bab xi. teknik perlakuan khusus pada tanaman a. …€¦ · ditemukan sebagai senyawa yang...
TRANSCRIPT
BAB XI. TEKNIK PERLAKUAN KHUSUS PADA TANAMAN
A. Kompetensi Inti: Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu
B. Kompetensi Dasar: Menerapkan teknik perlakuan khusus tanaman pangan dan
hortikultura
C. Uraian Materi
1. ZAT PENGATUR TUMBUH Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik bukan hara (yang alami maupun
sintetik) yang dalam konsentrasi rendah mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman, sedangkan hormon adalah senyawa organik alami (disintesis oleh tanaman) yang
dalam konsentrasi rendah dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ada
berbagai jenis ZPT yaitu; Auxins (pemanjangan sel), Giberelins (pemanjangan sel + pembelaha sel
– diwujudkan pada pertumbuhan), Cytokinins (Pembelahan sel + menghambat senesens),
Abscisic acid=ABA (abscisi daun dan buah + merangsang dormansi benih dan mata tunas), dan
Ethylene (Merangsang senesens, epinasti, dan pemasakan buah).
a. Auksin
Ditemukan sebagai senyawa yang berhubungan dengan respons fototropisme. Terdapat
di tanaman pada konsentrasi sangat rendah (1 g dalam 20 000 ton bahan tanaman). Auksin dapat
menyebabkan berbagai respons fisiologis tergantung pada konsentrasi dan bagian tanaman
target. Contoh auksin IAA (Indoleasetatic Acid), 2,4 D (dichlorophenoxyacetic acid), IBA
(indolebutyric acid), NAA (naphthaleneacetic acid), 2,4,5-trichlorophenoxyacetic acid (2,4,5-T),
Picloram, Dicamba.
1) Auksin sintetik: Auksin sintetik banyak digunakan secara luas dalam budidaya pertanian, di
antaranya untuk:
a) Mencegah absisi daun. b) Mencegah kerontokan buah. c) Merangsang pembungaan dan pembuahan. d) Mengendalikan gulma. e) Merangsang pertumbuhan akar. f) Menginduksi kalus dan embrio somatik dari eksplan.
Auksin dapat menyebabkan terjadinya perubahan fisiologis seperti : a) Pembelahan sel, auksin merangsang pembelahan sel-sel kambium vaskuler. b) Pemanjangan Sel, auksin merangsang pemanjangan sel. Dampaknya terlihat pada
pertumbuhan tajuk.
c) Diferensiasi dan Dediferensiasi Sel, auksin merangsang diferensiasi xylem dan floem,
merangsang inisiasi atau pembentukan bakal akar pada setek, mengatur
morfogenesis kalus.
d) Auksin merangsang dediferensiasi sel pada eksplan. e) Auksin menyebabkan dominansi apikal, pertumbuhan apikal (pucuk) yang
mendominasi pertumbuhan tunas-tunas lateral di dekat pucuk tajuk. Semakin ke
bawah, dominansi apikal semakin lemah, sehingga tunas-tunas lateral dapat tumbuh
tanpa hambatan. Dominansi apikal dapat dihilangkan dengan memotong pucuk tajuk,
sehingga tanaman dirangsang percabangannya. Prinsip dominansi apikal biasa
digunakan dalam membentuk percabangan tajuk dalam budidaya berbagai tanaman.
b. Giberelin (GA)
Gibberellin ditemukan pada angiospermae, gymnospermae, paku-pakuan, algae,
sedikitnya dua cendawan.
Pengaruh fisiologis akibat giberelin yaitu: 1) Merangsang pertumbuhan tanaman: karena terjadi pemanjangan sel dan
pembelahan sel. Pemanjangan sel yang diakibatkan oleh GA tidak melibatkan pengasaman dinding sel sepertihalnya pemanjangan sel akibat pengaruh auksin.
2) Merangsang perkecambahan benih yang dorman atau pertumbuhan tunas yang
dorman.
3) Merangsang pembungaan, menggantikan kebutuhan tanaman akan panjang hari
tertentu atau perlakuan suhu rendah untuk terjadinya pembungaan.
4) Merangsang mobilisasi cadangan makanan dan mineral pada sel-sel penyimpanan
pada biji, yang digunakan untuk proses pengecambahan.
5) Merangsang pembentukan buah partenokarpi (buah tanpa biji). 6) Menghambat senesens. 7) Menyebabkan perubahan fase pada tanaman:
Dewasa menjadi juvenil.
