bab iv hasil pengujian data dan pembahasan iv.1 gambaran...
TRANSCRIPT
57
BAB IV
HASIL PENGUJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
IV.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
IV.1.1 Gambaran Umum Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah 100 perusahaan kecil yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) berdasarkan tingkat total laba
atau rugi bersih yang relatif rendah selama bulan Oktober – Desember
2008. Proses pemilihan sampel menggunakan metode sampel bertujuan
(purposive sampling), dimana sebanyak 74 perusahaan terpilih sebagai
sampel dalam penelitian ini. Sehingga dapat dikatakan bahwa total
sampel dalam penelitian ini adalah 222 perusahaan selama periode
penelitian tahun 2006 – 2008.
Selanjutnya 222 sampel penelitian yang telah terpilih, akan
menjadi kumpulan data observasi yang akan diproses untuk mendapat
bukti empiris atas pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada model regresi
logistik berganda (multiple logistic regression model) melalui program
SPSS versi 17.0.
58
IV.1.2 Gambaran Umum Variabel Penelitian
IV.1.2.1 Opini Audit Going Concern (OPDIT)
Berdasarkan hasil analisis atas laporan auditor
independen, maka dapat dikelompokkan opini audit going
concern (GCAO) dan opini audit non going concern (NON
GCAO) yang diterima oleh 74 perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 – 2008. Hasil
analisis tersebut disajikan pada lampiran 3.
Secara ringkas, perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) dan perusahaan yang tidak menerima
opini audit going concern (NON GCAO), disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.1
Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Opini Audit Going Concern
Kategori 2006 2007 2008
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) GCAO 30 40.54% 32 43.24% 32 43.24% NON GCAO 44 59.46% 42 56.76% 42 56.76% Total 74 100.00% 74 100.00% 74 100.00%
Berdasarkan Tabel 4.1, maka dapat diketahui bahwa
1. Pada tahun 2006, perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) sebanyak 30 perusahaan (40.54%)
dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern (NON GCAO) sebanyak 44 perusahaan (59.46%).
59
2. Pada tahun 2007, perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) sebanyak 32 perusahaan (43.24%)
dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern (NON GCAO) sebanyak 42 perusahaan (56.76%).
3. Pada tahun 2008, perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) sebanyak 32 perusahaan (43.24%)
dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern (NON GCAO) sebanyak 42 perusahaan (56.76%).
IV.1.2.2 Kualitas Audit (KAP)
Hasil analisis terhadap 74 perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 – 2008
berdasarkan variabel kualitas audit, dikelompokkan menjadi the
big four dan non the big four, yang disajikan pada lampiran 4.
Secara ringkas, perusahaan yang diaudit oleh auditor
yang termasuk dalam the big four dan perusahaan yang diaudit
oleh auditor yang tidak termasuk dalam the big four (non the
big four), disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Kualitas Audit
Kategori 2006 2007 2008
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) The Big Four 13 17.57% 13 17.57% 11 14.86% Non The Big Four 61 82.43% 61 82.43% 63 85.14% Total 74 100.00% 74 100.00% 74 100.00%
60
Berdasarkan Tabel 4.2, maka dapat diketahui bahwa
1. Pada tahun 2006, perusahaan yang diaudit oleh auditor
yang termasuk dalam the big four sebanyak 13 perusahaan
(17.57%) dan perusahaan yang diaudit oleh auditor yang
tidak termasuk dalam the big four sebanyak 61 perusahaan
(82.43%).
2. Pada tahun 2007, perusahaan yang diaudit oleh auditor
yang termasuk dalam the big four sebanyak 13 perusahaan
(17.57%) dan perusahaan yang diaudit oleh auditor yang
tidak termasuk dalam the big four sebanyak 61 perusahaan
(82.43%).
3. Pada tahun 2008, perusahaan yang diaudit oleh auditor
yang termasuk dalam the big four sebanyak 11 perusahaan
(14.86%) dan perusahaan yang diaudit oleh auditor yang
tidak termasuk dalam the big four sebanyak 63 perusahaan
(85.14%).
IV.1.2.3 Komite Audit (OUTSIDE)
Hasil analisis terhadap 74 perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 – 2008
berdasarkan variabel komite audit, dikelompokkan menjadi
perusahaan yang memiliki komite audit dan perusahaan yang
tidak memiliki komite audit, yang disajikan pada lampiran 4.
61
Secara ringkas, perusahaan yang memiliki komite audit
dan perusahaan yang tidak memiliki komite audit, disajikan
dalam tabel berikut:
Tabel 4.3 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Komite Audit
Kategori 2006 2007 2008
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Komite audit 74 100.00% 74 100.00% 74 100.00% Non Komite Audit 0 0.00% 0 0.00% 0 0.00% Total 74 100.00% 74 100.00% 74 100.00%
Berdasarkan Tabel 4.3, maka dapat diketahui bahwa
seluruh perusahaan yang menjadi sampel penelitian yaitu 74
perusahaan (100%) dalam periode penelitian tahun 2006 –
2008, memiliki komite audit pada masing – masing perusahaan.
