bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum SD Negeri Dukuh 3
Penelitian ini dilakukan di SDN Dukuh 3 Kota Salatiga semester II
tahun pelajaran 2015/2016 dengan subyek penelitian kelas V dengan
jumlah sebanyak 14 siswa. SDN Dukuh 3 terletak di lingkungan yang
cukup kondusif karena jauh dari pasar sehingga suasana di SDN Dukuh 3
tergolong nyaman karena jauh dari kebisingan kendaraan umum. Sarana
dan prasaran di SDN Dukuh 3sudah cukup lengkap dan fasilitas untuk
mengajar seperti alat peraga, LCD dan sumber- sumber lain (buku) sudah
sangat menunjang proses pembelajaran.
Siswa SDN Dukuh 3 berjumlah 138 siswa yang terdiri mulai dari
kelas I sampai dengan kelas 6 dengan masing-masing kelas terdiri 1
kelas. Masing-masing kelas diampu oleh seorang guru kelas, 1 guru
pendidikan Bahasa Inggris, 1 guru Pendidikan Komputer, 1 guru
Pendidikan Agama Islam, 1 guru Pendidikan Agama Kristen dan 1 guru
Olah Raga. Proses belajar mengajar berlangsung mulai pukul 07.00
sampai dengan 12.20 siang, kecuali pada hari Jum’at dan Sabtu yang
berlangsung mulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.45.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi pra siklus merupakan kondisi ketuntasan belajar siswa
kelas V SD Negeri Dukuh 3 Salatiga sebelum diterapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran IPA.
Pada kondisi ini, guru masih menerapkan model pembelajaran ceramah,
sehingga siswa cenderung kurang berminat dalam pelajaran IPA dan
hasilnya ketuntasan hasil belajar siswa rendah. Perolehan nilai tertinggi
pada kondisi pra siklus adalah 80 dan terendah adalah 40, dan nilai
46
rata-rata siswa adalah 58,00. Hasil kondisi pra siklus dari total siswa
yaitu 14 siswa hanya 6 siswa (43%) yang dinyatakan tuntas dan sisanya 8
siswa (57%) belum tuntas dalam KKM (≥ 65). Jumlah siswa yang belum
tuntas dan yang tuntas pada kondisi sebelum tindakan disajikan dalam
tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Dukuh 3
Pra Siklus
No Ketuntasan Belajar Jumlah Persentase (%)
1 Belum Tuntas 8 57%
2 Tuntas 6 43%
Jumlah 14 100%
Berdasarkan Tabel 4.1, kondisi ketuntasan hasil belajar siswa pra
siklus diatas, maka dapat disimpulkan bahwa diperlukan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pelajaran IPA
untuk mengatasi persoalan ketuntasan hasil belajar tersebut.
4.2.2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dengan kompetensi dasar Memahami perubahan
kenampakan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan sumber daya
alam yang akan dilakukan melalui empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan refleksi yang sesuai
dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam Arikunto (2007:16).
Langkah pelaksanaan siklus I diuraikan pada perencanaan tindakan
mengenai apa yang diperlukan dan dilaksanankan saat pembelajaran.
Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan dari rencana yang
telah dibuat, kemudian diuraikan refleksi berdasarkan hasil observasi.
Adapun penjelasan masing-masing tahapan dijabarkan sebagai berikut.
a) Tahap Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan tindakan perbaikan, ada beberapa langkah
yang dilakukan oleh penulis, antara lain:
47
1) Memeriksa kembali RPP yang telah disusun, sambil
mencermati kembali setiap butir yang direncanakan untuk
dilaksanakan pada pelaksanaan tindakan.
2) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat
pengumpul data, seperti lembar observasi yang telah
disepakati dengan guru yang mendampingi sebagai observer.
b) Pelaksanaan Tindakan
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran,
maka disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan
pembelajaran yang terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:
Pertemuan I
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa
kegiatan seperti yang telah didesain dalam rencana
pembelajaran yaitu membuka pembelajaran dengan salam,
berdoa, mengabsen, mengecek kerapian siswa, mengatur
tempat duduk siswa dan melakukan apersepsi. Kegiatan
apersepsi yang dilakukan adalah mengingatkan kembali
kepada para siswa tentang materi Memahami sifat-sifat
bangun dan hubungan antar bangun.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan
materi pembelajaran yaitu Mengidentifikasi peristiwa yang
terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungannya. Setelah Menjelaskan materi, guru melakukan
tanya jawab dengan siswa dan diteruskan dengan membentuk
siswa kedalam beberapa kelompok. Kemudian siswa
mendapat penjelasan mengenai kegiatan kelompok yang akan
dilakukan yakni kegiatan untuk mengidentifikasi berbagai
peristiwa alam dan dampaknya. Kemudian guru melanjutkan
dengan membagikan LKS ke masing-masing kelompok dan
48
di dalam kelompok, siswa saling berdiskusi untuk
mendiskusikan materi dan soal yang ada di LKS. Setelah itu
siswa menyusun solusi sesuai dengan hasil diskusi guna
menjawab permasalahan.Setiap kelompok mendapat
kesempatan untuk mempresentasikan hasil dari soal yang
telah dikerjakan.Setelah kegiatan tersebut selesai guru
memimbing siswa untuk melakukan evaluasi dengan kegiatan
diskusi bersama dan siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan bertanya terkait kegiatan
kelompok yang telah dilakukan.