Juvenil menjadi dewasa. 8) Meningkatkan ekspresi seksual GA dapat merangsang pertumbuhan tanaman yang kerdil. Tanaman Jagung (Zea mays)
yang kerdil dan Kapri (Pisum sativum) kerdil, kalau diberi GA3 , dapat tumbuh dan berubah
menjadi tidak kerdil. Jagung dan Kapri normal yang diberi GA3, tidak berubah. GA dapat
merangsang pembungaan dan bolting pada tanaman yang roset. Tanaman kubis (long day-plant)
pada kondisi short-day tetap roset, tetapi dengan aplikasi gibberellin dapat dirangsang tumbuh
memanjang (bolting) dan berbunga.
Dalam benih GA dapat merangsang mobilisasi cadangan makanan pada benih 1) GA
keluar dari embrio menuju ke aleuron.
2) Di aleuron, GA merangsang sintesis enzim α-amylase dan enzim-enzim protease.
Enzim protease mengubah β-amylase tidak aktif menjadi β-amylase aktif.
3) α –amylase dan β-amylase mengatalisis pengubahan pati menjadi glukosa. Glukosa
digunakan untuk pertumbuhan embrio pada proses perkecambahan biji.
c. Sitokinin Sitokini adalah ZPT tanaman yang dapat merangsang pembelahan sel (sitokinesis).
Fungsi Fisiologis Sitokinin adalah sebagai berikut: 1) Merangsang pembelahan sel. 2) Menyebabkan morfogenesis. 3) Merangsang perkembangan mata tunas lateral. 4) Menunda senesens. Yang termasuk dalam Sitokinin alami (derivat adenin) adalah: 1) Zeatin 2) 2-i-P (isopentenyl-adenin ) =IPA 3) Di-hidro-zeatin Yang termasuk dalam Sitokinin sintetik (derivat adenin): 1) Benziladenin (BA)= benzilamino purin (BAP) 2) Kinetin (Kin)= furfuryl-amino purin 3)
Sitokinin derivat phenyl urea:
4) Thidiazuron = (N-phenyl-N’-1,2,3 –thiadiazol-5ylurea) 5) CPPU (chloro-pyridyl-phenylurea)
d. Asam Absisat (ABA): Banyak ditemukan di alam, di antaranya pada tumbuhan berpembuluh dan fungi. Pada
Tumbuhan, ABA dijumpai pada hampir semua organ/jaringan, dari akar sampai pucuk, terutama
di daun hijau yang sudah dewasa dan pada buah.
Asam Absisat (ABA) dikenal sebagai penghambat pertumbuhan melawan kerja auksin,
menyebabkan penutupan stomata, diproduksi sebagai respons tanaman terhadap stress, dan
dapat menghambat sintesis enzim hidrolitik, sehingga merangsang dormansi biji.
Perangan fisiologis ABA 1) ABA menekan pertumbuhan mata tunas dan menyebabkan senesens
(penuaan jaringan) pada daun. 2) ABA juga berperan penting pada pengontrolan penutupan dan pembukaan stomata.
3) Tanaman mutan yang tidak mampu menyintesis ABA, stomatanya terus membuka
(tidak dapat menutup), shg mengalami layu permanen.
e. Ethilen
Etilen merupakan satu-satunya ZPT tanaman berbentuk gas. Karena berbentuk gas,
ethylene mudah berdifusi. Ethylene yang diproduksi oleh suatu tanaman dapat dengan mudah
berpengaruh terhadap tanaman di sekitarnya.
Fungsi ethylene 1) Ethylene dapat merangsang terjadinya pemasakan buah 2) Mendorong terjadinya senesens and absisi daun dan buah 3) Menyebabkan inisiasi pemanjangan batang dan perkembangan mata tunas 4) Menghambat pembungaan pada kebanyakan spesies tetapi merangsang
pembungaan pada beberapa tanaman seperti nanas, bromeliads, and mangga.
5) Ethylene mempengaruhi ekspresi sex (jantan-betina) pada bunga. Mentimun yang
diberi C2H4 banyak memunculkan bunga betina, dan yang disemprot GA, banyak
memunculkan bunga jantan.
2. PEMANGKASAN
Pemangkas adalah kegiatan menghilangkan bagian tanaman dengan tujuan tertentu.
a. Tujuan Pemangkasan Ada berbagai macam pemangkasan yang biasa dilakukan pada tanaman. Masingmasing
pangkasan mempunyai tujuan yang berbeda.
1) Pemangkasan Bentuk: Pemangkasan bentuk bertujuan untuk pembentukan kerangka
pohon sehingga tanaman tidak terlalu tinggi, menghasilkan cabang yang kuat, letaknya
teratur, arahnya menyebar dan produktif. Dengan demikian sehingga pemeliharaan dan
pemetikan buah lebih mudah.
