bab iv analisis dan pembahasan - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/bab4/bab4_06-74.pdf ·...

99
64 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Industri Perusahaan Pembiayaan 4.1.1. Sejarah Perusahaan Pembiayaan di Indonesia Industri pembiayaan (multifinance ) sesungguhnya belumlah terlalu lama di Indonesia, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Dari beberapa sumber, diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada tahun 1974 yang didasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri, yaitu Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan. Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan Armada Niaga Nasional (PANN) pada tahun 1975. Perusahaan tersebut kemudian mengganti namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Melalui Keputusan Presiden (Keppres) No.61/1988, yang ditindaklanjuti dengan SK Menteri Keuangan No. 1251/KMK.013/1988, pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance, modal ventura dan kartu kredit. Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri pembiayaan relatif tertinggal dibandingkan dengan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Deregulasi yang digulirkan pemerintah di bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun dalam skala gurem. Tetapi banyak kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi

Upload: buimien

Post on 08-Mar-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

64

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Industri Perusahaan Pembiayaan

4.1.1. Sejarah Perusahaan Pembiayaan di Indonesia

Industri pembiayaan (multifinance) sesungguhnya belumlah terlalu lama di

Indonesia, terutama bila dibandingkan dengan di negara-negara maju. Dari beberapa

sumber, diketahui industri ini mulai tumbuh di Indonesia pada tahun 1974 yang

didasarkan pada Surat Keputusan Bersama (SKB) tiga menteri, yaitu Menteri

Keuangan, Menteri Perindustrian, dan Menteri Perdagangan.

Setahun setelah dikeluarkannya SKB tersebut, berdirilah PT Pembangunan

Armada Niaga Nasional (PANN) pada tahun 1975. Perusahaan tersebut kemudian

mengganti namanya menjadi PT (Persero) PANN Multi Finance. Melalui Keputusan

Presiden (Keppres) No.61/1988, yang ditindaklanjuti dengan SK Menteri Keuangan

No. 1251/KMK.013/1988, pemerintah membuka lebih luas lagi bagi bisnis

pembiayaan, dengan cakupan kegiatan meliputi leasing, factoring, consumer finance,

modal ventura dan kartu kredit.

Sebagai sesama industri keuangan, perkembangan industri pembiayaan relatif

tertinggal dibandingkan dengan yang lain, perbankan, misalnya. Terlebih lagi bila

dibandingkan dengan perbankan pasca Pakto 1988. Deregulasi yang digulirkan

pemerintah di bidang perbankan telah membuahkan banyak sekali bank, walaupun

dalam skala gurem. Tetapi banyak kalangan menuding, justru Pakto 88 inilah menjadi

Page 2: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

65

biang keladi suramnya industri perbankan di kemudian hari. Puncaknya, terjadi pada

tahun 1996 ketika pemerintah melikuidasi 16 bank. Langkah itu ternyata masih

diikuti dengan dimasukkannya beberapa bank lain dalam perawatan Badan

Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).

Meski demikian, perusahaan pembiayaan juga mampu berkembang cukup

mengesankan. Hingga saat ini leasing di Indonesia telah ikut berkiprah dalam

pembiayaan perusahaan. Jenis barang yang dibiayai pun terus meningkat. Jika

sebelumnya hanya terfokus pada pembiayaan transportasi, kini berkembang pada

keperluan kantor, manufaktur, konstruksi dan pertanian. Hal ini mengindikasikan

industri pembiayaan kian dikenal pelaku usaha nasional.

Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan perkembangan

perusahaan pembiayaan. Pada era 1989, misalnya, industri ini di Indonesia cenderung

berupaya memperbesar aset. Perburuan aset tersebut diantaranya disebabkan

tantangan perekonomian menuntut mereka tampil lebih besar, sehat dan kuat.

Perusahaan yang tidak beranjak dari skala semula, tampak terguncang-guncang dana

akhirnya tutup sama sekali.

Dengan aset dan skala usaha yang besar, muncul anggapan perusahaan lebih

andal dibandingkan yang lain. Bagi yang kapasitasnya memang terbatas, mereka

berupaya agar tetap tampil megah dan gagah. Maka, dimulailah saling lirik dan

penjajakan di antara sesamanya. Skenario selanjutnya, banyak perusahaan leasing

yang melakukan penggabungan menjadi satu grup. Tampaknya, langkah ini

membuahkan hasil positif. Selain modal dan aset menggelembung, kredibilitas dan

penguasaan pasar pun ikut terdongkrak.

Page 3: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

66

Namun gairah menggelembungkan aset tersebut berangsur-angsur mulai pudar.

Karena pada tahun berikutnya (1990), industri pembiayaan mulai kembali pada

prinsip dasar ekonomi. Mereka lebih mengutamakan keuntungan yang sebesar-

besarnya.

Sebenarnya, berubahnya orientasi ini dipicu oleh kian sengitnya persaingan di

industri pembiayaan. Akibatnya, kehati-hatian menjadi agak terabaikan. Indikasinya,

persyaratan untuk memperoleh sewa guna usaha menjadi semakin longgar. Bahkan,

kabarnya di Bengkulu, orang bisa mendapatkan sewa guna usaha hanya dengan

menyerahkan selembar kartu tanda penduduk (KTP).

Pada tahun 1991, kembali terjadi perubahan besar-besaran pada perusahaan

pembiayaan. Seiring dengan kebijakan uang ketat (TMP = tight money policy) – yang

lebih dikenal dengan Gebrakan Sumarlin I dan II – suku bunga pun ikut meroket

naik. Akibatnya, banyak kredit yang sudah disetujui terpaksa ditunda pencairannya.

Dari sisi permodalan, TMP membuat perusahaan pembiayaan seperti kehabisan

darah. Aliran dana menjadi macet. Kalaupun ada, harganya tinggi sekali. Itulah

sebabnya banyak di antara mereka yang menggabungkan usahanya. Dengan

bergabung, mereka lebih mudah dalam memperoleh kredit, termasuk dari luar negeri.

4.1.2. Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia

Perusahaan pembiayaan di Indonesia mendirikan sebuah organisasi profesi yang

dinamakan Asosiasi Leasing Indonesia (ALI) pada 2 Juli 1982. Organisasi ini

memiliki nama lain yaitu Asosiasi Lembaga Pembiayaan Indonesia. ALI didirikan

sebagai satu-satunya wadah komunikasi bagi perusahaan-perusahaan pembiayaan. Di

Page 4: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

67

sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan memecahkan berbagai masalah

yang dihadapi. ALI juga hadir untuk memperjuangkan kepentingan anggotanya

kepada pemerintah. Di sisi lain, organisasi ini juga bermaksud menjadi jembatan

untuk meneruskan keinginan dan bimbingan pemerintah kepada para anggota.

Sederet sasaran ideal menjadi tujuan didirikannya ALI. Paling tidak, pasal 6 AD-

nya menyebutkan lima tujuan utama organisasi ini. Di antaranya memajukan dan

mengembangkan peranan lembaga pembiayaan di Indonesia serta memberikan

sumbangsih bagi kemajuan perekonomian nasional.

Dalam perjalanan sejarahnya, ALI mengalami pasang naik dan pasang surut.

Para pengurus yang silih-berganti berupaya memberikan yang terbaik guna

pemecahan, kemajuan dan perkembangannya. Sejak didirikan, tercatat sudah 12 kali

terjadi pergantian kepengurusan. Sebetulnya, periodisasi kepengurusan ditetapkan

tiap dua tahun. Namun dalam beberapa kasus, terjadi pergantian kepengurusan

sebelum masa jabatan berakhir.

Untuk pertama kalinya ALI dipimpin S. Ranty dan Muchsin Firdaus, masing-

masing sebagai Ketua Umum (Ketum) dan Sekretaris Jenderal (Sekjen). Namun pada

16 Maret 1983, susunannya berubah menjadi Tryana Sjam'un sebagai Ketum dan

D.S. Surianingrat menjadi Sekjen. Berikutnya, periode 1984-1985 ALI dipimpin

Tryana Sjam'un dan Tjiptono Darmadji.

Selanjutnya, pada periode Mei 1987-1989, Tjiptono memimpin ALI sebagai

Ketum. Dia didampingi Indra Wijaya selaku Sekjen. Sedangkan pada 1989-1991,

ALI dipimpin Dewobroto MS dan M.V. Adhiprabawa, masing-masing sebagai

Page 5: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

68

Ketum dan Sekjen. Setelah itu, sang Sekjen naik menjadi Ketum pada periode 1991-

1993. Dia didampingi Mustafa I. Jatim sebagai Sekjen.

Agaknya, kaderisasi di tubuh ALI berlangsung lumayan mulus. Hal ini ditandai

dengan duduknya Mustafa sebagai Ketum pada kepengurusan 1993-1995. Waktu itu,

Albertus Banunaek dipercaya menjadi Sekjen. Seperti juga yang lain, Albert

selanjutnya duduk menjadi Ketum pada periode berikutnya (1995-1997). Theresia

Adiwijaya saat itu diberi mandat sebagai Sekjen. Dia sekaligus menjadi wanita

pertama yang duduk di posisi pengurus teras ALI. Pasangan Albert dan Theresia

agaknya cukup mendapat tempat di kalangan anggota. Hal itu dibuktikan dengan

kembali mereka berdua dipercaya menjabat posisi tersebut untuk periode 1997-1999.

Sesuai dengan tujuan didirikannya, ALI terus berupaya memberikan andil dan

peran lebih berarti dalam peningkatan perekonomian nasional. Namun sayangnya ada

saja masalah yang datang menghadang, baik dari kalangan intern maupun ekstern.

Salah satu yang menjadi masalah serius saat itu adalah diterbitkannya Surat Edaran

(SE) Bank Indonesia (BI) No. 28/11/UUPB, tanggal 26 Pebruari 1996. SE yang pada

intinya menegaskan promes yang diterbitkan perusahaan multi finance dikategorikan

macet. Akibatnya, berbekal SE tersebut, banyak bank yang mulai minta perusahaan

pembiayaan segera membayar kembali promesnya, kendati belum jatuh tempo. Ini

artinya, sumber dana perusahaan pembiayaan dari bank pun secara keseluruhan

mengalami kemacetan.

Kalangan perusahaan pembiayaan menilai telah terjadi kesalahpahaman.

Sebetulnya, yang dikelompokkan macet dalam SE BI itu adalah promes lepas yang

tidak menjadi bagian dari akad kredit dengan bank. Dengan demikian, sepanjang

Page 6: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

69

promes itu menjadi bagian dari akad kredit, tentu saja tidak dikategorikan macet.

Kesalahpahaman ini terjadi karena orang tidak menghayati makna dari SE BI itu.

Mereka berharap BI secara tegas membagi promes apa saja yang dikategorikan

macet. Jika di sana jelas-jelas disebutkan promes itu bagian dari akad kredit, mestinya

tidak dikategorikan macet. Dengan demikian, multi finance masih mungkin menerima

kucuran kredit bank. Pemerintah juga diminta menjelaskan soal ini lebih rinci lagi.

Pasalnya, melalui SE tersebut, risiko usaha perusahaan pembiayaan secara langsung

dinilai sangat buruk. Padahal, risiko kredit macet di perusahaan pembiayaan sangat

kecil dimana kurang dari 1% dari jumlah keseluruhan kredit bank.

Hambatan berikutnya yang tidak kalah menariknya adalah anjloknya bisnis

akibat hiruk-pikuk pesta demokrasi lima tahunan, Pemilu 1997. Lesunya bisnis secara

umum terjadi karena suasana kampanye Pemilu diwarnai dengan berbagai kerusuhan

dan keributan. Akibatnya, banyak klien bersikap wait and see. Pemilu menurunkan

bisnis perusahaan pembiayaan.

Jika ditelusuri permasalahan yang melibas bisnis multi finance, agaknya lebih

banyak berputar pada sumber pendanaan. Terbitnya SE BI tadi, misalnya, jelas sangat

berpengaruh pada kelangsungan sumber dana bagi perusahaan pembiayaan.

Karenanya, kalangan ini berharap pemerintah membuka kemungkinan bagi mereka

menjaring dana murah secara lebih leluasa. Misalnya, mengizinkan perusahaan dana

pensiun dan asuransi melakukan private placement.

Sejak perusahaan pembiayaan dilarang menerbitkan dan memperpanjang

commercial paper, sumber dana menjadi lebih sulit. Padahal, mereka juga dilarang

menggali dana langsung dari masyarakat. Praktis sumber dana hanya dari bank dan

Page 7: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

70

para pemegang saham. Karena keterbatasan dana itulah bisnis pembiayaan menjadi

sulit bersaing.

Sudah saatnya pemerintah meninjau ulang ketentuan sumber dana bagi multi

finance. Pasalnya, ketika bisnis ini lesu darah akibat kurang dana, justru banyak

lembaga keuangan bukan bank (LKBB) yang kelebihan likuiditas. Mereka

kebingungan menyalurkan dananya, sehingga lebih banyak mengendapkan di

deposito yang kurang produktif dan return-nya tidak maksimal. Kalau saja mereka

diizinkan melakukan private placement ke perusahaan pembiayaan, tentu manfaatnya

akan sangat besar.

Masalah lain yang masih terasa akibatnya hingga kini adalah, dampak likuidasi

16 bank terhadap perusahaan pembiayaan. Pasalnya, ada empat bank terlikuidasi

yang ada kaitannya dengan anggota ALI. Namun baik secara sendiri-sendiri maupun

bersama-sama, mereka sudah mengupayakan penyelesaian sebaik-baiknya.

Pada awalnya, tepatnya tanggal 2 Juli 1982 telah dibentuk Asosiasi Leasing

Indonesia (ALI) yang berkedudukan di Jakarta sebagai satu-satunya wadah

komunikasi bagi perusahaan-perusahaan leasing di Indonesia. Kehadiran ALI telah

dirasakan manfaatnya oleh seluruh pelaku usaha leasing di Indonesia dan ALI telah

berhasil melakukan berbagai aktivitas guna kepentingan para anggotanya, termasuk

membantu pengembangan industri usaha leasing di Indonesia bersama pemerintah.

Seiring dengan pertumbuhan sektor usaha jasa pembiayaan dan guna

menampung aspirasi seluruh anggota maka pada tanggal 20 Juli 2000 telah diambil

keputusan untuk mengubah ALI menjadi ASOSIASI PERUSAHAAN

PEMBIAYAAN INDONESIA (APPI).

Page 8: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

71

Keputusan diatas sejalan dengan keberadaan usaha para anggota sebagai

perusahaan pembiayaan yang dapat melakukan aktivitas usaha: sewa guna usaha

(leasing), anjak piutang (factoring), pembiayaan konsumen (consumer finance), dan

kartu kredit (credit card).

Dalam perkembangannya pada tanggal 21 Desember 2000 Asosiasi Factoring

Indonesia (AFI) juga telah bergabung ke dalam APPI.

Sesuai dengan tujuan didirikannya, APPI bersama pemerintah terus berupaya

memberikan andil dan peran lebih berarti dalam peningkatan perekonomian nasional

khususnya pada sektor usaha jasa pembiayaan.

Visi APPI dinyatakan sebagai berikut:

1. Mempersatukan, membina dan memberikan pelayanan kepada anggota untuk

memajukan/mengembangkan usaha jasa pembiayaan sesuai dengan wewenang

yang dimiliki dan ketentuan-ketentuan yang berlaku di Indonesia.

2. Meningkatkan kerjasama, pertukaran informasi dan menumbuhkan sikap

kebersamaan diantara para anggota Asosiasi maupun dengan pemerintah atau

pihak ketiga lainnya, sehingga tercipta hubungan yang baik dan harmonis.

3. Memajukan/meningkatkan peranan Lembaga Pembiayaan sebagai salah satu

alternatif pembiayaan di Indonesia serta memberikan sumbangsih bagi kemajuan

perekonomian nasional.

4. Memberikan pendapat maupun saran kepada Pemerintah dalam rangka

menciptakan iklim usaha yang sehat dan kompetitif bagi industri usaha jasa

pembiayaan di Indonesia dan memperjuangkan kepentingan bersama para

anggotanya.

Page 9: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

72

5. Mewakili perusahaan-perusahaan pembiayaan di Indonesia dalam kepentingan

pembahasan perkembangan industri pembiayaan baik di dalam maupun di luar

negeri.

Misi APPI dinyatakan sebagai berikut:

1. Menjadikan ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA

sebagai wadah utama untuk bertukar pikiran dan informasi, serta

mengumpulkan, mengadakan penelitian dan mengolah bahan-bahan keterangan

yang berhubungan dengan masalah-masalah mengenai Lembaga Pembiayaan

dalam arti seluas-luasnya.

2. Menampung dan membahas masalah-masalah yang dihadapi para anggota

dalam bidang pembiayaan dan bilamana perlu menyampaikan pendapatnya

kepada Instansi Pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dan/atau

lembaga- lembaga lain yang berwenang.

3. Memberikan penerangan, saran, pendidikan, latihan, dan bimbingan serta

pelayanan kepada para anggota, guna meningkatkan kemampuan dan

ketrampilan sumber daya manusia para anggota untuk memenuhi tenaga

professional yang dibutuhkan.

4. Membentuk komite-komite yang dianggap perlu baik ditingkat pusat maupun

daerah dalam rangka melancarkan kegiatan/aktivitas ASOSIASI

PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA.

Menggalang kerjasama dan hubungan baik dengan Instansi/Badan/Lembaga

Pemerintah dan Swasta, baik di dalam maupun di luar negeri sepanjang tidak

bertentangan dengan azas dan tujuan ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN

Page 10: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

73

INDONESIA, serta dengan cara yang tidak bertentangan dengan perundang-

undangan yang berlaku.

Melakukan usaha-usaha lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan azas dan

tujuan ASOSIASI PERUSAHAAN PEMBIAYAAN INDONESIA.

4.1.3. Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan

Menteri Keuangan Frans Seda dalam suratnya No. D.15.1.2.39 tanggal 23 Mei

1967 menambah jumlah direktorat yang ada pada Direktorat Jenderal Keuangan dari

3 direktorat menjadi 5 direktorat yaitu: Direktorat Moneter Dalam Negeri, Direktorat

Hubungan Internasional, Direktorat Perbankan, Direktorat Perasuransian dan

Direktorat Iuran Pembangunan Daerah. Berdasarkan surat ini Direktorat

Perasuransian tidak mengalami perubahan.

Pada tahun 1974 dikeluarkanlah Keputusan Presiden Nomor 45 tahun 1974 yang

mengganti nama Direktorat Jenderal Keuangan menjadi Direktorat Jenderal Moneter

yang terdiri dari 6 direktorat yaitu: Direktorat Penerimaan Minyak, Direktorat

Lembaga Keuangan, Direktorat Hubungan Keuangan Internasional, Direktorat

Pembangunan Daerah, Direktorat Investasi dan Kekayaan Negara, dan Direktorat

Pembinaan Keuangan Badan Usaha Negara.

Nama Direktorat Jenderal Moneter kemudian diubah menjadi Direktorat Jenderal

Moneter Dalam Negeri yang terdiri dari 4 Direktorat yaitu : Direktorat Lembaga

Keuangan, Direktorat Persero dan Badan Usaha Negara, Direktorat Investasi dan

Kekayaan Negara, dan Direktorat Urusan Pangan dan Penerimaan Bukan Pajak.

Direktorat Lembaga Keuangan terbagi atas: Sub Direktorat Asuransi Jiwa dan Sosial,

Page 11: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

74

Sub Direktorat Asuransi Kerugian, dan Sub Direktorat Perbankan dan Jasa

Pembiayaan. Bentuk Struktur organisasi ini diatur dalam Keputusan Presiden nomor

15 tahun 1978 tentang perubahan beberapa pasal dari Keputusan Presiden nomor 45

tahun 1974.

Dikeluarkannya Keputusan Presiden nomor 15 tahun 1984 tanggal 6 Maret 1984

tentang susunan organisasi pada pasal 57 menguraikan bahwa Direktorat Jenderal

Moneter Dalam Negeri terdiri dari: Sekretariat Direktorat Jenderal, Direktorat

Lembaga Keuangan, Direktorat Pembinaan Badan Usaha Negara, Direktorat Urusan

Pangan dan Penerimaan Bukan Pajak, dan Direktorat Dana Investasi. Sub direktorat

yang ada pada Direktorat Lembaga Keuangan tidak mengalami perubahan.

