bab iv hasil penelitian dan...

12
50 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Telah diketahui bahwa subyek penelitian berjumlah 27 siswa. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 2 (dua) siklus, yaitu siklus 1 (pada tanggal 27 dan 28 Juli 2017) dan siklus 2 (pada tanggal 3 dan 4 Agustus 2017). Berikut ini sajian paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar Matematika melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning Berbantuan Math Menu dan hasil observasi terhadap proses pembelajaran. 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian Jumlah siswa kelas 1 sampai 6 sebanyak 167 siswa. Dilihat dari letak geografisnya, SD Negeri Kenteng 01 terletak di Jalan Gombong-Lawangawu Km. 8 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. SD Negeri Kenteng 01 ini mempunyai halaman yang cukup luas, yang bisa digunakan untuk kegiatan siswa dan guru seperti upacara, olahraga, latihan upacara, latihan drumband, classmeeting, dan lain-lain, terdapat juga pagar dan gapura yang bercat bagus, dan pepohonan tinggi besar dan rindang. Jumlah tenaga pendidik 12 orang, tujuh diantaranya Pegawai Negeri sipil, empat Wiyata Bhakti dan satu penjaga sekolah. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada siswa dan guru kelas, diketahui rata–rata pekerjaan orang tua siswa adalah sebagai pedagang, supir, karyawan swasta, dan petani. 4.2 Karakteristik Siswa Kelas 2 SD Negeri Kenteng 01 Lokasi Kelas 2 SD Negeri Kenteng 01 berada di samping kanan ruang guru. Terdapat 27 siswa saat observasi dilangsungkan dengan rincian 19 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. Selama observasi guna mengetahui karakteristik siswa pada 20 Juli 2017 dan dengan pertimbangan Guru Kelas 2, di dalam kelas, terdapat seorang anak yang dianggap membutuhkan perlakuan khusus bernama FRA. Dalam pembelajaran apapun di kelas, jika dia merasa lelah memperhatikan penjelasan dari guru yang sedang mengajar, dia akan mengganggu teman-

Upload: vunhi

Post on 06-Jul-2019

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Telah diketahui bahwa subyek penelitian berjumlah 27 siswa. Pelaksanaan

penelitian tindakan kelas ini dilakukan selama 2 (dua) siklus, yaitu siklus 1 (pada

tanggal 27 dan 28 Juli 2017) dan siklus 2 (pada tanggal 3 dan 4 Agustus 2017).

Berikut ini sajian paparan hasil penelitian yang terdiri atas hasil belajar

Matematika melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning

Berbantuan Math Menu dan hasil observasi terhadap proses pembelajaran.

4.1 Karakteristik Subjek Penelitian

Jumlah siswa kelas 1 sampai 6 sebanyak 167 siswa. Dilihat dari letak

geografisnya, SD Negeri Kenteng 01 terletak di Jalan Gombong-Lawangawu Km.

8 Kenteng Kecamatan Sempor Kabupaten Kebumen. SD Negeri Kenteng 01 ini

mempunyai halaman yang cukup luas, yang bisa digunakan untuk kegiatan siswa

dan guru seperti upacara, olahraga, latihan upacara, latihan drumband,

classmeeting, dan lain-lain, terdapat juga pagar dan gapura yang bercat bagus, dan

pepohonan tinggi besar dan rindang. Jumlah tenaga pendidik 12 orang, tujuh

diantaranya Pegawai Negeri sipil, empat Wiyata Bhakti dan satu penjaga

sekolah. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada siswa dan

guru kelas, diketahui rata–rata pekerjaan orang tua siswa adalah sebagai

pedagang, supir, karyawan swasta, dan petani.