IV.1.2.4 Default Hutang (DEFAULT)
Hasil analisis terhadap 74 perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 – 2008
berdasarkan variabel default hutang, dikelompokkan menjadi
perusahaan yang dalam keadaan default hutang dan perusahaan
yang tidak dalam keadaan default hutang, yang disajikan pada
lampiran 5.
Secara ringkas, perusahaan yang dalam keadaan default
hutang dan perusahaan yang tidak dalam keadaan default
hutang, disajikan dalam tabel berikut:
62
Tabel 4.4 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Default Hutang
Kategori 2006 2007 2007
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Default Hutang 16 21.62% 12 16.22% 11 14.86% Non Default Hutang 58 78.38% 62 83.78% 63 85.14% Total 74 100.00% 74 100.00% 74 100.00%
Berdasarkan Tabel 4.4, maka dapat diketahui bahwa
1. Pada tahun 2006, perusahaan yang dalam keadaan default
hutang sebanyak 16 perusahaan (21.62%) dan perusahaan
yang tidak dalam keadaan default hutang sebanyak 58
perusahaan (78.38%).
2. Pada tahun 2007, perusahaan yang dalam keadaan default
hutang sebanyak 12 perusahaan (16.22%) dan perusahaan
yang tidak dalam keadaan default hutang sebanyak 62
perusahaan (83.78%).
3. Pada tahun 2008, perusahaan yang dalam keadaan default
hutang sebanyak 11 perusahaan (14.86%) dan perusahaan
yang tidak dalam keadaan default hutang sebanyak 63
perusahaan (85.14%).
IV.1.2.5 Kondisi Keuangan Perusahaan (ZSCORE)
Berdasarkan hasil analisis atas laporan keuangan
tahunan, JSX Statistics, dan Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) terhadap 74 perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 – 2008., maka
63
didapatkan data keuangan dari masing-masing perusahaan
untuk menghitung ke-empat rasio dari model Z”-Score yang
disajikan pada Lampiran 6.
Kemudian hasil perhitungan dari ke-empat rasio
tersebut dikalikan dengan koefisien dari masing-masing rasio
untuk menghasilkan nilai Z”-Score, yang disajikan pada
Lampiran 7.
Model Z”-Score selain digunakan untuk memprediksi
tingkat kebangkrutan suatu perusahaan, dapat juga digunakan
sebagai ukuran untuk menilai kinerja keuangan perusahaan.
Oleh karena itu, model Z”-Score merupakan suatu analisis yang
menghasilkan suatu indeks untuk menentukan perusahaan yang
termasuk kategori perusahaan sehat, perusahaan rawan
bangkrut, dan perusahaan bangkrut sesuai dengan kriteria yang
telah ditetapkan terlebih dahulu, yang disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.5 Kriteria titik cut off Model Z”-Score
Kriteria Nilai Z"-Score Kategori
Daerah Bangkrut jika Z”-Score < 1.10 Bangkrut Daerah Rawan bangkrut (grey area) 1.10 - 2.60 Rawan Bangkrut Daerah Tidak bangkrut jika Z"-Score > 2.60 Sehat
Pengelompokkan hasil perhitungan nilai Z”-Score yang
telah dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan
dalam Tabel 4.5, disajikan dalam Tabel 4.6 yaitu sebagai
berikut:
64
Tabel 4.6 Distribusi Sampel Berdasarkan Kriteria titik cut off Model Z”-Score
Kategori 2006 2007 2008
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) Bangkrut 31 41.89% 29 39.19% 33 44.59% Rawan Bangkrut 17 22.97% 18 24.32% 18 24.32% Sehat 26 35.14% 27 36.49% 23 31.08% Total 74 100.00% 74 100.00% 74 100.00%
Berdasarkan Tabel 4.6, maka dapat diketahui bahwa
1. Perusahaan yang termasuk kategori perusahaan bangkrut,
tahun 2006 sebanyak 31 perusahaan (41.89%), tahun 2007
sebanyak 29 perusahaan (39.19%), dan tahun 2008
sebanyak 33 perusahaan (44.59%). Banyaknya perusahaan
yang termasuk dalam kategori perusahaan bangkrut
dikarenakan sampel yang dipilih adalah perusahaan yang
memiliki total laba atau rugi bersih yang relatif rendah
selama bulan Oktober – Desember 2008. Sehingga, hal ini
menunjukkan adanya indikasi masing-masing perusahaan
tersebut akan menghadapi ancaman kebangkrutan,.