Visi Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan

Menjadi pengelola keuangan negara dan pembina indus tri jasa keuangan beserta

profesi pendukungnya yang bertaraf international, senantiasa dipercaya dan

dibanggakan masyarakat.

Misi Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan

1. Fiskal

• Mengembangkan kebijakan fiskal yg sehat, credible, dan sustainable dalam

lingkup pengelolaan penerimaan negara bukan pajak, pemberian subsidi dan

penerusan pinjaman dana investasi pemerintah, serta pelaksanaan penugasan

khusus dari Menteri Keuangan.

2. Ekonomi

Page 12: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

75

• Mengupayakan alternatif pembiayaan dan subsidi yang tepat sasaran untuk

mengatasi permasalahan ekonomi.

• Mendorong mobilisasi dana masyarakat oleh industri jasa keuangan untuk

pembiayaan jangka panjang.

• Menunjang upaya industri jasa keuangan untuk mengatasi berbagai risiko

keuangan yang dihadapi masyarakat dan menyediakan alternatif pembiayaan

usaha masyarakat.

3. Sosial Budaya

• Memberdayakan masyarakat dalam mengembangkan pemanfaatan jasa keuangan

modern.

4. Politik

• Meningkatkan aksesibilitas masyarakat terhadap sumber pembiayaan.

5. Kelembagaan

• Senantiasa memperbaharui diri sesuai tuntutan dan perkembangan mutakhir

dalam penyelenggaraan administrasi dan pelayanan publik.

Tugas dan Fungsi Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan berdasarkan

Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 302/KMK.01/2004 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan.

• Tugas

Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan mempunyai tugas menyiapkan

perumusan kebijakan, standardisasi, evaluasi, dan pelaksanaan di bidang usaha jasa

pembiayaan dan tugas di bidang perbankan yang menjadi wewenang Menteri

Page 13: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

76

Keuangan di luar kedudukan, tugas, dan kewenangan Menteri Keuangan selaku

pemegang saham.

• Fungsi

Direktorat Perbankan dan Usaha Jasa Pembiayaan menyelenggarakan fungsi :

a. Penelaahan data kelembagaan, investasi, dan divestasi Modal Ventura;

b. Penelaahan data kelembagaan dan jasa serta pembinaan dan pengawasan

Perusahaan Pembiayaan;

c. Pengkajian dan penyiapan rumusan pengaturan di bidang usaha jasa pembiayaan;

d. Analisis data dan penyajian informasi di bidang perbankan yang menjadi

wewenang Menteri Keuangan di luar kedudukan, tugas, dan kewenangan Menteri

Keuangan selaku pemegang saham;

e. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat.

4.1.4. Regulasi Perusahaan Pembiayaan

Perusahaan pembiayaan dalam kegiatan operasionalnya diatur oleh peraturan

pemerintah terutama dari Bank Indonesia dan Departemen Keuangan. Hal ini

ditujukan untuk memberikan iklim usaha yang kondusif bagi bisnis dan persaingan di

antara perusahaan pembiayaan di Indonesia. Berikut ini disajikan beberapa peraturan

perusahaan pembiayaan yang masih berlaku pada saat ini:

1. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor KEP-1500/LK/2005

tentang Petunjuk Pelaksanaan Penyusunan dan Penyampaian Laporan Perusahaan

Pembiayaan.

Page 14: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

77

2. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 45/KMK.06/2003

tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah bagi Lembaga Keuangan Nonbank

3. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor KEP-2833/LK/2003

tentang Pedoman Pelaksanaan Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah pada

Lembaga Keuangan Nonbank.

4. Keputusan Menteri Keuangan Repub lik Indonesia Nomor 185/KMK.06/2002

tentang Penghentian Pemberian Izin Usaha Perusahaan Pembiayaan.

5. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/14/DSM tentang Pelaporan Kegiatan Lalu

Lintas Devisa oleh Lembaga Keuangan Nonbank.

6. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 5/1/DSM tentang Perubahan atas Surat

Edaran Nomor 3/14/DSM tanggal 13 Juni 2001 perihal Pelaporan Kegiatan Lalu

Lintas Devisa oleh Lembaga Keuangan Nonbank.

7. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 448/KMK.017/2000

tentang Perusahaan Pembiayaan.

8. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 172/KMK.06/2002

tentang Perubahan atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor 448/KMK.017/2000

tentang Perusahaan Pembiayaan.

9. Keputusan Bersama Menteri Keuangan Republik Indonesia dan Gubernur Bank

Indonesia Nomor 607/KMK.017/1995 dan 28/9/KEP/GBI tentang Pelaksanaan

Pengawasan Perusahaan Pembiayaan oleh Bank Indonesia.

Page 15: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

78

4.2. Perusahaan Pembiayaan: Wahana Ottomitra Multiartha

Tbk

4.2.1. Sejarah Perusahaan

PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk. (WOM Finance) berkedudukan di Jakarta

didirikan dengan nama PT Jakarta Tokyo Leasing berdasarkan Akta Pendirian No.

179 tanggal 23 Maret 1982 yang kemudian diubah dengan Akta Perubahan Naskah

Pendirian No. 96 tanggal 15 Desember 1982, keduanya dibuat di hadapan Kartini

Muljadi, SH, Notaris di Jakarta, dalam akta ini nama perusahaan diubah dari PT

Jakarta Tokyo Leasing menjadi PT Fuji Semeru Leasing yang memfokuskan

bisnisnya pada pembiayaan motor baru khususnya merek Honda. Selanjutnya nama

perusahaan diubah dari PT Fuji Semeru Leasing menjadi PT Wahana Ometraco Multi

Artha berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 225 tanggal 28 April 1997

yang dibuat di hadapan Misahardi Wilamarta, SH, Notaris di Jakarta. Nama

perusahaan diuah kembali dari PT Wahana Ometraco Multi Artha menjadi PT

Wahana Ottomitra Multiartha berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan Rapat No. 5

tanggal 15 Maret 2000 yang dibuat di hadapan Anna Wong, SH, Notaris di

Tangerang.

Tahun 2001 Perusahaan memasuki pasar motor bekas. Pada tahun 2003

Perusahaan memasuki pasar modal dengan penerbitan obligasi I WOM Finance

senilai Rp 300 miliar dengan rating idA- (Single A minus) Stable Outlook dari

Pefindo (Pemeringkat Efek Indonesia) yang dilanjutkan dengan penerbitan obligasi II

WOM Finance pada tahun 2005 senilai Rp 500 miliar dengan rating idA- (Single A

Page 16: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

79

minus) Stable Outlook. Perusahaan menjadi PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk

berdasarkan Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa No. 35 tanggal

29 September 2004 yang dibuat di hadapan Poerbaningsih Ad i Warsito, SH, Notaris

di Jakarta. Selanjutnya per tanggal 13 Desember 2004, Perusahaan terdaftar di pasar

Bursa Efek Jakarta menjadi Perusahaan Terbuka. Perusahaan melaksanakan berbagai

kebijakan progresif dan kerja sama strategis sehingga Perusahaan berhasil mencatat

prestasi sebagai Perusahaan Multifinance Terbaik untuk kategori aset di atas Rp 500

miliar sampai Rp 1 triliun dari majalah Investor dan InfoBank. Untuk menjaga

pertumbuhan dan menjamin sumber pendanaan di masa depan, di tahun 2004,

manajemen Perusahaan melakukan aliansi dengan PT Bank Internasional Indonesia

Tbk. (BII).

Komposisi permodalan dan kepemilikan saham PT WOM Finance Tbk telah

mengalami perubahan sejak tahun berdirinya sejalan dengan perkembangan bisnis

perusahaan. Terakhir, PT WOM Finance Tbk per 31 Desember 2005 dimiliki oleh

pemegang saham dengan komposisi: PT Bank Internasional Indonesia Tbk (43%),

International Finance Corporation (19%), DBS Nominees (Private) Limited (5%),

Mochamad Thohir (4,83%), Yanto Kasiman (4,83%), Sus ianty Pranata (3,52%),

Widjaya Budiman (1,77%), Benny Wennas (1,21%), dan masyarakat (16,84%).

4.2.2. Budaya Perusahaan

Perusahaan memiliki visi menjadi salah satu perusahaan pembiayaan konsumen

terbaik di Indonesia. Misi Perusahaan adalah mengutamakan kepuasan pelanggan dan

mitra kerja lainnya, membangun kepercayaan dunia perbankan, mengembangkan dan

Page 17: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

80

memperluas jaringan usaha terutama di daerah potensial, dan mengoptimalkan kinerja

Perusahaan. Perusahaan memiliki nilai-nilai ”AFFECTION” berupa penghargaan

(Appreciation), rasa kekeluargaan (Family Feeling), antusiasme (Enthusiasm),

kreativitas (Creativity), dapat dipercaya (Trustworthy) dan ketetapan hati

(determination).

Budaya Perusahaan dengan tegas menyatakan keseriusan untuk: belajar

(Learning), berbagi (Sharing) dan pelatihan tambahan untuk peningkatan keahlian

(Coaching). Budaya untuk belajar dan membagi pengetahuan dan keahlian

menjadikan jajaran manajemen (dari puncak hingga staf) terpacu untuk terus belajar

agar bisa berbagi dan memberikan sesuatu bagi yang lain dalam meningkatkan

produktivitas kerja dari waktu ke waktu. Budaya Perusahaan ini akan

mengembangkan sumber daya manusia Perusahaan secara terus-menerus sehingga

terwujud tenaga kerja yang efektif sebagai aset utama Perusahaan. Dengan adanya

kompetensi tinggi dan kinerja yang optimal akan mempermudah manajemen PT

WOM Finance Tbk memasuki persaingan global and meningkatkan imbal hasil yang

optimal kepada para pemegang saham (stakeholders) Perusahaan.

Di sisi lain, WOM Finance mewujudkan kepedulian sosialnya melalui beragam

kegiatan sosial kemasyarakatan di berbagai daerah baik secara mandiri maupun

dengan menjalin kerja sama dengan instansi lainnya. Bertajuk program

HUMANIKASIH, perusahaan selalu melibatkan karyawan secara aktif saat kegiatan

berlangsung bahkan sejak penghimpunan dana. Dengan demikian HUMANIKASIH

sebagai unit kerja yang bertugas mengkoordinasikan kegiatan sosial perusahaan tidak

sekedar menyalurkan bantuan, namun sekaligus ikut memotivasi seluruh karyawan

Page 18: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

81

WOM Finance untuk menyisihkan waktu di tengah kesibukan kerja agar dapat

melakukan sesuatu yang berarti bagi sesama dan bagi lingkungan sekitarnya.

4.2.3. Bidang Usaha Perusahaan

WOM Finance saat ini menjalankan usaha pembiayaan konsumen kendaraan

roda dua dengan izin usaha dari Menteri Keuangan Republik Indonesia dalam Surat

Keputusan No. 135/KMK.06/2001 tanggal 20 Maret 2001. Pangsa pasar perusahaan

berkisar 10% dari total sepeda motor yang terjual secara kredit sepanjang tahun 2005.

Sampai dengan tahun 2005, Perusahaan terus memperluas pasar guna peningkatan

pendapatan usaha melalui pembiayaan produk sepeda motor Jepang berbagai merek

selain Honda melalui 92 jaringan cabang yang tersebar di pulau Jawa, Bali, Sumatera,

dan Kalimantan. Hal ini disambut pasar dengan antusias karena memberikan lebih

banyak pilihan merek bagi pelanggan WOM Finance untuk mendapatkan sepeda

motor yang diinginkannya.

Untuk pengembangan usahanya, WOM Finance menerapkan beberapa strategi

sebagai berikut:

a. Terfokus pada kualitas pembiayaan bukan pada kuantitas.

b. Ketat menerapkan kebijakan uang muka (down payment) untuk menjaring

pelanggan secara lebih selektif.

c. Menjalin hubungan baik dengan menerapkan paket insentif menarik bagi dealer.

d. Menjual merek sepeda motor Jepang selain Honda (multibrand).

e. Meningkatkan pelayanan pada dealer dan pelanggan.

Page 19: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

82

f. Menggelar program-program reward dan loyalty incentive berskala nasional

maupun atas inisiatif yang diprakarsai kantor-kantor cabang bagi pelanggan.

4.2.4. Struktur Organisasi

Gambar 4.1. Struktur Organisasi

Pada tanggal 31 Desember 2005, susunan Dewan Komisaris dan Direksi PT

WOM Finance Tbk adalah sebagai berikut:

Presiden Komisaris : Suwandi Wiratno

Komisaris : Rita Mas’oen

Komisaris : Garibaldi Thohir

Komisaris : Robbyanto Budiman

Komisaris Independen : Tan Siddharta

Presiden Direktur : Benny Wennas

Board of Commissioners

President Director Benny Wennas

Corporate Secretary

Internal Audit

Finance Director Bellynawaty B.

Marketing Director Ardy Salim

Operation Director Irwan Suryadi

Risk Mgt Director Rudi Gomedi

Page 20: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

83

Direktur Keuangan : Bellynawaty

Direktur Pemasaran : Ardy Salim

Direktur Operasional : Irwan Suryadi

Direktur Manajemen Risiko : Rudy Gomedi

Berikut ini profil masing-masing Dewan Komisaris dan Direksi PT WOM

Finance Tbk yaitu:

1. Suwandi Wiratno (Presiden Komisaris)

Kelahiran tahun 1963, Suwandi menduduki posisi Presiden Komisaris di

WOM Finance sejak bulan Juli 2005. Setelah meraih gelar Master of

Business Administration dalam bidang keuangan dari Golden Gate

University, San Fransisco, USA tahun 1987, Suwandi berkarir di bidang

keuangan pada berbagai perusahaan nasional dan internasional, hingga

terakhir menduduki posisi Direktur di PT Pricewaterhouse Coopers FAS.

2. Rita Mas’oen (Komisaris)

Peraih BSc dari Arizona State University, USA ini bergabung sebagai

Komisaris WOM Finance pada pertengahan tahun 2005. Berkarir sejak

tahun 1984 di Arizona, USA, pada tahun 1985, Rita kembali ke Jakarta dan

memilih dunia perbankan. Sebagai rintisan karir perbankannya, Rita

bergabung dengan Citibank NA selama hampir 20 tahun di bagian

teknologi, pemasaran, dan terakhir sebagai Senior Country Operation

Officer membawahi bagian operasional dan teknologi. Di tahun 2005, Rita

kemudian bergabung dengan PT Bank Internasional Indonesia Tbk.

sebagai Chief Operation Officer, Executive Management.

Page 21: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

84

3. Garibaldi Thohir (Komisaris)

Garibaldi Thohir kelahiran tahun 1965 ini menjadi Komisaris di WOM

Finance sejak tahun 2003 hingga sekarang. Tahun 2004 tercatat sebagai

Presiden Komisaris. Selain di WOM Finance, Garibaldi Thohir peraih

gelar BSc dari University of Southern California, USA tahun 1988 dan

MBA dari Northrop University, USA tahun 1989, juga aktif memimpin dan

menjalankan berbagai perusahaan yang bergerak di bidang properti, retail,

pertambangan, dan otomotif.

4. Robbyanto Budiman (Komisaris)

Robbyanto Budiman menjadi Komisaris di WOM Finance sejak tahun

1997 hingga sekarang. Sejak tahun 1993 sampai sekarang Robbyanto

menjabat sebagai Direktur Utama PT Wahana Makmur Sejati, main dealer

sepeda motor Honda untuk wilayah Jakarta dan Tangerang. Robbyanto

juga menjabat sebagai komisaris dan direksi di perusahaan lain dalam Grup

Wahana Artha. Kelahiran tahun 1967 ini mulai bekerja untuk Citibank

NA, Jakarta, dengan posisi terakhir sebagai Asset Services Unit Head,

setelah meraih BSc dari University of Southern California, USA pada tahun

1987 dan MBA dari Northrop University, USA pada tahun 1989.

5. Tan Siddharta (Komisaris Independen)

Tan Siddharta kelahiran tahun 1962 ini dipercaya sebagai Komisaris

Independen WOM Finance sejak tahun 2004. Setelah meraih gelar Sarjana

Akuntansi dari Universitas YAI, Jakarta tahun 1987, Beliau memilih

profesi sebagai Akuntan Publik sejak tahun 1999 (terdaftar di Bapepam).

Page 22: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

85

Hingga sat ini Beliau telah berpengalaman lebih dari 20 tahun di bidang

audit, akuntansi, manajemen, dan keuangan, serta tercatat sebagai salah

satu Anggota Ikatan Akuntansi Indonesia.

6. Benny Wennas (Presiden Direktur)

Benny Wennas tercatat sebaga i salah satu pendiri WOM Finance. Benny

yang lahir tahun 1955 dipercaya sebagai Presiden Direktur pada akhir

tahun 1999, setelah sebelumnya menduduki posisi Komisaris. Antara

tahun 1978 sampai dengan 1998, Benny berkarir sebagai General Manager

di berbagai perusahaan manufaktur, hingga menduduki posisi Direktur di

beberapa bank swasta nasional. Peraih gelar Sarjana Akuntansi dari

Universitas Trisakti, Jakarta, serta MBA dari University of Hull, England

ini juga mengikuti berbagai program manajemen di beberapa universitas

yaitu Advanced Management Program dari Wharton School, University of

Pennsylvania tahun 2005; Strategic Marketing Management dari Harvard

Business School tahun 1997; Senior Executive Program dari Sasin

Graduate Institute of Business Administration, Bangkok tahun 1995.

7. Bellynawaty Budiman (Direktur Keuangan)

Lahir tahun 1969, Bellynawaty Budiman bergabung dengan WOM Finance

sejak tahun 1997. Peraih gelar BSc di bidang Business Administration

dengan fokus Financial Management dari California State University,

Long Beach, USA ini sebelumnya pernah berkarir di bidang perbankan dan

industri otomotif sejak tahun 1992.

8. Ardy salim (Direktur Pemasaran)

Page 23: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

86

Sarjana Teknik Elektro Universitas Atmajaya, Ujung Pandang, kelahiran

tahun 1963 ini bergabung dengan WOM Finance tahun 1999. Ardy pernah

berkarir di bidang retail, financing consumer goods hingga mencapai posisi

Direktur pada tahun 1995. Ardy juga pernah mengikuti program MBA/MT

Kalbe Group antara tahun 1992-1993.

9. Irwan Suryadi (Direktur Operasional)

Meraih Sarjana Akuntansi dari Universitas Jayabaya, Jakarta tahun 1982,

kelahiran tahun 1957 ini bergabung dengan WOM Finance sejak tahun

1997. Konsisten berkarir di bidang akuntansi dan keuangan sejak tahun

1982 di berbagai perusahaan manufaktur, pada tahun 1996 Irwan

menduduki posisi terakhir sebagai General Manager di PT Istana

Kanematsu Indonesia.

10. Rudy Gomedi (Direktur Manajemen Risiko)

Peraih BSc dari California State of Fresno, USA, kelahiran tahun 1966 ini

bergabung dengan WOM Finance pada pertengahan tahun 2005.

Sebelumnya Rudy berkarir di beberapa bank swasta nasional sejak tahun

1991, hingga terakhir menjabat posisi Division Head Corporate Risk

Management. Berbagai pelatihan manajemen yang berkonsentrasi pada

manajemen risiko diikutinya di beberapa negara seperti Singapura,

Hongkong, dan Belanda.

4.2.5. Tata Kelola Perusahaan

Page 24: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

87

Prinsip-prinsip tata kelola perusahaan dijalankan WOM Finance untuk

mendorong pengelolaan secara profesional, transparan, dan efisien serta

memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian Dewan Komisaris, Direksi,

dan Rapat Umum Pemegang Saham. Tata kelola perusahaan yang baik diharapkan

dapat meningkatkan daya saing perusahaan karena setiap pengambilan keputusan dan

tindakan yang dilakukan perusahaan selalu dilandasi moral yang tinggi, kepatuhan

terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran atas tanggung

jawab sosial terhadap stakeholders dan lingkungan sekitar.