4.2 Karakteristik Siswa Kelas 2 SD Negeri Kenteng 01

Lokasi Kelas 2 SD Negeri Kenteng 01 berada di samping kanan ruang

guru. Terdapat 27 siswa saat observasi dilangsungkan dengan rincian 19 siswa

laki-laki dan 8 siswa perempuan. Selama observasi guna mengetahui karakteristik

siswa pada 20 Juli 2017 dan dengan pertimbangan Guru Kelas 2, di dalam kelas,

terdapat seorang anak yang dianggap membutuhkan perlakuan khusus bernama

FRA. Dalam pembelajaran apapun di kelas, jika dia merasa lelah memperhatikan

penjelasan dari guru yang sedang mengajar, dia akan mengganggu teman-

51

temannya seperti mengajak berbicara, jahil dengan melempar kertas atau benda

lain yang berukuran kecil di sekitarnya ke temannya, dia juga suka mengejek

temannya yang tidak bisa menjawab. Ejekan yang ia berikan ini akan memancing

teman yang lain untuk ikut meneriaki teman yang tidak bisa menjawab tadi.

Selain itu, terdapat pula seorang siswa bernama CZ yang menginginkan untuk

diperhatikan lebih oleh guru yang sedang mengajar. Dia akan selalu bertanya dan

berusaha menunjukkan apa yang telah dikerjakannya. Hal tersebut memang bukan

sebuah masalah, karena siswa tersebut menunjukkan hasil kerja yang telah

ditugaskan dengan benar dan pengerjaan yang lebih cepat dibanding dengan siswa

yang lain. Tetapi terkadang siswa tersebut membuat fokus guru yang sedang

mengajar menjadi pecah. Siswa lain yang dianggap membutuhkan perlakuan

khusus dalam hal lambat belajar adalah S, FZ, dan RA. Selain siswa-siswa yang

telah disebutkan di atas, siswa yang lain juga memiliki keunikan tersendiri. Ada

yang tidak bisa berkonsentrasi saat pelajaran berlangsung, seperti pikirannya

tidak ke pelajaran dan mendengarkan penjelasan guru sambil menggambar, serta

beberapa siswa yang dianggap terlalu pendiam dan cenderung pasif. Ada seorang

siswa pindahan yang bernama SW, dimana tentunya mempunyai perkembangan

kognitif yang lumayan dari temannya. Untuk yang lainnya, antusias dalam

mengikuti pelajaran dan nilainya juga sebagian besar diatas rata-rata. Saat

pelajaran Matematika pada 20 Juli 2017 berlangsung, siswa cenderung diam tetapi

memperhatikan penjelasan guru dan kurang dari 10 anak yang aktif untuk

merespon penjelasan-penjelasan dari guru. Hal itu karena pembelajaran

dilakukan dengan menjelaskan materi dengan metode ceramah dan berpegangan

pada materi yang ada pada buku cetak saja.

52

4.3 Hasil Penelitian

Pra Siklus

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Tabel 4.1 Perolehan nilai hasil evaluasi pra siklus

Sebelum tindakanNo Nilai Jumlah

siswa (%)Keterangan

1 < 70 17 55,55 Tidak tuntas2 71 - 80 5 11,11 Tuntas3 81- 90 3 14,81 Tuntas4 91 - 100 2 11,11 Tuntas

Jumlah 27 100Rata-rata 60,74

Nilai Tertinggi 95

Nilai terendah 25

Berdasarkan data hasil pra siklus, hasil belajar Matematika materi bilangan

asli dan pola bilangan sederhana sebelum melalui kolaborasi model pembelajaran

Problem Solving Learning Berbantuan Math Menu diperoleh data untuk nilai

tertinggi yang diperoleh responden adalah 95, nilai terendah adalah 25, dan rata-

rata hasil belajar Matematika yaitu sebesar 60,74. Perlu diketahui bahwa Standar

Ketuntasan Belajar Minimal (KKM Mata Pelajaran Matematika Kelas 2 SD

Negeri Kenteng 01 Sempor Tahun Ajaran 2017/2018 adalah 70. Dengan demikian

ada 17 siswa yang tidak tuntas. Hal ini disebabkan karena selama siswa mengikuti

pelajaran, tatapannya mengarah ke guru tetapi pikirannya tidak terfokus ke

pelajaran, beberapa siswa juga memiliki kemampuan dibawah rata-rata, ada juga

siswa yang senang mengejek temannya ketika tidak bisa menjawab, dan ada siswa

yang belum paham tetapi malu untuk bertanya, serta guru dalam mengajar selama

pelajaran masih menggunakan model ceramah dan hanya berpegang pada buku

cetak saja. Kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning Berbantuan

Math Menu sangat perlu diterapkan selama guru mengajar.

