bab iv hasil penelitian dan...
TRANSCRIPT
135
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bagian ini disajikan uraian tentang hasil dan pembahasan analisis statistik
yang selanjutnya dipergunakan untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah
dikemukakan dan dirumuskan sebelumnya. Untuk perhitungan, analisis, interpretasi
serta pembahasan hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini.
4.1. Gambaran Umum Koperasi di Jawa Barat
Peran Koperasi dalam memajukan perekonomian masyarakat dari dulu hingga
saat ini sangatlah banyak, karena masyarakat dapat meminjam atau berdagang pada
koperasi tersebut. Bukan hanya itu saja peranan yang dilakukan koperasi juga dapat
membantu Negara untuk menggembangkan usaha kecil yang ada dalam masyarakat.
Keadaan koperasi di Jawa Barat terklasifikasi berdasarkan Kabupaten dan Kota di
wilayah Provinsi Jawa Barat, sebagaimana tersaji di dalam pemetaan. Koperasi di
Jawa Barat diharapkan mampu menghasilkan produk unggulan dengan pengelolaan
berdasarkan manajemen yang profesional, sehingga dapat memiliki keunggulan
komparatif yang baik di tingkat nasional dan memiliki market share yang relatif
besar untuk produk-produknya di kancah persaingan yang semakin tajam .
Gerakan koperasi tumbuh dan berkembang di 26 (dua puluh enam) kabupaten
dan kota serta koperasi di tingkat provinsi, pada saat ini jumlah koperasi di Jawa
Barat mencapai 25.252 Unit. Dengan rincian jumlah koperasi aktif sebesar15.130
136
unit, dan jumlah koperasi tidak aktif sebesar 10.122 unit di provinsi Jawa Barat
(Sumber : Kemenkop Prop Jawa Barat, 2014).
Berdasarkan pada data diatas dinyatakan bahwa komposisi jumlah koperasi
primer yang aktif sekitar 61%, dan selebihnya adalah koperasi tidak aktif sekitar 39
%. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah terbesar koperasi di Jawa Barat
adalah jenis koperasi primer aktif. Jumlah tersebut sebarannya meliputi koperasi yang
ada di 9 ( sembilan) kota dan 17 (tujuhbelas) kabupaten di wilayah propinsi di Jawa
Barat.
4.1.1. Profil Responden Penelitian
Responden dari penelitian yang dilakukan ini adalah dari kelompok
manajemen koperasi yang meliputi: para pengurus koperasi , para pengawas koperasi
dan manajer operasional koperasi primer yang berada pada 26 kota dan kabupaten
di Jawa Barat. Untuk lebih jelasnya dinyatakan dalam gambar dibawah ini.
a. Kelompok Struktural
Gambar 4.1.
Komposisi Responden Koperasi di Jawa Barat
Peng
urus;
29%
Mana
jer
Opera
sional
;5,26%
Penga
was;
18,9
%
Keterangan:
Pengurus sebanyak 206 orang
Manajer operasional sebanyak
156 orang
Pengawas sebanyak 27 orang
Total sebanyak 389 orang
137
Responden yang ada dikelompokkan atas dasar jabatan dalam kepengurusan
yang terdiri dari pengurus koperasi, pengawas koperasi dan manajer operasional.
Kondisi koperasi di Jawa Barat belum banyak mengalami perubahan, keadaanya
masih sama seperti halnya yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya yaitu sumber
daya koperasi tidak mengalami perubahan. Hal ini berdampak pada kegiatan
operasional yang dilakukan oleh koperasi masih dapat dikatakan tetap sama. Keadaan
anggota koperasi masih relative stabil, kepengurusan koperasi juga tidak berubah.
Berdasarkan pada gambar 4.1 di atas dapat dinyatakan bahwa komposisi
jumlah responden penelitian adalah: pengurus koperasi sebanyak 206 orang,
pengawas koperasi sebanyak 27 orang, dan selebihnya manajer operasional sebesar
156 orang. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah terbesar responden adalah
dari pengurus dan manajer operasional koperasi yang diketahui memang sehari-
harinya menangani langsung kegiatan operasional koperasi di wilayahJawa Barat.
b.Gender
Gambar 4.2
Responden Koperasi Berdasarkan Gender
70%
30%
Laki-laki Perempuan
Keterangan:
Laki-laki sebanyak 308 orang
Perempuan sebanyak 81 orang
Total sebanyak 389 orang
138
Untuk mengetahui lebih lanjut responden koperasi dalam penelitian ini
dinyatakan dalam gender dari pengurus, pengawas dan manajer operasional, yang
memberikan jawaban dalam penelitian berdasarkan gender. Gender perlu
diungkapkan mengingat beberapa hal, pertama keterkaitannya dengan jenis pekerjaan
yang dilakukan yaitu koperasi yang membutuhkan ketrampilan dan kecepatan dalam
pelayanan.
Responden laki-laki sebanyak 308 orang, responden perempuan sebanyak 81
orang. Hal ini mengindikasikan bahwa karyawan yang bekerja di koperasi sebagian
besar adalah pria dibandingkan dengan karyawan wanita yang jumlahnya lebih kecil
dari pada karyawan pria. Karyawan pria dianggap lebih mampu mengatasi
pekerjaanya dibanding dengan karyawan wanita untuk pekerjaan fisik terutama
untuk pekerjaan yang berat, misalnya harus membeli atau menjual barang/ produk
koperasi keluar dari toko, maka pekerjaan mengangkat barang ini jelas lebih baik
dilakukan oleh karyawan pria. Atas dasar pertimbangan tersebut maka jumlah
karyawan pria lebih banyak dari karyawan wanita.
c. Lama Bekerja
Gambar 4.3
Profil Responden Koperasi Berdasarkan Lama Bekerja
6% 8%
19%
67%
Keterangan:
Kurang dari 1 tahun sebanyak 22
orang
2 – 4 tahun sebanyak 31 orang
5 – 9 tahun sebanyak 76 orang
Di atas 10 tahun 260 orang
Total sebanyak 389 orang
139
Dari data diatas berdasarkan lama bekerja pada koperasi di Jawa Barat dapat
dinyatakan bahwa responden yang bekerja kurang dari 1 tahun terdapat sebanyak 22
orang, yang biasanya terdiri dari karyawan di level bawah yaitu mulai dari 2 tahun
sampai dengan 4 tahun berjumlah 31 orang , karyawan yang ada di staf atau petugas
yang dilapangan sebanyak 76 orang sudah bekerja antara 5 (lima) tahun sampai
dengan 9 (sembilan) tahun.
Sedangkan sebagian besar yang berjumlah 260 orang adalah karyawan yang
sudah lama bekerja di koperasi di atas 10 (sepuluh) tahun, termasuk juga para
pengurus koperasi. Posisi ini sudah terjadi mulai tahun sebelumnya sampai dengan
masa penelitian ini dilakukan. Jadi dengan demikian mengindikasikan bahwa
pemahaman pengurus dan karyawan terhadap pekerjaan yang merupakan kegiatan
usaha koperasi yang ada sudah dilakukan dan telah diketahui dengan baik oleh
karyawan.
Berdasarkan pada gambar 4.4 di atas dapat dinyatakan bahwa komposisi
jumlah responden sebagian besar yaitu 67% karyawan koperasi adalah karyawan
yang telah bekerja diatas 10 tahun, sehingga mereka sudah merasa betah bekerja di
koperasi dan sudah tidak ingin pindah kerja ke tempat lain. Hal ini memberikan
indikasi bahwa jumlah terbesar responden adalah karyawan dan pengurus yang sudah
lama bekerja di koperasi.
140
d. Usia
Gambar 4.4
Profil Responden Koperasi Berdasarkan Usia
Dengan memperhatikan data diatas berdasarkan Usia karyawan pada
koperasi di Jawa Barat dapat dinyatakan bahwa responden yang berusia 18 tahun
sampai 22 tahun sebanyak 41 orang karyawan, termasuk juga karyawan yunior yang
masih baru bekerja di koperasi .
Karyawan yunior yang sudah agak lama bekerja yang berusia 19 tahun
sampai dengan 30 tahun sebanyak sebanyak 63 orang. Karyawan yang berusia 31
tahun sampai dengan 55 tahun sebanyak 134 orang merupakan karyawan yang sudah
lama bekerja. Karyawan senior sebanyak 151 orang, dan termasuk juga karyawan
yang berusia diatas 56 tahun. Karyawan ini ada yang menjadi pengurus atau
pengawas koperasi. Dengan demikian diperoleh gambaran sebagian besar karyawan
yang berjumlah 285 orang adalah merupakan karyawan yang sudah lama bekerja di
koperasi. Dari satu sisi keadaan ini baik karena dengan posisi ini karyawan tersebut
dapat mengawal kelancaran kegiatan koperasi berdasarkan pengalaman yang dimiliki,
namun disisi lain karyawan ini mempunyai kelemahan yaitu kesulitan dalam
11%
16%
34%
39%
Keterangan: 18 – 22 tahun sebanyak 41 orang 19 – 30 tahun sebanyak 63 orang
31 – 55 tahun sebanyak 134 orang
Di atas 56 tahun 151 orang
Total sebanyak 389 orang
141
mengikuti perkembangan pengetahuan dalam kemajuan teknologi seperti penggunaan
komputer, sehingga seringkali banyak tergantung pada para pembantu atau staff
karyawan yang bekerja di bidang tersebut.
Berdasarkan pada gambar 4.5 diatas dapat dinyatakan bahwa komposisi
jumlah responden sebagian besar yaitu 67% karyawan koperasi adalah karyawan
yang telah bekerja diatas 10 tahun. Hal ini memberikan indikasi bahwa jumlah
terbesar responden adalah karyawan dan pengurus yang sudah lama bekerja di
koperasi dan berusia diantara 35 tahun sampai dengan 56 tahun ke atas.
e.Tingkat Pendidikan
Gambar 4.5
Profil Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Dengan memperhatikan data di atas berdasarkan tingkat pendidikan pada
koperasi di Jawa Barat dapat dinyatakan bahwa responden yang mempunyai
pendidikan SMP ke bawah sebanyak 34 orang , ini merupakan karyawan yunior yang
masih baru bekerja atau karyawan lama dengan tingkat pendidikan rendah, yaitu
9%
28%
30%
33%
Keterangan:
SMP ke bawah sebanyak 34 orang
SMA, SMK sebanyak 109 orang
Akademi D1, D2, D3 sebanyak 116
orang
Sarjana S1, S2 , S3 sebanyak 130
orang
Total sebanyak 389 orang
142
pendidikan SMA, SMK atau sederajat sebanyak 109 orang , biasanya terdiri dari
karyawan yunior yang sudah agak lama bekerja pada koperasi dan sudah menduduki
jabatan staf.
Tingkat pendidikan Akademi D1, D2, dan D3 sebanyak 116 orang karyawan
yang sudah menduduki jabatan kepala seksi atau manajer sebanyak 63 orang, dan
karyawan yang berusia 31 tahun sampai dengan 55 tahun sebanyak 134 orang
merupakan karyawan yang sudah lama bekerja pada koperasi atau disebut sebagai
karyawan senior, dan karyawan ini dengan pendidikan strata S1, strata S2, strataS3
sebanyak 130 orang. Untuk pendidikan Strata 3 , ini masih belum banyak di koperasi ,
namun tetap ada yang menjadi pengurus atau pengawas koperasi tetapi belum banyak
jumlahnya. Dengan demikian diperoleh gambaran sebagian besar karyawan yang
berjumlah 259 orang , adalah berpendidikan Diploma kebawah. Oleh sebab itu untuk
peningkatan kemampuan SDM koperasi maka perlu diberikan pelatihan, atau training
bagi para karyawan dengan pendidikan Diploma kebawah agar dapat mendukung
aktivitas koperasi.
Berdasarkan pada gambar 4.6 diatas dapat dinyatakan bahwa komposisi
jumlah responden sebagian besar yaitu 73% karyawan koperasi adalah karyawan
dengan tingkat pendidikan Diploma ke bawah, yang mana untuk karyawan ini pada
umumnya mereka masih perlu tambahan pengetahuan atau tambahan keterampilan
dalam mendukung pekerjaanya.
143
4.2 Analisa Deskriptif
Analisis deskriptif dapat digunakan untuk memperkaya pembahasan yaitu
melalui analisa ini dapat diketahui, bagaimana kondisi variabel yang sedang diteliti.
Melalui analisis deskriptif akan diuraikan kecenderungan responden dalam menjawab
kuesioner yang diajukan. Penilaian jawaban responden menunjukkan pernyataan ,
Sangat baik, Baik, Cukup baik, Tidak baik, Sangat tidak baik. Jawaban ini
disesuaikan dengan jawaban kuesioner. Berdasarkan jawaban responden kemudian
dilakukan interpretasi atas jawaban yang diberikan responden tersebut dan
kecenderungannya secara umum mengenai dimensi variabel penelitian.
Hasil analisis deskriptif variabel budaya organisasi (X1), komitmen
organisasional (X2), keunggulan bersaing (Y), serta kinerja (Z) akan diuraikan pada
sub-bab berikut ini.
4.2.1 Analisis Deskriptif Budaya Organisasi
Budaya Organisasi yang dalam suatu organisasi merupakan suatu hal yang
sangat penting dan terbentuk dari apa yang menjadi cita-cita dari pendiri organisasi
atau founding father perusahaan memiliki ciri-ciri tersendiri. Organisasi yang terdiri
dari kumpulan individu yang berbeda baik sifat, karakter, keahlian, pendidikan, latar
belakang pengalaman dalam hidupnya dari masing-masing anggota atau karyawan
organisasi tersebut. Bagi suatu organisasi (perusahaan) terbentuknya budaya
berangkat dari filsafat yang ditanamkan oleh para pendiri, kemudian budaya tersebut
menjadi kriteria dalam melakukan pekerjaan bagi karyawannya. Dengan demikian
perlu ada pengakuan pandangan yang akan berguna untuk pencapaian misi dan tujuan
144
organisasi tersebut agar tidak berjalan sendiri-sendiri. Budaya akan menjadi sesuatu
yang spesifik bagi setiap organisasi atau perusahaan dalam aktivitasnya. Dalam
penelitian ini diukur melalui 9 (sembilan) dimensi yaitu: Kekeluargaan, Gaya
kepemimpinan, Kohesivitas kelompok, Moral karyawan, Peraturan dan prosedur,
Inovatif, Berpandangan ke depan, Mandiri dan Control (Pengawasan) yang kemudian
di operasionalisasikan menjadi 27 (dua puluh tujuh) indikator.
Berdasarkan pada tabel berikut adalah gambaran Budaya organisasi yang
dilihat dari distribusi pada tanggapan mengenai dimensi kekeluargaan untuk setiap
butir pernyataan yang diukur oleh 3 (tiga) satuan pengukuran indikator.
Tabel 4.1
Skor Distribusi Tanggapan mengenai Dimensi Kekeluargaan
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Pemilihan pengurus dan pe
ngawas koperasi dilakukan
obyektif
88 166 132 3 0 1506 3.87 77.4 Baik
Tingkat pendidikan diper-
hatikan dalam pemilihan
pengurus dan pengawas
90 197 80 22 0 1522 3.91 78.3 Baik
Kompetensi calon yang diu-
sulkan dipertimbangkan
6 138 188 57 0 1260 3.24 64.8 Cukup
Rata-rata Dimensi 73.5 Baik
Sumber: Data penelitian diolah.
Berdasarkan tabel 4.1 di atas diketahui distribusi tanggapan mengenai
dimensi kekeluargaan untuk setiap butir pernyataan, diperoleh skor rata-rata dimensi
sebesar 73,5% termasuk kategori Baik.
Gambaran ini menunjukkan bahwa dalam pemilihan pengelola koperasi yaitu
pengurus dan pengawas dilakukan secara obyektif. Manajemen koperasi
145
melaksanakan tugasnya dengan baik, melakukan pemilihan pengurus, pengawas dan
manajer operasional secara transparan dalam pelaksanaannya, hal ini terlihat dari
sebagian besar pengurus dan manajer operasional menyatakan obyektif.
Memperhatikan pada teori yang dikemukakan oleh Cameron (2011:11), yang
menyatakan bahwa budaya Clan culture, yaitu meliputi antara lain sistem
kekeluargaan, yang lebih menitikberatkan pada hubungan yang sifatnya guyub. Dan
juga untuk kompetensi calon pengurus dan pengawas yang diusulkan
dipertimbangkan dan menjadi perhatian dalam pemilihan diperoleh skor sebesar
77,4%, termasuk kategori baik.
Untuk latar belakang pendidikan dalam pemilihan pengurus dan pengawas
sebagian besar menyatakan memperhatikan tingkat pendidikan dalam pemilihannya,
hal ini tercermin dari skor yang diperoleh mempunyai nilai tertinggi yaitu 78,3%,
termasuk kategori baik. Artinya bahwa para pengurus dan manajer operasional
menyadari pentingnya tingkat pendidikan bagi para pengurus dan manajer sebagai
modal dalam melaksanakan tugas mengelola koperasi.
Selanjutnya dari tingkat kompetensi calon yang diterima sebagian besar
pengurus dan manajer operasional menyatakan mempertimbangkan kompetensinya.
Untuk dimensi kompetensi ini agak sulit diperoleh karena keterbatasan koperasi
dalam sumberdaya yang dimiliki yaitu karyawan yang mempunyai keahlian sangat
terbatas, sehingga menyebabkan skor yang diperoleh hanya sebesar 64.8% masuk
dalam kategori cukup. Artinya nilai ini yang paling kecil bila dibandingkan dengan
146
kedua nilai sebelumnya, yang berarti bahwa karyawan yang memiliki kompetensi
tertentu di bidangnya pada koperasi jumlahnya masih sedikit.
Jadi dengan memperhatikan komposisi diatas , dapat dinyatakan bahwa
pengurus koperasi telah mempertimbangkan secara mendalam tentang perlunya
pemilihan secara obyektif, pentingnya tingkat pendidikan, dan kompetensi orang
yang bekerja pada koperasi. Hal ini berdasarkan pada kondisi lapangan yang ada
yaitu koperasi memang sangat membutuhkan sumberdaya manusia yaitu pengurus,
pengawas dan manajer operasional yang mempunyai karakteristik obyektif,
memiliki tingkat pendidikan tinggi ( jenjang S1 atau sarjana) dan memiliki
kompetensi untuk bekerja pada koperasi di wilayah Jawa Barat.
