bab iv metodelogi penelitian
DESCRIPTION
POPULASI DAN SAMPELTRANSCRIPT
50
BAB IV
METODELOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif korelasi. Desain peneletiannya
adalah Quasy eksperiment dengan pendekatan One Group Pre test – post test
design. Rancangan penelitian Quasy eksperiment ini berupaya untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan kelompok Pre
test dengan post test yang bertujuan untuk mengidentifikasi pengaruh merubah
posisi dan masase kulit pada pasien stroke terhadap terjadinya luka dekubitus di
RSUD. Deli Serdang Lubuk Pakam tahun 2015 ( Nursalam, 2011 ) penelitian ini
hanya menggunakan kelompok intervensi tanpa adanya kelompok kontrol.
Adapun skema dari desain penelitian sebagai berikut :
Skema 4.1
Desain Penelitian One Group Pre test – Post test Design
Subjek Pre test Perlakuan Post test
K O I OI
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
K : Subjek Pasien stroke
O : Observasi sebelum melakukan merubah posisi dan masase kulit
I : Intervensi ( meubah posisi dan masase kulit )
OI : Observasi sesudah melakukan merubah posisi dan masase kulit
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
50
51
4.2.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan komponen yang sangat penting dalam
mendukung terlaksananya penelitian dan harus sesuai dengan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian itu sendiri. Lokasi penelitian yang ingin digunakan
adalah RSUD. Deli Sedang Lubuk Pakam Tahun 2015.
4.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien stroke yang di rawat di
RSUD. Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015 yang berjumlah berdasarkan
jenis kelamin laki – laki sekitar 62 orang dan perempuan 42 orang jadi total
keseluruhan pasien stroke 104 orang yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan. Pengambilan sampel ( Sampling ) menggunakan purposive sampling
yaitu penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
dengan yang dikehendaki peneliti ( tujuan / masalah dalam penelitian ), sehingga
sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi ( Nursalam, 2011 ).
4.3.2 Sampel
Metode sampling no probability adalah pemilihan sampel yang tidak
dilakukan secara acak. Menurut Arikunto ( 2006 ) apabila subjek yang ingin
diketahui kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya
52
merupakan penelitian populasi, tetapi jika subjeknya lebih dari 100 dapat diambil
antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih. Maka besar sampel dalam penelitian
ini adalah :
Rumus “ n = N x 15 % “
Keterangan : n = besar sampel minimum
N = besar populasi
15 % = ketentuan yang ditetapkan
n = N x 15 %
n = 104 x 15 / 100
n = 1560 / 100
n = 15.6
n = 16
Jadi jumlah sampel ( responden ) yang saya gunakan adalah 15 orang dari
jumlah populasi yang 104 orang.
4.3.3 Kriteria Sampel
Pasien yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah pasien yang telah
memenuhi kriteria inklusi berikut dibawah ini :
a. Pasien yang terdiagnosa stroke.
b. Skor braden < 17.
c. Menjalani perawatan inap di rumah sakit minimal 3 hari.
d. Imobilisasi ( tidak mampu miring ke kiri dan ke kanan secara mandiri ).
Sedangkan kriteria eksklusi antara lain :
a. Pasien dalam kondisi gelisah atau tidak kooperatif.
53
b. Pasien dengan riwayat kejang.
c. Sudah terdapat luka tekan sebelumnya.
d. Edema ( + ).
