bab iv hasil dan...
TRANSCRIPT
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Keadaan Umum Wilayah
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis
Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo terdiri dari empat
(4) Dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV. Daerah ini dipilih
karena sebagian lahan digunakan untuk pertanian holtikultura dan penduduknya
sebagain besar didominasi oleh petani yang mengusahakan tanaman holtikultura,
khususnya tanaman mentimun.
Desa Hulawa terletak di Kecamatan Telaga dengan jarak 2,2 km dari
Ibukota Kecamatan Telag
Hulawa, Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo berbatasan dengan :
- Sebelah utara berbatasan dengan Desa Dulohupa
- Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Balango
- Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bulila
- Sebelah barat berbatasan dengan Desa Luhu
4.1.2 Pola Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan yang dimanfaatkan di Desa Hulawa Kecamatan telaga
Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2. Pola Penggunaan LahanKabupaten Gorontalo, 2012.
95;47%
Lahan Sawah
21
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Wilayah
Letak dan Keadaan Geografis
Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo terdiri dari empat
(4) Dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV. Daerah ini dipilih
lahan digunakan untuk pertanian holtikultura dan penduduknya
sebagain besar didominasi oleh petani yang mengusahakan tanaman holtikultura,
khususnya tanaman mentimun.
Desa Hulawa terletak di Kecamatan Telaga dengan jarak 2,2 km dari
Ibukota Kecamatan Telaga. Desa ini memiliki luas wilayah 205.5 Ha. Desa
Hulawa, Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan Desa Dulohupa
Sebelah timur berbatasan dengan Sungai Balango
Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Bulila
elah barat berbatasan dengan Desa Luhu
Pola Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan yang dimanfaatkan di Desa Hulawa Kecamatan telaga
talo dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Pola Penggunaan Lahan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
109Ha;53%95;47%
Lahan Sawah Lahan Kering
Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo terdiri dari empat
(4) Dusun yaitu Dusun I, Dusun II, Dusun III, dan Dusun IV. Daerah ini dipilih
lahan digunakan untuk pertanian holtikultura dan penduduknya
sebagain besar didominasi oleh petani yang mengusahakan tanaman holtikultura,
Desa Hulawa terletak di Kecamatan Telaga dengan jarak 2,2 km dari
a. Desa ini memiliki luas wilayah 205.5 Ha. Desa
Penggunaan lahan yang dimanfaatkan di Desa Hulawa Kecamatan telaga
di Desa Hulawa Kecamatan Telaga
22
Berdasarkan Gambar 2, diketahui luas lahan di Desa Hulawa adalah 204
Ha, dimana lahan tersebut paling banyak digunakan untuk lahan sawah yaitu
mencapai 53% dari 204 Ha atau sebesar 109 Ha, sedangkan untuk lahan kering
hanya mencapai 47% dari 204 Ha atau sebesar 95 Ha.
4.1.3 Jumlah Penduduk
Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo mempunyai jumlah
penduduk 3.675 orang terbagi atas jenis kelamin laki-laki dengan jumlah 1.881
jiwa dan perempuan 1.794 jiwa. Keadaan penduduk berdasarkan jumlah keluarga
sebesar 1.102 orang dengan rata-rata jumlah anggota keluarga sebanyak 3 orang.
Keadaan penduduk di Desa Hulawa berdasarkan tingkat pendidikan, lapangan
usaha, dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6 7
Belum Pernah Sekolah / Tidak Tamat SD SD SLTP SLTA Diploma I/Diploma 2 Diploma 3 Sarjana
1652
1044 431 453 20 18 57
44,95
28,41 11,73 12,33 0,54 0,49 1,55
Jumlah 3675 100 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011
Kesadaran penduduk tentang pentingnya pendidikan ternyata masih
kurang, hal ini dapat dilihat dari Tabel 1. Dari Tabel tersebut diketahui, bahwa
jumlah penduduk yang belum pernah sekolah/tidak tamat SD menduduki posisi
pertama dengan jumlah terbanyak yaitu mencapai 44,95 dari 3675 orang atau
sebesar 1.652 orang. Tingkat pendidikan SD menduduki posisi kedua dengan
1044 orang atau mencapai 28,41% dari 3675 orang, dan tingkat pendidikan
diploma merupakan tingkat pendidikan yang memiliki persentase paling sedikit
hanya mencapai 0,49 % dari 3657 orang atau sebanyak 18 orang.
23
Tabel 2. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
No Jenis Lapangan Usaha Jumlah (Orang) Persentase(%) 1 2 3 4 5 6 7
8 9 10
Pertanian Pertambangan/Penggalian Kontruksi Perdagangan Transportasi Keuangan TNI/Polri Pegawai Negeri Pegawai Swasta Jasa Lainnya
496 12 25 134 46 3 11 80 58 69
53,10 1,28 2,68 14,35 4,93 0,32 1,18 8,56 6,21 7,39
Jumlah 934 100 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa penduduk di Desa Hulawa
lebih banyak bekerja sebagai petani, jumlahnya mencapai 53,10% dari 934 orang
atau sebanyak 496 orang. Sedangkan untuk lapangan usaha keuangan adalah yang
paling sedikit, dimana jumlah penduduk yang bekerja pada bidang tersebut hanya
3 orang dengan persentase 0,32% dari 934 orang.
4.1.4 Keadaan Pertanian
Sebagian besar petani di Desa Hulawa memanfaatkan lahan pertanian
dengan beberapa komoditas, salah satunya adalah komoditas holtikultura.