2. Perusahaan yang termasuk kategori perusahaan rawan
bangkrut, tahun 2006 sebanyak 17 perusahaan (22.97%),
tahun 2007 sebanyak 18 perusahaan (24.32%), dan tahun
2008 sebanyak 18 perusahaan (24.32%). Hal ini
menunjukkan bahwa perusahaan kemungkinan mengalami
masalah kesulitan keuangan, yang akan memungkinkan
perusahaan menghadapi ancaman kebangkrutan. Namun
ada kemungkinan pula perusahaan dapat bertahan,
65
tergantung bagaimana kebijakan manajemen dalam
mengambil tindakan secara tepat untuk mengatasi masalah
kesulitan keuangan pada masing-masing perusahaan.
3. Perusahaan yang termasuk kategori perusahaan sehat, tahun
2006 sebanyak 26 perusahaan (35.14%), tahun 2007
sebanyak 27 perusahaan (36.49%), dan tahun 2008
sebanyak 23 perusahaan (31.08%). Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan berada dalam keadaan yang sangat sehat
sehingga kemungkinan perusahaan akan mengalami
kebangkrutan sangat kecil.
. IV.1.2.6 Pertumbuhan Perusahaan (GROWTH)
Berdasarkan hasil analisis dari data laporan keuangan
tahunan, JSX Statistics, dan Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) terhadap 74 perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 – 2008, maka
didapatkan hasil perhitungan atas variabel pertumbuhan
perusahaan berdasarkan rasio pertumbuhan laba masing-masing
perusahaan, yang disajikan pada lampiran 8.
IV.1.2.7 Ukuran Perusahaan (SIZE)
Berdasarkan hasil analisis dari data laporan keuangan
tahunan, JSX Statistics, dan Indonesian Capital Market
Directory (ICMD) terhadap 74 perusahaan yang menjadi
66
sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 – 2008, maka
didapatkan hasil perhitungan atas variabel ukuran perusahaan
berdasarkan nilai dari total aktiva masing-masing perusahaan,
yang disajikan pada lampiran 8.
IV.1.2.8 Umur Perusahaan (LIFE)
Hasil analisis dan perhitungan terhadap 74 perusahaan
yang menjadi sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 –
2008 atas variabel umur perusahaan berdasarkan sejak masing-
masing perusahaan tersebut listing di Bursa Efek Indonesia
(BEI), yang disajikan pada lampiran 8.
IV.1.2.9 Opini Audit Tahun Sebelumnya (OPINITS)
Hasil analisis terhadap 74 perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini selama tahun 2006 – 2008
berdasarkan variabel opini audit tahun sebelumnya,
dikelompokkan menjadi opini audit going concern (GCAO)
dan opini audit non going concern (NON GCAO), yang
disajikan pada lampiran 5.
Secara ringkas, perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) dan perusahaan yang tidak menerima
opini audit going concern (NON GCAO), disajikan dalam tabel
berikut:
67
Tabel 4.7 Distribusi Sampel Berdasarkan Variabel Opini Audit Tahun Sebelumnya
2006 2007 2008
Jumlah (%) Jumlah (%) Jumlah (%) GCAO 30 40.54% 30 40.54% 32 43.24% NON GCAO 44 59.46% 44 59.46% 42 56.76% Total 74 100.00% 74 100.00% 74 100.00%
Berdasarkan Tabel 4.7, maka dapat diketahui bahwa
1. Pada tahun 2006, perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) sebanyak 30 perusahaan (40.54%)
dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern (NON GCAO) sebanyak 44 perusahaan (59.46%).
2. Pada tahun 2007, perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) sebanyak 30 perusahaan (40.54%)
dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern (NON GCAO) sebanyak 44 perusahaan (59.46%).
3. Pada tahun 2008, perusahaan yang menerima opini audit
going concern (GCAO) sebanyak 32 perusahaan (43.24%)
dan perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern (NON GCAO) sebanyak 42 perusahaan (56.76%).
IV.2 Hasil Pengujian Data
IV.2.1 Analisis Statistik Deskriptif
Penulis menggunakan statistik deskriptif untuk memberikan
informasi mengenai nilai terendah (minimum), nilai tertinggi
68
(maksimum), nilai purata (mean), dan simpangan baku (std. deviation)
atas variabel independen yang terdiri dari kualitas audit, komite audit,
default hutang, kondisi keuangan perusahaan, pertumbuhan perusahaan,
ukuran perusahaan, umur perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya.
Berikut ini adalah tabel hasil pengujian statistik deskriptif pada
222 data observasi, dimana disajikan berdasarkan perusahaan yang
menerima opini audit going concern (GCAO) dan perusahaan yang tidak
menerima opini audit going concern (NON GCAO).
Tabel 4.8 Statistik Deskriptif
Opini Audit Going Concern (GCAO) Opini Audit Non Going Concern ( NON GCAO)
Minimum Maximum Mean Std. Deviation Minimum Maximum Mean Std.
