya. Setelah itu kegiatan diakhiri dan bersepakat
untuk sesi kedua.
Pertemuan II : 27 September 2011
Pada sesi kedua ini, dilakukan identifikasi masalah. Anggota kelompok
diminta untuk mengungkapka masalahnya satu persatu. Kemudian
bersama-sama menentukan atau memilih salah satu permasalahan anggota
kelompok untuk dibahas. Pada saat ini disepakati akan membahas
permasalahan BS. BS memiliki masalah tentang BS tidak bisa menolak
ajakan teman untuk merokok. Kemudian melalui konseling kelompok ini
BS mengambil keputusan akan menolak ajakan teman untuk merokok dan
mampu mengatakan “tidak” apabila diajak teman-temannya untuk
merokok lagi. Untuk melatih sikap tegas, konselor mengajak BS untuk
bermain peran bersama 2 (dua) temannya dalam 1 (satu) kelompok. BS
berperan sebagai siswa yang diajak membolos sedangkan FL dan MD
112
sebagai siswa yang mengajak membolos. Konseling kelompok diakhiri
dengan menentukan kegiatan kelompok sesi berikutnya.
Pertemuan III: 28 September 2011
Pada sesi ketiga ini, disepakati akan membantu menyelesaikan masalah
MD. MD memiliki masalah tentang tidak dapat menolak ajakan teman
untuk membolos untuk minum-minuman keras. MD sudah tahu kalau
minum-minuman keras itu tidak baik untuk kesehatan. MD dipaksa oleh
teman-temannya untuk mencoba minum-minuman keras. Masalah MD ini
disebabkan karena MD “tidak” bisa menolak ajakan teman untuk minum-
minuman keras. Padahal sebelum ikut teman-teman untuk minum-minumn
keras MD tahu bahwa minum-minuman keras itu berbahaya untuk diri.
Setelah melakukan konseling kelompok ini MD mengambil keputusan
untuk mampu menolak ajakan teman-temannya untuk tidak minum-
minuman keras lagi. Untuk melatih sikap tegas, konselor mengajak MD
untuk bermain peran bersama 2 (dua) temannya dalam 1 (satu) kelompok.
MD berperan sebagai siswa yang diajak membolos sedangkan BS dan FL
sebagai siswa yang mengajak membolos. Konseling kelompok diakhiri
dengan menentukan kegiatan kelompok sesi berikutnya. Konseling
kelompok ini diakhiri dengan menentukan kegiata kelompok pada sesi
berikutnya.
Pertemuan IV : 29 September 2011
Pada sesi keempat ini, sebelum membantu menyelesaikan masalah FL.
Namun sebelumnya konselor mencoba untuk mengecek anggota kelompok
113
yang sesi sebelumnya sudah menemukan solusi. Dimulai dari BS, BS
sudah ada perubahan, BS sudah mampu mengungkapkan ketegasannya
dengan teman yang mengajak BS untuk membolos. Selanjutnya, sesuai
kesepakatan yang telah dibuat pada sesi keempat ini, akan membantu
menyelesaikan masalah FL. FL mengalami masalah tentang tidak dapat
menolak ajakan teman untuk bermain playstation (PS). FL sebenarnya
tidak suka bermain playstation. Setelah melakukan konseling kelompok
ini, FL mengambil keputusan untuk mampu menolak ajakan temannya
untuk tidak bermain playstation saat sekolah. Untuk melatih sikap tegas,
konselor mengajak FL untuk bermain peran bersama 2 (dua) temannya
dalam 1 (satu) kelompok. FL berperan sebagai siswa yang diajak
membolos sedangkan BS dan MD sebagai siswa yang mengajak
membolos. Konseling kelompok ini diakhiri dengan menentukan kegiata
kelompok pada sesi berikutnya.
