bab v hasil penelitian dan pembahasan 5.1 deskripsi hasil …repository.untag-sby.ac.id/296/6/bab...
TRANSCRIPT
49
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Hasil Penelitian
Objek dalam penelitian ini terdapat 6 perusahaan food and baverages yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2012-2016, pemilihan sampel
penelitian ini dengan kriteria penelitian salah satunya terdaftar di Bursa Efek
Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan selama periode pengamatan (2011-
2016). Data relevan yang penulis peroleh adalah berdasarkan laporan keuangan
tahunan periode 2011-2016.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi linier berganda. Analisis data
dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan Microsoft excel, selanjutnya
dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian hipotesis yang menggunakan regresi
berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan
menggunakan SPPS versi 22. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-
variabel ke dalam program SPSS dan menghasilkan output-output sesuai metode
analisis data yang telah ditentukan.
Variabel dependen dari penelitian ini adalah Nilai Perusahaan dengan
menggunakan rasio Price Book Value. Sedangkan variabel independen adalah
Kebijakan Dividen dengan menggunakan rasio Devident Payout Ratio, Return Saham
dengan menngunakan rasio Capital Gain, serta Risiko Saham dengan menggunakan
rasio Beta Saham.
50
5.1.1 Hasil Penelitian Divident Payout Ratio
Tabel 5.1
Devident Payout Ratio dari Enam Perusahaan Industri Makanan dan Minuman
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2016
Perusahaan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
% % % % % %
PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk 50 49,73 49,79 49,71 49,75 49,84
PT Indofood Sukses
Makmur Tbk 50 49,81 49,8 49,72 49,7 54,27
PT Multi Bintang
Indonesia Tbk 88,39 32,36 82,91 68,17 38,56 79,61
PT Mayora Indah Tbk 21 23,68 19,75 35,45 21,99 52,29
PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk 25 25 9,99 14,84 19,85 34,12
Sumber : IDX (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui hasil dari rasio DPR (Devidend
Payout Ratio) pada setiap perusahaan selama periode 2011-2016. Dapat dilihat untuk
nilai Devident Payout Ratio paling tinggi ada pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk,
yaitu sebesar 88,39% pada tahun 2011. Serta untuk nilai Devidend Payout Ratio
paling rendah ada pada PT Nippon Indosari Corpindo Tbk, yaitu sebesar 9,99% pada
tahun 2013. Apabila nilai DPR tinggi, maka semakin menguntungkan investor, namun
dari pihak perusahaan akan mengalami kerugian karena berkurangnya jumlah laba
ditahan, begitu juga sebaliknya. Namun apabila nilai DPR tinggi maka dapat
disimpulkan bahwa perusahaan tersebut telah memperoleh laba yang semakin besar
setiap tahunnya.
51
5.1.2 Hasil Penelitian Risiko Saham
Tabel 5.2
Risiko Saham dari Enam Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2016
Perusahaan
Tahun
Rata-
rata 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk 1,3 0,27 1,56 0,18 1,05 -0,35 0,67
PT Indofood Sukses
Makmur Tbk 1,49 0,38 0,83 1,35 1,05 1,65 1,13
PT Multi Bintang
Indonesia Tbk -0,12 -1,48 1,39 -1,39 -0,50 -0,67 -0,46
PT Mayora Indah Tbk 2,08 0,77 1,53 1,86 1,11 -2,52 0,81
PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk 1,89 0,70 1,03 -1,14 0,41 1,04 0,66
Sumber : IDX (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui hasil dari Risiko Saham pada setiap
perusahaan selama periode 2011-2016. Risiko saham rata-rata selama 6 tahun dari
masing-masing perusahaan memiliki nilai yang positif. Risiko yang bernilai positif
menunjukkan bahwa investasi tersebut mempunyai risiko yang cukup tinggi,
sebaliknya jika risiko bernilai negatif maka investasi tersebut mempunyai risiko
rendah. Perusahaan yang berisiko paling tinggi terdapat pada PT Indofood Sukses
Makmur Tbk, yaitu sebesar 1,13 %, dan perusahaan yang memiliki risiko paling
rendah terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk, yaitu sebesar -0,46 %.