Komoditas holtikultura yang rutin diusahakan oleh petani di Desa Hulawa adalah
mentimun dan tomat. Tomat dan ketimun dipilih oleh petani untuk diusahakan
karena tanaman ini mempunyai potensi produksi yang cukup besar yang dapat
meningkatkan taraf hidup petani. Untuk menunjang kegiatan usahatani di Desa
Hulawa, pemerintah memberikan bantuan berupa alat-alat pertanian, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat dari Tabel 3.
24
Tabel 3. Banyaknya Alat-alat Pertanian di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo.
No Jenis Alat Jumlah (Unit) Persentase (%) 1 2 3 4 5 6
Traktor Roda Dua Handsprayer Porontok Padi Gilingan Padi Pompa Air Penggilingan Padi
9 15 11 4 1 1
21,95 36,58 26,83 9,76 2,44 2,44
Jumlah 3675 100 Sumber : BPS Kabupaten Gorontalo, 2011
Dengan adanya alat-alat pertanian ini yang merupakan bantuan dari
pemerintah, diharapkan dapat membantu petani dalam menjalankan aktifitas
usahataninya. Dari Tabel 3, diketahui bantuan alat pertanian yang terbanyak
adalah handsprayer dimana mencapai 36,58% dari 41 unit atau sebanyak 15 unit.
Dan yang paling sedikit adalah penggilingan jagung dan pompa air dimana
masing-masing alat pertanian itu hanya mencapai 2,44% atau sebanyak 1 unit.
4.2 Identitas Petani Sampel
Identitas petani sampel meliputi umur, pendidikan, pengalaman
berusahatani, dan jumlah tanggungan keluarga. Identitas petani sampel yang
ditunjukan pada Tabel 4 berikut ini meliputi umur, pendidikan, pengalaman
berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga.
Tabel 4. Kisaran dan Rata-rata Umur, Tingkat Pendidikan dan Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Sampel di Desa Hulawa, Kecamatan Telaga, Kabupaten Gorontalo, 2012.
No Uraian Satuan Kisaran Rata-rata 1 2
3
5
Umur Pendidikan Pengalaman Berusahatani Jumlah Tanggungan Keluarga
Tahun Tahun
Tahun
Orang
22 – 57 0 – 15
(SD-PT) 2 – 10
0 – 7
38,57 7,80
3,97
3
Sumber : Data diolah, 2012
Pada Tabel 4, terlihat umur petani sampel rata-rata adalah 38,57 tahun. Ini
menunjukan bahwa petani yang ada di Desa Hulawa Kecamatan Telaga
25
Kabupaten Gorontalo rata-rata telah produktif dalam meningkatkan usahataninya.
Untuk tingkat pendidikan petani sampel di Desa Hulawa ditunjukkan dengan
angka rata-rata 7,80 tahun dengan kisaran lembaga pendidikan yang diikuti dari
Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi. Hal ini berarti bahwa petani sampel
yang ada di Desa Hulawa Rata-rata memiliki tingkat pendidikan yang rendah
yaitu hanya sampai di Sekolah Dasar. Petani sampel di Desa Hulawa Rata-rata
adalah petani yang telah lama menjalankan usahatani mentimun, seperti yang
dapat kita lihat pada Tabel di atas bahwa rata-rata petani sampel di Desa Hulawa
memiliki pengalaman berusahatani selama 3,97 tahun, sedangkan jumlah
tanggungan kelurga rata-rata petani sampel adalah 3 orang.
4.2.1 Umur Petani
Umur Petani Merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat
kemampuan petani dalam menjalankan usahtani mentimun. Selain itu juga, bila
ditinjau dari segi fisik, umur merupakan salah satu faktor penentu dalam
meningkatkan produktifitas. Kisaran umur petani sampel di Desa Hulawa
Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Umur Petani Sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
No Umur Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 2 3
<15 Tahun 15 – 60 Tahun
> 60 Tahun
0 35 0
0 100 0
Jumlah 35 100 Sumber : Data diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 5 di atas, umur petani dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok
yaitu: Petani Kurang dari 15 tahun, pada umur ini petani belum produktif dan
masih dalam kisaran umur wajib sekolah, karena pada umur ini kemampuan fisik
petani belum maksimal. Petani yang memiliki umur 15-50 tahun berjumlah 35
orang atau dengan presentase 100 % yang artinya seluruh petani sampel di Desa
Hulawa merupakan petani yang telah produktif, karena pada umur ini kemampuan
fisik petani sangat besar, sehingga menunjang dalam meningkatkan produktivitas
usahataninya. Sedangkan petani yang berumur lebih dari 60 tahun ditunjukkan
SMP;2;6%
SMA;8;23%
dengan persentase 0%, yang artinya diantara petani sampel di desa Hulawa
kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tidak ada yang merupakan petani non
produktif.
4.2.2 Pendidikan Petani
Tingkat Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi. Tingkat pendidikan menggambarkan daya pikir dalam
mengelola usahataninya. Sehingga tingkat
merupakan salahsatu yang perlu diperhatikan dalam suatu usahatani. Gambaran
tingkat pendidikan petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo dapat disajikan pada
Gambar 3. Jumlah Petani Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Berdasarkan Gambar
rata-rata umumnya tamat SD, dengan presentase 68% dari 35 orang atau sebanyak
24 orang. Tingkat pendidikan perguruan tinggi memiiki presentase paling kecil
yaitu hanya sebesar 3% dari 35 orang atau sebanyak 1 orang. Tingkat pendidikan
ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani
selain didukung oleh pengalam
26
SD;24;68%
SMA;8;23%
PT;1;3%
SD SMP SMA PT
dengan persentase 0%, yang artinya diantara petani sampel di desa Hulawa
kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tidak ada yang merupakan petani non
Tingkat Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi. Tingkat pendidikan menggambarkan daya pikir dalam
mengelola usahataninya. Sehingga tingkat pendidikan petani sampel juga
merupakan salahsatu yang perlu diperhatikan dalam suatu usahatani. Gambaran
tingkat pendidikan petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
lo dapat disajikan pada Gambar 3.
