bab iv analisis tempat rukyat di jawa tengah a....

39
89 BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. Faktor Keberhasilan dan Ketidakberhasilan Melihat Hilal 1. Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang M. Nasrullah 1 mengungkapkan bahwa sejak pertama kali dilaksanakan rukyatulhilal di pantai Ujungnegoro ini, belum pernah sekalipun dilaporkan terlihatnya Hilal. Kegiatan rukyatulhilal di pantai ini sendiri telah dilakukan sejak Kementerian Agama Kabupaten Batang berdiri tahun 1982 2 . Jika dianalisis maka faktor-faktor penyebabnya adalah: a) Faktor Letak Geografis Posisi geografis tempat yang baik untuk mengadakan observasi Hilal, sebagaimana telah disebutkan di BAB II adalah tempat yang memungkinkan pengamat dapat mengadakan observasi di sekitar (ufuk) tempat terbenamnya Matahari. Pandangan pada arah itu sebaiknya tidak terganggu, sehingga horizon akan terlihat lurus pada daerah yang mempunyai azimuth 240° sampai 300° atau lebih tepatnya 241°25’38” s/d 298°34’21.49” pada ufuk Barat. Azimmuth tersebut dalam aplikasinya dapat dirinci kembali yaitu dengan patokan titik Barat sejati. Dari titik Barat sejati ufuk ke Utara harus lebih dari 1 Moch. Nasrullah merupakan Wakil Ketua Lajnah Falakiyah PCNU Kab. Batang. (Interview pada hari Senin, 30-12-2013). 2 Kegiatan rukyatulhilal ini rutin dilaksanakan minimal setahun tiga kali, yakni pada akhir bulan Sya’ban untuk menentukan awal Ramadhan, akhir bulan Ramadhan untuk menentukan awal bulan Syawwal dan pada akhir bulan Dzulqa’dah untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah

Upload: lydung

Post on 19-Jul-2019

219 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

89

BAB IV

ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH

A. Faktor Keberhasilan dan Ketidakberhasilan Melihat Hilal

1. Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang

M. Nasrullah1 mengungkapkan bahwa sejak pertama kali dilaksanakan

rukyatulhilal di pantai Ujungnegoro ini, belum pernah sekalipun dilaporkan

terlihatnya Hilal. Kegiatan rukyatulhilal di pantai ini sendiri telah dilakukan sejak

Kementerian Agama Kabupaten Batang berdiri tahun 19822. Jika dianalisis maka

faktor-faktor penyebabnya adalah:

a) Faktor Letak Geografis

Posisi geografis tempat yang baik untuk mengadakan observasi Hilal,

sebagaimana telah disebutkan di BAB II adalah tempat yang memungkinkan

pengamat dapat mengadakan observasi di sekitar (ufuk) tempat terbenamnya

Matahari. Pandangan pada arah itu sebaiknya tidak terganggu, sehingga

horizon akan terlihat lurus pada daerah yang mempunyai azimuth 240° sampai

300° atau lebih tepatnya 241°25’38” s/d 298°34’21.49” pada ufuk Barat.

Azimmuth tersebut dalam aplikasinya dapat dirinci kembali yaitu dengan

patokan titik Barat sejati. Dari titik Barat sejati ufuk ke Utara harus lebih dari

1 Moch. Nasrullah merupakan Wakil Ketua Lajnah Falakiyah PCNU Kab. Batang. (Interview

pada hari Senin, 30-12-2013). 2 Kegiatan rukyatulhilal ini rutin dilaksanakan minimal setahun tiga kali, yakni pada akhir

bulan Sya’ban untuk menentukan awal Ramadhan, akhir bulan Ramadhan untuk menentukan awal

bulan Syawwal dan pada akhir bulan Dzulqa’dah untuk menentukan awal bulan Dzulhijjah

Page 2: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

90

besaran busur 28°34’21.49” dan ke arah Selatan juga minimal harus sebesar

busur 28°34’21.49” (lihat BAB II hal. 44-45).

Di tempat rukyah titik pertama pantai Ujungnegoro ini pada posisi ufuk

Barat ke Utara tidak terhalang dan sangat terbuka ufuknya, bahkan sampai ke

Utara sejati. Akan tetapi untuk ufuk Barat ke Selatan (B-S) hanya sampai

36°55’19.19”. Besaran sudut ini sudah mencakup kriteria minimal posisi

geografis untuk ufuk pengamatan. Keadaan tersebut tidak berbeda jika

melihat titik rukyat yang ke-dua. Titik rukyat yang digagas oleh STAIN

Pekalongan ini pada dasarnya lebih representatif jika dilihat dari view

(pandangan) untuk pengamatan ufuknya.

Tempat kedua ini pada mulanya sangat diharapkan dapat diandalkan,

akan tetapi kondisi titik kedua pada saat ini sudah jauh berbeda dari sejak

pertama kali dibeli. Jika pada saat dibeli sudah dilakukan uji kelayakan dan

dinyatakan layak dengan terbukanya pandangan ke arah barat, maka untuk

saat ini kondisi sudah lain. Dahulu ufuk dan laut bisa terlihat dari area ini,

namun untuk saat ini karena banyaknya tanaman yang tumbuh tinggi, maka

laut sudah tidak bisa terlihat dari areal ini. Pada titik kedua ini sulit untuk

dilakukan observasi seperti pada titik pertama untuk mengetahui luas

pandangan pada ufuk barat karena pandangan sama sekali tertutup oleh

tanaman sengon warga setempat.

Selain itu faktor geografis lainnya yang menjadi penyebab sulitnya

melihat Hilal ketika observasi adalah posisi lintang tempat ujung utara Pulau

Page 3: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

91

Jawa yang semakin dekat dengan equator Bumi (garis katulistiwa).

Sebagaimana disebutkan oleh Morisson dan Tobias Owen yang

mendeskripsikan bahwa ketebalan atmosfir di daerah Khatulistiwa bisa

mencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di

daerah kutub mempunyai ketebalan + 10 km.

Gambar 4.1. Tempat Pengamatan Titik Kedua pantai Ujungnegoro

Kabupaten Batang Jawa Tengah

Untuk kondisi tempat observasi sangat jauh dari kota dan polusi udara

serta polusi cahaya. Hal ini disebabkan pula posisi pantai Ujungnegoro dari

gang masuk gapura utama di jalan Pantura sampai ke tempat pengamatan

membutuhkan waktu tempuh sejauh 10 km. Akan tetapi untuk tahun-tahun ke

depan Pantai Ujungnegoro ini perlu diverifikasi kembali kelayakannya.

Kondisi tersebut disebabkan akan dioperasikan PLTU terbesar di Asia

Tenggara dengan perkiraan operasional tahun 2017. Keberadaan PLTU yang

Page 4: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

92

berada di ufuk Barat Selatan ini, selain menghalangi ufuk observasi, juga akan

menimbulkan polusi udara yang cukup lebat. Polusi udara di ufuk inilah yang

akan menjadikan kendala dalam pengamatan Hilal.

Gambar 4.2. Peta tempat pembangunan PLTU Batang yang berada di Kawasan

Pantai Ujungnegoro

b) Faktor Klimatologi

Menurut Nasrullah, sebagaimana ketika diwawancarai penulis, kendala

yang sering dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal di pantai

Ujungnegoro ini adalah faktor alam seperti mendung dan hujan. Faktor

klimatologi ini pada dasarnya menjadi kendala seluruh tempat di Indonesia.

Hal tersebut dikarenakan Indonesia beriklim tropis. Hal ini terjadi di

kabupaten Batang termasuk pantai Ujungnegoro yang beriklim basah. Iklim

dan curah hujan yang tinggi di kabupaten Batang salah satu penyebab

Page 5: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

93

kemungkinan Hilal sulit terlihat. Akan tetapi Kualitas udara Kabupaten

Batang termasuk bagus, karena tidak banyak tercemari oleh polusi udara.

Jarangnya aktifitas industri dengan kondisi pedesaan yang masih banyak

hutan menjadikan langit Kabupaten Batang bersih dari polusi, baik polusi

udara maupun polusi cahaya.

c) Faktor Perhitungan Hisab

Sebagaimana disebutkan oleh Nasrullah bahwa dalam penentuan awal

bulan hijriyah, hisab yang dipakai untuk melakukan pengamatan Hilal di

Pantai Ujungnegoro ini beraneka ragam di antaranya dengan haqiqi bi al-

taqrib, haqiqi bi al-tahqiq dan haqiqi bi al-tadqiq (kontemporer). Di antara

kitab yang dipakai untuk menghitung posisi, keadaan dan ketinggian Hilal

antara lain; Kitab Fath al-Rauf al-Mannan, Kitab Tashil al-Mitsal, Risalah al-

Qomarain, Al-Syahru, Ephimeris Hisab Rukyat Kemenag RI, Astronomical

Jean Meeus.