Komitmen perusahan untuk memberikan akses keterbukaan informasi,

akuntabilitas, kejujuran, dan tanggung jawab telah dijalankan dengan serius dan

sungguh-sungguh. Langkah- langkah untuk melengkapi penyelengaraan tata kelola

perusahaan secara utuh terus dilakukan meskipun belum sepenuhnya lengkap

sehingga memiliki peraturan dan pelaksanaan yang tertulis dan sistematis.

Dalam kaitan ini perusahaan telah memiliki Komite Audit. Anggota Komite

Audit yang erdiri dari Tan Siddharta, Ting Ananta Setiawan, dan Rachmat

Kurniawan ini menjalankan tugas-tugasnya sejak 1 Juli 2005 hingga RUPS (Rapat

Umum Pemegang Saham) tahun 2007.

Melengkapi perangkat ini perusahaan juga telah menunjuk Komisaris

Independen, Tan Siddharta yang telah berpengalaman lebih dari 20 tahun dalam

bidang audit, akuntansi, manajemen, dan keuangan.

Selanjutnya, Komite Audit, Komisaris Independen, Manajemen Risiko, dan

Internal Audit perusahaan bersama-sama menelaah ketaatan perusahaan terhadap

Page 25: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

88

peraturan perundang-undangan, kesesuaian standar, pelaksanaan kebijakan dan

prosedur yang telah ditetapkan.

Pada kesempatan yang sama, perusahaan menjamin hak-hak publik dalam

mendapatkan informasi tentang perusahaan, melalui penyebarluasan informasi

kepada pemegang saham melalui media masa, Public Expose (Keterbukaan

Informasi), dan Rapat Umum Pemegang Saham.

4.3. Analisis Top - Down

4.3.1. Analisis Ekonomi

• Prospek Ekonomi Dunia

Ekonomi global di 2006 diperkirakan tumbuh stabil pada level moderat,

sama seperti tahun 2005 yang mencapai 4,3%. Pertumbuhan ekonomi dunia

masih ditopang oleh ekspansi dari negara industri terutama AS, kawasan Euro dan

Jepang seiring dengan masih tingginya permintaan domestik dan kegiatan investasi.

Dari sisi eksternal, kondisi ini akan memberikan pengaruh yang relatif kondusif bagi

perekonomian Indonesia.

Ekonomi AS dan Jepang akan tumbuh stabil walaupun dihadapkan pada

kebijakan moneter ketat dan masih tingginya harga minyak. Sementara itu, ekonomi

kawasan Euro, akan membaik seiring dengan peningkatan domestik serta peningkatan

kegiatan investasi akibat rendahnya suku bunga. Pertumbuhan ekonomi kawasan

Asia diperkirakan akan tetap tinggi dengan motor penggerak masih pada ekonomi

Cina dan India.

Page 26: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

89

Laju inflasi dunia pada 2006 diperkirakan akan melambat. Menurunnya

tekanan inflasi seiring dengan perkiraan masih berlangsungnya respon kebijakan

moneter ketat oleh beberapa bank sentral hingga semester I 2006. Laju inflasi negara

maju diperkirakan relatif rendah mencapai 2%, menurun dibandingkan tahun lalu

yang mencapai 2,2%. Sedangkan inflasi negara berkembang juga rendah,

diperkirakan hanya mencapai 5,7%.

Tabel 4.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Laju Inflasi Negara Utama Dunia Pertumbuhan Ekonomi (%)

Negara 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 F

A S 3 .7 0 .8 1 .9 3 .0 4 .4 3 .5 3 .3 E u r o Area 3 .5 1 .6 0 .8 0 .5 2 .0 1 .2 1 .8 J e p a n g 2 .8 0. 4 -0 .3 1 .4 2 .6 2 .0 2 .0 Cina 8 .0 7 .5 8 .3 9 .3 9 .5 9 .0 8 .2 Inggris 3 .9 2 .3 1 .8 2 .2 3 .1 1 .9 2 .2 Dunia 4 .8 2 .4 3 .0 4 .0 5 .1 4 .3 4 .3

Laju Inflasi (%) Negara 2 0 0 0 2 0 0 1 2 0 0 2 2 0 0 3 2 0 0 4 2 0 0 5 2006 F

A S 3 .4 2 .8 1 .6 2 .3 2 .7 3 .1 2 .8 J e p a n g -0 .9 -0 .7 -1 -0 .2 0 -0 .4 -0 .1 E u r o Area 2 .1 2 .3 2 .3 2 .1 2 .1 2 .1 1 .8 Inggris 0 .8 1 .2 1 .3 1 .4 1 .3 2 .0 1 .9 China 0 .4 0 .7 -0 .8 1 .2 3 .9 3. 0 3 .8 Sumber : Data Biro Pusat Statistik (BPS)

Harga komoditi non migas diperkirakan akan menurun yang disebabkan oleh

meningkatnya pasokan komoditas tersebut terutama untuk produk pertanian, logam

dan non logam. Sementara itu, harga komoditas migas masih akan meningkat.

Menurut Laporan Ekonomi Bulanan Juli 2006 dari KADIN (Kamar Dagang dan

Industri Indonesia), harga minyak dunia meningkat hingga posisi US$ 78 per barrel

di pertengahan Juli 2006. Tetap tingginya harga minyak, sebagai salah satu downside

risk yang dihadapi perkembangan ekonomi global, disebabkan oleh antara lain : (i)

masih tingginya permintaan minyak dari AS dan Cina; (ii) kondisi pasar minyak

Page 27: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

90

dunia yang cenderung ketat; (iii) peningkatan penawaran minyak dari negara OPEC

tidak mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan minyak dunia; dan (iv) masih

tingginya ketidakpastian pasokan minyak seiring dengan tidak menentunya situasi

politik dan keamanan di Timur Tengah. Masalah ini sangat berpotensi menekan

pertumbuhan ekonomi dunia dan meningkatkan laju inflasi.

Sejalan dengan stabilnya pertumbuhan ekonomi global, volume perdagangan

dunia diperkirakan juga tumbuh stabil di level 7,4%. Hal ini akan memberikan ruang

yang cukup bagi ekspansi ekspor Indonesia.

Kebijakan moneter ketat diperkirakan masih akan diterapkan oleh beberapa bank

sentral hingga semester II 2006. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku

bunganya hingga kisaran 4,5%-5%. Sementara itu, European Central Bank (ECB)

diperkirakan mempertahankan tingkat suku bunganya untuk meningkatkan kinerja

perekonomian. Sebaliknya, Bank of England (BOE) diperkirakan akan menerapkan

kebijakan moneter longgar.

• Prospek Ekonomi Indonesia

Ekonomi Indonesia di tahun 2006 diperkirakan akan tumbuh relatif moderat

mencapai 5%-5,7%. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi akan sangat

ditentukan oleh kinerja investasi dan konsumsi.

Pertumbuhan ekonomi masih akan bertumpu pada konsumsi yang bersumber

dari meningkatnya pengeluaran seiring dengan perkiraan mulai pulihnya daya beli

masyarakat memasuki semester II 2006 terkait dengan rencana kenaikan gaji dan

kenaikan upah minimum propinsi.

Page 28: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

91

Tabel 4.2. Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%) atas dasar Harga Konstan 2000 (2003 – 2006 F)

Rincian 2003 2004 2005 2006 F

Total Konsumsi 4.55 4.60 4.41 4.0 - 5.0

- Rumah Tangga 3.89 4.94 3.95 3.0 - 4.0

- Pemerintah 9.97 1.95 8.06 13.0 - 14.0

Pembentukan Modal Tetap Dom. Bruto 1.04 15.71 9.93 8.4 - 9.4

Ekspor Brg & Jasa 8.19 8.47 8.6 7.4 - 8.4

Impor Brg & Jasa 2.73 24.95 12.35 9.1 - 10.0

PDB 4.88 5.13 5.60 5.0 – 5.7

Sumber : BI dan BPS

Penurunan daya beli masyarakat serta nilai tukar rupiah yang belum stabil

diperkirakan akan menyebabkan pertumbuhan konsumsi rumah tangga melamban

menjadi 3%-4% dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3,95%. Kinerja konsumsi

swasta yang melemah terlihat dari survei konsumen BI akhir tahun 2005 yang

menunjukkan masih pesimisnya keyakinan konsumen akan kondisi ekonomi saat ini

serta ekspektasi konsumen dalam 6 bulan ke depan. Namun demikian, penerapan

kebijakan peningkatan penghasilan tidak kena pajak mulai 1 Januari 2006 berpotensi

meningkatkan konsumsi.

Perlambatan konsumsi total tampaknya dapat dihindari karena adanya stimulus

fiskal dari pemerintah yang mendorong pertumbuhan konsumsi pemerintah sehingga

diperkirakan menjadi 13%-14%. Peningkatan konsumsi pemerintah berasal dari

belanja pegawai seiring dengan pemberian gaji ke 13 serta peningkatan dana alokasi

umum. Konsumsi pemerintah akan dapat tumbuh lebih tinggi lagi jika kucuran dana

rehabilitasi Aceh dapat terealisasikan. Total konsumsi tahun 2006 diperkirakan

tumbuh relatif stabil mencapai 4%-5%.

Page 29: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

92

Jika dilihat dari sisi penawaran, beberapa sektor ekonomi diperkirakan akan

tumbuh melambat di tahun 2006. Bagi produsen, penurunan daya beli masyarakat,

kenaikan cost of capital serta kenaikan biaya produksi akan mempengaruhi tingkat

produksinya.

Tabel 4.3. Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%) atas dasar Harga Konstan 2000 (2003 – 2006 F)

Rincian 2003 2004 2005 2006 F

Pertanian 4.34 4.06 2.49 1.9 - 2.9

Pertambangan & Penggalian (0.88) (4.61) 1.59 (1.9) - (0.9)

Industri Pengolahan 5.33 6.19 4.63 5.1 - 6.1

Listrik, Gas & Air Bersih 5.88 5.91 6.49 8.3 - 9.3

Bangunan 6.67 8.17 7.34 5.4 - 6.4

Perdagangan, Hotel & Restoran 5.3 5.8 8.59 7.6 - 8.6

Pengangkutan & Komunikasi 11.57 12.7 12.97 10.5 - 11.5

Keuangan, Sewa & Jasa 7.02 7.72 7.12 7.0 - 8.0

Jasa-jasa 3.86 4.91 5.16 4.2 - 5.2

PDB 4.88 5.13 5.60 5.0 - 5.7

Sumber : BI dan BPS

Pertumbuhan sektor pertanian diperkirakan mencapai 1,9%-2,9% di tahun 2006,

relatif stabil seperti tahun 2005. Namun demikian, jika upaya pemerintah dalam

meningkatkan produksi padi tidak optimal, maka pertumbuhan diperkirakan akan

lebih lambat. Sub sektor perkebunan diperkirakan akan meningkat seiring dengan

perluasan perkebunan kelapa sawit.

Sektor pertambangan & penggalian diperkirakan masih akan tumbuh negatif di

tahun 2006. Hal ini disebabkan produksi minyak mentah hanya 1 juta barel per hari,

lebih rendah dari tahun 2005 yang mencapai 1,075 barel per hari akibat tidak ada

Page 30: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

93

eksplorasi sumur minyak baru. Sedangkan kinerja pertambangan non migas relatif

stagnan akibat tidak adanya investor baru yang masuk, padahal kenaikan permintaan

domestik maupun internasional akan komoditas tambang sangat besar.

Sektor industri pengolahan di tahun 2006 diperkirakan akan cenderung stagnan,

pada kisaran 5,1-6,1% akibat penurunan daya beli masyarakat. Perlambatan

pertumbuhan diperkirakan akan terjadi sepanjang semester I 2006 dan berangsur-

angsur membaik pada semester II 2006, sejalan dengan perbaikan daya beli

masyarakat dan stimulus dari pemerintah.

Subsektor yang akan tumbuh tinggi antara lain adalah industri makanan

minuman dan industri kimia akibat masih cukup tingginya konsumsi makanan.

Industri logam dasar, besi & baja dan semen akan meningkat seiring dengan

implementasi proyek infrastruktur pemerintah terutama pendidikan dan kesehatan

serta proyek transmisi gas Sumatera Selatan–Jawa Barat. Industri tekstil juga

berpeluang meningkat akibat kebijakan Uni Eropa dan AS yang membatasi ekspor

TPT Cina.

Sementara itu, industri alat angkutan akan mengalami penurunan. Gabungan

Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) memperkirakan penjualan mobil

akan menurun dari 530 ribu unit di tahun 2005 menjadi hanya 450-500 ribu.

Penjualan sepeda motor hanya akan tumbuh 5%-7%, anjlok tajam dari sekitar 17% di

tahun lalu.

Sektor listrik, gas & air bersih diperkirakan akan tumbuh stabil pada kisaran

8,3%-9,3% yang disebabkan pertumbuhan sektor industri yang juga stabil.

Pembangunan pembangkit listrik non migas seperti PLTA Musi di Bengkulu, PLTU

Page 31: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

94

Tarahan di Lampung, PLTA Renun di Sumut serta PLTP Lahendong di Sulut masih

berlangsung. Jika proyek-proyek tersebut dapat diselesaikan pada triwulan III 2006,

maka pertumbuhan sektor ini akan lebih tinggi lagi.

Sektor bangunan diperkirakan akan tumbuh melambat di tahun 2006 hanya

5,4%-6,4%, yang disebabkan naiknya suku bunga kredit dan kenaikan harga jual

rumah. Asosiasi Kontraktor Indonesia memperkirakan kegiatan konstruksi di 2006

akan menurun. Perusahaan Real Estat Indonesia juga memperkirakan bisnis properti

akan melambat terutama sektor komersial. Namun demikian, sektor ini diperkirakan

akan membaik sejak triwulan III 2006 seiring dengan menurunnya suku bunga dan

perkiraan realisasi pembangunan proyek infrastruktur pemerintah.

Sektor perdagangan, hotel & restoran di tahun 2005 diperkirakan tumbuh

melambat menjadi 7,6%-8,6%. Asosiasi Pengusaha Ritel memperkirakan volume

penjualan diperkirakan tumbuh 10%-15%, jauh lebih rendah dibandingkan tahun

2005 yang mencapai 20%. Pengusaha Pemasok Pasar Modern memperkirakan

pasokan barang kebutuhan sehari-hari ke pasar modern akan menurun hingga 20%

pada 2006 akibat penurunan daya beli.

Secara keseluruhan, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan tumbuh

10,5%-11,5%. Sub sektor pengangkutan diperkirakan akan tumbuh melamban

dibanding tahun 2005 akibat meningkatnya ongkos transportasi dan melambatnya

kegiatan ekonomi. Di tahun 2006, angkutan udara diperkirakan akan tumbuh lebih

rendah akibat adanya penurunan jumlah penumpang seiring dengan adanya kebijakan

pembatasan usia pesawat yang menyebabkan penurunan jumlah pesawat yang

Page 32: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

95

beroperasi. Sedangkan angkutan darat diperkirakan akan tumbuh tinggi di triwulan II

2006 seiring dengan reformasi kebijakan di sektor perhubungan.

Sementara itu, sub sektor komunikasi diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi

seiring dengan masih terbukanya peluang di bidang telekomunikasi. Asosiasi Telepon

Seluler memperkirakan jumlah pelanggan meningkat menjadi 50,3 juta orang di 2006

dari 40 juta di tahun 2005.

Sektor keuangan, sewa dan jasa diperkirakan tumbuh melamban 7%-8%. Di sub

sektor bank, perlambatan pertumbuhan disebabkan menurunnya NIM (Net Interest

Margin) akibat peningkatan suku bunga deposito lebih tinggi dari suku bunga kredit,

menurunnya permintaan kredit seiring dengan melemahnya kegiatan ekonomi serta

lebih selektifnya perbankan dalam melakukan ekspansi kredit akibat kenaikan NPL.

Sub sektor lembaga keuangan bukan bank diperkirakan juga akan melambat

akibat kenaikan suku bunga yang berdampak negatif pada nilai tambah lembaga

keuangan bukan bank terutama perusahaan pembiayaan konsumen dan leasing.

Kegiatan investasi swasta dalam tahun 2006 diperkirakan akan mengalami

penurunan dibanding tahun lalu, hanya mencapai 8,4%-8,9%. Penurunan investasi ini

terkait dengan lesunya prospek dunia usaha akibat melemahnya daya beli masyarakat

pasca kenaikan harga BBM. Selain itu juga pengusaha dihadapkan pada peningkatan

cost of capital sebagai akibat dari kenaikan suku bunga. Ketidakpastian prospek

usaha ini menyebabkan pelaku usaha bersikap menunggu. Data dari survei BI

mengindikasikan adanya perlambatan siklus pertumbuhan investasi terjadi sejak

triwulan IV 2005.

Page 33: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

96

Melemahnya kegiatan swasta diperkirakan akan dapat diimbangi oleh kegiatan

investasi pemerintah. Dorongan stimulus fiskal yang memiliki efek pengganda besar

terhadap perekonomian diharapkan akan menjadi tulang punggung kegiatan investasi

tahun 2006.

Dilihat dari sisi pembiayaan, kegiatan investasi di tahun 2006 diperkirakan akan

cukup berat. Kredit perbankan diperkirakan hanya akan tumbuh 15%-20% dengan

lebih banyak pada kredit konsumsi, sedangkan alternatif pembiayaan dari non

perbankan juga akan lebih seret.

Pembiayaan investasi dari luar negeri diperkirakan baru akan terjadi pada

semester II 2006, sejalan dengan perkiraan mulai membaiknya kondisi makro

ekonomi dan mulai bergulirnya proyek-proyek kerjasama bilateral dengan investor

asing.

Selain itu, faktor nilai tukar rupiah yang belum stabil juga berperan dalam

menahan laju investasi yang disebabkan menurunnya kemampuan impor. Kuatnya

pengaruh nilai tukar terhadap investasi disebabkan tingginya kandungan impor

barang modal dalam kegiatan investasi.

Kegiatan ekspor barang dan jasa diperkirakan akan tumbuh melamban dibanding

tahun 2005, yaitu hanya mencapai 7,4%-8,4%. Kinerja ekspor tersebut sangat terkait

dengan stabilnya pertumbuhan volume perdagangan dunia di tahun 2006 serta terus

melemahnya daya saing.

Ekspor barang non migas diperkirakan tumbuh moderat 15%-17%. Dari sisi

internal, tantangan bagi kinerja ekspor antara lain : (a) ekonomi biaya tinggi yang

menghambat daya saing ekspor; (b) lemahnya iklim usaha sehingga menghambat

Page 34: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

97

investasi; dan (c) rendahnya akses terhadap prasarana terutama transportasi

mengakibatkan inefisiensi perdagangan.

Sejalan dengan melambannya kegiatan ekonomi, kegiatan impor barang dan jasa

diperkirakan juga akan melambat dan tumbuh pada kisaran 9%-10%. Selain itu,

potensi penurunan impor juga disebabkan oleh melemahnya/tidak stabilnya nilai

tukar rupiah. Sementara itu, impor barang non migas diperkirakan akan tumbuh pada

kisaran 16%-18%.

Komoditas ekspor yang diperkirakan akan meningkat di tahun 2006 antara lain

produk mesin/peralatan mesin, lemak dan minyak hewan dan nabati, batubara, karet

& barang dari karet, pakaian jadi non rajutan, nikel, barang rajutan dan bubur

kayu/pulp.

Jepang masih merupakan tujuan utama ekspor terbesar Indonesia di 2005 yang

mencapai USD9,62 miliar (14,5%) diikuti AS sebesar USD9,46 miliar (14,4%) dan

Singapura sebesar USD7,10 miliar (10,7%).

Laju inflasi 2006 diperkirakan akan jauh menurun dibandingkan tahun 2005.

Secara statistik, inflasi IHK tahunan masih akan tinggi hingga mencapai 2 digit

hingga triwulan III 2006. Namun di triwulan IV diperkirakan mulai menurun menjadi

sekitar 9% hingga akhir tahun 2006.