52
5.1.3 Hasil Penelitian Balikan (Return) Saham
Tabel 5.3
Data Balikan (Return) Saham dari Enam Perusahaan Industri Makanan dan
Minuman yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2016
Perusahaan
Tahun
Rata-
rata 2011 2012 2013 2014 2015 2016
(%) (%) (%) (%) (%) (%)
PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk 1,42 4,11 2,73 2,30 0,46 -1,93 1,52
PT Indofood Sukses
Makmur Tbk 0,18 2,10 1,27 0,24 -1,86 3,98 0,99
PT Multi Bintang
Indonesia Tbk 2,93 6,51 5,29 0,49 -2,05 3,64 2,80
PT Mayora Indah Tbk 3,91 3,51 4,25 -1,52 3,59 -4,88 1,48
PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk 4,15 6,40 -2,04 2,94 -0,57 2,24 2,19
Sumber : IDX (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui hasil dari data Balikan (Return)
Saham pada setiap perusahaan selama periode 2011-2016. Balikan saham rata-rata
selama 5 tahun dari masing-masing perusahaan memiliki nilai saham yang positif.
Hasil positif menjelaskan bahwa investasi pada saham perusahaan tersebut
menguntungkan (capital gain), sedangkan hasil yang negatif menunjukkan kerugian
(capital loss). Perusahaan yang mempunyai rata-rata balikan (return) tertinggi
terdapat pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk sebesar 2,80. Sedangkan rata-rata
balikan (return) paling rendah terdapat pada PT Indofood Sukses Makmur Tbk yaitu
sebesar 0,99%.
53
Contoh perhitungan return saham PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk tahun 2012
:
Bulan Closing Return Saham
1 5100
2 5650 10,78%
3 5450 -3,54%
4 5650 3,67%
5 5650 0,00%
6 5750 1,77%
7 6600 14,78%
8 6550 -0,76%
9 6350 -3,05%
10 7150 12,60%
11 7400 3,50%
12 7800 5,41%
Keterangan : harga penutupan Desember 2011 = Rp 5.200
Contoh perhitungan pendapatan bulan Januari 2012
R jan = 𝑃𝑡−𝑃𝑡−1
𝑃𝑡−1 x 100%
= 5100−5200
5200 x 100%
= -1,92 %
54
5.1.4 Hasil Penelitian Nilai Perusahaan
Tabel 5.4
Data PBV dari Enam Perusahaan Industri Makanan dan Minuman yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2011-2016
Perusahaan
Tahun
2011 2012 2013 2014 2015 2016
PT Indofood CBP
Sukses Makmur Tbk 6,8 3,79 4,48 5,26 4,79 5,61
PT Indofood Sukses
Makmur Tbk 2,17 1,50 1,51 1,45 1,05 1,55
PT Multi Bintang
Indonesia Tbk 16,05 0,47 25,60 48,67 22,54 47,54
PT Mayora Indah Tbk 4,6 4,28 5,90 4,74 5,25 6,38
PT Nippon Indosari
Corpindo Tbk 7,39 2,10 6,56 7,76 5,39 5,97
Sumber : IDX (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui hasil dari Price Book Value pada
setiap perusahaan selama periode 2012-2016. Nilai Price Book Value paling tinggi
ada pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk, yaitu 48,67 pada tahun 2014 dan nilai Price
Book Value terendah juga ada pada PT Multi Bintang Indonesia Tbk, yaitu 0,47 pada
tahun 2012. Semakin tinggi nilai Price Book Value suatu perusahaan, maka akan
memberikan nilai positif bagi investor. Karena perusahaan tersebut memiliki prospek
yang bagus.
5.2 Uji Persyaratan/Uji Instrumen
5.2.1 Hasil Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah untuk dapat memahami, mendeskripsikan,
menerangkan data atau peristiwa yang dikumpulkan dalam suatu penelitian, yang
dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Jumlah
sampel sebanyak 6 perusahaan. Hasil analisis statistik deskriptif variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
55
Tabel 5.5
Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DPR 30 ,21 88,39 38,3513 24,38270
Beta_saham 30 -2,52 2,08 ,5583 1,13783
Capital_gain 30 -4,88 6,51 1,7930 2,76811
PBV 30 ,47 48,67 8,9050 12,09257
Valid N
(listwise) 30
Sumber : SPSS (data diolah)
Berdasarkan output SPSS di atas, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Kebijakan Dividen
Hasil analisa dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap kebijakan
dividen (DPR) memiliki nilai minimum sebesar 0,21 dan nilai maksimum
sebesar 88,39. Nilai rata-ratanya adalah 38,3513 dengan standar deviasi
24,38270 dengan jumlah sampel sebanyak 30.
b. Risiko Saham
Hasil analisa dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap risiko saham
(Beta) memiliki nilai minimum sebesar -2,52 dan nilai maksimum sebesar 2,08.