2) Pemangkasan Pemeliharaan: Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk mengatur
pertumbuhan cabang juga untuk mengurangi kerimbunan pohon, supaya tanaman
mendapat sinar matahari yang cukup. Dengan demikian, tanaman dapat terhindar dari
keadaan yang lembab dan otomatis tanaman dapat dijauhkan dari kemungkinan serangan
jamur yang merupakan sumber penyakit.
3) Pemangkasan Peremajaan: Pemangkasan peremajaan bertujuan untuk mengganti tajuk
tanaman lama dengan tajuk baru yang masih muda dan produktif. Pemangkasan
peremajaan dilakukan terhadap batang atau cabang tanaman yang sudah tua, tidak
produktif dan yang bentuk tajuknya sudah tidak menentu.
4) Pemangkasan pembungaan: Pemangkasan pembungaan bertujuan untuk merangsang
munculnya bunga pada tanaman. Contohnya pada tanaman anggur dan tanaman yang
letak buahnya di ujung cabang baru seperti rambutan, kelengkeng, dan mangga. Tanaman
anggur akan berbunga apabila dipangkas, karena calon-calon bunga berasal dari tunas
baru yang muncul.
b. Jenis Pemangkasan 1) Pemangkasan Bentuk: Pemangkasan bentuk dilakukan setelah bibit yang telah memenuhi
syarat ditanam, biasanya dalam beberapa waktu akan mulai tumbuh dan menjadi besar.
Jika dibiarkan tumbuh akan tumbuh tinggi dengan percabangan yang rimbun dan tidak
teratur. Akibatnya tanaman mudah terserang penyakit, tidak banyak menghasilkan buah
dan sulit untuk dipanen. Saat itulah kita tidak boleh lalai memperhatikan kondisi
tanamannya. Pertumbuhannya harus dijaga jangan sampai terlalu subur. Tanaman yang
terlalu subur biasanya ditunjukkan dengan daun-daun yang tumbuh lebat dan rimbun.
Pada kondisi demikian biasanya tanaman tidak akan mengeluarkan bunga. Untuk
menjaga agar jangan sampai menjadi terlalu subur sebaiknya tanaman segera di bentuk
dengan cara di pangkas. Pemangkasan bisa dilakukan terhadap cabang, ranting daun atau
akar. Pemangkasan bentuk dapat dilakukan sejak tanaman masih kecil.
Umur tanaman mulai dipangkas akan sangat tergantung pada jenisnya dan
pertumbuhannya. Pemangkasan bentuk pada tanaman mangga dapat dimulai sejak
pohon berumur 1 – 2 tahun.
2) Pemangkasan Pemeliharaan: • Pemangkasan Percabangan Pemangkasan percabangan dibedakan menjadi dua, yaitu pemangkasan berat dan
pemangkasan ringan.
Pemangkasan berat dilakukan awal musim hujan atau akhir musim hujan.
Pemangkasan ini dilakukan terhadap wiwilan cabang primer yang sudah tua dan tidak
produktif, cabang primer dan bagian-bagian lainnya yang terserang hama penyakit,
cabang balik, cabang liar, daun-daun dan cabang yang mengering.
Pemangkasan ringan, biasa disebut juga pewiwilan, dilakukan setiap tiga bulan sekali
untuk tanaman mangga. Pemangkasan ini bertujuan untuk membuang wiwilan-
wiwilan yang tumbuhnya tidak dikehendaki. Dalam hal ini tidak perlu menggunakan
alat (gunting atau pisau) akan tetapi cukup dengan tangan, agar seluruh bagian dapat
terambil dan mata tunasnya tidak tertinggal.
• Pemangkasan Perakaran
Pemangkasan akar ini dilakukan, jika tanaman terlalu cepat pertumbuhannya, tetapi
keadaan bunga kurang baik. Pemangkasan akar akan menghambat pertumbuhan
vegetatif tanaman sampai 40 persen selama sekitar 1 musim. Pemotongan akar
terutama dilakukan dibagian luar batas mahkota daun dan harus dilakukan dengan
hati-hati. Pemangkasan dibatasi terutama pada akarakar yang kecil saja.