Laju inflasi keseluruhan di 2006 diperkirakan mencapai 7%-9% seiring dengan

rencana kenaikan TDL (tarif dasar listrik) di triwulan I 2006 serta kenaikan harga

dasar gabah di triwulan II 2006. Namun demikian, kebijakan administered price

lainnya seperti kenaikan cukai rokok, elpiji dan tarif telepon lokal berpotensi

Page 35: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

98

meningkatkan inflasi lebih tinggi lagi. Laju administered price diperkirakan akan

menurun menjadi 6% setelah di tahun 2005 mencapai 32,5%.

Nilai tukar rupiah yang belum stabil berpotensi akan meningkatkan inflasi

melalui kenaikan biaya impor serta kenaikan biaya produksi. Sedangkan ekspektasi

inflasi masyarakat dalam 6 bulan ke depan masih berada pada level yang tinggi yang

diindikasikan survei penjualan eceran dan survei konsumen.

Pada kelompok volatile foods diasumsikan tidak terjadi gangguan pasokan dan

distribusi sehingga diperkirakan inflasi kelompok ini kembali normal sekitar 7% di

akhir tahun 2006, setelah di tahun 2005 mencapai 14%.

Inflasi inti diperkirakan akan tetap stabil di level 7% pada akhir tahun 2006.

Perkiraan ini didorong oleh makin menyempitnya kesenjangan output seiring dengan

perkiraan pasokan barang yang dapat mengimbangi permintaan, walaupun ekspektasi

inflasi masih tinggi.

Nilai tukar rupiah ditahun 2006 diperkirakan berkisar pada Rp9.500-

Rp10.000/USD.

Dari sisi permintaan, valas masih didominasi permintaan pelaku domestik

terutama sektor korporasi. Sejalan dengan penurunan kegiatan ekonomi di tahun

2006, permintaan valas akan juga melamban. Penurunan tajam pembelian valas akan

diperkirakan terjadi pada kelompok industri otomotif dan industri logam.

Dari sisi pasokan, stok valas banyak ditopang oleh aliran dana investasi

portofolio sehingga dapat mengimbangi permintaan valas domestik. Imbal hasil yang

rupiah yang cukup tinggi merupakan faktor penarik aliran dana asing. Namun

demikian, investasi portofolio tersebut sangat sensitif pada sentimen jangka pendek.

Page 36: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

99

Kenaikan biaya dana menyebabkan suku bunga kredit meningkat meskipun

dengan laju yang lamban. Di tahun 2006, suku bunga kredit diperkirakan akan terus

meningkat, berkisar pada 17,5%-18,5% seiring dengan masih tingginya SBI akibat

tingginya inflasi. Namun per 5 September 2006, BI menurunkan rate SBI menjadi

11.25% sehingga suku bunga kredit mengalami penurunan pula dengan harapan dapat

mendorong pertumbuhan usaha yang bergerak di sektor riil.

Dibandingkan tahun 2004, perbankan di tahun 2005 mengalami penurunan

kinerja. Namun di triwulan IV 2005, kinerja perbankan mulai berangsur membaik

dibandingkan triwulan III 2005. Sementara di tahun 2006 prospek perbankan akan

sedikit suram.

Pertumbuhan kredit di tahun 2005 mencapai 24,3%, lebih tinggi dari yang

ditargetkan sebesar 22%. Di tahun 2006 kredit diperkirakan tumbuh pada kisaran

20%. Dilihat per sektor, kredit pada sektor industri yang berorientasi ekspor dan

perdagangan ritel akan mendominasi penyaluran kredit. Dilihat per jenis, kredit

konsumsi akan tetap tumbuh tinggi, di atas 25% dengan kecenderungan meningkat

akibat melemahnya sektor riil.

Pertumbuhan dana diperkirakan tumbuh tinggi lebih dari 10%, seiring dengan

meningkatnya suku bunga. Jika dilihat menurut jenis, deposito akan tumbuh tinggi

seiring dengan meningkatnya suku bunga deposito dan shifting dari tabungan ke

deposito, sedangkan dana jenis tabungan akan terkontraksi.

Terhambatnya ekspansi kredit perbankan, secara langsung akan memperkecil

LDR (Loan to Deposits Ratio) dan sebaliknya akan memperbesar GWM (Giro Wajib

Minimum), dan sebagai akibatnya modal bank akan semakin terkikis. Ketika modal

Page 37: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

100

bank mulai menyusut, uluran modal asing menjadi semakin menarik, dan hal yang

mungkin dapat terjadi, kepemilikan bank nasional oleh pihak asing akan semakin

marak pada 2006.

Prospek ekonomi makro Indonesia juga dipengaruhi beberapa faktor risiko yang

berdampak kurang menguntungkan (downside risk) antara lain :

1. Harga minyak yang masih tinggi dan cenderung tidak stabil.

Harga minyak di tahun 2006 masih cenderung bergejolak, walaupun diperkirakan

menurun. Potensi kembali melonjaknya harga minyak berasal dari berkurangnya

pasokan dari negara penghasil minyak, sementara permintaan minyak dunia

meningkat seiring dengan peningkatan volume perdagangan dunia. Meningkatnya

harga minyak berdampak pada kenaikan harga komoditas internasional. Hal ini

berakibat kemampuan melakukan impor bahan baku dan barang modal

diperkirakan akan menurun sehingga berpengaruh pada kegiatan investasi dan

kinerja sektor. Tingginya harga minyak juga menekan kondisi neraca pembayaran

yang pada akhirnya akan menekan nilai tukar rupiah. Di sisi lain, dengan

kemampuan fiskal sangat terbatas, naiknya harga minyak berakibat naiknya

kembali harga BBM dalam negeri. Jika hal-hal ini terjadi, maka akselerasi

pertumbuhan ekonomi ke depan akan semakin melambat.

2. Ketidakpastian pelaksanaan Kebijakan Pemerintah di bidang Investasi dan Ekspor.

Arah ekonomi ke depan sangat dipengaruhi oleh kinerja investasi. Komitmen

pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi merupakan faktor penentu bagi

kesinambungan pertumbuhan ekonomi selanjutnya. Langkah nyata perbaikan iklim

investasi sangat diperlukan guna menjaga persepsi positif pelaku ekonomi dan

Page 38: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

101

usaha. Keberhasilan Infrastructure Summit tahun 2006 serta implementasi Paket

Insentif 1 Oktober 2005 dan Paket Investasi terbaru yang dituangkan dalam

Instruksi Presiden No.3 tahun 2006 yang antara lain mengatur penyederhanaan

proses pembentukan perusahaan dan izin usaha, akan menentukan arah kegiatan

investasi. Hal ini disebabkan dalam paket tersebut sektor pendukung kegiatan

investasi seperti fiskal, perdagangan serta perhubungan mendapat prioritas. Namun

jika langkah tersebut dan hambatan yang terjadi tidak ditangani serius, akan

berakibat pada penurunan kinerja ekonomi secara keseluruhan.

3. Tingginya pengangguran dan rentannya pasar tenaga kerja.

Melambannya ekonomi diperkirakan akan meningkat pengangguran secara tajam.

Kondisi pasar tenaga kerja masih sangat rentan terhadap perubahan dan gejolak

sosial yang disebabkan antara lain rendahnya tingkat pendidikan pekerja,

peningkatan kesempatan kerja hanya terjadi pada sektor informal sedangkan sektor

formal berjalan lamban serta tingkat upah minimum hanya mencukupi kebutuhan

dasar.

4. Peningkatan Global Imbalance.

Dengan perkiraan akan berakhirnya siklus kebijakan moneter ketat AS pada

triwulan III 2006, ekonomi AS akan dihadapkan pada masalah global imbalance.

Kondisi ini berisiko terhadap pelemahan nilai tukar US dolar. Pelemahan US dolar

diperkirakan akan meningkatkan volatilitas kurs di negara berkembang termasuk

Indonesia.

5. In-konsistensi kebijakan.

Page 39: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

102

Kebijakan ekonomi seringkali tidak konsisten dengan penerapan strategi kebijakan.

Seringkali penerapan beberapa kebijakan di waktu yang sama, namun orientasinya

saling berlawanan.

Tabel 4.4. Tabel Analisis Ekonomi Tingkat Pertumbuhan Dampak untuk WOMF

Optimis

Amerika menurunkan suku bunga

Investor asing masuk ke Indonesia

Pertumbuhan ekonomi mencapai 6% - 7%

Nilai tukar rupiah dibawah 9000 per dolar US$

Harga minyak dunia dibawah $60 per barrel

Inflasi dibawah 8%

Baik untuk WOMF melakukan

ekspansi bisnis dan dapat

growth sampai 30% atau lebih

Most

Likely

Suku bunga Amerika tetap

Pertumbuhan ekonomi antara 5% - 6%

Nilai tukar rupiah antara 9000 – 9500 per dolar US$

Harga minyak dunia berada pada $ 60 - $70 per barrel

Inflasi diantara 8% - 10%

Pertumbuhan WOMF akan

berada pada tingkat normal

yaitu sekitar 20% wa ktu yang

cukup baik untuk ekspansi

Pesimis

Amerika menaikkan suku bunga

Pertumbuhan ekonomi hanya 4% - 5%

Nilai tukar rupiah diatas 9500 per dolar U$

Harga minyak dunia diatas $ 70 per barrel

Inflasi diatas 10%

Pertumbuhan WOMF akan

berada pada kisaran 5% - 10%,

lebih selektif dalam ekspansi

bisnis dan prinsip kehati-hatian

dalam pemberian kredit

pembiayaan konsumen

ditingkatkan

Berikut ini pengujian hipotesa untuk mengetahui adanya atau tidak adanya hubungan

antara imbal hasil IHSG, pertumbuhan ekonomi, laju GDP, laju inflasi, laju SBI rate

1 bulan, laju nilai tukar rupiah dan laju harga BBM Premium dengan imbal hasil

indeks harga saham sektor keuangan.

Pengujian hipotesa (data kwartalan dari Maret 1999 sampai dengan Juni 2006)

1. Hipotesis:

Page 40: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

103

H0: Tidak ada hubungan linier antara variabel X dan variabel Y (ß1 = ß2 = ß3 = ß4

= ß5 = ß6 = ß7 = 0)

Ha: Ada hubungan linier antara variabel X dan variabel Y (ß ? 0)

2. Tingkat signifikan a yang akan digunakan = 5%

3. Jumlah sampel = 30 ( data kwartalan per Maret 1999 sampai dengan Juni 2006)

4. Teknik statistik uji yang sesuai : t-statitistik dan F-test statistik

5. Nilai kritis dari tabel: t0,025(df=30-7-1)= t0,025(df=22)= 2,0739 (buku Levine hal.844)

F5%(df1=7,df2=30-7-1)= F5%(7,22)= 2,46 (buku Levine hal.847)

6. Mengumpulkan data dan menghitung nilai sampel dari statistik uji yang telah

ditentukan. Berdasarkan atas summary output (hasil) perhitungan yang dilakukan

dengan software SPSS versi 12.0. dan program excel template dari buku ”Aczel”

Statistic, maka dapat diketahui ß dan koefisien korelasi (r) untuk masing-masing

variabel X terhadap variabel Y.

Tabel 4.5. Hasil Analisis Regresi Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N INDEX FIN .058518 .2122253 30 IHSG .053377 .1765313 30 PERTUMB.EK. .039480 .0228512 30 GDP .039311 .0362508 30 INFLASI .021088 .0214634 30 SBI .129723 .0576530 30 KURS .009445 .0958518 30 BBM .056511 .1731198 30

Page 41: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

104

Correlations

1.000 .911 .018 -.336 -.008 -.044 -.768 .014.911 1.000 -.008 -.454 -.072 -.025 -.633 .089.018 -.008 1.000 -.096 -.003 -.858 -.015 .123

-.336 -.454 -.096 1.000 .069 .107 .303 .103-.008 -.072 -.003 .069 1.000 .201 -.026 .705-.044 -.025 -.858 .107 .201 1.000 -.017 -.020-.768 -.633 -.015 .303 -.026 -.017 1.000 -.089.014 .089 .123 .103 .705 -.020 -.089 1.000

. .000 .462 .035 .483 .410 .000 .471.000 . .482 .006 .353 .448 .000 .319.462 .482 . .307 .494 .000 .469 .259.035 .006 .307 . .359 .287 .052 .294.483 .353 .494 .359 . .143 .445 .000.410 .448 .000 .287 .143 . .464 .459.000 .000 .469 .052 .445 .464 . .320.471 .319 .259 .294 .000 .459 .320 .

30 30 30 30 30 30 30 3030 30 30 30 30 30 30 3030 30 30 30 30 30 30 3030 30 30 30 30 30 30 3030 30 30 30 30 30 30 3030 30 30 30 30 30 30 3030 30 30 30 30 30 30 3030 30 30 30 30 30 30 30

INDEX FINIHSGPERTUMB.EK.GDPINFLASISBIKURSBBMINDEX FINIHSGPERTUMB.EK.GDPINFLASISBIKURSBBMINDEX FINIHSGPERTUMB.EK.GDPINFLASISBIKURSBBM

Pearson Correlation

Sig. (1-tailed)

N

INDEX FIN IHSGPERTUMB.

EK. GDP INFLASI SBI KURS BBM

Besar hubungan (korelasi) linier antar variabel laju indeks harga saham sektor

keuangan dengan variabel bebas diurutkan dari terbesar ke terkecil:

ü Imbal hasil IHSG = 0,911

Multiple Regression Results Laju Indeks Saham Sektor Keuangan 0 1 2 3 4 5 6 7

Intercept IHSG PertumbEkonomi GDP Inflasi SBI Kurs BBM

? = b 0.04473 0.98536 -0.6431 0.9083 2.6293 -0.602 -0.7046 -0.3506 s(b) 0.09042 0.09139 1.0239 0.3589 0.8277 0.4191 0.1528 0.0985

t 0.49463 10.782 -0.6281 2.5307 3.1768 -1.4364 -4.6097 -3.5584 p-

value 0.6258 0.0000 0.5364 0.0190 0.0044 0.1649 0.0001 0.0018

VIF 2.0662 4.3457 1.3438 2.5052 4.6348 1.7039 2.3102 ANOVA Table Source SS df MS F FCritical p-value R 0.9688 Regn. 1.22578 7 0.1751 47.934 2.4638 0.0000 s 0.0604 Error 0.08037 22 0.0037 Total 1.30615 29 0.045 R2 0.9385 Adjusted R2 0.9189

Page 42: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

105

ü Laju nilai tukar rupiah = 0,768 (tanda ’-’ hanya menunjukkan arah hubungan

yang berlawanan)

ü Laju GDP = 0,336 (tanda ’-’ hanya menunjukkan arah hubungan yang

berlawanan)

ü Laju tingkat bunga SBI 1 bulan = 0,044 (tanda ’-’ hanya menunjukkan arah

hubungan yang berlawanan)

ü Pertumbuhan Ekonomi = 0,018

ü Laju harga BBM premium = 0,014

ü Laju inflasi = 0,008 (tanda ’-’ hanya menunjukkan arah hubungan yang

berlawanan)

Analisis:

• Terjadi korelasi yang cukup kuat antara variabel imbal hasil IHSG dengan

variabel laju nilai tukar rupiah (korelasi antar variabel tersebut di atas 0,5). Hal ini

menandakan adanya multikolinieritas, atau korelasi di antara kedua variabel bebas

tersebut.

• Tingkat signifikan koefisien korelasi satu sisi dari output (diukur dari

probabilitas) menghasilkan angka yang bervariasi, dengan catatan variabel

pertumbuhan ekonomi, laju inflasi, laju SBI rate 1 bulan dan laju harga BBM

premium tidak berkorelasi secara signifikan (mempunyai nilai signifikansi di atas

0,05) dengan variabel lainnya.

Page 43: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

106

• R2 = 0,9385 berarti 93,85% laju indeks saham sektor keuangan bisa dijelaskan

oleh variabel imbal hasil IHSG, pertumbuhan ekonomi, laju GDP, laju inflasi,

laju SBI rate 1 bulan, laju nilai tukar rupiah dan laju harga BBM Premium.

• Standard error of estimate (s) = 0,0604 lebih kecil daripada standar deviasi imbal

hasil indeks saham sektor keuangan = 0,2122, maka model regresi lebih baik

digunakan sebagai prediktor imbal hasil indeks saham sektor keuangan daripada

rata-rata imbal hasil indeks saham sektor keuangan itu sendiri.

• Menggambarkan (interpretasi) model persamaan regresi berganda

Y= 0,045 + 0,985X1 - 0,643X2 + 0,908X3 + 2,629X4 - 0,602X5 - 0,705X6 -

0,351X7 + e

Dimana: Y = Imbal hasil indeks saham sektor keuangan

X1 = Imbal hasil IHSG

X2 = Pertumbuhan Ekonomi

X3 = Laju GDP

X4 = Laju inflasi

X5 = Laju tingkat bunga SBI 1 bulan

X6 = Laju nilai tukar rupiah

X7 = Laju harga BBM premium

Persamaan tersebut berarti:

- Konstanta sebesar 0,045 menyatakan bahwa jika tidak ada imbal hasil IHSG,

pertumbuhan ekonomi, laju GDP, laju inflasi, laju SBI rate 1 bulan, laju nilai

Page 44: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

107

tukar rupiah dan laju harga BBM Premium, maka laju indeks saham sektor

keuangan adalah sebesar 0,045

- Koefisien regresi X1 sebesar 0,985 menyatakan bahwa setiap penambahan

(karena tanda +) 1% imbal hasil IHSG akan meningkatkan laju indeks saham

sektor keuangan sebesar 0,0099

- Koefisien regresi X2 sebesar 0,643 menyatakan bahwa setiap penurunan

(karena tanda -) 1% pertumbuhan ekonomi akan meningkatkan laju indeks

saham sektor keuangan sebesar 0,0064

- Koefisien regresi X3 sebesar 0,908 menyatakan bahwa setiap penambahan

(karena tanda +) 1% laju GDP akan meningkatkan laju indeks saham sektor

keuangan sebesar 0,0091

- Koefisien regresi X4 sebesar 2,629 menyatakan bahwa setiap penambahan

(karena tanda +) 1% laju inflasi akan meningkatkan laju indeks saham sektor

keuangan sebesar 0,0263

- Koefisien regresi X5 sebesar 0,602 menyatakan bahwa setiap penurunan

(karena tanda -) 1% laju tingkat bunga SBI 1 bulan akan meningkatkan laju

indeks saham sektor keuangan sebesar 0,0060

- Koefisien regresi X6 sebesar 0,705 menyatakan bahwa setiap penurunan

(karena tanda -) 1% laju nilai tukar rupiah akan meningkatkan laju indeks

saham sektor keuangan sebesar 0,0071

- Koefisien regresi X7 sebesar 0,351 menyatakan bahwa setiap penurunan

(karena tanda -) 1% laju harga BBM premium akan meningkatkan laju indeks

saham sektor keuangan sebesar 0,0035

Page 45: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

108

- Uji t untuk menguji signifikansi konstanta dan tujuh variabel lainnya.

Berdasarkan probabilitas: Jika probabilitas (p-value) > 0,05, maka H0 diterima

Jika probabilitas (p-value) < 0,05, maka H0 ditolak

• Dilihat dari baris p-value di atas, variabel yang memiliki cukup bukti untuk

menolak H0 adalah variabel imbal hasil IHSG, laju GDP, laju inflasi, laju nilai

tukar rupiah dan laju harga BBM Premium kecuali pertumbuhan ekonomi dan

laju SBI rate 1 bulan. Untuk laju IHSG, laju inflasi, laju nilai tukar rupiah dan laju

harga BBM berpengaruh sangat signifikan terhadap laju indeks saham sektor

keuangan karena p-value nya < 0,01. Sedangkan pertumbuhan ekonomi dan laju

SBI rate 1 bulan berpengaruh tidak signifikan terhadap laju indeks saham sektor

keuangan karena p-value nya > 0,05.

• Dengan tingkat signifikan a yang digunakan = 5%, maka nilai kritis dari

distribusi t diperkirakan + 2,0739. Jika t-statistik di antara -2,0739 dan +2,0739,

maka H0 diterima dan begitupula sebaliknya. Dari baris t di atas, variabel yang

memiliki t-statistik di antara -2,0739 dan +2,0739 adalah variabel pertumbuhan

ekonomi (-0,6281 ) dan laju SBI rate 1 bulan (-1.4364) yang berpengaruh tidak

signifikan terhadap imbal hasil indeks saham sektor keuangan.