Nilai rata-ratanya adalah 0,5583 dengan standar deviasi 1,13783 dengan jumlah
sampel sebanyak 30.
c. Balikan Saham
Hasil analisa dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap balikan saham
(capital gain) memiliki nilai minimum sebesar -4,88 dan nilai maksimum
sebesar 6,51. Nilai rata-ratanya adalah 1,7930 dengan standar deviasi 2,76811
dengan jumlah sampel sebanyak 30.
d. Nilai Perusahaan
Hasil analisa dengan menggunakan statistik deskriptif terhadap nilai
perusahaan (PBV) memiliki nilai minimum sebesar 0,47 dan nilai maksimum
sebesar 48,67. Nilai rata-ratanya adalah 8,9050 dengan standar deviasi
12,09257 dengan jumlah sampel sebanyak 30.
56
5.3 Hasil Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik adalah persyaratan statistik yang harus dipenuhi pada analisis
regresi linier berganda. Uji asumsi klasik dilakukan untuk menguji apakah model
regresi yang digunakan dalam penelitian layak atau tidak untuk diuji. Uji yang
digunakan yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi,
heteroskedastisitas dan uji linearitas..
5.3.1 Uji Normalitas
Tujuan dilakukan uji normalitas adalah untuk melihat apakah nilai residual
terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual
yang terdistribusi normal. Jadi uji normalitas bukan dilakukan pada masing-masing
variabel tetapi pada nilai residualnya. Uji normalitas yang digunakan adalah analisis
grafik histogram, uji Normal Probability Plots, dan uji Kolmogorov Smirnov Test.
Pengujian statistik yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Tabel 5.6
Uji Normalitas Grafik Histogram
Sumber : SPSS (data diolah)
Berdasarkan tampilan output diatas dapat dilihat bahwa grafik histogram
memberikan pola distribusi yang normal karena membentuk seperti gunung (tidak
melenceng ke kanan atau kiri). Sehingga sampel data memenuhi syarat uji normalitas.
57
Namun untuk memperkuat uji normalitas data, juga dapat dilakukan dengan
melihat uji Normal Probability Plots. Berikut hasil yang ditunjukkan oleh uji statistik
ini :
Tabel 5.7
Normal Probability Plot
Sumber : SPSS (data diolah)
Berdasarkan hasil normal probability plot menggambarkan bahwa terlihat titik-
titik mengikuti dan mendeteksi garis diagonalnya sehingga dapat disimpulkan bahwa
data memenuhi asumsi normalitas.
Selain kedua uji statistik tersebut, untuk memperkuat uji normalitas data, maka
diperlukan menguji dengan Kolmogorov-Smirnov test. Uji ini merupakan pengujian
statistik non-parametric yang dimanfaatkan untuk uji satu sampel (one-sample test)
yang memungkinkan perbandingan suatu distribusi frekuensi dengan beberapa
distribusi. Dasar pengambilan keputusan untuk pengujian One-Sample Kolmogorov-
Smirnov adalah jika nilai probabilitas untuk residual lebih besar dari 0,05. Berikut
hasil dari pengujian yang dilakukan dengan Kolmogorov-Smirnov test.
58
Tabel 5.8
Kolmogorov Smirnov Test
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 30
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 10,12439343
Most Extreme
Differences
Absolute ,130
Positive ,130
Negative -,094
Test Statistic ,130
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction .
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : SPSS (data diolah)
Berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan uji One-Sample Kolmogorov-
Smirnov test, terlihat bahwa nilai Test Statistic untuk variabel residual sebesar 0,130
dan signifikan pada 0,200 diatas 0,05 (p = 0,200 > 0,05)
Hal ini mengindikasikan bahwa data residual terdistribusi normal yang memperkuat
hasil pengujian dari uji normalitas yang sebelumnya.