3) Kegiatan penutup
Bersama-sama dengan siswa mengambil kesimpulan
tentang materi yang telah dipelajari dengan menggunakan
metode PBL, sekaligus memberikan kesempatan kepada
siswa yang masih belum memahami materi pelajaran untuk
bertanya.Guru memberikan pesan kepada siswa untuk
mempelajari lagi materi tersebut di rumah, karena masih akan
dilakukan lagi pertemuan berikutnya, dan memberikan
Pekerjaan Rumah (PR).
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka
pelajaran dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi
siswa, mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi.
Kemudian, guru bertanya kepada siswa “siapa yang tidak
mengerjakan PR?”. Guru mencocokkan PR dan
mengingatkan kembali tentang materi yang diajarkan
dipertemuan sebelumnya yaitu “Mengidentifikasi peristiwa
yang terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup
dan lingkungannya”.
49
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti pertemuan kedua ini, yang dilakukan
adalah menjelaskan materi pembelajaran yaitu
Mengidentifikasi peristiwa yang terjadi di Indonesia dan
dampaknya bagi makhluk hidup dan lingkungannya. Setelah
Menjelaskan materi, guru melakukan tanya jawab dengan
siswa dan diteruskan dengan membentuk siswa kedalam
beberapa kelompok. Kemudian siswa mendapat penjelasan
mengenai kegiatan kelompok yang akan dilakukan yakni
kegiatan untuk mengidentifikasi berbagai peristiwa alam dan
dampaknya. Kemudian guru melanjutkan dengan
membagikan LKS ke masing-masing kelompok dan di dalam
kelompok, siswa saling berdiskusi untuk mendiskusikan
materi dan soal yang ada di LKS. Setelah itu siswa menyusun
solusi sesuai dengan hasil diskusi guna menjawab
permasalahan. Setiap kelompok mendapat kesempatan untuk
mempresentasikan hasil dari soal yang telah dikerjakan.
Setelah kegiatan tersebut selesai guru memimbing siswa
untuk melakukan evaluasi dengan kegiatan diskusi bersama
dan siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat
dan bertanya terkait kegiatan kelompok yang telah dilakukan.
3) Kegiatan penutup
Setelah waktu selesai, guru memberikan kesempatan
kepada siswa yang belum memahami pelajaran termasuk
metode pembelajarn untuk bertanya, guru bersama-sama
dengan siswa membuat kesimpulan. Guru membagikan
lembar evaluasi kepada masing-masing siswa untuk
dikerjakan.
50
c) Observasi
Pada kegiatan ini, yang diamati adalah aktivitas guru dan
siswasetelah diberikan tindakan dengan model Problem Based
Learning (PBL). Berikut ini dipaparkan hasil aktivitas guru dan
siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model Problem
Based Learning (PBL)yang diperoleh setelah dilakukan tindakan
pada siklus I, baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan
kedua.
1. Aktivitas Guru
Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based
Learning (PBL)dalam pelajaran IPA. Aktivitas guru yang diamati
meliputi aktivitas pada pertemuan pertama dan kedua. Data hasil
observasi aktivitas guru menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) dalam pembelajaran IPA, dinilai dengan rumus
di bawah ini (Djamarah, 2005:331):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Hasil pengamatan dari kedua pertemuan tersebut disajikan
berikut ini:
Tabel 4.2
Hasil Observasi Aktivitas Guru Menerapkan Model Pembelajaran
PBL Siklus I
Pertemuan Materi Total skor Nilai
Aktivitas
Kriteria
1 Peristiwa Alam 12 60% Cukup
2 Peristiwa Alam 14 70% Baik
51
Berdasarkan tabel 4.2, diketahui bahwa aktivitas guru pada
pertemuan pertama siklus I, dalam menerapkan model Problem
Based Learning (PBL) pada pelajaran IPA materi Peristiwa
Alammasuk dalam kriteria atau katogeri Cukup, dengan
perolehan skor yaitu 12 dengan nilai aktivitas yaitu 60%, dengan
kategori cukup.
Hasil aktivitas guru yang disajikan pada tabel 4.3 di atas,
diketahui bahwa aktivitas guru dalam menerapkan model
Problem Based Learning (PBL) pada siklus I pertemuan 2 masuk
dalam kriteria baik, di mana perolehan total skor dalam
menerapkan model Problem Based Learning (PBL)adalah 14
dengan nilai persentase aktivitas yaitu 70%.