• Dengan tingkat signifikan a yang digunakan = 5%, maka nilai kritis dari

distribusi F diperkirakan 2,4638. Karena Fstat = 46,03 > Fkritis = 2,4638, atau

tingkat probabilitas (p-value) = 0,0000 < a = 0,05, maka diperoleh cukup bukti

untuk menolak H0.

Page 46: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

109

Kesimpulan:

Ha: ß ≠ 0 (Ada hubungan linier antara variabel X dan variabel Y), yang artinya

adanya hubungan antara imbal hasil IHSG, pertumbuhan ekonomi, laju GDP, laju

inflasi, laju SBI rate 1 bulan, laju nilai tukar rupiah dan laju harga BBM Premium

dengan imbal hasil indeks harga saham sektor keuangan.

Model persamaan regresi berganda yang diperoleh di atas dapat dipakai untuk

memprediksi imbal hasil indeks saham sektor keuangan dimana PT. WOMF

merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di sektor keuangan bukan bank.

4.3.2. Analisis Industri

Walaupun kehadiran perusahaan pembiayaan (multifinance) di Indonesia

tergolong relatif baru dibandingkan negara-negara lain khususnya negara maju,

industri ini telah menunjukkan perkembangan yang cukup pesat. Dimulai pada 1974

yang dilandasi oleh Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri (Menteri Keuangan,

Menteri Industri dan Menteri Perdagangan). Terakhir atas dasar Keputusan Menteri

Keuangan Republik Indonesia Nomor 172/KMK.06/2002, jenis usaha pembiyaan

meliputi leasing (sewa guna usaha), factoring (anjak piutang), kartu kredit, dan

consumer finance (pembiayaan konsumen).

Dari sisi aset, pertumbuhan perusahaan pembiayaan tergolong cukup tinggi

dengan peningkatan rata-rata 28,26% per tahun dalam kurun waktu 2000-2005.

Kenaikan tertinggi terjadi pada 2004 yakni sebesar 57,49%, dengan total asset

Page 47: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

110

Rp70,90 triliun. Sedangkan pada 2005 posisi aset meningkat lagi menjadi Rp96,50

triliun, dari Rp70,90 triliun pada 2004, atau meningkat 22,31%.

35.80 37.30 39.9050.10

78.90

96.50

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Rp

Tri

liun

Gambar 4.2. Perkembangan Aset Perusahaan Pembiayaan

Perkembangan industri pembiayaan yang cukup pesat tidak lepas dari dukungan

lingkungan ekonomi yang kondusif, antara lain karena peningkatan konsumsi total

dan konsumsi masyarakat serta suku bunga SBI yang cenderung stabil.

Meskipun dalam jangka waktu 5 tahun mendatang, sektor investasi dan ekspor-

impor lebih menentukan pertumbuhan ekonomi, namun konsumsi diperkirakan masih

tetap meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada 2005 konsumsi tumbuh 4,7%, pada

2009 konsumsi diperkirakan akan tumbuh 6,3%. Meskipun sedikit lebih rendah dari

pertumbuhan konsumsi total, konsumsi masyarakat diperkirakan juga akan naik dari

tahun ke tahun. Jika pada tahun 2005 konsumsi masyarakat tumbuh 5,0%, pada 2009,

konsumsi masyarakat diharapkan dapat tumbuh 5,6%.

Perkembangan Industri Pembiayaan dilihat dari Jenis Pembiayaan

Page 48: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

111

Sejalan dengan peningkatan aset, total pembiayaan pun mengalami kenaikan

sebesar 8,91% per tahun dalam kurun waktu 2000–2005, dengan kenaikan terbesar

pada tahun 2003 yang mencapai 77,35%.

Tabel 4.6. Nilai Kegiatan Usaha Pembiayaan dalam Triliun Rupiah

Uraian 2000 2001 2002 2003 2004 2005 Sewa Guna Usaha 7.70 9.60 9.20 10.70 17.20 32.00 Pembiayaan Anjak Piutang 2.60 1.50 2.40 8.00 2.00 3.00 Pembiayaan Kartu Kredit 0.60 1.30 2.00 0.10 0.05 1.50 Pembiayaan Konsumen 55.90 32.40 20.40 41.50 67.80 66.00 Total Pembiayaan 66.80 44.80 34.00 60.30 87.05 102.50 Sumber: Departemen Keuangan

Pembiayaan konsumen menunjukkan peranan yang sangat penting sebagai motor

penggerak industri pembiayaan mulai tahun 2000 seiring dengan meningkatnya

konsumsi masyarakat. Pada tahun 2005, pembiayaan konsumen memberikan

kontribusi hingga 64,39% terhadap total pembiayaan. Bandingkan pembiayaan

lainnya seperti sewa guna usaha yang hanya mencapai 31,22%, anjak piutang 2,93%,

dan kartu kredit 1,46%.

Dibandingkan sektor konsumen, sektor corporate tidak menunjukkan

perkembangan yang signifikan. Hal tersebut disebabkan oleh dua alasan utama yaitu:

tingginya cost of fund yang membuat perusahaan pembiayaan sulit bersaing dengan

perbankan yang menawarkan bunga yang lebih rendah, serta sangat diperlukannya

sumber daya manusia dengan keahlian khusus yaitu analisa yang tajam serta

pengetahuan industri yang baik. Penyebab lain yang tidak kalah pentingnya adalah

tingginya risiko pada sektor corporate. Dilihat dari sisi kolektibilitas, pembiayaan

konsumen memiliki NPL yang paling kecil (0.9%) dibandingkan dengan anjak

Page 49: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

112

piutang (54.9%), sewa guna usaha (7.8%) dan kartu kredit (2.4%) per 31 Desember

2004. Namun demikian, sektor korporat mempunyai potensi untuk berkembang

seiring dengan membaiknya indikator ekonomi makro. Sewa guna usaha dan anjak

piutang diperkirakan akan mulai bergerak pada semester pertama 2006.

Berbeda dengan sektor korporat, sebagai penggerak utama industri pembiayaan

sektor konsumen mencetak pertumbuhan yang signifikan. Pada 2004 misalnya,

pertumbuhan pembiayaan konsumen mencapai 63,37% walaupun pada 2005

mengalami penurunan sebesar 2,66% dibandingkan 2004. Sementara dalam kurun

waktu 2000-2005, pembiayaan konsumen tumbuh 18,07%. Pertumbuhan yang cukup

signifikan ini tidak lepas dari dukungan tingginya konsumsi masyarakat terutama

pada sektor otomotif.

Pada 2005 misalnya, total penjualan mobil di Indonesia mencapai 533 ribu unit.

Diperkirakan 20% dari pembelian tersebut dilakukan secara tunai, dan sisanya

sebanyak 80% dibayar secara kredit dimana 75%-nya dibiayai oleh perusahaan

pembiayaan. Sementara pada periode yang sama penjualan sepeda motor tercatat 5

juta unit yang 70 persen diantaranya dibeli secara kredit. Dengan demikian, dapat

diperkirakan betapa besar peranan perkembangan sektor otomotif pada industri

pembiayaan..

Permintaan mobil dan sepeda motor diperkirakan masih akan tinggi dan terus

meningkat dalam beberapa tahun kedepan mengingat masih relatif buruknya

infrastruktur dan sarana transportasi di Indonesia serta masih relatif rendahnya tingkat

penetrasi pasar mobil maupun sepeda motor dibandingkan jumlah penduduk.

Diperkirakan tingkat penetrasi mobil di Indonesia baru mencapai 30:1 (setiap 30

Page 50: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

113

penduduk memiliki 1 unit mobil). Sementara tingkat penetrasi pasar sepeda motor

diperkirakan mencapai 12:1 . Angka ini jauh lebih rendah dibanding tingkat penetrasi

sepeda motor di Thailand yang mencapai angka 5:1. Menyikapi permintaan sepeda

motor yang semakin besar, pabrik sepeda motor pun terus meningkatkan

produksinya. Pada tahun 2005 produksi sepeda motor mencapai 5,6 juta unit, naik

21% dibandingkan tahun 2004 namun tahun 2006 diprediksi mengalami penurunan

produksi menjadi 4,8 juta unit mengingat pada semester I 2006, penjualan sepeda

motor mengalami penurunan sekitar 26,2% menjadi 1,81 juta unit dari 2,45 juta unit

pada semester I 2005.

Tingginya permintaan masyarakat dan peningkatan produksi kendaraan bermotor

menjanjikan keuntungan yang besar bagi perusahaan pembiayaan. Apalagi jika dilihat

dari pemberian rate yang cukup tinggi (sebesar 16% - 19% untuk mobil baru, 18% -

26% untuk mobil bekas dan 26% - 30% untuk sepeda motor, serta risiko yang rendah

dengan Bukti Pemilikan Kendaraan Bermotor (BPKB) sebagai jaminan, pembiayaan

konsumen sektor otomotif khususnya sepeda motor masih akan terus diminati.

Beberapa perusahaan yang mendominasi pembiayaan sepeda motor di Indonesia

antara lain Federal International Finance (FIF), Adira Finance, Wahana Ottomitra

Multiartha (WOM) Finance dan Mandala Finance (Investor Indonesia).

Pendanaan Industri Pembiayaan Indonesia

Sumber dana perusahaan pembiayaan di Indonesia masih didominasi oleh

pendanaan dari Bank dengan porsi sebesar 69,01% diikuti oleh pinjaman lainnya

sebesar 16,23%, obligasi sebesar 14,26%, serta pinjaman subordinasi sebesar 0,50%

per 31 Desember 2005.

Page 51: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

114

Tabel 4.7. Posisi Kewajiban Perusahaan Pembiayaan menurut Sumber Dana dalam Miliar Rupiah

Keterangan 2000 2001 2002 2003 2004 2005 A. Pinjaman yang Diterima 1. Dalam Negeri 17,124 17,916 16,616 15,629 21,532 29,503 a. Bank 11,303 14,200 13,185 14,667 20,798 25,037 b. Lainnya 5,821 3,716 3,431 962 734 4,466 2. Luar Negeri 12,472 11,013 9,795 11,688 22,969 31,305 a. Bank 7,573 6,950 5,615 6,886 18,623 24,195 b. Lainnya 4,899 4,063 4,180 4,802 4,346 7,110 Subtotal 29,596 28,929 26,411 27,317 44,501 60,808 - Bank 18,876 21,150 18,800 21,553 39,421 49,232 - Lainnya 10,720 7,779 7,611 5,764 5,080 11,576 B. Obligasi 843 749 1,677 4,003 8,861 10,171 C. Pinjaman Subordinasi 1. Dalam Negeri 450 453 303 226 230 241 2. Luar Negeri 1,260 1,757 1,672 1,707 1,928 117 Subtotal 1,710 2,210 1,975 1,933 2,158 358 D. Total 32,149 31,888 30,063 33,253 55,520 71,337 Sumber: Bank Indonesia

Pinjaman dari bank mendominasi sumber pendanaan dengan total mencapai

Rp49.232 miliar pada tahun 2005, naik 24,89% dibandingkan tahun 2004 sebesar

Rp39.421 miliar. Tren ini didukung oleh suku bunga pinjaman bank yang relatif

rendah mengikuti suku bunga SBI yang masih berkisar 12,75%. Selain itu, bank lebih

memilih untuk menyalurkan kredit otomotifnya melalui perusahaan pembiayaan

dengan alasan jaringan perusahaan pembiayaan yang lebih luas dan preferensi

masyarakat yang lebih memilih perusahaan pembiayaan karena servis yang

ditawarkan lebih baik, jika ditinjau dari kecepatan, pelayanan dan kemudahan.

Sedangkan dilihat dari perkembangannya, jenis pendanaan obligasi mengalami

kenaikan yang sangat besar pada periode 2000–2005 yaitu 184,42% per tahun,

dibandingkan dengan pinjaman bank yang berada pada angka 26,83% per tahun,

pinjaman lainnya yang mencapai 1,33% per tahun sedangkan pinjaman subordinasi

Page 52: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

115

mengalami kemerosotan sebesar 13,18% per tahun. Per 31 Desember 2005, jumlah

obligasi mencapai angka Rp10,171 miliar, naik 14,78% jika dibandingkan dengan

periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai Rp8,861 miliar. Tren ini

disebabkan karena tenor obligasi yang lebih panjang, sehingga perusahaan

pembiayaan beramai-ramai untuk menerbitkan obligasi sebagai salah satu sumber

pendanaannya.

Kerjasama Bank & Perusahaan Pembiayaan

Hubungan antara perusahaan pembiayaan dan bank tidak hanya sebatas penerima

dan pemberi kredit namun lebih dari itu, kongsi antara perusahaan pembiayaan dan

bank akhir - akhir ini telah menjadi suatu tren di kalangan industri pembiayaan.

Didasari oleh pertimbangan ekonomi, simbiosis mutualisme antara bank dan

perusahaan pembiayaan diharapkan dapat menciptakan peluang bisnis yang lebih

besar ketimbang apabila keduanya berdiri sendiri-sendiri. Bank melihat perusahaan

pembiayaan sebagai potensi untuk memperluas jaringan dan memperkuat posisinya

untuk bersaing pada penyaluran kredit konsumtif. Selain itu ketatnya peraturan

mengenai penyaluran kredit oleh bank juga menjadi salah satu faktor pemicu

terjadinya kongsi antara bank dan perusahaan pembiayaan.

Perusahaan pembiayaan pun mendapatkan beberapa keuntungan antara lain

terjaganya likuiditas, meningkatnya kredibilitas, potensi untuk dapat melakukan cross

selling dengan memanfaatkan nasabah bank, dan potensi untuk meningkatkan service

dengan memanfaatkan fasilitas yang tersedia di bank.

Akusisi perusahaan pembiayaan oleh bank yang ramai dibicarakan adalah akusisi

75% saham Adira Finance oleh Bank Danamon dan akuisisi 43% saham Wahana

Page 53: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

116

Otomitra Multiartha (WOM) oleh Bank Internasional Indonesia (BII). BII bahkan

berencana untuk mengambil sisa hak pembelian saham WOM hingga 67%. Berikut

ini terdapat 13 bank di Indonesia yang memiliki saham perusahaan pembiayaan yaitu:

Tabel 4.8. Perusahaan Pembiayaan yang dimiliki Bank per Desember 2005

No. Nama Bank Perusahaan Pembiayaan Kepemilikan Saham (%)

1 Bank Negara Indonesia BNI Multi Finance 99.98 Pembiayaan Artha Negara 3.90

2 Bank BNP Paribas Utama Leasing Indonesia 99.96 3 Bank Bumi Arta Balimor Finance 9.00 4 Bank Central Asia BCA Finance 99.58 5 Bank Danamon Adira Dinamika Multi Finance 75.00 6 Bank Niaga Saseka Gelora Finance 85.78 7 Bank Panin Clipan Finance Indonesia 39.80

DKB Panin Finance 20.00 Verena Oto Finance 24.98

8 Bank Resona Perdania Resona Indonesia Finance 76.00 9 Bank Sumitomo Mitsui Indonesia Exim SB Leasing 15.00

10 Bank UFJ Indonesia U Finance Indonesia 80.00 11 Bank Internasional Indonesia BII Finance Center 99.99

Wahana Ottomitra Multiartha 43.00 12 Bank Rakyat Indonesia UFJ BRI Finance 45.00 13 Permatabank Bali Tunas Finance 60.00

KDLC Bancbali Finance 15.00 Sumber: Bank Indonesia

Para Pemain dalam Industri Pembiayaan Indonesia

Dari 236 perusahaan pembiayaan yang memiliki izin dari Departemen

Keuangan, hanya 131 perusahaan yang melakukan kegiatan usaha. Oleh karena

persaingan yang ketat untuk memperebutkan pangsa pasar, hanya perusahaan

pembiayaan yang memiliki manajemen dan strategi bisnis yang baik yang dapat

bertahan. Selama tahun 2006, terdapat 19 perusahaan pembiayaan yang izinnya

dicabut oleh Departemen Keuangan sehingga jumlah pemainnya berkurang menjadi

210 perusahaan.

Page 54: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

117

245 245244

239

237236

230

232

234

236

238

240

242

244

246

2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Jum

lah

Gambar 4.3. Jumlah Perusahaan Pembiayaan

Dari 131 perusahaan pembiayan yang beroperasi aktif per 31 Desember 2005,

62,70% atau sebesar Rp39,97 triliun pembiayaan dimiliki oleh perusahaan patungan

(joint venture) di mana 20,44% dikuasai oleh Jepang, sisanya dikuasai oleh swasta

nasional sebesar 36,18% atau Rp22,49 triliun, dan BUMN sebesar 1,11% atau Rp0,69

triliun. Ditinjau dari sudut asetnya, perusahaan patungan (joint venture) menguasai

66,81% atau Rp59,4 triliun, swasta nasional sebesar 31,27% atau Rp27,8 triliun, dan

BUMN sebesar 1,92% atau Rp1,7 triliun.

Gambar 4.4. Pangsa Pembiayaan menurut Kepemilikan 2005

Patungan (JV), 62.70%

Swasta Nasional, 36.18%

BUMN, 1.11%

Total Pembiayaan: Rp 62.16 triliun (131 perusahaan)

Page 55: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

118

Gambar 4.5. Aset Perusahaan Pembiayaan menurut Kepemilikan 2005

Dilihat dari asetnya, 10 besar perusahaan keuangan menguasai 59,91%

dibandingkan dengan seluruh perusahaan pembiayaan yang berjumlah 130

perusahaan. Sedangkan dilihat dari total pembiayaan, 10 besar perusahaan keuangan

menguasai 54,45% pangsa pasar.

18.49%

6.72%6.04%5.89%

4.61%

4.26%

4.05%

3.51%3.30% 3.04%

Central Java Astra Sedaya FIF GE Finance Oto MultiarthaDipo Star Orix BAF Caterpillar Summit Oto

Gambar 4.6. 10 Besar Total Aset Perusahaan Pembiayaan 2005

Patungan (JV), 66.81%

Swasta Nasional, 31.27%

BUMN, 1.92%

Total Aset: Rp 88.90 triliun (131 perusahaan)

Page 56: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

119

8.23%

7.55%

6.88%

5.67%5.61%

4.82%

4.68%

4.68%

3.86% 2.48%

Astra Sedaya GE Finance FIF Dipo Star Oto MultiarthaOrix BAF Caterpillar Summit Oto Mitsui Leasing

Gambar 4.7. 10 Besar Total Pembiayaan Perusahaan Pembiayaan 2005

Baik dilihat dari aset maupun total pembiayaan, Astra Sedaya Finance, GE

Finance Indonesia dan Federal International Finance (FIF) (ketiganya berada dibawah

bendera Astra Internasional) selalu berada di posisi 5 besar. Data ini menunjukkan

bahwa urutan atas perusahaan pembiayaan masih dimiliki oleh pemegang merek

kendaraan bermotor. Seiring dengan tingginya perkembangan pembiayaan konsumen

khususnya sektor otomotif, perusahaan pembiayaan pemegang merek kendaraan

mempunyai competitive advantage dibandingkan perusahaan pembiayaan lain dalam

sektor ini.

Sedangkan menurut rating perusahaan pembiayaan atas dasar laporan keuangan

per Desember 2004-2005 yang dikeluarkan oleh Infobank, Wahana Ottomitra

Multiartha (WOMF) mendapatkan peringkat pertama untuk kategori perusahaan

pembiayaan besar dengan aset Rp1 triliun ke atas yang diikuti oleh Oto

Multiartha(OMA). WOMF berhasil memadukan unsur profitabilitas, solvabilitas dan

Page 57: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

120

likuiditas dalam menjalankan usahanya, dengan kata lain WOMF ekspansif dalam

mencari profit. OMA berada di peringkat kedua karena kemampuannya

menghasilkan melakukan efisiensi usaha dibandingkan perusahaan pembiayaan lain.

pembiayaan/aset OMA mencapai angka 85,50%, cukup tinggi bila dibandingkan rata-

rata industri pembiayaan yang hanya mencapai angka 70,24% sedangkan

pembiayaan/kewajiban OMA mencapai angka 107,43%, angka yang cukup tinggi

jika dibandingkan rata-rata industri pembiayaan yang berada pada angka 86,14%.

