bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
57
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian merupakan bagian penting dari suatu penelitian.
Hasil penelitian akan memberikan jawaban atas hipotesis yang telah
dikemukakan dalam bab sebelumnya. Berkaitan dengan hal tersebut,
maka dalam bab ini dibahas tentang hasil penelitian berupa deskripsi
tempat penelitian, pengujian validitas dan reliabilitas, uji prasyarat,
pengujian hipotesis dan pembahasan dari hasil penelitian.
4.1 Prosedur Penelitian
Paparan tentang prosedur penelitian ini disampaikan sebagai
gambaran tentang keseluruhan dinamika yang penulis lalui selama
penelitian. Selengkapnya penulis paparkan sebagai berikut.
4.1.1 Pengambilan Data Awal
Sebelum penelitian dilakukan, penulis terlebih dahulu mencari
informasi tentang data mahasiswa yang berasal dari Papua yang kuliah
di berbagai program studi yang ada di Universitas Kristen Satya
Wacana (UKSW), Salatiga. Data tersebut diperoleh dari Bagian Admisi
dan Registrasi Akademik (BARA) Universitas Kristen Satya Wacana
(UKSW), Salatiga. Pencarian data awal ini dilakukan sebagai bagian
penting dalam mempersiapkan teknik penentuan sampel penelitian
yang akan digunakan sehingga hasil penelitian dapat menjelaskan
keseluruhan populasi. Penulis kemudian melakukan seleksi data yang
diperoleh dari BARA untuk mengetahui berapa jumlah mahasiswa
58
Papua yang ada di semester awal (I dan II) tahun ajaran 2015-2016,
berapa jumlah mahasiswa Papua yang berjenis kelamin perempuan dan
laki-laki, apakah sebelumnya pernah tinggal di Jawa, dan daerah asal
mereka di Papua (daerah pegunungan atau daerah pesisir).
4.1.2 Deskripsi Tempat Penelitian
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dimulai sebagai
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru Kristen Indonessia (PTPGKI), yang
diresmikan menjadi Universitas Kristen Satya Wacana (“Setia pada
Firman Tuhan”) pada 1956. Pendirian UKSW ini didukung 18 Sinode
Gereja di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Irian Jaya,
Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur. Salah satu
universitas swasta terkemuka di Indonesia ini menyelenggarakan 14
Fakultas yang terdiri dari 56 Program Studi yang terdiri dari 4 Program
Studi Diploma 3, 39 Program Studi Program Sarjana (S1), 10 Program
Studi Program Magister (S2), dan 3 Program Studi Program Doktoral
(S3). Perguruan tinggi ini berlokasi di Jl. Diponegoro No. 52-60
Sidorejo, Salatiga, Jawa Tengah.
Mahasiswa UKSW ini banyak yang berasal dari seluruh wilayah
di Indonesia. Sampai dengan saat ini (16 Februari 2016) mahasiswa
yang berasal dari Papua sebanyak 365 orang mahasiswa yang kuliah di
berbagai program studi yang ada di perguruan tinggi ini. Sedangkan
banyaknya mahasiswa Papua yang masih menempuh semester II
sebanyak 190 orang.
59
4.1.3 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22-28 Juni 2016 yang
dilakukan pada 66 mahasiswa yang berasal dari Papua. Responden
penelitian ini ditentukan berdasarkan pada usia, jenis kelamin, dan
daerah asal. Penyebaran dan pengambilan kembali skala penelitian
dilakukan sendiri oleh peneliti. Pengambilan data dilakukan sebanyak 7
kali kunjungan di berbagai program studi yang ada di Universitas
Kristen Satya Wacana (UKSW), serta di 2 (dua) asrama mahasiswa
Papua di Salatiga dan di beberapa rumah kos yang ada di daerah sekitar
Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), Salatiga yang terbagi
dalam dua periode. Periode I diambil sebanyak 30 responden yang
terdiri dari 15 mahasiswa Papua laki-laki dan 15 mahasiswa Papua
perempuan untuk dilakukan penghitungan uji validitas dan reliabilitas,
selanjutnya dilakukan pengambilan data Periode II dengan
menghilangkan nomor-nomor item yang tidak valid dan disusun skala
penelitian baru yang dilakukan terhadap 36 responden sehingga total
responden pada Periode I dan II sebanyak 66 responden yang terdiri
dari 33 responden laki-laki dan 33 responde perempuan.
4.2 Karakteristik Responden
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan umur dan jenis kelamin
disajikan dalam Tabel 4.1 berikut ini:
60
Tabel 4.1
Persentase Responden Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Umur
(Tahun)
Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
N % N % N %
18-19 9 27,3 4 12,1 13 19,7
20-21 15 45,4 16 48,5 21 47,0
22-23 9 27,3 13 39,4 22 33,3
Total 33 100,0 33 100,0 66 100,0
Tabel 4.1 memberikan informasi gambaran responden
berdasarkan umur dan jenis kelamin. Diketahui sebagian besar
responden adalah mahasiswa yang berumur 20-21 tahun yaitu sebanyak
31 (47,0%) orang. Mahasiswa Papua laki-laki sebagian besar berumur
20-21 tahun yaitu sebanyak 15 (45,5%) orang, begitu juga pada
mahasiswa perempuan sebagian besar berumur 20-21 tahun yaitu
sebanyak 16 (48,5%) orang. Dari semua mahasiswa yang menjadi
responden hanya terdapat 13 (19,7%) orang yang berumur 18-19 tahun
yang terdiri dari 9 mahasiswa Papua laki-laki dan 4 mahasiswa Papua
perempuan.
4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Fakultas dan Jenis
Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan fakultas dan jenis kelamin
disajikan dalam Tabel 4.2 berikut ini:
61
Tabel 4.2
Persentase Responden Berdasarkan Fakultas dan Jenis Kelamin
Fakultas
Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
N % N % N %
FB 1 3,0 2 6,1 3 4,5
FBS 2 6,1 2 6,1 4 6,1
FEB 7 21,2 7 21,2 14 21,2
FH 1 3,0 2 6,1 3 4,5
FIK 5 15,2 4 12,1 9 13,6
FISKOM 4 12,1 2 6,1 6 9,1
FKIP 5 15,2 4 12,1 9 13,6
FPB 0 0 3 9,1 3 4,5
FPSI 3 9,1 2 6,1 5 7,6
FSM 3 9,1 0 0 3 4,5
FTI 2 6,1 5 15,2 7 10,6
Total 33 100,0 33 100,0 66 100,0
Tabel 4.2 memberikan informasi gambaran responden
berdasarkan fakultas dan jenis kelamin. Diketahui sebagian besar
responden adalah mahasiswa yang kuliah di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis yaitu sebanyak 14 (21,2%) orang. Pada mahasiswa Papua laki-
laki diketahui sebagian besar kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis
yaitu sebanyak 7 (21,2%) orang, demikian juga pada mahasiswa Papua
perempuan diketahui sebagian besar kuliah di Fakultas Ekonomika dan
Bisnis yaitu sebanyak 7 (21,2%) orang. Dari Tabel 4.2 terlihat tidak
terdapat mahasiswa Papua laki-laki yang kuliah di Fakultas Pertanian
dan Bisnis dan pada mahasiswa Papua perempuan tidak ada yang
kuliah di Fakultas Sains dan matematika.