Pertemuan V : 1 Oktober 2011
Pada sesi kelima ini, pemimpin kelompok mencoba untuk mengecek
anggota kelompok yag sesi sebelumnya sudah menemukan solusinya. Pada
sesi ini dimulai dari MD. MD sudah ada perubahan dan MD sudah bisa
menolak ajakan temannya untuk membolos walaupun awal-awal MD
menolak banyak teman-temannya menjauhinya tetapi kelama-lamaan
teman-teman MD mampu menerimanya. MD merasa senang mampu
menolak dengan tegas ajakan teman-temannya untuk membolos. Selain
MD, pada sesi ini, konselor juga akan menyanyakan tindakan yang sudah
114
dilakukan oleh FL. FL sudah ada perubahan dan FL sudah bisa menolak
ajakan temannya untuk membolos walaupun awal-awal FL menolak
banyak teman-temannya menjauhinya tetapi kelama-lamaan teman-teman
FL mampu menerimanya. FL merasa senang mampu menolak dengan
tegas ajakan teman-temannya
Pertemuan VI : 3 Oktober 2011
Pada sesi keenam ini, evaluasi terhadap semua anggota kelompok dari
pembahasan sesi pertama sampai sesi keenam. Di sini setiap anggota
kelompok akan diminta untuk mengutarakan setiap perubahan yang
dialami selama proses konseling kelompok. Dimulai dari BS, secara
keseluruhan BS sudah membaik. Dilanjutkan dengan MD, secara
keseluruhan MD sudah mampu menolak ajakan temannya untuk
membolos. Sedangkan FL, sudah mampu bersikap tegas kepada teman-
temannya untuk tidak membolos lagi. Pada sesi keenam ini konselor
mengumumkan bahwa konseling akan segera berakhir, selanjutnya
anggota kelompok dan masing-masing anggota menyebutkan kesan-kesan
dan hasil-hasil setelah mengikuti kegiatan konseling kelompok. Kemudian
pemimpin kelompok mengucapkan terima kasih atas partisipasi anggota
dalam kegiatan ini dan ditutup dengan doa.
Pelaksanaan konseling kelompok siklus II dilaksanakan tanggal 7
November 2011. Konseling kelompok dilaksanakan dalam waktu 90 menit
setiap kali pertemuan. Adapun uraian kegiatan konseling kelompok siklus II
sebagai berikut ini :
115
Pertemuan I : 7 November 2011
Pada pertemuan ini, konselor membuka pertemuan dengan berdoa. Pada
kesempatan ini. Pada kesempatan ini, konselor ingin mengetahui
perkembangan siswa kalau siswa sidah tidak membolos lagi. Dan siswa
sudah mampu bersikap tegas dan mampu menolak apabila ada teman yang
mengajak untuk membolos.
C. Analisis Data
Tabel 4.1 :Temuan Konseling Kelompok Siklus I
Sesi Tujuan Indikator Kegiatan Temuan
I
Mampu
berkomunikasi
secara terbuka,
jujur, tegas,
terus terang dan
apa adanya
Siswa mampu
berkomunikasi
secara terbuka,
jujur, tegas,
terus terang dan
apa adanya
Pembentukan
- Konseli
antusias dan
semangat
mengikuti
konseling
kelompok
- Konseli mau
bertanya
tentang
proses
konseling
kelompok
apabila ada
hal-hal yang
kurang jelas
II
Mampu
mengungkapkan
permasalahan
yang
dihadapinya
dengan jujur,
terbuka, apa
adanya dan terus
terang
Siswa mampu
mengungkapkan
permasalahan
yang
dihadapinya
dengan jujur,
terbuka, apa
adanya dan terus
terang
Konseling
(Membahas
masalah BS)
- Konseli
mengungkap
kan
permasalaha
n secara
jujur, tegas,
terbuka dan
apa adanya
116
Tabel 4.1 :Temuan Konseling Kelompok Siklus I (Lanjutan 1)
III
Mampu
mengungkapkan
permasalahan
yang
dihadapinya
dengan jujur,
terbuka, apa
adanya dan terus
terang
Siswa mampu
mengungkapkan
permasalahan
yang
dihadapinya
dengan jujur,