Yang perlu diperhatikan pula dalam penggunaan hisab haqiqi bi al-

taqrib dan haqiqi bi al-tahqiq harus memperhatikan koreksi semi diameter

Bulan3 dan koreksi-koreksi yang biasanya belum diperhatikan dalam

3 Koreksi ini dimaksudkan agar hasil yang dihitung bukan titik pusat Bulan akan tetapi

piringan dari Bulan. Perlu diperhatikan bahwa dalam penggunaan koreksi semidiameter Bulan ini,

harus tahu kegunaan dan maksud dari koreksi tersebut. Jika koreksi ini ditambahkan maka yang

diukur adalah piringan atas Bulan, namun apabila yang dikehendaki adalah piringan bawah bulan

Maka koreksinya adalah dikurang semidiameter.

Page 6: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

94

penentuan ketinggian Hilal mar’i seperti: Refraksi (Pembiasan Cahaya)4,

Kerendahan Ufuk5, dan Parallax (beda lihat)

6.

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat tersebut dalam ilmu astronomi sering

diesebut variabel visibilitas Hilal (ketampakan hilal). Variabel visibilitas Hilal

ini tidak dapat diprediksi menggunakan parameter tunggal, karena banyak

faktor-faktor yang berhubungan serta salng mempengaruhi keberadaan Hilal

saat terbenam setelah ijtimak. sejauh pengamatan penulis dari berbagai

kriteria para astronom, setidaknya terdapat lima parameter untuk menyusun

kriteria visibilitas Hilal, yaitu:

Umur Bulan (Moon’s age)7

4 Refraksi dalam bahasa arab disebut دقائـق االختالف (Daqo’iq al-Ikhtilaf) atau biasa juga

disebut pula al-Inkisar, sedangkan dalam bahasa indonesia disebut dengan pembiasan cahaya. Secara

terminologi adalah perbedaan di antara tinggi suatu benda langit yang dilihat dengan tinggi sebenarnya

yang diakibatkan oleh adanya pembiasan sinar. Pembiasan ini terjadi karena sinar yang dipancarkan

benda tersebut sampai kepada mata penglihat, melalui lapisan-lapisan atmosfir yang berbedaa-beda

tingkan kerenggangan udaranya, sehingga posisi benda langit itu terlihat lebih tinggi dari posisi

sebenarnya Benda langit yang sedang menempati posisi zenith nilai refraksinya adalah 0°. Semakin

rendah posisi suatu benda langit maka refraksinya semakin besar. Refraksi terbesar terjadi pada posisi

ketinggian 0 meter di atas permukaan laut atau pada saat piringan atas suatu benda langit

bersinggungan dengan kaki langit (ufuk), yaitu dengan nilai = 34' 50" 5 Kerendahan ufuk (dalam ilmu hisab biasa disingkat Dip/ D’) yang dalam bahasa arab

disebut Ikhtilaf al-Ufuq (اختالف األفق) adalah perbedaan kedudukan ufuq hakiki dengan ufuq mar’i oleh

seorang pengamat yang disebabkan pengaruh ketinggian tempat peninjau. Semakin tinggi kedudukan

peninjau maka semakin besar pula nilai kerendahan ufuq ini akibatnya semakin rendahnya ufuq mar’i

tersebut (Khazin, 2004: .32-33) 6 Parallax atau yang dalam bahasa arab disebut dengan Ikhtilaf al-Mandzar (اختالف المنظر)

merupakan sudut yang terjadi antara dua garis yang ditarik dari benda langit ke titik pusat bumi dan

garis yang ditarik dari benda langit ke mata pengamat (beda lihat). Paralaks ini timbul karena

pengamat berada di permukaan bumi, sedangkan posisi benda langit menurut perhitungan ditentukan

dari titik pusat bumi 7 Umur Bulan secara keterwakilannya dalam variable visibilitas Hilal kurang tepat (perlu

diingat secara definisi visibilitas Hilal adalah manifestasi dari Hilal dapat dilihat ketika rukyat). hal ini

dikarenakan umur Bulan (moon’s age) pada dasarnya tidak berhubungan langsung dengan kecerlangan

Page 7: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

95

Ketinggian Hilal atau Irtifa’ al-Hilāl (Moon’s altitude)8

Cahaya Hilal (Crescent width)9.

Difference of Azimuth (selisih Azimut Matahari dan Bulan).

Elongasi (elongation/ Arc of light).

Dari berbagai parameter tersebut perukyat minimal harus mengikuti

parameter pemerintah Indonesia yang menggunakan kriteria MABIMS

(Menteri Agama Indonesia, Malasia, Brunei Darussalam, dan Singapura) yang

bersepakat untuk menyatukan kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan:

Tinggi Hilal tidak kurang dari 2 derajat,

Jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan

Umur Hilal tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

Hilal. Contoh Bulan yang berumur 10 jam yang terletak di ekliptika mempunyai kecerlangan yang

hampir sama dengan Bulan berumur 0 jam yang letaknya 5° jauhnya dari ekliptika. Umur Bulan

terkecil yang berhasil didokumentasikan dalam data astronomi Hilal pengamatan langsung adalah

22,15 jam (naked eye) dan 23,37 jam (binokular). Keduanya jauh di atas nilai umur bulan minimum 8

jam, yang merupakan salah satu syarat kriteria MABIMS atau LAPAN (Dirbinapera, 2000 dalam

Djamaluddin, 2000). 8 Ketinggian Hilal atau Irtifa’ al-Hilāl (dalam dunia astronomi sering disebut altitude) selalu

menjadi parameter yang urgen dikalangan astronom sebagai patokan dalam melihat dan

mendokumentasikan Hilal. keadaan ini dikarenakan semakin jauh jarak Bulan terhadap horizon,

semakin sedikit pula pengaruh hamburan cahaya senja terhadap Hilal. Semakin tinggi posisi Hilal,

maka akan semakin lama Hilal di atas ufuk bersamaan semakin hilangnya hamburan cahaya senja.

Ketinggian Hilal, di dunia astronomi selalu menjadi detektor utama dalam membuat suatu formulasi

kriteria visibilitaas Hilal, seperti yang diperaktekkan oleh kriteria Istambul, SAAO, atau LAPAN dan

lain sebagainya 9 Menurut Djamaluddin (2010), visibilitas hilal ditentukan oleh kecerlangan hilal yang terkait

dengan fraksi sabit atau umur Hilal saat maghrib atau bisa juga diindikasikan dari jarak Bulan–

Matahari. Kecerlangan langit latar depan yang dipengaruhi jarak dari matahari (efek hamburan sekitar

matahari) dan ketinggian dari horizon (efek cahaya syafaq).

Page 8: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

96

2. Pantai Binangun Kabupaten Rembang

Sebagaimana dijelaskan oleh Muchyidin10

, pantai ini telah menjadi pos

pengamatan Hilal awal bulan Hijriyah sejak tahun 80-an. Kegiatan ini bermula

dilakukan oleh para Kyai NU, yang kemudian diteruskan oleh LFNU Kabupaten

Rembang. Mulai tahun 2007 pos ini secara resmi dikoordinir oleh Badan Hisab

Rukyah (BHR) Kab. Rembang bersama dengan Kemenag dan Pengadilan Agama

setempat. Pantai yang berkoordinat 111o28’03” Bujur Timur dan 6

o38’35”

Lintang Selatan ini, dalam sejarahnya pernah berhasil melihat Hilal pada tahun

90-an11

. Akan tetapi data pengamatan tersebut tidak didapatkan secara detil.