Petani Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Gambar 3, terlihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel
rata umumnya tamat SD, dengan presentase 68% dari 35 orang atau sebanyak
g. Tingkat pendidikan perguruan tinggi memiiki presentase paling kecil
yaitu hanya sebesar 3% dari 35 orang atau sebanyak 1 orang. Tingkat pendidikan
ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani
selain didukung oleh pengalaman dalam berusahatani.
dengan persentase 0%, yang artinya diantara petani sampel di desa Hulawa
kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo tidak ada yang merupakan petani non
Tingkat Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan formal yang pernah
ditempuh oleh petani sampel mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan
perguruan tinggi. Tingkat pendidikan menggambarkan daya pikir dalam
pendidikan petani sampel juga
merupakan salahsatu yang perlu diperhatikan dalam suatu usahatani. Gambaran
tingkat pendidikan petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
Petani Sampel Menurut Tingkat Pendidikan di Desa
, terlihat bahwa tingkat pendidikan petani sampel
rata umumnya tamat SD, dengan presentase 68% dari 35 orang atau sebanyak
g. Tingkat pendidikan perguruan tinggi memiiki presentase paling kecil
yaitu hanya sebesar 3% dari 35 orang atau sebanyak 1 orang. Tingkat pendidikan
ini merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usahatani
3-7;10;29%
4.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan Keluarga adalah semua orang yang ditanggung biaya
hidupnya oleh petani sampel.
pendapatan usahatani, karena semakin banyak jumlah tangggun
maka petani sampel akan terus termotivasi untuk meningkatkan produksinya.
Adapun banyaknya tanggungan biaya petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo, dapat dilihat pada
Gambar 4. Jumlah Petanidi Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Berdasarkan Gambar
tanggungan 0-3 orang memiliki presentase terbesar yaitu mencapai 71% dari 35
orang atau sebanyak 25 orang, sedangkan yang memiliki tanggungan4
sejumlah 10 orang atau mencapai 29%.
4.2.4 Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan
usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka se
pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin
banyak memilki kemampuan dalam mengelola usahataninya. Pengalaman
berusahatani petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo, dapat dilihat dari Gamba
27
0-3;25;71%
7;10;29%
0 - 3 3 - 7
Jumlah Tanggungan Keluarga
Tanggungan Keluarga adalah semua orang yang ditanggung biaya
hidupnya oleh petani sampel. Jumlah tangggungan keluarga ini berpengaruh pada
pendapatan usahatani, karena semakin banyak jumlah tangggungan petani sampel,
maka petani sampel akan terus termotivasi untuk meningkatkan produksinya.
Adapun banyaknya tanggungan biaya petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan
alo, dapat dilihat pada Gambar 4.
. Jumlah Petani Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Gambar 4, diketahui bahwa petani sampel yang memiliki
3 orang memiliki presentase terbesar yaitu mencapai 71% dari 35
sebanyak 25 orang, sedangkan yang memiliki tanggungan4
sejumlah 10 orang atau mencapai 29%.
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan
usahatani. Semakin lama usahatani yang dilakukan maka semakin banyak
pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin
banyak memilki kemampuan dalam mengelola usahataninya. Pengalaman
berusahatani petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo, dapat dilihat dari Gambar 5.
Tanggungan Keluarga adalah semua orang yang ditanggung biaya
Jumlah tangggungan keluarga ini berpengaruh pada
gan petani sampel,
maka petani sampel akan terus termotivasi untuk meningkatkan produksinya.
Adapun banyaknya tanggungan biaya petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan
Sampel Menurut Jumlah Tanggungan Keluarga di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
, diketahui bahwa petani sampel yang memiliki
3 orang memiliki presentase terbesar yaitu mencapai 71% dari 35
sebanyak 25 orang, sedangkan yang memiliki tanggungan4-7 orang
Pengalaman berusahatani merupakan faktor penentu dalam keberhasilan
makin banyak
pengalaman yang diperoleh. Semakin banyak pengalaman maka petani semakin
banyak memilki kemampuan dalam mengelola usahataninya. Pengalaman
berusahatani petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
5-
Gambar 5. Jumlah Petani Sampel Menurut Pengalaman Berusahatani di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Berdasarkan Gambar 5
petani sampel kisaran kurang dari 5 tahun memili
yaitu mencapai 74% dari 35 orang atau sebanyak 26 orang, sedangkan sisanya
petani yang memiliki pengalaman berusahatani dengan kisaran 5
sebanyak 9 orang dengan presentase 26%. Lama pengalaman berusahatani
menggambarkan kemampuan petani dalam mengelola usahatani Mentimun.
4.3 Deskripsi Usahatani Petani Samp
Usahatani dari petani sampel dilakukan pada hamparan lahan kering.
Luasan lahan tersebut ditanami berbagai komoditi antara lain ketimun, tomat,
kacang panjang, cabe keriting dan jagung. Dalam melaksanakan usahataninya
petani tidak hanya menitikberatkan pada satu jenis usaha
dilakukan petani dengan dasar pemikiran bahwa jika salah satu usahatani yang
diusahakan gagal dan tidak berhasil,
diharapkan untuk melangsungkan kebutuhan hidup petani. Lahan yang dikelola
oleh petani sampel sebagian besar merupakan lahan garap,
lahan 0,35 ha.
Masalah yang dihadapi petani khususnya dalam
mentimun, pertama adalah pengangkutan hasil panen dari lokasi lahan, dimana
28
<5;26;74%
-10;9;26%
< 5 5 - 10
. Jumlah Petani Sampel Menurut Pengalaman Berusahatani di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Berdasarkan Gambar 5, dapat kita ketahui bahwa pengalaman usahatani
petani sampel kisaran kurang dari 5 tahun memiliki presentase yang paling besar
yaitu mencapai 74% dari 35 orang atau sebanyak 26 orang, sedangkan sisanya
petani yang memiliki pengalaman berusahatani dengan kisaran 5-10 tahun hanya
sebanyak 9 orang dengan presentase 26%. Lama pengalaman berusahatani
nggambarkan kemampuan petani dalam mengelola usahatani Mentimun.
Deskripsi Usahatani Petani Sampel
Usahatani dari petani sampel dilakukan pada hamparan lahan kering.
Luasan lahan tersebut ditanami berbagai komoditi antara lain ketimun, tomat,
panjang, cabe keriting dan jagung. Dalam melaksanakan usahataninya
petani tidak hanya menitikberatkan pada satu jenis usahatani saja, hal ini
ani dengan dasar pemikiran bahwa jika salah satu usahatani yang
diusahakan gagal dan tidak berhasil, maka masih ada usahatani lainnya yang bias
diharapkan untuk melangsungkan kebutuhan hidup petani. Lahan yang dikelola
oleh petani sampel sebagian besar merupakan lahan garap,dengan rata-
Masalah yang dihadapi petani khususnya dalam menjalankan usahat
mentimun, pertama adalah pengangkutan hasil panen dari lokasi lahan, dimana
. Jumlah Petani Sampel Menurut Pengalaman Berusahatani di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
, dapat kita ketahui bahwa pengalaman usahatani
ki presentase yang paling besar
yaitu mencapai 74% dari 35 orang atau sebanyak 26 orang, sedangkan sisanya
10 tahun hanya
sebanyak 9 orang dengan presentase 26%. Lama pengalaman berusahatani
nggambarkan kemampuan petani dalam mengelola usahatani Mentimun.
Usahatani dari petani sampel dilakukan pada hamparan lahan kering.
Luasan lahan tersebut ditanami berbagai komoditi antara lain ketimun, tomat,
panjang, cabe keriting dan jagung. Dalam melaksanakan usahataninya
tani saja, hal ini
ani dengan dasar pemikiran bahwa jika salah satu usahatani yang
maka masih ada usahatani lainnya yang biasa
diharapkan untuk melangsungkan kebutuhan hidup petani. Lahan yang dikelola
-rata luas
menjalankan usahatafni
mentimun, pertama adalah pengangkutan hasil panen dari lokasi lahan, dimana
29
petani masih harus menyewa kenderaan seperti bentor atau mengangkut hasil
panennya sendiri ketempat pembeli atau tengkulak.
Dalam ketersedian sarana produksi seperti halnya pupuk dan obat-obatan,
petani dihadapkan dengan adanya keterbatasan modal, akan tetapi hal ini tidak
menjadi kendala bagi petani, mereka tetap berusaha menyediakannya, hal tersebut
dilakukan agar supaya usahatani yang dijalankan dapat memberikan hasil yang
maksimal. Dalam mengelola usahataninya petani menggunakan berbagai jenis
peralatan, mulai dari proses pengelolaan tanah sampai dengan proses panen dan
pasca panen. Adapun jenis peralatan yang dimiliki oleh petani sampel adalah
cangkul, parang, bajak, handsprayer dan tembilang. Selain jenis peralata,salah
satu faktor produksi terpenting adalah ketersediaan tenaga kerja.
Petani sampel dalam pengelolaan usahataninya menggunakan tenaga kerja
dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja tersebut digunakan untuk melakukan
proses produksi dimana dalam seluruh aktifitas produksi petani banyak
melibatkan tenaga kerja luar keluarga atau tenaga kerja sewa, mulai dari proses
pembersihan lahan, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama
penyakit, sampai dengan proses panen.
Pengelolaan tanah pada tanaman mentimun di desa Hulawa Kecamatan
Telaga Kabupaten Gorontalo tidak dilakukan petani sebagaimana proses
pengolahan tanah pada umumnya. Seperti yang kita ketahui bahwa proses
pengolahan tanah pada umumnya yang terbagi atas tiga tahap yaitu membalikan
tanah dengan bajak, kemudian menggemburkan dengan cangkul,dan membuatkan
bedengan. Namun, petani sampel di Desa Hulawa tidak melakukan itu,
dikarenakan lahan yang rutin digunakan untuk mengusahakan tanaman mentimun
merupakan lahan yang telah selesai ditanami tanaman tomat. Karena petani
sampel belum menggunakan mulsa, maka bedengan yang sudah selesai ditanami
mentimun hanya dibersihkan dari gulma dengan cara dicangkul maupun
disemprot dengan herbisida seperti Supremo dan Gramaxone. Tehnik budidaya
seperti ini disebut tehnik budidaya Tumpang Gilir.
Keuntungan dari tehnik budidaya tumpang gilir ini antara lain adalah
pertama, menghemat biaya tenaga kerja, diaantaranya biaya untuk pengelolaan
30
tanah hanya sekali saat musim tanam pertama, pembuatan bedengan, dan
pemberian pupuk kandang. Kedua, siklus hama dan penyakit yang menyerang
tanaman mentimun menjadi terputus. Ketiga, waktu yang diperlukan lebih singkat
karena penanaman berikutnya tidak menunggu pengelolaan tanah dan pembuatan
bedengan (Wijoyo, 2012).
Proses penanaman bibit mentimun dilakukan dengan sistem pindah tanam.