Dengan pemotongan yang intensif, produksi tanaman bisa diatur dan penggunaan
pupuk dapat dihemat. Sistem pemangkasan ini sangat berpengaruh terhadap
kebutuhan pupuk yang diserap oleh akar. Karena kebutuhan pupuk akan terbatas pada
bidang yang dibatasi oleh alur-alur yang diputus oleh pisau yang terutama di bawah
mahkota daun
3) Pemangkasan Peremajaan: Pemangkasan peremajaan adalah proses untuk
memperlakukan tanaman yang sudah tua dan pohon-pohon yang tidak produktif menjadi
muda kembali tanpa disertai penanaman kembali. Proses tersebut dilaksanakan dengan
memangkas cabang primer atau batang pokok tanaman yang sudah tua dan yang
dianggap tidak memenuhi syarat untuk dipertahankan. Pada prinsipnya peremajaan
dengan memangkas ini tidak hanya membuat tanaman menjadi muda kembali akan tetapi
ada maksud yang lebih utama yakni untuk memperbaiki sifatsifat pohon yang kurang baik.
Perbaikan ini dilakukan dengan menyambung/mengokulasi tunas-tunas yang tumbuh
setelah pemangkasan dengan entres/mata tunas yang berasal dari tanaman sejenis yang
lebih baik sifatnya.
c. Waktu Pemangkasan Waktu pemangkasan sangat tergantung pada jenis pangkasan dan peertumbuhan.
Pemangkasan bentuk biasanya dilakukan 1 – 2 tahun setelah tanam, untuk tanaman tahunan
waktu pemangkasan yang paling baik adalah awal atau akhir musim hujan. Lain dengan
pemangkasan pemeliharaan (Kesehatan dan Produksi) ini dilakukan 3 bulan sekali, yakni ketika
hujan mulai turun. Akan tetapi bagi tanaman yang sudah berbuah pemangkasan dilakukan ketika
buah usai dipanen. Untuk pemangkasan peremajaan tidak terikat kepada waktu, akan tetapi
pada kondisi tanaman. Sesuai dengan tujuan yaitu untuk mengganti tajuk tanaman maka
pemangkasan peremajaan dilakukan pada tanaman tua yang sudah menurun produksinya.
1) Menentukan bagian yang dipangkas: Tajuk tanaman yang teratur akan sangat mendukung
terjadinya buah yang bermutu. Pembentukan tajuk merupakan pengaturan percabangan
yang menyebar rata ke segala arah secara simetris. Hal ini berarti jumlah dan arah cabang
harus dibentuk sejak tanaman masih kecil. Yang harus diperhatikan dalam pembentukan
tajuk ini adalah kondisi batang utama, cabang primer, dan cabang sekunder. Batang
utama harus tunggal dan tajuk harus
ke atas. Cabang primer dalam satu tanaman berkisar antara 3-4 cabang. Kondisi cabang
primer ini harus menyebar dan membentuk sudat 120o atau 90o terhadap sesamanya.
Sebagaimana cabang primer, cabang sekunderpun sebaiknya hanya berkisar antara 3 -4
cabang dengan arah dan penyebaran yang sama. Dengan kondisi ini, dalam setiap
tanaman hanya terdapat 9 - 16 cabang sekunder yang siap menopang ranting, bunga dan
buah.
Ranting, bunga dan buah dapat bervariasi jumlahnya tergantung kemampuan cabang
sekunder yang menunjangnya. Bentuk pemangkasan yang lain adalah pemangkasan
produksi. Pola pemangkasan ini cabang-cabang yang tidak produktif, tumbuh kearah
dalam, menggantung, atau cabang kering, serta cabang yang terserang hama penyakit,
maupun yang berhimpit dipangkas dengan selang waktu tertentu. Dengan pemangkasan
produksi, diharapkan produksipun meningkat karena pemangkasan tersebut akan
mengurangi cabang-cabang yang hanya memanfaatkan hara saja, menambah
kelembaban, dan dapat mengurangi intensitas sinar matahari bagi daun.
Selain cabang tersebut diatas dikenal pula tunas air, yaitu tunas yang tumbuh dari batang
pokok, cabang primer maupun cabang sekunder yang mengarah secara vertikal. Tunas air
ini harus dipangkas karena kalau dibiarkan tumbuh hanya akan menyerap hara dan
menjadi inang beberapa hama. Disamping itu cabang demikian kalau dibiarkan tumbuh
akan semakin membesar sehingga semakin menyulitkan ketetapan pemangkasan juga
pemangkasan akan semakin sukar dilaksanakan dan dapat merugikan bagi tanaman itu
sendiri.
Pada pengelolaan produksi/pemeliharaan dilakukan pula pemangkasan pada perakaran
dengan tujuan untuk menghambat pertumbuhan vegetatif. Pemangkasan akar tidak
hanya membuat tanaman menjadi dapat berbuah tetapi kualitas buah yang dihasilkan
pun menjadi lebih baik. Disamping itu kerugian pada masa awal produksi yang
pertamapun bisa ditekan karena jumlah bunga dan buah yang rontok akan berkurang.