Tabel 4.2.
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Gaya Kepemimpinan
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Pengurus, pengawas dan
manajer melakukan pekerja
an sesuai dengan rencana
15 176 174 24 0 1349 3.47 69.4 Baik
Dalam setiap hasil pekerjaan
yang diselesaikan sudah di-
analisis secara tepat dan rinci.
55 211 110 13 0 1475 3.79 75.8 Baik
Pengurus selalu memper-
hatikan waktu penyelesai-
an dalam setiap kegiatan
13 134 185 57 0 1270 3.26 65.3 Cukup
Rata-rata Dimensi 70.2 Baik
Sumber: Data penelitian diolah.
Gaya kepemimpinan adalah proses dalam mengarahkan dan mempengaruhi para
anggota dalam hal berbagai aktivitas yang harus dilakukan, dapat difokuskan kepada
apa yang dilakukan oleh para pemimpin. Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa gaya
kepemimpinan memiliki hasil skor 70,2% masuk dalam kategori Baik.
147
Hal ini didukung oleh 2 indikator yang menyebutkan pertama pengurus, pe-
ngawas dan manajer melakukan pekerjaan sesuai dengan rencana diperoleh skor
69,4% termasuk kategori baik , kedua dalam setiap hasil pekerjaan yang disele-
saikan sudah dianalisis secara tepat dan rinci diperoleh skor sebesar 75,8% masuk
kategori baik.
Sedangkan untuk indikator bahwa pengurus memperhatikan waktu
penyelesaian dalam setiap kegiatan memiliki skor 65,4% masuk kategori cukup.
Artinya dalam hal penyelesaian pekerjaan masih menjadi pekerjaan rumah bagi
pengurus dalam gaya kepemimpinan yang ada saat ini. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Terry,1994:25), yang menyatakan bahwa kepemimpinan itu merupakan kemampuan
untuk mempengaruhi dan menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan. Jadi
berdasarkan hal tersebut menggambarkan bahwa sebagian besar pengurus dan
manajer operasional koperasi sudah memperhatikan dimensi gaya kepemimpinan
dalam melakukan pekerjaan untuk mencapai tujuan koperasi.
Tabel 4.3
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Kohesivitas Kelompok
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-ra-
ta Skor
%
Skor
Kate-
gori
Manajemen koperasi mem-
berikan rasa betah bagi
karyawan
58 241 70 20 0 1504 3.87 77.3 Baik
Manajemen koperasi me-
ningkatkan kemampuan kar-
yawan melalui kelompok.
48 119 200 20 2 1358 3.49 69.8. Baik
Manajemen koperasi me-
mantau hasil pelatihan
kelompok secara kontinu.
2 188 152 47 0 1312 3.37 67.5 Cukup
Rata-rata Dimensi 71.5% Baik
Sumber: Data penelitian diolah .
148
Kohesivitas dinyatakan sebagai kekuatan baik positif ataupun negatif yang
menyebabkan anggota menetap pada suatu kelompok, karena dalam bekerja keadaan
ini sangat dibutuhkan oleh karyawan yaitu rasa ketenangan dan keamanan dalam
bekerja sehingga akan membuat karyawan betah untuk tetap tinggal bekerja pada
koperasi (Gibson,2003:81). Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui distribusi
tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Kohesivitas
kelompok diperoleh skor rata-rata dimensi sebesar 71.5% kategori Baik.
Gambaran bahwa dalam melaksanakan tugasnya sebagian besar pengurus dan
manajer operasional memberikan rasa betah bagi karyawan, diperoleh skor sebesar
77.3% kategori baik. Sesuai dengan hasil penelitian, peran dari para pengurus,
pengawas dan manajer operasional dalam menciptakan ketenangan bekerja bagi
para karyawan koperasi sangat diperlukan.
Keinginan pengurus untuk meningkatkan kemampuan para karyawan melalui
pelatihan dalam kelompok telah dirasakan oleh para karyawan , hal ini dibuktikan
melalui pendapat yang menyatakan pengurus meningkatkan jumlah karyawan yang
dilatih dalam kelompok diperoleh skor sebesar 69.8% masuk kategori Baik. Untuk
melihat hasil pelatihan kelompok secara kontinu sebagian besar pengurus dan
manajer operasional menyatakan memantau hasil pelatihan secara kontinyu diperoleh
skor sebesar 67.5% masuk kategori cukup.
Berdasarkan pada uraian di atas dapat dinyatakan bahwa dari tingginya
kohesivitas kelompok berhubungan dengan peran anggota terhadap norma
kelompok, kemampuan anggota untuk menitikberatkan pada persamaan sebagai
149
anggota kelompok. Artinya hal ini menggambarkan bahwa kohesivitas dalam
kelompok dapat diterapkan oleh pengurus dan manajer operasional bagi koperasi di
wilayah Jawa Barat.
Tabel 4.4
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Moral Karyawan
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1`
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Karyawan sangat mendu-
kung dengan semua pro-
gram pengembangan
usaha koperasi
24 216 138 11 0 1420 3.65 73.0 Baik
Banyaknya karyawan
yang partisipasi pada
program
33 159 189 8 0 1384 3.56 71.2 Baik
Manajemen memusatkan
perhatian terhadap kar-
yawan yang berprestasi.
8 96 256 27 2 1248 3.21 64.2 Cukup
Rata-rata Dimensi 69.4 Baik
Sumber: Data penelitian diolah.
Moral kerja karyawan, meliputi orientasi dan dukungan karyawan pada
program pengembangan usaha, partisipasi karyawan pada program yang dibuat dan
perhatian terhadap karyawan berprestasi telah dilakukan oleh pengurus pada koperasi.
Moral adalah suasana bathin seseorang yang mempengaruhi perilaku individu dan
perilaku organisasi, berupa perasaan senang, bersemangat atau tidak bersemangat
dalam melakukan pekerjaan (Harrison Rosemary,1993:81). Sedangkan Danim
(2003:49), menyatakan bahwa seseorang yang memiliki moral kerja yang tinggi akan
terlihat dari semangat kerja, disiplin kerja, partisipasi dan inisiatif kerja.
Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk
setiap butir pernyataan pada indikator pertama dimensi Moral karyawan mendukung
semua program pengembangan usaha koperasi diperoleh skor sebesar 69.4% masuk
150
kategori baik. Untuk indikator kedua gambaran sebagian besar pengurus dan
manajer operasional mendukung semua program dan partisipasi karyawan diperoleh
skor sebesar 73.0% masuk kategori baik. Moral kerja yang tinggi merupakan
dorongan bagi karyawan untuk dapat terciptanya usaha berpartisipasi secara
maksimal dalam kegiatan organisasi koperasi guna mencapai tujuan yang telah
ditentukan.
Sesuai dengan pendapat tersebut dari pengurus, pengawas dan manajer
operasional menyatakan karyawan yang partisipasi pada program koperasi diperoleh
skor 71.2%, masuk kategori baik. Sedangkan untuk indilator ketiga manajemen
memusatkan perhatian terhadap karyawan yang berprestasi diperoleh skor 64,2 %
masuk kategori cukup. Artinya Manajemen koperasi masih mempunyai tugas yang
harus diselesaikan yaitu meningkatkan skor tersebut.
Hal ini menggambarkan bahwa sebagian besar pengurus dan manajer
operasional menyatakan bahwa moral karyawan koperasi merupakan hal yang
penting bagi kemajuan koperasi, dan ini terbukti dari moral kerja yang tinggi dari
setiap SDM koperasi, merupakan faktor yang menentukan bagi tercapainya tujuan
koperasi di wilayah Jawa Barat.
Tabel 4.5.
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Peraturan dan Prosedur
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
%
skor
Kate-
gori
Pengurus memupuk kesadaran
pada karyawan dan anggota
koperasi
11 64 94 115 105 928 2,39 47,8 Tidak
baik
Pengurus memusatkan perhati-
an pada kegiatan anggota untuk
61 154 169 5 0 1538 3.95 79.1 Baik
151
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
%
skor
Kate-
gori
peningkatan usaha koperasi
Gotong royong selalu ditum-
buhkan untuk peningkatan
usaha koperasi
7 154 225 1 3 1196 3.07 61,4 Cukup
Rata-rata Dimensi 3,14 62,76 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah.
Peraturan dan Prosedur merupakan sebuah urutan pekerjaan yang melibatkan
beberapa orang dalam satu bagian yang ditata untuk menjamin adanya perlakuan
seragam terhadap transaksi perusahaan. Prosedur adalah suatu urutan kegiatan
klerikal, biasanya melibatkan beberapa orang dalam satu departemen atau lebih, yang
dibuat untuk menjamin penanganan secara ragam transaksi perusahaan yang terjadi
berulang-ulang dengan baik dinyataka oleh Mulyadi (2013:5).
Berdasarkan pada tabel 4.5 diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk
setiap butir pernyataan pada dimensi Peraturan dan Prosedur pada indikator pertama
diperoleh skor sebesar 47.8% masuk kategori Tidak baik. Indikator kedua Pengurus
memusatkan perhatian pada kegiatan anggota untuk peningkatan usaha koperasi
diperoleh skor sebesar 79.3% kategori Baik.
Indikator ketiga Gotong royong selalu ditumbuhkan untuk peningkatan usaha
koperasi diperoleh skor sebesar 61,4 % kategori cukup.
Jadi mengacu kepada hasil rata-rata dimensi peraturan dan prosedur dengan
skor 62,76 termasuk kategori cukup , maka dapat dinyatakan bahwa sebagian besar
koperasi di Jawa Barat dalam beraktivitas belum sepenuhnya memperhatikan
peraturan dan prosedur yang harus dipenuhi dalam kegiatan usahanya.
152
Tabel 4.6.
Distribusi Tanggapan Dimensi Inovatif
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Adanya pengembang-
an produk baru
1 148 150 72 18 1209 3.11 62.2 Cukup
Manajemen melaku-
kan pengembangan
peningkatan layanan
28 149 147 53 12 1295 3.33 66.6 Cukup
Manajemen melaku-
kan pengembangan
sistem .
3 191 132 55 8 1293 3.32 66.5 Cukup
Rata-rata Dimensi 65.1% Cukup
Sumber: Data penelitian diolah.
Inovasi sebagai suatu gagasan baru yang diterapkan untuk memprakarsai atau
memperbaiki suatu produk atau proses dan jasa. Mendefinisikan bahwa inovasi
adalah suatu ide, gagasan, praktik atau obyek/benda yang disadari dan diterima
sebagai suatu hal yang baru oleh seseorang atau kelompok untuk diadopsi (Stephen
Robins,1994).
Untuk koperasi selalu ditumbuhkan untuk peningkatan usaha koperasi, yaitu
sebagai suatu budaya dimana perusahaan atau koperasi selalu mendorong anggota
pengurus koperasi atau karyawannya untuk berinovasi yang meliputi pola-pola
gagasan, wujud kerja inovatif dan pengambilan resiko. Berdasarkan tabel 4.6 di atas
diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi
Inovatif diperoleh skor rata-rata sebesar 65.1% dengan kategori Cukup.
Pada indikator pertama hal ini memberikan gambaran bahwa dalam
melaksanakan tugasnya pengurus dan manajer operasional melakukan
pengembangan produk baru dengan skor sebesar 62.2% masuk kategori cukup.
153
Untuk indikator kedua Manajemen koperasi melakukan pengembangan
peningkatan layanan, diperoleh skor sebesar 66.6% termasuk kategori cukup. Untuk
indikator ketiga melakukan pengembangan sistem, pengurus dan manajer operasional
menyatakan melakukan pengembangan sistem guna mendukung kelancaran kegiatan
usaha koperasi namun belum secara optimal dalam pelaksanaanya diperoleh skor
sebesar 66.5% termasuk kategori cukup . Hal ini disebabkan beberapa keterbatasan
yaitu sumber daya yang dimiliki oleh koperasi khususnya perangkat komputer dan
jaringannya yang belum memadai . dalam memenuhi kebutuhan bisnisnya pada masa
yang akan datang.
Untuk koperasi besar inovasi ini dapat berjalan dengan baik contohnya pada
koperasi KPSBU di Lembang yang sudah menggunakan teknologi ini dalam
kegiatan operasional koperasi. Namun sebaliknya untuk koperasi kecil adanya
inovasi ini belum dan dapat dilaksanakan dengan menggunakan teknologi canggih
karena keterbatasan kemampuan pendidikan karyawan sebagai sumberdaya yang
dimiliki, kemampuan untuk membeli teknologi juga masih terbatas bagi koperasi
yang masih kecil dan faktor lainnya. Menjelaskan bahwa inovasi merupakan
karakteristik budaya yang dibutuhkan untuk mengantisipasi globalisasi, dan pada
koperasi hal ini berdampak kepada kinerja organisasi koperasi yang rendah .
Tabel 4.7
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Berpandangan Kedepan
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
`1
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Mananajemen mengguna-
kan teknologi informasi
148 105 96 35 5 1524 3.92 88.0 Baik
154
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
`1
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
untuk pengembangan
layanan
Manajemen selalu dinamis
dalam pengelolaan usaha
45 176 138 29 1 1402 3.60 72.1 Baik
Manajemen koperasi diha-
rapkan dapat mengikuti
trend usaha yang terjadi.
132 109 81 67 2 1501
3.86
71.8 Baik
Rata-rata Dimensi 77.3 Baik
Sumber: Data penelitian diolah .
Berpandangan ke masa depan adalah dalam artian kecenderungan untuk ber-
fikir mengenai masa depan dan sebagai perhatian tentang hasil dari tindakan saat ini
di masa yang akan datang. Diharapkan bahwa pengurus dapat melaksanakan untuk
mencapai dan memfokuskan pada hasil yang sudah di capai pada saat ini.
Memperhatikan pada tabel 4.7 diatas, diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk
setiap butir pernyataan pada dimensi berpandangan kedepan diperoleh skor rata-rata
sebesar 77.3% dengan kategori Baik.
Manajemen menggunakan teknologi informasi untuk pengembangan layanan
teknologi informasi diperoleh hasil sebesar 88.0%. Untuk tingkat berpandangan ke
depan sebagian pengurus dan manajer operasional selalu dinamis dalam pengelolaan
usaha dengan hasil sebesar 72.1% termasuk kategori baik. Artinya untuk tingkat
berpandangan ke depan bagi kemajuan koperasi sebagian pengurus dan manajer
operasional menyatakan manajemen koperasi berharap dapat mengikuti trend usaha
yang terjadi diperoleh skor sebesar 71,8.0%.
Melakukan pengembangan sistem guna mendukung kelancaran kegiatan
usaha koperasi terdapat beberapa koperasi yang sudah melaksanakan, namun ada
155
juga yang belum melakukan sehingga belum secara optimal dalam pelaksanaanya.
Hal ini disebabkan beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh koperasi, dan keadaan
ini yang menjelaskan bahwa kualitas produk dan layanan koperasi menjadi belum
positif. Namun hal ini menjadi tantangan yang harus dirubah oleh pengurus dan
manajer operasional, agar pada waktu selanjutnya menjadi lebih baik bagi pengurus
dan manajer operasional yang berpandangan ke depan karena selalu dinamis dalam
pelaksanaan kegiatannya.
Guna mencapai hal tersebut maka manajemen koperasi perlu menerapkan
standar capaian yang harus diperoleh dalam setiap tahunnya sehingga mereka perlu
untuk membuat standar kualitas setiap pekerjaan yang dihasilkan. Hal ini akan sangat
membantu bagi pengurus apabila menggunakan teknologi informasi untuk
pengembangan layanan, selalu dinamis dalam pengelolaan usaha, dengan itu semua
manajemen koperasi diharapkan dapat mengikuti trend usaha yang terjadi guna
kemajuan koperasi di Jawa Barat.
Tabel 4.8
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Kemandirian
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate
gori
Pengurus koperasi beru-
saha untuk mandiri dalam
kegiatan usaha
76 257 51 5 0 1571 4.04 80.8 Baik
Pengurus diharapkan mampu
mengatasi kesulitan yg ada
termasuk segi finansial.
24 267 95 3 0 1479 3.80 76.0 Baik
Manajemen harus ber-sedia
untuk menanggung resiko
yang ada tanpa melibatkan
pihak lain.
0 256 100 33 0 1390 3.57 71.5 Baik
Rata-rata Dimensi 76.1 Baik
Sumber: Data penelitian diolah .
156
Kemandirian adalah suatu keadaan dimana perusahaan bebas dari pengaruh
atau tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme perusahaan.
Berdasarkan tabel di atas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk
setiap butir pernyataan pada dimensi kemandirian diperoleh skor sebesar 76,1%
dengan kategori Baik. Indikator pertama untuk gambaran bahwa dalam
melaksanakan tugasnya Pengurus koperasi berusaha mandiri dalam kegiatan usaha
diperoleh skor sebesar 80.8% termasuk kategori baik. Dari perolehan yang dicapai
menunjukkan bahwa pengurus mempunyai semangat yang tinggi dalam melakukan
tugasnya menjaga kemandirian koperasi.
Indikator kedua Pengurus diharapkan mampu mengatasi kesulitan yg ada
pada koperasi meliputi segi finansial, kemandirian dalam pengelolaan usaha
koperasi dan ini memperoleh skor sebesar 76.0%, artinya Pengurus koperasi
memiliki kemampuan untuk selalu berusaha dan berinisiatif dalam mengatasi segala
masalah untuk kemajuan koperasinya. Dengan memperhatikan kondisi tersebut
berarti bahwa manajemen koperasi telah siap dan harus selalu bersedia untuk
menanggung resiko yang terjadi terhadap koperasi tanpa melibatkan pihak lain.
Pengurus dan manajer operasional yang melakukan tingkat kemandirian terbukti
telah berusaha agar dapat memenuhi kewajibannya.