terbuka, apa
adanya dan terus
terang
Konseling
(membahas
masalah MD)
- Konseli
mengungkap
kan
permasalaha
n secara
jujur, tegas,
terbuka dan
apa adanya
IV
- Mampu
mengatakan
“tidak” apabila
ada teman
yang
mengajak
membolos
- Mampu
mengungkapk
an
permasalahan
yang
dihadapinya
dengan jujur,
terbuka, apa
adanya dan
terus terang
- Siswa mampu
mengatakan
“tidak” apabila
ada teman
yang
mengajak
membolos
- Siswa mampu
mengungkapk
an
permasalahan
yang
dihadapinya
dengan jujur,
terbuka, apa
adanya dan
terus terang
Konseling
(membahas
masalah FD)
- Konseli
mengungkap
kan
permasalaha
n secara
jujur, tegas,
terbuka dan
apa adanya
117
Tabel 4.1 :Temuan Konseling Kelompok Siklus I (Lanjutan 2)
V
- Mampu
mengatakan
“tidak” apabila
ada teman
yang
mengajak
membolos
- Siswa mampu
mengatakan
“tidak” apabila
ada teman
yang
mengajak
membolos
Konseling
(Membahas
konseli yang
sesi
sebelumnya
sudah
mendapatkan
solusi
permasalahan
nya)
- Dari
pengakuan
konseli,
bahwa
konseli
sudah
mampu
bersikap
tegas dan
mampu
menolak
ajakan
teman untuk
membolos
- Dari
pengakuan
konseli,
bahwa
konseli
sudah
mampu
bersikap
tegas dan
mampu
menolak
ajakan
teman untuk
membolos
VI
Komunikasi
secara terbuka,
jujur, tegas,
terus terang dan
apa adanya
Siswa mampu
berkomunikasi
secara terbuka,
jujur, tegas,
terus terang dan
apa adanya
Pengakhiran - Konseli
mengungka
pkan kesan-
kesan
selama
mengikuti
konseling
kelompok
118
Pada pertemuan pertama, dapat diketahui bahwa konseli sangat antusias
dalam mengikuti konseling kelompok. Konseli dengan sungguh-sungguh
mengikuti proses dan jalannya konseling kelompok. Konseli juga senang dapat
mengikuti konseling kelompok. Saat konselor menjelaskan tentang konseling
kelompok, konseli mau bertanya tentang jalannya konseling kelompok apabila
ada hal-hal yang kurang jelas.
Pada pertemuan kedua, ditemukan bahwa konseli dapat mengungkapkan
permasalahan yang sedang dihadapinya dengan jujur, apa adanya, terbuka, dan
terus terang. Saat konseling kelompok diketahui bahwa konseli tidak mampu
menolak ajakan teman untuk membolos.
Pada pertemuan ketiga, ditemukan bahwa konseli dapat mengungkapkan
permasalahan yang sedang dihadapinya dengan jujur, apa adanya, terbuka, dan
terus terang. Saat konseling kelompok diketahui bahwa konseli tidak mampu
menolak ajakan teman untuk membolos.
Pada pertemuan keempat, sebelum membantu menyelesaikan
permasalahan konseli yang lain, konselor menanyakan perkembangan konseli
yang pada sesi sebelumnya sudah menemukan jalan keluarnya. Dari pengakuan
konseli bahwa konseli sudah dapat bersikap tegas dan menolak ajakan teman
untuk membolos. Pada kesempatan berikutnya, konselor membantu konseli
yang lainnya dan ditemukan bahwa konseli dapat mengungkapkan
permasalahan yang sedang dihadapinya dengan jujur, apa adanya, terbuka, dan
terus terang. Saat konseling kelompok diketahui bahwa konseli tidak mampu
menolak ajakan teman untuk membolos.
119
Berdasarkan wawancara dengan siswa bahwa alasan siswa membolos
adalah siswa tidak dapat mengatakan kata “tidak” karena siswa takut dikatakan
tidak “gaul” oleh teman-temannya. Perubahan yang dialami siswa akibat dari
membolos adalah nilai pelajaran siswa akan jelek, tidak naik kelas, ketinggalan
pelajaran dan akan dimarahi oleh guru dan orang tua.
Pada pertemuan lima, sebelum membantu menyelesaikan permasalahan
konseli yang lain, konselor menanyakan perkembangan konseli yang pada sesi
sebelumnya sudah menemukan jalan keluarnya. Dari pengakuan konseli bahwa
konseli sudah dapat bersikap tegas dan menolak ajakan teman untuk
membolos.
Upaya yang dilakukan siswa untuk tidak membolos lagi adalah mampu
menolak ajakan teman untuk membolos dengan tegas, mengikuti kegiatan-
kegiatan yang positif seperti ikut kelompok olahraga, mengikuti organisasi
seperti OSIS, remaja masjid (remas).
Pada pertemuan keenam, konseli mengungkapkan kesan-kesan saat
mengikuti kegiatan konseling kelompok. Kesan-kesan yang disampaikan oleh
konseli sangat bagus. Konselor juga berterima kasih kepada konseli atas
kesediaannya untuk mengikuti konseling kelompok dari awal hingga akhir
pertemuan. Sebelum konseling kelompok diakhiri, konselor dan konseli berdoa
bersama-sama.
Setelah mengikuti konseling kelompok, konseli mengungkapkan bahwa
konseli sudah tidak takut dikatakan tidak “gaul”, tidak setia kawan dan “kuper”
120
(kurang pergaulan) oleh teman-temannya apabila ada temannya yang mengajak
untuk membolos.
Dari hasil observasi yang dilakukan oleh penulis dari tanggal 10 Oktober
2011 sampai dengan 5 November 2011 diketahui konseli bahwa sudah tidak
membolos lagi. Selain dari observasi, penulis juga melakukan studi
dokumentasi melalui buku absensi siswa yang dilakukan dari bulan Oktober
2011 sampai bulan November 2011 diketahui kalau ketiga siswa sudah tidak
membolos lagi.
Pada siklus I dilaksanakan konseling kelompok sudah berhasil, maka
dari itu penulis melanjutkan ke siklus II untuk pemantapan dikarenakan pada
siklus I sudah terentasnya masalah kalau siswa tidak membolos lagi. Dalam
temuan penelitian terungkap bahwa setelah melakukan konseling kelompok
ketiga siswa sudah mampu mengungkapkan permasalahan yang dihadapinya
dan mampu menyatakan “tidak” dengan tegas apabila ada teman yang
mengajak siswa tersebut membolos serta mengungkapkan permasalahan
dengan jujur, apa adanya dan terbuka.
Dari sebelum diadakannya konseling kelompok, ketiga siswa sering
membolos. Dan setelah diadakan konseling kelompok, ketiga siswa sudah tidak
membolos lagi. Dalam diri ketiga siswa tersebut sudah ada perubahan sikap
untuk tidak membolos lagi.
121
Tabel 4.2 : Temuan Konseling Kelompok Siklus II
Tujuan Indikator Kegiatan Temuan
1
Mampu
mengatakan
“tidak” apabila
ada teman yang
mengajak
membolos
Siswa mampu
mengatakan
“tidak”
apabila ada
teman yang
mengajak
membolos
Konseling
Konseli sudah
mampu
mengatakan
“tidak” dan
mampu
bersikap tegas
apabila ada
teman yang
mengajak
membolos.
Pertemuan pertama siklus ke II dilaksanakan pada 7 November 2011. Dari
hasil observasi ditemukan bahwa ketiga konseli sudah mampu dengan tegas
menolak ajakan teman untuk membolos. Konseli juga tidak takut dikatakan
tidak gaul dan kuper oleh teman-temannya. Setelah tidak membolos lagi, ketiga
konseli mengikuti kegiatan-kegiatan yang positif seperti mengikuti
ekstrakurikuler yang diadakan di sekolah seperti olahraga dan seni musik.
Dengan menggunakan latihan asertif siswa mampu bersikap tegas untuk
menolak apabila ada temannya yang mengajak membolos.