4.4 Pertimbangan Etik Penelitian
Penelitian ini menjelaskan maksud dan tujuan penelitian yang akan
dilakukan serta dampak yang mungkin terjadi. Selama dan sesudah pengumpulan
data untuk memenuhi hak tersebut maka penelitian ini menggunakan manusiaa
sebagai objek penelitian dan tidak boleh bertentangan dengan etik. Maka untuk
itu, hakikatnya sebagai manusia harus dilindungi dengan memperhatikan prinsip –
prinsip dan pertimbangan etik, yaitu responden mempunyai hak untuk
memutuskan apakah dia bersedia menjadi responden atau tidak tanpa ada sanksi
apapun, tidak menimbulkan penderita bagi responden. Dalam hal ini peneliti juga
memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta tanggung
jawab jika ada sesuatu terjadi pada responden. Responden juga harus diperlakukan
secara baik, sebelum dan sesudah penelitian. Responden tidak boleh
didiskriminasikan jika menolak untuk menjadi responden, selain itu ada prinsip –
prinsip etik yang meliputi :
1. Hak Untuk Menentukan Diri(Right to Self Determination)
Langkah awal yang dilakukan peneliti dalam memulai pendekatan
terhadap responden untuk turut menjadi bagian dari penelitian ini, peneliti
memberikan pilihan dan kesempatan berpikir bagi responden dan keluarga
untuk memahami tujuan penelitian sehingga keputusan yang diambilnya
benar – benar mencerminkan kesadaran dan bebas dari unsur paksaan
54
untuk berpartisipasi atau tidak ikut dalam penelitian atau menarik diri
sebelum penelitian selesai. Untuk itu, si peneliti memberikan informed
consent kepada si objek peneliti. Informed consent ini diberikan kepada
responden dengan tujuan agar responden penelitian mengetahui judul
penelitian, tujuan dari penelitian yang dilakukan, manfaat penelitian dan
dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia
untuk diteliti, maka responden maupun keluarga menandatangani lembar
persetujuan tersebut, namun jika responden menolak diri untuk diteliti,
maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak – hak respnden
yaitu untuk menerima dan menolak menjadi responden.
2. Hak Menjaga Privasi Dan Martabat(Right to Privacy and Dignity)
Peneliti menjelaskan terlebih dahulu bahwa setiap informasi yang
dikumpulkan dan diberikan oleh responden dan keluarga akan dijaga ketat
kerahasiaannya dan menjelaskan bahwa setiap informasi yang didapatkan
dari responden hanya untuk kepentingan penelitian saja.
3. Hak Untuk Inisial Nama & Kerahasian (Right to Anomity and
confidentiality)
Untuk menjaga kerahasian responden penelitian, maka peneliti tidak
mencantumkan nama yang sebenarnya dan hanya memberikan nama
inisial saja pada lembar tersebut. Kerahasiaan semua informasi yang
diperoleh dari responden dijamin oleh peneliti dengan jalan tidak
menyebarluaskan informasi yang didapatkan dari responden kepada orang
lain yang tidak berhak.
4. Hak Untuk Mendapatkan Perlakuan Yang Adil (Right to Fair Treatmen)
55
Setiap responden mempunyai hak yang sama untuk dipilih dalam
penelitian dengan menghormati persetujuan yang telah disepakati. Dalam
penelitian ini, peneliti memperlakukan semua responden yang sesuai
dengan kriteria inklusi dan eksklusi diruangan serta tidak membeda –
bedakan responden baik dari jenis kelamin dan golongan kepegawaian.
5. Hak Untuk Mendapatkan Perlindungan Dari Ketidaknyamanan & Bahaya
(Right to Protection From Discomfort and Harm)
Responden berhak mendapatkan perlindungan dari ketidak nyamanan dan
bahaya selama melakukan penelitian. Responden dapat mentoleransi
intervensi yang diberikan selama 3 hari berturut – turut, sampai denga
dilakukan evaluasi.
4.5 Instrumen Penelitian
4.5.1 Data Demografi ( Kuesioner Identitas Responden )
Data demografi ini berguna untuk membantu peneliti mengetahui latar
belakang dari responden yang berpengaruh terhadap penelitian ini. Data
demografi meliputi nomor record, nama inisial, tempat & tanggal lahir, umur,
jenis kelamin,agama, riwayat penyakit ( Diagnosa ), skor skala braden.
4.5.2 Lembar Observasi
Instrumen penelitian yang digunakan ini yakni berupa lembar observasi.
Lembar observasi terdiri dari :
1. Format Pengaturan Posisi Mika, Miki, Telentang & masase.
56
2. Format pemantauan terjadinya luka tekan yang berdasarkan area
terjadinya luka dan derajat luka tersebut.