Sedangkan untuk indikator ketiga manajemen harus bersedia menanggung
resiko yang ada tanpa melibatkan pihak lain memperoleh skor sebesar 71,5% dengan
hasil baik, artinya bahwa pengurus memang secara serius dalam menghadapi resiko
yang bakal terjadi pada koperasi. Hal ini telah di dukung oleh adanya pengurus dan
157
manajer operasional yang memiliki keahlian berdasarkan latar belakang pendidikan
yaitu mereka yang bergelar Sarjana sesuai dengan keahliannya pada beberapa
koperasi yang ada dan secara keseluruhan mencapai sekitar 33% di seluruh Jawa
Barat, sehingga hal ini memungkinkan bagi koperasi untuk melakukan kemandirian
dalam pengelolaan usaha masing-masing koperasi pada saat ini dan waktu yang akan
datang menjadi lebih baik.
Tabel 4.9
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Control
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Pengurus berperan penting
untuk mencegah dan men-
deteksi penggelapan dalam
melindungi sumber daya
organisasi baik yang berwu-
jud dan tidak berwujud.
14 240 130 5 0 1430 3.68 73.5 Baik
Pengawas berperan melaku-
kan pemeriksaan dan peni-
laian atas pelaksanaan kebi-
jakan yang dilakukan engurus
0 217 169 3 0 1381 3.55 71.0 Baik
Pengurus berperan melaku-
kan pengawasan system
informasi akuntansi dan
keuangan lainnya
16 106 250 17 0 1288 3.31 66.2 Cukup
Rata-rata Dimensi 70.2 Baik
Sumber: Data penelitian diolah.
Peran control atau pengawasan adalah sangat penting. Control dinyatakan
sebagai suatu proses, yang dipengaruhi oleh sumber daya manusia dan
sistem teknologi informasi, yang dirancang untuk membantu organisasi mencapai
suatu tujuan tertentu. Aspek control dalam organisasi merupakan hal yang penting ,
karena dengan control (pengawasan) yang merupakan salah satu fungsi dari manajer,
158
selain dari fungsi lainnya yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan
kepemimpinan.
Memperhatikan tabel di atas, diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk
setiap butir pernyataan pada dimensi Control diperoleh skor sebesar 70, 2% dengan
kategori Baik . Untuk gambaran bahwa dalam melaksanakan tugasnya pengurus
wajib untuk selalu berusaha, berisiatif dalam segala hal termasuk berperan penting
untuk mencegah dan mendeteksi penggelapan (fraud) dan melindungi sumber daya
yang dimiliki oleh organisasi koperasi baik yang berwujud maupun tidak berwujud
sebesar 73, 5%.
Dalam melaksanakan tugasnya Pengurus memiliki kemampuan
mengerjakan tugas yang dipertanggungjawabkan padanya memperoleh nilai sebesar
71,0%. Pengurus dalam melakukan kegiatan wajib memiliki kemampuan
mengatasi rintangan yang dihadapinya dalam mencapai kesuksesan tugasnya
diperoleh nilai sebesar 66.2% dengan kategori cukup, artinya bahwa hal ini masih belum
optimal, sehingga masih perlu peningkatkan dengan usaha dan kerja yang lebih baik
pada manajemen koperasi.
Aspek control dalam organisasi merupakan hal yang penting , karena dengan
control (pengawasan) yang merupakan salah satu fungsi dari manajer, selain dari
fungsi lainnya yaitu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf dan
kepemimpinan. Dalam rangka pencapaian tujuan organisasi, negara sebagai
organisasi kekuasaan terbesar seyogyanya menjalankan fungsi-fungsi manajemen
159
yang terdiri dari planning, organizing, actuating dan controlling (GR.
Terry,1991:15).
Hal ini dilakukan oleh Pengawas koperasi sesuai tugasnya yang berperan
melakukan pemeriksaan dan penilaian atas pelaksanaan kebijakan yang dilakukan
pengurus koperasi. Selanjutnya Pengurus koperasi berperan melakukan pengawasan
sistem informasi akuntansi dan keuangan lainnya yang dilakukan oleh para manajer
operasional yang berada dalam tanggung jawabnya masing-masing, tanpa
mengabaikan pengawasan pada bidang-bidang lainnya yang merupakan aktivitas dari
usaha koperasi.
Setelah mengamati secara rinci dan memperhitungkan berdasarkan hasil
penilaian dari setiap dimensi variabel Budaya Organisasi yang diteliti dan telah
dipaparkan diatas, dapat digambarkan kondisi Budaya Organisasi pada koperasi di
wilayah Jawa Barat melalui rekapitulasi skor kesembilan dimensi variabel yang
diukur sebagaimana dinyatakan dalam tabel dibawah ini.
Tabel 4.10.
Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi Tanggapan Budaya Organisasi No Dimensi Mean Skor % Skor Kategori
1 Kekeluargaan 3.67 73.5 Baik
2 Gaya Kepemimpinan 3.51 70.2 Baik
3 Kohesivitas Kelompok 3.58 71.5 Baik
4 Moral karyawan 3.47 69.4 Baik
5 Peraturan & Prosedur 3.14 62.6 Cukup
6 Inovatif 3.33 66.7 Cukup
7 Berpandangan ke Depan 3.87 77.3 Baik
8 Kemandirian 3.80 76.1 Baik
9 Control (Pengawasan) 3.51 70.2 Baik
Rata-rata Variabel 3.54 70.8 Baik
Sumber: Data penelitian diolah.
160
Dengan memperhatikan keseluruhan dimensi yang telah diuraikan pada
masing-masing tabel sebelumnya maka dapat disusun rekapitulasi untuk budaya
organisasi. Dalam tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil perhitungan skor rata- rata,
secara keseluruhan (grand mean) dari variabel Budaya Organisasi diperoleh sebesar
3,54 atau 70,8% yang artinya berada di antara interval 68,01 - 84,00. Hal ini
mengindikasi bahwa Budaya Organisasi dengan menggunakan 9 (sembilan) indikator
tersebut valid dan dapat digunakan dalam penelitian ini. Jadi berdasarkan uraian
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa Budaya Organisasi koperasi di wilayah
Jawa Barat secara umum berada dalam kategori baik.
4.2.2 Analisis Deskriptif Komitmen Organisasional
Komitmen organisasional diukur melalui 7 (tujuh) dimensi yaitu: Loya-litas,
Identifikasi , Tujuan Organisasi, Nilai Personal, Keterlibatan Organisasional,
Keinginan secara Emosional, Kesadaran tetap Tinggal dan di operasionalisasikan
menjadi 21 indikator. Berikut gambaran untuk setiap butir pernyataan pada dimensi
Loyalitas yang diukur oleh 3 satuan pengukuran indikator pada tabel berikut.
Tabel 4.11.
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Loyalitas Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1`
Total
Skor
Rata-ra
ta skor
%
skor
Kate
-gori
Kesetiaan karyawan yang
ditunjukkan terhadap orga-
nisasi koperasi
5 267 110 7 0 1437 3.69 73.9 Baik
Tingkat loyalitas antar ang-
gota sangat penting
106 206 58 19 0 1566 4.03 80.5 Baik
Pengurus selalu menyosia-
lisasikan peran ganda ang-
gota dalam koperasi
20 248 109 12 0 1443 3.71 74.2 Baik
Rata-rata Dimensi 76.2 Baik
Sumber: Data penelitian diolah.
161
Dalam Komitmen organisasional yang mengacu pada dimensi loyalitas secara
definisi dinyatakan kecenderungan untuk berfikir mengenai suatu kesetiaan
karyawan pada perusahaan atau organisasi. Berdasarkan tabel 4.11 diketahui
distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Loyalitas,
diperoleh skor sebesar 76.2% masuk kategori Baik.
Adapun gambaran untuk indikator pertama yaitu Kesetiaan karyawan yang
ditunjukkan terhadap koperasi diperoleh skor sebesar 73,9% termasuk kategori
baik. Artinya bahwa karyawan banyak yang setia karena sudah bekerja cukup lama
pada koperasi.
Untuk indikator kedua yaitu tingkat loyalitas antar anggota adalah sangat
penting dan ini selalu disampaikan oleh para pengurus dan manajer koperasi
mempunyai skor tertinggi yaitu 80.5%, artinya bahwa para karyawan menyadari
pentingnya loyalitas dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari mengelola koperasi.
Untuk indikator ketiga, pengurus selalu mensosialisasikan dan melakukan
peran ganda yaitu masing anggota sebagai pemilik kopersi dan sekaligus sebagai
pelanggan utama koperasi tersebut, diperoleh skor sebesar 74.2% yang masuk dalam
kategori baik.
Tabel 4.12.
Skor Distribusi Tanggapan Identifikasi Dengan Tujuan Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
`
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
skor
Kate-
gori
Pengurus koperasi mela-
kukan kegiatan organisasi
sesuai dengan rencana.
30 175 124 48 10 1328 3.14
62.7 cukup
Pengurus melakukan ker-
jasama dalam pengemba-
21 190 137 29 12 1346 3.26 65.2 cukup
162
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
`
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
skor
Kate-
gori
ngan usaha dan teknologi
Pengurus melakukan ker-
jasama dalam pencarian
sumber baru
13 199 151 21 5 1361 3.50 69,9 Cukup
Rata-rata Dimensi 66,0 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah
Dalam komitmen organisasional yang mengacu pada dimensi Identifikasi
dengan tujuan secara definisi dinyatakan: Mampu mengidentifikasi pernyataan
tujuan dengan rencana penyelesaian masalah organisasi dengan kerja sama dua orang
atau lebih, dari sistem dan aktivitas organisasi yang dikoordinasikan secara baik
(Newstrom and Davis, 2002:72). Memperhatikan tabel di atas diketahui distribusi
tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Identifikasi dengan
Tujuan diperoleh diperoleh skor sebesar 66.0% yang termasuk kategori Cukup.
Gambaran bahwa Pengurus koperasi melakukan kegiatan organisasi sesuai
dengan rencana diperoleh skor sebesar 62.7%, termasuk kategori cukup. Untuk
kerjasama dalam pengembangan usaha dan teknologi diperoleh skor sebesar 65.2%
kategori cukup, artinya bahwa pengurus menyadari pentingnya pengembangan
usaha dan teknologi untuk dapat mendukung suksesnya kegiatan koperasi.
Untuk indikator ketiga, yaitu pengurus melakukan kerjasama dalam pencarian
sumber daya baru diperoleh skor sebesar 69.9%, termasuk kategori baik. Hal ini
menunjukkan bahwa sebagian besar pengurus dan manajer operasional pada
koperasi di Jawa Barat telah memahami pentingnya melakukan kegiatan dengan
163
mitra koperasi yang mana ini dapat dinyatakan sebagai suatu kecocokan dengan
organisasi sejenis yang dibutuhkan dalam pengembangan kegiatan usaha koperasi.
Tabel 4.13
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Nilai Personal Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
`
Total
Skor
Rata-
rata
%
skor
Kate
-gori
Pengurus berusaha mening-
katkan unsur pertimbang-
an dalam pelaksanaan
tugas
71 154 154 10 0 1453 3.74 74.7 Baik
Pengurus memberikan ga-
gasan yang teguh untuk
kepentingan organisasi
105 166 99 19 0 1524 3.92 78.4 Baik
Pengurus meningkatkan pri-
nsip keadilan bagi anggota.
22 183 170 14 0 1380 3.55 71.0 Baik
Rata-rata Dimensi 74.7 Baik
Sumber: Data penelitian diolah .
Nilai Personal merupakan sekumpulan prinsip yang dipegang teguh oleh
seseorang dan digunakan untuk mencapai berbagai tujuan yang ingin dicapai, dan
dapat membantu seorang pemimpin untuk memilih hal-hal mana yang baik maupun
buruk bagi organisasinya (Cherirington, 1996:34). Berdasarkan tabel 4.13 diketahui
distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Nilai
personal diperoleh skor sebesar 74,7%, masuk kategori baik.
Indikator kedua Pengurus berusaha memberikan gagasan-gagasan yang teguh
untuk kepentingan organisasi koperasi memperoleh skor sebesar 78,4% termasuk
kategori baik. Untuk koperasi ini sudah dilakukan oleh pengurus dengan mendukung
semua gagasan untuk kepentingan usaha koperasi.
Dari indikator ketiga pengurus meningkatkan prinsip keadilan bagi anggota
ini merupakan hal yang sangat penting diperoleh skor sebesar 71.0% termasuk
164
kategori baik. Artinya pengurus menyadari pentingnya prinsip keadilan bagi ang-
gota untuk dapat menyukseskan dalam pelaksanaan tugasnya mengelola koperasi.
Secara umum dari keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengurus me-
mahami pentingnya menegakkan prinsip keadilan bagi para anggota pada koperasi.
Tabel 4.14
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Keterlibatan Organisasional Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
%
skor
Kate-
gori
Pengurus memusatkan perhati-
an pada keterlibatan karyawan
sebagai tim dalam bekerja.
2 250 106 31 0 1390 3.04 60.8 Cukup
Manajemen perhatian pada ting-
kat kesepakatan dalam pekerjaan
dengan karyawan.
4 194 160 31 0 1338 3.08 61.5 Cukup
Pengurus selalu menjaga dan hu-
bungan baik dengan karyawan se-
bagai suatu yang sangat berharga.
1 179 172 37 0 1311 3.37 67.4 Cukup
Rata-rata Dimensi 63.2 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah.
Keterlibatan Organisasional merupakan keadaan dimana para manajer
berkonsultasi dengan karyawan mereka dalam memecahkan masalah dan dalam
pengambilan keputusan sehingga mereka bekerja sama sebagai sebuah tim.
Berdasarkan tabel 4.14 diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir
pernyataan pada dimensi keterlibatan organisasional diperoleh skor rata-rata sebesar
63,2% termasuk kategori cukup.
Keadaan ini menujukkan untuk indikator pertama dalam melaksankan
tugasnya pengurus berusaha memusatkan perhatian pada keterlibatan karyawan
sebagai tim dalam bekerja diperoleh skor sebesar 60,80 termasuk kategori cukup.
Untuk indikator kedua Manajemen perhatian pada tingkat kesepakatan dalam
165
pekerjaan dengan karyawan diperoleh skor sebesar 61,5% termasuk kategori cukup,
artinya manajemen perhatian pada tingkat kesepakatan dengan karyawan.
Pada indikator ketiga pengurus selalau menjaga hubungan baik dengan
karyawan sebagai sesuatu yang sangat berharga, hal ini sesuai dengan ketentuan
anggaran dasar koperasi (UU No. 17 tahun 2012). Pengurus menjaga hubungan baik
dengan karyawan sebagai suatu yang sangat berharga. Memegang teguh prinsip dan
aturan tertulis untuk aturan kerja karyawan, dipeoleh skor sebesar 67.4% masuk
kategori cukup.
Jadi dari dimensi Keterlibatan Organisasional ini secara keseluruhan adalah
masuk kategori cukup, yang artinya upaya ini masih perlu ditingkatkan lagi oleh
pengurus agar supaya koperasi dapat lebih baik.
Tabel 4.15
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Keterlibatan Emosional Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-ra-
ta Skor
%
Skor
Kate
-gori
Pengurus perhatian pada
biaya yang dikeluarkan
kalau karyawan mening-
galkan koperasi.
66 214 72 34 3 1473 3.79 75.7 Baik
Manajemen perhatian pa-
da resiko yang ditanggung
kalau karyawan keluar
dari koperasi.
17 227 134 10 1 1416 3.64 72.8 Baik
Pengurus perhatian pada
kontinuitas dari pekerjaan
yang ditinggalkan.
0 226 141 22 0 1371 3.52 70.5 Baik
Rata-rata Dimensi 73.0 Baik
Sumber: Data penelitian diolah (2018).
Berdasarkan tabel 4.15 distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir
pernyataan pada dimensi Keterlibatan Emosional diperoleh skor sebesar 73.0%
masuk kategori Baik.
166
Dalam melaksanakan tugasnya pengurus perhatian pada biaya yang
dikeluarkan kalau karyawan meninggalkan koperasi . Hal ini sesuai dengan
pendapat yang mengemukakan bahwa Komitmen afektif (affective commitment)
yaitu: keterlibatan emosional seseorang pada organisasinya berupa perasan cinta pada
organisasi (Allen and Meyer, 2003: 242) .yaitu dari karyawan terhadap koperasi
diperoleh skor sebesar 75.7% masuk kategori baik.
Indikator kedua manajemen perhatian pada tingkat resiko yang
ditanggung kalau karyawan keluar dari koperasi diperoleh skor 72.8% masuk
dalam kategori baik, artinya bahwa para karyawan menyadari adanya tingkat resiko
yang akan ditanggung kalau karyawan meninggalkan koperasi.
Indikator ketiga, pengurus koperasi perhatian pada kontinuitas dari
pekerjaan yang ditinggalkan, mengakui bahwa ini merupakan kunci keberhasilan
dalam melakukan pekerjaan pada koperasi diperoleh skor sebesar 70.5%, termasuk
dalam kategori baik. Keadaan yang ada bahwa sebagian besar pengurus koperasi
mengakui bahwa pentingnya karyawan lama pada koperasi akan sangat menentukan
kontinuitas kegiatan usaha dari koperasi. Hal ini dapat dilihat pada koperasi yang
karyawannya sering berpindah, ataupun berganti tempat kerja, banyak pekerjaan yang
terlambat penyelesaiannya. Jadi secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa para
pengurus koperasi di wilayah Jawa Barat sangat peduli dengan dimensi keterlibatan
emosional diterapkan pada koperasi.
167
Tabel 4.16.
Distribusi Tanggapan Dimensi Kesadaran Meningggalkan Organisasi
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
`1
Total
Skor
Rata2
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Pengurus bertanggung jawab
dalam mengatasi kekurangan
sumber daya (karyawan).
50 172 149 18 0 1421 3.65 73.1 Baik
Pengurus bertanggung jawab
dalam mengatasi masalah
yang muncul dalam orga-
nisasi..
15 206 159 9 0 1394 3.58 71.7 Baik
Karyawan harus dapat menga-
tasi masalah pekerjaannya
sendiri.