Untuk tanaman yang sudah tua dan kurang produktif perlu diremajakan. Untuk
peremajaan itu tanaman tidak harus dibongkar sampai ke akar-akarnya. Tetapi cukup
dilakukan pemangkasan.
Pemangkasan peremajaan ini bisa dilakukan terhadap batang pokok atau cabang primer.
2. Pemangkasan pada tanaman yang menjalar/merambat: Cara pemangkasan pada
tanaman yang menjalar atau merambat berbeda dengan tanaman yang berbentuk pohon.
Misalnya pada tanaman semangka. Pemangkasan tanaman semangka biasanya dilakukan
pada saat tanaman berumur 10-15 hari setelah tanam (hst). Bagian tanaman yang dipotong
addalah batang utama (toping) pada ruas ke 5 atau ke 6. Setelah cabang utam di toping,
biasanya akan muncul cabang samping. Pilih 2 cabang samping yang terbaik untuk kemudian
akan dijadikan cabang utama. Cabang yang tidak terpilih kemudian dipangkas. Buah yang
akan dibesarkan pada ruas 10-15 (bulat) dan 13-21 (oblong) di kedua cabang samping yang
dipelihara. Untuk mendapatkan buah yang baik dilakukan kegiatan penyerbukan bunga.
Penyerbukan sebaiknya dilakukan pada umur 30 hst dan pada pagi hari (pkl. 06.00—10.00).
bunga yang dipilih adalah bunga yang memiliki bentuk sempurna tidak terserang hama dan
penyakit, dan tidak ada bintik hitam. Sebelum penyerbukan sebaiknya bunga jantan
dikumpulkan terlebih dahulu untuk memudahkan menempelkan bunga jantan ke bunga
betina.
Sumber: http://benihpertiwi.co.id/wp-content/uploads/top-semangka.jpg
3. CAHAYA a. Pengaruh cahaya pada tanaman
1. Cahaya menstimulasi atau menghambat perkecambahan benih. Pada tanaman selada
perkecambahan dapat distimulasi oleh cahaya.
2. Cahaya mempengaruhi perkembangan kecambah. Akibat kekurang cahaya terjadi
etiolasi, perkembangan kloroplas dan aktivitas enzim sangat lambat
3. Cahaya menyebabkan deetiolasi. Dalam keadaan intensitas cahaya tinggi, pemanjangan
batang dihambat, tetapi kondisi ini merangsang sintesis klorofil, karotenoid, dan
antosianin dan perkembangan kloroplas.
4. Cahaya mempengaruhi aktivitas pada membran sel. Mempengaruhi aliran ion dan
potensial bioelektrik membran (transmembran potensial), serta potensial permukaan
akar. Mempengaruhi penyerapan Ca+, K+, dll.
5. Cahaya mempengaruhi ekspansi/pembesaran daun dan kotiledon. 6. Cahaya mempengaruhi gerak nictinastic pada daun. 7. Cahaya mempengaruhi pergerakan (rotasi) phototaktik kloroplas. 8. Cahaya mempengaruhi sintesis protein dan aktivasi enzim-enzim tertentu. 9. Cahaya mempengaruhi aktivasi gen (transkripsi mRNA). 10. Cahaya berperan dalam induksi pembungaan.
Pada tanaman lobak dan aster pemberian periode cahaya pendek 98-10 jam/hari) akan
menginisiasi pembentukan kuncup bunga, sedangkan pada tanaman kentang dan
kastuba, pemberian periode cahaya panjang (4-16 jam/hari akan menginisisai
pembentukan kuncup bunga)
11. Meregulasi ritmik harian (Jam/Siklus/Ritme Circadian). Contoh: membukanya (siang) &
menutupnya (malam) daun Albizzia (kelompok legume).
b. Photoperiodism Fotoperiod: panjang relatif malam dan siang dalam siklus satu hari satu malam.
Fotoperiodisme adalah respons fisiologis tumbuhan terhadap panjang hari (day length) atau
panjang malam (night length). Adanya fenomena tanaman hari panjang (long-day plants),
tanaman hari pendek (short-day plants) dan tanaman netral (day-neutral plants) merupakan
salah satu fotomorfogenesis.
c. Tanaman hari pendek (Short Day Plants)
Tanaman yang akan berbunga jika mendapat periode gelap (night) yang lebih panjang
atau sama dengan periode gelap minimum tertentu. Atau disebut juga tanaman ‘malam panjang’
(long night plants).