Deviation KAP 0 1 0.19 0.396 0 1 0.15 0.357
OUTSIDE 1 1 1.00 0.000 1 1 1.00 0.000 DEFAULT 0 1 0.36 0.483 0 1 0.04 0.195 ZSCORE -2263.731 44.756 -31.46110 234.325361 -21.040 424.258 13.90465 51.525328
GROWTH -77.342 34.101 -2.89540 14.001507 -86.958 212.711 -0.64213 23.882708 SIZE 6.340 16.663 12.30613 1.797324 8.522 16.351 12.35756 1.304979 LIFE 2 28 13.13 5.326 2 29 10.00 6.081
OPINITS 0 1 0.90 0.196 0 1 0.05 0.228 Valid N (listwise) 94 128
Total 222 Sumber: Hasil pengolahan data sekunder (2009)
Berdasarkan hasil output pengujian statistik deskriptif pada Tabel
4.8, maka dapat dikatakan bahwa
1. Variabel kualitas audit (KAP), baik pada perusahaan yang menerima
opini audit going concern maupun perusahaan yang tidak menerima
opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai
maximum sebesar 1. Selain itu, perusahaan yang menerima opini audit
going concern memiliki mean sebesar 0.19 dan std. deviation sebesar
69
0.396. Sedangkan, perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern memiliki mean sebesar 0.15 dan std. deviation sebesar 0.357.
2. Variabel komite audit (OUTSIDE), baik pada perusahaan yang
menerima opini audit going concern maupun perusahaan yang tidak
menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum dan nilai
maximum sebesar 1, mean sebesar 1.00, dan std. deviation sebesar
0.000.
3. Variabel default hutang (DEFAULT), baik pada perusahaan yang
menerima opini audit going concern maupun perusahaan yang tidak
menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 0
dan nilai maximum sebesar 1. Selain itu, perusahaan yang menerima
opini audit going concern memiliki mean sebesar 0.36 dan std.
deviation sebesar 0.483. Sedangkan, perusahaan yang tidak menerima
opini audit going concern memiliki mean sebesar 0.04 dan std.
deviation sebesar 0.195.
4. Variabel kondisi keuangan perusahaan (ZSCORE), pada perusahaan
yang menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum
sebesar -2263.731 (Hanson International Tbk., 2008), nilai maximum
sebesar 44.756 (Mas Murni Indonesia Tbk., 2006), mean sebesar -
31.46110, dan std. deviation sebesar 234.325361. Sedangkan,
perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern memiliki
nilai minimum sebesar -21.040 (Indoexchange Tbk., 2006), nilai
maximum sebesar 424.258 (Bumi Teknokultura Unggul Tbk., 2008),
mean sebesar 13.90465, dan std. deviation sebesar 51.525328.
70
5. Variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH), pada perusahaan yang
menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar -
77.342 (Barito Pasific Tbk., 2008), nilai maximum sebesar 34.101
(Polysindo Eka Perkasa Tbk., 2007), mean sebesar -2.89540, dan std.
deviation sebesar 14.001507. Sedangkan, perusahaan yang tidak
menerima opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar -
86.958 (Tirta Mahakam Resources Tbk., 2008), nilai maximum
sebesar 212.711 (Aneka Kemasindo Utama Tbk., 2008), mean sebesar
-0.64213, dan std. deviation sebesar 23.882708.
6. Variabel ukuran perusahaan (SIZE), pada perusahaan yang menerima
opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 6.340
(Indoexchange Tbk., 2007), nilai maximum sebesar 16.663 (Barito
Pasific Tbk., 2008), mean sebesar 12.30613, dan std. deviation sebesar
1.797324. Sedangkan, perusahaan yang tidak menerima opini audit
going concern memiliki nilai minimum sebesar 8.522 (Indoexchange
Tbk., 2006), nilai maximum sebesar 16.351 (Energi Mega Persada
Tbk., 2008), mean sebesar 12.35756, dan std. deviation sebesar
1.304979.
7. Variabel umur perusahaan (LIFE), pada perusahaan yang menerima
opini audit going concern memiliki nilai minimum sebesar 2, nilai
maximum sebesar 28, mean sebesar 13.13, dan std. deviation sebesar
5.326. Sedangkan, perusahaan yang tidak menerima opini audit going
concern memiliki nilai minimum sebesar 2, nilai maximum sebesar 29,
mean sebesar 10.00, dan std. deviation sebesar 6.081.
71
8. Variabel opini audit tahun sebelumnya (OPINITS), baik pada
perusahaan yang menerima opini audit going concern maupun
perusahaan yang tidak menerima opini audit going concern memiliki
nilai minimum sebesar 0 dan nilai maximum sebesar 1. Selain itu,
perusahaan yang menerima opini audit going concern memiliki mean
sebesar 0.90 dan std. deviation sebesar 0.196. Sedangkan, perusahaan
yang tidak menerima opini audit going concern memiliki mean sebesar
0.05 dan std. deviation sebesar 0.228.
IV.2.2 Analisis Statistik Inferensial
Penulis melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan
model regresi logistik berganda (multiple logistic regression model),
dimana menguji beberapa variabel independen, yaitu kualitas audit
(KAP), komite audit (OUTSIDE), default hutang (DEFAULT), kondisi
keuangan perusahaan (ZSCORE), pertumbuhan perusahaan (GROWTH),
ukuran perusahaan (SIZE), umur perusahaan (LIFE), dan opini audit
tahun sebelumnya (OPINITS) terhadap variabel dependen yaitu opini
audit going concern.
Namun demikian, ketika proses pengolahan data untuk pengujian
hipotesis dilakukan, terdapat satu variabel independen yaitu komite audit
(OUTSIDE) yang secara otomatis dikeluarkan dari proses pengolahan
data. Pengeluaran variabel komite audit dari proses pengolahan data
disajikan dalam output SPSS dengan suatu pernyataan “The variable
Komite Audit is constant for the selected cases. Since a constant term was
72
specified, the variable will be remove from the analysis.” Sehingga, dapat
dikatakan bahwa alasan atas pengeluaran variabel komite audit dari
proses pengolahan data yaitu bahwa nilai variabel komite audit adalah
konstan sebesar 1 untuk semua data observasi. Dimana hal tersebut dapat
menunjukkan bahwa semua sampel penelitian yang menjadi data
observasi memiliki komite audit dalam perusahaannya.
Oleh karena itu, persamaan model regresi logistik berganda yang
selanjutnya digunakan dalam penelitian ini adalah:
OPDIT = α + 1β KAP + 3β DEFAULT + 4β ZSCORE + 5β GROWTH + 6β SIZE + 7β LIFE + 8β OPINITS + ε
Keterangan:
α : Konstanta
iβ : Koefisien peubah variabel independen
KAP : Kualitas audit
[KAP the big four (1), KAP non the big four (0)]
DEFAULT : Default hutang
[default hutang (1), non default hutang (0)]
ZSCORE : Kondisi keuangan perusahaan
[berdasarkan model modifikasi Edward I. Altman:
Z”-Score tahun 2006]
73
GROWTH : Pertumbuhan perusahaan
[berdasarkan rasio dari pertumbuhan total laba atau rugi
bersih]
SIZE : Ukuran perusahaan
[berdasarkan nilai dari total aktiva perusahaan]
LIFE : Umur perusahaan
[berdasarkan tahun listing perusahaan di Bursa Efek
Indonesia]
OPINITS : Opini audit tahun sebelumnya
[opini audit going concern (1), opini audit non going
concern (0)]
ε : Error
Beberapa tahap yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan
pengujian terhadap hipotesis atas penelitian ini adalah sebagai berikut:
IV.2.2.1 Pengujian Overall Model Fit
Langkah pertama yang dilakukan oleh penulis adalah
menilai overall model fit terhadap data. Pengujian ini dilakukan
untuk mengetahui apakah suatu model, fit atau tidak terhadap
data sebelum dan setelah ditambahkan variabel independen.
74
Tabel 4.9 Perbandingan nilai -2LL Awal dengan -2LL Akhir
- 2LL Awal (Block Number = 0) 302.530
- 2LL Akhir (Block Number = 1) 94.040 Sumber: Hasil pengolahan data sekunder (2009)
Berdasarkan Tabel 4.9, maka dapat diinterprestasikan
bahwa setelah seluruh variabel independen yang berupa
kualitas audit (KAP), default hutang (DEFAULT), kondisi
keuangan perusahaan (ZSCORE), pertumbuhan perusahaan
(GROWTH), ukuran perusahaan (SIZE), umur perusahaan
(LIFE), dan opini audit tahun sebelumnya (OPINITS)
ditambahkan dalam model regresi logistik berganda, maka
terjadi penurunan nilai -2LL dari 302.530 menjadi 94.040.
Adanya penurunan nilai -2LL sebesar 208..490
(302.530 – 94.040), diartikan bahwa model regresi adalah fit
dengan data atau penambahan variabel independen ke dalam
model regresi logistik berganda dapat memperbaiki model
regresi menjadi fit.
IV.2.2.2 Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui
seberapa besar variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan
oleh variabilitas variabel independen. Koefisien determinasi
pada model regresi logistik berganda dapat dianalisis dari nilai
Nagelkerke’s R Square, yang disajikan dalam tabel berikut:
75
Tabel 4.10 Nilai Nagelkerke’s R Square
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square
1 94.040a 0.609 0.819
a. Estimation terminated at iteration number 9 because parameter estimates changed by less than 0.001
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder (2009)
Berdasarkan Tabel 4.10, maka dapat diinterprestasikan
bahwa nilai Nagelkerke’s R Square adalah sebesar 0.819. Hal
ini berarti bahwa variabilitas variabel dependen yang berupa
opini audit going concern dapat dijelaskan oleh variabilitas
variabel independen yang terdiri dari kualitas audit (KAP),
default hutang (DEFAULT), kondisi keuangan perusahaan
(ZSCORE), pertumbuhan perusahaan (GROWTH), ukuran
perusahaan (SIZE), umur perusahaan (LIFE), dan opini audit
tahun sebelumnya (OPINITS) sebesar 81.90%. Sedangkan
sisanya sebesar 18.10%, dijelaskan oleh variabilitas variabel
independen lain yang tidak diteliti dalam model penelitian ini.
IV.2.2.3 Pengujian Kelayakan Model Regresi
Pengujian kelayakan model regresi logistik berganda
dilakukan dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s
Goodness of Fit Test yang diukur dengan nilai Chi-Square.
Hasil output pengujian kelayakan model regresi logistik
berganda disajikan dalam tabel berikut:
76
Tabel 4.11 Nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 10.687 8 0.220 Sumber: Hasil pengolahan data sekunder (2009)
Berdasarkan Tabel 4.11, maka dapat diinterprestasikan
bahwa nilai Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test
adalah sebesar 10.687 dengan nilai signifikan (Sig.) adalah
sebesar 0.220. Hal ini menunjukkan bahwa nilai signifikan
(Sig.) yang diperoleh lebih besar dari 0.05, sehingga Ho tidak
dapat ditolak yang berarti model mampu memprediksi nilai
observasinya atau model layak untuk digunakan dalam tahap
analisis selanjutnya karena tidak ditemukan perbedaan yang
nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan klasifikasi
yang diamati (observasi).
IV.2.2.4 Matrik Klasifikasi
Matrik klasifikasi digunakan untuk menunjukkan
ketepatan prediksi dari model regresi logistik berganda
terhadap variabel dependen. Matrik klasifikasi pada model
regresi logistik berganda dapat dianalisis dari classification
table, yang disajikan dalam tabel berikut:
77
Tabel 4.12 Nilai Matrik Klasifikasi
Classification Tablea
Observed
Predicted Opini Audit Going Concern (OPDIT)
Percentage Correct
Non Going Concern Going Concern Step 1
Opini Audit Going Concern (OPDIT)
Non Going Concern 121 7 94.50
Going Concern 9 85 90.40
Overall Percentage 92.80
a. The Cut Value is 0.500 Sumber: Hasil pengolahan data sekunder (2009)
Berdasarkan Tabel 4.12, maka dapat diinterprestasikan
bahwa ketepatan nilai prediksi atas perusahaan yang
menerima opini audit going concern adalah sesuai dengan
nilai observasi yang sesungguhnya yaitu sebanyak 85
perusahaan. Sehingga, ketepatan model regresi logistik
berganda atas perusahaan yang menerima opini audit going
concern adalah sebesar 90.40% (85:94).
Sedangkan, ketepatan nilai prediksi atas perusahaan
yang tidak menerima opini audit going concern juga sesuai
dengan nilai observasi yang sesungguhnya yaitu sebanyak
121 perusahaan. Sehingga, ketepatan model regresi logistik
berganda atas perusahaan yang tidak menerima opini audit
going concern adalah sebesar 94.50% (121:128).
Secara keseluruhan, dapat dikatakan bahwa ketepatan
nilai prediksi dalam model regresi logistik berganda adalah
sebesar 92.80% terhadap nilai observasi yang sesungguhnya
atas variabel dependen yang menjadi data observasi.
78
IV.2.2.5 Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan
untuk menguji pengaruh variabel independen yang terdiri dari
kualitas audit (KAP), default hutang (DEFAULT), kondisi
keuangan perusahaan (ZSCORE), pertumbuhan perusahaan
(GROWTH), ukuran perusahaan (SIZE), umur perusahaan
(LIFE), dan opini audit tahun sebelumnya (OPINITS) terhadap
variabel dependen yaitu opini audit going concern.
Hasil output dari pengujian hipotesis dapat dianalisis
dari variabel in the equation, yang disajikan dalam tabel
berikut:
Tabel 4.13
Variables in the Equation B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 1a KAP 0.208 0.862 0.058 1 .809 1.231
DEFAULT 2.075 0.886 5.486 1 .019 7.961
ZSCORE -0.048 0.027 3.274 1 .070 0.953
GROWTH -0.012 0.017 0.485 1 .486 0.988
SIZE -0.102 0.214 0.227 1 .634 0.903
LIFE 0.044 0.055 0.636 1 .425 1.044
OPINITS 4.969 0.559 68.793 1 .000 143.880
Constant -2.122 2.540 0.698 1 .403 0.120
a. Variabel (s) entered on step 1: KAP, DEFAULT, ZSCORE, GROWTH, SIZE, LIFE, OPINITS
Sumber: Hasil pengolahan data sekunder (2009)
Berdasarkan Tabel 4.13, maka didapatkan persamaan
model regresi logistik berganda atas pengujian hipotesis dengan
tingkat signifikasi sebesar 10%, yaitu sebagai berikut:
79
OPDIT = -2.122 + 0.208 KAP + 2.075 DEFAULT - 0.048 ZSCORE - 0.012 GROWTH - 0.102 SIZE + 0.044 LIFE + 4.969 OPINITS + ε
HA1 : Terdapat pengaruh positif antara kualitas audit terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan Tabel 4.13, maka dapat diinterprestasikan
bahwa variabel kualitas audit (KAP) menunjukkan koefisien
positif sebesar 0.208 dengan tingkat signifikasi 0.809 > 0.10,
yang berarti Ho1 tidak dapat ditolak atau HA1 tidak dapat
diterima. Dengan demikian terbukti bahwa kualitas audit tidak
memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ramadhany et al. dan Santosa et al., yang
menunjukkan bahwa kualitas audit tidak memiliki pengaruh
positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa baik auditor
dalam Kantor Akuntan Publik (KAP) yang berskala besar (the
big four) maupun yang berskala kecil (non the big four), akan
selalu mempertahankan sikap independensi dan objektif dalam
melakukan penugasan audit sampai menyatakan pendapatnya
atas kewajaran laporan keuangan suatu perusahaan yang
diauditnya. Sehingga auditor yang tidak termasuk the big four
pun, dapat menyatakan opini audit going concern, apabila suatu
80
perusahaan mengalami masalah atas ketidakpastian
kelangsungan hidup usahanya. Misalkan: Surabaya Agung
Industri Pulp Tbk. menerima opini audit going concern,
meskipun perusahaan tersebut diaudit oleh auditor yang tidak
termasuk the big four (2006: Drs. Bambang, Sutjipto Ngumar
& Rekan; 2007: Yansen Pasaribu; 2008: Anwar & Rekan).
HA2 : Tidak ada hipotesis.
Variabel komite audit dikeluarkan secara otomatis dari
proses pengolahan data, karena memiliki nilai konstan sebesar
1. Sehingga variabel komite audit tidak memiliki hasil
pengujian hipotesis yang dapat dianalisis apakah komite audit
memiliki pengaruh atau tidak terhadap penerimaan opini audit
going concern.
HA3 : Terdapat pengaruh positif antara default hutang terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan Tabel 4.13, maka dapat diinterprestasikan
bahwa variabel default hutang (DEFAULT) menunjukkan
koefisien positif sebesar 2.075 dengan tingkat signifikasi 0.019
< 0.10, yang berarti Ho3 ditolak atau HA3 diterima. Dengan
demikian terbukti bahwa default hutang memiliki pengaruh
positif terhadap penerimaan opini audit going concern.
81
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ramadhany et al., yang menunjukkan bahwa
default hutang memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Oleh kerena itu, penulis berpendapat bahwa hasil
penelitian ini juga dapat mendukung pernyataan Standar
Profesional Akuntan Publik – PSA 30 SA Seksi 9341, yang
menyatakan bahwa masalah kesulitan keuangan pada suatu
perusahaan dapat berdampak pada kelangsungan hidup
perusahaan tersebut (going concern) yang berkaitan dengan
kegagalan atau kelalaian suatu perusahaan untuk membayar
hutang pokok dan/atau bunganya pada saat jatuh tempo.
HA4 : Terdapat pengaruh negatif antara kondisi keuangan perusahaan
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan Tabel 4.13, maka dapat diinterprestasikan
bahwa variabel kondisi keuangan perusahaan (ZSCORE)
menunjukkan koefisien negatif sebesar 0.012 dengan tingkat
signifikasi 0.070 < 0.10, yang berarti Ho4 ditolak atau HA4
diterima. Dengan demikian terbukti bahwa kondisi keuangan
perusahaan memiliki pengaruh negatif terhadap penerimaan
opini audit going concern.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ramadhany et al. dan Santosa et al.,yang
82
menunjukkan bahwa kondisi keuangan perusahaan memiliki
pengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going
concern. Meskipun model prediksi kebangkrutan yang
digunakan berbeda-beda dalam menilai kondisi keuangan suatu
perusahaan, yaitu Santosa et al. menggunakan The Edward I.
Altman Model (Z-Score), Ramadhany et al. menggunakan The
Revised Edward I. Altman Model (Z’-Score), sedangkan
penulis menggunakan The Modification Edward I. Altman
Model (Z”-Score).
Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa apabila
nilai Z”-Score semakin kecil menandakan kondisi keuangan
perusahaan memburuk atau perusahaan termasuk dalam
kategori perusahaan bangkrut, sehingga akan semakin besar
pula kemungkinan perusahaan tersebut untuk menerima opini
audit going concern. Sebaliknya apabila nilai Z”-Score semakin
besar menandakan perusahaan tidak mengalami masalah
kesulitan keuangan atau perusahaan termasuk dalam kategori
perusahaan sehat, sehingga akan semakin kecil pula
kemungkinan perusahaan tersebut untuk menerima opini audit
going concern.
83
HA5 : Terdapat pengaruh negatif antara pertumbuhan perusahaan
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan Tabel 4.13, maka dapat diinterprestasikan
bahwa variabel pertumbuhan perusahaan (GROWTH)
menunjukkan koefisien negatif sebesar 0.012 dengan tingkat
signifikasi 0.486 > 0.10, yang berarti Ho5 tidak dapat ditolak
atau HA5 tidak dapat diterima. Dengan demikian terbukti bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh negatif
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh oleh Santosa et al., yang menunjukkan bahwa
pertumbuhan perusahaan tidak memiliki pengaruh positif
terhadap penerimaan opini audit going concern.
Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa perusahaan
yang memiliki rasio pertumbuhan laba negatif, belum tentu
menerima opini audit going concern. Misalkan: Tirta Mahakam
Resources Tbk. (2008) yang memiliki rasio pertumbuhan laba
negatif sebesar 86.96%, tetapi tidak menerima opini audit going
concern. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki rasio
pertumbuhan laba positif, ada kemungkinan menerima opini
audit going concern. Misalkan: Polysindo Eka Perkasa Tbk.
(2007) yang memiliki rasio pertumbuhan laba positif sebesar
31.10%, tetapi menerima opini audit going concern.
84
HA6 : Terdapat pengaruh negatif antara ukuran perusahaan terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan Tabel 4.13, maka dapat diinterprestasikan
bahwa variabel ukuran perusahaan (SIZE) menunjukkan
koefisien negatif sebesar 1.102 dengan tingkat signifikasi 0.634
> 0.10, yang berarti Ho6 tidak dapat ditolak atau HA6 tidak dapat
diterima. Dengan demikian terbukti bahwa ukuran perusahaan
tidak memiliki pengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit
going concern.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ramadhany et al., yang menunjukkan bahwa
ukuran perusahaan tidak memiliki pengaruh negatif terhadap
penerimaan opini audit going concern. Namun, hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Santosa
et al., yang menunjukkan bahwa ukuran perusahaan memiliki
pengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.
Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa perusahaan
yang memiliki total aktiva lebih kecil, belum tentu akan
menerima opini audit going concern. Begitu pula sebaliknya,
perusahaan yang memiliki total aktiva lebih besar, ada
kemungkinan menerima opini audit going concern. Misalkan:
Barito Pasific Tbk. yang memiliki total aktiva terbesar sebesar ±
Rp. 16.912.119.000.000 (2007) dan ± Rp. 17.243.721.000.000
(2008), tetapi menerima opini audit going concern, karena
85
perusahaan mengalami defisit keuangan sebesar ± Rp.
2.595.493.000.00 (2007) dan ± Rp. 5.994.307.000 (2008) serta
perusahaan telah menangguhkan sebagian pelunasan pokok dan
bunga pinjaman yang telah jatuh tempo, yang akhirnya
mempengaruhi kegiatan operasi perusahaan selama tahun 2007 -
2008.
HA7 : Terdapat pengaruh negatif antara umur perusahaan terhadap
kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan Tabel 4.13, maka dapat diinterprestasikan
bahwa variabel umur perusahaan (LIFE) menunjukkan koefisien
positif sebesar 0.044 dengan tingkat signifikasi 0.425 > 0.10,
yang berarti Ho7 tidak dapat ditolak atau HA7 tidak dapat diterima.
Dengan demikian terbukti bahwa umur perusahaan tidak
memiliki pengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Hal ini disebabkan bahwa perusahaan yang baru
beroperasi, belum tentu akan menerima opini audit going
concern. Misalkan: umur perusahaan dari Bumi Teknokultura
Unggul Tbk. adalah ± 2 - 4 tahun (2006 – 2008), tetapi tidak
menerima opini audit going concern. Sebaliknya, perusahaan
yang telah beroperasi lebih lama, ada kemungkinan menerima
opini audit going concern. Misalkan: umur perusahaan dari
Unitex Tbk. ± 24-26 tahun (2006 – 2008), tetapi menerima opini
86
audit going concern, karena perusahaan telah mengalami
kerugian yang berulang kali atas kegiatan operasinya, sehingga
mengakibatkan jumlah kewajiban lancar melebihi jumlah aktiva
lancar.
HA8 : Terdapat pengaruh positif antara opini audit tahun sebelumnya
terhadap kemungkinan penerimaan opini audit going concern.
Berdasarkan Tabel 4.13, maka dapat diinterprestasikan
bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya (OPINITS)
menunjukkan koefisien positif sebesar 4.969 dengan tingkat
signifikasi 0.000 > 0.10, yang berarti Ho8 tidak dapat ditolak atau
HA8 tidak dapat diterima. Dengan demikian terbukti bahwa opini
audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif terhadap
penerimaan opini audit going concern.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Ramadhany et al. dan Santosa et al., yang
menunjukkan bahwa opini audit tahun sebelumnya memiliki
pengaruh positif terhadap penerimaan opini audit going
concern.
Oleh karena itu, penulis berpendapat bahwa auditor
dalam menerbitkan opini audit going concern sangat
memperhatikan dan mempertimbangkan opini audit going
concern yang telah diterima oleh perusahaan pada tahun
sebelumnya atau perusahaan yang menerima opini going
87
concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk
menerima opini audit yang sama pada tahun berikutnya atau
tahun berjalan.