Tabel 4.2 menunjukkan skor perolehan terhadap aktivitas
guru yang diukur melalui lembar observasi. Pertemuan I
diperoleh nilai aktivitas sebesar 60% hal ini menunjukkan bahwa
guru telah mampu menerapkan model Problem Based Learning
(PBL) meskipun masih terdapat bebrapa langkah pembelajaran
yang belum terlaksana seperti pada kegiatan awal, guru belum
memeriksa kesiapan siswa, guru belum memberikan motivasi
kepada siswa, guru belum memberikan penjelasan secara rinci
terhadap kegiatan kelompok, guru belum memberikan bimbingan
secara menyeluruh ketika siswa melakukan kegiatan presentasi
serta guru belum melakukan evaluasi terhadap presentasi yang
dilakukan siswa. Setelah dilakukan refleksi kekurangan-
kekurangan tersebut mulai teratasi meskipun masih ada beberapa
aspek yang masih belum terlaksana. Refleksi pada akhir
pertemuan 1 dilakukan dengan membahas permasalahan yang
terjadi pada pertemuan 1 sekaligus merancang solusi yakni guru
harus lebih memahami langkah-langkah model Problem Based
Learning (PBL). Nilai aktivitas pada pertemuan 2 meningkat
52
menjadi 70% hal ini menunjukkan bahwa ada perbaikan terhadap
k egiatan pembelajaran yang dilaksanakan.
2. Aktivitas Siswa
Selain aktivitas guru, aktivitas yang diamati adalah aktivitas
siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah kesiapan siswa,
respon siswa dalam mengikuti pembelajaran model Problem
Based Learning (PBL). Aktivitas siswa yang diamati adalah
aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 dan pertemuan 2.
Penghitungan aktivitas siswa, sama juga dengan mengikuti
persamaan dalam menghitung aktivitas guru menerapkan
modelProblem Based Learning (PBL) pada pelajaran IPA,
dengan persamaan berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran menggunakan
Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran IPA di Siklus I
ini, masing-masing disajikan berikut ini.
Tabel 4.3
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Mengikuti Pelajaran
Menggunakan Model PBL Siklus I
Pertemuan Materi Total
skor
Nilai
Aktivitas
Kriteria
1 Peristiwa Alam 11 61% Cukup
2 Peristiwa Alam 12 66% Baik
Berdasarkan hasil pada tabel 4.3, dapat diketahui bahwa
aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada siklus I
53
pertemuan 1 masuk dalam kriteria cukup, dengan perolehan total
skor yaitu 11 dengan persentase nilai aktivitas yaitu 61%.
Siklus I pertemuan kedua juga dilakukan pengamatan
terhadap aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan
menggunakanmodel Problem Based Learning (PBL) pada
pelajaran IPA. Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa
hasil observasi pada siklus I pertemuan 2 menunjukkan
peningkatan dalam aktivitas siswa, dimana perolehan aktivitas
siswa berada pada kriteria cukup baik dalam mengikuti pelajaran
IPA menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Skor
yang diperoleh adalah 12 dengan nilai aktivitas yaitu 66%.
Hasil penilaian terhadap aktivitas siswa selama mengikuti
pembelajaran dengan model Problem Based Learning (PBL)
menunjukkan adanya peningkatan dari pertemuan 1 ke pertemuan
2 siklus I, di mana pada siklus 1 nilai aktivitas yang diperoleh
sebesar 61% meningkat menjadi 66%. Kendala pada pertemuan 1
yang dialami siswa yakni ketika diberikan tugas kelompok, masih
banyak siswa yang terlihat bingung mengenai tugas yang
diberikan hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan
model yang digunakan, namun dengan bimbingan guru kendala
tersebut dapat teratasi terbukti dengan peningkatan skor penilaian
terhadap aktivitas siswa selama mengikuti pembelajaran.
d) Evaluasi Hasil Belajar Siklus I
Hasil belajar pada siklus I yang diperoleh selama proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) kelas 3 SDN Dukuh 3, adalah sebagai berikut:
54
Tabel 4.4
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 95 – 100 - - -
2 90 – 94 - - -
3 85 – 89 1 7,2 Tuntas
4 80 – 84 2 14,2 -
5 75 – 79 1 7,2 Tuntas
6 70 – 74 2 14,2 Tuntas
7 65 – 69 5 35,6 Tuntas
8 60 – 64 - - Belum tuntas
9 55 – 59 1 7,2 Belum tuntas
10 50 – 54 1 7,2 Belum tuntas
11 < 50 1 7,2 Belum tuntas
Jumlah 14 100
Rata-rata 68,45
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Berdasarkan Tabel 4.4, di atas menunjukkan bahwa kondisi
perolehan hasil belajar siswa berubah setelah diberikan tindakan
pada siklus I, dimana hanya terdapat 1 siswa yang mendapatkan
nilai di bawah 50 atau sebesar 7,2%. Siswa yang mendapatkan
nilai pada rentang 50 – 54 sebanyak 1 siswa atau 7,2%, Siswa
yang mendapatkan nilai pada rentang 55 – 59 sebanyak 1 siswa
atau 7,2%, tidak ada siswa yang mendapatkan nilai di rentang
nilai 60 - 64. Siswa yang mendapatkan nilai antara 65 – 69
berjumlah 5 siswa atau 35,6%, siswa yang mendapatkan nilai
pada rentang 70 – 74 sebanyak 2 siswa atau 14,2%, kemudian
hanya ada 1 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 75 – 79
atau 7,2%, dan terdapat 2 siswa atau 14,2% siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 80 – 84, dan ada 1 siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 85 – 89 atau 7,2% dan tidak ada
siswa yang mendapatkan nilai pada rentang antara 90 – 100. Nilai
rata-rata siswa meningkat dari awal sebelum tindakan yaitu 58,00
55
menjadi 68,45 pada siklus I. Nilai terendah dicapai dengan nilai
45 dan nilai tertinggi adalah 85.
Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan
belajar pada siklus I, hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
Tabel 4.5
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas V
SDN Dukuh 3 Siklus I
No Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 65 3 22 Belum tuntas
2 ≥ 65 11 78 Tuntas
Jumlah 14 100
Rata-rata 66.25
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diketahui bahwa prosentase
ketuntasan hasil belajar siswa SD Dukuh 3, sebelum dilakukan
tindakan atau pada pra siklus diketahui bahwa siswa yang
memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak
8 siswa atau 57%; sedangkan yang mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal sebanyak 6 siswa dengan prosentase 43%. Kondisi ini
berubah setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dimana
siswa yang berhasil lulus KKM sebanyak 11 siswa atau 78% dan
siswa yang belum berhasil lulus KKM sebanyak 3 siswa atau
22%. Berikut prosentase hasil belajar siklus I disajikan pada
gambar di bawah ini:
56
Gambar 4. 1
Prosentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Perbandingan hasil belajar siswa setelah diadakan tindakan
pada siklus I menunjukkan adanya peningkatan terhadap
ketuntasan belajar siswa.Terjadi peningkatan ketuntasan belajar
sebanyak 11 siswa atau secara prosentase sebanyak 78%,
kemudian terjadi penurunan bagi siswa yang belum tuntas atau
mencapai KKM (65) yaitu menjadi sebanyak 3 siswa atau secara
prosentase sebesar 22%. Hal ini disebabkan karena siswa mulai
merasa senang dalam proses pembelajaran. Meskipun awalnya
siswa sangat ribut, namun terlihat bahwa siswa menikmati dan
tidak merasa bosan saat mengikuti kegiatan pembelajaran di
kelas.
e) Refleksi
Pembelajaran IPA kelas V pada materi Peristiwa Alam pada
siklus I ini belum berhasil sesuai indikator kinerja yang
ditentukan karena ketuntasan belajar baru 78%.
Hasilnya diungkapkan faktor penyebab kekurang-berhasilan
dalam pembelajaran yaitu:
Tuntas 78%
Tidak Tuntas
22%
Ketuntasan Belajar siswa Siklus I
57
1) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali pada saat
siswa mulai diminta untuk membuat kelompok.
2) Guru belum memberi reward/penguatan pada siswa yang
menjawab benar.
3) Guru masih kaku dalam memandu siswa yang belum
memahami langkah-langkah dalam model Problem Based
Learning (PBL).
Data yang telah dianalisis dan data hasil diskusi, maka
peneliti melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil
tindakan yang telah dilakukan. Hasil ini menunjukkan bahwa
penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum sesuai
dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan karena ketuntasan
belajar baru 78%.
Hasil evaluasi observasi yang telah didapat, kemudian
peneliti memutuskan untuk mengadakan perbaikan pembelajaran
pada siklus II, yaitu sebagai berikut:
1) Memandu siswa dalam membentuk kelompok dan
mengarahkan dalam langkah-langkah pembelajaran dalam
materi yang sedang dipelajari melalui model Problem
Based Learning (PBL).
2) Memberikan reward kepada siswa yang menjawab benar.
Reward atau penguatan kepada siswa berupa gambar
bintang atau pujian.
b. Pelaksanaan Siklus II
Tahap pelaksanaan siklus II sama seperti tahap pelaksanaan pada
siklus I, yakni mengacu pada tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart
dalam Arikunto (2007:16), pelaksanaan siklus II terdiri dari empat langkah
yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan
refleksi. Kompetensi dasar yang digunakan yakni mengidentifikasi sifat-
sifat bangun ruang. Bagian pelaksanaan siklus II menguraikan
perencanaan tindakan mengenai apa yang dilaksanakan sebagai perbaikan
58
dari kekurangan siklus I. Setelah perencanaan dan pelaksanaan, diuraikan
refleksi berdasarkan hasil obsevasi.
a. Tahap Perencanaan
Peneliti menyiapkandan merevisi RPP dan menyiapkan
kembali skenario tindakan yang akan dilaksanakan pada
perbaikan pembelajaran siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dan
refleksi siklus I maka peneliti melakukan upaya perbaikan
pembelajaran, memandu siswa dalam membentuk kelompok dan
mengarahkan dalam langkah-langkah pembelajaran dalam materi
yang sedang dipelajari melalui model Problem Based Learning
(PBL) dan memberikan reward atau penguatan kepada siswa
yang menjawab benar. Selain itu penulis juga menyiapkan
kembali lembar kerja siswa, lembar evaluasi dan lembar
observasi.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran
dengan mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa,
mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi. Kemudian,
guru bertanya kepada siswa “siapa yang tidak mengerjakan
PR?”. Guru mencocokkan PR dan mengingatkan kembali
tentang materi yang telah diajarkan dipertemuan sebelumnya
yaitu materi Peristiwa Alam.
2) Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan
materi pembelajaran yaitu Mengidentifikasi peristiwa yang
terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungannya. Setelah Menjelaskan materi, guru melakukan
tanya jawab dengan siswa dan diteruskan dengan membentuk
siswa kedalam beberapa kelompok. Kemudian siswa
mendapat penjelasan mengenai kegiatan kelompok yang akan
59
dilakukan yakni kegiatan untuk mengidentifikasi berbagai
peristiwa alam dan dampaknya. Kemudian guru melanjutkan
dengan membagikan LKS ke masing-masing kelompok dan
di dalam kelompok, siswa saling berdiskusi untuk
mendiskusikan materi dan soal yang ada di LKS. Setelah itu
siswa menyusun solusi sesuai dengan hasil diskusi guna
menjawab permasalahan. Setiap kelompok mendapat
kesempatan untuk mempresentasikan hasil dari soal yang
telah dikerjakan. Setelah kegiatan tersebut selesai guru
memimbing siswa untuk melakukan evaluasi dengan kegiatan
diskusi bersama dan siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan bertanya terkait kegiatan
kelompok yang telah dilakukan.
3) Kegiatan akhir
Setelah waktu selesai, siswa diberikan tugas secara
individual untuk dikerjakan di rumah, guru memberikan
kesempatan kepada siswa yang belum memahami pelajaran
untuk bertanya, guru selaku pengajar bersama-sama dengan
siswa mengambil kesimpulan dan guru mengingatkan untuk
mempelajari sub materi berikutnya yang akan dipelajari pada
pertemuan berikutnya. Tidak lupa, guru juga memberikan
pujian kepada siswa atau kelompok yang aktif bertanya,
sambil mengingatkan pada siswa yang lain, bahwa bertanya
adalah hal penting dan mendasar di dalam belajar.
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
Seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya,
kegiatan awal dimulai dengan salam, berdoa, mengabsensi
siswa, mengatur suasana di ruangan kelas, dan apersepsi.
Setelah itu, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada pertemuan itu.
60
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan
materi pembelajaran yaitu Mengidentifikasi peristiwa yang
terjadi di Indonesia dan dampaknya bagi makhluk hidup dan
lingkungannya. Setelah Menjelaskan materi, guru melakukan
tanya jawab dengan siswa dan diteruskan dengan membentuk
siswa kedalam beberapa kelompok. Kemudian siswa
mendapat penjelasan mengenai kegiatan kelompok yang akan
dilakukan yakni kegiatan untuk mengidentifikasi berbagai
peristiwa alam dan dampaknya. Kemudian guru melanjutkan
dengan membagikan LKS ke masing-masing kelompok dan
di dalam kelompok, siswa saling berdiskusi untuk
mendiskusikan materi dan soal yang ada di LKS. Setelah itu
siswa menyusun solusi sesuai dengan hasil diskusi guna
menjawab permasalahan.Setiap kelompok mendapat
kesempatan untuk mempresentasikan hasil dari soal yang
telah dikerjakan.Setelah kegiatan tersebut selesai guru
memimbing siswa untuk melakukan evaluasi dengan kegiatan
diskusi bersama dan siswa diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapat dan bertanya terkait kegiatan
kelompok yang telah dilakukan.
3) Kegiatan akhir
Setelah semua siswa selesai mengerjakan tugasnya,
guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya pada hal-
hal yang belum dipahami. Sebelum menutup pelajaran, guru
memberikan tes akhir atau tes evaluasi kepada siswa, juga
memberikan pujian dan mengucapkan terimakasih atas
kerjasama selama guru melakukan penelitian.
c. Observasi
Kegiatan observasi ini, yang diamati adalah aktivitas guru
dan siswasetelah diberikan tindakan dengan model Problem
61
Based Learning (PBL). Berikut ini dipaparkan hasil aktivitas guru
dan siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) yang diperoleh setelah dilakukan
tindakan pada siklus II, baik pada pertemuan pertama maupun
pertemuan kedua.
1. Aktivitas Guru
Aktivitas guru yang diamati adalah aktivitas guru dalam
pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based
Learning (PBL) dalam pelajaran IPA. Aktivitas guru yang
diamati meliputi aktivitas pada pertemuan pertama dan kedua.
Data hasil observasi aktivitas guru menggunakan model Problem
Based Learning (PBL) dalam pembelajaran IPA, dinilai dengan
rumus di bawah ini (Djamarah, 2005:331):
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Hasil pengamatan dari kedua pertemuan tersebut disajikan
berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Observasi Aktivitas Guru Menerapkan Model PBL
Siklus II
Pertemuan Materi Total
skor
Nilai
Aktivitas
Kriteria
1 Peristiwa Alam 16 80% Baik Sekali
2 Peristiwa Alam 19 95% Baik Sekali
Berdasarkan Tabel 4.6, menunjukkan bahwa aktivitas guru
pada pertemuan pertama siklus II, dalam menerapkan model
62
Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran IPA materi
Peristiwa Alam masuk dalam kriteria atau katogeri baik sekali,
dengan perolehan skor yaitu 16 dengan nilai aktivitas yaitu 80%,
dengan kategori baik sekali.