Contoh tanaman Hari Pendek (SDP)= (Long Night Plant): 1. Chenopodium rubrum 2. Chrysanthemum morifolium (Dendranthema grandiflora) 3. Euphorbia pulcherima (poinsettia) 4. Glycine max
5. Nicotiana tabacum 6. Xanthium strumarium
7. Pharbitis sp. 8. Cocklebur. Contoh tanaman hari pendek yang popular adalah tanaman krisan
Tanaman krisan akan berbunga jika mendapat periode gelap (night) yang lebih panjang
atau sama dengan periode gelap minimum tertentu. Jika kondisi hari pendek/ gelap panjang,
maka tanaman krisan akan berbunga, sebaliknya jika kondisi hari panjang/gelap pendek tidak
berbunga (vegetative)
Krisan perlu pengaturan hari panjang pada tahap-tahap tertentu yang diharapkan tunas
vegetatifnya tumbuh, misalnya :
• Pemeliharaan tanaman induk sumber bahan setek. • Perbanyakan bibit dengan bahan setek. • Pertumbuhan awal bibit di bedeng produksi.
Kondisi hari panjang diperlukan agar tanaman tetap pada fase vegetatif: Penambahan cahaya pada pk 22.00 – 2.00 dini hari setiap malam biasanya diperlukan
untuk pemeliharaan tanaman induk, pada saat penyetekan, dan pada saat awal (3-4 mg)
setelah penanaman bibit.
d. Tanaman hari panjang (Long Day Plants)
Tanaman hari panjang adalah tanaman yang akan berbunga jika mengalami periode
gelap (night) yang lebih pendek atau sama dengan periode gelap maksimum tertentu. Atau
disebut juga tanaman malam pendek (short night plant).
Contoh tanaman Hari Panjang (LDP) = (Short Night Plant) 1. Beta vulgaris 2. Raphanus sativus 3. Spinacea oleracea 4. Sinapsis alba 5. Lolium sp. 6. Clover
e. Tanaman hari netral
Tanaman hari netral adalah tanaman yang pembungaannya tidak dipengaruhi oleh
panjang hari atau panjang malam.
Contoh:
Cucumis sativus = mentimun Helianthus annuus = bunga matahari
Zea mays = jagung Phaseolus vulgaris = buncis Pisum sativum = kapri
4. APLIKASI PERLAKUAN KHUSUS PADA TANAMAN PANGAN
1) PERLAKUAN KHUSUS TANAMAN PADI 5 tahapan benih padi sebelum ditanam Untuk menghasilkan bibit tanaman yang baik dan sehat secara pertumbuhan ataupun secara
perkembangan perlu adanya perlakuan khusus untuk benih yang akan ditanam, hal ini berlaku
juga dalam budidaya tanaman padi.
Perendaman Benih padi
Perlakuan benih sangat diperlukan dalam budidaya tanaman padi sebelum ditanam
dikarenakan untuk memisahkan benih yang baik dan benih yang jelek, adapun langkah atau
tahapan untuk perlukan benih padi sebelum ditanam adalah sebagai berikut,
1. Memilih benih yang bersertifikat atau berlabel
Tahap yang sangat penting sebelum mengawali penanaman dalam budidaya apapun yakni
memilih benih yang baik dari keturunan yang baik juga. untuk memilih benih blog
sampulpertanian mengajurkan untuk memilih benih yang bersertifikat atau benih yang
berlabel, dikarenakan dengan penggunaan beniih berlabel bisa meminimal kegagalan saat
tanam
2. Seleksi benih
Dalam perlakuan benih setelah memilih benih kemudian dilanjut dengan seleksi benih, seleksi
benih yang baik menggunakan larutan garam agar bisa mengetahui kualitas benih yang bernas
dan tidaknya, namun para petani biasa melakukan seleksi benih hanya dengan menggunaka
air biasa untuk memisahkan benih yang baik dan yang jelek. cara memisahkan benh yang baik
dan yang jelek dengan cara memisahkan benih yang tenggelam dan yang mengapung diatas
air disaat dilakukan perendaman terhadap benih padi.
memisahkan benih yang baik atau yang jelek
3. Melakukan perendaman
Perendaman benih dilakukan setelah benih selesai diseleksi, yang bertujuan untuk
merangsang kecambah akar dengan cara perendaman, perendaman dianjurkan dengan
ditambah fungisida dan ZPT agar mencegah benih penyakit dan bisa merangsang kecambah
lebih cepat. perendaman biasanya dilakukan selama 12 jam
4. Memeram benih padi
Setelah langkah diatas dilakukan benih dilakukan pemeraman dangan tujuan merangsang
benih agar berkecambah, memeram bisa dilakukan selama 24jam atau jika terlihat kecambah
pemeraman disudahi, biasanya pemeraman benih dibungkus dengan karung dan biasanya
pemeraman akan terasa hangat pada karung pemeraman benih tadi.