Benih yang digunakan oleh petani sampel adalah varietas Magic F1. Benih
terlebih dahulu disemaikan di bedeng semai selama kurang lebih 10 hari, baru
setelah itu dipindah tanam ke lahan yang sebelumnya telah dipersiapkan.
Penanaman biasanya dilakukan pada pagi hari dan sore hari. Namun pada
umumnya petani melakukan penanaman bibit pada sore hari antara pukul 14.30
atau pukul 15.00 dan berakhir pada puk l 17.00, pada saat ini cuaca sudah tidak
terlalu panas sehinga tanaman tidak mudah layu. Tanaman mentimun ini ditanam
pada jarak tanam yang bervariasi yaitu 40 x 50 cm, 30 x 30 cm, dan 50 x 60 cm.
Jarak tanam yang dilakukan petani tergantung juga dari ketersediaan bibit yang
ada.
Pemasangan penopang atau yang disebut dengan ajir, dilakukan petani
seaawal mungkin kurang lebih 5 hari setelah tanam, agar tidak menggangu atau
merusak perakaran tanaman mentimun. Fungsi ajir adalah untuk merambatkan
tanaman, memudahkan pemeliharaan,dan tempat menopang buah yang banyak
letaknya bergelantungan.
Ajir yang digunakan oleh petani sempel terbuat dari bambu yang dibelah-
belah dengan ukuran 2 cm atau 4 cm, dan panjang 1,75 m. Bagian bawah ajir
dibuat runcin agar mudah menancapkannya. Konstruksi ajir dibentuk palang
segitiga, yaitu posisi ajir pada setiap tanaman dipasang miring sehingga nantinya
ujun ajir dapat disatukan dengan ajir yang berada didepan atau disebelahnya
(Firmanto, 2011).
Pemasangan ajir berpengaruh positif terhadap mentimun. Berdasarkan
penelitian Hendro Sunarjono (1998), pemakaian ajir pada tanaman mentimun
dapat mengurangi jumlah betina, tetapi produksinya meninkat sampai 22,9%.
Tanaman mentimun tanpa ajir menghasilkan bunga 16,0% dan buah 9,6
31
ton/hektar. Sedangkan dengan diberi ajir, buna betina hanya 12% tetapi produksi
buah mencapai 11,8 ton/hektar.
Penyiangan merupakan kegiatan membersihkan atau memberantas gulma
atau rumput-rumput dan jenis tanaman lain yang akan menggangu tanaman yang
dibudidayakan. Proses penyiangan ini biasanya dilakukan petani sampel di Desa
Hulawa bersamaan dengan proses pemupukan. Adapun jenis pupuk yang
digunakan petani adalah pupuk Urea dan Phonska, pemberian pupuk disesuaikan
dengan jenis pupuk yang digunakan, pertumbuhan tanaman dan proses budidaya.
Pengairan merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dalam melakukan proses
budidaya. Untuk petani sampel di Desa Hulawa pengairan tidak menjadi kendala,
sebab lokasi lahan dekat sumber pengairan, dimana sistem pengairan
menggunakan irigasi teknis, yaitu dengan pembuatan dam-dam untuk
penampungan air dan pembuatan selokan-selokan untuk menyalurkan air ke areal
pertanaman. Selain irigasi teknis, sumber pengairan berasal dari sumur bor dan
sumur dangkal yang telah disediakan untuk menjadi sumber air alternatif selain
irigasi. Penyiraman tanaman dilakukan pada pagi dan sore hari.
Pemberantasan hama penyakit merupakan tindakan yang dilakukan petani
untuk melindungi tanaman dari ancaman kerusakan yang disebabkan oleh
organisme pengganggu tanaman. Pada tanaman mentimun biasanya petani sampel
mengeluhkan adanya serangan ulat ataupun lalat buah yang menyerang sejak
mentimun belum berbuah. Untuk mencegah hama tersebut, petani melakukan
penyemprotan sedini mungkin dengan mengunakan insektisida, yaitu Sidametrin.
Sidametrin adalah insektisida yang berbahan aktif Sipermetrin dengan kandungan
sebanyak 50%, yang dikhususkan untuk mengendalikan berbagai macam ulat,
kutu daun dan lalat buah.
Produksi merupakan hasil akhir dari usahatani yang diusahakan oleh
petani. Banyak sedikitnya produksi yang peroleh petani tergantung dari pemberian
masukan (input) dan pemeliharaan yang dilakukan oleh petani. Produksi yang
dihasilkan akan berdampak pada penerimaan dan pendapatan yang akan diterima
oleh petani, penerimaan di pengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh dan
harga jual. Harga jul berkisar antara Rp.800 s.d Rp.1500/kg. dalam memasarkan
32
hasil produksinya, petani sampel biasanya mengangkut hasil produksi
mentimunnya ke tempat tengkulak, namun tidak jarang pula petani langsung
membawanya ke pasar terdekat.
4.4 Biaya Usahatani Mentimun
Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan oleh petani dalam proses
usahataninya pada satu masa produksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan selama
proses usahatani mentimun terdiri atas 2 (dua) macam yaitu biaya tetap dan biaya
variabel. Biaya tetap merupakan biaya yang relatif tetap jumlah, dan terus
dikeluarkan walaupun proses produksi yang diperoleh banyak atau sedikit
(Soekartawi, 1995). Dalam penelitian ini yang termasuk dalam biaya tetap adalah
biaya penyusutan alat, pajak lahan, dan biaya tenaga kerja dalam keuarga. Secara
lengkap biaya tetap yang dikeluarkan oleh petani dalam proses produksi usahatani
mentimun dapat dilihat dari Tabel 6.