19 171 167 32 0 1344 3.46 69.1 Baik
Rata-rata Dimensi 71.3 Baik
Sumber: Data penelitian diolah.
Berdasarkan tabel diatas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk
pengurus bertanggungjawab dalam mengatasi kekurangan sumber daya manusia
diperoleh skor sebesar sebesar 71,30% masuk kategori Baik.
Untuk indikator pertama Pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi
kekurangan sumber daya karyawan hal ini bisa dilakukan dengan cepat untuk mencari
penggantinya. Artinya dalam hal ini pengurus sangat tanggap dengan keadaan
karyawan koperasi dalam mendukung kelancaran usaha dan kegiatan lainnya yang
berhubungan dengan koperasi.
Untuk indikator kedua Pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi masalah
yang muncul pada organisasi. Hal ini berhubungan dengan personil pengurus yang
mempertahankan personil yang termasuk kategori senior, dan berpengalaman maka
kalau terjadi masalah pada koperasi dapat diatasi. Artinya apabila terdapat masalah
lainnya maka pengurus dapat segera mengatasinya karena adanya karyawan yang
berpengalaman tersebut , diperoleh skor sebesar 71,7 % masuk kategori baik.
168
Keadaan ini menunjukkan bahwa sebagian besar pengurus pada koperasi di
Jawa Barat masih mengakui bahwa pada kontinuitas dari pekerjaan yang ditinggal-
kan merupakan hal yang tidak mudah untuk dilakukan, karena merekrut karyawan
yang siap pakai tidak sederhana yaitu perlu waktu yang cukup agar dapat membuat
karyawan tersebut bisa langsung bekerja menangani pekerjaan sesuai dengan tugas.
Hal ini ada hubungannya dengan rekrutmen karyawan , yaitu pengurus lebih
senang dengan adanya karyawan yang sudah mahir dalam tugas tanpa harus
memberikan pelatihan sebelumnya dapat langsung bekerja. Hal ini tidak mungkin
berlaku bagi karyawan yang baru direkrut karena belum memahami dengan baik akan
tugasnya dan membutuhkan waktu, serta perlu pelatihan agar bisa bekerja dengan
baik. Untuk hal ini dilihat dari banyaknya karyawan yang sudah lama bekerja di
koperasi diperoleh skor sebesar 69.1%. termasuk kategori baik. Jadi dapat
dinyatakan secara keseluruhan dalam mengatasi masalah dimensi kesadaran
meningggalkan organisasi diperoleh skor kategori baik.
Tabel 4.17
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Wajib Tetap Tinggal
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata2
Skor
%
skor
Kate-
gori
Pengurus memusatkan per-hatian pada
keterlibatan karyawan untuk tetap ting-gal
bekerja pada koperasi
94 224 56 13 2 1562 4.02 80.3 Baik
Karyawan merasa memiliki kewajiban
untuk terus ber-tahan dalam organisasi ka-
rena tanggung jawab moral.
68 164 146 11 0 1456 3.74 74.9 Baik
Pengurus bertanggung ja-wab
mempertahankan kar-yawan pada koperasi
un-tuk menjaga kelangsungan usaha.
26 229 99 34 1 1412 3.63 72.6 Baik
Rata-rata Dimensi 75.9 Baik
Sumber: Data penelitian diolah .
169
Perasaan wajib tinggal sebagai anggota atau karyawan untuk tetap tinggal,
karena adanya perasaan hutang budi. Pengurus memusatkan perhatian pada
keterlibatan karyawan untuk tetap tinggal bekerja pada koperasi. Indikator
karyawan merasa memiliki kewajiban untuk terus bertahan pada organisasi diperoleh
skor sebesar 75,9 % termasuk kategori baik.
Pada indikator pertama pengurus perhatian pada keterlibatan karyawan
untuk tetap tinggal bekerja pada koperasi. Untuk karyawan koperasi yang sudah
bekerja cukup lama hal itu tidak terlalu merisaukan karena pengurus sudah menge-
tahui kondisi tersebut, yakin bahwa masih banyak karyawan memilih tetap tinggal
bekerja di koperasi. Untuk itu diperoleh skor sebesar 80,3% termasuk kategori baik.
Indikator kedua pengurus merasa memiliki kewajiban perhatian pada
karyawan karena merasa memiliki kewajiban untuk terus bertahan dalam organisasi
sebab bertanggung jawab moral dalam mengatasi masalah yang muncul dalam
kegiatan usaha koperasi sebesar 74,9% termasuk kategori baik, artinya bahwa
pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi semua masalah yang berhubungan
dengan karyawan koperasi dapat dilaksanakan.
Pada indikator ketiga yaitu pernyataan pengurus bertanggung jawab agar
karyawan terus bertahan dalam organisasi merupakan keharusan, hal ini
menunjukkan bahwa pengurus harus bertanggung jawab terhadap karyawannya guna
menjaga kontinuitas kerja koperasi. Merupakan kewajiban pengurus untuk
mempertahankan keberadaan karyawan pada koperasi hal ini dikawal dengan baik
oleh pengurus, dan diperoleh skor sebesar 72,6% kategori baik. Selanjutnya untuk
170
mengetahui hasil penilaian dari setiap dimensi variabel Komitmen organisasional
pada koperasi dapat dinyatakan melalui rekapitulasi skor ketujuh dimensi variabel
yang diukur pada tabel berikut.
Tabel 4.18. Rekapitulasi Skor Distribusi Tanggapan
Komitmen organisasional
No Dimensi Mean
Skor
%
skor Kategori
1 Loyalitas 3.81 76.2 Baik
2 Identifikasi dengan Tujuan 3.14 66.0 Cukup
3 Nilai Personal 3.73 74.7 Baik
4 Keterlibatan Organisasional 3.16 63.2 Cukup
5 Keterlibatan Emosional 3.65 73.0 Baik
6 Kesadaran bila Meninggalkan Organisasi 3.56 71.3 Baik
7 Wajib tetap Tinggal 3.80 75.9 Baik
Rata-rata 3,55 71,47 Baik
Sumber: Data penelitian diolah.
Berdasarkan pada tabel 4.18 dapat dilihat hasil perhitungan skor secara
keseluruhan dari variabel Komitmen organisasional dengan dimensi Loyalitas,
Identifikasi dengan Tujuan, Nilai Personal, Keterlibatan Organisasional, Keterlibatan
Emosioanal, Kesadaran bila Meninggalkan Organisasi, Wajib tetap Tinggal,
memperoleh skor sebesar 3,55 atau 71,47% yang berada di antara interval 68,01-
84,00 masuk kategori Baik.
Hampir seluruh dimensi memperoleh skor baik, kecuali untuk dimensi
Identifikasi dengan Tujuan dan Keterlibatan Organisasional yang memperoleh skor
cukup. Artinya bahwa untuk kedua dimensi ini masih perlu diupayakan
peningkatannya yaitu melalui afiliasi yang bisa dilakukan dengan menambah
kemitraan yang lebih banyak bagi koperasi. Hal ini guna mendukung kegiatan
operasional koperasi yang bisa diisi dengan bentuk kerjasama dalam skope yang lebih
171
besar. Sedangkan untuk kerja keras dapat ditingkatkan dengan mendorong karyawan
ataupun pengurus untuk lebih aktif, sehingga mempunyai motivasi lebih besar untuk
dapat mengembangkan koperasi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Komitmen organisasional untuk koperasi di wilayah Jawa Barat secara umum
dinyatakan baik.
4.2.3 Analisis Deskriptif Keunggulan Bersaing
Untuk Keunggulan Bersaing dapat diukur melalui 3 (tiga) dimensi yaitu:
Strategi keunggulan biaya, Strategi berbasis differensiasi, Strategi fokus yang
kemudian dioperasionalisasikan menjadi 10 (sepuluh) indikator. Berikut gambaran
distribusi koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Strategi Keunggulan
Biaya yang diukur oleh 4 (empat) indikator seperti dinyatakan dalam tabel di bawah
ini.
Tabel 4.19
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Strategi Keunggulan Biaya
Indikator
Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1`
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Efisiensi Biaya 5 162 175 37 10 1282 3.30 65.9 Cukup
Efisiensi Proses
Produksi
6 167 126 79 11 1245 3.20 64.0 Cukup
Daya Tawar 25 119 205 36 4 1292 3.32 66.4 Cukup
Harga Rendah 0 140 207 41 1 1264 3.25 65.0 Cukup
Rata-rata Dimensi 65.3 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah.
Berdasarkan pada tabel di atas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk
setiap butir pernyataan pada dimensi strategi keunggulan biaya dengan cara efisiensi
biaya, diperoleh skor sebesar 65.9% termasuk kategori Cukup. Artinya dalam
172
melaksanakan tugasnya pengurus koperasi menciptakan efisiensi biaya pada aktivitas
operasional yang dilakukan.
Indikator pertama efisiensi biaya yang dilakukan oleh koperasi merupakan
serangkaian tindakan integratif untuk memproduksi dan menawarkan barang/jasa
pada biaya paling rendah terhadap para pesaing dengan ciri-ciri yang dapat diterima
oleh para pelanggan. Hal ini dilakukan oleh manajemen koperasi diperoleh skor
sebesar 65.9% masuk kategori cukup.
Indikator kedua, tindakan dari pengurus koperasi melakukan efisiensi proses
produksi memperoleh skor sebesar 64.0% termasuk kategori cukup, yang artinya bahwa
pengurus bertanggung jawab untuk melakukan efisiensi proses produksi dan layanan
produk bagi para pelanggan dan anggota koperasi dalam memenuhi kebutuhannya
sehari-hari.
Indikator ketiga pengurus koperasi melakukan daya tawar memperoleh skor
sebesar 66.4% termasuk kategori cukup, artinya bahwa pengurus bertanggung jawab
untuk melakukan daya tawar bagi para pelanggan dan anggota koperasi dalam
memenuhi kebutuhannya, misalnya konsumsi barang-barang kebutuhan pokok
koperasi mampu bersaing dalam mutu barang yang bagus untuk anggota serta
pelanggan koperasi.
Indikator keempat pengurus koperasi melakukan kebijakan harga jual produk
murah melalui tindakan penjualan dengan harga rendah. Hal ini dimaksudkan dalam
rangka menopang penjualan koperasi terhadap pelanggannya supaya mampu menghadapi
para pesaingnya yang sejenis. Untuk indikator ini diperoleh skor sebesar 65, 0% dengan
173
kategori cukup. Memperhatikan hal tersebut koperasi di wilayah Jawa Barat masih perlu
meningkatkan kemampuannya dalam mencapai keunggulan bersaing, karena koperasi
masih belum mempunyai strategi yang pasti dalam mencapai keunggulan bersaing.
Tabel 4.20
Distribusi Tanggapan Mengenai Dimensi Strategi Berbasis Differrensiasi
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata
rata
%
skor
Kate-
gori
Pengurus koperasi men
ciptakan keunikan pro-
duk yang ditawarkan
pada konsumen.
0 186 140 53 10 1280 3.29 65.8 Cukup
Pengurus koperasi me-
mberikan kecepatan
layanan .
2 192 122 53 20 1270 3.26 65.3 Cukup
Pengurus koperasi me-
mberikan layanan
secara on line.
0 142 166 68 13 1215 3.12 62.5 Cukup
Rata-rata 64.5 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah
Berdasarkan pada tabel di atas dinyatakan pengurus koperasi menciptakan
keunikan produk yang ditawarkan pada konsumen. ini sesuai dengan analisis
keunggulan bersaing yang menunjukkan perbedaan dan keunikan di antara para
pesaing, artinya pengurus mempunyai tanggung jawab untuk dapat menciptakan
perbedaan dan keunikan produk agar koperasi mampu bersaing terhadap para
pesaingnya. Untuk indikator pertama diperoleh skor sebesar 65,8% masuk kategori
cukup.
Untuk indikator kedua pengurus koperasi memberikan kecepatan layanan
mempunyai skor sebesar 65,3% masuk kategori cukup. Artinya bahwa Pengurus
bertanggung jawab dalam memberikan kecepatan layanan bagi para pelanggan dan
anggota koperasi dalam memenuhi kebutuhannya.
174
Indikator ketiga pengurus koperasi memberikan layanan secara on line. Hal
ini sangat baik namun tidak semua koperasi yang ada dapat melakukan layanan
secara on line disebabkan adanya keterbatasan yang yang dimiliki oleh koperasi.
Untuk hal ini diperoleh skor sebesar 62,5 % termasuk dalam kategori cukup.
Tabel 4.21.
Skor Distribusi Tanggapan Mengenai Dimensi Strategi Fokus
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
Skor
%
Skor
Kate-
gori
Pengurus memfokuskan pada
satu jenis produk atau serum-
pun produk pada usahanya.
1 177 151 45 15 1271 3.27 65.3 Cukup
Pengurus memfokuskan pada
segmen pasar sasaran
6 176 148 43 16 1280 3.29 65.8 Cukup
Pengurus menjaga keterse-
diaan barang dengan cermat
15 189 113 64 8 1306 3.36 67.1 Cukup
Rata-rata 66.1 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah
Berdasarkan tabel di atas, strategi fokus digunakan untuk membangun
keunggulan bersaing dalam suatu segmen pasar yang lebih sempit. Distribusi tang-
gapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Strategi Fokus diperoleh
nilai skor sebesar 66,1% masuk kategori Cukup.
Indikator pertama dalam melaksanakan tugasnya Pengurus koperasi
memfokuskan pada satu jenis produk atau serumpun produk pada usahanya untuk
melayani sebagian kecil segmen pasar. Hal ini sesuai untuk koperasi, karena melalui
strategi ini koperasi dapat memusatkan usahanya secara fokus. Usaha ini dilakukan
dengan mengenali secara detail pasar yang dituju dan menerapkan strateginya,
diperoleh skor sebesar 65,3% termasuk kategori cukup.
175
Indikator kedua pengurus mempunyai tanggung jawab melayani sebagian
kecil segmen pasar dengan memperleh skor sebesar 65,8% masuk kategori Cukup.
Keadaan tersebut menunjukkan bahwa Pengurus koperasi memfokuskan pada segmen
pasar sasaran, hal ini sangat baik sehingga koperasi dapat fokus dalam melayani
para pelanggannya.
Pada indikator ketiga pengurus menjaga ketersedian barang dengan cermat agar
tidak mengecewakan pelangganya diperoleh skor sebesar 67.1% termasuk kategori
cukup. Jadi dengan demikian hasil secara keseluruhan dari dimensi Strategi Fokus
termasuk kategori cukup,
Selanjutnya dengan berdasarkan hasil penilaian dari setiap dimensi variabel
Keunggulan Bersaing maka dapat digambarkan kondisi keunggulan bersaing pada
koperasi di wilayah Jawa Barat melalui rekapitulasi skor dimensi variabel yang telah
diukur tersebut dalam tabel berikut ini.
Tabel 4.22
Rekapitulasi Skor Distribusi Tanggapan Keunggulan Bersaing
No Dimensi Mean Skor % skor Kate-
gori
1 Strategi keunggulan biaya 3.27 65.3% Cukup
2 Strategi Berbasis differrensiasi 3.23 64.5% Cukup
3 Strategi Fokus 3.31 66.1% Cukup
Rata-rata Variabel 3.27 65.3% Cukup
Sumber: Data penelitian diolah.
Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa hasil perhitungan skor rata-
rata, secara keseluruhan dari variabel Keunggulan Bersaing sebesar 3,27 atau 65,3%
berada di antara interval 52,01- 68,00. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
176
Keunggulan Bersaing koperasi di wilayah Jawa Barat secara umum masuk kategori
Cukup.
Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah pengurus, pengawas dan manajer
operasional untuk dapat ditingkatkan sehingga koperasi mampu bersaing, sebab di
posisi ini akan rawan bagi koperasi bila tidak berhati-hati maka dapat kalah bersaing
dengan perusahaan sejenis yang berada dalam satu wilayah, yang apabila
berkelanjutan dapat mengakibatkan kegagalan bagi koperasi untuk dapat bertahan.
4.2.4. Analisis Deskriptif Kinerja
Kinerja diukur melalui 4 (empat) dimensi yaitu: Perspektif keuangan,
Perspektif pelanggan, Perspektif proses bisnis internal, dan Perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan yang kemudian dioperasionalisasikan menjadi 14(empat belas)
indikator. Berikut ini gambaran distribusi koperasi untuk setiap butir pernyataan
pada dimensi Kinerja yang diukur dinyatakan masing-masing dalam tabel berikut.
Tabel 4.23
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Perspektif Keuangan
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-ra
ta skor
%
Skor
Kate-
gori
Likuiditas kemampuan koperasi dalam
meme
nuhi kewajiban dengan uang tunai yang
dimiliki
8 124 187 67 3 1234 3.17 63.4 Cukup
Kemampuan koperasi untuk membayar
selu-ruh kewajibannya, baik jangka
pendek maupun jangka panjang apabila
koperasi dibubarkan .
1 192 167 24 5 1327 3.41 68.2 Cukup
Kemampuan koperasi memperoleh profit. 2 232 96 53 6 1338 3.44 68.8 Baik
Manajemen memperha-tikan tingkat
pengemba-lian investasi koperasi.
3 207 151 21 7 1345 3.46 69.2 Baik
Rata-rata 67.4 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah.
177
Berdasarkan tabel di atas perspektif keuangan mempertahankan ukuran
finansial sebagai suatu ringkasan penting kinerja manajerial dan bisnis. Distribusi
tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi Perspektif Keuangan
diperoleh nilai skor 67.4% termasuk kategori Cukup.
Indikator pertama dalam melaksanakan tugasnya manajemen memperhatikan
Likuiditas kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban dengan uang tunai yang
dimiliki. Hal ini berarti rasio likuiditas (liquidity ratio) merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan koperasi dalam memenuhi kewajiban (utang) jangka
pendek. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan koperasi membayar
kewajiban yang segera jatuh tempo. Untuk hal ini diperoleh skor sebesar 63.4%
masuk kategori cukup.
Indikator kedua pengurus koperasi memperhatikan kemampuan koperasi
untuk membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang
apabila koperasi dibubarkan (di likuidasi). Untuk hal ini diperoleh skor sebesar
68.2% termasuk kategori cukup.