53

Siklus 1

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian siklus 1, hasil belajar Matematika materi

bilangan asli melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning

Berbantuan Math Menu diperoleh data untuk nilai tertinggi yang diperoleh

responden adalah 90, nilai terendah adalah 25, dan rata-rata hasil belajar

Matematika yaitu sebesar 54,35. Perlu diketahui bahwa Standar Ketuntasan

Belajar Minimal (KKM Mata Pelajaran Matematika Kelas 2 SD Negeri Kenteng

01 Sempor Tahun Ajaran 2017/2018 adalah 70. Dengan demikian ada 14 siswa

yang tidak tuntas. Hal ini disebabkan karena selama siswa mengikuti pelajaran,

tatapannya mengarah ke guru tetapi pikirannya tidak fokus ke pelajaran. Selain itu

siswa cenderung masih kurang aktif dan ragu-ragu terhadap hasil yang mereka

kerjakan. Alasan yang lain adalah karena siswa masih belum bersungguh-sungguh

dalam mengerjakan soal. Beberapa siswa juga memiliki kemampuan dibawah

rata-rata, sehingga perlu adanya perlakuan khusus agar bisa menyamakan dirinya

dengan kemampuan teman yang lain. Hasil belajar ini meningkat dari hasil belajar

awal sebelum kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning

Berbantuan Math Menu dilaksanakan, meskipun nilai awal beberapa siswa lebih

tinggi dari siklus 1, akan tetapi siswa yang tidak tuntas sudah berkurang.

Selengkapnya dapat dibaca pada tabel analisis data hasil belajar siswa sebagai

berikut:

Tabel 4.2 Analisis Hasil Belajar Matematika Siklus 1

Jumlah Siswa PersentaseJumlah keseluruhan siswa 27 100%Siswa yang tuntas 21 77,77%Siswa yang tidak tuntas 6 22,22%Jumlah 100%Rata-rata 77,59Nilai tertinggi 97,5Nilai terendah 60

54

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar

Matematika melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning

Berbantuan Math Menu pada siklus 1 sebanyak 21 siswa (77,77%) mengalami

ketuntasan dan sebanyak 6 siswa (22,22%) mengalami ketidaktuntasan.

Rata-rata hasil belajar Matematika siklus 1 melalui kolaborasi model

pembelajaran Problem Solving Learning Berbantuan Math Menu rata-rata sebesar

77,59 dan ketidaktuntasan individual baru mencapai 22,22% (6 anak mendapat

nilai dibawah 70/KKM). Pembelajaran Matematika belum mencapai tujuan yang

diharapkan guru yang tertuang didalam indikator kinerja yaitu 80% dari jumlah

siswa didalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga perlu

dilaksanakan pembelajaran bersiklus lagi yaitu siklus 2.

2. Observasi Proses Pembelajaran Matematika

Hasil observasi pada siklus 1 diperoleh gambaran mengenai sikap dan

perilaku siswa selama mengikuti pelajaran. Perhatian siswa sudah terpusat pada

pelajaran, tetapi pada penjelasan math menu, kefokusan siswa belum maksimal.

Siswa masih suka bercanda dan kurang serius dalam mengerjakan soal.

Sedangkan untuk semangat siswa selama mengikuti pelajaran Matematika, mulai

meningkat dari sebelumnya. Siswa lebih semangat dan lebih tertarik dari proses

pembelajaran awal sebelum kolaborasi model pembelajaran Problem Solving

Learning Berbantuan Math Menu diterapkan.

Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal aktif pada keberanian siswa dalam

menjawab atau mengemukakan pendapat ketika ditanya oleh guru. Lebih banyak

siswa yang berani menjawab dari proses pembelajaran awal. Keberanian siswa

juga semakin terlihat ketika pelaksanaan problem solving learning untuk

menanyakan apa yang mereka belum pahami dan meminta guru untuk mengecek

pekerjaan yang telah mereka selesaikan. Perilaku lain yang menunjukkan

peningkatan siswa yaitu dalam hal ketepatan dan kebenaran. Tugas yang

diberikan ke siswa dapat terselesaikan dengan tepat waktu dan benar mengikuti

perintah yang ada.

55

Dari sudut kemampuan guru mengajar mulai ada peningkatan. Komunikasi

dan interaksi antara guru dan siswa berjalan dengan baik. Dalam hal manajemen

waktu mengajar, guru dan siswa melakukan dengan baik dan tepat waktu. Guru

sudah mulai menyiapkan tahap persiapan yaitu kesiapan ruang, materi, alat

peraga, media pembelajaran, kesiapan siswa, memberikan salam, apresiasi dan

tujuan pembelajaran. Kesan secara umumnya, guru hanya masih kaku di awal

pada kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran, setelah itu antara guru dan siswa

sudah luwes dalam guru mengajar dan dalam siswa mengikuti pelajaran serta

menjawab pertanyaan dari guru. Untuk sudut siswa, siswa cukup bagus dan tertib

selama mengikuti pelajaran, hanya saja, meskipun terlihat fokus memperhatikan

guru, beberapa siswa didalam pikirannya tidak terfokus pada pelajaran, hal ini

terbukti dari ketika guru bertanya, siswa tersebut terlihat bingung dan

menanyakan kembali pertanyaannya, serta hanya bisa menjawab singkat saja.

Serta terbukti dengan adanya 21 (77,77%) siswa yang mencapai KKM dan 6

siswa (22,22%) yang belum mencapai KKM.

3. Refleksi

Berdasarkan analisis hasil pembelajaran di siklus 1, yang tertera adanya 21

(77,77%) siswa yang mencapai KKM dan 6 (22,22%) siswa yang belum mencapai

KKM, maka perlu dilakukan refleksi terhadap strategi pembelajaran yang

dilakukan guru dalam tindakan kelas. Karena hasil yang dicapai oleh siswa belum

sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti merencanakan kegiatan

pembelajaran selanjutnya di siklus 2 dengan meminimalisir kekurangan-

kekurangan yang terjadi pada siklus 1.

Siklus 2

1. Paparan Hasil Belajar Siswa

Berdasarkan data hasil penelitian siklus 2, hasil belajar Matematika materi

pola bilangan sederhana melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving

Learning Berbantuan Math Menu diperoleh data untuk nilai tertinggi yang

diperoleh responden adalah 100, nilai terendah adalah 70, dan rata-rata hasil

56

belajar Matematika yaitu sebesar 83,33. Perlu diketahui bahwa Standar

Ketuntasan Belajar Minimal (KKM Mata Pelajaran Matematika Kelas II SD

Negeri Kenteng 01 Sempor Tahun Pelajaran 2017/2018 adalah 70. Dengan

demikian semua siswa tuntas. Hal ini disebabkan karena selama siswa mengikuti

pelajaran, tatapannya mengarah ke guru dan sudah bisa fokus ke pelajaran

daripada siklus 1, serta beberapa siswa semakin aktif dalam mengikuti pelajaran.

Hasil belajar ini meningkat dari hasil belajar awal dan hasil belajar siklus 1.

Selengkapnya dapat dibaca pada tabel analisis data hasil belajar siswa sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Analisis Hasil Belajar Matematika Siklus 2

Jumlah Siswa PersentaseJumlah keseluruhan siswa 27 100%Siswa yang tuntas 27 100%Siswa yang tidak tuntas 0 100%Jumlah 100%

Rata-rata 83,33Nilai tertinggi 100

Nilai terendah 70

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa perolehan hasil belajar

Matematika melalui kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning

Berbantuan Math Menu pada siklus 2 sebanyak 27 siswa (100 %) mengalami

ketuntasan.

Rata-rata hasil belajar Matematika siklus 2 melalui kolaborasi model

pembelajaran Problem Solving Learning Berbantuan Math Menu rata-rata sebesar

83,33 dan ketuntasan individual sudah mencapai 100% (semua anak mendapat

nilai diatas 70 / KKM). Pembelajaran Matematika sudah mencapai tujuan yang

diharapkan guru yang tertuang didalam indikator kinerja yaitu 80% dari jumlah

siswa didalam kelas telah mencapai ketuntasan belajar individual, sehingga

penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil dan tidak perlu siklus berikutnya.

57

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hipotesis tindakan

penelitian yang menyatakan: “Dengan penggunaan model Problem Solving

Learning Berbantuan Math Menu ini, diduga terjadi peningkatan presentasi siswa

tuntas KKM dan siswa menjadi lebih positif atau menjadi sangat baik terhadap

Matematika”, berarti diterima kebenarannya. Hal ini dapat dilihat dari data-data

nilai yang diperoleh di siklus 1 dan siklus 2.

2. Observasi Proses Pembelajaran Matematika

Hasil observasi pada siklus 2 menunjukkan peningkatan hasil yang

signifikan. Hal ini diperoleh dari gambaran mengenai sikap dan perilaku siswa

selama mengikuti pelajaran. Perhatian siswa lebih terpusat pada pelajaran, dan

pada penjelasan math menu, kefokusan siswa sudah maksimal dan antusias sekali.

Semangat siswa selama mengikuti pelajaran Matematika, semakin meningkat dari

sebelumnya. Siswa lebih semangat lagi dan lebih tertarik dari proses pembelajaran

awal sebelum kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning

Berbantuan Math Menu diterapkan dan siklus 1.

Kemajuan siswa juga terlihat dalam hal aktif pada keberanian siswa dalam

menjawab atau mengemukakan pendapat ketika ditanya oleh guru. Lebih banyak

lagi siswa yang berani menjawab dari proses pembelajaran siklus 1. Keberanian

siswa juga semakin terlihat ketika math menu untuk mengerjakan berbagai

kegiatan yang ada di dalam daftar dan pelaksanaan problem solving learning

untuk mencoba menyelesaikan satu per satu kegiatan yang ada, presentasi/tampil

di depan kelas, serta berani menyatakan pendapatnya atau jawabannya. Perilaku

lain yang menunjukkan peningkatan siswa yaitu dalam hal ketepatan dan

kebenaran. Tugas yang diberikan ke siswa dapat terselesaikan dengan tepat waktu

dan benar mengikuti perintah yang ada.

Dari sudut kemampuan guru mengajar ada peningkatan yang cukup dari

siklus 1. Komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa berjalan dengan baik

dan lebih luwes. Dalam hal manajemen waktu mengajar, guru dan siswa

melakukan dengan baik dan tepat waktu. Guru sudah mulai menyiapkan tahap

persiapan yaitu kesiapan ruang, materi, alat peraga, media pembelajaran, kesiapan

58

siswa, memberikan salam, apresiasi dan tujuan pembelajaran. Kesan secara

umumnya, guru sudah tidak kaku di awal pada kesiapan siswa dalam mengikuti

pelajaran, sangat begitu luwes dan nyaman dalam guru mengajar dan siswa dalam

mengikuti pelajaran serta menjawab pertanyaan dari guru. Untuk sudut siswa,

siswa sangat bagus dan tertib selama mengikuti pelajaran, semua siswa terlihat

benar-benar fokus memperhatikan guru dan didalam pikirannya sudah terfokus

pada pelajaran, hal ini terbukti dari ketika guru bertanya, siswa tersebut sudah

lebih banyak yang aktif dan antusias untuk berebut menjawab. Serta terbukti

dengan adanya seluruh siswa sudah mencapai KKM.

3. Refleksi

Berdasarkan analisis hasil pembelajaran di siklus 2, yang tertera adanya

seluruh siswa sudah mencapai KKM, maka perlu dilakukan refleksi terhadap

strategi pembelajaran yang dilakukan guru dalam tindakan kelas. Karena hasil

yang dicapai oleh siswa sudah sesuai dengan yang diharapkan, maka peneliti telah

selesai melakukan kegiatan pembelajaran hanya sampai pada siklus 2.

A. Pembahasan

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas 2 SDN Kenteng 01 semester I

Tahun Ajaran 2017/2018. Adapun subjek penelitian ini adalah siswa kelas 2 SD

Negeri Kenteng 01 Sempor Semester I Tahun Ajaran 2017/2018. Jumlah siswa

kelas 2 adalah 27 siswa, terdiri dari 19 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

Penelitian ini dalam 2 siklus, setiap siklus berlangsung 2 kali pertemuan.

Berdasarkan hasil observasi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa masih

sangat rendah, hal ini disebabkan oleh selama siswa mengikuti pelajaran,

tatapannya mengarah ke guru tetapi pikirannya tidak fokus ke pelajaran, beberapa

siswa memiliki kemampuan dibawah rata-rata, ada juga siswa yang senang

mengejek temannya ketika tidak bisa menjawab, dan ada siswa yang belum

paham tetapi malu untuk bertanya, serta guru dalam mengajar selama pelajaran

masih menggunakan model ceramah dan hanya berpegangan pada buku cetak

saja.

59

Melihat hal itu maka diadakan tindakan dengan bekerjasama dengan guru

kelas yang telah direncanakan pada siklus 1. Penilaian dalam penelitian ini

menggunakan dua cara yaitu secara tes. Teknik tes untuk mengukur aspek kognitif

siswa berupa 40 soal pilihan ganda pada siklus 1. Pelaksanaan siklus 1 dimulai

oleh guru yaitu dengan memberikan salam,mengecek kehadiran siswa, melakukan

kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Sedangkan aktivitas siswa

yaitu maju ke depan kelas menjawab pertanyaan dari guru dan melakukan

kegiatan pembelajaran model math menu. Siswa sudah mampu melakukan

presentasi dengan baik, aktif merespon pembelajaran yang guru berikan, dan

siswa sudah cukup baik dalam pengambilan keputusan .

Secara keseluruhan yang dilakukan oleh guru maupun siswa di siklus 1

dalam penggunaan model pembelajaran Problem Solving Learning berbantuan

Math Menu sudah baik. Perolehan hasil belajar Matematika melalui kolaborasi

model pembelajaran Problem Solving Learning berbantuan Math Menu pada

siklus 1 sebanyak 21 siswa (77,77%) mengalami ketuntasan dan sebanyak 6 siswa

(22,22%) mengalami ketidaktuntasan. Pembelajaran Matematika belum mencapai

tujuan yang diharapkan guru, sehingga perlu dilaksanakan pembelajaran bersiklus

lagi yaitu siklus 2.

Secara keseluruhan pada siklus 2, baik dari guru maupun siswa sudah

melaksanakan penerapan model pembelajaran Problem Solving Learning

berbantuan Math Menu. Guru sudah mulai menyiapkan tahap persiapan yaitu

kesiapan ruang, materi, alat peraga, media pembelajaran, kesiapan siswa,

memberikan salam, apresiasi dan tujuan pembelajaran. Siswa sangat bagus dan

tertib selama mengikuti pelajaran, semua siswa terlihat benar-benar fokus

memperhatikan guru dan didalam pikirannya sudah terfokus pada pelajaran, hal

ini terbukti dari ketika guru bertanya, siswa tersebut sudah lebih banyak yang

aktif dan antusias menjawab. Perolehan hasil belajar Matematika melalui

kolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning berbantuan Math Menu

pada siklus 2 sebanyak 27 siswa (100 %) mengalami ketuntasan.

60

Perbedaan penelitian yang dilakukan antara peneliti sebelumnya dengan

Model Problem Solving Learning Siswa Kelas 4 SD Negeri Ketundan 2

Kecamatan Pakis Kabupaten Magelang Semester 2 Tahun 2013/2014 yang

dilakukan oleh Suroso dan Ika Purwati dan Metode Problem Solving Terhadap

Hasil Belajar Matematika Kelas 3 SD Negeri Sawangan 01 Kecamatan Gringsing

Kabupaten Batang Semester II Tahun Ajaran 2011/2012 yang dilakukan oleh

Petra Kristi Mulyani dan Samijo dengan penelitian ini adalah peneliti hanya

menggunakan dan menerapkan model pembelajarannya saja tanpa menambah

standar proses yang lain. Pada penelitian kali ini, peneliti menambahkan math

menu untuk membantu siswa dalam memahami konsep dan melakukan kegiatan

pembelajaran problem solving learning. Langkah-langkah model pembelajaran

problem solving learning berbantuan math menu dimodifikasi dengan standar

proses yang terdiri dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Hasil penelitian problem solving learning berbantuan math menu sudah

dipastikan dapat meningkatkan hasil belajar Matematika. Pada penelitian ini

peneliti terjun langsung dalam penerapan model problem solving learning

berbantuan math menu sehingga langkah-langkah pembelajaran dapat diterapkan

dengan maksimal. Karena guru belum terbiasa memenggunakan model problem

solving learning berbantuan math menu maka hal ini dapat menjadi alternatif

pembelajaran oleh guru. Selain itu, sekolah juga dapat memberikan dorongan

yang maksimal dan motivasi yang maksimal untuk guru menggunakan serta

menerapkan model pembelajaran yang digunakan oleh peneliti. Untuk siswa juga

diharapkan dapat berubah dalam proses pembelajaran, yaitu menjadi aktif dan

semangat.

Dengan adanya penelitian ini memberikan implikasi baik secara teoritis

maupun praktis.

1. Implikasi Teoritis

Setelah mengkolaborasi model pembelajaran Problem Solving Learning

berbantuan Math Menu dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian ini dapat

61

melengkapi dari penelitian sebelumnya. Penerapan model Problem Solving

Learning berbantuan Math Menu disesuaikan dengan standar proses (eksplorasi,

elaborasi, dan konfirmasi). Dalam menerapkan model Problem Solving Learning

berbantuan Math Menu yaitu guru menampilkan daftar math menu terlebih

dahulu, yang berisi urutan kegiatan yang akan dikerjakan oleh siswa, dengan isi

kegiatan menyenangkan yang berkaitan dengan belajar. Kemudian guru

menerapkan kegiatan problem solving learning yaitu guru menyediakan daftar

math menu yang berisi kegiatan-kegiatan pembelajaran yang akan dikerjakan oleh

siswa, guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil, guru memberikan

daftar tersebut ke setiap siswa. Selanjutnya guru akan mengintruksikan setiap

kelompok untuk menuju ke kegiatan-kegiatan pemecahan tersebut dan siswa akan

menyelesaikan dan menemukan jawaban mereka sendiri. Siswa yang telah selesai

melakukan kegiatan akan meminta guru untuk mengecek pekerjaannya dan

selanjutnya guru akan memberikan tanda tangan sebagai bukti pengecekan

pekerjaan tersebut.

2. Implikasi Praktis

Pembelajaran dengan menerpakan problem solving learning berbantuan

math menu ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang semula tidak

tuntas setelah diadakan penelitian tindakan kelas menggunakan model problem

solving learning berbantuan math menu menjadi tuntas melalui 2 siklus yaitu

tahap siklus 1 dan siklus 2. Sehingga model problem solving learning berbantuan

math menu dapat digunakan sebagai salah satu cara meningkatkan hasil belajar.

Penerapan model problem solving learning berbantuan math menu dilakukan

dengan cara guru memberikan banyak kegiatan menyenangkan dalam belajar pada

math menunya, dan pada problem solving learning guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menentukan sendiri proses untuk menjawab atau mengerjakan

setiap perintah pada kegiatan-kegiatan dalam daftar math menu. Sehingga tercipta

suasana belajar yang lebih menyenangkan.