Tabel 6. Biaya Tetap Usahatani Mentimun Dalam Satu Masa Produksi di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
No Jenis Biaya Tetap Nilai Biaya
(Rp) Nilai Biaya/ha
(Rp) Persentase
(%) 1 2 3
Penyusutan Alat Pajak Lahan Upah Tenaga Kerja Dalam Keluarga
31.367,69 26.714,29 878.571,31
89.621,96 75403.23
2.510.203,76
3,35 2,81 93,84
Jumlah 936.653,29 2.675.228,95 100 Sumber : Data diolah, 2012
Hasil analisis data menunjukkan total dari biaya tetap petani sampel adalah
sebesar Rp. 936.653,29/musim tanam atau sebesar Rp. 2.675.228,95/ha/musim
tanam. Berdasarkan Tabel 6, nilai biaya yang paling besar dalam biaya tetap
adalah upah tenaga kerja dalam keluarga dengan nilai sebesar Rp. 878.571,31 atau
mencapai 93,84% dari total biaya tetap Rp. 936.653,29. Upah tenaga kerja dalam
keluarga diperoleh dari hasil perkalian antara upah minimum regional dengan
HKSP. Upah minimum adalah Rp. 50.000 per hari. Dalam mengelola
usahataninya, petani banyak menggunakan jenis tenaga kerja dalam keluarga,
tenaga kerja tersebut digunakan untuk kegiatan penanaman, penyiangan,
33
pemupukan, pemberantasan hama penyakit, dan panen. Tenaga kerja tersebut rata-
rata terdiri dari pria dimana tenaga kerja pria dalam satu hari dinyatakan dalam 1
HKSP (Hari Kerja Setara Pria).
Dalam mengelola usahataninya, petani menggunakan peralatan selama
proses produksi mulai dari pengolahan tanah, penyiangan, pemupukan,
penyemprotan sampai saat panen. Nilai penyusutan alat merupakan nilai baru
dikurangi nilai sekarang dibagi dengan lama pemakaian. Dari Tabel 6, nilai biaya
penyusutan alat mencapai 3,35% dari total biaya tetap atau sebesar 31.367,69.
Dan untuk pajak lahan petani sampel rata-rata mengeluarkan biaya sebesar Rp.
26.714,29 mencapai 2,81% dari total biaya tetap. Biaya untuk pembelian benih,
pupuk Phonska, pupuk Urea, pupuk cair, insektisida yaitu Sidametrin, biaya ajir,
upah tenaga kerja luar keluarga dan upah panen merupakan jenis biaya yang
termasuk dalam jenis biaya variabel. Besarnya biaya variabel secara lengkap dapat
dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Biaya Variabel Usahatani Mentimun Dalam Satu Masa Produksi di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
No Jenis Biaya Variabel Nilai Biaya
(Rp) Nilai Biaya/ha
(Rp) Persentase
(%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Benih Pupuk Urea Pupuk Phonska Pupuk Cair Supremo Gramaxone Sidametrin Biaya Ajir/Patok Tenaga Kerja Upah Upah Panen
606.214,29 42.685,71
325.285,71 60.714,29 82.857,14 38.000,00
106.785,71 2.107.142,86 1.776.428,57 1.825.714,29
1.732.040,82 121.959,18 929.387,76 173.469,39
236.734,69 108.571,43
305.102,04 6.020.408,16
5.075.510,20 5.216.326,53
8,69 0,61 4,66 0,87 1,19 0.54 1,53 30,22 25,48 26,21
Jumlah 6.971.828,57 19.919.510,20 100 Sumber : Data diolah, 2012
Dari Tabel 7, menunjukkan total biaya keseluruhan untuk biaya variabel
dalam satu masa produksi adalah sebesar Rp. 6.971.828,57/musim tanam atau
sebesar Rp. 19.919.510,57/ha/musim tanam. Biaya untuk pembelian benih yang
dikeluarkan petani rata-rata sebesar Rp. 606.214,29 atau mencapai 8,69% dari
total biaya variabel. Setiap petani mengeluarkan biaya sebesar Rp. 2250/gram
34
untuk setiap pembelian benih, varietas benih yang digunakan adalah varietas
Magic F1.
Jenis pupuk anorganik yang digunakan oleh petani terdiri dari pupuk urea,
phonska dan pupuk anorganik cair. Dari ketiga jenis pupuk anorganik ini yang
paling banyak digunakan oleh petani sampel adalah pupuk phonska. Setiap
pembelian pupuk phonska, petani mengeluarkan biaya sebesar Rp. 2300/kilogram.
Besaran biaya pupuk phonska yang ditunjukkan pada Tabel 7, rata-rata mencapai
4,66% dari total biaya variabel atau sebesar 325.285,71. Penggunaan pupuk urea
merupakan biaya pupuk paling kecil yang harus di keluarkan oleh petani sampel.
Setiap petani sampel mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1800/kg, sehingga biaya
rata-rata untuk pupuk urea hanya mencapai 0.61% dari total biaya variabel atau
sebesar Rp. 42.685,71. Selain pupuk urea dan phonska, ada 17 orang dari 35
orang petani sampel di desa Hulawa juga menggunakan pupuk anorganik cair.
Biaya pupuk cair ini sebesar 60.714,29 atau mencapai 0,87% dari total biaya
variabel.