Indikator ketiga pada pernyataan manajemen memperhatikan besarnya
kemampuan koperasi dalam memperoleh profit diperoleh skor sebesar 68.8% masuk
kategori cukup. Artinya hal ini bagi pengurus kemampuan untuk memperoleh laba
belum optimal, sehingga masih diperlukan upaya yang lebih besar dari manajemen
koperasi yaitu para pengurus dan manajer operasional untuk bekerja lebih giat lagi
sehingga mampu memperbesar pangsa pasarnya.
178
Sedangkan untuk indikator ke empat Manajemen memperhatikan tingkat
pengembalian investasi koperasi diperoleh hasil sebesar 69.2%, termasuk kategori
baik, artinya pengurus sangat concern terhadap masalah investasi yang dilakukan
koperasi, walaupun koperasi memiliki keterbatasan dalam modal dan dana likuid
yang dimiliki koperasi tidak terlalu besar, namun semangat dari pengurus untuk
melakukan investasi yang bisa dijangkau dengan dana yang terbats tetap dilakukan.
Tabel 4.24.
Distribusi Tanggapan Dimensi Perspektif Pelanggan
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-
rata
%
Skor
Kate-
gori
Manajemen memperha-
tikan target pelanggan
terhadap jumlah transak-
si penjualan
10 183 154 36 6 1322 3.40 68.0 Baik
Manajemen memperha-
tikan peningkatan jum-
lah pelanggan yang kem-
bali bertransaksi terhadap
jumlah pelanggan
9 145 188 40 7 1276 3.28 65.6 Cukup
Manajemen memperha-
tikan pelanggan baru atau
total penjualan pada pe-
langgan baru.
0 166 187 27 9 1288 3.31 66.2 Cukup
Rata-rata 66.6 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah.
Berdasarkan pada tabel di atas distribusi tanggapan koperasi untuk setiap
butir pernyataan dimensi Perspektif Pelanggan diperoleh skor sebesar 66.6% masuk
kategori Cukup.
Indikator pertama menyatakan dalam melaksanakan tugasnya manajemen
memperhatikan target pelanggan terhadap jumlah transaksi penjualan. Pengukuran
kinerja koperasi dapat diukur diantaranya dengan penjualan dan target pelanggan
179
yang ada sekarang. Untuk hal ini diperoleh skor sebesar 68.0% termasuk kategori
baik.
Indikator kedua kinerja koperasi dapat dilihat dari manajemen
memperhatikan peningkatan jumlah pelanggan yang kembali bertransaksi terhadap
jumlah pelanggan. Manajemen koperasi memperhatikan persentase peningkatan
jumlah pelanggan yang setia dan tetap berbelanja pada koperasi, atau anggota
koperasi yang juga pelanggan utama koperasi tersebut. Untuk hal ini diperoleh skor
sebesar 65.6% termasuk dalam kategori cukup.
Pada indikator ketiga pernyataan manajemen koperasi memperhatikan
peningkatan pelanggan baru dan citra konsumen diperoleh skor sebesar 66.2%.
dengan kategori cukup. Artinya pengurus koperasi dan manajer harus dapat menarik
pelanggan baru dengan cara meningkatkan mutu produk, layanan yang lebih baik
sehingga memberikan nilai tambah buat pelanggan, yang dapat berdampak naiknya
target penjualan dengan menciptakan pelanggan baru.
Memperhatikan hasil secara keseluruhan dari dimensi perspektif pelanggan
ini dapat dikatakan bahwa untuk koperasi di wilayah Jawa Barat masuk dalam
kategori cukup.
Tabel 4.25
Skor Distribusi Tanggapan Dimensi Proses Bisnis Internal
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-ra
ta Skor
%
skore
Kate-
gori
Manajemen memperhati-
kan semua prosedur yang
dibuat koperasi.
0 165 175 43 6 1277 3.28 65.7 Cukup
Pengurus menjamin kelan-
caran seluruh kebutuhan
1 161 190 35 2 1291 3.32 66.4 Cukup
180
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata-ra
ta Skor
%
skore
Kate-
gori
usaha secara tepat
Manajemen koperasi mem-
perhatikan mutu produk.
2 223 118 45 1 1347 3.46 69.3 Baik
Rata-rata 67.1 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah .
Berdasarkan tabel di atas diketahui distribusi tanggapan koperasi untuk
setiap butir pernyataan pada dimensi Proses Bisnis Internal diperoleh skor sebesar
67.1% masuk kategori Cukup. Untuk indikator pertama menyatakan bahwa dalam
melaksanakan tugasnya manajemen memperhatikan semua prosedur yang dilakukan
koperasi. Hal ini sesuai dengan tujuan yaitu untuk memenuhi harapan para
pelanggan, diperoleh skor sebesar 65.7% termasuk kategori cukup.
Pada indikator kedua pengurus menjamin kelancaran seluruh kebutuhan usaha
secara tepat waktu, untuk memberikan layanan yang baik dan kepuasan pada anggota
koperasi, 6diperoleh skor sebesar 66.4% kategori cukup .
Pada indikator ketiga dikemukakan pernyataan bahwa manajemen koperasi
memperhatikan mutu produk yang dihasilkan, ataupun mutu barang yang dijual ko-
perasi, diperoleh skor sebesar 69.3% dengan kategori cukup. Berdasarkan hal ter-
sebut dapat dinyatakan bahwa proses bisnis internal koperasi masih belum optimal.
Tabel 4.26.
Distribusi Tanggapan Dimensi Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata2
Skor
%
Skore
Kate-
gori
Pengurus memperhati-
kan tingkat kemampuan
tenaga kerja.
9 191 146 41 2 1331 3.42 68.4 Baik
Pengurus memperhati-
kan tingkat kemampuan
sistem informasi .
10 217 117 45 0 1359 3.49 69.9 Baik
181
Indikator Skor
5
Skor
4
Skor
3
Skor
2
Skor
1
Total
Skor
Rata2
Skor
%
Skore
Kate-
gori
Pengurus memperhati-
kan tingkat motivasi
karyawan.
1 196 166 25 1 1338 3.44 68.8 Baik
Pengurus memperhati-
kan tingkat wewenang
dan kesejajaran manajer
0 193 167 28 1 1330 3.42 68.4 Baik
Rata-rata 68.8% Baik
Sumber: Data penelitian diolah .
Distribusi tanggapan koperasi untuk setiap butir pernyataan pada dimensi
Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran diperoleh skor sebesar 68.8% masuk ka-
tegori Baik. Indikator pertama, menyatakan bahwa dalam melaksanakan tugasnya
pengurus memperhatikan tingkat kemampuan tenaga kerja, yang mengungkapkan
perspektif ini dengan melakukan investasi dalam infrastruktur bagi para pekerja, sis-
tem dan prosedur jika ingin mencapai tujuan pertumbuhan jangka panjang yang baik.
Untuk hal ini diperoleh skor sebesar 68.4% kategori baik.
Pada indikator kedua Pengurus menjamin bahwa tetap memperhatikan tingkat
kemampuan sistem informasi koperasi. Untuk hal ini telah diperoleh hasil sebesar
69.9% termasuk kategori baik. Indikator ketiga pernyataan pengurus memperhatikan
tingkat motivasi karyawan diperoleh skor sebesar 68.8% yang termasuk dalam
kategori baik. Artinya motivasi ini menjadi hal yang utama bagi karyawan dan
pengurus dalam menjalankan tugasnya memajukan koperasi dengan bekerja lebih
baik, menunjukkan disiplin yang tinggi dan jujur.
Adapun untuk indikator ke empat yaitu Pengurus memperhatikan tingkat
wewenang dan kesejajaran dari manajer koperasi diperoleh skor 68,4 % termasuk
kategori baik. Berdasarkan hasil penilaian dari setiap dimensi variabel Kinerja
182
selanjutnya dapat digambarkan kondisi kinerja pada koperasi di wilayah Jawa Barat
melalui rekapitulasi skor dimensi variabel yang diukur dinyatakan tabel di bawah.
Tabel 4.27.
Rekapitulasi Rata-rata Skor Distribusi Tanggapan Kinerja No Dimensi Mean Skor % skor Kategori
1 Perspektif keuangan 3.37 67.4 Cukup
2 Perspektif pelanggan 3.33 66.6 Cukup
3 Proses Bisnis Internal 3.35 67.1 Cukup
4 Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran 3.44 68.9 Baik
Rata-rata Variabel 3.37 67.5 Cukup
Sumber: Data penelitian diolah.
Memperhatikan hasil diatas dapat dilihat bahwa perhitungan, skor rata- rata,
secara keseluruhan dari variabel Kinerja diperoleh nilai sebesar 3,37 atau 67,5% ,
yang berarti berada di antara interval 52,01 - 68,01 dan masuk dalam kategori
Cukup.
Dengan memperhatikan hasil yang telah diperoleh diatas, dapat dinyatakan
untuk mengoptimalkan kinerja koperasi dari kategori Cukup menjadi kinerja kategori
Baik, atau sangat Baik, masih perlu ada kerja keras lagi yang harus dilakukan oleh
jajaran manajemen koperasi yaitu meliputi unsur pengurus, pengawas dan manajer
operasional, agar dapat memberikan hasil yang memuaskan bagi semua pihak
terutama kepuasan para anggota koperasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Kinerja koperasi secara umum berada pada
kategori cukup, namun masih mempunyai peluang untuk dapat meningkatkan kinerja
koperasi di wilayah Jawa Barat tersebut pada kategori yang lebih baik.
183
4.2.5. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian
Berdasarkan pada uraian sebelumnya untuk variabel-variabel penelitian yang
telah diuraikan, bahwa perhitungan statistik deskriptif nilai rata-rata skor variabel
penelitian yaitu Budaya Organisasi, Komitmen organisasional , Keunggulan bersaing,
dan Kinerja untuk : mean, var, standar deviasi, Skewness, Kurtosis , skewness sqrt/
sqrt(6/N) dan kurtosis/sqrt (24), diperoleh hasil semua variabel adalah normal, maka
dapat dirangkum sebagaimana dinyatakan pada tabel 4.28 di bawah ini.
Tabel 4.28.
Deskriptif Nilai Rata-rata Skor Variabel Penelitian
Zskew Zkurt
Mean Var
Std.
Deviation Skewness Kurtosis
Skewness /
sqrt(6/N)
Kurtosis /
sqrt(24/N)
Normal/
Tidak Normal
Budaya
Organisasi 3.556 0.182 0.426 -0.372 -1.262 -2.9926 -5.0824 Normal
Komitmen
Organisasional 3.537 0.180 0.425 -0.842 0.532 -6.7764 2.1418 Normal
Keunggulan
Bersaing 3.266 0.306 0.553 -0.743 1.068 -5.9822 4.2998 Normal
Kinerja koperasi 3.547 0.203 0.451 -1.381 1.145 -11.1218 4.6114 Normal
Keterangan : Syarat data yang normal adalah nilai Zskew dan Zkurt > + 1,96 (signifikansi 0,05)
4.3 Pembahasan
4.3.1. Analisa Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional terhadap
Keunggulan Bersaing Dampaknya pada Kinerja.
Dalam penelitian ini pengujian hipotesis mengunakan teknik analisis
Structural Equation Modeling (SEM) untuk mengetahui pengaruh Budaya organisasi
dan Komitmen organisasional terhadap Keunggulan Bersaing serta dampaknya pada
184
Kinerja koperasi di Wilayah Jawa Barat. Variabel penelitian terdiri atas 2 variabel
eksogen yaitu Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasional dan 2 variabel
endogen yaitu Keunggulan Bersaing dan Kinerja Koperasi. Dari hasil pengolahan
data menggunakan software LISREL diperoleh model struktural untuk full model
dinyatakan pada gambar dibawah ini :
185
Gambar. 4.6
Model Struktural Full Model
186
4.3.1. Analisis Model Pengukuran
Untuk menilai model pengukuran terhadap dimensi-dimensi yang membentuk
variabel laten dalam model penelitian dilakukan analisis faktor konfirmatori. Tujuan
dari Analisis Faktor konfirmantori adalah untuk menguji Unidimensionalitas dari
indikator pembentuk masing-masing variabel laten. Analisis Faktor Konfirmatori
(CFA) digunakan untuk menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari variabel
manifest atau indikator-indikator terhadap masing-masing konstruk latennya. Nilai
validitas dapat diketahui dari nilai t-statistik (t-value) dan muatan faktornya yang
dapat dilihat dari model t-value dan standardized solution. Sedangkan tingkat
reliabilitas dapat diketahui dengan menghitung construct reliability (CR) dan
Variance Extracted (VE).
Model Structural Equation Modeling (SEM) yang digunakan merupakan
model pendekatan dengan Second Order sehingga ada dua tahap model pengukuran
(Measurement Model) yaitu indikator terhadap dimensi dan dimensi terhadap
variabel.
1) Variabel Budaya Organisasi
Variabel Budaya Organisasi terdiri atas 9 dimensi dan 27 indikator sebagai
observed variable. Pengujian keberartian dari setiap indikator dalam dimensi-dimensi
yang terekstraksi dalam membentuk variabel laten Budaya Organisasi, dapat
diperoleh dari nilai standardized loading factor dari masing-masing indikator pada
setiap dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian setiap indikator yang signifikan
187
secara uji statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa dimensi tersebut cukup baik
untuk terekstraksi membentuk variabel laten.
a) Model Pengukuran First Order
Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing indikator pada
dimensi dalam membentuk variabel laten Budaya Organisasi.
Tabel 4.29
Hasil Loding Factor Model Pengukuran First Order Manifes
Variabel Budaya Organisasi
Dimensi
Manifes
Laten
Variabel
Loading
Factor thitung R
2 Eror
Variance VE CR
Kekeluargaan
(BO.1) X1.1 0,8086
n.a 0,6538 0,3462
0,576 0,802
X1.2 0,7014 13,7167 0,4919 0,5081
X1.3 0,7624 14,9831 0,5812 0,4188
Gaya Kep (BO.2) X1.4 0,7645 n.a 0,5845 0,4155 0,595 0,815
X1.5 0,7858 14,8118 0,6174 0,3826
X1.6 0,7627 14,4073 0,5817 0,4183
Kohesiv Kel (BO.3) X1.7 0,6102 n.a 0,3724 0,6276 0,507 0,753
X1.8 0,6925 10,5970 0,4795 0,5205
X1.9 0,8184 11,6592 0,6698 0,3302
Moral Kar (BO.4) X1.10 0,7221 n.a 0,5214 0,4786 0,509 0,757
X1.11 0,7042 12,0829 0,4959 0,5041
X1.12 0,7139 12,2189 0,5096 0,4904
Per.Prosedur (BO.5) X1.13 0,8734 n.a 0,7628 0,2372 0,485 0,731
X1.14 0,5639 11,0565 0,3180 0,6820
X1.15 0,6113 12,1223 0,3737 0,6263
Inovatif (BO.6) X1.16 0,8372 n.a 0,7008 0,2992 0,630 0,836
X1.17 0,7719 15,5714 0,5958 0,4042
X1.18 0,7708 15,5516 0,5942 0,4058
Ber.ke Depan
(BO.7) X1.19 0,7329
n.a 0,5372 0,4628
0,585 0,808
X1.20 0,7793 13,6092 0,6073 0,3927
X1.21 0,7809 13,6279 0,6097 0,3903
Kemandi.(BO.8) X1.22 0,6940 n.a 0,4816 0,5184 0,487 0,736
X1.23 0,8126 12,2236 0,6604 0,3396
X1.24 0,5635 9,5364 0,3175 0,6825
Control (BO.9) X1.25 0,7443 n.a 0,5541 0,4459 0,489 0,739
X1.26 0,7626 12,6338 0,5816 0,4184
X1.27 0,5750 10,0245 0,3306 0,6694
Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted
188
Berdasarkan hasil pada tabel 4.29 di atas dapat dinyatakan setiap indikator
pembentuk masing-masing laten dimensi variabel Budaya Organisasi menunjukkan
hasil baik yaitu nilai uji t (thitung) yang diperoleh diatas 1,96. Selain itu nilai loading
factor dari semua indikator pada setiap dimensi memiliki nilai lebih besar dari 0,5
yaitu berkisar antara 0,5– 0,9. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa
indikator-indikator pembentuk variabel laten Budaya Organisasi telah menunjukkan
unidimensionalitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes yang
digunakan bermakna dalam mengukur laten Dimensi variabel Budaya Organisasi
yang digunakan.
Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing dimensi
variabel laten Budaya Organisasi atas dimensi-dimensi pembentuknya menunjukkan
bahwa kesembilan dimensi menunjukkan sebagai suatu ukuran yang reliabel karena
semua dimensi memiliki Nilai Construct Reliability yang lebih besar dari 0,7. Hasil
pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing -masing dimensi
variabel laten Budaya Organisasi merupakan hasil ekstraksi yang cukup besar dari
indikatornya. Ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-masing dimensi
variabel laten Budaya Organisasi lebih dari 0,4.
b).Model Pengukuran Second Order
Hasil bobot faktor untuk hubungan dimensi terhadap variabel laten Budaya
Organisasi seperti terlihat pada tabel berikut ini :
189
Tabel 4.30
Hasil Loading Factor Model Pengukuran Second Order Manifes
Laten Variabel Budaya Organisasi
Dimensi Loading Faktor
thitung R2 Eror
Variance VE CR
BO1 0,8268 14.6616 0,6836 0,3164 0,636 0,940
BO2 0,8285 13.8841 0,6864 0,3136
BO3 0,8565 11.1546 0,7336 0,2664
BO4 0,8269 12.8266 0,6838 0,3162
BO5 0,8696 17.1789 0,7562 0,2438
BO6 0,6825 12.2922 0,4658 0,5342
BO7 0,7400 11.8906 0,5475 0,4525
BO8 0,7523 11.1125 0,5660 0,4340
BO9 0,7725 12.2359 0,5967 0,4033 Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Ket : CR = Contruct Reliability ; VE = Variance Extracted
Hasil pada tabel 4.30 di atas menunjukkan Loading factor dari dimensi
variabel Budaya Organisasi sudah baik di atas rata-rata loading factor sebesar 0,5
yaitu berkisar antara 0,7– 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel
manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa laten Dimensi yang
digunakan bermakna dalam mengukur variabel Budaya Organisasi yang digunakan.