D. Pembahasan
Membolos adalah suatu bentuk perbuatan melalaikan kewajiban
belajar di sekolah. Perilaku tersebut tergolong perilaku yang tidak adaptif
sehingga harus ditangani secara serius. Membolos termasuk dalam kenakalan
remaja, di mana dapat diartikan perbuatan melanggar aturan, perilaku yang
tidak dapat diterima secara sosial. Membolos merupakan suatu bentuk
perbuatan untuk melalaikan kewajiban belajar di sekolah. Perilaku membolos
sebenarnya bukan merupakan hal yang baru lagi bagi pelajar, setidaknya bagi
siswa yang pernah mengenyam pendidikan. Membolos merupakan tingkah
122
laku pergi meninggalkan sekolah tanpa alasan yang tepat pada jam pelajaran
dan tanpa izin terlebih dahulu pada pihak sekolah yang dilakukan secara
berulang-ulang. Tingkah laku membolos yang dilakukan para siswa di sekolah
dapat dipahami sebagai tingkah laku penghindaran, dimana siswa
menyelesaikan masalahnya melalui jalan pintas yang menurut siswa sebagai
solusi terbaik atas masalah yang konseli alami.
Subjek membolos disebabkan karena ajakan teman. Hubungan dengan
teman-teman sebaya lebih berpengaruh terhadap perilaku membolos
dibandingkan keberadaan guru, orang tua. Apabila siswa tersebut menolak
ajakan teman, maka siswa tersebut takut dibilang tidak gaul oleh teman-
temannya. Hal senada dengan pendapat Ferry Hendra Prajaka (2009) bahwa
teman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku sosial. Teman
memainkan peran dalam berinteraksi dan beraktivitas. Teman menjadi
perantara awal bagi anak untuk bersosialisasi secara aktif. Teman menjadi
tempat pembelajaran nilai-nilai dan peraturan social yang bersifat informal
yang tidak siswa dapatkan dari keluarga maupun sekolah. Teman yang baik
tingkah lakunya akan memberikan dampak yang positif bagi seseorang.
Sebaliknya jika bergaul dengan teman yang tingkah lakunya buruk bahkan
menyimpang dapat juga memberikan pengaruh negatif bagi seseorang.
Hal senada juga yang disampaikan di Yuli Setyowati (2004) bahwa
alasan siswa membolos salah satunya adalah karena ajakan teman. Siswa yang
ikut-ikutan membolos karena tidak mau dikatakan tidak “gaul”, siswa tersebut
tidak mau dikatakan penakut dan takut ditinggalkan oleh gengnya. Oleh karena
123
itu, siswa tersebut lebih memilih sebagai “anggota geng” dengan ikut-ikutan
membolos. Siswa memilih membolos daripada mengikuti pelajaran di sekolah
dikarenakan siswa tidak mempunyai teman, sering ditinggalkan atau tidak
diikutsertakan oleh teman-teman di dalam suatu kegiatan. Reaksi ini seringkali
terjadi pada siswa yang oleh teman-temannya dikategorikan “kuper” (kurang
pergaulan). Siswa merasa tidak dibutuhkan di dalam kegiatan tersebut, padahal
siswa tersebut mampu untuk mengerjakannya. Siswa yang membolos
mengikuti perilaku yang tidak baik dari temannya dikarenakan siswa tersebut
takut tidak mempunyai teman, takut tidak diakui dalam kelompok dan takut
dikatakan pengecut dan tidak setia kawan.
Konseling behavioral sangat membantu dalam merubah perilaku siswa
yang bermasalah menjadi tingkah laku yang baru yang diinginkan oleh siswa.
Selain itu, konseling behavioral mendorong konseli untuk mengemukakan
permasalahan yang sedang dihadapi oleh konseli.
Hal ini sesuai pendapat JT Lobby Loekmono (2003) yang
mengungkapkan bahwa konseling behavioral dapat merubah perilaku yang
bermasalah yang dapat digantikan dengan tingkah laku yang baru yang
diinginkan konseli misalnya konseli tidak membolos lagi. Konseling
behavioral dapat merubah perilaku siswa dari membolos menjadi tidak
membolos lagi. Konseling behavioral mendorong klien untuk mengemukakan
permasalahan yang sedang dihadapinya. Konseling behavioral dapat merubah
perilaku yang tidak sesuai dapat dihapuskan dan sesudah itu konseli mampu
menguasai perilaku baru yang diinginkan oleh klien.