Muchyiddin menambahkan bahwa sejak pengamatan Hilal resmi dikoordinir oleh

BHR Kab. Rembang sampai dengan sekarang belum pernah berhasil kembali

melihat Hilal.

a) Faktor Letak Geografis

Keadaan tempat rukyat pantai Binangun ini pada posisi ufuk Barat ke

Utara tidak terhalang dan sangat terbuka ufuknya, bahkan sampai ke Utara

sejati. Begitu pula untuk ufuk Barat ke Selatan (B-S), sehingga tempat ini

refresentatif jika dilihat dari view (pandangan) untuk pengamatan ufuknya

dengan ketinggian tempat mencapai 3 mdpl. Posisi tempat diujung Utara

Pulau Jawa yang semakin dekat dengan equator Bumi (garis katulistiwa),

menjadikan troposfir pada atmosfir pantai ini lebih tebal dari pada posisi

10

Staf Gara Syariah Kabupaten Rembang. Wawancara dilakukan pada tanggal 23-12-2013 11

Menurut timnya ketika dicocokan dengan data setellarium ada kemungkinan di atas 6o

derajat.

Page 9: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

97

Selatannya. Keadaan tersebut menjadi salah satu faktor sedikit mempersulit

dalam melakukan pengamatan.

b) Faktor Klimatologi

Ali Muchyiddin menuturkan pula, kebanyakan kendala yang sering

dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal di pantai Binangun ini adalah

faktor mendung. Faktor mendung ini menjadi sangat terasa terutama ketika

Hilal berada di sebelah Utara, karena wilayah Barat laut sejajar dengan

gunung Muria yang menyebabkan selalu mendung. Keadaan tersebut terjadi

terjadi dikarenakan pula Kabupaten Rembang termasuk pantai Binangun

beriklim basah. Kualitas udara di pantai ini cukup bagus, karena jarangnya

aktifitas industri menjadikan langit cukup bersih. Akan tetapi tempat ini

terlalu dekat dengan jalan raya pantura yang menyebabkan baik udara maupun

polusi cahaya banyaknya kendaraan.

c) Faktor Perhitungan Hisab

Penggunaan perbandingan kitab Badiah al-Misal dan Fath al-rauf al-

Mannan selain Ephimeris, harus memperhatikan koreksi semi diameter Bulan

dan koreksi-koreksi yang biasanya belum diperhatikan dalam penentuan

ketinggian Hilal mar’i seperti: Refraksi (Pembiasan Cahaya), Kerendahan

Ufuk, dan Parallax (beda lihat).

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat atau variabel visibilitas Hilal (ketampakan

hilal). Perukyat minimal harus mengikuti parameter pemerintah Indonesia

Page 10: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

98

yang menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Indonesia, Malaysia,

Brunei Darussalam, dan Singapura) yang bersepakat untuk menyatukan

kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan; tinggi Hilal tidak kurang dari 2

derajat, jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan umur Hilal

tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

3. Pelabuhan Kaliwungu Kabupaten Kendal

Pelabuhan Kaliwungu ini menjadi pos pengamatan Hilal awal bulan

Hijriyah mulai tahun 2008. Ulil Abshor12

menerangkan bahwa mulai pengamatan

Hilal pertama ini secara resmi yang dikoordinir oleh Badan Hisab Rukyah Daerah

(BHRD) Kab. Kendal bersama dengan PCLF NU Kab. Kendal belum pernah

berhasil melihat Hilal.

a) Faktor Letak Geografis

Keadaan tempat rukyat Pelabuhan Kaliwungi ini pada posisi ufuk Barat

ke Utara tidak terhalang dan sangat terbuka ufuknya, bahkan sampai ke Utara

sejati. Akan tetapi untuk ufuk Barat ke Selatan (B-S) hanya mendapatkan

view 30o hal ini disebabkan terhalang oleh gedung dan pepohonan. Besaran

sudut ini sudah mencakup kriteria minimal posisi geografis untuk ufuk

pengamatan. Posisi tempat diujung Utara Pulau Jawa yang semakin dekat

dengan equator Bumi (garis katulistiwa), menjadikan troposfer pada atmosfer

12

Penghulu KUA Kecamatan Kaliwungu dan Ketua PC Lajnah Falakiyah NU Kabupaten

Kendal.

Page 11: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

99

pantai ini lebih tebal dari pada posisi Selatannya. Keadaan tersebut menjadi

salah satu faktor sedikit mempersulit dalam melakukan pengamatan.

b) Faktor Klimatologi

Kendala yang sering dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal di

pelabuhan Kaliwungu ini adalah faktor mendung dan langit-langit tertutup

awan. Keadaan tersebut terjadi terjadi dikarenakan pula Kabupaten Kendal

termasuk pelabuhan Kaliwungu beriklim basah (tropis). Kualitas udara di

pantai ini cukup polutif, karena banyaknya aktifitas kapal dan kendaraan

menjadikan langit terkena polusi asap dan juga polusi cahaya. Polusi cahaya

dari lampu-lampu kapal yang berlayar juga menjadi kendala dalam

pengamatan Hilal. Tempat ini juga terlalu dekat dengan jalan raya pantura

sebagai penyebab polusi udara dari asap kendaraan.

c) Faktor Perhitungan Hisab

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat atau variabel visibilitas Hilal (ketampakan

hilal). Perukyat minimal harus mengikuti parameter pemerintah Indonesia

yang menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Indonesia, Malasia,

Brunei Darussalam, dan Singapura) yang bersepakat untuk menyatukan

kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan; tinggi Hilal tidak kurang dari 2

derajat, jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan umur Hilal

tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

Page 12: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

100

4. Observatorium PP. Assalam Kabupaten Sukoharjo

Observatorium Assalam ini menjadi pos pengamatan Hilal awal bulan

Hijriyah mulai tahun 2012. AR Sugeng Riyadi13

menerangkan bahwa mulai

pengamatan Hilal pertama ini secara resmi yang dikoordinir oleh CASA (Club

Astronomi Santri Assalam) beberapa kali berhasil melihat Hilal. Pengamatan

Hilal di Dome Astronomi (Observatorium) Assalam ini dilakukan setiap akhir dan

awal bulan hijriyah. Ketinggian Hilal yang pernah dilihat lebih di PP Assalam ini

di atas 4o derajat.

a) Faktor Letak Geografis

Keadaan tempat rukyat Dome Astronomi Assalam ini sangat

representatif karena di desain khusus untuk melihat benda-benda langit. Posisi

observatorium ini pada posisi ufuk Barat ke Utara tidak terhalang dan sangat

terbuka ufuknya, bahkan sampai ke Utara sejati. Begitu pula untuk ufuk Barat

ke Selatan (B-S). Akan tetapi diantara sepanjang ufuk azimuth 241°25’38” s/d

298°34’21.49” terdapat gunung Merapi dan Merbabu yang menghalangi

pandangan ke ufuk sampai ketinggian + 4o (empat derajat). Posisi tersebut

terletak di azimuth 275° (untuk gunung Merapi) dan azimuth 285° (untuk

gunung Merbabu).

Posisi tempat di Selatan Pulau Jawa semakin jauh dengan equator Bumi

(garis katulistiwa), menjadikan troposfer pada atmosfer pantai ini lebih tipis

13

Penghulu KUA Kecamatan Kaliwungu dan Keta PC Lajnah Falakiyah NU Kabupaten

Kendal.

Page 13: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

101

dari pada tempat rukyat lainnya yang berada diposisi Utara. Keadaan tersebut

menjadi salah satu faktor sedikit menguntungkan dalam hal posisi untuk

melakukan pengamatan.

b) Faktor Klimatologi

Walaupun pernah beberapa kali berhasil melihat Hilal, pengamatan di

PP. Assalam ini juga banyak mengalami kendala. Dan kendala yang sering

dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal adalah faktor mendung dan

langit-langit tertutup awan. Keadaan tersebut terjadi terjadi dikarenakan

Kabupaten Sukoharjo termasuk beriklim basah (tropis) ditambah dengan

polusi udara dan cahaya. Kualitas udara di observatorium PP. Assalam ini

cukup polutif, karena berada di tengah perkotaan sehingga menjadikan langit

terkena polusi asap dan juga polusi cahaya.

c) Faktor Perhitungan Hisab

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat atau variabel visibilitas Hilal (ketampakan

hilal). Perukyat minimal harus mengikuti parameter pemerintah Indonesia

yang menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Indonesia, Malasia,

Brunei Darussalam, dan Singapura) yang bersepakat untuk menyatukan

kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan; tinggi Hilal tidak kurang dari 2

derajat, jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan umur Hilal

tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

Page 14: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

102

5. Pantai Alam Indah Kota Tegal

Husni Faqih yang merupakan Ketua Tim BHRD Kota Tegal menuturkan

bahwa sejak 30 tahun silam Pantai Alam Indah Tegal banyak

ketidakberhasilannya dalam melihat Hilal. Pantai yang dipakai rukyatulhilal oleh

BHRD Kabupaten Tegal, Kota Tegal dan Kabupaten Brebes ini dalam dua tahun

terakhir berhasil melihat Hilal dan dilaporkan kepada Kementrian Agama Pusat.