Nilai Construct Reliability variabel Budaya Organisasi diperoleh sebesar 0,940 atau
di atas 0,7. Ini menunjukkan variabel laten variabel Budaya Organisasi yang
terbentuk memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan dimensi yang digunakan
pada laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk Dimensi laten variabel Budaya
Organisasi sebesar 0,636 lebih dari 0,5 menunjukkan variabel manifes yang telah
tercakup dalam konstruk yang terbentuk (laten variabel Budaya Organisasi) relatif
190
tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang terbentuk sudah tepat
dibangun dari indikatornya.
2). Variabel Laten Komitmen Organisasional
Variabel Komitmen Organisasional terdiri atas 7 dimensi dan 21 indikator
sebagai observed variable. Pengujian keberartian dari setiap indikator dalam dimensi-
dimensi yang terekstraksi dalam membentuk variabel laten Komitmen
Organisasional, dapat diperoleh dari nilai standardized loading factor dari masing-
masing indikator pada setiap dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian setiap
indikator yang signifikan secara uji statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa
dimensi tersebut cukup baik untuk terekstraksi membentuk variabel laten.
a).Model Pengukuran First Order
Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing indikator pada
dimensi dalam membentuk variabel laten Komitmen Organisasional.
Tabel 4.31
Hasil Loading Factor Model Pengukuran First Order Manifes Laten
Variabel Komitmen Organisasional
Dimensi
Manifes
Laten
Variabel
Loading
Factor thitung R
2 Eror
Variance VE CR
Loyalitas (KO.1) X2.28 0,7799 n.a 0,6082 0,3918 0,533 0,773
X2.29 0,6485 11,3489 0,4205 0,5795
X2.30 0,7551 12,6417 0,5702 0,4298
Afiliasi (KO.2) X2.31 0,7002 n.a 0,4902 0,5098 0,549 0,785
X2.32 0,7697 13,2168 0,5924 0,4076
X2.33 0,7510 12,9583 0,5640 0,4360
Nilai &Tuj (KO.3) X2.34 0,6796 n.a 0,4618 0,5382 0,411 0,675
X2.35 0,6731 9,2493 0,4531 0,5469
X2.36 0,5641 8,3925 0,3183 0,6817
Kerja Ker(KO.4) X2.37 0,6183 n.a 0,3823 0,6177 0,475 0,729
X2.38 0,7079 10,7084 0,5011 0,4989
X2.39 0,7350 10,9664 0,5402 0,4598
191
Dimensi
Manifes
Laten
Variabel
Loading
Factor thitung R
2 Eror
Variance VE CR
K.Em Kar(KO.5) X2.40 0,6840 n.a 0,4679 0,5321 0,580 0,804
X2.41 0,7807 12,8985 0,6095 0,3905
X2.42 0,8133 13,2146 0,6615 0,3385
Biaya &R(KO.6) X2.43 0,6423 n.a 0,4126 0,5874 0,436 0,698
X2.44 0,6894 10,4728 0,4752 0,5248
X2.45 0,6473 10,0260 0,4190 0,5810
Tangg.Ja(KO.7) X2.46 0,7780 n.a 0,6053 0,3947 0,631 0,837
X2.47 0,7554 14,5298 0,5707 0,4293
X2.48 0,8470 15,8031 0,7175 0,2825
Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted
Berdasarkan hasil pada tabel 4.31 di atas dapat dinyatakan setiap indikator
pembentuk masing-masing laten dimensi variabel Komitmen Organisasional
menunjukkan hasil baik yaitu nilai uji t (thitung) yang diperoleh diatas 1,96. Selain itu
nilai loading factor dari semua indikator pada setiap dimensi memiliki nilai lebih
besar dari 0,5 yaitu berkisar antara 0,5– 0,9. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan
bahwa indikator-indikator pembentuk variabel laten Komitmen Organisasional telah
menunjukkan unidimensionalitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes
yang digunakan bermakna dalam mengukur laten Dimensi variabel Komitmen
Organisasional yang digunakan.
Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing
dimensi variabel laten Komitmen Organisasional atas dimensi-dimensi
pembentuknya menunjukkan bahwa ketujuh dimensi menunjukkan sebagai suatu
ukuran yang reliabel karena semua dimensi memiliki nilai Construct Reliability yang
lebih besar dari 0,7. Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa
masing -masing dimensi variabel laten Komitmen Organisasional merupakan hasil
192
ekstraksi yang cukup besar dari indikatornya. Ini ditunjukkan dari nilai variance
extract dari masing-masing dimensi variabel laten Komitmen Organisasional lebih
dari 0,4.
b). Model Pengukuran Second Order
Hasil bobot faktor untuk hubungan dimensi terhadap variabel laten Komitmen
Organisasional seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.32
Hasil Loading Factor Model Pengukuran Second Order Manifes
Laten Variabel Komitmen Organisasional
Dimensi Loading
Factor thitung R
2 Eror
Variance VE CR
K Org1 0,6635 10.8361 0,4403 0,5597 0,618 0,863
K Org2 0,8934 13.3279 0,7982 0,2018
K Org 3 0,6631 9.3180 0,4397 0,5603
KOrg4 0,8899 11.4382 0,7919 0,2081
KOrg5 0,7883 11.7330 0,6214 0,3786
KOrg6 0,8578 11.4224 0,7358 0,2642
KOrg7 0,6849 11.5429 0,4692 0,5308 Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted
Hasil pada tabel 4.32 di atas menunjukkan Loading factor dari dimensi variabel
Komitmen Organisasional sudah baik di atas rata-rata loading factor sebesar 0,5 yaitu
berkisar antara 0,6 - 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel manifes
lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa laten Dimensi yang digunakan
bermakna dalam mengukur variabel Komitmen Organisasional yang digunakan.
Nilai Construct Reliability variabel Budaya Organisasi diperoleh sebesar 0,836
atau di atas 0,7. Ini menunjukkan variabel laten variabel Komitmen Organisasional
193
yang terbentuk memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan dimensi yang
digunakan pada laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk Dimensi laten variabel
Komitmen Organisasional sebesar 0,618 lebih dari 0,5 menunjukkan variabel manifes
yang telah tercakup dalam konstruk yang terbentuk (laten variabel Komitmen
Organisasional) relatif tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang
terbentuk (laten variabel Komitmen Organisasional) sudah tepat dibangun dari
indikatornya.
2). Variabel Laten Keunggulan Bersaing
Variabel Keunggulan Bersaing terdiri atas 3 dimensi dan 10 indikator sebagai
observed variable. Pengujian keberartian dari setiap indikator dalam dimensi-dimensi
yang terekstraksi dalam membentuk variabel laten Keunggulan Bersaing, dapat
diperoleh dari nilai standardized loading factor dari masing-masing indikator pada
setiap dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian setiap indikator yang signifikan
secara uji statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa dimensi tersebut cukup baik
untuk terekstraksi membentuk variabel laten.
a). Model Pengukuran First Order
Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing indikator pada
dimensi dalam membentuk variabel laten Keunggulan Bersaing dinyatakan dalam
tabel di bawah ini.
194
Tabel 4.33
Hasil Loading Factor Model Pengukuran First Order Manifes Laten
Variabel Keunggulan Bersaing
Dimensi
Manifes
Laten
Variabel
Loading
Factor thitung R
2 Eror
Variance VE CR
SBKB(KB.1) Y.49 0,7903 n.a 0,6246 0,3754 0,517 0,810
Y.50 0,7427 14,5593 0,5516 0,4484
Y.51 0,6556 12,7006 0,4298 0,5702
Y.52 0,6784 13,1878 0,4602 0,5398
SBD(KB .2) Y.53 0,7430 n.a 0,5520 0,4480 0,503 0,750
Y.54 0,7706 12,6728 0,5939 0,4061
Y.55 0,6018 10,4541 0,3621 0,6379
SFO(KB.3) Y.56 0,6322 n.a 0,3997 0,6003 0,515 0,760
Y.57 0,7461 11,3659 0,5566 0,4434
Y.58 0,7671 11,5555 0,5884 0,4116
Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted
Berdasarkan hasil pada tabel 4.33 di atas dapat dinyatakan setiap indikator
pembentuk masing-masing laten dimensi variabel Keunggulan Bersaing
menunjukkan hasil baik yaitu nilai uji t (thitung) yang diperoleh diatas 1,96. Selain itu
nilai loading faktor dari semua indikator pada setiap dimensi memiliki nilai lebih
besar dari 0,5 yaitu berkisar antara 0,6– 0,8. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan
bahwa indikator-indikator pembentuk variabel laten Keunggulan Bersaing telah
menunjukkan unidimensionalitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes
yang digunakan bermakna dalam mengukur laten Dimensi variabel Keunggulan
Bersaing yang digunakan.
Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing
dimensi variabel laten Keunggulan Bersaing atas dimensi-dimensi pembentuknya
menunjukkan bahwa kesembilan dimensi menunjukkan sebagai suatu ukuran yang
195
reliabel karena semua dimensi memiliki nilai Construct Reliability yang lebih besar
dari 0,7. Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing -
masing dimensi variabel laten Keunggulan Bersaing merupakan hasil ekstraksi yang
cukup besar dari indikatornya. Ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-
masing dimensi variabel laten Keunggulan Bersaing lebih dari 0,5.
a). Model Pengukuran Second Order
Hasil bobot faktor untuk hubungan dimensi terhadap variabel laten Keunggulan
Bersaing seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.34
Hasil Loading Factor Model Pengukuran Second Order Manifes
Laten Variabel Keunggulan Bersaing Dimensi Loading
Factor thitung R
2 Eror
Variance VE CR
KB1 0,8936 12.7980 0,7986 0,2014 0,732 0,891
KB2 0,7851 10.9060 0,6163 0,3837
KB3 0,8832 10.4651 0,7801 0,2199
Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted
Hasil pada tabel 4.34 di atas menunjukkan Loading factor dari dimensi
variabel Keunggulan Bersaing sudah baik di atas rata-rata loading factor sebesar 0,5
yaitu berkisar antara 0,7– 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel
manifes lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa laten Dimensi yang
digunakan bermakna dalam mengukur variabel Keunggulan Bersaing yang
digunakan.
196
Nilai Construct Reliability variabel Keunggulan Bersaing diperoleh sebesar
0,891 atau di atas 0,7. Ini menunjukkan variabel laten variabel Keunggulan Bersaing
yang terbentuk memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan dimensi yang
digunakan pada laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk Dimensi laten variabel Keunggulan
Bersaing sebesar 0,732 lebih dari 0,5 menunjukkan variabel manifes yang telah
tercakup dalam konstruk yang terbentuk (laten variabel Keunggulan Bersaing) relatif
tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang terbentuk (laten variabel
Keunggulan Bersaing) sudah tepat dibangun dari indikatornya.
2). Variabel Laten Kinerja Koperasi
Variabel Kinerja Koperasi terdiri atas 4 dimensi dan 13 indikator sebagai
observed variable. Pengujian keberartian dari setiap indikator dalam dimensi-dimensi
yang terekstraksi dalam membentuk variabel laten Kinerja Koperasi, dapat diperoleh
dari nilai standardized loading factor dari masing-masing indikator pada setiap
dimensi. Jika diperoleh adanya nilai pengujian setiap indikator yang signifikan secara
uji statistik maka hal ini mengindikasikan bahwa dimensi tersebut cukup baik untuk
terekstraksi membentuk variabel laten.
a). Model Pengukuran First Order
Hasil berikut merupakan pengujian kemaknaan masing-masing indikator pada
dimensi dalam membentuk variabel laten Kinerja Koperasi dinyatakan dalam tabel di
bawah ini.
197
Tabel 4.35
Hasil Loding Faktor Model Pengukuran First Order Manifes Laten
Variabel Kinerja Koperasi
Dimensi Manifes
Laten var Loading Faktor
thitung R2 Eror
Variance VE CR
Pers Kug (Z1.1) Z.59 0,6648 n.a 0,4420 0,5580 0,481 0,785
Z.60 0,6743 11,5994 0,4547 0,5453
Z.61 0,5906 10,3291 0,3488 0,6512
Z.62 0,8241 13,6178 0,6792 0,3208
Pers. Pel(Z1.2) Z.63 0,6817 n.a 0,4648 0,5352 0,358 0,623
Z.64 0,5748 9,1540 0,3304 0,6696
Z.65 0,5269 8,5143 0,2776 0,7224 PPB1(Z1.3) Z.66 0,6042 n.a 0,3651 0,6349 0,512 0,756
Z.67 0,7285 10,6116 0,5307 0,4693
Z.68 0,7992 11,0871 0,6388 0,3612 PPP(Z1.4) Z.69 0,8098 n.a 0,6557 0,3443 0,628 0,871
Z.70 0,8374 18,2283 0,7013 0,2987
Z.71 0,7536 15,9707 0,5679 0,4321
Z.72 0,7659 16,3005 0,5862 0,4138 Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted
Berdasarkan hasil pada tabel 4.35 di atas dapat dinyatakan setiap indikator
pembentuk masing-masing laten dimensi variabel Kinerja Koperasi menunjukkan
hasil baik yaitu nilai uji t (thitung) yang diperoleh diatas 1,96. Selain itu nilai loading
factor dari semua indikator pada setiap dimensi memiliki nilai lebih besar dari 0,5
yaitu berkisar antara 0,5– 0,9. Dengan hasil ini, maka dapat dikatakan bahwa
indikator-indikator pembentuk variabel laten Kinerja Koperasi telah menunjukkan
unidimensionalitas. Sehingga dapat dikatakan bahwa variabel manifes yang
digunakan bermakna dalam mengukur laten Dimensi variabel Komitmen
Organisasional yang digunakan.
Hasil pengujian reliabiliy dan variance extract terhadap masing-masing
dimensi variabel laten Kinerja Koperasi atas dimensi-dimensi pembentuknya
198
menunjukkan bahwa kesembilan dimensi menunjukkan sebagai suatu ukuran yang
reliabel karena semua dimensi memiliki nilai Construct Reliability yang lebih besar
dari 0,6. Hasil pengujian variance extract juga sudah menunjukkan bahwa masing -
masing dimensi variabel laten Kinerja Koperasi merupakan hasil ekstraksi yang
cukup besar dari indikatornya. Ini ditunjukkan dari nilai variance extract dari masing-
masing dimensi variabel laten Kinerja Koperasi lebih dari 0,3.
b). Model Pengukuran Second Order
Hasil bobot faktor untuk hubungan dimensi terhadap variabel laten Kinerja
Koperasi seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.36
Hasil Loading Factor Model Pengukuran Second Order Manifes
Laten Variabel Kinerja Koperasi
Dimensi Loading Factor
thitung R2 Eror
Variance VE CR
KIN1 0,9381 9.8463 0,8800 0,1200 0,736 0,918 KIN2 0,8473 9.3859 0,7178 0,2822 KIN3 0,8009 8.5846 0,6414 0,3586 KIN4 0,8405 10.6637 0,7064 0,2936
Sumber : Lampiran Hasil Output Lisrel 8.8
Ket : CR = Construct Reliability ; VE = Variance Extracted
Hasil pada tabel 4.36 di atas menunjukkan Loading factor dari dimensi
variabel Kinerja Koperasi sudah baik di atas rata-rata loading factor sebesar 0,5 yaitu
berkisar antara 0,8– 0,9. Nilai thitung yang diperoleh untuk setiap variabel manifes
lebih dari 1,96 sehingga dapat dikatakan bahwa laten Dimensi yang digunakan
bermakna dalam mengukur variabel Kinerja Koperasi yang digunakan.
Nilai Construct Reliability variabel Budaya Organisasi diperoleh sebesar 0,918
atau di atas 0,7. Ini menunjukkan variabel laten variabel Kinerja Koperasi yang
199
terbentuk memiliki tingkat keandalan yang relatif tinggi dan dimensi yang digunakan
pada laten variabel memiliki kesesuaian yang baik.
Hasil perhitungan Variance Extracted untuk Dimensi laten variabel Kinerja
Koperasi sebesar 0,736 lebih dari 0,5 menunjukkan variabel manifes yang telah
tercakup dalam konstruk yang terbentuk (laten variabel Kinerja Koperasi) relatif
tinggi, secara menyeluruh dapat dinyatakan konstruk yang terbentuk (laten variabel
Kinerja Koperasi) sudah tepat dibangun dari indikatornya.
5. Analisis Hasil Goodness-of-Fit (Pengujian Model)
Uji terhadap kelayakan full model SEM dilihat dari hasil penilaian Goodness-of-
Fit yang dinilai dari beberapa ukuran kesesuaian model. Penilaian model SEM yang
terbentuk dilihat dari ukuran goodness of fit diringkas sebagaimana dalam tabel berikut
Tabel 4.37
Hasil Goodness of fit Dari Model Penelitian
Goodness of Fit
Indeks (GFI) Nilai Cut-off Hasil Komputasi Evaluasi Model
Chi-Square DF = 2455;
=2571,38
3956,4261 Kurang Fit (Marginal)
Probalibilitas
(signifikansi) ≥ 0,05 0,0000 Fit (Baik)
CMIN/DF ≤ 2 1,616 Fit (Baik)
RMSEA < 0,05 0,041 Fit (Baik)
GFI > 0.90 0,7744 Marginal
AGFI > 0.90 0,7585 Marginal
Sumber : Hasil Perhitungan Output Lisrel 8.8
Keterangan *M = Model ; *S = Saturated
Hasil goodness of fit pada tabel 4.37 menunjukkan model dilihat dari nilai chi-
square yang merupakan ukuran kecocokan parsimoni (parsimonious/adjusted fit
measures), yaitu ukuran kecocokan yang mempertimbangkan banyaknya koefisien
200
didalam model masih kurang baik memenuhi ukuran kesesuaian model. (Nilai chi-
square sebesar 3956.4261 dengan tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05). Model
penelitian memiliki nilai CMIN/df sebesar 1,616. Nilai CMIN/df kurang dari 2
menunjukkan model masih dapat diterima. RMSEA model sebesar 0,041
menunjukkan tingkat kesesuaian yang baik karena kurang dari 0,05. Dari kedua
penilaian tersebut terlihat model yang diajukan dalam penelitian ini secara
keseluruhan memiliki ukuran goodness of fit yang mengindikasikan model dapat
diterima.