Berdasarkan uji normalitas data yang sudah dilakukan, maka data dengan
sampel berjumlah 30 layak untuk dilakukan penelitian lebih lanjut.
5.3.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas adalah uji yang dilakukan untuk memastikan apakah di
dalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolinearitas antar variabel bebas.
Interkorelasi adalah hubungan yang linier atau hubungan yang kuat antara satu
variabel bebas dengan variabel bebas lainnya di dalam sebuah model regresi.
Interkorelasi itu dapat dilihat dengan nilai koefisien korelasi antara variabel bebas,
nilai VIF dan Tolerance.
59
Tabel 5.9
Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
DPR ,870 1,149
Beta_saham ,825 1,212
Capital_gain ,944 1,060
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : SPSS (data diolah)
Pada tabel coefficient diatas, menunjukkan bahwa nilai nilai rentangnya sempit,
yaitu pada DPR adalah 0,870 sampai dengan 1,149, pada Beta Saham adalah 0,825
sampai dengan 1,212, dan Capital Gain adalah 0,944 sampai dengan 1,060. Karena
rentangnya sempit maka multikolinearitas tidak terdeteksi.
Jika nilai VIF kurang dari 10 dan nilai Tolerance lebih dari 0,01 maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat masalah multikolinearitas.
5.3.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan
asumsi klasik autokorelasi yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu
pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus
terpenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian
yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin-Watson (uji DW) dengan ketentuan
sebagai berikut :
Tabel 5.10
Daerah Kritis Uji Durbin-Watson
Hipotesis Nol Keputusan Interval
Ditolak Autokorelasi positif 0 < d < dL
Daerah keraguan Tidak ada keputusan dL ≤ d ≤ dU
Ditolak Autokorelasi positif 4 – dL < d < 4
Daerah keraguan Tidak ada keputusan 4 – dU ≤ d ≤ 4 - dL
60
Diterima Autokorelasi negatif dU < d < 4 - dU
Sunber : SPSS (data diolah)
Nilai dU dan dL dapat diperoleh dari tabel statistik Durbin Watson yang
tergantung banyaknya observasi dan banyaknya variabel yang menjelaskan. Berikut
adalah hasil output dari uji autokorelasi.
Tabel 5.11
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate Durbin-Watson
1 ,547a ,299 ,218 10,69255 1,214
a. Predictors: (Constant), Capital_gain, DPR, Beta_saham
b. Dependent Variable: PBV
Sumber: SPSS (data diolah)
Dari hasil output diatas didapat nilai DW yang dihasilkan dari model regresi
adalah 1,214. Sedangkan dari tabel DW dengan signifikan 0,05 dan jumlah data (n) =
30, serta k = 3 (k adalah jumlah variabel independen) diperoleh nilai dL sebesar
1,2138 dan dU sebesar 1,6498.
Karena nilai DW berada di antara dL dan dU (1,2138 < 1,214 < 1,6498) maka
berada pada daerah keraguan (tidak ada keputusan). Sehingga diperlukan untuk
melakukan pengujian dengan menggunakan Runs Test. Uji ini merupakan pengujian
statistik non-parametric. Berikut adalah hasil pengujian :
61
Tabel 5.12
Uji Runs Test
Runs Test
Unstandardized Residual
Test Valuea -1,60038
Cases < Test Value 15
Cases >= Test Value 15
Total Cases 30
Number of Runs 11
Z -1,672
Asymp. Sig. (2-tailed) ,094
a. Median
Sumber : SPSS (data diolah)
Hasil Runs Test menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05,
yaitu (0,094 > 0,05) yang berarti Hipotesis nol diterima. Dengan demikian data yang
dipergunakan cukup random sehingga tidak terdapat masalah autokorelasi pada data
yang diuji.
5.3.4 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas adalah uji yang menilai apakah ada ketidaksamaan
varian dan residual untuk semua pengamatan pada model regresi linier. Uji ini
merupakan salah satu dari uji asumsi klasik yang harus dilakukan pada regresi linier.