Diantara rukyatulhilal yang terlihat adalah awal Syawal 1434 H., dengan

ketinggian Hilal 3.5o dan posisi Hilal 5

o di Selatan Matahari.

a) Faktor Letak Geografis

Posisi ufuk Barat ke Utara pantai Alam Indah Tegal ini tidak terhalang

dan sangat terbuka, bahkan sampai ke Utara sejati. Begitu pula untuk ufuk

Barat ke Selatan (B-S), sehingga tempat ini representatif jika dilihat dari view

(pandangan) untuk pengamatan ufuknya dengan ketinggian tempat mencapai

40 mdpl. Posisi tempat diujung Utara Pulau Jawa yang semakin dekat dengan

equator Bumi (garis katulistiwa), menjadikan troposfer pada atmosfer pantai

ini lebih tebal dari pada posisi Selatannya. Keadaan tersebut menjadi salah

satu faktor sedikit mempersulit dalam melakukan pengamatan.

b) Faktor Klimatologi

Kendala yang sering dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal di

pantai Alam Indah Tegal adalah faktor mendung. Keadaan tersebut terjadi

terjadi dikarenakan pula Kota Tegal termasuk pantai Alam Indah Tegal

Page 15: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

103

beriklim basah. Kualitas udara di pantai ini cukup bagus, karena jarangnya

aktifitas industri menjadikan langit cukup bersih.

c) Faktor Perhitungan Hisab

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat atau variabel visibilitas Hilal (ketampakan

hilal). Perukyat minimal harus mengikuti parameter pemerintah Indonesia

yang menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Indonesia, Malasia,

Brunei Darussalam, dan Singapura) yang bersepakat untuk menyatukan

kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan; tinggi Hilal tidak kurang dari 2

derajat, jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan umur Hilal

tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

6. Pantai Logending Kabupaten Kebumen

Pantai yang dipakai rukyatulhilal oleh Kemenag Kabupaten Kebumen ini

pernah berhasil melihat Hilal dan dilaporkan kepada Kementrian Agama Pusat.

Dari penuturan Ma’rufin Sudibyo14

, rukyatulhilal yang pernah terlihat di pos

rukyat yang beroprasi pada awal tahun 2013 ini adalah awal Syawal 2013 dengan

ketinggian Hilal 6o (derajat). Ia juga menambahkan bahwa pos rukyat yang

dicarinya bersama para penggiat falak Kabupaten Kebumen sangat refresntatif,

apalagi ditambah dengan pembenahan infrastruktur.

a) Faktor Letak Geografis

14

Ahli falak Kabupaten Kebumen

Page 16: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

104

Posisi ufuk Barat ke Utara pantai Logending ini tidak terhalang dan

sangat terbuka, bahkan sampai ke Utara sejati. Begitu pula untuk ufuk Barat

ke Selatan (B-S), sehingga tempat ini refresentatif jika dilihat dari view

(pandangan) untuk pengamatan ufuknya dengan ketinggian tempat mencapai

35 mdpl. Walaupun diantara sepanjang ufuk azimuth 241°25’38” s/d

298°34’21.49” yaitu pada posisi azimuth 256°19’ terdapat pulau

Nusakambangan yang menghalangi pandangan ke ufuk, hal itu tidak

bermasalah karena di bawah ketinggian + 1.8o. Posisi tempat diujung Selatan

Pulau Jawa yang semakin jauh dengan equator Bumi (garis katulistiwa),

menjadikan troposfir pada atmosfir pantai ini lebih kecil dari pada tempat

diposisi Utaranya. Keadaan ini lebih menguntungkan dibandingkan tempat

yang berada di belahan Utaranya.

b) Faktor Klimatologi

Kendala yang sering dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal di

pantai Logending ini adalah faktor mendung dan ketika air pasang. Keadaan

tersebut terjadi terjadi dikarenakan pula kabupaten Kebumen yang termasuk

pantai Logending beriklim basah (tropis). Kualitas udara di pantai ini sangat

bagus, karena tidak ada aktifitas industri, pemukiman dan polusi udara dan

polusi cahaya sehingga menjadikan langit cukup bersih.

c) Faktor Perhitungan Hisab

Penggunaan perbandingan hisab selain haqiqi bi-at-tadqiq seperti

kitab Badiah al-Misal, harus memperhatikan koreksi semi diameter Bulan dan

Page 17: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

105

koreksi-koreksi yang biasanya belum diperhatikan dalam penentuan

ketinggian Hilal mar’i seperti: Refraksi (Pembiasan Cahaya), Kerendahan

Ufuk, dan Parallax (beda lihat).

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat atau variabel visibilitas Hilal (ketampakan

hilal). Perukyat minimal harus mengikuti parameter pemerintah Indonesia

yang menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Indonesia, Malasia,

Brunei Darussalam, dan Singapura) yang bersepakat untuk menyatukan

kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan; tinggi Hilal tidak kurang dari 2

derajat, jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan umur Hilal

tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

7. Pantai Jatikontal Kabupaten Purworejo

Keberadaan pantai Jatikontal sebagai tempat rukyat, tidak lepas dari pantai

Jatimalang dan pantai Keburuhan. Pada awalnya tempat rukyat BHRD Purworejo

berlokasi di pantai Jatimalang di kecamatan yang sama. Adanya program

konservasi pantai di area tersebut, menyebabkan ufuk di lokasi tersebut terhalang

oleh tanaman cemara udang. Oleh sebab itu pada tahun 2010 lokasi pun dipindah

ke pantai Keburuhan Ngombol. Di pantai Keburuhan ini hanya bertahan satu

tahun, karena disebabkan adanya abrasi pantai sehingga tidak layak lagi

digunakan. Atas usul beberapa tokoh, tempat rukyat dipindah ke pantai Jatikontal

Desa Jatikontal Kec. Purwodadi.

Page 18: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

106

Selama dibuka tahun 2011 untuk rukyatulhilal pantai ini pada dasarnya

belum pernah melihat Hilal tanggal pertama. Akan tetapi sebagaimana penuturan

Arif Asnan15

pantai ini pernah dilakukan latihan rukyatulhilal pada tanggal 2

Syawal 1431 H dan dapat dilihat sampai ketinggian 4o (empat derajat). Adapun

yang menyebabkan ketidakberhasilannya adalah sering tertutup awan, mendung

dan ombak pantai yang besar serta uap air laut yang meningkat.

a) Faktor Letak Geografis

Posisi ufuk Barat ke Utara pantai Jatikontal ini tidak terhalang dan

sangat terbuka, bahkan sampai ke Utara sejati. Begitu pula untuk ufuk Barat

ke Selatan (B-S), sehingga tempat ini refresentatif jika dilihat dari view

(pandangan) untuk pengamatan ufuknya dengan ketinggian tempat mencapai

3 mdpl. Posisi tempat diujung Selatan Pulau Jawa yang semakin jauh dengan

equator Bumi (garis katulistiwa), menjadikan troposfer pada atmosfer pantai

ini lebih kecil dari pada tempat diposisi Utaranya. Keadaan ini lebih

menguntungkan dibandingkan tempat yang berada di belahan Utaranya.

b) Faktor Klimatologi

Kendala yang sering dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal di

pantai Jatikontal ini adalah faktor mendung dan ketika air pasang. Keadaan

tersebut terjadi terjadi dikarenakan pula kabupaten Purworejo yang termasuk

pantai Jatikontal beriklim basah (tropis). Kualitas udara di pantai ini sangat

15

Ahli Falak/ Staf Sub.Bag TU Kemenag Kabupaten Purworejo

Page 19: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

107

bagus, karena tidak adanya aktifitas industri, pemukiman dan polusi udara dan

polusi cahaya sehingga menjadikan langit cukup bersih.

c) Faktor Perhitungan Hisab

Penggunaan perbandingan hisab selain haqiqi bi-at-tadqiq seperti

kitab Khulasoh Al-Wafiyah dan as-Syahru, harus memperhatikan koreksi semi

diameter Bulan dan koreksi-koreksi yang biasanya belum diperhatikan dalam

penentuan ketinggian Hilal mar’i seperti: Refraksi (Pembiasan Cahaya),

Kerendahan Ufuk, dan Parallax (beda lihat).