Disamping pemberian pupuk, petani juga menggunakan Herbisida dan
Insektisida untuk mengendalikan gulma serta hama dan penyakit. Untuk
memberantas gulma pada awal persiapan lahan sebelum ditanami mentimun,
petani menggunakan herbisida sistemik yaitu Supremo. Besaran biaya yang
dikeluarkan petani untuk membeli Supremo rata-rata mencapai 1,19% dari total
biaya variabel atau sebesar Rp.82.857,14. Gramaxone merupakan herbisida
kontak yang sering digunakan oleh petani untuk melakukan penyiangan di antara
bedengan-bedangan mentimun. Biaya rata-rata herbisida Gramaxone adalah
sebesar Rp.38.000,00 atau sebesar 0,54% dari total biaya. Untuk memberantas
hama dan penyakit, petani sampel di Desa Hulawa menggunakan insektisida
Sidametrin. Besaran biaya Sidametrin yang ditunjukkan pada Tabel 7, mencapai
1,53% dari total biaya variabel atau sebesar Rp. 106.785,71. Dari semua jenis
biaya variabel, biaya pembelian ajir merupakan biaya yang paling besar yang
harus dikeluarkan oleh petani sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga
Kabupaten Gorontalo. Besaran biaya ajir atau patok yang dikeluarkan oleh petani
rata-rata mencapai 30,22% dari total biaya atau sebesar Rp. 2.107.142,86.
35
Selain tenaga kerja dalam kelaurga, biasanya petani juga dalam
usahantaninya memerlukan tenaga kerja tambahan. Tenaga kerja tambahan ini
dinamakan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga ini dibayar
dengan upah tertentu. Dari Tabel 7, diketahui bahwa rata-rata biaya upah tenaga
kerja luar keluarga mencapai 25,48% dari total biaya variabel atau sebesar Rp.
1.776.428,57. Panen merupakan hasil akhir dari usahatani, pada saat panen petani
juga memerlukan tenaga kerja tambahan yang dibayar dengan upah tertentu. Upah
panen rata-rata petani sampel sebesar Rp. 1.825.714,29 atau mencapai 26,21%
dari total biaya variabel.
Berdasarkan perhitungan dari masing-masing biaya, yaitu biaya tetap dan
biaya variabel, maka dapat dihitung total biaya secara keseluruhan yang
dikeluarkan petani sampel di desa Hulawa selama satu kali proses produksi, yang
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Biaya Total Usahatani Mentimun Dalam Satu Masa Produksi di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
No Jenis Biaya Nilai Biaya (Rp)
Nilai Biaya/ha (Rp)
Persentase (%)
1 2
Biaya Tetap Biaya Variabel
936.653,29 6.971.828,57
2.675.228,95 19.919.510,20
11,85 88.15
Total Biaya 7.906.896,29 22.594.739.15 100 Sumber : Data diolah, 2012
Dari Tabel 8 diatas, menunjukkan rata-rata biaya tetap yang dikeluarkan
petani sampel adalah sebesar Rp. 936.653,29/musim tanam atau sebesar
Rp.2.675.226,95/ha/musim tanam dan biaya variabel yang dikeluarkan oleh petani
sampel adalah sebesar Rp.6.971.828, 57 atau sebesar Rp. 19.919.510,20.
Sehinngga diperoleh biaya total yang dikeluarkan petani sampel rata-rata Rp.
7.906896,29/per musim tanam atau sebesar Rp. 22.594.739,15/ha//musim tanam.
4.5 Penerimaan, Pendapatan dan R/C Ratio Usahatani Mentimun
4.5.1 Penerimaan dan Pendapatan Usahatani
Penerimaan merupakan nilai yang diperoleh dari hasil produksi dikalikan
dengan harga jual komoditi, sedangkan pendapatan merupakan hasil pengurangan
antara penerimaan kotor yang diterima oleh petani dengan total biaya produksi
36
yang telah dikeluarkan selama proses usahatani. Penerimaan yang diterima oleh
petani mentimun sangat dipengaruhi oleh jumlah produksi dan harga yang
didapatkan oleh petani.
Dari hasil penelitian, rata-rata produksi mentimun yang dihasilkan petani
sampel selama kurang lebih 3 bulan mencapai 14,598.57/kg/musim tanam untuk
rata-rata luas lahan sebesar 0,35 ha. Harga rata-rata mentimun yang didapatkan
petani sebesar Rp.835,71/kg dengan kisaran harga Rp. 750 sampai dengan Rp.
1250/kg. Nilai penerimaan dan pendapatan bersih dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Nilai Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Rata-rata dari Usahatani Mentimun Petani Sampel di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
No Uraian Nilai Biaya
(Rp) Nilai Biaya/ha (Rp)
1 2
Penerimaan Biaya Total
11.905.642,86 7.906.896,29
34.016.122,45 22.594.739,15
Pendapatan Bersih (1-2) 3.998.746,57 11.424.990,20 Sumber : Data diolah, 2012
Pada umumnya, Tujuannya akhir dari usahatani adalah untuk memperoleh
pendapatan dan tingkat keuntungan yang layak dari usahataninya. Semangat
petani untuk meningkatkan hasilnya atau kualitas produksinya akan terjadi selama
harga produk berada diatas biaya produksi. Berdasarkan Tabel 9, diketahui rata-
rata penerimaan total usahatani adalah Rp. 11.905.642,86/musim tanam atau
sebesar Rp. 34.016.122,45/ha/musim tanam. Sedangkan pendapatan bersih atau
keuntungan dari usahatani mentimun yang diperoleh petani sampel adalah sebesar
Rp. 3.998.746.57/musim tanam atau sebesar Rp. 11.424.990,20/ha/musim tanam.
4.5.2 R/C ratio
Keuntungan usahatani dapat dianalisis dengan menggunakan R/C Ratio.
R/C Ratio ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah usahatani mentimun
petani sampel menguntungkan atau tidak. Adapun analisis keuntungan petani
sampel adalah sebagai berikut:
37
TR TC
11.905.642,86 7.906.896,29
R/C Ratio =
=
R/C Ratio = 1,51
Berdasarkan perhitungan R/C Ratio dengan nilai 1,51 dapat disimpulkan
bahwa usahatani mentimun di desa Hulawa berada pada posisi menguntungkan,
karena nilai R/C Ratio yang diperoleh lebih besar dari 1, artinya bahwa setiap
pengeluaran 1 rupiah dapat memberikan penerimaan sebesar 1,51 rupiah.
4.6 Pengaruh Pengggunaan Biaya Produksi
Pengaruh penggunaan biaya produksi (biaya tenaga kerja, benih, pupuk,
pestisida) pada usahatani mentimun dapat diketahui melalui analisis regresi
berganda. Dengan analisis tersebut, dapat dilihat seberapa besar pengaruh
penggunaan biaya-biaya produksi terhadap pendapatan yang didapatkan dalam
usahatani mentimun. Nilai pengaruh biaya produksi terhadap pendapatan dapat
dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Nilai Pengaruh Penggunaan Biaya Produksi pada Usahatani Mentimun di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten Gorontalo, 2012.
Uraian F-hitung Sig. Koefisien Regresi Biaya-biaya Produksi 158.346 0.000a
Jenis Biaya Produksi t-hitung Sig. 1. Biaya Tenaga Kerja (X1) 2. Biaya Benih (X2) 3. Biaya Pupuk (X3) 4. Biaya Pestisida (X4)
1.972 6.082 0.409 4.157
0.058 0.000 0.686 0.000
1.176 8.043 1.211 17.901
Jumlah 28.331 Koefisien Korelasi (R) = 0.97 Koefisien Determinasi (R2) = 0.95
Sumber : Data diolah, 2012
Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat hasil signifikan uji F menerangkan
bahwa penggunaan biaya produksi secara bersama-sama berpengaruh terhadap
pendapatan usahatani mentimun di Desa Hulawa Kecamatan Telaga Kabupaten
Gorontalo. Selanjutnya pada Tabel tersebut, diperoleh koefisien determinasi (R2)
38
= 0.95 yang berarti koefisien determinasi sebesar 95 persen. Artinya pendapatan
usahatani mentimun (Y) sebesar 95% dipengaruhi oleh biaya tenaga kerja, biaya
benih, biaya pupuk, dan biaya pertisida sedangakan sisanya sebesar 5%
dipengaruhi oleh biaya-biaya lainnya.
Hubungan antara pendapatan dan biaya produksi dapat diketahui melalui
koefisien korelasi (R) yang bernilai 0.97 yang berarti memiliki hubungan positif
yang sangat kuat . Selanjutnya pengaruh masing-masing biaya produksi terhadap
pendapatan dapat diketahui dengan menggunakan uji t. Pengaruh penggunaan dari
masing-masing biaya-biaya produksi adalah sebagai berikut :
a. Biaya Tenaga Kerja
Hasil signifikan uji t menunjukkan bahwa penggunaan biaya tenaga kerja
berpengaruh tidak nyata, karena nilai sig lebih besar dari nilai 0.05 (sebesar
0.058), yang artinya penggunaan biaya tenaga kerja tidak memberikan dampak
yang signifikan terhadap pendapatan usahatani mentimun. Hal ini disebabkan
dalam proses produksi petani menggunakan tenaga kerja yang terlalu banyak
khususnya tenaga kerja upah sehingga dapat memperbesar tenaga kerja sementara
kegiatan dalam proses produksi tersebut bisa dilakukan dengan tenaga kerja yang
sedikit.
b. Biaya Benih
Hasil signifikan uji t menunjukkan bahwa penggunaan biaya benih
berpengaruh nyata, karena nilai sig lebih kecil dari nilai 0.05 (sebesar 0.00), yang
berarti penggunaan biaya benih berdampak pada pendapatan usahatani mentimun.
Hal ini ini disebabkan setiap penambahan benih akan memberikan tambahan
jumlah produksi dan penerimaan yang akan meningkatkan pendapatan.
c. Biaya Pupuk
Hasil signifikan uji t menunjukkan bahwa penggunaan biaya pupuk
berpengaruh tidak nyata, karena nilai sig lebih besar dari nilai 0.05 (sebesar
0.686), artinya penggunaan biaya pupuk pada usahatani mentimun tidak
memberikan dampak yang signifikan terhadap pendapatan. Hal ini disebabkan
karena tanaman mentimun bukan merupakan tanaman utama. Lahan yang
digunakan untuk menanam mentimun adalah lahan yang baru saja selesai
39
ditanami Tomat, sehingga tanah yang digunakan untuk menanam mentimun
masih cukup mengandung unsur hara sehingga pemakaian pupuk pada tanaman
mentimun hanya akan menambah biaya produksi dan tidak memberikan dampak
yang signifikan pada pendapatan.
d. Biaya Pestisida
Hasil signifikan uji t menunjukkan bahwa penggunaan biaya pestisida
berpengaruh nyata, karena nilai sig lebih kecil dari nilai 0.05 (sebesar 0.00),
artinya penggunaan biaya pestisida pada usahatani mentimun memberikan
dampak pada pendapatan. Hal ini disebabkan oleh pentingnya peranan pestisida
dalam usahatani mentimun, sehingga petani rela mengeluarkan biaya untuk
membeli pestisida karena menurut petani tanpa pestisida usahatani bisa saja gagal
panen. Pestisida juga sangat menentukan jumlah produksi yang akan didapat dari
usahatani melalui perannya yang dapat mengendalikan hama dan penyakit yang
merusak tanaman mentimun.