3. Pengkajian Resiko Luka tekan Skala Braden.
Skala braden merupakan intrumen yang paling sering digunakan dalam
menilai resiko luka tekan dan tingkat validitasnya telah diverifikasi (Bergstrom,
1998 ; Vandenbosch, 1996 ; Barnes and payton 1993 dalam Kim, 2009). Skala
braden mencakup 6 (enam) sub skala yakni mobilitas, aktivitas, persepsi sensori,
kelembaban kulit, status nutrisi, dan gesekan / robekan. Masing – masing sub
skala memiliki rentang skor mulai dari 1 sampai 4, dimana 4 menggambarkan
kondisi yang terbaik. Sedangkan sub skala yang gesekan / robekan mendapat skor
1 – 3, dimana 3 menggambarkan kondisi terbaik. Jumlah total skor yang mungkin
dicapai antara 6 – 23. Semakin rendah skor skala braden pasien maka semakin
tinggi pula resiko terjadinya luka tekan (Bergstrom & Braden, 2002 dalam Brown,
2004). Pasien yang memiliki jumlah total skala braden antara 15 – 18 disebut
beresiko luka tekan, skor 13 – 14 dalam kategori resiko sedang dan < 12 sebagai
resiko tinggi (Braden & Bergstrom, 1998).
4.6 Analisa Data
4.6.1 Analisis Univariat
Analisis ini untuk mendeskripsikan atau menjelaskan distribusi masing –
masing variabel yang diteliti yaitu intervensi keperawatan merubah posisi dan
masase kulit, dan tanda terjadinya luka dekubitus serta karakreristik responden
dalam bentuk proporsi atau persentase. Setelah diolah selanjutnya disajikan dalam
bentuk tabel dan diagram.
57
4.6.2 Analisis Bivariat
Analisis ini untuk menguji hipotesa asosiatif yaitu menguji hubungan
variabel independen ( merubah posisi dan masase kulit ) dengan variabel
dependen ( pencegahan luka dekubitus ) pada pasien stroke yang dirawat dengan
bedrest total. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh merubah posisi
dan masase kulit pada pasien stroke terhadap terjadinya luka dekubitus. Uji
statistik yang digunakan dalam analisis ini adalah Uji t ( Uji One Sampel T Test )
dengan prasyarat uji normalitas data. Jika data terdistribusi normal maka uji yang
digunakan adalah Uji One Sampel T Test dan jika data tidak terdistribusi normal
maka uji yang digunakan adalah Uji T Wilcoxon. Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95 % dengan tingkat kemaknaan α ( alpha ) = 0.05.
Keputusan uji statistik dalam penelitian ini berdasarkan pendekatan
probability dengan program komputer yang tersedia. Peneliti menggunakan nilai α
( alpha ) 0.05 dengan kriteria hasil :
a. Jika P value > nilai α, maka keputusannya Ho diterima.
b. Jika P value < nilai α, maka keputusan Ho ditolak.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan secara khusus hasil penelitian tentang pengaruh
mobilisasi dan masase kulit pada pasien stroke terhadap terjadinya luka dekubitus
di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam dengan jumlah responden sebanyak 16
orang. Uraian tersebut meliputi gambaran karakteristik responden, yaitu gambaran
usia, agama, jenis kelamin, jenis stroke dan skala braden. Selain itu disajikan pula
tentang analisis bivariat yang menggunakan Uji t ( Uji One Sampel T test ).
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini merupakan hasil pengumpulan data yang dilakukan di
bulan Juni 2015 di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Jumlah responden
sebanyak 16 orang. Penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini meliputi
karakteristik responden dan pengaruh mobilisasi dan masase kulit pada pasien
stroke terhadap terjadinya luka dekubitus pada responden sebelum diberikan
intervensi dan sesudah diberikan intervensi.
5.1.1 Data Demografi Responden
Pada bagian ini akan dijelaskan dari data demografi responden
berdasarkan usia, agama, jenis kelamin, jenis stroke dan skala braden dan
pengaruh mobilisasi dan masase kulit pada pasien stroke terhadap terjadinya luka
dekubitus sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Sampel dalam penelitian ini
sebanyak 16 orang yang keseluruhannya mengalami penyakit stroke.
58
59
Tabel 1: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur Yang
Mengalami Penyakit Stroke Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015
( n=16 ).
No. Umur Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
1. 42 – 60 Tahun 4 25
2. 61 – 79 Tahun 12 75
Total 16 100
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan umur 42
– 60 tahun sebanyak 4 orang dan umur 61 – 79 tahun sebanyak 12 orang. Maka
dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa angka tertinggi ada di 75 % yakni di
usia 61 - 79 tahun adalah 12 orang yang angka paling terbanyak pasien yang
mengalami penyakit stroke di umur tersebut.
Tabel 2: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Yang
Mengalami Penyakit Stroke di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015
( n=16 ).