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat atau variabel visibilitas Hilal (ketampakan

hilal). Perukyat minimal harus mengikuti parameter pemerintah Indonesia

yang menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Indonesia, Malasia,

Brunei Darussalam, dan Singapura) yang bersepakat untuk menyatukan

kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan; tinggi Hilal tidak kurang dari 2

derajat, jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan umur Hilal

tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

8. Pantai Kartini Kabupaten Jepara

Dalam beberapa tahun sebelum tahun 2011 pengamatan Hilal belum

sekalipun berhasil. Akan tetapi rukyat tetap dilakukan di pantai ini karena

menurut beberapa tokoh, tempat ini memiliki ufuk yang bagus. Bahkan lebih dari

itu, laporannya selalu dijadikan pertimbangan pada sidang Isbat penentuan awal

Page 20: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

108

bulan Hijriyah. Pantai Kartini Jepara termasuk salah satu lokasi terbaik di Pulau

Jawa untuk rukyatulhilal (Zuhdi: 23-12-2013).

Persaksian melihat Hilal di pantai Kartini pernah terjadi pada hari Selasa

29 Agustus 2011, pukul 17.39 WIB, selama 10 detik oleh Sayful Mujab dosen

STAIN Kudus Jawa Tengah, yang tengah melakukan rukyat di Pantai Kartini

Jepara. Posisi Hilal pada tanggal yang sama juga dilihat seorang tokoh agama,

dan dua dosen di Pantai Cakung, Jakarta Timur, pada pukul 17.56 WIB. Sayful

Mujab, menyatakan melihat Hilal dengan ketinggian hampir sebesar 1,5o

dengan elongasi lebih dari 5o di sebelah Selatan Matahari. Syaiful Mujab

menjelaskan, bahwa Kementerian Agama telah memiliki ketentuan awal bulan

yang ditentukan bila Hilal dapat dilihat minimal 2o, akan tetapi menurutnya

Kemenag tidak pernah memperhatikan soal elongasi (Mujab: 05-01-2014).

Pejabat Kementerian Agama (Kemenag) meragukan keakuratan

pengidentifikasian benda langit yang dilakukan Sayful Mujab. Pejabat Kemenag

tersebut, menganggap bahwa yang dilihat oleh Sayful Mujab adalah Venus.

Kementerian Agama pusat meragukannya karena banyaknya halusinasi yang

mungkin terjadi di pelaksanaan rukyatulhilal. Menurut Sayful Mujab, Venus

dengan mudah dapat dibedakan dari Bulan. Dari segi ukuran dan bentuk sudah

sangat berbeda antara Venus dan Bulan. Venus terlalu kecil dan tidak mungkin

diidentifikasi sebagai Hilal. Jupiter yang lebih besar dari Venus pun tidak bisa

dianggap sebagai Hilal, karena bentuk dan ukurannya sudah jauh berbeda dari

Page 21: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

109

pandangan mata. Apalagi Venus yang lebih kecil dibanding Jupiter. (Mujab: 05-

01-2014)

Pada saat itu, pejabat Kementerian Agama berkali-kali menyatakan

bahwa hasil penglihatan Sayful Mujab tidak akurat. Sayful Mujab berujar

bahwa dia cuma sebagai orang yang menyaksikan dan melaporkan. Untuk

urusan diterima atau tidak laporan itu merupakan haknya Kemenag RI di

Jakarta (Mujab: 05-01-2014). Akhirnya, hasil itu ditolak karena dianggap tidak

sesuai dengan keriteria Pemerintah.

a) Faktor Letak Geografis

Pantai Kartini Jepara, terbilang mempunyai ufuk yang bagus untuk

melakukan rukyat dan tidak terhalang apapun (sangat terbuka) baik

pandangan ufuk Barat ke Utara maupun ufuk Barat ke Selatan. Meskipun di

sebelah Barat terdapat pulau Panjang, pulau tersebut tidak menghalangi

medan pandang untuk melakukan rukyat karena berada pada lebih dari 28o.

Selain itu posisi tempat rukyat juga lebih menjorok ke Utara (di atas laut)

sehingga sangat representatif dengan ketinggian tempat mencapai 3m dpl.

Posisi tempat diujung Utara Pulau Jawa yang semakin dekat dengan equator

Bumi (garis katulistiwa), pada dasarnya menjadikan troposfer pada atmosfer

pantai ini lebih tebal dari pada posisi Selatannya. Keadaan tersebut menjadi

salah satu faktor sedikit mempersulit dalam melakukan pengamatan karena

akan terlihat banyaknya awal tebal di ufuk.

Page 22: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

110

b) Faktor Klimatologi

Kendala yang sering dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal di

pantai Kartini Jepara adalah faktor mendung. Keadaan tersebut terjadi

dikarenakan pula kabupaten Jepara termasuk pantai Kartini Jepara beriklim

basah. Kualitas udara di pantai ini cukup bagus, karena tidak adanya aktifitas

industri menjadikan langit cukup bersih tanpa polusi udara dan polusi cahaya.

c) Faktor Perhitungan Hisab

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat atau variabel visibilitas Hilal (ketampakan

hilal). Perukyat minimal harus mengikuti parameter pemerintah Indonesia

yang menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Indonesia, Malasia,

Brunei Darussalam, dan Singapura) yang bersepakat untuk menyatukan

kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan; tinggi Hilal tidak kurang dari 2

derajat, jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan umur Hilal

tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

9. Menara Al-Husna MAJT Kota Semarang

Sejak tahun 2007 sampai tahun 2009 pengamatan Hilal di Menara Al-

Husna belum sekalipun berhasil. Tertanggal 19 September 2009 hari Sabtu pukul

17.36 WIB persaksian melihat Hilal di Menara Al-Husna MAJT pernah terjadi

oleh Ahmad Izzuddin (dosen IAIN Walisongo) dan Hendro Setyanto (staf Ahli

LF PBNU) yang tengah melakukan rukyat untuk penetapan 1 Syawal 1430 H.

Page 23: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

111

Akan tetapi kejadian ini dipastikan terlihatnya Hilal berdasar hasil rekaman

dari teleskop. Akan tetapi selama ini belum pernah terjadi pengamatan Hilal yang

langsung terlihat oleh mata di ufuk Menara Al-Husna MAJT. Sebelum dan

sesudah itu sampai sekarang pun belum berhasil terlihat kembali.

a) Faktor Letak Geografis.

Jika dilihat dari posisi ufuk, Menara Al-Husna terbilang mempunyai

ufuk yang sangat bagus untuk melakukan rukyat dan tidak terhalang apapun

(sangat terbuka) baik pandangan ufuk Barat ke Utara maupun ufuk Barat ke

Selatan. Selain itu posisi tempat rukyat juga lebih tinggi dari gedung-gedung

sekitar sehingga sangat representatif dengan ketinggian tempat mencapai 95

mdpl. Posisi tempat diujung Utara Pulau Jawa yang semakin dekat dengan

equator Bumi (garis katulistiwa), pada dasarnya menjadikan troposfer pada

atmosfer pantai ini lebih tebal dari pada posisi Selatannya. Keadaan tersebut

menjadi salah satu faktor sedikit mempersulit dalam melakukan pengamatan

karena akan terlihat banyaknya awal tebal di ufuk.

b) Faktor Klimatologi

Kendala yang sering dihadapi setiap kali melaksanakan rukyatulhilal di

Menara Al-Husna adalah adalah faktor mendung. Keadaan tersebut terjadi

dikarenakan komplek MAJT berada di tengah kota besar yang tergolong

sangat polutif. Selain itu pula Kota Semarang termasuk komplek MAJT

beriklim basah. Kualitas udara di MAJT ini kurang bagus, karena banyaknya

Page 24: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

112

aktifitas industri dan pemukiman serta perkotaan sehingga terjadi polusi udara

dan cahaya.

Gambar 4.3. Kondisi Ufuk Menara Al-Husna MAJT Semarang

c) Faktor Perhitungan Hisab

Dalam perhitungan pengamat juga harus memperhatikan faktor-faktor

kemungkinan Hilal dapat dilihat atau variabel visibilitas Hilal (ketampakan

hilal). Perukyat minimal harus mengikuti parameter pemerintah Indonesia

yang menggunakan kriteria MABIMS (Menteri Agama Indonesia, Malasia,

Brunei Darussalam, dan Singapura) yang bersepakat untuk menyatukan

kriteria visibilitas Hilal dengan ketentuan; tinggi Hilal tidak kurang dari 2

derajat, jarak sudut Hilal ke Matahari tidak kurang 3 derajat dan umur Hilal

tidak kurang dari 8 jam setelah konjungsi terjadi.