Berdasarkan Tabel 4.7, diketahui bahwa hasil aktivitas
guru dalam menerapkan model Problem Based Learning (PBL)
pada siklus II pertemuan 2 masuk dalam kriteria baik sekali, di
mana perolehan total skor dalam menerapkan model Problem
Based Learning (PBL) adalah 19 dengan nilai persentase aktivitas
yaitu 95%.
Penilaian terhadap guru dalam melaksanakan pembelajaran
dengan Model Problem Based Learning (PBL) menunjukkan
adanya peningkatan dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 siklus
II.Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa guru telah
menguasai langkah-langkah pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) terbukti dengan nilai aktivitas guru pada
pertemuan ke 2 siklus II mencapai 95%.
2. Aktivitas Siswa
Selain aktivitas guru, aktivitas yang diamati adalah aktivitas
siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah kesiapan siswa,
respon siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model
Problem Based Learning (PBL). Aktivitas siswa yang diamati
adalah aktivitas siswa pada siklus II pertemuan 1 dan pertemuan
2. Penghitungan aktivitas siswa, sama juga dengan mengikuti
persamaan dalam menghitung aktivitas guru menerapkan model
Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran IPA, dengan
persamaan berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
80 ke atas : baik sekali
63
66 – 79 : baik
56 – 65 : cukup
46 – 55 : kurang
45 ke bawah : gagal
Aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran menggunakan
model Problem Based Learning (PBL) pada pelajaran IPA di
Siklus II ini, masing-masing disajikan berikut ini.
Tabel 4. 7
Hasil Observasi Aktivitas Siswa Mengikuti Pelajaran
Menggunakan Model PBL Siklus II
Peretamuan Materi Total
skor
Nilai
Aktivitas
Kriteria
1 Peristiwa Alam 15 83% Baik Sekali
2 Peristiwa Alam 17 94% Baik Sekali
Berdasarkan Tabel 4.7, menunjukkan bahwa aktivitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran pada siklus II pertemuan 1 masuk
dalam kriteria baik sekali, dengan perolehan total skor yaitu 15
dengan persentase nilai aktivitas yaitu 83%.
Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa pada siklus II
pertemuan 2, terjadi peningkatan dalam aktivitas siswa, dimana
perolehan aktivitas siswa berada pada kriteria Baik Sekali baik
dalam mengikuti pelajaran IPA menggunakan model Problem
Based Learning (PBL). Skor yang diperoleh adalah 17 dengan
nilai aktivitas yaitu 94%.
d. Evaluasi Hasil Belajar Siklus II
Hasil belajar pada siklus II yang diperoleh selama proses
pembelajaran Matematika dengan menggunakan model
Problem Based Learning (PBL) kelas V SDN Dukuh 3, adalah
sebagai berikut:
64
Tabel 4.8
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 95 – 100 2 14,2 Tuntas
2 90 – 94 1 7,2 Tuntas
3 85 – 89 4 28,5 Tuntas
4 80 – 84 1 7,2 Tuntas
5 75 – 79 1 7,2 Tuntas
6 70 – 74 2 14,2 Tuntas
Jumlah 14 100
Rata-rata 88.45
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 70
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa terjadi
peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II
dibandingkan dengan pada siklus I. Jika pada siklus I, siswa yang
tuntas belajar mencapai 78% dari total jumlah keseluruhan siswa,
maka pada siklus II siswa yang tuntas belajar 100%, dengan
uraian sebagai berikut: yang mendapatkan nilai pada rentang 70
– 74 sebanyak 2 siswa atau 14,2%, kemudian pada rentang 75 –
79 sebanyak 1siswa atau 7,2%, pada rentang 80 – 84 berjumlah 1
siswa dengan prosentase 7,2%; yang mendapatkan nilai dalam
rentang 85 – 89 berjumlah 4 siswa atau 28,5%, yang
mendapatkan nilai pada rentang 90 – 94 ada 1 siswa atau 7,2%
dan yang mendapatkan nilai pada rentang 95 – 100 berjumlah 2
orang atau 14,2%. Nilai rata-rata kelas menjadi meningkat yaitu
88.45, dengan nilai terendah 70 dan tertinggi 100.
Tabel 4.9
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No Nilai Siklus II Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 65 - - Belum tuntas
2 ≥ 65 14 100 Tuntas
Jumlah 14 100
Rata-rata 88.45
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 70
65
Berdasarkan Tabel 4.10 maka, Ketuntasan Hasil belajar
siswa SD Negeri Dukuh 3, sebelum dilakukan tindakan dapat
diketahui bahwa siswa yang memiliki nilai kurang dari Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM≥65) sebanyak 8 siswa atau 57% pada
pra siklus, kemudian pada Siklus I terjadi penurunan menjadi 3
siswa atau 22% setelah dilakukan siklus II tidak ada lagi siswa
yang tidak berada pada di bawah KKM. Sedangkan, yang
mencapai ketuntasan minimal sebelum dilaksanakan tindakan
yaitu sebanyak 6 siswa atau 43% pada siklus I kemudian
meningkat menjadi 11 siswa atau 78%, dan pada siklus II
mengalami peningkatan lagi menjadi 100% tuntas dalam belajar
IPA. Dengan hasil ini membuktikan penelitian yang telah
dilakukan telah berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan
atau indikator keberhasilan yaitu 85% sedangkan hasil yang
didapat adalah 100%.