Tren perkembangan industri pembiayaan diperkirakan masih akan terus

meningkat seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat, mengingat penggerak

utama perkembangan industri pembiayaan adalah pembiayaan konsumen terutama

sektor otomotif. Namun demikian terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan

terkait dengan perkembangan industri pembiayaan antara lain:

1. Persaingan yang cukup ketat pada pembiayaan konsumen sektor otomotif

membuat perusahaan pembiayaan berlomba- lomba untuk memberikan

kemudahan dalam pembiayaan otomotif. Hal ini dikhawatirkan akan memicu

persaingan yang tidak sehat yang akan merugikan industri pembiayaan, sehingga

diperlukan penerapan pengelolaan risiko dan prinsip kehati-hatian untuk

mengantisipasi timbulnya kredit bermasalah (NPL).

2. Walaupun sektor corporate belum menunjukkan pertumbuhan yang signifikan,

sektor korporat diperkirakan akan berangsur-angsur bergerak pada semester kedua

2006. Anjak piutang salah satunya, mempunyai potensi yang cukup baik karena

membaiknya indikator ekonomi makro, namun demikian faktor- faktor pendukung

Page 58: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

121

untuk menunjang perkembangan sektor ini harus dipersiapkan terlebih dahulu,

misalnya penetapan landasan hukum yang jelas mengenai penilaian agunan.

3. Pendanaan dari sektor perbankan masih akan terus meningkat mengingat kredit

dari bank masih merupakan sumber utama pendanaan perusahaan pembiayaan.

Tren hubungan antara bank dan perusahaan pembiayaan pun tidak hanya sebatas

memberikan dan menerima kredit tetapi telah melangkah lebih jauh ke arah

kerjasama yang dilandasi oleh nilai ekonomis. Akuisisi yang dilakukan oleh

Danamon terhadap Adira dan BII terhadap WOM memberikan gambaran yang

cukup jelas akan terus berlangsungnya tren simbiosis mutualisme antara dua

institusi keuangan ini. Untuk kalangan perbankan, faktor utama yang harus

dipertimbangkan dalam menggandeng perusahaan pembiayaan adalah memilih

perusahaan pembiayaan yang sudah mapan dan mempunyai manajemen yang

baik, karena jika tidak, bank tidak akan mendapatkan nilai tambah (added value)

yang signifikan.

4.3.3. Analisis Pasar

Bila diamati industri sepeda motor selama beberapa tahun terakhir, bisnis ini

menunjukkan perkembangan secara spektakuler. Setelah terpuruk sangat dalam pada

masa krisis dengan penurunan penjualan sebesar 72,05% dari 1,85 juta unit pada

tahun 1997 menjadi 518 ribu unit pada tahun 1998, pasca krisis industri ini kembali

tumbuh melesat dengan tingkat pertumbuhan luar biasa, sehingga pada tahun 2001,

jumlah penjualan sepeda motor telah melampaui penjualan pada masa sebelum krisis.

Page 59: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

122

Pada tahun 2005, penjualan sepeda motor bahkan telah mencapai angka lebih

dari 5,09 juta unit, telah melampaui 1,75 kali penjualan pada tahun 1997. Tidak

hanya itu, sejalan dengan pesatnya pertumbuhan industri sepeda motor di Indonesia,

Indonesia juga dibanjiri oleh merk-merk sepeda motor dari berbagai negara terutama

Cina. Diperkirakan, setidaknya terdapat lebih dari 200 merk sepeda motor yang

beredar di Indonesia selama 3 tahun terakhir, dengan berbagai segmen pasar dan

harga.

Saat ini Indonesia adalah produsen sepeda motor ke-3 terbesar setelah Cina dan

India. Tahun 2005, Cina memproduksi 12,5 juta unit sepeda motor, disusul oleh

India dengan 6 juta unit dan Indonesia 5,1 juta unit. Namun, pada tahun 2006, kalau

Cina memproduksi 12,9 juta unit dan India 6,5 juta unit, Indonesia diperkirakan akan

menurun menjadi 4,5 juta unit oleh karena dampak kenaikan harga BBM serta suku

bunga perbankan yang mulai memukul industri sepeda motor.

Tabel 4.9. Perkiraan Produksi Sepeda Motor di Asia dalam unit

Tingginya permintaan terhadap sepeda motor di Indonesia juga dipacu oleh

maraknya lembaga pembiayaan yang mengucurkan dana untuk pembiayaan

pembelian sepeda motor. Diperkirakan terdapat sekitar 30 bank pemerintah maupun

Page 60: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

123

swasta nasional dan sekitar 131 perusahaan pembiayaan (multifinance) yang

mengalokasikan sebagian dananya untuk pembiayaan pembelian sepeda motor.

Fenomena ini paling tidak merupakan salah satu indikasi sangat atraktifnya

bisnis sepeda motor di Indonesia. Dengan angka pertumbuhan yang cukup fantastis

dalam beberapa tahun terakhir ini, prospek industri sepeda motor dalam beberapa

tahun ke depan diperkirakan masih akan sangat cerah.

Ada beberapa faktor yang menjadi pendorong prospektifnya industri sepeda

motor di Indonesia. Pertama, masih sangat besarnya potensi pasar yang tersedia.

Kedua, berkembangnya ojek sebagai alternatif sarana transportasi umum di

Indonesia. Ketiga, semakin terjangkaunya harga sepeda motor sehingga

meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap kepemilikan sepeda motor.

Keempat, sepeda motor merupakan salah satu alternatif alat transportasi baik karena

infrastruk tur transportasi yang kurang memadai maupun karena relatif tidak

terjangkaunya harga mobil oleh sebagian besar masyarakat. Kelima, menjamurnya

lembaga pembiayaan maupun bank yang bermain di sektor pembiayaan pembelian

sepeda motor dengan proses dan persyaratan yang mudah, cepat dan dengan tingkat

bunga yang relatif rendah sehingga meningkatkan akses masyarakat terhadap

pemilikan sepeda motor.

Perkembangan Industri

Tingkat persaingan dalam industri sepeda motor cukup ketat. Menurut Asosiasi

Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI), saat ini terdapat sekitar 77 perusahaan

assembling, manufaktur dan importir sepeda motor di Indonesia yang tercatat di

Departemen Perindustrian dan Perdagangan (Deperindag). Dari jumlah tersebut, 6

Page 61: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

124

diantaranya merupakan angggota AISI yakni Honda, Yamaha, Suzuki, Kawasaki,

Kymco, dan Piaggio; dan 71 perusahaan lainnya di luar keanggotaan AISI. Anggota

AISI umumnya memproduksi sendiri produknya, bahkan sebagian diekspor ke luar

negeri, sementara perusahaan di luar anggota AISI pada umumnya mengimpor

sepeda motor dalam bentuk CBU (Completely Built Up), CKD (Completely Knock

Down), atau IKD (Incompletely Knock Down). Dari 71 merek di luar anggota AISI

yang terdaftar di Deperindag, saat ini kurang dari 10 merek yang masih bertahan

beroperasi yang terdiri dari merk motor asal Cina, Korea, dan Malaysia. Sepeda

motor asal Cina yang sukses menembus pasar Vietnam, Malaysia, dan Filipina, yang

beberapa waktu lalu gencar memasuki pasar Indonesia, meskipun murah ternyata

kalah bersaing dengan produk rakitan Indonesia.

Sebagian besar industri perakitan sepeda motor yang tersebar di Jabotabek (49

unit), dan Jatim (11 unit). Sisanya tersebar di propinsi lainnya. Diperkirakan, total

kapasitas produksi industri sepeda motor Indonesia saat ini mencapai 6,5 juta unit per

tahun. Volume produksi terbesar dimiliki grup Astra yang mencapai 2,65 juta unit per

tahun, diikuti oleh Yamaha dengan volume 1,24 juta unit per tahun, dan Suzuki 1,1

juta unit per tahun. Para produsen lainnya, seperti Kawasaki, volume produksinya

pada tahun 2005 bahkan berkurang disbanding tahun 2004. Jika pada 2004 Kawasaki

masih mampu memproduksi 107.449 unit sepeda motor, pada 2005 hanya menjadi

78.767 unit. Para pemain lainnya dalah Kymco dan Vespa yang volume produksinya

pada 2005 bahkan tak sampai 15.000-an unit.

Page 62: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

125

Gambar 4.8. Produksi Sepeda Motor Indonesia dan menurut Merek (Anggota AISI)

Di luar anggota Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) kapasitas

produksi terbesar dimiliki Kanzen yang mencapai 45 ribu unit per tahun. Dengan

kapasitas produksi yang cukup besar tersebut, saat ini hampir seluruh kebutuhan

sepeda motor di dalam negeri dipasok oleh produk rakitan di dalam negeri.

Produksi sepeda motor sampai dengan Juli 2006 akan dikuasai oleh Honda

dengan memiliki pangsa pasar sebesar 50,03% kemudian disusul dengan Yamaha

sebesar 36,09%, Suzuki sebesar 12,29%, dan Kawasaki sebesar 1% sedangkan yang

lainnya memiliki pangsa pasar kurang dari 1% di antaranya Kanzen sebesar 0,40%,

Kymco sebesar 0,18%, dan Piaggio sebesar 0,01%. Perebutan pangsa pasar

menyebabkan perusahaan yang memproduksi sepeda motor harus menyesuaikan

produksi sepeda motornya dengan permintaan pasar yang tersegmentasi dengan

begitu ketat.

Page 63: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

126

Gambar 4.9. Produksi Sepeda Motor dari Januari sampai dengan Juli 2006

Industri sepeda motor Indonesia didukung oleh sekitar 200 industri komponen

(sebagian besar merupakan industri komponen sepeda motor), yang terkonsentrasi di

Jabotabek dan Jawa Timur (Surabaya, Sidoarjo, dan Pasuruan). Jumlah ini jauh lebih

sedikit dibandingkan Thailand yang telah memiliki sekitar 1.500 industri komponen.

Disamping itu, sebagian besar industri komponen Indonesia merupakan industri kecil.

Dari 200 industri komponen yang ada, sebanyak 7 perusahaan diantaranya

merupakan industri mesin sepeda motor dan body parts mobil, 11 perusahaan industri

yang memproduksi axle, brake, clutch, transmission, steering, dan shock absorber,

dan 182 perusahaan industri komponen strata dua yakni pressed part, glass, radiator,

muffler, electrical, rubber & plastic, dan casting.

Page 64: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

127

Dengan dukungan industri komponen tersebut, sepeda motor rakitan Indonesia

memiliki kandungan komponen lokal yang cukup tinggi, mencapai 90%. Kandungan

lokal yang cukup tinggi ini ditambah ketatnya persaingan industri sepeda motor,

menyebabkan semakin murahnya harga sepeda motor di dalam negeri dibanding

tingkat inflasi yang terjadi.

Perkembangan Penjualan dan Penguasaan Pangsa Pasar

Penjualan sepeda motor mengalami pertumbuhan yang sangat mengesankan

pasca krisis. Pada tahun 2000 dan 2001, penjualan sepeda motor masing-masing

meningkat 66,74% dan 68,55% dengan penjualan 979.422 unit dan 1,65 juta unit.

Pada tahun 2003, penjualan sepeda motor telah mencapai angka 2,82 juta unit,

meningkat 21,82% dibanding tahun 2002. Realisasi penjualan tahun 2004 mencapai

3,90 juta unit kemudian disusul dengan tahun 2005 yang mencapai 5,09 juta unit

sedangkan sampai dengan Juli 2006, penjualan sepeda motor mencapai 2,20 juta unit.

Gambar 4.10. Penjualan Sepeda Motor di Indonesia

Page 65: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

128

Meskipun jumlah pemain di industri ini relatif banyak, lebih dari 90% pangsa

pasar sepeda motor dikuasai oleh anggota AISI yang berarti anggota non AISI yang

jumlahnya sepuluh kalinya hanya menguasai sekitar 10%. Pada tahun 2003, Anggota

AISI menguasai 91,3% pasar sepeda motor dengan total penjualan 2,82 juta unit.

Pada tahun 2004 diperkirakan penjualan anggota AISI akan mencapai 3,90 juta unit

atau meningkat 38,13% dibanding tahun 2003. Sementara penjualan anggota non

AISI tahun 2004 mencapai 400 ribu unit atau meningkat 49% dibanding tahun 2003.

Relatif tingginya daya saing produk anggota AISI disebabkan kualitas produk dan

layanan purna jual yang relatif jauh lebih baik dibanding anggota non AISI. Pada

tahun 2005, anggota AISI menguasai pangsa pasar 98,10% sedangkan anggota non

AISI mencapai 1,90%.

Gambar 4.11. Penguasaan Pangsa Pasar Sepeda Motor menurut Merk

Berdasarkan merk, pangsa pasar terbesar pada tahun 2003 dikuasai Honda

(51%), Suzuki (18,9%), dan Yamaha (18,6%). Perebutan pangsa pasar pada ketiga

Page 66: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

129

pemain ini tampak cukup ketat. Pangsa pasar Honda mengalami penurunan yang

cukup tajam dibanding tahun 2002 yakni dari 60,5% menjadi 51%. Sebaliknya, pada

periode yang sama, pangsa pasar Suzuki meningkat dari 18,5% menjadi 18,9%. Yang

menarik adalah Yamaha yang sempat kehilangan pangsa pasar yang cukup tajam dari

24,9% menjadi 19,3% pada tahun 2001 dan 15,9% pada tahun 2002, pada tahun 2003

kembali berhasil meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 18,6%, mengancam posisi

Suzuki sebagai penguasa pangsa pasar kedua terbesar. Pada tahun 2004, Honda

kembali memimpin pasar dengan share 48,8%. Yamaha yang sharenya meningkat

cukup signifikan menjadi 19,8%, berhasil menggeser Suzuki dari posisi kedua

terbesar yang hanya sebesar 18,7%. Pada tahun 2005, Honda menguasai pasar

sebesar 51,98%, Yamaha sebesar 24,03%, dan Suzuki sebesar 21,48%.

Gambar 4.12. Penjualan Sepeda Motor Tahun 2005 menurut Merk dan Jenisnya

Dilihat dari jenis sepeda motor, pada tahun 2005 penjualan terbesar didominasi

bebek 88,5%, diikuti sport 6,8%, skuter 3,6% dan bisnis 1,1%. Honda memimpin

Page 67: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

130

pasar bebek dengan share 54%, diikuti Suzuki 23% dan Yamaha 20%. Di kelas sport

Yamaha memimpin pasar dengan share 47,9% diikuti Honda 43,5%. Cukup besarnya

pangsa pasar di kelas bebek menyebabkan industri sepeda motor di segmen ini

mengalami perkembangan yang sangat progresif. Pertama kali dirilis dengan

kapasitas mesin 50 cc, kini motor bebek hadir dengan kapasitas yang jauh lebih besar,

yakni 125 cc yang selama ini didominasi motor sport. Honda mempelopori kelas

bebek 125 cc dengan Honda Kirana dan Karisma. Sementara Suzuki tampil dengan

Shogun 125 R, dan Kawasaki meluncurkan Blitz Joy 125. Sementara Yamaha masih

bertahan di kelas 110 cc.

Prospek Pasar

Dengan pertumbuhan penjualan yang mencapai 30 hingga lebih dari 50% per

tahun, potensi pasar sepeda motor di Indonesia masih sangat besar. Ini disebabkan

masih relatif rendahnya tingkat kepemilikan sepeda motor di Indonesia dibandingkan

jumlah penduduk. Dengan total penduduk 230 juta jiwa pada tahun 2005, jumlah

kepemilikan sepeda motor baru mencapai 34,57 juta unit yang berarti satu sepeda

motor dimiliki 15 orang penduduk. Padahal, menurut hitungan AISI, pasar sepeda

motor baru akan mencapai titik jenuh apabila kepemilikan sepeda motor sudah

mencapai 5 orang per sepeda motor.

Page 68: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

131

12.6 13.05 13.5615.34

18.06

23.31

28.96

34.57

0

5

10

15

20

25

30

35

40

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005

Tahun

Pop

ulas

i (ju

ta u

nit)

Gambar 4.13. Populasi Sepeda Motor di Indonesia

Bila dilihat penyebaran sepeda motor pada masing-masing wilayah kepolisian

daerah, terlihat bahwa sebagian besar wilayah masih memiliki tingkat kepadatan

sepeda motor yang relatif rendah. Terdapat 9 wilayah Polda yang memiliki rasio

diatas 1:5 hingga 1:10; 3 wilayah memiliki rasio 1:10 hingga 1:15; dan 11 wilayah

Polda yang memiliki rasio diatas 1:15. Sementara itu, hanya terdapat 3 wilayah Polda

yang tingkat kepemilikan sepeda motornya sudah jenuh dengan tingkat kepadatan

dibawah 1:5 yakni DKI Jakarta 1:3, Bali 1:3 dan DI Yogyakarta 1:5.

Dengan perhitungan pasar sepeda motor akan mencapai titik jenuh pada saat

kepemilikan sepeda motor mencapai 5 orang per sepeda motor, potensi pasar sepeda

motor yang masih tersedia secara nasional pada tahun 2005 mencapai 11,43 juta unit.

Potensi pasar sepeda motor terbesar di Jawa Barat & Banten 7,7 juta unit, Jawa

Timur 3 juta unit, Jawa Tengah 2,8 juta unit, Sulsel 1,7 juta unit, Sumut 1,2 juta unit,

Page 69: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

132

Lampung 1 juta unit, Sumsel 1 juta unit, NTT 719 ribu unit, NTB 617 ribu unit, dan

Sumbar 552 ribu unit. Di lapis berikutnya dengan potensi pasar antara 300 hingga

500 ribu unit adalah Sulawesi Tenggara, Bengkulu & Bangka Belitung, Kalbar, Riau,

Papua, Sulut dan Nanggroe Aceh Darussalam.

Tabel 4.10. Tingkat Kepadatan Sepeda Motor Dan Pangsa Pasar

Besarnya potensi pasar sepeda motor juga menyebabkan ketatnya tingkat

persaingan di sektor pembiayaan kendaraan bermotor. Ketatnya persaingan ditandai

Page 70: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

133

dengan semakin relatif mudahnya persyaratan kredit sepeda motor sehingga

meningkatnya aksesibilitas masyarakat terhadap kredit sepeda motor, proses kredit

yang sangat cepat bahkan hanya dalam 1 hari terutama oleh perusahaan pembiayaan,

maraknya jumlah bank dan perusahaan pembiayaan yang menawarkan kredit sepeda

motor. Saat ini terdapat sekitar 30 bank yang bermain di sektor konsumtif dan 131

perusahaan pembiayaan dengan total pembiayaan Rp102,50 triliun pada tahun 2005.

Perusahaan pembiayaan yang cukup agresif dalam penyaluran kredit sepeda

motor diantaranya adalah PT Wahana Otomitra Multiartha Tbk (WOMF) dengan

total pembiayaan Rp 1,32 triliun pada tahun 2005, Federal International Finance

(FIF) Rp 4,20 triliun, dan Adira Finance Rp 740 miliar. Ekspektasi dan optimisme

yang tinggi dari industri sepeda motor untuk penjualan tahun 2005, ketiga perusahaan

pembiayaan di atas memiliki kontribusi yang sangat penting dalam perkembangan

pembiayaan otomotif khususnya sepeda motor nasional.

Dalam beberapa tahun ke depan industri sepeda motor hampir dapat dipastikan

masih sangat prospektif untuk dikembangkan. Potensi pasar Indonesia yang sangat

besar membuat Indonesia juga menjadi incaran produsen sepeda motor asing untuk

pasar sepeda motor sehingga merupakan tantangan bagi industri lokal untuk

meningkatkan daya saingnya.

Diantara produk asing yang saat ini gencar memasuki pasar Indonesia adalah

Modenas dari Malaysia. Di negara asalnya, Modenas yang menguasai 39% pangsa

pasar Malaysia, termasuk salah satu sepeda motor lokal yang cukup diperhitungkan.

Hingga tahun 2005, Modenas telah memproduksi 10 merk yang produknya di ekspor

ke berbagai negara seperti Turki, Yunani, Iran, Brunei Darussalam dan Indonesia.

Page 71: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

134

Modenas masuk ke pasar Indonesia pada tahun 2002 dengan fokus penjualan

Sumatera Utara, Riau dan Sumbar. Pada tahun 2005, dengan semakin meningkatnya

penjualan, Modenas mulai masuk ke pasar Jabotabek, Jawa Barat dan Surabaya

dengan target penjualan 12 ribu unit. Di masa depan, Modenas bisa menjadi ancaman

serius bagi produk lokal Indonesia. Ini disebabkan, sepeda motor yang menggunakan

teknologi Kawasaki Jepang ini, memiliki banyak keunggulan, yakni pasokan spare

part yang cukup terjamin, pelayanan purna jual, harga dan kualitas yang kompetitif,

dan memiliki kedekatan wilayah dengan Indonesia sehingga mempermudah

memasarkan suku cadang. Keunggulan lain adalah selain mendapat dukungan

industri komponen yang kuat, Modenas juga telah memiliki pusat penelitian dan

pengembangan untuk mendukung pengembangan teknologi dan produk.

Tantangan lain yang dihadapi industri sepeda motor Indonesia adalah masih

belum memadainya dukungan industri komponen untuk industri perakitan sepeda

motor. Sehingga, seringkali ketika terjadi lonjakan permintaan sepeda motor yang

cukup besar, permintaan industri perakitan sepeda motor tidak dapat dipenuhi secara

maksimal oleh industri komponen. Akibatnya, permintaan yang terjadi tidak dapat

dipenuhi oleh pabrikan lokal, sehingga harus dipasok dari produk impor.

4.3.4. Analisis Risiko Usaha

Berikut ini beberapa risiko usaha yang dihadapi oleh perusahaan baik secara

mikro maupun makro yang dapat mempengaruhi usaha yaitu:

1. Risiko Mikro

a. Risiko Pembiayaan – Non Performing Loan (NPL)

Page 72: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

135

Risiko pembiayaan timbul jika nasabah/debitur mengalami kesulitan dalam

membayar angsuran dari fasilitas pembiayaan yang diterima nasabah. Risiko ini

dapat terjadi apabila kelayakan nasabah dan piutang tidak dikelola dengan baik.

Apabila ketidaklancaran pembayaran angsuran pokok maupun bunga dialami

dalam jumlah yang cukup besar maka akan berdampak terhadap pendapatan dan

kelangsungan usaha.

b. Risiko Pendanaan - Liquidity

Risiko pendanaan dapat timbul jika perusahaan mengalami kesulitan dalam

mendapatkan sumber pendanaan baik berupa pinjaman maupun pembiayaan

bersama. Kesulitan mendapatkan sumber pendanaan eksternal ini dapat

mempengaruhi perkembangan usaha dalam memberikan fasilitas pembiayaan

kepada nasabah.

c. Risiko Persaingan

Sejak terjadinya krisis di Indonesia di mana pembiayaan untuk sektor lainnya

mengalami hambatan sedangkan pembiayaan untuk kendaraan bermotor masih

dapat berkembang pesat, hal ini mengakibatkan banyaknya perusahaan

pembiayaan beralih maupun memfokuskan diri kepada sektor kendaraan

bermotor. Kondisi tersebut mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dalam

sektor usaha pembiayaan kendaraan bermotor sehingga dapat berdampak terhadap

pendapatan dan pangsa pasar perusahaan.

d. Risiko Operasional

Page 73: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

136

Terdapat risiko operasional seperti risiko yang berkaitan dengan sistem, prosedur,

serta kontrol antara lain seperti tidak berfungsinya sistem komputer perusahaan

atau terjadinya kesalahan prosedur kerja yang berdampak kepada kualitas

pelayanan dan kelancaran operasional. Hal tersebut selanjutnya mengakibatkan

menurunya kinerja pelayanan terhadap nasabah dan daya saing perusahaan.

e. Risiko Teknologi

Terdapat risiko teknologi, mengingat dalam usaha pembiayaan, perusahaan sangat

tergantung pada sistem teknologi informasi, sehingga tidak berfungsinya sistem

teknologi informasi dengan baik akan berdampak pada kinerja operasional

perusahaan.

2. Risiko Makro

a. Risiko Perekonomian

Risiko perekonomian merupakan risiko yang timbul sehubungan dengan

perubahan kondisi perekonomian nasional secara umum seperti tingkat

pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga, dan fluktuasi nilai

tukar rupiah terhadap mata uang asing. Risiko ini dapat mempengaruhi secara

langsung maupun tidak langsung kepada perusahaan yang selanjutnya dapat

mempengaruhi kegiatan operasional dan pendapatan perusahaan.

b. Risiko Sosial dan Keamanan

Gejolak sosial dan keamanan dapat berdampak luas pada sektor ekonomi.

Gejolak ini dapat mengakibatkan turunnya berbagai kegiatan di berbagai sektor

Page 74: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

137

industri termasuk sektor kendaraan bermotor. Apabila hal tersebut terjadi maka

dapat mempengaruhi kegiatan usaha dan menurunkan pendapatan perusahaan.

c. Risiko Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter yang diterapkan oleh pemerintah sangat mempengaruhi

permintaan dan penawaran sumber dana yang tersedia di masyarakat. Jika

perusahaan tidak dapat mengantisipasi dengan tepat penerapan kebijakan moneter

tersebut maka perusahaan dapat menghadapi risiko kesulitan mendapatkan

pendanaan dengan tingkat suku bunga yang layak. Hal ini dapat berakibat

menurunya kinerja dan perkembangan perusahaan.

d. Risiko Perubahan Kurs

Meskipun perusahaan tidak memiliki fasilitas pinjaman dalam valuta asing,

namun dengan adanya perubahan nilai tukar mata uang rupiah terhadap valuta

asing lainnya dalam jangka waktu yang relatif lama akan berdampak langsung

terhadap sebagian harga kendaraan bermotor. Apabila terjadi kenaikan harga

akibat dari perubahan kurs tersebut maka dapat mempengaruhi daya beli

masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah yang merupakan pangsa

pasar perusahaan. Sebagai akibat dari semakin melemahnya daya beli tersebut

akan berdampak pada kegiatan pembiayaan perusahaan.

3. Penanggulangan Risiko

Untuk menanggulangi risiko makro (perekonomian, sosial dan keamanan,

kebijakan moneter dan perubahan kurs) dan mikro (NPL, Liquidity, Persaingan,

Operasional dan Teknologi) yang dihadapi oleh Perusahaan, manajemen WOMF

Page 75: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

138

memutuskan untuk membentuk Divisi Risk Management, karena manajemen

berkeyakinan bahwa struktur manajemen risiko yang kuat akan dapat mengevaluasi

risiko dan tingkat pengembalian untuk menghasilkan pendapatan yang

berkesinambungan, mengurangi fluktuasi pendapatan serta meningkatkan nilai bagi

pemegang saham. Pada pertengahan tahun 2005, Divisi Risk Management WOMF

dikepalai oleh Bapak Rudy Gomedi yang merupakan mantan Division Head

Corporate Risk Management Bank Internasional Indonesia (BII) telah berpengalaman

di bank swasta nasional sejak tahun 1991.

Tugas dari divisi ini adalah melakukan penilaian risiko, evaluasi dan perbaikan

yang berkesinambungan atas manajemen serta memberikan informasi sebagai dasar

pengambilan keputusan manajemen Perusahaan. Untuk menanggulangi risiko mikro

di atas, WOMF melakukan tindakan seperti melakukan assessment dan evaluasi

sistem dan prosedur Perusahaan (salah satunya adalah kebijakan pemberian kredit

pembiayaan konsumen), meningkatkan kinerja keuangan Perusahaan dan pengelolaan

sumber pendanaan yang baik, meningkatkan dan mengembangkan kompetensi dan

kualitas karyawan melalui program pengembangan/training, mempertahankan dan

meningkatkan kualitas kerja (value added) Perusahaan. Untuk menanggulangi risiko

makro yang berubah dari waktu ke waktu, WOMF melakukan monitoring secara

berkelanjutan atas kondisi makro di Indonesia dan memberikan feedback kepada

manajemen guna pengambilan keputusan tindakan managerial selanjutnya.

4.3.5. Analisis Perusahaan

4.3.5.1. Analisis SWOT

Page 76: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

139

1. Internal Factors

a. Strengths (Kekuatan)

• Pemegang saham didukung oleh institusi keuangan yaitu BII sebesar 43%

dan IFC sebesar 19%.

• Menjadi salah satu perusahaan pembiayaan konsumen terbaik di Indonesia

kategori asset Rp500 miliar-Rp1 triliun.

• Fokus Perusahaan hanya pada pembiayaan sepeda motor Jepang.

• Perusahaan sebagai organisasi pembelajar dengan budaya organisasi

berupa learning, sharing, dan coaching serta values beruapa AFFECTION

yaitu Appreciation, Family, Feeling, Enthusiasm, Creativity, Trustworthy,

dan determinatION.

• Didukung oleh 3.709 dealer dan lebih dari 1.500 dealer resmi yang

tersebar di seluruh Indonesia.

• Dukungan dan hubungan yang harmonis dengan dunia perbankan seperti

Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia, Bank Lippo, Bank Mega, DBS,

Bank Rakyat Indonesia, Bank Niaga, Bank International Indonesia, Bank

NISP, Bank Central Asia, Bank Panin, Bank Danamon dengan jumlah lini

kredit Rp5,6 triliun.

• Rating obligasi versi Pefindo idA- (Stable Outlook).

• Didukung oleh 93 cabang yang beroperasi di seluruh Indonesia dengan

cabang utama di Pulau Jawa sebesar 76% dan di Sumatera sebesar 15%.

Page 77: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

140

• Menerapkan prinsip manajemen keuangan yang hati-hati dan prinsip

pengenalan nasabah dalam memberikan kredit pembiayaan konsumen.

• Pertumbuhan pendapatan selama 3 tahun terakhir (2003-2005) sebesar

1,28x dan laba bersih tumbuh sebesar 1,43x.

• Aset perusahaan tumbuh sebesar 1,03x selama 2003-2005 dengan

komposisi hutang sebesar 61% per 2005 mengalami perbaikan

dibandingkan dengan 2003 sebesar 74%.

• Sistim manajemen yang kuat dan orang-orang yang kompeten dalam

bidang usaha pembiayaan.

b. Weaknesses (Kelemahan)

• Tingginya tingkat suku bunga yang diterapkan oleh PT WOMF

dibandingkan dengan pesaing lainnya.

• Belum tersedianya program regenerasi senior top management (CEO)

• Sistem Teknologi Informasi yang secara kemampuan masih lemah jika

dibandingkan dengan besarnya perusahaan yang sekarang ini sudah

mengarah pada multi-branches.

• Struktur pendanaan dari luar berupa obligasi meningkat drastis di dua

tahun terakhir 2005-2006.

2. External Factors

a. Opportunities (Peluang)

• Penjualan sepeda motor secara nasional meningkat sebesar 5,27x secara

rata-rata tahunan setelah masa krisis dari 1998-2005.

Page 78: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

141

• 70% penjualan motor nasional dibiayai secara kredit.

• Rata-rata pertumbuhan pembiayaan selama 5 tahun terakhir (2001-2005)

di atas 80%.

• Tingkat penetrasi sepeda motor di Indonesia baru mencapai 13:1

dibandingkan dengan Thailand yang telah mencapai 5:1.

b. Threats (Ancaman)

• Persaingan dengan 236 perusahaan pembiayaan yang lain.

• Maraknya produk sepeda motor yang bermerk selain Jepang seperti merk

dari Cina dengan harga yang jauh lebih murah dari motor Jepang.

• Keadaan politik yang belum stabil di Indonesia mempengaruhi keadaan

makro ekonomi.

• Adanya perang harga dan uang muka dari para pesaing usaha pembiayaan

yang tidak mengutamakan keamanan usaha.

4.3.5.2. Analisis Laporan Keuangan

Kami melakukan analisis laporan keuangan secara tahunan dari tahun 2001

sampai dengan tahun 2005 (lihat lampiran 2) dan secara kuartalan dari Maret 2005

sampai dengan Juni 2006 (lihat lampiran 3).

Likuiditas WOM selama lima tahun terakhir menunjukkan kinerja yang bagus

dimana current ratio mengalami peningkatan dari 1,09x pada tahun 2001 menjadi

9,07x pada tahun 2005. Hal ini dikarenakan WOM selalu menjaga arus kasnya

dengan baik dari keuntungan yang baik pula. Secara quarterly, tahun 2005

Page 79: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

142

menunjukkan tingkat likuiditas yang bagus namun di Quarter kedua tahun 2006

mengalami penurunan dibanding tahun 2005. Hal ini dikarenakan adanya

penambahan hutang bank bersih sebesar Rp 346 miliar.

WOM memiliki struktur modal yang kuat sehingga kewajiban WOM dapat

dipenuhi dari arus kas internal WOMF. Per Desember 2005 hutang WOM mencapai

Rp 835 miliar yang terdiri dari Rp 800 miliar hutang obligasi dan Rp 35 miliar

pinjaman bank (Bank NISP, Tbk.). Risiko pembiayaan kembali dari obligasi WOM

adalah kecil karena masa jatuh tempo obligasi terdistribusi dalam periode 2005-2009.

Dalam periode tersebut tidak ada pokok obligasi jatuh tempo yang nilainya lebih dari

Rp 190 miliar, maka risiko refinancing WOM tersebut minimal. Debt ratio WOM

selama lima tahun terakhir mengalami penurunan dari 0,9x total asset pada tahun

2001 menjadi 0,61x total asset pada tahun 2005 dan 0,79x total asset pada Quarter II

tahun 2006.

Debt to equity ratio dan net debt to equity ratio WOM mengalami penurunan

dari sekitar 8x pada tahun 2001 menjadi sekitar 1,5x pada tahun 2005. Hal ini

dikarenakan WOM telah melunasi sebagian besar outstanding pinjamannya per

Desember 2005. Per Quarter II tahun 2006 mengalami peningkatan dari sekitar 1,5x

per Desember 2005 menjadi sekitar 3,7x karena WOM menambah peminjaman dari

bank pihak ketiga untuk pembiayaan kendaraan bermotor sebesar Rp 346 miliar dan

menerbitkan obligasi III pada tanggal 7 Juni 2006 sebesar Rp 825 miliar dengan

rating idA- (Single A minus) Stable Outlook dari Pefindo.

Untuk long term debt to equity (capitalization) ratio baru muncul di tahun 2003

karena WOM mengeluarkan obligasi senilai Rp 300 miliar pada tanggal 31 Oktober

Page 80: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

143

2003. Per Desember 2004 mengalami penurunan dikarenakan WOM meningkatkan

modal ditempatkan dan disetor penuh dari Rp 100 miliar (Rp 1.000,- per lembar

saham) menjadi Rp 200 miliar (Rp 100,- per lembar saham). Per 2005 mengalami

peningkatan karena WOM kembali mengeluarkan obligasi II pada tanggal 26 Mei

2005 dan dengan struktur pemilik saham yang baru (akuisisi oleh konsorsium BII

pada bulan Mei 2006) akan meningkatkan kredit perusahaan menjadi lebih baik dari

sebelumnya. Per Quarter II tahun 2006 mengalami peningkatan karena WOM

menerbitkan obligasi III pada tanggal 7 Juni 2006 sebesar Rp 825 miliar.

Laba bersih WOM terus meningkat dalam dua tahun terakhir karena ekspansi

yang cepat dan perolehan marjin laba yang stabil. Penyaluran pinjaman secara agresif

ditambah dengan kemampuan WOM dalam pengendalian biaya merupakan faktor

utama yang meningkatkan pendapatan dalam lima tahun terakhir. Laba bersih terus

meningkat mencapai Rp 165 miliar di tahun 2005 dari hanya Rp 5 miliar di tahun

2001, sejalan dengan meningkatnya pendapatan menjadi sebesar Rp 719 miliar di

tahun 2005 dari Rp 71 miliar di tahun 2001.

Marjin laba bersih WOM naik hingga 23% di tahun 2005 dari hanya 7% di tahun

2001 terutama karena kemampuan WOM menekan kenaikan biaya di bawah

pertumbuhan pendapatan. Meski rasio biaya terhadap pendapatan WOM lebih tinggi

dari para pesaing (FIF dan Adira), namun WOM masih menikmati marjin yang cukup

baik pada laba bersih. Per Quarter II tahun 2006, WOM mengalami penurunan baik

marjin laba kotor maupun marjin laba bersih masing-masing menjadi 79% dan 14%.

Hal ini dikarenakan adanya peningkatan beban pinjaman dan beban nisbah sehingga

mengurangi laba sebesar Rp 48 miliar.

Page 81: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

144

RoA juga cenderung meningkat mencapai 12,9% pada tahun 2005 dibandingkan

dengan 2,8% pada tahun 2001. Namun, RoE tercatat sebesar 31% tahun 2005 turun

dari 37% dan 75% pada tahun 2004 dan 2003. Kami melihat bahwa pada saat WOM

menerbitkan saham baru di tahun 2004 dengan total dana segar Rp 210 miliar,

sehingga RoE menurun di tahun yang sama. Penyaluran pembiayaan yang agresif

serta kemampuan WOM menjaga marjin operasional tetap tinggi membuat

perusahaan memperoleh laba yang memuaskan. Dalam lima tahun terakhir, total

piutang bersih berkembang sebesar CAGR 67% sementara laba bersih tumbuh

sebesar CAGR 147% selama kurun waktu 2001-2005. RoA dan RoE yang dicapai

WOM (total assets Rp 1,6 triliun) tidak jauh berbeda dengan yang dicapai oleh

perusahaan pembiayaan motor yang besar lainnya seperti FIF (total assets diatas Rp 5

triliun) yang mempunyai RoA dan RoE pada tahun 2005 masing-masing sebesar

10,3% dan 40,5%.

Earnings per share saham WOM mengalami penurunan dari Rp 336,- pada

tahun 2001 menjadi Rp 82,51 pada tahun 2005. Hal ini dikarenakan WOM go public

sejak 13 Desember 2004 dan penurunan nilai nominal saham dari Rp 1000,- per

lembar saham menjadi Rp 100,- per lembar saham pada tahun 2004 sehingga jumlah

lembar saham yang beredar bertambah. EPS per Quarter II tahun 2006 (Rp 30,02)

mengalami penurunan dibanding Quarter II tahun 2005 (Rp 45,28) dikarenakan

penurunan laba bersih perusahaan terutama diakibatkan peningkatan beban pinjaman

dan beban nisbah.

Price Earnings Ratio WOM per Quarter II tahun 2006 (16,53 x) mengalami

penurunan dibanding Quarter II tahun 2005 (17,19 x). Hal ini dikarenakan harga

Page 82: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

145

saham WOM di pasar modal mengalami penurunan harga rata-rata 36% dari Rp

778,40 menjadi Rp 496,35 dan laba bersih WOM mengalami penurunan 30% dari Rp

86 miliar menjadi Rp 60 miliar.

Perseroan mengelola aset secara produktif dengan tujuan agar aset dapat

dimanfaatkan secara optimal sehingga dapat menghasilkan pendapatan yang besar

untuk memperoleh laba. Kemampuan untuk memperoleh dan mengadministrasi

pembiayaan secara efisien adalah kunci untuk menghasilkan perputaran aset yang

tinggi. Rasio pendapatan terhadap aktiva terus meningkat dalam lima tahun terakhir

hingga mencapai 0,61x pada tahun 2003 dari 0,39x pada tahun 2001 sebelum

kemudian turun menjadi 0.56X pada tahun 2005. Yang patut dicatat adalah rasio

pendapatan terhadap aktiva yang dicapai WOM tidak jauh berbeda dengan yang

dicapai oleh perusahaan pembiayaan motor yang besar lainnya seperti FIF yang

mempunyai rasio 0.58X pada tahun 2005. Rasio pendapatan terhadap total aktiva

tetap bersih (Fixed assets turnover/FAT) meningkat dari 16,35x pada tahun 2001

menjadi 24,67x pada tahun 2005. Accounts receivable turnover (ART) meningkat

dari 0,43x pada tahun 2001 menjadi 0,69x pada tahun 2005. Namun per Quarter II

tahun 2006 (AT 0,2x dan ART 0,22x) mengalami penurunan dibanding Quarter II

tahun 2005 (AT 0,3x dan ART 0,36x). Hal ini dikarenakan terjadi peningkatan total

assets (85%) dan total piutang pembiayaan konsumen (48%) yang melebihi

peningkatan pendapatan (12%). Per Quarter II tahun 2006 (FAT 15,35x) mengalami

peningkatan dibanding Quarter II tahun 2005 (FAT 12,98x) dikarenakan penurunan

net fixed asset dan peningkatan pendapatan.

Page 83: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

146

Menurut informasi WOM kepada salah satu perusahaan sekuritas, tingkat provisi

WOM cukup rendah yakni hanya mencapai 20,6% dari pinjaman tidak produktif

(NPL) WOM di tahun 2005. Namun dengan meningkatnya beban provisi,

pertumbuhan laba akan melambat dalam beberapa tahun ke depan. Manajemen telah

menegaskan keinginan untuk meningkatkan biaya provisi hingga 3,5% dari piutang

kotor di tahun 2006.

Jadi dari hasil analisis laporan keuangan di atas, kami menyimpulkan bahwa

kinerja dan kapasitas yang dimiliki WOM masih bagus dan berprospek baik di masa

yang akan datang dengan catatan kondisi makroekonomi Indonesia lebih baik dan

kondusif. Namun berdasarkan pendapat beberapa ahli ekono mi Indonesia seperti

mantan Menteri Koordinator Perekonomian Rizal Ramli menilai bahwa pemerintah

Indonesia mengabaikan sektor riil secara sistemis sehingga ekonomi Indonesia hanya

akan stagnan dan semakin tertinggal dari negara Asia lainnya. International

Monetary Fund juga mengingatkan adanya potensi munculnya kesulitan terhadap

perekonomian global ekonomi di masa mendatang (Harian Kompas, Kamis 14

September 2006 hal 19). Pada tahun 2006, kinerja Perusahaan dilihat dari bottom

linenya (laba bersih) mengalami penurunan baik pada Quarter I maupun pada Quarter

II masing sebesar -40% dan -30% dibanding Quarter I dan Quarter II tahun 2005.

Oleh karena itu, kami tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimis dalam melakukan

analisa fundamental atas WOM dan memutuskan dasar investasi bagi para investor.

Page 84: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

147

4.3.5.3. Analisis Harga Saham

Kami melakukan analisis teknikal terhadap harga saham PT Wahana Ottomitra

Multiartha Tbk (WOMF) secara mingguan sejak perusahaan ini go public pada

tanggal 13 Desember 2004 hingga 7 Agustus 2006 dengan beberapa indikator berikut

ini:

1. Perbandingan IHSG dan IHSS Keuangan dengan Harga Saham WOMF

Pergerakan IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) dengan pergerakan IHSS

(Indeks Harga Saham Sektoral) Keuangan menunjukan tren yang relatif sama

terhadap pergerakan harga saham PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk di mana

saham ini aktif diperdagangkan mulai pada saat go public hingga bulan Mei 2005

dan selanjutnya volume transaksi saham ini kurang aktif diperdangangkan di

Bursa Efek Jakarta. Saham WOMF cenderung lagging baik terhadap IHSG

maupun IHSS Keuangan kecuali pada saat Desember 2004-pertengahan Januari

2005, akhir Juni-Oktober 2005, pertengahan Desember 2005-Januari 2006, dan

April-pertengahan Mei 2006 saham ini mengalami leading terhadap IHSG

maupun IHSS Keuangan. Harga saham perdana WOMF per 13 Desember 2004

sebesar Rp700 dan mengalami penurunan sebesar Rp230 (32,86%) menjadi

Rp470 per 7 Agustus 2006 dalam jangka waktu 20 bulan sehingga saham WOMF

menunjukan tren bearish.

Page 85: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

148

Gambar 4.14. Perbandingan IHSG dengan Harga Saham WOMF

Page 86: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

149

Gambar 4.15. Perbandingan IHSS Keuangan dengan Harga Saham WOMF

Page 87: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

150

2. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar Moving Average 15 Harian

Pergerakan saham WOMF selama tahun 2006 cenderung berada dalam kisaran

Rp 400,- dan Rp 525,- per lembar saham walaupun sempat menembus angka

Rp610,- pada minggu ke-3 bulan April 2006. Volume perdagangan selama tahun

2006 berkisar dari 1.114 sampai dengan 7.381.500 lot saham dengan volume yang

aktif diperdagangkan selama bulan April 2006. Di tahun 2005, saham WOMF

mencapai puncak pada harga Rp 870,- pada 4 Maret 2005 dengan volume

perdagangan 9.137 lot saham, setelah itu saham WOMF menunjukan tren bearish

hingga penutupan di harga Rp 500,- pada 29 Desember 2005 dengan volume

perdagangan 633.000 lot saham walaupun sempat mengalami titik terendah pada

18 Nopember 2005 dengan nilai Rp 380,- per lembar saham. Pada penutupan

perdagangan 4 Agustus 2006, saham ini diperdagangkan pada harga tertinggi

Rp475,-, harga terendah Rp 460,-, kemudian ditutup pada harga Rp 460,- dengan

volume perdagangan sebesar 1.350.500 lot saham di mana garis moving average

telah menunjukan crossing ke bawah. Tingkat support berada di level Rp 400,-

dan resistence berada di level Rp525.

Gambar 4.16. Analisis MA15 Terhadap WOMF

Page 88: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

151

3. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar Bolliger Bands 20 Harian

Atas dasar analisis bollinger bands 20 harian terhadap saham WOMF, volatilitas

harga terbesar terjadi pada pertengahan bulan Agustus-Desember 2005 kemudian

diikuti dengan gerakan bollinger bands menyempit pada bulan Januari-Mei 2006.

Hal ini mengindikasikan break out pada saat memasuki bulan Juni 2006 dari

gerakan bearish yang diciptakan pada April-Mei 2006. Break out tercipta pada

tanggal 15 Juni 2006 yaitu pada harga penutupan Rp 410,- per lembar saham.

Gambar 4.17. Analisis Bollinger Bands 20 Harian

4. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar MACD 9 Harian

Analisis harga saham WOMF dengan menggunakan MACD (Moving Average

Convergence/Divergence) menunjukan tren oversold yang ditunjukkan oleh

angka -25 dan -50. Kondisi oversold dimulai dari bulan Agustus 2005 sampai

dengan akhir 2 Desember 2005 dengan harga penutupan Rp 500,- kemudian

disusul dengan kondisi stagnan hingga 29 Maret 2006 dengan harga penutupan

Rp 485,- dan harga terendah yang pernah dicapai per 15 Juni 2006 sebesar Rp

400,-. Hal ini merupakan sinyal untuk melakukan akumulasi terhadap saham

Page 89: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

152

WOMF di mana harga saham per 4 Agustus 2006 sebesar Rp 460,-. Bila kondisi

pasar saham mendapat sentimen positif, harga saham WOMF akan berpengaruh

pula menjadi terapresiasi.

Gambar 4.18. Analisis MACD 9 Harian

5. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar Momentum 12 Harian

Atas dasar analisis Momentum 12 harian, saham WOMF mencapai titik tertinggi

pada 13 April 2006 sebesar Rp 600,- kemudian mengalami penurunan pada 15

Juni 2006 sebesar Rp 400,- disusul dengan reversal tren menjadi Rp 460,- per 4

Agustus 2006. Titik momentum pembelian sebenarnya harus dieksekusi di titik

terendah Rp 400,- per 15 Juni 2006 namun jika ekspetasi investor positif, harga

saham WOMF akan berlanjut menuju Rp 500,-.

Page 90: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

153

Gambar 4.19. Analisis Momentum 12 Harian

6. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar On Balance Volume

Bila kita melihat pada pergerakan volume yang terjadi pada saham WOMF,

terdapat indikator yang tidak mengalami pergerakan yang berarti karena transaksi

perdagangan saham WOMF di bursa efek berada dalam range terendah pada 18

Feb 2005 sebesar 1.036 lot saham dan tertinggi pada 29 April 2005 sebesar

8.958.500 lot saham. Selama tahun 2006, terendah pada 13 April 2006 sebesar

1.352 lot saham dan tertinggi pada 21 April 2006 sebesar 7.381.500 lot saham.

Pada tanggal 15 Juni 2006 harga saham WOMF sebesar Rp 400,- dengan volume

1.250.000 lot saham dan pada tanggal 4 Agustus 2006 menyentuh level Rp 460,-

dengan volume 1.350.500 lot saham. Saham WOMF diperkirakan akan berada di

antara level Rp 400,- dan Rp 600,-.

Page 91: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

154

Gambar 4.20. Analisis On Balance Volume

7. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar Performance

Harga perdana saham WOMF per 13 Desember 2004 sebesar Rp700 dan harga

penutupan per 29 Desember 2005 sebesar Rp500, mengalami penurunan sebesar

28,57% dan pada tanggal 4 Agustus 2006 sebesar Rp460, mengalami penurunan

yang lebih drastic lagi sebesar 34,29% dari harga saham perdana WOMF.

Downtrend yang terjadi pada saham WOMF menimbulkan sentimen negatif di

kalangan investor setelah penerbitan saham perdana karena tidak memberikan

tingkat imbal hasil yang diharapkan.

Page 92: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

155

Gambar 4.21. Analisis Performance

8. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar RSI 14 Harian

Harga saham WOMF per 13 April 2006 sebesar Rp600 menyetuh level di atas 70

yang akan menjadi resistance level kemudian harga saham WOMF per 15 Juni

2006 sebesar Rp400 menyentuh level di bawah 30 yang akan menjadi support

level selama tahun 2006 sehingga harga penutupan sebesar Rp460 per 4 Agustus

2006 merupakan indikasi potensi kenaikan hingga Rp500 karena pada harga

tersebut belum menyentuh level 50-70 dengan syarat pasar modal memiliki

sentimen yang positif. Jika sebaliknya, harga saham WOMF akan jatuh menuju

support level sebesar Rp400.

Page 93: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

156

Gambar 4.22. Analisis Relative Strength Index 14 Harian

9. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar Stochastics 5 Harian

Pada tanggal 6 Mei 2005, harga saham WOMF sebesar Rp760 terdepresiasi

hingga tanggal 18 Nopember 2005 menyetuh level Rp380. Pada periode ini

indikator stochastic bergerak mixed antara garis %K (pink) dengan garis %D

(merah) kemudian dari periode Desember 2005 sampai dengan Maret 2006

bergerak sangat sempit yang menunjukan indikasi stagnan pada harga saham

WOMF. Sejak dari 14 Juli 2005 sampai dengan 4 Agustus 2006, pergerakan

harga saham WOMF berada di atas level 75 di mana hal ini menunjukan suatu

indikasi penurunan harga saham WOMF secara berkesinambungan dari harga

saham perdananya. Pada tanggal 4 Agustus 2006 yang merupakan tanggal cutoff,

indikator menunjukan garis %K bersimpangan dengan garis %D dengan garis %K

berada di atas garis %D. Hal ini menunjukan sinyal ketidakpastian dari investor

tergantung pada situasi pasar apakah positif atau negatif. Jika positif, harga

saham WOMF akan terapresiasi dan sebaliknya akan terdepresiasi dari harga

cutoff per 4 Agustus 2006.

Page 94: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

157

Gambar 4.23. Analisis Stochastics 5 Harian

10. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar Volume

Pada 4 Maret 2005 saham WOMF menyentuh level tertinggi setelah IPO (Initial

Public Offering) yaitu sebesar Rp870 diikuti dengan volume sebesar 9.137 lot

saham kemudian pada tanggal 29 Juli 2005 harga tertinggi saham WOMF

menyetuh level Rp750 dengan volume 3.121 lot saham diikuti dengan tanggal 2

Desember 2005 harga tertinggi sebesar Rp540 dengan volume 1.114 lot saham,

dan pada tanggal 7 April 2006 menyentuh level tertinggi sebesar Rp580 dengan

volume 1.801 lot saham. Saham WOMF dapat terapresiasi tanpa diikuti oleh

volume yang kuat. Hal ini merupakan indikasi pergerakan saham WOMF

memiliki tren yang lemah.

Page 95: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

158

Gambar 4.24. Analisis Volume

11. Analisis Mingguan Saham WOMF Atas Dasar Accumulation/Distribution

Bergerak dari harga perdana sebesar Rp700 per 13 Desember 2004 kemudian

mengalami downtrend hingga menyentuh level terendah pada harga Rp 380 per

18 Nopember 2005 dengan volume sebesar 509.000 lot saham kemudian diikuti

periode stagnasi mulai dari Desember 2005-Maret 2006 dalam kisaran harga

Rp475-Rp510. Pada 15 Juni 2006 harga saham WOMF menyentuh level

terendah sebesar Rp400 selanjutnya tanggal 4 Agustus 2006 harga saham berbalik

kembali menjadi Rp460. Harga saham WOMF selama 2006 diperkirakan akan

bergerak dalam range Rp400 sebagai support level dan Rp600 sebagai resistance

level.

Page 96: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

159

Gambar 4.25. Analisis Accumulation/Distribution

4.3.6. Proyeksi 5 tahun ke depan

Dari hasil performance WOM per Quarter II tahun 2006, kondisi pasar dan

industri otomotif serta makroekonomi mengalami penurunan dan pelambatan

ekonomi, kami mengasumsikan kenaikan pendapatan WOM sebesar 25% untuk tahun

ke-1 sampai dengan tahun ke-4. Untuk menghitung terminal value pada tahun ke-5

dan selanjutnya, kami mengasumsikan kenaikan pendapatan WOM sebesar 10%

(dalam tahap stable growth). Adapun dasar penentuan asumsi ini kami ambil dari

rata-rata data historis dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2005 setelah WOM

melakukan IPO sahamnya.

Tabel 4.11. Proyeksi Neraca 2006 – 2010 dalam miliar rupiah

Keterangan 2005A 2006F 2007F 2008F 2009F 2010F Aktiva Lancar 1.537 1.770 2.213 2.766 3.458 3.804 Aktiva Tetap 37 56 70 87 109 120 Hutang Jangka Pendek 170 306 382 478 597 657 Hutang Jangka Panjang 790 1.602 1.602 1.602 1.602 1.602 Ekuitas 615 615 615 615 615 615

Page 97: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

160

Tabel 4.12. Proyeksi Laba Rugi 2006 – 2010 dalam miliar rupiah

Keterangan 2005A 2006F 2007F 2008F 2009F 2010F Pendapatan 719 899 1.124 1.405 1.756 1.931 Beban Bunga Pinjaman 109 114 143 178 223 245 Laba Kotor 610 785 981 1.226 1.533 1.686 Beban Usaha 375 444 554 693 866 953 Laba Bersih 235 341 427 533 666 733

4.3.7. Analisis Fundamental Saham:PT Wahana Ottomitra Multiartha Tbk

Model CAPM digunakan untuk menghitung required return dari investor (biaya

modal atau cost of equity atau re) adalah sebagai berikut:

Asumsi untuk tahun 2006:

rf = Risk free - suku bunga SBI bulan September 2006 = 11 %

rm = Risk premium Negara Indonesia – lihat pada lampiran 7 = 12.3%

B = Beta leverage WOMF = 1.69

re = rf + ß (rm - rf)

= 11 + (1.69. (12.3 – 11))

= 11 + (1.69 (1.3))

re = 13.197%

Untuk tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, kami lakukan perhitungan yang

sama dengan tahun 2006, dapat dilihat pada lampiran 4 dan 5.

Untuk perhitungan model penilaian Free Cash Flow to the Firm dapat dilihat

pada lampiran 5. Dimana hasil nilai perusahaan, yang sudah di-presentvalue-kan

dengan tingkat diskonto WACC 13% (2006F), 14% (2007F dan 2008F) dan 15%

(2009F dan 2010F), diperoleh sebesar Rp 2.504 miliar. Nilai Equity Perusahaan

Page 98: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

161

setelah dikurangi dengan debt diperoleh sebesar Rp 902 miliar. Nilai intrinsik saham

yang diperoleh adalah Rp 450,- (nilai equity dibagi dengan jumlah saham yang

beredar per 30 Juni 2006).

Tabel 4.13. Data Pendukung Financial Shenanigans 2005 2006 Mar Jun Sept Des Mar Jun Piutang Pembiayaan Konsumen terhadap Pendapatan Pembiayaan Konsumen 5.44 3.73 2.38 2.09 9.08 6.90 Pertumbuhan Kewajiban -13.07% 29.46% 18.41% 82.12% 123.87% 126.01% Pertumbuhan Piutang Pembiayaan Konsumen 22.09% 54.57% 44.17% 71.88% 91.11% 84.17% Pertumbuhan Pendapatan Pembiayaan Konsumen 41.78% 51.53% 55.52% 33.85% 14.55% -0.55% Penyisihan Piutang Ragu-ragu terhadap Piutang Pembiayaan Konsumen 0.04 0.01 0.02 0.03 0.02 0.03 Beban Penyisihan Piutang Ragu-ragu terhadap Pendapatan Pembiayaan Konsumen 0.12 0.12 0.11 0.11 0.12 0.17 Pertumbuhan Penyisihan Piutang Ragu-ragu 201.25% 164.06% 329.27% 152.33% 12.53% 285.77% Periode Penagihan (dalam tahun) 4 3 2 1 6 5

Dari tabel di atas, kami melihat adanya indikasi financial shenanigans yang

sebagian besar timbul akibat faktor piutang pembiayaan konsumen. Piutang

pembiayaan konsumen terhadap pendapatan pembiayaan konsumen membesar pada

Quarter I 9,08 dan Quarter II 6,9 tahun 2006 dibanding tahun 2005. Pertumbuhan

kewajiban WOM yang melebihi pertumbuhan piutang pembiayaan konsumen akan

menyebabkan kesulitan likuiditas perusahaan (2005: 82,12% > 71,88%; Q1 06:

123,87% > 91,11%; Q2 06: 126,01% > 84,17%). Pertumbuhan piutang pembiayaan

konsumen melebihi pertumbuhan pendapatan pembiayaan konsumen (2005: 71,88%

> 33,85%; Q1 06: 91,11% > 14,55%; Q2 06: 84,17% > -0,55%). Pertumbuhan

penyisihan piutang ragu-ragu berfluktuasi atau tidak sejalan dengan pertumbuhan

piutang pembiayaan konsumen dimana bila piutang pembiayaan konsumen

Page 99: BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/bab4_06-74.pdf · modal ventura dan kartu kredit. ... sini mereka secara bersama-sama membicarakan dan

162

meningkat maka penyisihan piutang ragu-ragu mengalami penurunan (lihat data Q1

06 dibanding Q1 05). Bila Perusahaan memperkecil penyisihan piutang ragu-ragu

maka laba perusahaan akan meningkat dan menjadi bias bagi stakeholders

Perusahaan. Periode penagihan piutang pembiayaan konsumen mengalami

peningkatan pada Q1 dan Q2 tahun 2006 dibanding tahun 2005.

Indikasi tersebut di atas penting untuk diperhatikan bagi para stakeholder

termasuk para investor dalam melakukan investasi saham perusahaan pembiayaan

yang mungkin melakukan window dressing guna menyajikan laporan kinerja

perusahaan yang lebih bagus.

4.3.8. Nilai Intrinsik

Nilai Perusahaan (WOM) sebenarnya Rp 450,- per lembar saham. Nilai pasar

saham WOM sebesar Rp 490,- per 19 September 2006. Jadi kami menentukan harga

saham Rp 450,- dengan target batasan waktu 3 bulan kemudian (sampai dengan

Desember 2006).

4.4. Rekomendasi

Karena nilai Perusahaan (WOMF) sebesar Rp 450,- per lembar saham lebih kecil

daripada nilai pasar saham WOMF sebesar Rp 490,- per 19 September 2006

(overvalued), maka kami merekomendasikan posisi pegang/hold atau jual/ sell.