4.3.1 Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Keunggulan Bersaing
Uji Hipotesis 1
Budaya Organisasi dihipotesiskan mempengaruhi Keunggulan Bersaing. Untuk
menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan sebagai
berikut:
Ho.γ11 = 0 : Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing
H1.γ11 ≠ 0 : Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Budaya Organisasi
terhadap Keunggulan Bersaing dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.38 Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Keunggulan Bersaing
Hipotesis Koefisien
Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan
Budaya Organisa-
si berpengaruh ter-
hadap Keunggulan
Bersaing
0,4729 7,1335 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
201
Hasil perhitungan nilai thitung untuk Budaya Organisasi diperoleh sebesar
7,1335. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih
besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 7,1335 > 1,96) maka dapat diambil keputusan untuk
menlak H0. Artinya bahwa dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa budaya
organisasi mempengaruhi terhadap keunggulan bersaing koperasi.
Besar pengaruh Budaya Organisasi secara parsial dapat dihitung sebagai berikut:
Besarnya pengaruh langsung Budaya Organisasi terhadap Keunggulan
Bersaing adalah (0,4729 ×0,4729 ×100%) = 22,37%. Jadi Budaya Organisasi
memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang
diperhatikan sebesar = 22,37% terhadap Keunggulan Bersaing.
Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa budaya organisasi berpengaruh
terhadap keunggulan bersaing sebesar 0,2237. Nilai koefisien tersebut
menunjukkan bahwa sebesar 22,37% keunggulan bersaing dipengaruhi oleh
budaya organisasi yang terdapat pada koperasi masing-masing.
Budaya organisasi di sisi lain juga memperkuat semangat kreativitas dan
inovasi dalam penciptaan nilai dan mengarah pada perubahan iklim yang baik yang
selanjutnya berdampak kepada keunggulan bersaing organisasi. Terkait dengan
karakteristik budaya organisasi menunjukkan bahwa budaya perusahaan yang positif
memberikan lingkungan kerja yang baik sehingga berdampak kepada kepuasan yang
selanjutnya kepuasan merupakan motivator sehingga karyawan koperasi bertanggung
jawab untuk memberikan kontribusi terhadap kinerja organisasi yaitu koperasi, hal
ini adalah sesuai dengan teori dari Alfeis (2008:44).
202
Berdasarkan pada pandangan budaya organisasi sebagai sistem yang
menembus nilai-nilai, keyakinan, dan norma yang ada di setiap organisasi serta kultur
organisasi yang dapat mendorong atau menurunkan efektifitas tergantung dari sifat
nilai-nilai, keyakinan dan norma-norma yang dianut maka akan berdampak positif
bagi keunggulan bersaing pada koperasi yang bersangkutan, khususnya pada
koperasi di wilayah Jawa Barat.
4.3.2 Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Keunggulan Bersaing
Uji Hipotesis 2
Komitmen organisasional di hipotesiskan mempengaruhi Keunggulan Bersaing.
Untuk menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan
sebagai berikut:
Ho.γ12 = 0: Komitmen organisasional tidak berpengaruh terhadap Keunggulan
Bersaing
H1.γ12≠ 0:Komitmen organisasional berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Komitmen
organisasional terhadap Keunggulan Bersaing dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.39 Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Komitmen
Organisasional Terhadap Keunggulan Bersaing
Hipotesis Koefisien
Jalur t hitung t kritis
Kepu-
tusan Keterangan
Komitmen organisasional ber-
pengaruh terhadap Keunggulan
Bersaing
0,3734 5,820 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan (diolah)
203
Hasil perhitungan nilai t hitung untuk Komitmen organisasional adalah sebesar
5,820. Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung
lebih besar dari tkritis = 1,96. (thitung = 5,820 > 1,96), maka dapat dinyatakan untuk
menolak H0.
Besarnya pengaruh langsung komitmen organisasional terhadap keunggulan bersaing
adalah (0,3734 × 0,3734 ×100%) = 13,94%. Jadi Komitmen organisasional
memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang
diperhatikan sebesar 13,94% terhadap Keunggulan Bersaing.
Mengingat arti pentingnya komitmen organisasional pada umumnya dan
koperasi pada khususnya, maka yang penting bagi koperasi yaitu untuk
mengembangkan komitmen organisasional bagi para anggotanya. Penelitian
Yuchun,Zheng Xiyan,Wenan,XiaoXia (2010), menyatakan Komitmen tim dan
komitmen individu berkorelasi positif dengan keunggulan bersaing koperasi.
Pengaruh tidak langsung dari kepercayaan tim pada kinerja koperasi dimediasi oleh
komitmen berhubungan secara signifikan dan lebih besar daripada efek langsungnya.
Jadi berdasarkan pada hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa Komitmen
Organisasional berpengaruh terhadap Keunggulan Bersaing pada koperasi.
Keadaan ini akan sangat mendukung koperasi apabila mengembangkan
kebijakan-kebijakan yang berpihak pada anggotanya, sehingga ini mudah untuk
menimbulkan simpati dari para anggota, untuk memiliki komitmen tinggi terhadap
koperasi. Dampaknya anggota koperasi bersedia untuk tetap tinggal dan
204
mendukung pada perkembangan usaha koperasi. Hal ini mengindikasikan bahwa,
apabila komitmen organisasional kuat akan menyebabkan keunggulan bersaing juga
kuat. Kekuatan dari keunggulan bersaing tersebut akan memberikan pengaruh
terhadap koperasi sehingga menjadi tangguh dalam persaingan. Hasil pengujian
yang dilakukan menunjukkan bahwa Komitmen organisasionalonal berpengaruh
terhadap Keunggulan Bersaing koperasi di wilayah Jawa Barat.
4.3.3. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Koperasi
Uji hipotesis 3
Budaya Organisasi di hipotesiskan mempengaruhi Kinerja koperasi. Untuk
menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan sebagai
berikut:
Ho.γ21=0: Budaya Organisasi tidak berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi
H1.γ21 ≠ 0 : Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Budaya
Organisasi terhadap Kinerja dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.40
Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Hipotesis Koefisien Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan
Budaya Organisasi
berpengaruh terhadap
Kinerja Koperasi
0,3900 6,2401 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan Lisrel 8.8 (diolah)
Hasil perhitungan nilai thitung untuk Budaya Organisasi sebesar 6,2401. Nilai
statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari tkritis
= 1,96. (thitung = 6,2401 > 1,96) maka dapat diambil keputusan untuk menolak H0.
Besarnya pengaruh langsung Budaya Organisasi terhadap Kinerja Koperasi adalah
205
sebesar 15,21%. Jadi hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Budaya
Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja
dan berapa besar pengaruh Budaya Organisasi tersebut secara parsial dapat dihitung
sebagai berikut:
Besarnya pengaruh langsung Budaya Organisasi terhadap Kinerja Koperasi
adalah (0,3900×0,3900×100%) = 15,21%. Jadi Budaya Organisasi memberikan
pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang diperhatikan
sebesar = 15,21% terhadap Kinerja Koperasi.
Hasil pengujian hipotesis penelitian berdasarkan nilai t setiap hubungan kausalitas
dari hasil pengolahan SEM dapat dijelaskan sebagaimana hasil pada tabel berikut:
Tabel 4.41 Hasil Uji Signifikansi X1 - Z
Variabel Koefisien engaruh t-itung t-kritis Kesimpulan
Budaya Organisasi terhadap
Kinerja Koperasi. 0,3900 6,2401 1,96
Terdapat pengaruh
yang signifikan
Sumber: Data hasil penelitian diolah .
Jadi berdasarkan pada hasil perhitungan tabel diatas , dan dari hasil penelitian
dapat dinyatakan bahwa Budaya organisasi berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi
sebesar 15,21%.
4.3.4 Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Koperasi
Uji hipotesis 4
Komitmen organisasional di hipotesiskan mempengaruhi Kinerja Koperasi. Untuk
menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan sebagai
berikut:
206
Ho.γ21=0: Komitmen organisasional tidak berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi
H1.γ21 ≠ 0 : Komitmen organisasional berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.
Besar pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja
Besar pengaruh Komitmen organisasional secara parsial dapat dihitung sebagai
berikut: Besarnya pengaruh langsung Komitmen organisasional terhadap Kinerja
Koperasi adalah (0,2597×0,2597×100%) = 6,75%. Jadi Komitmen organisasional
memberikan pengaruh secara langsung jika tidak ada variabel lainnya yang
diperhatikan sebesar 6,75% terhadap Kinerja Koperasi.
Tabel 4.42 Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Komitmen
Organisasional Terhadap Kinerja
Hipotesis Koefisien
Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan
Komitmen Organisa-
sional terhadap Kinerja
Koperasi
0,2597 4,6827 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Data hasil penelitian diolah.
Hasil perhitungan nilai thitung untuk Komitmen organisasional sebesar 4,6827. Nilai
statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar dari
tkritis = 1,96. (thitung = 4,6827 > 1,96) maka dapat diambil keputusan untuk menolak
H0. Besarnya pengaruh langsung terhadap Kinerja Koperasi adalah sebesar
(0,2597×0,2597×100%) = 6,75 %. Jadi hasil pengujian statistik menunjukkan
bahwa Komitmen organisasional berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.
Jadi Komitmen Organisasional memberikan pengaruh secara langsung jika
tidak ada variabel lainnya yang diperhatikan sebesar = 6,75 %. terhadap Kinerja
Koperasi. Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis parsial Komitmen
organisasional terhadap Kinerja Koperasi dapat dilihat pada tabel berikut:
207
Tabel 4. 43 Hasil Uji Signifikansi X2- Z
Variabel Koefisien
Pengaruh t-hitung t-kritis Kesimpulan
Komitmen organisasional terha-
dap Kinerja Koperasi 0,2597 4,6827 1,96
Terdapat penga-
ruh yang signi-
fikan.
Sumber: Data hasil penelitian diolah.
Berdasarkan pada hasil perhitungan yang telah dilakukan sebelumnya maka
dapat diketahui besarnya koefisien-koefisien jalur standardized untuk model struktural
pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen organisasional terhadap Kinerja Koperasi
yang diperlihatkan dalam gambar dibawah ini.
Gambar 4.7
Model Struktural Pengaruh Budaya Organisasi, Komitmen Organisasional
Terhadap Kinerja Koperasi
208
4.3.5. Pengaruh Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja Koperasi
Uji hipotesis 5
Keunggulan Bersaing dihipotesiskan mempengaruhi Kinerja Koperasi. Untuk
menguji dugaan penelitian tersebut, hipotesis uji secara statistik dinyatakan sebagai
berikut:
Ho .β21 = 0 : Keunggulan Bersaing tidak berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi
H1. Β21 ≠ 0 : Keunggulan Bersaing berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi
Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian hipotesis Keunggulan Bersaing
terhadap Kinerja Koperasi dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.44
Uji Parsial (Uji t) Pengaruh Keunggulan Bersaing Terhadap Kinerja
Hipotesis Koefisien
Jalur thitung tkritis Keputusan Keterangan
Keunggulan Bersaing berpe-
ngaruh terhadap Kinerja 0,3768 5,0058 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Data hasil penelitian diolah.
Hasil perhitungan nilai thitung untuk Keunggulan Bersaing sebesar 5,0058.
Nilai statistik uji t yang diperoleh berada didaerah tolak H0 yaitu thitung lebih besar
dari tkritis = 1,96. (thitung = 5,0058 > 1,96) maka dapat diambil keputusan untuk
menolak H0.
Jadi hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Keunggulan Bersaing
berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.
Besar pengaruh Keunggulan Bersaing (1) terhadap Kinerja
Besar pengaruh Keunggulan Bersaing (1) terhadap Kinerja Koperasi (2)
diperoleh dengan mengkuadratkan koefisien jalur Keunggulan Bersaing (β21) sebesar
209
0,3768. Berdasarkan data tersebut besar pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap
Kinerja Koperasi sebesar = 0,3768 0,3768= 0,1420 atau 14,20%. Jadi besarnya
pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Koperasi adalah sebesar 14,20%.
Dari hasil perhitungan untuk hipotesis pengaruh Keunggulan Bersaing
terhadap Kinerja Koperasi dapat diperoleh Koefisien pengaruh Keunggulan Bersaing
(1) terhadap Kinerja Koperasi (2) sebesar 0,3768 dengan nilai t-hitung untuk uji
statistik sebesar 5,0058. Jadi hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa
Keunggulan Bersaing berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi.
Hasil perhitungan koefisien jalur standardized untuk model struktural
pengaruh Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Koperasi diperlihatkan dalam
gambar berikut:
Gambar 4.8. Hasil Model Struktural Pengaruh Keunggulan
Bersaing Terhadap Kinerja
210
4.3.6. Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Koperasi melalui
Keunggulan Bersaing
Uji hipotesis 6
Budaya organisasi dihipotesiskan mempengaruhi Kinerja Koperasi melalui
Keunggulan Bersaing. Perhitungan uji signifikansi dari hipotesis statistik sebagai
berikut:
Ho.γ11× β21 = 0: Budaya organisasi melalui Keunggulan Bersaing tidak berpengaruh
terhadap Kinerja Koperasi
H1. γ11×β21 ≠ 0 : Budaya organisasi melalui Keunggulan Bersaing berpengaruh
terhadap Kinerja Koperasi
Statistik uji yang digunakan uji t Sobel adalah (Ghozali, 2009:228)
ab
abt
S
Nilai uji t sobel diperoleh dari perhitungan menggunakan Sobel Test for the
Significance of Mediation Calculator. Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian
pengaruh Budaya organisasi terhadap Kinerja Koperasi melalui Keunggulan Bersaing
dirangkum dan dinyatakan pada tabel berikut :
Tabel 4.45
Uji Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Koperasi melalui Keunggulan Bersaing
Hipotesis Besar
Pengaruh thitung
p tkritis Keputusan Keterangan
γ11× β21 = 0 0,1782 4,097162 0,00004 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan
211
Hasil perhitungan diperoleh nilai thitung untuk Budaya organisasi diperoleh
sebesar 4,0972. Nilai statistik uji t yang diperoleh yaitu thitung lebih besar dari tkritis =
1,96. (thitung = 2,2369 >1,96) berada didaerah tolak H0 dan nilai signifikansi (p) =
0,00004 < 0,05 maka diambil keputusan untuk menolak H0. Jadi dapat disimpulkan
hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Budaya Organisasi berpengaruh
terhadap Kinerja Koperasi melalui Keunggulan Bersaing.
Besarnya pengaruh Budaya organisasi terhadap Kinerja Koperasi melalui
Keunggulan Bersaing diperoleh dengan mengalikan pengaruh Budaya organisasi
terhadap Keunggulan Bersaing dengan koefisien pengaruh Keunggulan Bersaing
terhadap Kinerja Koperasi diperoleh sebesar (0,4729×0,3768×100%) = 17,82%
(0,1782). Jadi Budaya organisasi memberikan pengaruh melalui Keunggulan
Bersaing terhadap Kinerja Koperasi secara tidak langsung sebesar 17,82%.
Gambar 4. 9
Pengaruh Budaya Organisasi Terhadap Kinerja melalui
Keunggulan Bersaing
212
4.3.7. Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja Koperasi
melalui Keunggulan Bersaing
Uji hipotesis 7
Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja Koperasi melalui
Keunggulan Bersaing diperoleh dengan mengkalikan pengaruh Komitmen
Organisasional terhadap Keunggulan Bersaing dengan koefisien pengaruh
Keunggulan Bersaing terhadap Kinerja Koperasi.
Komitmen Organisasional dihipotesiskan mempengaruhi Kinerja Koperasi melalui
Keunggulan Bersaing. Perhitungan uji signifikansi dari hipotesis statistik sebagai
berikut:
Ho.γ12× β21 = 0 : Komitmen Organisasional melalui Keunggulan Bersaing tidak
berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi
H1. γ12×β21 ≠ 0 : Komitmen Organisasional melalui Keunggulan Bersaing
berpengaruh terhadap Kinerja Koperasi
Statistik uji yang digunakan uji t sobel adalah
ab
abt
S
Nilai uji t sobel diperoleh dari perhitungan menggunakan Sobel Test for the
Significance of Mediation Calculator. Hasil perhitungan statistik uji pada pengujian
pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja koperasi melalui keunggulan
bersaing dirangkum pada tabel berikut :
213
Tabel 4.46 Uji Pengaruh Komitmen Organisasional Terhadap Kinerja
melalui Keunggulan Bersaing
Hipotesis Besar
Pengaruh thitung
p tkritis Keputusan Keterangan
γ12× β21 = 0 0,1407 3,794869 0,000147 1,96 H0 ditolak Signifikan
Sumber: Hasil Perhitungan
Nilai statistik uji t yang diperoleh yaitu thitung lebih besar dari tkritis = 1,96.
(thitung = 3,794869 >1,96) berada didaerah tolak H0 dan nilai signifkansi (p) =
0,000147 < 0,05 maka diambil keputusan untuk menolak H0. Jadi dapat disimpulkan
hasil pengujian statistik menunjukkan bahwa Komitmen Organisasional berpengaruh
terhadap Kinerja Koperasi melalui Keunggulan Bersaing.
Besarnya pengaruh komitmen organisasional terhadap kinerja koperasi
melalui keunggulan bersaing diperoleh sebesar( 0,3734×0,3768×100%) = 14,07%
(0,1407). Jadi komitmen organisasional melalui keunggulan bersaing memberikan
pengaruh secara tidak langsung terhadap kinerja koperasi sebesar 14,07%.
Gambar 4.10 Pengaruh Komitmen Organisasional terhadap Kinerja
Koperasi melalui Keunggulan Bersaing
214
4.2.8 Temuan Penelitian (Novelty)
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang sudah dilakukan maka diperoleh
temuan penelitian sebagai rujukan dalam melakukan pemecahan masalah bagi
pengembangan koperasi di Jawa Barat, dinyatakan dalam gambar di bawah ini.