Hasil tes dan pengamatan aktivitas siswa setelah diadakannya
tindakan pada siklus II, terjadi peningkatanhasil belajar
siswa.Peningkatan ketuntasan hasil belajar pada siklus II adalah
sebesar 14 siswa tuntas semua atau secara prosentase sebesar
100% tuntas secara KKM, kemudian tidak ada lagi siswa yang
belum tuntas hasil belajarnya. Terjadinya kenaikan hasil belajar
siswa tersebut karena siswa merasa senang dalam proses
pembelajaran. Siswa terlihat sangat antusias, aktif dalam bertanya
dalam pembelajaran menggunakan model Problem Based
Learning (PBL).
e. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus
I dan Siklus II
Perbandingan hasil belajar dari kondisi awal, siklus I dan
siklus II akan dijabarkan melalui tabel di bawah ini.
66
Tabel 4.11
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
No. Nilai Tuntas Belum Tuntas
Jumlah
Siswa
% Jumlah
Siswa
%
1 Kondisi Awal 6 43% 8 57%
2 Siklus I 11 78% 3 22%
3 Siklus II 14 100 % - -
Berdasarkan Tabel 4.11, di atas menunjukkan bahwa
terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar baik pada siklus I
maupun siklus II. Pada kondisi awal ketuntasan hasil belajar
siswa sebanyak 43%, sedangkan ketuntasan hasil belajar pada
siklus I meningkat menjadi78%, dengan kata lain terjadi
peningkatan sebesar 35% dari kondisi awal ke Siklus I.
Kemudian terjadi peningkatan kembali pada siklus II yaitu
sebesar 100% bagi yang tuntas,dengan kata lain terjadi
peningkatan sebesar 22% dari ketuntasan hasil belajar dari
Siklus I ke siklus II. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa model
Problem Based Learning (PBL) berhasil pada pelajaran IPA
materi Peristiwa Alam dapat meningkatkan hasil belajar pada
siswa kelas V SDN Dukuh 3 semester II tahun pelajaran
2015/2016.
Hasil ini disajikan pada grafik perbandingan ketuntasan
hasil belajar pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dapat
dilihat pada grafik yang tersaji berikut ini:
67
Gambar 4.2
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal,
Siklus I dan Siklus II
f. Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada materi
Peristiwa Alam, peneliti melakukan refleksi. Ternyata hasil
perbaikan pembelajaran memberikan hasil sesuai yang
diharapkan, dimana semua siswa pada siklus II berhasil tuntas
dalam belajarnya.
4.3. Pembahasan
Hasil analisis komparatif, menunjukkan bahwa adanya peningkatan
terhadap ketuntasan belajar siswa mulai dari kondisi pra siklus hingga
siklus II. Peningkatan tersebut mendukung teori yang dikemukakan oleh
Rusman (2010: 123) bahwa tujuan model PBL adalah penguasaan isi
belajar dan disiplin heuristic dan pengembangan keterampilan pemecahan
masalah. Siswa yang telah mempunyai penguasaan isi belajar akan mudah
memahami masalah/soal yang di dapat dalam suatu mata pelajaran
sehingga dalam menghadapi masalah tersebut siswa akan tertanam
berbagai keterampilan untuk memecahkan masalah tersebut, sehingga hal
tersebut akan mendorong pemahaman siswa terhadap materi
pembelajaran semakin baik dan akan berdampak pada peningkatan
ketuntasan hasil belajar yang semakin baik pula atau signifikan. Hasil
6
11
14
8
3
0 0
2
4
6
8
10
12
14
16
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Tuntas Tidak Tuntas
68
belajar kondisi awal atau kondisi pra siklus menunjukkan bahwa jumlah
ketuntasan siswa mencapai 43%, hal ini dikarenakan dalam pembelajaran
guru masih menggunakan metode pembelajaran yang konvensional yakni
dengan ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas. Kondisi demikian
tidaklah sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA. Mencermati
kondisi yang terjadi, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA salah satunya adalah model
Problem Based Learning (PBL).
Setelah dilakukan tindakan yakni dengan menerapkan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL), dapat dilihat peningkatan
hasil belajar siswa dari kondisi pra siklus ke siklus I adalah sebesar 35%
yakni ketuntasan peningkatan dari 43% (kondisi pra siklus) menjadi 78%
(kondisi siklus I), meskipun terjadi peningkatan ketuntasan terhadap hasil
belajar siswa, namun hasil tersebut belum dapat dikatakan berhasil karena
ketuntasan pada siklus I masih dibawah dari indikator keberhasilan yang
ditentukan yakni 85% siswa mendapat nilai di atas KKM (KKM ≥ 65)
sehingga diperlukan tindakan pada siklus II.
Hasil observasi pada siklus I menunjukakan bahwa proses
pembelajaran sudah berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa
langkah pembelajaran yang terlewatkan, siswa masih mengalami
kebingungan dalam penyelesaian tugas namun setelah dilakukan evaluasi
dan didiskusikan bersama dengan guru kelas, maka dirancang solusi dari
permasalahan tersebut, diantaranya guru perlu lebih memahami langkah-
langkah pembelajaran sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan
model Problem Based Learning (PBL) dapat terlaksana seluruhnya. Hasil
observasi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan baik terhadap
guru maupun siswa, hal tersebut membuktikan bahwa guru telah dapat
melaksanakan pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan
baik, selain itu ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan.
Kondisi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yakni
sebesar 22%, jika dibandingkan dengan kondisi awal peningkatan
69
ketuntasan belajar mencapai 57% yakni dari 43% (kondisi pra siklus)
menjadi 100% (kondisi siklus II). Nilai ketuntasan belajar pada siklus II
menunjukkan keberhasilan dalam penelitian ini karena nilai ketuntasan
pada siklus II telah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa upaya peningkatan hasil belajar dengan
menerapkan model pembelajaran PBL telah berhasil dilakukan, terbukti
dengan hasil ketuntasan siklus II yang telah mencapai indikator
keberhasilan.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian-peneltian lain dengan
PBL. Penelitian yang dilakukan oleh Anisa Septiana Mulyasari. 2012.
Telah melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar Ipa
Melalui Metode Problem Based Learning (PBL) Materi Gaya Pada Siswa
Kelas IV SD Negeri Begalon 1 No 240 Surakarta Tahun Pelajaran
2011/2012”. Hasilnya menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model
Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran IPA kelas IV SDN Begalon I Surakarta Tahun
Pelajaran 2011/2012. Hal ini terbukti pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan nilai rata-rata siswa 28,89%, siklus I nilai rata-rata
kelas 67,33% dengan persentase ketuntasan sebesar 53,33%, siklus II nilai
rata-rata kelas 73,33% dengan presentase ketuntasan sebesar 82,22%.
Laporan penelitian lain mengenai penerapan model PBL adalah
penelitian yang telah dilakukan oleh Loly Mellisa (2013) dengan judul
“Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model
Problem Based Learning (PBL) di Kelas IV SDN 16 Sintoga Padang
Pariaman”. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil belajar siswa dari siklus I
ke siklus II mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-
rata siklus I 45,5% dan pada siklus II meningkat menjadi 83%.
Berdasarkan hasil dan temuan peneliti, disarankan kepada guru kelas IV
SD. Dalam pembelajaran IPA hendaklah menggunakan model PBL.
Hasil penelitian ini juga mendukung teori yang dikemukakan oleh
Trianto (2010:94-95) bahwa tujuan PBL yaitu membantu siswa
70
mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi
masalah dan menjadi pembelajar yang mandiri. Terbukti dalam penelitian
yang telah dilakukan ini bahwa keberhasilan siswa dalam berpikir
terampil dan terampil dalam mengatasi masalah adalah dengan
meningkatnya ketuntasan hasil belajar siswa menjadi semakin meningkat
dan tuntas.
Hasil penelitian ini juga telah menjawab indikator keberhasilan
yang ditentukan, yaitu hasil belajar siswa dikatakan berhasil apabila 85%
dari 14 siswa telah berhasil mencapai standar Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 65. Dalam
penelitian yang telah dilakukan dapat di ketahui bahwa ketuntasan siswa
pada siklus II telah mencapai 100% yang artinya ketuntasan tersebut telah
sangat menjawab dari indikator keberhasilan yang ditentukan.
Hasil penelitian ini juga telah menjawab hipotesis penelitian yang
di tetapkan bahwa penggunaan model pembelajaran PBL (Problem Based
Learning) dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam kelas V semester II SD Negeri Dukuh 03 Salatiga
Tahun 2015/2016.
Keberhasilan penelitian ini sekaligus memperkuat keberhasilan
penelitian-penelitian yang telah disebutkan di atas juga mendukung teori
tentang model pembelajaran PBL seperti yang telah disebutkan di atas,
namun penelitian ini tidak sama dengan penelitian yang telah disebutkan
sebelumnya. Meskipun model pembelajaran yang digunakan sama yakni
dengan menerapkan model pembelajaran PBL namun subyek, tempat, dan
waktu penelitian ini berbeda dengan penelitian lainnya. Keunggulan
dalam penelitian ini adalah dapaat memberi refrensi bagi guru kelas V
SDN Dukuh 3 dalam hal model pembelajaran sehingga guru memperoleh
wawasan baru, selain itu juga memotivasi guru untuk dapat menerapkan
model pembelajaran yang melibatkan siswa aktif sehingga siswa merasa
antusias dalam belajar dan pada akhirnya berdampak pada hasil belajar
siswa.