B. Kondisi Tempat Dan Media Pendukung Rukyat

1. Pantai Ujungnegoro Kabupaten Batang

a) Kondisi Lingkungan Dan Tempat Rukyat

Lokasi ini dipilih sebagai tempat pengamatan karena secara geografis

terletak paling utara dibanding pantai-pantai yang lain sehingga lebih strategis

Page 25: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

113

untuk dijadikan tempat pengamatan. Nama Ujungnegoro yang diberikan pada

pantai ini dikarenakan posisinya yang paling utara (ujung) sehingga dinamakan

Ujungnegoro. Kondisi geografis pantai yang tinggi juga memberikan

keuntungan dalam proses pengamatan, karena semakin tinggi suatu tempat akan

semakin baik untuk pengamatan. (Nasrullah: 30-12-2013)

Akan tetapi untuk mencapai titik pengamatan kedua, pengamat harus

berjalan melewati jalan setapak pada lorong sejauh 500 meter ke arah Barat.

Nasrullah menceritakan bahwa akses menuju titik kedua ini pun tidak sebaik

sebelumnya. jika sebelumnya akses dari jalan desa menuju titik kedua sejauh

500 meter ini bisa dilalui oleh kendaraan sejenis mobil, maka untuk saat ini

sepeda motor pun sulit untuk melewati jalan tersebut. Jalan yang masih berupa

jalan setapak tersebut sangat licin dan berlumpur saat hujan.

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Minimnya sarana dan prasarana di Pantai Ujungnegoro ini menjadi salah

satu yang dikeluhkan pelaksana rukyat. Hal yang paling urgen untuk dibenahi

adalah akses listrik. Sebab selain mengurangi kenyamanan perukyat ketika

alam mulai gelap, juga tidak bisa mengoprasionalkan perangkat alat rukyat

yang membutuhkan aliran listrik, seperti teleskop otomatis, laptop, dan

sebagainya. Adapun sarana dan prasarana lain yang belum mendukung adalah;

peralatan rukyat masih berupa penanda (pengarah) azimut manual untuk

menhadap dan sebuah theodolite, serta belum adanya bangunan khusus yang

Page 26: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

114

dirancang untuk rukyatulhilal. Hal lain yang belum dibenahi dari sarana

prasarana lainnya adalah keberadaan rekap data yang belum ada.

2. Pantai Binangun Kabupaten Rembang

a) Kondisi Lingkungan dan Tempat Rukyat

Dipilihnya pantai Binangun ini sebagai tempat rukyatulhilal

dikarenakan tempat yang berada paling Utara sehingga memudahkan untuk

melihat ufuk. Selain itu pula tempat ini sudah dipakai melihat Hilal sejak

lama. Tempat yang digunakan untuk rukyatulhilal merupakan tanah inventaris

milik Pemkab/Desa. Untuk akses menuju tempat ini sangat lancar karena

disamping jalan pantura. Akan tetapi jika menjelang sore hari keadaan tempat

menjadi sangat ramai sekali karena pantai Binangun ini merupakan salah satu

tempat wisata di kabupaten Rembang.

Selain di Pantai Binangun ini, Ali Muchyiddin menuturkan bahwa ada

tempat di Kabupaten Rembang yang sangat direkomendisikan untuk dijadikan

tempat rukyatulhilal yaitu Bukit Pomahan dan Bumi Perkemahan Sudo.

Bahkan dari data ilmiyah dan pengamatan selama ini Bukit Pomahan

merupakan yang paling bagus untuk dijadikan tempat observasi. Akan tetapi

kendala yang didapatkan adalah akses yang sulit dan tempat yang tidak

kondusif untuk menampung orang banyak (perlu dibuatkan tempat khusus dan

permanen). Akses jalan menuju Bukit Pomahan ini sangat sulit dilalui

kendaraan karena jalan yang becek serta jarak dari jalan raya ke lokasi

membutuhkan jarak sekitar 2 Km.

Page 27: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

115

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Kondisi fisik tempat rukyat di Pantai Binangun ini tergolong nyaman

karena tempat yang datar dan menampung banyak orang. Hanya saja belum

adanya tempat yang dibuat khusus untuk rukyatulhilal. Untuk peralatan rukyat

tergolong cukup sebagai media penunjang rukyatulhilal mulai dari yang

manual, mata telanjang hingga peralatan seperti theodolit. Perkara yang belum

dibenahi dari sarana prasarana lainnya adalah keberadaan rekap data yang

belum ada.

3. Pelabuhan Kaliwungu Kabupaten Kendal

a) Kondisi Lingkungan dan Tempat Rukyat

Seperti halnya tempat-tempat rukyat lainnya, terutama yang memakai

jasa pantai sebagai jasa observasi Hilal, Dipilihnya Pelabuhan Kaliwungu ini

dikarenakan tempat yang berada paling Utara sehingga memudahkan untuk

melihat ufuk. Walaupun akses jalan ke lokasi banyak yang rusak sehingga

apabila terjadi hujan, jalan menjadi becek dan banyak genangan air. Akses

jalan ini pada dasarnya relatif dekat dan mudah terjangkau dengan jarak 4,2

KM dari jalan alteri Kaliwungu.

Selain pelabuhan yang merupakan inventaris Pemkab Kendal ini,

tempat observasi Hilal di kabupaten Kendal yang direkomendasikan dan

digunakan lainnya adalah pantai Sendang Sikucing Rowosari. Keadaan,

kondisi serta kendala-kendalanya hampir sama dengan pelabuhan Kaliwungu.

Akan tetapi untuk fasilitasnya lebih baik pelabuhan Kaliwungu ini.

Page 28: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

116

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Kondisi fisik tempat rukyat di Pelabuhan ini tergolong nyaman karena

tempat yang datar dan menampung banyak orang. Plabuhan yang dibangun

pada tahun 2001 oleh Pemkab Kendal terletak di Desa Wonorejo kecamatan

Kaliwungu dengan menempati area seluas 58 ha. Awal pembuatan pelabuhan

Kaliwung ini seduah tentu diperuntukan sebagai sebuah pelabuhan dengan

fungsi sebagai pelabuhan penyebrangan, dan pengiriman barang. Fasilitas

yang berada di pelabuhan ini antara lain terminal penumpang, areal parkir,

kantor oprasional pengelolaan pelabuhan, dan instalasi air serta listrik. Secara

fasilitas penunjang tempat, penggunaan pelabuhan ini sebagai tempat

rukyatulhilal sangat cocok sekali.

Dilihat dari vasilitas penunjangnya, tempat ini belum dilengkapi

dengan bangunan atau area yang dibuat dan didesain khusus untuk

rukyatulhilal seperti menara pandang atau yang lainnya. Untuk vasilitas

peralatan rukyat tergolong minim sebagai media penunjang rukyatulhilal,

dikarenakan swadaya perukyat yang membawa sendiri-sendiri alat yang akan

digunakan melihat Hilal. Sehingga pengguna dengan mata telanjang lebih

banyak walaupun juga ada yang membawa alat seperti theodolit. Hal lain

yang belum dibenahi dari sarana prasarana seperti kebanyakan tempat lainnya

yaitu keberadaan rekap data yang tidak tertata bahkan cendrung tidak ada.

Page 29: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

117

4. Observatorium PP. Assalam Kabupaten Sukoharjo

a) Kondisi Lingkungan dan Tempat Rukyat

Pemilihan tempat ini sebagai lokasi pengamatan Hilal tidak terlepas

dari keinginan Pengelola PP. Assalam untuk membuat tempat observatorium

Astronomi. Tempat ini diharapkan menjadi icon PP. Assalam sebagai pondok

yang berbasis riset dalam mengembangkan ilmu selain ilmu-ilmu keagamaan.

Dome astronomi PP. Assalam ini didesain khusus agar menyerupai miniatur

observatorium Boscha Lembang Bandung. Dari mulai desain bentuk hingga

oprasionalnya dibangun semirip mungkin. Keberadaan observatorium yang

didesain khusus inilah yang menjadikan tempat ini dijadikan lokasi

pengamatan Hilal di Solo Raya.