5. Semai benih atau tebar benih
Setelah berkecambah pada benih dilakukan penyemaian atau dilakukan tebar benih padi
dengan tujuan memudahkan untuk dilalukan penanaman nantinya. lama penyemaian yang
dilakukan petani biasanya kisaran 10 hari sampai 20 hari, bahkan terkadang lama penyemaian
bisa mencapai umur 30 hari sebelum ditanam.
2) PERLAKUAN BIBIT UBI KAYU Salah satu faktor kunci dalam budidaya ubi kayu adalah pemilihan bibit yang baik. Seperti
memilih istri, dalam prinsip Jawa ada istilah Bibit, Bobot, Bebet. Bibit tentu jadi
pertimbangan karena faktor genetik dan kesehatan menjadi salah satu penentu kualitas
sifat keturunan. Pada tanaman, bibit juga menentukan nilai hasil panen. Kita dapat
melihat dengan jelas prinsip "perbedaan kualitas bibit menentukan hasil" ini pada
komoditas nanas. Bibit yang dihasilkan dari mahkota buah nanas memiliki kualitas yang
lebih rendah dari bibit yang diperoleh dari anakan. Nanas yang ditanam dari bibit mahkota
baru mulai berbuah pada umur 2 tahun, sedang bibit anakan mampu berbuah pada umur
1 tahun. Kualitas nanas yang dihasilkan bibit mahkota buah juga tidak seragam baik dari
segi waktu dan rasa, sedang hasil bibit anakan relative lebih seragam. Perbandingan ini
menunjukkan dengan jelas bahwa pemilihan bibit adalah salah satu tahapan penting yang
harus dilakukan mengingat bibit yang baik memiliki beberapa keunggulan seperti: 1.
kualitas hasil panen yang seragam, 2. Kualitas panen lebih baik, 3. Lebih tahan dari
serangan hama, 4. Daya tumbuh lebih baik.
Setelah melakukan pemilihan bibit yang baik, sebelum penanaman sebaiknya dilakukan
perlakuan bibit terlebih dahulu agar diperoleh hasil yang maksimal. Perlakuan bibit
biasanya dilakukan untuk meningkatkan daya tumbuh bibit, ketahanan terhadap
serangan hama penyakit, dan merangsang peningkatan hasil panen. Perlakuan bibit
untuk masing-masing komoditas berbeda, sesuai dengan karakteristik tanaman yang
diinginkan.
Perlakuan bibit ubi kayu masih sangat jarang dilakukan oleh petani. Anggapan ubi kayu
adalah tanaman sampingan masih sulit untuk dihilangkan. Padahal jika ubi kayu
dibudidaya secara intensif, mampu memberikan hasil yang menggiurkan. Saya pernah
membahasnya Panen Ubi Kayu 56 ton/ha? Ini caranya. Perlakuannya sangat mudah
dilakukan sehingga teknologinya mudah di serap oleh petani. Dengan catatan harus
dilakukan pendampingan secara intensif.
Berikut adalah cara sederhana untuk perlakuan bibit ubi kayu.
Bahan dan Alat:
1. Bibit ubi kayu yang baik.
2. Ember lebar
3. Gergaji
4. Pisau/sabit
5. Zat Perangsang tumbuh.
Tahap Perlakuan Bibit Ubi Kayu:
1. Pilih bibit ubi kayu yang baik. Usahakan pilih bibit dari batang pohon bagian tengah.
Bagian ini mampu tumbuh dan memberikan hasil yang lebih baik dari bagian lainnya.
2. Potong ubi kayu dengan panjang 20 -25 cm menggunakan gergaji. Dari pengalaman
lapang, pemotongan ubi kayu dengan gergaji memberikan hasil lebih baik daripada
dengan golok. Saya belum menemukan kajian ilmiahnya, tapi saya rasa bisa menjadi
masukan menarik. Kelebihan lain dengan menggunakan gergaji adalah hasil
pemotongannya lebih terukur dan rapi.
Bibit yang Sudah di Potong
3.Lukai bibit ubi kayu bagian bawah dengan menggunakan pisau atau sabit. Lukai
sekitar 3-5 cm dibagian paling bawah. Ada juga yang berpendapat lukai hingga 15 cm
dibagian paling bawah, hanya disisakan dua tunas dibagian paling atas. Fungsi
pelukaan ini adalah sebagai tempat munculnya akar yang akan berkembang menjadi
ubi.
Proses Pelukaan
Bibit yang Sudah di Lukai
4. Rendam bibit yang telah dilukai dengan zat perangsang tumbuh akar.. Fungsi
perendaman ini untuk merangsang tumbuhnya akar lebih cepat dan merata. Dosis ZPT
nya tergantung produk yang digunakan. Di pasaran sudah ada beberapa zat
perangsang akar. Silahkan dicari sendiri di toko pertanian terdekat. Lama perendaman
tergantung produk yang digunakan, tapi sebagai acuan adalah 15-30 menit. Setelah itu
dikering anginkan agar tidak terlalu basah dan lembab saat penanaman. Bibit yang
terlalu basah mudah terserang penyakit dan dapat menyebabkan kebusukan. Baik jika
sebelum perendaman bibit diikat dengan jumlah 25 buah per ikat agar memudahkan
saat pemindahan kea real tanam.
Pencampuran ZPT
Perendaman ZPT
5. Setelah perendaman, bibit siap ditanam. Jangan sampai terbalik, bibit
harus menghadap keatas.
3. .PERLAKUAN BENIH KEDELAI SEBELUM TANAM DENGAN
MENGGUNAKAN INOKULASI RHYZOBIUM
Sumber Gambar: Dok. BPP Tebo Ulu
Penanaman kedelai di tanah yang subur biasanya tidak menimbulkan
masalah, karena pada hakikatnya tanah seperti ini banyak mengandung
bahan – bahan organis seperti Nitrogen yang sangat dibutuhkan oleh
tanaman. Sebaliknya penanaman kedelai ditanah yang kurang subur atau
belum pernah ditanami kedelai sama sekali akan mengakibatkan
pertumbuhan kedelai kurang sempurna. Warna daun kurang segar (hijau
kekuning – kuningan), karena kekurangan unsur Nitrogen akibat tidak adanya
aktivitas bakteri Rhizobium Jafonicum.
oleh karena itu, sangat penting sekali perlakuan benih dengan menularkan
bakteri rhyzobium dengan cara inolukasi, agar tanaman kedelai dilahan yang
belum pernah ditanami tanaman kedelai bisa tumbuh dengan baik dan dapat
menyerap Unsur hara khususnya Nitrogen lebih optimal.
Adapun Tatacara pemberian inokulum Rhizobium (Legin, Rhizogen atau
Nitragin) adalah sebagai berikut :
1. Basahi benih kedelai dengan air bersih atau berupa larutan gula 1 %
per liter air untuk tiap 10 kg benih kedelai hingga cukup basah
(lembab).
2. kemudian Legin dituangkan ke dalamnya, lalu diaduk hingga rata.
3. Akan lebih baik apabila ditambahkan campuran tanah halus bekas
ditanami kedelai.
4. Campuran ketiga bahan ini kemudian diangin – anginkan di tempat
teduh hingga kering.
5. Proses ini tidak boleh lebih dari 6 jam, sebab apabila proses ini
berlangsung terlalu lama, apabila terkena sinar matahari secara
langsung, bakteri akan mati.
6. Perbandingan biji kedelai dan tanah adalah 9 kg kedelai : 1 kg tanah
7. Tanam biji kedelai dengan memasukkan 2 – 3 butir perlubang tanam.
4. PERLAKUAN KIMIA PADA BIJI JAGUNG
Perlakuan kimia adalah perlakuan dengan menggunakan bahan kimia. Maksud
dari perlakuan kimia ini adalah :
a) Untuk menjadikan agar kulit benih menjadi lebih lunak sehingga mudah dilalui
air pada waktu penyerapan.
b) Untuk mencegah atau memberantas patogen yang terbentuk oleh benih.
Perlakuan kimia ini dapat dilakukan dengan cara merendam benih dalam larutan
kimia dengan konsentrasi dan waktu tertentu, selain itu perlakuan kimia yang
dilakukan untuk mencegah atau mengendalikan hama penyakit dapat dilakukan
dengan cara memberikan pestisida tertentu kepada benih, baik sebelum benih
dikemas untuk disimpan 88
maupun sewaktu benih akan ditanam di lahan. Hal ini tergantung pada karakter
dari benih. Bahan kimia yang bisa digunakan dalam perlakuan secara kimia ini
antara lain asam sulfat, asam nitrat, potassium hydroxide, asam hidrochlorit,
potassium nitrat, urea, hormon tumbuh dan pestisida. Contoh :
Benih Jagung sebelum disimpan diberi fungisida redomil dengan konsentrasi 100
gram benih/1 gram fungisida.