Apabila asumsi heteroskedastisitas tidak terpenuhi, maka model regresi dinyatakan
tidak valid sebagai alat peramalan. Model regresi yang baik adalah yang
Homoskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu
dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu (ZPRED)
dengan residualnya (ZRESID). Adapun hasil yang ditunjukkan dari uji statistik ini
adalah sebagai berikut :
62
Tabel 5.13
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : SPSS (data diolah)
Berdasarkan gambar scatterplot yang ditunjukkan diatas dapat dilihat bahwa
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas. Dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.
5.3.5 Uji Linearitas
Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai
prasyarat dalam analisis regresi linear. Pengujian pada SPSS dengan menggunakan
Test for Linearity dengan tarag signifikan 0,05. Dua variabel dikatakan mempunyai
hubungan yang linear bila signifikan kurang dari 0,05. Hasil perhitungannya adalah
sebagai berikut :
63
Tabel 5.14
Uji Linearitas
ANOVA Table
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
PBV * DPR Between
Groups
(Combined) 4229,960 28 151,070 14,094 ,208
Linearity 1031,841 1 1031,841 96,268 ,065
Deviation
from
Linearity
3198,119 27 118,449 11,051 ,234
Within Groups 10,718 1 10,718
Total 4240,679 29
Sumber : SPSS (data diolah)
Dari output di atas, hasil uji linearitas dapat dilihat pada output AVOVA Table.
Dapat diketahui bahwa nilai signifikansi pada Deviation from Linearity sebesar 0,234.
Karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,234 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang linear.
5.4 Hasil perhitungan Model Regresi
5.4.1 Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau
lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk mengetahui
arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen (kebijakan
dividen, risiko saham, dan balikan saham terhadap nilai perusahaan). Apakah masing-
masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi
nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan
atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio. Dari
perhitungan tersebut diperoleh hasil sebagai berikut :
64
Tabel 5.15
Uji Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,166 4,385
DPR ,200 ,087 ,403
Beta_saham -2,751 1,921 -,259
Capital_gain ,340 ,738 ,078
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : SPSS (data diolah)
Persamaan regresinya sebagai berikut :
Y’ = 2,166 + 0,200 X1 – 2,751 X2 + 0,340 X3 + e
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Konstanta sebesar 2,166 artinya jika DPR (X1), Beta Saham (X2), dan Capital
Gain (X3) nilainya adalah 0, maka nilai perusahaan (Y’) nilainya adalah 2,166.
Nilai kostanta disini bertanda positif, artinya apabila DPR, Beta Saham, dan
Capital Gain pada tingkat nol maka nilai perusahaan akan meningkat.
2. Koefisien regresi variabel DPR (X1) sebesar 0,200 artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan DPR mengalami kenaikan 1%, maka nilai
perusahaan (Y’) akan mengalami kenaikan sebesar 0,200. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara DPR dengan nilai perusahaan,
semakin besar DPR maka semakin besar pula nilai perusahaan.
3. Koefisien regresi variabel Beta Saham (X2) sebesar -2,751 artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan Beta Saham mengalami kenaikan 1%, maka
nilai perusahaan (Y’) akan mengalami penurunan 2,751. Koefisien bernilai
negatif artinya terjadi hubungan negatif antara Beta Saham dengan Nilai
Perusahaan, semakin naik Beta Saham maka semakin turun Nilai Perusahaan.
4. Koefisien regresi variabel Capital Gain (X3) sebesar 0,340 artinya jika variabel
independen lain nilainya tetap dan Capital Gain mengalami kenaikan 1%, maka
nilai perusahaan (Y’) akan mengalami kenaikan 0,340. Koefisien bernilai
positif artinya terjadi hubungan positif antara Capital Gain dengan Nilai
Perusahaan, semakin naik Capital Gain maka semakin turun Nilai Perusahaan.
65
5.5 Uji Hipotesis
Uji hipotesis dipergunakan untuk menguji kebenaran suatu pernyataan secara
statistik dan menarik kesimpulan apakah menerima atau menolak pernyataan tersebut.
Tujuan dari uji hipotesis adalah untuk menetapkan suatu dasar sehingga dapat
mengumpulkan bukti yang berupa data-data dalam menentukan keputusan menolak
atau menerima.