Akses menuju tempat ini sangat mudah, lancar dan ramai karena berada

di dalam Kota. Tempat ini berada di sebelah Universitas Muhammadiyah

Surakarta. Walaupun berada di tempat yang berkondisi lingkungan ramai,

observatorium (dome) astronomi PP. Assalam ketika dalam kegiatan

penggunaannya sangat kondusif karena berada di dalam lingkungan area PP.

Assalam. Selain tempat ini, para penggiat falak di Kabupaten Sukoharjo dan

sekitarnya belum melakukan observasi tempat lainnya.

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Kondisi dome astronomi di PP. Assalam sangat nyaman, kondusif serta

refresentatif untuk melakukan observasi benda-benda langit. Tempat utama

yang didesain khusus ini berada di lantai enam. Sarana dan prasarana yang

Page 30: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

118

dipakai tergolong sangat komplit. Peralatan observasi seperti alat pengamat

benda langit, dan komponen lainnya terholong beragam mulai yang tergolong

tua (sederhana), konvensional hingga robotik modern. Selain itu penataan dan

dokumentasi tersimpan rapi dan sebagian selalu terpublikasikan di blog resmi

CASA16

5. Pantai Alam Indah Kota Tegal

a) Kondisi Lingkungan dan Tempat Rukyat

Pemilihan Pantai Alam Indah sebagai tempat rukyatulhilal disebabkan

pantai ini berada paling Utara dan menjorok ke laut dibanding gugusan pantai

Utara lainnya di Kota Tegal. Dengan spesifikasi keberadanya tersebut

memudahkan pengamat untuk melihat ufuk. Selain itu pula tempat ini sudah

dipakai melihat Hilal sejak lama.17

Untuk akses menuju tempat ini juga sangat

mudah, lancar dan ramai karena berada dekat dengan jalur pantura. Selain

tempat ini, para pemerhati falak di Kota Tegal dan sekitarnya belum

melakukan observasi lebih lanjut.

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Kondisi tempat rukyat di Pantai Alam Indah ini tergolong nyaman

karena tempat yang datar dan menampung banyak orang. Hanya saja belum

16

Blog resmi tersebut adalah http://blogcasa.wordpress.com. 17

Pantai ini dinamakan Pantai Alam Indah dikarenakan melalui proses peresmian pantai

sebagai tempat pariwisata di Kota Tegal. Setelah para pengelola pantai mendapatkan persetujuan dari

Walikota, maka untuk memproses lebih lanjut agar tempat rekreasi pantai cepat terwujud, dibentuk

badan hukum yang ditunjuk adalah CV. ALAM INDAH tepatnya pada tahun 1972. Dengan

terbentuknya akte pendirian CV. ALAM INDAH maka selanjutnya tempat rekreasi ini disebut Pantai

Alam Indah (PAI ).

Page 31: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

119

adanya tempat/bangunan yang dibuat khusus untuk rukyatulhilal. Untuk

peralatan rukyat tergolong cukup lengkap ketika pelaksanaanya sebagai media

penunjang rukyatulhilal mulai dari yang manual hingga modern, seperti mata

telanjang, Theodolite, GPS (Global Positioning System), teropong binokuler

dan 2 gawang lokasi dan belum menggunakan teleskop.

Fasilitas rukyat lainnya yang ada di Pantai Alam Indah Tegal yaitu

terdapat tempat berteduh yang merupakan ruangan operasional Menara

Distrik Navigasi Angkatan Laut, sehingga dapat membantu keefesiensian para

perukyat saat obsevasi hilal. fasilitas ini merupakan hal yang tidak kalah

pentingnya, sebab hal ini setidaknya tidak mengganggu para perukyat yang

akan melakukan observasi di tempat tersebut, sehingga acara rukyatulhilal

berjalan dengan efisien dan lancar baik sebelum ataupun setelah selesainya

rukyat. Hal lain yang perlu ada adalah arsip data dan pendokumentasian hasil.

6. Pantai Logending Kabupaten Kebumen

a) Kondisi Lingkungan dan Tempat Rukyat

Pantai Logending yang merupakan gugusan dari pantai Ayah dipilih

sebagai tempat rukyatulhilal dikarenakan pantai ini berada di daerah paling

Selatan Kebumen. Selain itu pantai Logending juga dipilih di gugusan pantai

Ayah karena mempunyai view ufuk yang bagus namun mempunyai akses

yang mudah. Yang menguatkan para pemerhati falak di Kabupaten Kebumen

untuk memilih tempat ini adalah keberhasilan melihat Hilal diusia belum ada

setahun dalam penggunaan tempat tersebut.

Page 32: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

120

Untuk akses menuju tempat ini tergolong lancar walaupun berbukit

dan jauh dari pusat Kota serta sulitnya transportasi umum. Selain tempat ini,

para penggiat ilmu falak di Kabupaten Kebumen ini, sebagaimana Ma’rufin

Sudibyo tuturkan sering melakukan penelitian. Salah satu yang sangat

direkomendasikan bahkan lebih bagus view-nya dari tempat lain adalah Pantai

Karangbolong. Akan tetapi pantai Karngbolong ini sangat sulit diakses oleh

kendaraan dan juga masih sangat curam.

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Kondisi infrastruktur tempat rukyat Pantai Logending tergolong

nyaman karena tempat yang datar dan menampung cukup banyak orang.

Hanya saja belum adanya tempat/bangunan yang dibuat khusus untuk

rukyatulhilal. Keberadaan bangunan milik Pemda Kebumen di pantai ini dapat

dimanfaatkan sebagai fasilitas berteduh, dan menyiapkan kegiatan para

perukyat. Untuk peralatan rukyat tergolong cukup lengkap walaupun milik

BHRD hanya sebuah theodolite. Media penunjang rukyatulhilal lainnya yang

dipakai perukyat adalah teleskop binokuler dan SLR. Akan tetapi tidak adanya

fasilitas listrik menjadikan observasi hanya memakai alat manual. Dan yang

belum diperhatikan, ditata dan dibenahi oleh para perukyat di pantai ini adalah

publikasi dan arsip.

Page 33: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

121

7. Pantai Jatikontal Kabupaten Purworejo

a) Kondisi Lingkungan dan Tempat Rukyat

Pantai Logending dipilih sebagai tempat rukyatulhilal dikarenakan

pantai ini berada di daerah paling Selatan Kebumen. Selain itu pemilihannya

berhubungan dengan daerah konservasi pantai Jatimalang dan adanya abrasi

pantai Keburuhan (sebagai mana telah disampaikan pada sub bab

sebelumnya). Di luar itu, pemilihan pantai ini dipilih karena sebelumnya ada

survaying, observasi dan pelatihan untuk memastikan kelayakannya. Hasilnya

tempat ini bisa melihat Hilal sampai 4 derajat.

Pantai Jatikontal juga mempunyai view ufuk yang bagus untuk

pengamatan.Untuk akses menuju tempat ini tergolong lancar walaupun jauh

dari pusat Kota. Selain tempat ini, para pegiat ilmu falak di Kabupaten

Jatikontal yang digawangi oleh BHRD, belum melakukan penelitian lebih

lanjut. Dari hasil sementara pantai inilah yang paling bagus.

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Kondisi infrastruktur tempat rukyat Pantai Logending belum

refresentatif dan masih sangat minim walaupun dapat menampung banyak

orang (karena merupakan pantai yang luas). Hal tersebut karena belum adanya

tempat/bangunan yang dibuat khusus untuk rukyatulhilal. Keberadaan TPI di

pantai ini dapat dimanfaatkan sebagai fasilitas berteduh, dan menyiapkan

kegiatan para perukyat. Untuk peralatan rukyat BHRD hanya memiliki sebuah

theodolite. Selain itu tidak adanya fasilitas listrik menjadikan observasi hanya

Page 34: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

122

memakai alat manual dan sedikit menyulitkan. Juga yang perlu diperhatikan,

ditata dan dikelola adalah publikasi dan arisf.

8. Pantai Kartini Kabupaten Jepara

a) Kondisi Lingkungan dan Tempat Rukyat

Pantai Kartini dipilih sebagai tempat rukyatulhilal disebabkan pantai

ini berada paling Utara dan menjorok ke laut dibanding gugusan pantai Utara

lainnya di wilayah Jepara. Dengan spesifikasi keberadaannya tersebut

memudahkan pengamat untuk melihat ufuk. Selain itu pula tempat ini sudah

dipakai melihat Hilal sejak lama. Untuk akses menuju tempat ini juga sangat

mudah, lancar dan ramai walaupun cukup jauh dari pusat Kota Jepara. Pantai

ini merupakan salah satu destinasi wisata yang ada di wilayah Jepara. Selain

tempat ini, di wilayah Jepara terdapat pula pantai Bandengan.

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Kondisi tempat di Pantai Kartini tergolong nyaman karena tempat

yang datar dan menampung banyak orang. Hanya saja belum adanya

tempat/bangunan yang dibuat khusus untuk rukyatulhilal. Untuk peralatan

rukyat tergolong cukup lengkap ketika pelaksanaanya sebagai media

penunjang rukyatulhilal mulai dari yang manual hingga modern, seperti mata

telanjang, Theodolite, GPS (Global Positioning System), teropong binokuler,

teleskop dan lain sebagainya (dari berbagai observator yang melakukan

pengamatan Hilal).

Page 35: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

123

Fasilitas rukyat lainnya yang ada di Pantai Kartini dan juga merupakan

fasilitas wisata cukup lengkap yaitu terdapat tempat berteduh, akses listrik,

Musholla. Hal lain yang perlu ada adalah arsip data dan pendokumentasian

hasil

9. Menara Al-Husna MAJT Kota Semarang

a) Kondisi Lingkungan dan Tempat Rukyat

Pemilihan tempat ini sebagai lokasi pengamatan Hilal tidak terlepas

dari para The Founding Father Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) yang

berkeinginan membuat Menara Al-Husna. Keberadaan MAJT diharapkan

menjadi icon Jawa Tengah, sedangkan Menara Al-Husna merupakan salah

satu icon dan daya tarik MAJT. Salah satu fasilitas utama Menara Al-Husna

menara pandang. Dibagian inilah terdapat tempat observasi Hilal (benda

langit). Tempat observasi Hilal Menara AL-Husna ini didesain khusus agar

mempermudah untuk melakukan observasi. Keberadaan observatorium yang

didesain khusus inilah yang menjadikan tempat ini dijadikan sebagai lokasi

pengamatan Hilal di wilayah Semarang.

Akses menuju tempat ini sangat mudah, lancar dan ramai karena berada

di Kota. Walaupun berada di tempat yang berkondisi lingkungan ramai,

observatorium (dome) Hilal Menara Al-Husna ini ketika penggunaannya

sangat kondusif karena berada di dalam lingkungan area MAJT. Selain tempat

ini, para penggiat falak di Kota Semarang biasa menggunakan Pantai Marina

sebagai lokasi pengamatan Hilal.

Page 36: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

124

b) Kondisi Fisik Tempat Rukyat

Kondisi tempat observasi Hilal di MAJT sangat nyaman, kondusif

serta refresentatif untuk melakukan observasi benda-benda langit. Tempat

yang didesain khusus untuk melihat Hilal ini berada di lantai sembilan belas

(19). Sarana dan prasarana yang dipakai tergolong sangat komplit. Peralatan

observasi seperti alat pengamat benda langit, dan komponen lainnya tergolong

modern dan beragam mulai yang sederhana dan konvensional seperti Rubu’

Mujayyab, hingga robotik modern seperti Teleskop. Untuk penataan dan

dokumentasi arsip masih masih sebatas dilakukan oleh Kanwil Kemenag

Provinsi Jawa Tengah, belum ada tempat khusus yang disimpan di tempat

observasi Menara Al-Husna atau MAJT.

C. Analisis Kelayakan Tempat-Tempat Rukyat di Jawa Tengah

Dalam mendiagnosa kelayakan suatu tempat rukyat dibutuhkan suatu

parameter tertentu. Adapun parameter untuk menentukannya dapat dilihat dengan

teori-teori astrogeografis dalam tata tempat, tata cara dan tata kelola

rukyat/pengamatan yang baik untuk dijadikan suatu teori atau parameter dalam uji

kelayakan tempat observasi seperti rukyatulhilal. Dengan parameter ini akan lebih

mudah untuk memberikan hasil dan kesimpulan tentang kelayakan tempat rukyat.

Dari hasil analisis teori maka ada dua parameter yang harus dipenuhi sebuah tempat

observasi benda langit yaitu parameter primer dan parameter sekunder. Kedua

parameter ini harus terintegrasi kuat agar dapat menghasilkan suatu tempat

pengamatan yang sangat baik.

Page 37: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

125

Parameter primer merupakan parameter yang mencakup aspek geografis

tempat dan kondisi klimatologi lingkungan. Adapun parameter sekunder merupakan

parameter yang mencakup aspek sarana, prasarana, fasilitas, dan penggunaan hisab

serta perukyat. Dengan kedua paremeter ini dapat diberikan suatu dasar penilain

tingkat kelayakan sebagai berikut:

Tabel. 4.1. Tabel Kriteria Kelayakan

No Tingkat Kelayakan Kriteria Kelayakan Tempat Rukyat

1 Layak Tempat rukyat memiliki aspek primer dan

sekunder secara baik

2 Cukup Layak Tempat rukyat memenuhi kriteria kedua aspek

dengan salah satunya kurang baik atau aspek

primer saja secara baik

3 Kurang Layak Tempat rukyat memenuhi kriteria sekunder

saja (secara baik) atau primer saja akan tetapi

kurang baik

4 Tidak Layak Jika tempat rukyat tidak memiliki keduanya

atau ada parameter sekunder akan tetapi

kurang baik

NB: Tingkat kelayakan akan meningkat jika di tempat tersebut telah terjadi

keberhasilan melihat Hilal, dengan data dan posisi ilmiah.

Dari analisis data dan lapangan yang telah penulis lakukan, maka tempat-

tempat rukyat yang ada di Jawa Tengah yang telah diteliti bisa dikatakan belum ada

yang sampai pada derajat tidak layak. Adapun simpulan secara rincinya adalah

sebagai berikut:

Page 38: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

121

NO Nama Tempat Tingkat Kelayakan Parameter Kelayakan Keterangan

1 Pantai Ujungnegoro Kurang layak Kekurangan Primer: posisi di Utara

Jawa (dekat dengan equator Bumi),

selalu mendung, polusi udara jika ada

PLTU.

Kekurangan Sekunder: belum ada

tempat khusus, fasilitas yang belum

memadai, akses jalan belum baik.

Belum pernah melihat Hilal

2 Pantai Binangun Cukup layak Kekurangan Primer: posisi di Utara,

polusi udara dan polusi cahaya.

Kekurangan Sekunder: belum ada

tempat khusus, Ramai kalau sore

karena tempat wisata.

Pernah berhasil melihat Hilal

3 Pelabuhan Kaliwungu Kurang layak Kekurangan Primer: posisi di Utara,

polusi udara dan polusi cahaya kapal

pelabuhan.

Kekurangan Sekunder: Belum ada

tempat khusus, akses jalan jelek,

peralatan sedehana.

Belum pernah melihat Hilal

Page 39: BAB IV ANALISIS TEMPAT RUKYAT DI JAWA TENGAH A. …eprints.walisongo.ac.id/7504/5/115112079_Bab4.pdfmencapai + 16 km, sementara semakin menjauh dari katulistiwa sampai di daerah kutub

122

4 Observatorium PP. Assalam Cukup layak Kekurangan Primer: posisi azimut

275o dan 285

o terhalang gunung

dengan ketinggian + 4o, Polusi udara

dan polusi cahaya (berada di kota).

Pernah berhasil melihat Hilal

5 Pantai Alam Indah Cukup layak Kekurangan Primer: posisi di Utara.

Kekurangan Sekunder: Belum ada

tempat khusus.

Pernah berhasil melihat Hilal

6 Pantai Logending Cukup layak Kekurangan Sekunder: belum ada

tempat khusus, fasilitas kurang

memadai

Pernah berhasil melihat Hilal

7 Pantai Jatikontal Kurang layak Kekurangan Primer: sering terjadi

mendung

Kekurangan Sekunder:

Belum pernah melihat Hilal

8 Pantai Kartini Cukup layak Kekurangan Primer: curah hujan

yang tinggi, posisi di utara.

Pernah berhasil melihat Hilal

9 Menara Al-Husna Cukup layak Kekurangan Primer: posisi di utara,

polusi udara dan polusi cahaya

(berada di kota).

Pernah berhasil melihat Hilal