124
Dengan siswa mempunyai sikap tegas, jujur, terbuka dan apa adanya
siswa mampu menolak ajakan teman untuk membolos. Dengan latihan asertif
siswa mampu mengekspresikan perasaan siswa secara terbuka dan tanpa
perasaan khawatir apabila ada teman yang mengajak untuk membolos. Latihan
asertif mampu meningkatka perubahan sikap sehingga konseli bisa menentukan
pilihan yang sesuai dengan situasi yang diinginkannya. Latihan asertif
digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan
diri bahwa tindakannya adalah layak atau benar.
Dengan demikian, sependapat dengan Sunardi (2010) bahwa melalui
latihan teknik asertif, siswa mampu menyatakan diri dengan tegas, jujur,
terbuka dan apa adanya. Teknik asertif dapat merubah perilaku siswa dari
membolos menjadi tidak membolos, karena teknik asertif mampu merubah
konseli untuk bersikap tegas menolak ajakan teman yang mengajaknya
membolos. Latihan asertif mampu mengekspresikan perasaan konseli secara
bebas dan tanpa perasaan takut serta khawatir. Latihan asertif, konseli mampu
menyatakan “tidak” pada hal-hal yang memang dianggap tidak sesuai dengan
hati nuraninya. Latihan asertif mampu meningkatka perubahan sikap sehingga
konseli bisa menentukan pilihan yang sesuai dengan situasi yang
diinginkannya. Latihan asertif digunakan untuk melatih individu yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya adalah layak
atau benar. Latihan ini berguna diantaranya untuk membantu orang yang tidak
mampu mengungkapkan perasaan tersinggung dan kesulitan menyatakan
125
“tidak”. Selain itu, latihan asertif yang bisa diterapkan terutama pada situasi-
situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk berbuat tegas.
Sebelum dilakukan konseling kelompok behavioral frekuensi
membolos tergolong cukup tinggi. Setelah dilakukannya konseling kelompok
behavioral, bahwa konseli sudah tidak membolos.. Penggunaan konseling
kelompok behavioral sangat berpengaruh terhadap berkurangnya perilaku
membolos siswa. Setelah dilaksanakan konseling kelompok dengan pendekatan
behavior dengan teknik latihan asertif diharapkan konseli mampu untuk
menyatakan diri dengan tegas dan terbuka. Setelah melakukan konseling
kelompok behavioral ini, siswa dapat mengurangi dan menghilangkan perilaku
membolos yang dilakukan oleh siswa. Setelah mengikuti konseling kelompok
ini diharapkan konseli mampu menolak permintaan orang lain (teman) yang
dianggap oleh konseli negatif yang dapat merugikan siswa.
Dalam temuan penelitian terungkap bahwa setelah melakukan
konseling kelompok ketiga siswa sudah mampu mengungkapkan permasalahan
yang dihadapinya dan mampu menyatakan “tidak” dengan tegas apabila ada
teman yang mengajak siswa tersebut membolos serta mengungkapkan
permasalahan dengan jujur, tegas apa adanya dan terbuka.
Peningkatan kemampuan untuk menyatakan “tidak” terlihat setelah
menggunakan metode latihan asertif disebabkan keunggulan metode ini adalah
model pembelajaran yang diarahkan pada upaya pemecahan masalah-masalah
yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal relationship)
126
terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik. Melalui latihan asertif ini
siswa dapat mengeksplorasi perasaan-perasaan yang selama ini siswa pendam.
Dengan demikian penelitian ini sesuai dengan pendapat yang
dipaparkan oleh Happy Lailatul Fajri (2011) yang menyatakan bahwa teknik
latihan asertif dapat digunakan sebagai pengentasan pelanggaran perilaku
membolos siswa. Karena dengan teknik latihan asertif ini layanan dapat
dipusatkan pada siswa yang bermasalah karena perilaku membolos siswa, jadi
teknik latihan asrtif dapat menghilangkan tingkah laku yang salah seperti
membolos dapat diubah dengan teknik latihan asertif.