No. Jenis Kelamin Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
1. Laki – Laki 10 62,5
2. Perempuan 6 37,5
Total 16 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan jenis
kelamin laki – laki yang diperoleh adalah 10 orang ( 62,5 % ). Sedangkan jenis
kelamin perempuan yang diperoleh adalah 6 orang ( 37,5 % ). Maka dari hasil
diatas dapat disimpulkan bahwa 62.5 % angka paling tertinggi yakni di jenis
60
kelamin laki - laki lebih banyak yang mengalami penyakit stroke di bandingkan
perempuan yang lebih sedikit angka kejadiannya.
Tabel 3: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama Di RSUD Deli
Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015 ( n=16 ).
No. Agama Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
1. Islam 10 62,5
2. Kristen Protestan 6 37,5
Total 16 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden mengenai tentang
agama yang dianut diperoleh adalah 10 orang ( 62,5 % ) untuk beragama islam.
Sedangkan agama kristen yang dianut diperoleh adalah 6 orang ( 37,5 % ).
Tabel 4: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Stroke Di RSUD
Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015 ( n=16 ).
No. Jenis Stroke Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
1. Stroke Iskemik 7 43,8
2. Stroke Hemoragik 9 56,3
Total 16 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden dengan jenis
stroke yang dialami pasien diperoleh adalah 7 orang ( 43,8 % ) mengalami stroke
iskemik. Sedangkan jenis stroke hemoragik yang dialami pasien diperoleh adalah
9 orang ( 56,3 % ). Maka dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa angka
61
tertinggi yaitu 56,3 % yang kebanyakan mengalami stroke hemoragik di rumah
sakit tersebut.
Tabel 5: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Skala Braden Di
RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015 ( n=16 ).
No. Skala Braden Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
1. Resiko Sangat Tinggi ( < 9 ) 2 12,5
2. Resiko Tinggi ( 10 – 12 ) 4 25
3. Resiko Sedang ( 13 – 14 ) 4 25
4. Resiko Rendah ( 15 – 16 ) 6 37,5
Total 16 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang
menggunakan skala braden ini yang angka paling tertinggi persentasenya yakni di
resiko rendah ( 15 – 16 ) 37,5 % ada 6 orang, resiko sedang ( 13 – 14 ) 25,0 % ada
4 orang. Disini menunjukkan bahwa pasien tidak mengalami terjadinya luka
dekubitus seperti kriteria yang telah dilihat langsung pada pasiennya. Sedangkan
di resiko sangat tinggi ( < 9 ) 12,5 % ada 2 orang yang berarti semakin rendah
skor skala braden pada tabel diatas maka pasien mengalami terjadinya luka
dekubitus.
62
Tabel 6: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Alih
Baring & Masase Kulit Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015
( n=16 ).
No. Pelaksanaan Alih Baring & Masase Kulit
Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
1. Dilakukan Intervensi 15 93,8
2. Tidak Dilakukan Intervensi 1 6,3
Total 16 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang dilakukan
intervensi alih baring & masase kulit sebanyak 15 orang dengan angka
persentasenya yakni 93,8 %. Disini menunjukkan bahwa pasien yang dilakukan
intervensi tersebut berhasil untuk mengurangi angka kejadian luka dekubitus
sesuai dengan prosedur yang dilakukan.
Tabel 7: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Angka Kejadian
Luka Dekubitus Sebelum Intervensi Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam,
Juli 2015 ( n=16 ).
No. Angka Kejadian Luka Dekubitus Sebelum Intervensi Dilakukan
Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
1. Tidak Terjadi Luka Dekubitus
14 87,5
2. Terjadi Luka Dekubitus 2 12,5
Total 16 100,0
63
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang tidak
mengalami luka dekubitus sebelum intervensi dilakukan sebanyak 14 orang
dengan angka persentasenya yakni 87,5 %. Sedangkan yang mengalami luka
dekubitus sebelum intervensi dilakukan ada 2 orang yang mengalami luka
dekubitus.
5.1.2 Data Pengaruh Mobilisasi ( Mengubah Alih Baring ) Dan Masase
Kulit Pada Pasien Stroke Terhadap Terjadinya Luka Dekubitus.
Tabel 8: Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Angka Kejadian
Luka Dekubitus Sesudah Intervensi Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam,
Juli 2015 ( n=16 ).
No. Angka Kejadian Luka Dekubitus Sesudah Intervensi Dilakukan
Frekuensi ( n ) Persentase ( % )
1. Tidak Terjadi Luka Dekubitus 15 93,8
2. Terjadi Luka Dekubitus 1 6,3
Total 16 100,0
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa responden yang tidak
mengalami luka dekubitus sesudah intervensi dilakukan sebanyak 15 orang
dengan angka persentasenya yakni 93,8 %. Sedangkan yang mengalami luka
dekubitus sesudah intervensi dilakukan ada 1 orang yang mengalami luka
dekubitus sekitar 6,3 %. Yang berarti ada keberhasilan ketika melakukan
intervensi tersebut, ketika awalnya pasien tersebut mengalami luka dekubitus
derajat 2 sekarang pasien tersebut lukanya sudah mulai membaik ke derajat 1.
64
Tabel 9: Distribusi Berdasarkan Skala Braden Luka Dekubitus Di RSUD
Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015 ( n=16 ).
No. Variabel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
1. Skala Braden 16 2,88 1,088 ,272
Berdasarkan tabel diatas menjelaskan tentang skala braden yang telah
dilakukan penelitian yang didapatkan secara langsung pada kondisi pasien yang
dirawat dengan menggunakan Uji t ( Uji One Sampel T. Test ) dengan nilai
Meannya adalah 2,88 dengan standar deviasinya yakni 1,088. Dari hasil ini dapat
dibuktikan dengan didapatkannya hasil uji statistik pada uji t ( Uji One Sampel T.
Test ) adalah p = 0,000.
Tabel 10: Distribusi Berdasarkan Pelaksanaan Alih Baring & Masase Kulit
Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015 ( n=16 ).
No. Variabel N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
1. Pelaksanaan
Alih Baring &
Masase Kulit
16 1,06 ,250 ,063
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil yang digunakan dengan Uji
t ( Uji One Sampel T. Test ) pada pelaksanaan alih baring & masase kulit pada
pasien stroke ini nilai Mean yang didapatkan adalah 1,06 dengan standar
deviasinya yakni 0,250. Hal ini dapat dibuktikan dengan didapatkannya hasil uji
statistik pada uji t ( Uji One Sampel T. Test ) adalah p = 0,000 atau < α = 0,05 .
65
Yang berarti ada pengaruh pada intervensi alih baring dan masase kulit yang
begitu signifikan.
Tabel 11: Distribusi Berdasarkan Angka Kejadian Dekubitus Sebelum
Intervensi Dilakukan Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015
(n=16).
No. Variabel N Mean Std.
Deviatio
n
Std. Error
Mean
1. Angka Kejadian
Dekubitus Sebelum
Intervensi Dilakukan
16 ,13 ,342 ,085
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil yang digunakan dengan Uji
t ( Uji One Sampel T. Test ) pada angka kejadian dekubitus sebelum intervensi
dilakukan didapatkan nilai Meannya adalah 0,13 dengan standar deviasinya 0,342.
Hal ini dapat dibuktikan dengan didapatkannya hasil uji statistik pada uji t ( Uji
One Sampel T. Test ) adalah p = 0,164.
Tabel 12: Distribusi Berdasarkan Angka Kejadian Dekubitus Sesudah
Intervensi Dilakukan Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, Juli 2015
(n=16).
No. Variabel N Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
1. Angka Kejadian Dekubitus
SesudahIntervensi Dilakukan
16 ,06 ,250 ,063
66
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa hasil yang digunakan dengan Uji
t ( Uji One Sampel T. Test ) pada angka kejadian dekubitus sesudah intervensi
dilakukan didapatkan nilai Meannya adalah 0,06 dengan standar deviasinya 0,250.
Hal ini dapat dibuktikan dengan didapatkannya hasil uji statistik pada uji t ( Uji
One Sampel T. Test ) adalah p = 0,333. Yang berarti ada pengaruh yang
dilakukannya intervensi alih baring dan masase kulit pada pasien stroke terhadap
terjadinya luka dekubitus Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Dengan p value
sebesar 0,333 < α = 0,05 ( 5 % ) dari tingkat kepercayaan yang telah ditentukan
itu berhasil diterima.
5.2 Pembahasan
Dari hasil uji statistik yang didapatkan bahwa p value sebesar 0,000 < α =
0,05 ( 5 % ) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak yang berarti ada pengaruh
mobilisasi dan masase kulit pada pasien stroke terhadap terjadinya luka dekubitus
di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam Tahun 2015, dengan nilai Mean 1,06 dan
Std. Deviasi yang didapatkan 0,250. Hal ini dapat dibuktikan dengan Uji One
Sampel T. Test yang menggunakan sistem komputer yakni dengan program SPSS.
Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa mayoritas responden
yang tidak mengalami luka dekubitus pada awalnya sebanyak 14 orang ( 87,5 % )
dan yang terjadi luka dekubitus sebanyak 2 orang ( 12,5 % ) sebelum dilakukan
intervensi. Dengan ciri – ciri luka tekan yang didapatkan dari dua responden itu
adalah derajat 2 yakni dimana luka tekan tersebut menghilangnya lapisan kulit
pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis, luka ini merupakan luka
67
superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi blister atau lubang yang dangkal,
terdapat juga adanya lepuhan pada luka tersebut.
Setelah dilakukan intervensi alih baring & masase kulit pada pasien stroke
yang tidak mengalami luka dekubitus sebanyak 15 orang ( 93,8 % ) dan yang
terjadi luka dekubitus sebanyak 1 orang ( 6,3 % ), Maka ada perubahan dari hasil
penelitian tersebut. Dengan nilai Mean 0,06 dan Std. Deviasi yang didapatkan
0,250. Hal ini dapat dibuktikan dengan didapatkannya hasil uji statistik pada uji t
( Uji One Sampel T. Test ) adalah p = 0,333. Yang berarti ada pengaruh yang
dilakukannya intervensi alih baring dan masase kulit pada pasien stroke terhadap
terjadinya luka dekubitus Di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam. Dengan p value
sebesar 0,333 < α = 0,05 ( 5 % ) dari tingkat kepercayaan yang telah ditentukan
itu berhasil diterima. Dan hasil dokumentasi yang dilihat sesudah dilakukan
intervensi itu luka sudah mulai membaik dengan ciri – ciri luka tidak terdapat lagi
lubang yang dangkal serta dari pinggir luka itu pun tidak ada lagi kulit yang
melepuh ( tidak lagi bersisik ) dan kulit sudah mulai kewarna kemerah – merahan
maupun lapisan dari kulit itu pun mulai menebal sedikit demi sedikit.
Dikarenakan si responden mengkonsumsi makanan yang mengandung protein
yang tinggi serta sayur – sayuran yang bergizi yang dapat diperoleh oleh pihak
gizi yang berkerja di rumah sakit tersebut dan mereka pun saling berkerja sama
dengan pihak – pihak medis untuk mengurangi angka kejadian luka dekubitus
tersebut.
Walaupun masih ada pasien yang mengalami luka dekubitus hal ini terjadi
karena adanya ketidak tepatan maupun ada beberapa faktor yang terdapat pada
pasien baik dari segi usia maupun yang lainnya, jadi dalam hal melakukan
68
perubahan alih baring dan masase kulit pada pasien stroke sehingga hasilnya tidak
maksimal yaitu masih terdapatnya 1 orang responden yang mengalami luka
dekubitus.Dari jenis kelamin bahwa mayoritas responden mengalami luka
dekubitus berjenis kelamin laki – laki yaitu ada 1 orang sekitar ( 6,3 % ) dengan
segi umur yang diperoleh pada laki – laki tersebut yang berusia dari 61 – 79
tahun dikategorikan laki – laki ini sudah dewasa tua ( lansia ), ini membuktikan
bahwa kejadian luka dekubitus pada laki – laki lebih sering terjadi daripada
perempuan hal ini disebabkan oleh karena pola hidup laki – laki berbeda dengan
perempuan terutama dalam hal mengkonsumsi makanan dan minuman. Sehingga
berpengaruh terhadap kerentanan terjadinya luka dekubitus dan juga kadar
albumin yang dibawah normal. Hal ini membuktikan bahwa umur seseorang
perpengaruh terhadap percepatan terjadinya luka dekubitus pada bagian tubuh
tertentu pada bagian tulang yang menonjol yang mengalami penekanan secara
terus – menerus, sebab responden stroke yang dari 61 – 79 tahun atau deawasa
tua yang telah mengalami kemunduran dari sistem dan fungsi tubuh.
Jadi, bahwa penelitian intervensi mengubah alih baring dan masase kulit
yang saya lakukan pada pasien stroke berhasil dikarenakan adanya pengaruh dari
intervensi itu pada pasien stroke sesuai yang diteliti sebelum oleh Carolina M.