62
4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Daerah Asal dan Jenis
Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan asal daerah dan jenis
kelamin disajikan dalam Tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Persentase Responden Berdasarkan Daerah Asal dan Jenis Kelamin
Daerah
Asal
Jenis Kelamin Total
Laki-laki Perempuan
N % N % N %
Pesisir 19 57,6 18 54,5 37 56,1
Pegunungan 14 42,4 15 45,5 29 43,9
Total 33 100,0 33 100,0 66 100,0
Tabel 4.3 memberikan gambaran responden berdasarkan daerah
asal dan jenis kelamin. Daerah asal yang dimaksud di sini adalah
wilayah dataran tinggi yaitu pegunungan dan pesisir atau daerah
dataran rendah. Diketahui sebagian besar responden adalah mahasiswa
yang berasal dari daerah pesisir atau dataran rendah seperti Jayapura,
Raja Ampat, Biak Numfor, dan lain-lain yaitu sebanyak 37 (56,1%)
orang. Pada mahasiswa Papua laki-laki diketahui sebagian besar berasal
dari daerah pesisir yaitu sebanyak 19 (57,6%) orang, demikian juga
pada mahasiswa Papua perempuan diketahui sebagian besar berasal
dari daerah pesisir yaitu sebanyak 18 (54,5%) orang. Diketahui pula
terdapat 29 (43,9%) yang berasal dari daerah pegunungan seperti
Mimika, Pegunungan Bintang, dan lain-lain.
63
4.3 Deskripsi Pengukuran Peubah
4.3.1 Peubah Stres Akulturatif
Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran peubah
stres akulturatif digunakan lima kategori, yaitu Sangat Tinggi (ST),
Tinggi (T), Sedang (S), Rendah (R) dan Sangat Rendah (SR). Peubah
ini terdiri dari 31 aitem dengan skor tertinggi 7 dan terendah 1,
sehingga nilai tertinggi yang diperoleh sebesar 220 dan nilai terendah
sebesar 31, sehingga diperoleh pengelompokan kategori peubah stres
akulturatif dalam Tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Deskripsi Pengukuran Peubah Stres Akulturatif
Mahasiswa Papua Laki-laki dan Mahasiswa Papua Perempuan
Kategori Interval Laki-laki Perempuan Total
N % N % N %
Sangat Rendah 31 – 68 0 0 0 0 0 0
Rendah 69 – 106 1 3,0 2 6,1 3 4,5
Sedang 107 – 144 9 27,3 15 45,5 24 36,4
Tinggi 145 – 182 23 69,7 16 48,5 39 59,1
Sangat Tinggi 183 – 220 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 33 100 66 100
Minimum 84 100 84
Maksimum 179 175 179
Rata-rata 150,09 141,67 145,88
Standar Deviasi 18,445 15,392 17,382
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata nilai stres akulturatif
pada mahasiswa Papua laki-laki sebesar 150,09 yang termasuk dalam
kategori tinggi, sedangkan stres akulturatif pada mahasiswa Papua
perempuan sebesar 141,67 yang termasuk dalam kategori sedang.
Dilihat dari distribusi frekuensinya sebagian besar pada mahasiswa
Papua laki-laki yaitu 23 (69,7%) orang termasuk dalam kategori stres
akulturatif tergolong tinggi, demikian pula pada mahasiswa Papua
64
perempuan yaitu 39 (59,1%) orang termasuk dalam kategori stres
akulturatif tergolong tinggi.
4.3.2 Peubah Hardiness
Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran peubah
hardiness digunakan lima kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah. Peubah ini terdiri dari 20 aitem dengan skor
tertinggi 7 dan terendah 1, sehingga nilai tertinggi yang diperoleh
sebesar 144 dan nilai terendah sebesar 20, sehingga diperoleh
pengelompokan kategori peubah hardiness dalam Tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Deskripsi Pengukuran Peubah Hardiness
Mahasiswa Papua Laki-laki dan Mahasiswa Papua Perempuan
Kategori Interval Laki-laki Perempuan Total
N % N % N %
Sangat Rendah 20 – 44 0 0 0 0 0 0
Rendah 45 – 69 15 45,5 12 36,4 27 40,9
Sedang 70 – 94 18 54,5 21 63,6 39 59,1
Tinggi 95 – 119 0 0 0 0 0 0
Sangat Tinggi 120 – 144 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 33 100 66 100
Minimum 50 60 50
Maksimum 86 82 86
Rata-rata 68,61 71,00 69,80
Standar Deviasi 8,470 5,958 7,366
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata nilai hardiness pada
mahasiswa laki-laki sebesar 68,61 yang termasuk dalam kategori
sedang, begitu pula hardiness pada mahasiswa Papua perempuan
sebesar 71,00 yang termasuk dalam kategori tinggi. Dilihat dari
distribusi frekuensinya sebagian besar pada mahasiswa Papua laki-laki
yaitu 18 (54,5%) orang termasuk dalam kategori hardiness tergolong
65
sedang, demikian pula pada mahasiswa Papua perempuan yaitu 21
(63,6%) orang termasuk dalam kategori hardiness tergolong sedang.
4.3.3 Peubah Dukungan Sosial Teman
Untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil pengukuran peubah
dukungan sosial teman digunakan lima kategori, yaitu sangat tinggi,
tinggi, sedang, rendah dan sangat rendah. Peubah ini terdiri dari 21
aitem dengan skor tertinggi 7 dan terendah 1, sehingga nilai tertinggi
yang diperoleh sebesar 149 dan nilai terendah sebesar 20, sehingga
diperoleh pengelompokan kategori peubah dukungan sosial teman
dalam Tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Deskripsi Pengukuran Peubah Dukungan Sosial Teman
Mahasiswa Papua Laki-laki dan Mahasiswa Papua Perempuan
Kategori Interval Laki-laki Perempuan Total
N % N % N %
Sangat Rendah 20 – 45 1 3,0 1 3,0 2 3,0
Rendah 46 – 71 20 60,6 13 39,4 33 50,0
Sedang 72 – 97 12 36,4 19 57,6 31 47,0
Tinggi 98 – 123 0 0 0 0 0 0
Sangat Tinggi 124 – 149 0 0 0 0 0 0
Total 33 100 33 100 66 100
Minimum 45 41 41
Maksimum 96 89 96
Rata-rata 68,58 72,85 70,71
Standar Deviasi 12,357 10,747 11,691
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa rata-rata nilai dukungan sosial
teman pada mahasiswa Papua laki-laki sebesar 68,58 yang termasuk
dalam kategori rendah, sedangkan dukungan sosial teman pada
mahasiswa Papua perempuan sebesar 72,85 yang termasuk dalam
kategori sedang. Dilihat dari distribusi frekuensinya sebagian besar
66
pada mahasiswa Papua laki-laki yaitu 20 (60,6%) orang termasuk
dalam kategori dukungan sosial teman tergolong rendah, sedangkan
pada mahasiswa Papua perempuan yaitu sebanyak 19 (57,6%) orang
termasuk dalam kategori hardiness tergolong sedang.
4.4 Uji Statistik
4.4.1 Uji Asumsi Klasik
4.4.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan dengan
melihat uji Kolmogorov Smirnov contoh tunggal dengan ketentuan bila
angka signifikansi > 0,05 maka dikatakan berdistribusi normal
demikian sebaliknya jika angka dignifikansi < 0,05 maka data
dikatakan tidak berdistribusi normal. Hasil uji normalitas peubah
penelitian disajikan pada tabel 4.7 berikut ini:
Tabel 4.7
Uji Normalitas
Kelompok Peubah Kolmogorov
Smirnov – Z p Kesimpulan Keterangan
Laki-laki
Stres Akulturatif 0,680 0,745 p > 0,05 Normal Hardiness 0,637 0,812 p > 0,05 Normal Dukungan
Sosial Teman 0,712 0,690 p > 0,05 Normal
Perempuan
Stres Akulturatif 0,659 0,778 p > 0,05 Normal Hardiness 0,551 0,922 p > 0,05 Normal Dukungan
Sosial Teman 0,739 0,645 p > 0,05 Normal
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa semua data dari semua peubah
penelitian (stres akulturatif, hardiness, dan dukungan sosial teman)
67
pada kelompok mahasiswa Papua laki-laki maupun mahasiswa
peremuan Papua berdistribusi normal karena nilai p > 0,05.
4.4.1.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya
hubungan linier secara sempurna atau mendekati sempurna pada
peubah tak gayut. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi sempurna atau mendekati sempurna di antara peubah tak
gayut.
Hasil uji multikolonieritas kedua peubah tak gayut disajikan
pada Tabel 4.8 berikut ini:
Tabel 4.8
Uji Multikolinieritas
Koefisien
Statistik Kolinieritas
Kelompok Model Toleransi VIF
Laki-laki Hardiness 0,575 1,739
Dukungan Sosial Teman 0,575 1,739
Perempuan Hardiness 0,756 1,323
Dukungan Sosial Teman 0,756 1,323
Dari Tabel 4.8 terlihat pada kelompok mahasiswa Papua laki-
laki maupun mahasiswa Papua perempuan pada kedua peubah tak
gayut diperoleh nilai toleransi lebih dari 0,10 dan nilaiVIF kurang dari
10, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi multikolinieritas antar
peubah tak gayut.
68
4.4.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah ada
varian resiusl yang tidak sama pada semua pengamatan di dalam model
regresi. Regesi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas.
Hasil uji heteroskedastisitas pada regresi kelompok mahasiswa
Papua laki-laki disajikan pada Gambar 4.1 berikut ini:
Peubah Gayut : Stres Akulturatif
Regresi Nilai Taksiran Terbakukan
Gambar 4.1 Diagram Pencar Uji Heteroskedastisitas pada
Mahasiswa Papua Laki-laki
Gambar 4.1 dapat dilihat titik-titik tidak membentuk pola yang
jelas. Titik-titik tersebut menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
Reg
resi
Res
idual
Ter
bak
ukan
69
Hasil uji heteroskedastisitas pada regresi kelompok mahasiswa
Papua perempuan disajikan pada Gambar 4.2 berikut ini:
Peubah Gayut : Stres Akulturatif
Regresi Nilai Taksiran Terbakukan
Gambar 4.2 Diagram Pencar Uji Heteroskedastisitas pada
Mahasiswa Papua Perempuan
Gambar 4.2 dapat dilihat titik-titik tidak membentuk pola yang
jelas. Titik-titik tersebut menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada
sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa pada regresi ini tidak terjadi
heteroskedastisitas.
4.4.1.4 Uji Linieritas
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui linieritas hubungan
antara peubah tak gayut dengan peubah gayut. Uji linieritas
menggunakan taraf signifikansi 0,05 dan dua peubah dikatakan
mempunyai hubungan yang linier jika nilai signifikansi pada uji F
Reg
resi
Res
idual
Ter
bak
ukan
70
untuk linieritas kurang dari 0,05. Hasil uji linieritas hubungan peubah
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.9 berikut ini:
Tabel 4.9
Uji Linieritas
Kelompok Hubungan F p Kesimpulan Keterangan
Laki-laki Hardiness – SA 32,626 0,000 p < 0,05 Linier
DST – SA 31,343 0,000 p < 0,05 Linier
Perempuan Hardiness – SA 27,971 0,000 p < 0,05 Linier
DST – SA 17,556 0,000 p < 0,05 Linier
Keterangan : SA = Stres Akulturatif ; DST = Dukungan Sosial Teman
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kedua hubungan peubah tak
gayut dengan peubah gayut pada kelompok mahasiswa Papua laki-laki
adalah bersifat linier karena nilai p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa hardiness dan stres akulturatif memiliki hubungan yang linier,
demikian pula hubungan dukungan sosial teman dan stres akulturatif
memiliki hubungan yang linier.
Tabel 4.9 juga menunjukkan bahwa kedua hubungan peubah tak
gayut dengan peubah gayut pada kelompok mahasiswa Papua
perempuan adalah bersifat linier karena nilai p < 0,05 sehingga dapat
disimpulkan bahwa hardiness dan stres akulturatif memiliki hubungan
yang linier, demikian pula hubungan dukungan sosial teman dan stres
akulturatif memiliki hubungan yang linier
4.4.1.5 Uji Homogenitas
Uji homogenitas menggunakan uji Test Homogeneity of
Variance. Kriteria pengujian ini menggunakan nilai F Levene Test
dengan nilai signifikansi lebih dari 0,05. Hasil uji homogenitas stres
71
akulturatif pada kelompok mahasiswa Papua laki-laki dan perempuan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.10
Uji Homogenitas Stres Akulturatif (Y)
Levene
Statistic db1 db2 Sig.
0,682 1 64 0,412
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa kedua data stres akulturatif pada
kelompok mahasiswa Papua laki-laki dan perempuan adalah homogen
karena nilai F Levene Test = 0,682 dan p = 0,412 sehingga p > 0,05.
4.4.2 Uji Hipotesis
Hipotesis pertama, ada pengaruh simultan antara hardiness dan
dukungan sosial teman terhadap stres akulturatif pada mahasiswa
Papua laki-laki di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil
dari ada tidaknya pengaruh ketiga peubah dilakukan dengan cara :
4.4.2.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) untuk Mahasiswa Papua
Laki-laki
Hasil statistik untuk peubah tak gayut X1 (Hardiness) dan X2
(Dukungan Sosial Teman) terhadap peubah gayut Y (Stres Akulturatif)
diperoleh hasil sebagai berikut :
72
Tabel 4.11
Daftar Sidik Ragamb Uji Signifikansi
Regresi Berganda Nilai F (Laki-laki)
Model db JK KT F Sig.
1 Regresi 2 5.507,708 2.753,854 15,359 0,000a
Sisa 30 5.379,020 179,301
Total 32 10.886,727
a Prediktor : (Konstanta), Dukungan Sosial Teman (X2), Hardiness (X1)
b Peubah Gayut : Stres Akulturatif (Y)
Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat ; KT = Kuadrat Tengah
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa secara
simultan Hardiness dan Dukungan Sosial Teman berpengaruh terhadap
Stres Akulturatif mahasiswa Papua laki-laki (nilai F = 15,359 dan p =
0,000 sehingga p < 0,05) yang berarti ada pengaruh signifikan dari
Hardiness dan Dukungan Sosial Teman berpengaruh terhadap Stres
Akulturatif mahasiswa Papua laki-laki. Dari perhitungan ini, maka
hipotesis dalam penelitian ini diterima (Ha diterima).
4.4.2.2 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) untuk Mahasiswa Papua
Laki-laki
Hasil uji statistik secara parsial untuk peubah tak gayut X1
(Hardiness) dan X2 (Dukungan Sosial Teman) terhadap peubah gayut
Y (Stres Akulturatif) diperoleh hasil pada Tabel 4.12 sebagai berikut :
Tabel 4.12
Hasil Uji Signifikansi Koefisiena Regresi Berganda Nilai t (Laki-laki)
Model
Koefisien Tak
Terbakukan
Koefisien
terbakukan
B
Kesalahan
Baku Beta
t Sig.
1 (Konstanta) 248,284 19,332 12,843 0,000
Hardiness (X1) -0,837 0,369 -0,384 -2,272 0,030
Dukungan Sosial
Teman (X2) -0,594 0,253 -0,398 -2,352 0,025
a Peubah gayut : Stres Akulturatif (Y)
73
Berdasarkan Tabel 4.12 tampak secara parsial Hardiness
berpengaruh terhadap Stres Akulturatif mahasiswa Papua laki-laki di
UKSW Salatiga yang ditunjukkan dari nilai t = -2,272 dan p < 0,05.
Begitu juga dengan Dukungan Sosial Teman berpengaruh terhadap
Stres Akulturatif mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga yang
ditunjukkan dari nilai t = -2,352 dan p < 0,05.
Lebih lanjut berdasarkan Tabel 4.12 di atas dapat disusun
persamaan regresi linier sebagai berikut :
Y = 248,284 – 0,384 X1 – 0,398 X2
Interpretasi dari persamaan regresi berganda dapat diartikan
sebagai berikut :
1. Konstanta (a) sebesar 248,284 memberikan arti bahwa jika
Hardiness dan Dukungan Sosial Teman bernilai 0 atau konstan,
maka nilai peubah Stres Akulturatif mahasiswa Papua laki-laki di
UKSW Salatiga sebesar 248,284.
2. Koefisien regresi Hardiness sebesar -0,384 dengan signifikansi
0,030 memberi arti bahwa setiap perubahan satu satuan atau satu
tingkatan Hardiness akan berdampak negatif terhadap Stres
Akulturatif mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga sebesar
0,384.
3. Koefisien regresi Dukungan Sosial Teman sebesar -0,398 dengan
signifikansi 0,025 memberi arti bahwa setiap perubahan satu satuan
atau satu tingkatan Dukungan Sosial Teman akan berdampak
negatif terhadap Stres Akulturatif mahasiswa Papua laki-laki di
UKSW Salatiga sebesar 0,398.
74
4.4.2.3 Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan maksud
untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi dari
peubah Hardiness dan Dukungan Sosial Teman terhadap Stres
Akulturatif mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga. Hasil
koefisien determinasi (R2) peubah tak gayut terhadap peubah gayut
pada mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga disajikan dalam
Tabel 4.13 berikut ini:
Tabel 4.13
Hasil Uji Koefisien Determinasi Ringkasan Model (Laki-laki)
Model R R2 R2 Terkoreksi
Kesalahan Baku
Taksiran
1 0,711 0,506 0,473 13,390
a Prediktor : (Konstanta), Dukungan Sosial Teman (X2), Hardiness (X1)
b Peubah Gayut : Stres Akulturatif
Berdasarkan Tabel 4.13 diketahui nilai R (koefisien korelasi)
sebesar 0,711 menunjukkan terdapat pengaruh secara simultan antara
Hardiness dan Dukungan Sosial Teman terhadap Stres Akulturatif
mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga, koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,506 menggambarkan sumbangan pengaruh Hardiness
dan Dukungan Sosial Teman terhadap Stres Akulturatif mahasiswa
Papua laki-laki di UKSW Salatiga sebesar 50,6% sedangkan sisanya
49,4% dipengaruhi peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa Hardiness dan Dukungan
Sosial Teman berpengaruh terhadap Stres Akulturatif mahasiswa Papua
(laki-laki).
Hipotesis kedua, ada pengaruh simultan antara hardiness dan
dukungan sosial teman terhadap stres akulturatif pada mahasiswa
75
Papua perempuan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Hasil
dari ada tidaknya pengaruh ketiga peubah dilakukan dengan cara :
4.4.2.4 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) untuk Mahasiswa Papua
Perempuan
Hasil statistik untuk peubah tak gayut X1 (Hardiness) dan X2
(Dukungan Sosial Teman) terhadap peubah gayut Y (Stres Akulturatif)
diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.14
Daftar Sidik Ragamb Uji Signifikansi
Regresi Berganda Nilai F (Perempuan)
Model db JK KT F Sig.
1 Regresi 2 3.924,651 1.962,326 16,099 0,000a
Sisa 30 3.656,682 121,889
Total 33 7.581,333
a Prediktor : (Konstanta), Dukungan Sosial Teman (X2), Hardiness (X1)
b Peubah Gayut : Stres Akulturatif (Y)
Keterangan : JK = Jumlah Kuadrat ; KT = Kuadrat Tengah
Berdasarkan Tabel 4.14 dapat disimpulkan bahwa secara
simultan Hardiness dan Dukungan Sosial Teman berpengaruh terhadap
Stres Akulturatif mahasiswa Papua perempuan (nilai F = 16,099 dan
p = 0,000 sehingga p < 0,05) yang berarti ada pengaruh signifikan dari
Hardiness dan Dukungan Sosial Teman berpengaruh terhadap Stres
Akulturatif mahasiswa Papua perempuan. Dari perhitungan ini, maka
hipotesis dalam penelitian ini diterima (Ha diterima).
76
4.4.2.5 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) untuk Mahasiswa Papua
Perempuan
Hasil uji statistik secara parsial untuk peubah tak gayut X1 (Hardiness)
dan X2 (Dukungan Sosial Teman) terhadap peubah gayut Y
(Stres Akulturatif) diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.15
Hasil Uji Signifikansi Koefisiena Regresi Berganda Nilai t (Perempuan)
Model
Koefisien Tak
Terbakukan
Koefisien
terbakukan
B
Kesalahan
Baku Beta
t Sig.
1 (Konstanta) 262,899 23,421 11,225 0,000
Hardiness (X1) -0,435 0,377 -0,435 -2,984 0,006
Dukungan Sosial
Teman (X2) -0,397 0,209 -0,397 -2,720 0,011
a Peubah gayut : Stres Akulturatif (Y)
Berdasarkan Tabel 4.15 tampak secara parsial Hardiness
berpengaruh terhadap Stres Akulturatif mahasiswa Papua perempuan di
UKSW Salatiga yang ditunjukkan dari nilai t = -2,984 dan p < 0,05.
Begitu juga dengan Dukungan Sosial Teman berpengaruh terhadap
Stres Akulturatif mahasiswa Papua perempuan di UKSW Salatiga yang
ditunjukkan dari nilai t = -2,720 dan p < 0,05.
Lebih lanjut berdasarkan Tabel 4.15 di atas dapat disusun
persamaan regresi linier sebagai berikut :
Y = 262,899 – 0,435 X1 – 0,397 X2
Interpretasi dari persamaan regresi berganda dapat diartikan
sebagai berikut :
1. Konstanta (a) sebesar 262,899 memberikan arti bahwa jika
Hardiness dan Dukungan Sosial Teman bernilai 0 atau konstan,
77
maka nilai peubah Stres Akulturatif mahasiswa Papua perempuan di
UKSW Salatiga sebesar 262,899.
2. Koefisien regresi Hardiness sebesar -0,435 dengan signifikansi
0,006 memberi arti bahwa setiap perubahan satu satuan atau satu
tingkatan Hardiness akan berdampak negatif terhadap Stres
Akulturatif mahasiswa Papua perempuan di UKSW Salatiga sebesar
0,435.
3. Koefisien regresi Dukungan Sosial Teman sebesar -0,397 dengan
signifikansi 0,011 memberi arti bahwa setiap perubahan satu satuan
atau satu tingkatan Dukungan Sosial Teman akan berdampak
negatif terhadap Stres Akulturatif mahasiswa Papua perempuan di
UKSW Salatiga sebesar 0,397.
4.4.2.6 Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan maksud
untuk mengetahui seberapa besar sumbangan atau kontribusi dari
peubah Hardiness dan Dukungan Sosial Teman terhadap Stres
Akulturatif mahasiswa Papua perempuan di UKSW Salatiga. Hasil
koefisien determinasi (R2) peubah tak gayut terhadap peubah gayut
pada mahasiswa Papua perempuan di UKSW Salatiga disajikan dalam
Tabel 4.16 berikut ini:
Tabel 4.16
Hasil Uji Koefisien Determinasi Ringkasan Model (Perempuan)
Model R R2 R2 Terkoreksi
Kesalahan Baku
Taksiran
1 0,719a 0,518 0,486 11,040
a Prediktor : (Konstanta), Dukungan Sosial Teman (X2), Hardiness (X1)
b Peubah Gayut : Stres Akulturatif
78
Berdasarkan Tabel 4.16 diketahui nilai R (koefisien korelasi)
sebesar 0,719 menunjukkan terdapat pengaruh secara simultan antara
Hardiness dan Dukungan Sosial Teman terhadap Stres Akulturatif
mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga, koefisien determinasi
(R2) sebesar 0,518 menggambarkan sumbangan pengaruh Hardiness
dan Dukungan Sosial Teman terhadap Stres Akulturatif mahasiswa
Papua perempuan di UKSW Salatiga sebesar 51,8% sedangkan sisanya
48,2% dipengaruhi peubah lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
Dari hasil penelitian di atas diketahui bahwa Hardiness dan Dukungan
Sosial Teman berpengaruh terhadap Stres Akulturatif mahasiswa Papua
(perempuan).
4.4.2.7 Uji Beda Stres Akulturatif dari Jenis Kelamin
Jenis kelamin merupakan hal yang menarik untuk diteliti guna
mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap stres akulturatif.
Untuk menguji perbedaan stres akulturatif antara mahasiswa Papua
laki-laki dan perempuan, dilakukan uji t contoh tak gayut dan hasilnya
sebagai berikut (Tabel 4.17):
79
Tabel 4.17
Uji t Contoh Tak Gayut
Jenis Kelamin N Rerata Standar
Deviasi
Rerata
Standar
Kesalahan
Stres
Akulturatif (Y)
Laki-laki 33 150,09 18,445 3,211
Perempuan 33 141,67 15,392 2,679
Uji Levene
untuk Ragam
Sama
Uji t untuk Rerata Sama
F Sig. t Db Sig. Beda Rerata
Stres
Akulturatif
(Y)
Uji Ragam
Terpenuhi 0,682 0,412 2,014 64 0,048 8,424
Uji Ragam
Tidak
Terpenuhi
2,014 62,013 0,048 8,424
Tabel 4.17 menunjukkan nilai t = 2,014 dengan nilai p = 0,048
sehingga p < 0,05 menunjukkan ada perbedaan stres akulturatif antara
mahasiswa Papua laki-laki dan perempuan. Stres akulturatif mahasiswa
Papua laki-laki dengan nilai rata-rata sebesar 150,09 lebih besar
dibandingkan Stres akulturatif mahasiswa Papua perempuan dengan
nilai rata-rata sebesar 141,67 sehingga hipotesis penelitian diterima.
4.4.2.8 Sumbangan Efektif Tiap Peubah
Sumbangan efektif tiap peubah digunakan untuk mengetahui
sumbangan efektif peubah tak gayut (Hardiness dan Dukungan Sosial
Teman) terhadap peubah gayut (Stres Akulturatif). Sumbangan efektif
tiap peubah dihitung dengan menggunakan rumus :
SE = nilai Beta x koefisien korelasi x 100%
Nilai beta dalam perhitungan ini adalah nilai yang sudah
distandarisasi untuk dapat membandingkan besarnya pengaruh dari
peubah tak gayut. Adapun sumbangan efektif masing-masing peubah
80
tak gayut pada kelompok mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga
ditunjukkan dalam Tabel 4.18 berikut ini :
Tabel 4.18
Sumbangan Efektif Peubah Hardiness dan Dukungan Sosial Teman
terhadap Stres Akulturatif pada Mahasiswa Papua Laki-laki
Peubah Beta rxy Sumbangan Efektif
Hardiness -0,384 -0,644 24,8%
Dukungan Sosial Teman -0,398 -0,649 25,8%
Tabel 4.18 menunjukkan bahwa Hardiness memberikan
pengaruh signifikan terhadap Stres Akulturatif sebesar 24,8% dan
Dukungan Sosial Teman juga memberikan pengaruh signifikan
terhadap Stres Akulturatif sebesar 25,8%. Hasil ini menunjukkan
bahwa sumbangan peubah Dukungan Sosial Teman lebih besar
terhadap Stres Akulturatif dibandingkan pengaruh Hardiness.
Sumbangan efektif dari masing-masing aspek peubah Hardiness
terhadap Stres Akulturatif pada mahasiswa Papua laki-laki secara rinci
disajikan dalam Tabel 4.19 berikut ini:
Tabel 4.19
Sumbangan Efektif Tiap Aspek Hardiness Mahasiswa Papua Laki-laki
Aspek Beta rxy Sumbangan Efektif
Pengendalian -0,076 -0,332 2,5%
Keterlibatan -0,242 -0,478 11,6%
Tantangan -0,492 -0,617 30,4%
Dari Tabel 4.19 terlihat bahwa aspek tantangan memberikan
sumbangan yang paling besar terhadap Stres Akulturatif pada
mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga, sedangkan sumbangan
yang paling kecil adalah aspek pengendalian.
81
Sedangkan sumbangan efektif dari masing-masing aspek peubah
Dukungan Sosial Teman terhadap Stres Akulturatif mahasiswa Papua
laki-laki secara rinci disajikan dalam Tabel 4.20 berikut ini:
Tabel 4.20
Sumbangan Efektif Tiap Aspek Dukungan Sosial Teman
Mahasiswa Papua Laki-laki
Aspek Beta rxy Sumbangan Efektif
Emosional -0,171 -0,520 8,9%
Penghargaan -0,086 -0,530 4,5%
Instrumental -0,308 -0,556 17,2%
Informatif -0,224 -0,541 12,1%
Dari Tabel 4.20 terlihat bahwa aspek instrumental memberikan
sumbangan yang paling besar terhadap Stres Akulturatif pada
mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga, sedangkan sumbangan
yang paling kecil adalah aspek penghargaan.
Hasil perhitungan sumbangan efektif masing-masing peubah tak
gayut pada kelompok mahasiswa Papua perempuan di UKSW Salatiga
ditunjukkan dalam Tabel 4.21 berikut ini :
Tabel 4.21
Sumbangan Efektif Peubah Hardiness dan Dukungan Sosial Teman
terhadap Stres Akulturatif pada Mahasiswa Papua Perempuan
Peubah Beta rxy Sumbangan Efektif
Hardiness -0,435 -0,631 27,5%
Dukungan Sosial Teman -0,397 -0,612 24,3%
Tabel 4.21 menunjukkan bahwa Hardiness memberikan
pengaruh signifikan terhadap Stres Akulturatif sebesar 27,5% dan
Dukungan Sosial Teman juga memberikan pengaruh signifikan
terhadap Stres Akulturatif sebesar 24,3%. Hasil ini menunjukkan
82
bahwa sumbangan peubah Hardiness lebih besar terhadap Stres
Akulturatif dibandingkan pengaruh Dukungan Sosial Teman.
Sumbangan efektif dari masing-masing aspek peubah Hardiness
terhadap Stres Akulturatif pada mahasiswa Papua perempuan secara
rinci disajikan dalam Tabel 4.22 berikut ini:
Tabel 4.22
Sumbangan Efektif Tiap Aspek Hardiness
Mahasiswa Papua Perempuan Aspek Beta rxy Sumbangan Efektif
Pengendalian -0,567 -0,556 31,5%
Keterlibatan -0,210 -0,273 5,7%
Tantangan -0,306 -0,352 10,8%
Dari Tabel 4.22 terlihat bahwa aspek pengendalian memberikan
sumbangan yang paling besar terhadap Stres Akulturatif pada
mahasiswa Papua perempuan di UKSW Salatiga, sedangkan
sumbangan yang paling kecil adalah aspek keterlibatan.
Sedangkan sumbangan efektif dari masing-masing aspek peubah
Dukungan Sosial Teman terhadap Stres Akulturatif pada mahasiswa
Papua perempuan secara rinci disajikan dalam Tabel 4.23 berikut ini:
Tabel 4.23
Sumbangan Efektif Tiap Aspek Dukungan Sosial Teman
Mahasiswa Papua Perempuan
Aspek Beta rxy Sumbangan Efektif
Emosional -0,175 -0,410 7,2%
Penghargaan -0,473 -0,593 28,0%
Instrumental 0,211 -0,374 -7,9%
Informatif -0,322 -0,571 18,4%
Dari Tabel 4.23 terlihat bahwa aspek penghargaan memberikan
sumbangan yang paling besar terhadap Stres Akulturatif pada
83
mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga, sedangkan sumbangan
yang paling kecil adalah aspek emosional.
4.4.2.9 Ringkasan Hasil Pengujian Hipotesis
Gambaran ringkasan hasil pengujian hipotesis disajikan dalam
Tabel 4.24 berikut ini:
Tabel 4.24
Rangkuman Hasil Hipotesis Penelitian Mahasiswa Papua
di UKSW Salatiga
Mahasiswa Papua Laki-laki Mahasiswa Papua Perempuan
Y = 248,284 – 0,384 X1 – 0,398 X2 Y = 262,899 – 0,435 X1 – 0,397 X2
R = 0,711 R = 0,719
R2= 0,506 R2= 0,519
Sumbangan Efektif
Hardiness = 24,8%
Dukungan Sosial Teman = 25,8%
Sumbangan Efektif
Hardiness = 27,5%
Dukungan Sosial Teman = 24,3%
Aspek Hardiness
Keterlibatan =11,6%
Tantangan =30,4%
Aspek Hardiness
Pengendalian = 31,5%
Tantangan =10,8%
Aspek Dukungan Sosial Teman
Instrumental =17,2%
Informatif = 12,1%
Aspek Dukungan Sosial Teman
Penghargaan = 28,0% Informatif = 18,4%
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan uji regresi
berganda, uji sidik ragam dan uji t contoh tak gayut, maka pembahasan
hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
4.5.1 Hardiness dan Dukungan Sosial Teman Berpengaruh
terhadap Stres Akulturatif pada Mahasiswa Papua Laki-laki
di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Hasil analisis data menunjukkan bahwa Hardiness dan
Dukungan Sosial Teman Berpengaruh terhadap Stres Akulturatif pada
mahasiswa Papua laki-laki di Universitas Kristen Satya Wacana
84
Salatiga. Hasil uji statistik menunjukkan nilai Fhitung = 15,359 dengan
tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,05) dan koefisien determinasi (R2) =
0,506. Peubah Hardiness dan Dukungan Sosial Teman Berpengaruh
sebesar 50,6% terhadap Stres Akulturatif pada mahasiswa Papua laki-
laki di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan sisanya sebesar
49,4% dipengaruhi oleh peubah lainnya yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.
Adanya hubungan antara Hardiness dan Dukungan Sosial
Teman dengan Stres Akulturatif, yaitu mahasiswa Papua laki-laki yang
memiliki hardiness akan melibatkan komitmen dan keterlibatan yang
mendalam dalam beberapa ranah kehidupan, seperti keluarga, teman,
pekerjaan, dan kegiatan sosial. Sangat mungkin bahwa keterlibatan
dalam domain ini memungkinkan seseorang untuk mengembangkan
jaringan hubungan sosial yang luas/beragam yang dapat ditarik pada
saat seseorang membutuhkan dukungan. Individu yang tangguh
umumnya lebih menarik secara sosial dan bahwa ini membuat mereka
lebih mudah untuk memperoleh dukungan.
Individu yang memiliki hardiness memungkinkan mendapat
dukungan sosial dari temannya yang lebih besar. Adanya hardiness dan
dukungan sosial tersebut dapat digunakan individu dalam menahan atau
meminimalisir efek stres. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh
Eschleman et.al. (2010), bahwa hardiness dan komponen hardiness
berhubungan positif dengan dukungan sosial. Selain mencari dukungan
sumber daya, hubungan positif dapat terjadi karena dukungan diberikan
kepada orang-orang yang berkomitmen dalam banyak domain
kehidupan dan dengan demikian memiliki lingkaran sosial yang besar
85
atau mungkin merupakan hasil dari individu yang tangguh (hardy) di
mana secara sosial lebih menarik. Individu yang tangguh (hardy) juga
cenderung memiliki strategi coping yang lebih proaktif daripada
regresif. Artinya, rasa yang lebih besar dari kontrol dan komitmen
untuk lingkungan, cenderung mempengaruhi individu untuk mengatasi
stres akulturatif.
Telaah lebih lanjut pada mahasiswa Papua laki-laki diketahui
Hardiness memberikan pengaruh signifikan terhadap Stres Akulturatif
sebesar 24,8% dan Dukungan Sosial Teman juga memberikan pengaruh
signifikan terhadap Stres Akulturatif sebesar 25,8%. Hasil ini
menunjukkan bahwa sumbangan peubah Dukungan Sosial Teman lebih
besar terhadap Stres Akulturatif dibandingkan pengaruh Hardiness.
Ada dua aspek peubah Hardiness berkontribusi terhadap Stres
Akulturatif yaitu aspek keterlibatan (11,6%) serta aspek tantangan
(30,4%). Hasil ini menunjukkan bahwa aspek tantangan memberikan
sumbangan yang paling besar terhadap Stres Akulturatif pada
mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga, sedangkan sumbangan
aspek yang paling kecil adalah aspek pengendalian.
Dari empat aspek peubah Dukungan Sosial Teman yang
berkontribusi terhadap Stres Akulturatif hanya dua aspek yaitu aspek
instrumental (17,2%) dan aspek informatif (12,1%). Hasil ini
menunjukkan bahwa aspek instrumental memberikan sumbangan yang
paling besar terhadap Stres Akulturatif pada Papua mahasiswa Papua
laki-laki di UKSW Salatiga, sedangkan sumbangan yang paling kecil
adalah aspek penghargaan.
86
4.5.2 Hardiness dan Dukungan Sosial Teman Berpengaruh
terhadap Stres Akulturatif pada Mahasiswa Papua
Perempuan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Hasil analisis data menunjukkan bahwa Hardiness dan
Dukungan Sosial Teman Berpengaruh terhadap Stres Akulturatif pada
mahasiswa Papua perempuan di Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Hasil uji statistik menunjukkan nilai Fhitung = 16,099 dengan
tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,05) dan koefisien determinasi (R2) =
0,518. Peubah Hardiness dan Dukungan Sosial Teman Berpengaruh
sebesar 51,8% terhadap Stres Akulturatif pada mahasiswa Papua
perempuan di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga dan sisanya
sebesar 48,2% dipengaruhi oleh peubah lainnya yang tidak diteliti
dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Kobasa &
koleganya, (1979, dalam Nevid dkk., 2005) bahwa hardiness yang
dimiliki individu dapat menyebabkan individu tidak mudah merasakan
stres. Proses persepsi bisa menjelaskan hubungan antara sifat hardiness
dan stres, artinya, mahasiswa hardy/tangguh mungkin cenderung untuk
melihat beberapa stresor di lingkungannya. Mahasiswa yang hardy
mungkin cenderung untuk fokus pada "pikiran yang membahagiakan"
dari situasi apapun, bahkan ketika dihadapkan dengan lingkungan yang
secara obyektif tidak menguntungkan. Jadi masalah stres akulturatif
yang dialami mahasiswa asal Papua di UKSW Salatiga dapat
diminimalisir jika mahasiswa memiliki hardiness.
Mahasiswa yang memiliki hardiness ditandai dengan adanya
komitmen, yaitu memiliki kesediaan untuk melibatkan diri dalam
87
kegiatan yang dilaluinya. Komitmen tersebut membuat mahasiswa
memiliki ketahanan dalam menghadapi berbagai kesulitan yang ada.
Mahasiswa Papua yang memiliki komitmen membuat dirinya tidak
mudah menyerah dan memiliki daya tahan dalam menghadapi tuntutan
termasuk tuntutan dalam hal penyesuaian dengan lingkungan atau
budaya baru, dengan kata lain mahasiswa Papua dapat menekan stres
akulturatif yang dialami. Berbeda dengan mahasiswa Papua yang
kurang memiliki komitmen, dirinya cenderung mudah menyerah karena
kurang memiliki antusias dalam menghadapi kesulitan. Pada saat
mengalami kesulitan penyesuaian dengan lingkungan yang baru,
mahasiswa Papua dengan komitmen yang rendah enggan untuk terlibat
lebih jauh dalam usaha adaptasinya. Mahasiswa yang kurang memiliki
komitmen tersebut rentan mengalami stres akulturatif saat
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya.
Mahasiswa yang berkarakter hardiness (hardy) akan optimis
dan cenderung untuk melihat tantangan dari sudut pandang yang
positif. Mahasiswa yang berkarakter hardiness merasakan pengalaman
kegiatan sebagai hal menarik dan menyenangkan, sebagai masalah
pilihan pribadi, dan sebagai stimulus penting untuk belajar. Mahasiswa
yang memiliki karakter hardiness yang rendah telah ditemukan
menampilkan peningkatan tanda-tanda depresi serta kecemasan tinggi
dan tekanan psikologis. Hasil ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang
memiliki hardiness tinggi bisa terkena lebih sedikit stres akulturatif
daripada mahasiswa yang memiliki hardiness rendah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan pendapat Taylor (1999,
dalam Pramudiani dkk., 2001) bahwa dalam menghadapi peristiwa-
88
peristiwa yang menekan, individu yang memiliki dukungan sosial yang
tinggi tidak hanya mengalami stres yang rendah, tetapi juga dapat
mengatasi stres secara lebih berhasil bila dibandingkan dengan mereka
yang kurang memperoleh dukungan sosial.
Dukungan sosial teman seperti perasaan memperoleh bantuan,
perasaan dicintai, dihargai atau dinilai tinggi, dapat merupakan penahan
dari akibat-akibat stres yang merusak. Dukungan sosial teman juga
dapat menjadi penahan untuk melawan stres dengan memberikan
pencegahan dari situasi yang menyebabkan stres ataupun memberikan
solusi mengatasi stres.
Dukungan sosial teman yang diterima oleh mahasiswa bisa
berbeda-beda. Terdapat mahasiswa yang mendapatkan dukungan sosial
dengan baik, namun terdapat pula mahasiswa yang kurang
mendapatkan dukungan sosial dari teman-temannya. Mahasiswa yang
menerima dukungan sosial yang baik dari lingkungannya, akan mampu
mempersepsikan segala sesuatu menjadi lebih mudah ketika mengalami
kejadian-kejadian yang menegangkan, sehingga akan mampu
mereduksi stres yang dialami. Mahasiswa dengan dukungan sosial yang
tinggi akan cenderung mengalami stres yang lebih sedikit daripada
individu yang memiliki dukungan sosial rendah.
Hal ini sesuai dengan apa yang telah dikemukakan oleh Fleming
(Sarafino, 2008) yang mengatakan bahwa adanya dukungan sosial juga
berhubungan dengan pengurangan stres individu yang disebabkan oleh
berbagai stresor. Stres akan cenderung semakin berkurang ketika
individu tersebut merasa didukung dan menerima dukungan sosial
dengan baik dari lingkungan. Stres akan cenderung semakin tinggi
89
ketika individu tersebut kurang menerima dukungan sosial dari
lingkungan di sekitarnya.
Telaah lebih lanjut pada mahasiswa Papua perempuan diketahui
Hardiness memberikan pengaruh signifikan terhadap Stres Akulturatif
sebesar 27,5% dan Dukungan Sosial Teman juga memberikan pengaruh
signifikan terhadap Stres Akulturatif sebesar 24,3%. Hasil ini
menunjukkan bahwa sumbangan peubah Hardiness lebih besar
terhadap Stres Akulturatif dibandingkan pengaruh Dukungan Sosial
Teman.
Pada aspek peubah Hardiness terdapat dua aspek yang
berkontribusi terhadap Stres Akulturatif masing-masing aspek
pengendalian (31,5%) dan aspek tantangan (10,8%). Hasil ini
menunjukkan bahwa aspek pengendalian memberikan sumbangan yang
paling besar terhadap Stres Akulturatif pada mahasiswa Papua
perempuan di UKSW Salatiga, sedangkan sumbangan yang paling kecil
adalah aspek keterlibatan.
Dari empat aspek peubah Dukungan Sosial Teman hanya dua
aspek yang berkontribusi terhadap Stres Akulturatif mahasiswa Papua
perempuan yaitu aspek penghargaan (28,0%) dan aspek informatif
(18,4%). Hasil ini menunjukkan bahwa aspek aspek penghargaan
memberikan sumbangan yang paling besar terhadap Stres Akulturatif
pada mahasiswa Papua laki-laki di UKSW Salatiga, sedangkan
sumbangan yang paling kecil adalah aspek emosional.
90
4.5.3 Stres Akulturatif Antar Jenis Kelamin pada Mahasiswa
Papua di Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan stres akulturatif
pada kelompok mahasiswa Papua laki-laki dan perempuan (t = 2,014
dan p < 0,05). Stres akulturatif pada kelompok mahasiswa Papua laki-
laki dengan nilai rata-rata sebesar 150,09 lebih besar dibandingkan
Stres akulturatif pada kelompok mahasiswa Papua perempuan dengan
nilai rata-rata sebesar 141,67 sehingga hipotesis penelitian diterima.
Stres akulturatif pada mahasiswa Papua perempuan lebih rendah
dibandingkan mahasiswa Papua laki-laki, karena mahasiswa Papua
perempuan tinggal di asrama sekitar Universitas Kristen Satya Wacana
sebaliknya mahasiswa Papua laki-laki tinggal di tempat kos yang
dicarinya sendiri, selain itu pada mahasiswa Papua perempuan
dilakukan sesi sharing di asrama yang dilakukan oleh ketua Asrama
dan mendatangkan pendeta dari Papua secara berkala sedangkan pada
mahasiswa Papua laki-laki jarang mengikuti kegiatan yang dilakukan
tersebut.
Hubungan antara hardiness dengan stres akulturatif pada
kelompok mahasiswa Papua berjenis kelamin laki-laki lebih kuat
dibandingkan pada mahasiswa Papua berjenis kelamin dengan nilai
korelasi -0,644 pada mahasiswa Papua laki-laki dibanding -0,631 pada
mahasiswa Papua perempuan. Begitu juga hubungan antara dukungan
sosial teman dengan stres akulturatif pada kelompok mahasiswa Papua
berjenis kelamin laki-laki lebih kuat dibandingkan pada mahasiswa
Papua berjenis kelamin dengan nilai korelasi -0,649 pada mahasiswa
Papua laki-laki dibanding -0,612 pada mahasiswa Papua perempuan.