Budaya
Organisasi
Keunggulan
Bersaing
Gambar 4.11. Model Temuan Penelitian
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, telah mengungkapkan bahwa
keunggulan bersaing dipengaruhi oleh budaya organisasi dan komitmen
organisasional, sedangkan kinerja dipengaruhi oleh keunggulan bersaing.
Keunggulan bersaing akan semakin tinggi bila budaya organisasi semakin baik.
Penerapan biaya rendah menjadi kekuatan bagi keunggulan bersaing, serta kinerja
juga dipengaruhi oleh komitmen organisasional dan budaya organisasi..
Komitmen
Organisasional
Kinerja Koperasi
215
Berdasarkan hasil model temuan penelitian di atas serta dengan
membandingkan pada penelitian terdahulu, maka didapatkan keterbaruan (novelty)
dalam manajemen strategi yaitu :
“Peningkatan Kinerja Koperasi di Wilayah Jawa Barat” yang berkaitan dengan
upaya-upaya meningkatkan kinerja koperasi, khususnya mencakup koperasi primer
di Jawa Barat yaitu mencakup:
1) Penelitian sebelumnya tidak secara spesifik melakukan pengujian terhadap
koperasi primer dengan menggunakan variabel yaitu budaya organisasi, komitmen
organisasi , keunggulan bersaing dan kinerja.
2) Dalam penelitian tentang kinerja koperasi menggunakan pengukuran balanced
scorecard terhadap banyak koperasi , biasanya hanya pada satu koperasi.
3) Dalam penelitian terdahulu posisi variabel keunggulan bersaing sebagai variabel
dependen, namun dalam penelitian ini sebagai variabel intervening.
4.3. Pemecahan Masalah
4.3.1. Perumusan Tujuan
Berdasarkan hasil temuan penelitian ini, dapat ditujukan untuk menyusun dan
merumuskan pemecahan masalah dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan
keunggulan bersaing melalui budaya organisasi dan komitmen organisasional untuk
meningkatkan kinerja koperasi di wilayah Jawa Barat. Untuk itu maka pemecahan
masalah dibagi dalam dua aspek utama yang
meliputi :
1). Pemetaan Strategi Koperasi di Wilayah Jawa Barat
216
2). Perumusan strategi operasional koperasi di wilayah Jawa Barat.
4.3.2 Pemetaan Strategi
Pemetaan strategi disusun berdasarkan hasil pengujian hipotesis dalam rangka
mencapai tujuan pmecahan masalah. Pemetaan strategi dimulai dari penentuan
variabel solusi dimana variabel solusi yang diperoleh dengan memperhatikan hasil uji
hipotesisyang menerangkan hubungan dan pengaruh antar variabel penelitian.
Kemudian proses dilanjutkan dengan menyusun operasionalisasi variabel solusi
untuk memperkuat saran yang disampaikan.
(1). Peta Peningkatan Keunggulan Bersaing
Dari hasil tersebut maka dapat disusun peta peningkatan keunggulan bersaing
yang terkait dengan budaya organisasi maupun komitmen organisasional. Untuk hal
tersebut dinyatakan dalam gambar dibawah ini.
217
Kekeluargaan
Kohesivitas Kelompok
Moral Karyawan
Peraturan &Prosedur
Inovatif
Berpandangan ke Depan
Mandiri
Pengawasan
Loyalitas
Identifikasi
Tujuan Organisasi
Nilai Personal
Keterlibatan Organisasi
Keinginan Emosional
Kesadaran tetap Tinggal
Gambar 4.12. Peta Peningkatan Keunggulan Bersaing
Berdasarkan pada gambar peta peningkatan keunggulan bersaing dapat
dijelaskan sebagai berikut:
Kohesivitas
ggg
Peraturan &Prosedur
Keunggulan Bersaing
Keinginan Emosional
Gaya Kepemimpinan Kepemimpinan
Komitmen Organisasional
Budaya Organisasi
218
1). Budaya organisasi memiiliki pengaruh yang lebih dominan sebesar 22,37%
terhadap keunggulan bersaing. Dari sembilan dimensi pembentuk variabel Budaya
organisasi ada dua dimensi yang paling berpengaruh dominan yaitu Berpandangan ke
depan dan Kemandirian. Untuk berpandangan ke depan bagi pengurus hal ini
merupakan tantangan tersendiri yang harus dilakukan guna pengembangan koperasi,
contohnya dalam penggunaan teknologi informasi , yang meliputi penggunaan
sistem dan komputer dalam mendukung kegiatan koperasi. Layanan on line dan
ini dilakukan koperasi guna mengimbangi para pesaingnya dalam hal layanan ,
termasuk pula mutu produk barang yang diproduksi oleh koperasi atau barang yang
dijual oleh koperasi.
Untuk Kemandirian disini diartikan dengan koperasi bebas dari pengaruh atau
tekanan pihak lain yang tidak sesuai dengan mekanisme koperasi. Contohnya dalam
pengadaan barang atau dana , pengurus mempunyai kebebasan untuk memilih
pemasok barang dagangan, atau lainnya tanpa harus tergantung pada salah satu
pemasok (supplier barang), sehingga dengan demikian koperasi bisa memilih barang
yang bagus dengan harga yang relatif rendah dibandingkan dengan pesaingnya.
Untuk masalah keuangan koperasi juga diharapkan mempunyai kemandirian dari segi
dana, yang dihimpun dari anggota ataupun dari luar anggota. Pengaturan penerimaan
dana dan pengeluarannya diatur sendiri oleh manajemen koperasi tanpa campur
tangan pihak luar, pengawas koperasi diaktifkan perannya, sehingga dapat memenuhi
sesuai ketentuan koperasi, manajemen koperasi selalu berpikir dinamis dalam
pengelolaan usahanya. Hal ini memberikan indikasi bahwa manajemen koperasi yaitu
219
pengurus dan manajer operasional mempunyai motivasi yang tinggi untuk dapat
mengembangkan koperasi.
2). Upaya untuk meningkatkan keunggulan Bersaing juga dapat dilakukan melalui
Komitmen organisasional yang dalam hal ini adalah Loyalitas dan Wajib tetap
tinggal bekerja pada koperasi . Untuk loyalitas lebih kepada kesetiaan karyawan pada
koperasi, yang dinyatakan dengan mendukung terhadap suksesnya program koperasi.
Pada koperasi hal ini ditunjukkan oleh kesetiaan karyawan dalam kerja lembur
menyelesaikan pekerjaan sampai tuntas. Contohnya pada koperasi serba usaha yang
memiliki banyak unit kegiatan dan koperasi produksi.
Pengurus memusatkan perhatian pada keterlibatan karyawan dalam kegiatan
koperasi, sehingga karyawan merasa memiliki kewajiban untuk terus bertahan pada
koperasi, dan mampu menjaga kontinuitas kegiatan koperasi, dan pengurus merasa
berkewajiban menjaga keberadaan karyawan tersebut pada koperasi.
(2).Peta Peningkatan Kinerja Koperasi
Meujuk pada hasil uji hipotesis sebelumnya maka variabel solusi berikutnya adalah
Kinerja Koperasi, dapat ditunjukkan pada gambar berikut:
Gambar 4.13. Peta Peningkatan Kinerja Koperasi
Biaya rendah
Strategi Fokus
Diferensiasi Kinerja Koperasi Keunggulan
Bersaing
220
Berdasarkan pada gambar peta peningkatan kinerja koperasi dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1). Keunggulan bersaing memiliki pengaruh dominan sebesar 14,20% terhadap
kinerja koperasi. Dimensi yang paling dominan dalam membentuk keunggulan
bersaing adalah strategi fokus. Sedangkan dimensi strategi keunggulan biaya
memberikan pengaruh yang cukup dominan terhadap variabel keunggulan bersaing.
2). Peningkatan kinerja koperasi juga dapat dilakukan dengan meningkatkan
pengaruh budaya organisasi karena memiliki pengaruh sebesar terhadap kinerja
koperasi di wilayah Jawa Barat.
4.3.4 Operasionalisasi Strategi
Manajemen koperasi sangat membutuhkan operasionalisasi strategi untuk
dijadikan guideline dalam pengembangan dan peningkatan kinerja koperasi.
Berdasarkan pemetaan di atas, maka dapat ditentukan bahwa variabel yang dapat
dikendalikan dan merupakan variabel kebijakan adalah variabel budaya organisasi
dan keunggulan bersaing. Operasionalisasi strategi disusun berdasarkan atas peta
strategi dengan mempertimbangkan aspek daya tanggap pihak manajemen koperasi
terhadap kinerja koperasi serta perbaikan terhadap beberapa variabel lainnya seperti
komitmen organisasional. Strategi operasionalisasi tersebut meliputi:
1). Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Komitmen Organisasional
Koperasi di wilayah Jawa Barat.
221
Strategi operasional dalam meningkatkan Komitmen Organisasional Koperasi
di wilayah Jawa Barat dijelaskan pada tabel berikut.
Tabel 4.47 Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Komitmen
Organisasional Koperasi di wilayah Jawa Barat
Dimensi Langkah Operasional
Loyalitas Mempertahankan karyawan tetap bekerja pada koperasi
Mempertahankan karyawan tetap mau bekerja lembur
pada koperasi
Mempertahankan karyawan tetap setia pada koperasi
Wajib tetap tinggal Peningkatan perhatian pada karyawan bekerja pada
koperasi
Peningkatan perhatian pada tanggung jawab moral.
Peningkatan Karyawan bertahan dalam koperasi
Nilai personal Peningkatan unsur pertimbangan dalam pelaksanaan
tugas
Pemberian gagasan yang teguh untuk kepentingan
organisasi
Penetapan target yang harus dicapai karyawan
Keinginan secara emosional Perhatian pada biaya yang dikeluarkan karyawan
pindah kerja
Perhatian pada resiko yang ditanggung karyawan keluar
Perhatian pada kontinuitas dari pekerjaan yang
ditinggalkan
Kesadaran bila meninggalkan
organisasi
Pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi
kekurangan sumber daya manusia koperasi.
Pengurus bertanggung jawab dalam mengatasi masalah
Karyawan bisa mengatasi masalah kerja secara mandiri
Hasil uraian di atas menunjukkan langkah-langkah operasional dalam
meningkatkan kemampuan manajemen koperasi dalam upaya meningkatkan
komitmen organisasional koperasi di wilayah Jawa Barat. Adapun langkah-langkah
tersebut di susun berdasarkan hasil pengujian dimensi yang memiliki nilai yang
paling tinggi hingga yang paling rendah, serta mengkombinasikan dengan observasi
di lapangan.
222
2) Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Budaya Organisasi Koperasi di
Wilayah Jawa Barat.
Strategi operasional dalam meningkatkan budaya organisasi dapat digambarkan pada
tabel berikut ini.
Tabel 4.48 Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Budaya
Organisasi Koperasi di wilayah Jawa Barat
Dimensi Langkah Operasional
Berpandangan ke depan Mengevaluasi hasil dan meningkatkan kompetensi karyawan
Mengevaluasi hasil dan meningkatkan kompetensi dapat
mengikuti trend usaha yang terjadi
Manajemen koperasi berusaha menggunakan layanan
berbasis teknologi
Kemandirian Meningkatkan kemampuan untuk selalu berinisiatif dalam
segala hal.
Meningkatkan kemampuan untuk pengerjaan tugas yang
dipertanggungjawabkan
Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi rintangan yang
dihadapi
Kekeluargaan Meningkatkan kemampuan pemilihan pengurus secara
obyektif.
Meningkatkan pendidikan pengurus dan manajer
Meningkatkan kompetensi pengurus, pengawas dan manajer
Kohesivitas Kelompok Peningkatan arahan agar tidak terdapat konflik dalam
bekerja
Peningkatan dalam melakukan pekerjaan saling berinteraksi
pada tugas
Peningkatan dalam kelompok saling membantu mencapai
tujuan
Gaya Kepemimpinan Peningkatan pembinaan karyawan dalam melakukan
pekerjaan
Peningkatan pemberian motivasi karyawan dalam melaku-
kan pekerjaan
Peningkatan arahan agar tidak terdapat konflik dalam
bekerja
Control (Pengawasan) Peningkatan perhatian mencegah dan mendeteksi penggelapan
dan melindungi sumber daya organisasi
Peningkatan peran Pengawas melakukan pemeriksaan dan
penilaian atas pelaksanaan kebijakan dari pengurus
Peningkatan peran Pengurus melakukan pengawasan sistem
informasi akuntansi dan keuangan lainnya
223
Dimensi Langkah Operasional
Moral Karyawan Peningkatan perhatian terhadap moral karyawan dalam
pelaksanaan tugasnya.
Peningkatan dalam mencapai kemajuan organisasi
Peningkatan semangat karyawan dalam pelaksanaan
tugasnya
Penjelasan tersebut diatas merupakan langkah-langkah operasional dalam
meningkatkan kemampuan manajemen koperasi untuk memelihara budaya organisasi
yang baik pada koperasi di wilayah Jawa Barat. Langkah-langkah tersebut disusun
berdasarkan hasil pengujian dimensi yang memiliki nilai paling tinggi hingga paling
rendah serta menggabungkan dengan hasil observasi pada koperasi di wilayah Jawa
Barat.
3). Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Keunggulan Bersaing Koperasi
di Wilayah Jawa Barat.
Strategi operasional dalam meningkatkan keunggulan bersaing koperasi di
wilayah Jawa Barat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.49 Strategi Operasional Dalam Meningkatkan Keunggulan
Bersaing Koperasi di wilayah Jawa Barat
Dimensi Langkah Operasional
Strategi Fokus Peningkatan efiensi biaya pada aktivitas operasional yang
dilakukan.
Peningkatan efisiensi dalam pelayanan produk-poduk
koperasi
Peningkatan produk koperasi untuk mampu bersaing.
Strategi Keunggulan Biaya Meningkatkan kemampuan kebijakan harga jual produk
koperasi murah.
Meningkatkan kemampuan untuk pengerjaan tugas yang
dipertanggungjawabkan
224
Dimensi Langkah Operasional
Meningkatkan kemampuan untuk mengatasi rintangan yang
dihadapi.
Strategi Diferensiasi Meningkatkan kemampuan menciptakan keunikan produk
pada konsumen.
Meningkatkan kemampuan kecepatan layanan bagi
pelanggan.
Meningkatkan kemampuan layanan secara on line.
Langkah-langkah operasional di atas dalam rangka meningkatkan kemampuan
manajemen koperasi dalam upaya meningkatkan keunggulan bersaing koperasi di
wilayah Jawa Barat. Adapun langkah-langkah tersebut di susun berdasarkan hasil
pengujian indikator yang memiliki nilai yang paling tinggi hingga yang paling
rendah, serta mengkombinasikan dengan observasi di lapangan.
4.4 Rencana Tindakan
Langkah selanjutnya adalah merumuskan rencana tindakan berdasarkan hasil
penelitian dan analisis yang terkait dengan operasional strategi untuk meningkatkan
kinerja koperasi di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan hasil analisa, ditemukan bahwa
hubungan antar variabel yang mempengaruhi variabel kinerja koperasi adalah
variabel budaya organisasi dan variabel keunggulan bersaing, dimana masing-masing
memberikan pengaruh sebesar 15,21% dan 14,20%. Untuk itu maka perlu di susun
rencana tindakan untuk menjadi pedoman bagi pengelola koperasi di wilayah Jawa
Barat sebagaimana ditunjukkan pada tabel dibawah ini.
225
Tabel 4.50
Rencana Tindakan
Kelompok
Saran
Saran Yang
Diajukan
Penanggung
Jawab
Estimasi
Waktu
Sumber Daya
Budaya
Organisasi
Berpandangan
ke depan
Pengurus koperasi 6 bulan Manajer
Operasional
Kemandirian Bendahara Manajer
Operasional,
Manajer keuangan
12 bulan Man.operasional
dan Pengurus
Kekeluargaan Sekretaris, mana-
jer SDM
6 bulan Man operasional
dan Pengurus
Kohesivitas
Kelompok
Sekretaris, mana-
jer SDM, manajer
operasional
8 bulan Man.operasional,
man. SDM dan
Pengurus
Gaya
Kepemimpinan
Ketua,Sekretaris,
Bendahara
6 bulan Ketua, sekretaris,
bendahara,penga
was , man.
operasional
Control
(Pengawasan
Manajer opera-
sional, Sekretaris,
bendahara
6 bulan Ketua,
Sekretaris,
Bendahara,Penga
was dan man.
operasional
Moral
Karyawan
Sekretaris, Benda-
hara, Man. SDM
6 Bulan Ketua,
Sekretaris,
Bendahara dan
man.operasional
Komitmen
Organisasional
Loyalitas Sekretaris, Benda-
hara dan manajer
SDM
6 bulan Manajer
operasional dan
Pengurus
Wajib tetap
tinggal
Sekretaris, manajer
SDM
6 bulan Manajer
operasional dan
Pengurus
Nilai personal Sekretaris, Benda-
hara dan man SDM
6 bulan Manajer
operasional dan
Pengurus
Keterlibatan
secara
emosional
Bendahara dan
Man operasional,
Manajer keuangan
4 bulan Sekretaris,
Bendahara dan
manajer SDM
Kesadaran bila
meninggalkan
organisasi
Bendahara dan man
operasional,
manajer keuangan
6 bulan Manajer
operasional dan
Pengurus
Keunggulan
Bersaing
Strategi keung-
gulan biaya
Manajer operasional, man.produksi,man. pemasaran, ma-
najer keuangan
12 bulan Semua manajer
dan pengurus Strategi
Diferensiasi Manajer operasio-
nal,man produksi,
12 bulan Semua manajer
dan pengurus
226
Kelompok
Saran
Saran Yang
Diajukan
Penanggung
Jawab
Estimasi
Waktu
Sumber Daya
man.pemasaran,
manajer keuangan Strategi fokus Manajer operasi-
onal,manajer pe-
masaran, manajer
keuangan.
12 bulan Semua manajer
dan pengurus