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah Uji statistik F, uji statistik t dan
koefisien determinasi (R2). Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengukur
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Berikut hasil
pengujian hipotesis dalam penelitian ini :
5.5.1 Uji Signfikan Simultan (Uji Statistik F)
Uji F dikenal dengan Uji serentak atau uji Model/Uji Anova, yaitu uji untuk
melihat bagaimana pengaruh semua variabel bebasnya secara bersama-sama terhadap
variabel terikatnya denan kriteria penolakan
Berikut adalah hasil uji F dari penelitian ini :
Tabel 5.16
Uji F (ANOVA)
ANOVAa
Model Sum of Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression 1268,082 3 422,694 3,697 ,024b
Residual 2972,597 26 114,331
Total 4240,679 29
a. Dependent Variable: PBV
b. Predictors: (Constant), Capital_gain, DPR, Beta_saham
Sumber : SPSS (data diolah)
Dari uji ANOVA atau uji F, didapat F hitung adalah 3,697 dengan tingkat
signifikan 0,005. Oleh karena itu probabilitas 0,024 lebih kecil dari 0,05, maka dapat
dikatakan bahwa kebijakan dividen (DPR), Risiko saham (Beta), dan Balikan saham
(Capital Gain) secara bersama-sama berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dengan
indikator PBV.
66
5.5.2 Uji Signifikan Parsial (Uji T )
Uji secara individu dilakukan dengan menggunakan hipotesis nol tidak ada
pengaruh variabel prediktor ke i terhadap variabel respon dan hipotesis alternatif ada
pengaruh variabel prediktor ke-i terhadap variabel respon dengan kriteria penolakan,
tolah Ho jika sign < α (= 0,05). Hasil uji individu berdasarkan uji t adalah sebagai
berikut :
Tabel 5.17
Uji T
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,166 4,385 ,494 ,626
DPR ,200 ,087 ,403 2,290 ,030
Beta_saham -2,751 1,921 -,259 -1,432 ,164
Capital_gain ,340 ,738 ,078 ,460 ,649
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : SPSS (data diolah)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa :
1. DPR nilai signifikannya adalah 0,030, dan nilai α = 0,05 sehingga (0,030 <
0,05). Maka Ho ditolak dan H1 diterima. Berarti secara parsial variabel
kebijakan dividen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
2. Beta Saham nilai signifikannya adalah 0,164, dan nilai α = 0,05 sehingga (0,164
> 0,05). Maka Ho diterima dan H1 ditolak. Berarti secara parsial variabel Risiko
Saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
3. Capital Gain nilai signifikannya adalah 0,649, dan nilai α = 0,05 sehingga
(0,649 > 0,05). Maka Ho diterima dan H1 ditolak. Berarti secara parsial variabel
balikan saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Maka dapat disimpulkan bahwa variabel yang berpengaruh secara parsial
terhadap nilai perusahaan adalah kebijakan dividen. Sedangkan risiko saham dan
balikan saham tidak berpengaruh secara parsial terhadap nilai perusahaan.
67
5.5.3 Uji Signifikan Dominan
Salah satu dari sekian banyak tujuan penelitian adalah menentukan variabel
mana yang paling dominan (berpengaruh). Penentuan variabel paling dominan hanya
dapat dilakukan jika variabel independen (bebas / X) lebih dari satu. Apabila
penelitian yang hanya terdiri dari satu variabel independen, maka tidak perlu mencari
variabel mana yang paling dominan.
Model regresi linear berganda terdiri 3 variabel independen dan 1 variabel
dependen. penelitian ini bertujuan mencari pengaruh kebijakan dividen (X1), risiko
saham (X2), dan balikan saham (X3) terhadap nilai perusahaan (Y). Hasil ujinya adalah
sebagai berikut :
Tabel 5.18
Uji Signifikansi Dominan
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 2,166 4,385 ,494 ,626
DPR ,200 ,087 ,403 2,290 ,030
Beta_saham -2,751 1,921 -,259 -1,432 ,164
Capital_gain ,340 ,738 ,078 ,460 ,649
a. Dependent Variable: PBV
Sumber : SPSS (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen
memiliki nilai Beta (β), yaitu sebesar 0,200 dengan tingkat signifikan lebih kecil dari
alpha (0,030 < 0,05). Pada variabel risiko saham memiliki Beta (β), yaitu sebesar -
2,751 dengan tingkat signifikan lebih besar dari alpha (0,164 > 0,05) dan pada variabel
balikan saham memiliki Beta (β), yaitu sebesar 0,340 dengan tingkat signifikan lebih
besar dari alpha (0,649 > 0,05). Sehingga dapat disimpulakan bahwa kebijakan
dividen merupakan variabel yang berpengaruh secara dominan karena memiliki nilai
beta (β) yang paling besar dengan tingkat signifikan lebih kecil dari 0,05.