Simanjuntak pada tahun 2013 Dan Dame Elysabeth T. Tarihoran pada tahun 2010
dengan nilai p sebesar 0,000 < α = 0,05 atau 5 % hasil yang didapatkan setelah
dilakukan uji t ( One Sampel T.Test ) pada sistem program komputer yang
menggunakankan dengan pengelolahan spss.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari hasil penelitian yang
dilakukan pada tanggal 06 Juli 2015 di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, dapat
disimpulkan bahwa intervensi keperawatan mengubah alih baring & masase
kulit pada pasien stroke dapat mencegah terjadinya luka dekubitus pada pasien
stroke tersebut. Dengan dilakukan secara rutin pada pasien sesuai dengan
standar prosedur yang baik di rumah sakit tersebut. Hal ini dibuktikan dengan
menggunakan uji statistik dengan hasil p Value 0,000 yang berarti ada pengaruh
pada intervensi yang dilakukan.
Serta responden yang tidak mengalami luka dekubitus yaitu sebanyak 15
orang sekitar 93,8 % setelah diberikan intervensi keperawatan mengubah alih
baring & masase kulit dan yang mengalami luka dekubitus ada 1 orang sekitar 6,3
% dari awal jumlah pasien yang tidak mengalami luka dekubitus yakni 14 orang
sekitar 87,5 % dan yang mengalami luka dekubitus ada 2 orang sekitar 12,5 %.
Yang berarti tingkat keberhasilan sesudah intervensi diberikan sekitar 6,3 %.
6.2 Saran
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh mengubah
alih baring & masase kulit pada pasien stroke terhadap terjadinya luka dekubitus
di RSUD Deli Serdang Lubuk Pakam, sehingga disarankan :
69
70
1. Bagi Institusi Rumah Sakit
Hasil penelitian ini kiranya dapat menjadi masukan yang positif
khususnya dalam Standar Operasional Prosedur ( SOP ) keperawatan di
masa yang akan datang terkait usaha pencegahan luka dekubitus dalam
asuhan keperawatan pada pasien stroke harus lebih ditingkatkan lagi
dengan menfasilitasi hal – hal yang diperlukan dalam realisasi pengaturan
posisi miring, contohnya penyediaan bantal – bantal tambahan ( additional
) sebagai penyanggah untuk meminimalkan dan mencegah adanya kontak
antara tonjolan tulang langsung dengan permukaan tempat tidur serta
menggunakan kasur udara khusus untuk pasien yang tirah baring yang
cukup lama.
2. Bagi Perawat Luka.
Mengadakan sosialisasi atau penyegaran kembali tentang luka
tekan, deteksi dini luka tekan terkait faktor – faktor resiko yang mungkin
muncul kepada perawat – perawat ruangan, agar deteksi luka tekan dari
grade awal dapat teridentifikasi sehingga dapat segera diintervensi sambil
menunggu penanganan lebih lanjut oleh perawat luka.
3. Bagi Perawat Ruangan.
Setiap perawat ruangan yang menerima pasien baru sudah terlihat
melakukan pengkajian resiko luka tekan dan didokumentasikan lengkap
dan jelas di form yang telah disediakan. Namun follow up observasi harian
dan tindakan pencegahan luka tekan perlu digalakan guna deteksi dini
resiko terjadinya luka tekan tidak semakin bertambah lagi.
71
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sampai sejauh ini, peneliti menemukan tidak lebih dari 10 penelitian
dilakukan di Indonesia terkait dengan pencegahan luka tekan, sementara
kasus luka tekan jumlahnya sangat banyak dan dapat dijumpai dimana
saja. Bagi calon – calon peneliti, khususnya yang memiliki luka tekan
interest terhadap luka tekan, kiranya dapat menggali lebih jauh ide – ide
kreatif yang dapat diteliti untuk mengatasi kejadian luka tekan yang
fenomenal seperti analisa 6 faktor sub skala braden terhadap kejadian luka
tekan, kejadian luka tekan berdasarkan length of stay, dampak depresi
terhadap kejadian luka tekan. penelitian selanjutnya juga perlu
dipertimbangkan untuk menambah jumlah sampel yang lebih besar lagi
guna hasil yang lebih representatif dan penelitian ini harus benar – benar
dilakukan supaya jelas ada perubahan yang terjadi terhadap intervensi
yang dilakukan tersebut.