68
5.5.4 Uji Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi merupakan suatu ukuran yang penting dalam regresi,
karena dapat menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi,
atau dengan kata lain angka tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis regresi yang
terestimasi dengan data sesungguhnya. Nilai koefisen Determinan (R2) mencerminkan
seberapa besar variasi dari variabel terikat (Y) dapat diterangkan oleh variabel bebas
(X). Hasil uji Koefisien Determinasi adalah sebagai berikut :
Tabel 5.19
Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
1 ,547a ,299 ,218 10,69255
a. Predictors: (Constant), Capital_gain, DPR, Beta_saham
b. Dependent Variable: PBV
Sumber : SPSS (data diolah)
Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa variasi kebijakan dividen,
risiko dan balikan saham berpengaruh sebesar 0,299 atau 29,9% terhadap variasi nilai
perusahaan. Sedangkan 70,1% didapatkan perhitungannya dari (100% - 29,9% =
70,1%) dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Sehingga tingkat hubungannya
lemah.
5.6 Pembahasan Hasil Penelitian
5.6.1 Kebijakan Dividen Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan pengujian uji t (parsial) menunjukkan hasil bahwa koefisien
regresi DPR yang diperoleh sebesar 0,200 dan t-hitung sebesar 2,290 dengan
probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,030 atau 3%, sehingga lebih kecil dari
tingkat signifikan (0,05 atau 5%). Jadi dapat disimpulkan bahwa kebijakan dividen
dengan rasio DPR berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Apabila
dividen yang dibagikan besar, maka harga saham juga meningkat. Meningkatnya
harga saham tentu akan meningkatkan nilai perusahaan.
Kebijakan dividen yang optimal akan menghasilkan keseimbangan antara
dividen saat ini dengan pertumbuhan di masa depan sehingga akan memaksimalkan
nilai perusahaan. Sehingga kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai
perusahaan.
69
5.6.2 Risiko Saham Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan pengujian uji t (parsial) menunjukkan hasil bahwa koefisien
regresi Beta Saham yang diperoleh sebesar -2,751 dan t-hitung sebesar -1,432 dengan
probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,164 atau 16,4%, sehingga lebih besar dari
tingkat signifikan (0,05 atau 5%). Jadi dapat disimpulkan bahwa risiko saham dengan
rasio Beta Saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Dengan risiko investasi yang tinggi, salah satunya adalah risiko pasar (risiko
suku bunga, inflasi) maka akan mengakibatkan para investor malas untuk
berinvestasi. Hal ini akan mengakibatkan harga saham akan menurun. Sehingga asset
suatu perusahaan akan berkurang. Dalam penelitian ini risiko yang tinggi tidak
mempengaruhi nilai perusahaan sedangkan jika risiko rendah juga tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan demikian risiko saham berpengaruh negatif
terhadap nilai perusahaan.
5.6.3 Balikan Saham Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan pengujian uji t (parsial) menunjukkan hasil bahwa koefisien
regresi Balikan Saham yang diperoleh sebesar 0,340 dan t-hitung sebesar 0,460
dengan probabilitas tingkat signifikansi sebesar 0,649 atau 64,9%, sehingga lebih
besar dari tingkat signifikan (0,05 atau 5%). Jadi dapat disimpulkan bahwa balikan
saham tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Jika harga saham naik, maka balikan saham akan turun, begitu juga sebaliknya
jika harga saham turun, maka balikan saham akan meningkat. Hal ini dikarenakan
semakin kecil penyebutnya maka hasil yang didapatkan semakin besar. Salah satu hal
yang menyebabkan investor mau menanamkan modalnya adalah ketika harga saham
turun dengan balikan saham yang tinggi. Sehingga hal tersebut berdampak pada nilai
perusahaan yang tinggi pula. Dalam penelitian ini balikan saham yang tinggi tidak
mempengaruhi nilai perusahaan sedangkan jika balikan saham rendah juga tidak
mempengaruhi nilai perusahaan. Dengan demikian balikan saham berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan.