bab_ii[1]
TRANSCRIPT
![Page 1: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/1.jpg)
BAB II
LANDASAN TEORI
A. TINJAUAN PUSTAKA
1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurut KBBI, belajar diartikan sebagai Belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan
yang disebabkan oleh pengalaman. Menurut Winkel (1986) dalam Gora dan
Sunarto (2010), belajar adalah aktivitas mental atau psikis, yang berlangsung
dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan, nilai dan sikap. Sedangkan
menurut Ernest R. Hilgard dalam (Sumadi Suryabrata, 1984) belajar merupakan
proses perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan
perubahan, yang keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh
lainnya
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa belajar
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang sebagai perubahan
tingkah lakunya dari pengalaman interaksi dengan lingkungannya.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi belajar
Dalam proses belajar, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya
meliputi faktor internal dan eksternal. Menurut Benny A. Pribadi (2009)
memberikan penjelasan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar meliputi:
1) Faktor internal merupakan faktor-faktor yang datang dari diri sendiri seperti
kurang lengkapnya anggota tubuh atau kondisi tubuh (kesehatan dan cacat
tubuh). Selain itu dapat pula faktor psikologis berupa kecerdasan IQ, minat,
bakat dan lain-lain.
2) Faktor Eksternal merupakan faktor yang menentukan terhadap kondisi belajar
yang datang dari luar individu atau lingkungan atau lingkungan seperti
lingkungan keluarga (orang tua, ekonomi, dan suasana rumah), lingkungan
![Page 2: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/2.jpg)
sekolah (kurikulum, hubungan sosial antara guru dan murid dan keadaan
sekolah) dan lingkungan masyarakat.
2. Diagnosis Kesulitan Belajar
a. Pengertian Kesulitan Belajar
Menurut Hammill, et al., (1981), kesulitan belajar adalah beragam bentuk
kesulitan yang nyata dalam aktivitas mendengarkan, bercakap-cakap, membaca,
menulis, menalar, dan/atau dalam berhitung. Gangguan tersebut berupa gangguan
intrinsik yang diduga karena adanya disfungsi sistem saraf pusat. Kesulitan
belajar bisa terjadi bersamaan dengan gangguan lain (misalnya gangguan sensoris,
hambatan sosial, dan emosional) dan pengaruh lingkungan (misalnya perbedaan
budaya atau proses pembelajaran yang tidak sesuai). Gangguan-gangguan
eksternal tersebut tidak menjadi faktor penyebab kondisi kesulitan belajar,
walaupun menjadi faktor yang memperburuk kondisi kesulitan belajar yang sudah
ada.
Sedangkan menurut NJCLD (National Joint Committee of Learning
Disabilities) dalam Lerner (2000), kesulitan belajar adalah istilah umum untuk
berbagai jenis kesulitan dalam menyimak, berbicara, membaca, menulis, dan
berhitung. Kondisi ini bukan karena kecacatan fisik atau mental, bukan juga
karena pengaruh faktor lingkungan, melainkan karena faktor kesulitan dari dalam
individu itu sendiri saat mempersepsi dan melakukan pemrospemrosesan
informasi terhadap objek yang diinderainya. Sementara itu Siti Mardiyanti dkk.
(1994) menganggap kesulitan belajar sebagai suatu kondisi dalam proses belajar
yang ditandai oleh adanya hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar.
Hambatan tersebut mungkin disadari atau tidak disadari oleh yang bersangkutan,
mungkin bersifat psikologis, sosiologis, ataupun fisiologis dalam proses
belajarnya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar itu adalah
kondisi di mana individu, dalam hal ini siswa tidak dapat memahami esensi dan
tujuan belajar karena faktor internal yang dialami diri mereka sendiri sehingga
berdampak pada proses dan hasil belajarnya.
![Page 3: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/3.jpg)
b. Karakteristik Kesulitan Belajar
Mencermati pengertian dan beberapa uraian di atas tampak bahwa kondisi
kesulitan belajar memiliki beberapa karakteristik utama, yaitu:
1) Gangguan Internal
Penyebab kesulitan belajar berasal dari faktor internal, yaitu yang
berasal dari dalam anak itu sendiri. Anak ini mengalami gangguan pemusatan
perhatian, sehingga kemampuan perseptualnya terhambat. Kemampuan
perseptual yang terhambat tersebut meliputi persepsi visual (proses
pemahaman terhadap objek yang dilihat), persepsi auditoris (proses
pemahaman terhadap objek yang didengar) maupun persepsi taktil-kinestetis
(proses pemahaman terhadap objek yang diraba dan digerakkan). Faktor-
faktor internal tersebut menjadi penyebab kesulitan belajar, bukan faktor
eksternal (yang berasal dari luar anak), seperti faktor lingkungan keluarga,
budaya, fasilitas, dan lain-lain.
2) Kesenjangan antara Potensi dan Prestasi
Anak berkesulitan belajar memiliki potensi kecerdasan/inteligensi
normal, bahkan beberapa diantaranya di atas rata-rata. Namun demikian, pada
kenyataannya mereka memiliki prestasi akademik yang rendah. Dengan
demikian, mereka memiliki kesenjangan yang nyata antara potensi dan
prestasi yang ditampilkannya. Kesenjangan ini biasanya terjadi pada
kemampuan belajar akademik yang spesifik, yaitu pada kemampuan
membaca (disleksia), menulis (disgrafia), atau berhitung (diskalkulia).
3) Tidak Adanya Gangguan Fisik dan/atau Mental
Anak berkesulitan belajar merupakan anak yang tidak memiliki
gangguan fisik dan/atau mental.
c. Diagnostik Kesulitan Belajar
Diagnosis merupakan istilah yang diadopsi dari bidang medis. Menurut
Thorndik e dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai:
![Page 4: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/4.jpg)
1. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness,
disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi
yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms);
2. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan
karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial;
3. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas
gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal.
Dari ketiga pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa di dalam konsep
diagnosis, secara implisit telah tercakup pula konsep prognosisnya. Dengan
demikian dalam proses diagnosis bukan hanya sekadar mengidentifikasi jenis dan
karakteristiknya, serta latar belakang dari suatu kelemahan atau penyakit tertentu,
melainkan juga mengimplikasikan suatu upaya untuk meramalkan kemungkinan
dan menyarankan tindakan pemecahannya.
Bila kegiatan diagnosis diarahkan pada masalah yang terjadi pada belajar,
maka disebut sebagai diagnosis kesulitan belajar. Melalui diagnosis kesulitan
belajar gejala-gejala yang menunjukkan adanya kesulitan dalam belajar
diidentifikasi, dicari faktor-faktor yang menyebabkannya, dan diupayakan jalan
keluar untuk memecahkan masalah tersebut.
d. Model Tes Diagnostik Kesulitan Belajar
Depdiknas (2007: 2) dalam Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Sains
SMP menjelaskan Tes diagnostik memiliki karakteristik: (a) dirancang untuk
mendeteksi kesulitan belajar siswa, (b) dikembangkan berdasar analisis terhadap
sumber-sumber kesalahan atau kesulitan yang mungkin menjadi penyebab
munculnya masalah siswa, (c) menggunakan soal-soal bentuk supply response
(bentuk uraian atau jawaban singkat), sehingga mampu menangkap informasi
secara lengkap.. Kelemahan-kelemahan ini dapat berupa a) tidak terpenuhinya
kemampuan prasyarat; b) terjadinya miskonsepsi; dan c) rendahnya kemampuan
memecahkan masalah (problem solving). Jadi tes diagnostik dapat digunakan
untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa sehingga hasil tersebut dapat
ditindak lanjuti berupa perlakuan yang tepat.
![Page 5: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/5.jpg)
Tes diagnostik yang digunakan, dapat berupa tes berbentuk multiple
choice (pilihan ganda) dengan reasoning terbuka, multiple choice dengan alasan
yang telah ditentukan dan tes esai tertulis. Dalam penelitian ini, tes yang
digunakan untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa, peneliti menggunakan tes
multiple choice dengan reasoning yang telah ditentukan. Pertimbangan meilih
bentuk tes ini adalah:
a. Paling mudah untuk diintegrasikan dalam sistem online baik dalam proses
input maupun proses analisis hasil.
b. Peneliti tidak membutuhkan banyak waktu untuk memganalis data yang
diperoleh.
c. Menghindari siswa yang malas menulis saat mengungkapkan gagasan dan
alasan mereka.
3. Sistem Online
a. Pengertian Sistem Online
Sebuah sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponen-komponen
yang saling berkaitan (interrelated) atau subsistem-subsistem yang bersatu untuk
mencapai tujuan yang sama (commom purpose) (James A. Hall, 2001: 5).
Menurut Mulyadi (1999) didefinisikan sebagai kelompok unsur yang erat
berhubungan satu sama lainnya, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan Walkinson (1999) menguraikan sistem dengan sebuah
kerangka (framework) yang terintegrasi satu atau beberapa tujuan. Sistem akan
mengkoordinasikan sumber daya yang diperlukan untuk mengolah memasukkan
menjadi keluaran atau hasil.
Online adalah terhubung, terkoneksi, aktif dan siap untuk operasi, dapat
berkomunikasi dengan atau dikontrol oleh komputer. Online ini juga bisa
diartikan sebagai suatu keadaan dimana sebuah piranti komputer terhubung
dengan device lain, biasanya melalui modem. Selain itu, online juga dapat
diartikan dengan terhubungnya satu perangkat dengan perangkat lainnya yang
terhubung sehingga bisa saling berkomunikasi.
![Page 6: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/6.jpg)
Dengan mengkombinasikan kedua pengertian di atas, sistem online dapat
diartikan sebagai bentuk integrasi antara dua komponen atau lebih yang
dikendalikan oleh komputer untuk sebuah tujuan tertentu.
b. Tes Diagnostik Online
Tes diagnostik online adalah sebuah inovasi yang mengintegrasikan
instrumen tes diagnostik manual dalam jaringan internet yang memungkinkan
terjadinya interaksi efektif antara guru selaku pembuat soal dengan para siswa
yang menjadi pengguna soal tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Tes ini
memudahkan guru untuk mendiagnosis kemampuan siswa setelah mengikuti
pembelajarannya tanpa harus mengambil waktu efektif pembelajaran di kelas.Tes
ini mensyaratkan kejujuran yang harus dipegang oleh setiap siswa yang
mengikuti.
Tes diagnostik kesulitan belajar online ini adalah media yang sedang
dikembangkan oleh salah tim dosen di lingkungan Pendidikan Fisika sebagai
implementasi dari hibah Program Sarjana LPPM UNS tahun anggaran 2012 yang
dibantu oleh beberapa mahasiswa semester akhir di mana penulis skripsi ini
termasuk salah satu dari tim mahasiswa tersebut. Media ini sedang dikembangkan
untuk menjadi solusi bagi para guru agar lebih sering melakukan tes diagnostik
dengan waktu yang lebih fleksibel.
B. Penelitian Yang Relevan
1. Pengembangan Tes Diagnostik dalam Pembelajaran
Beberapa penelitian yang telah lalu tentang tes diagnostik pembelajaran
antara lain:
a. Pengembangan Tes Diagnostik (Diagnostic Test) Teknik Analitik pada
Materi Listrik Dinamis untuk Siswa SMA Kelas X
Tes diagnostik yang dikembangkan untuk materi listrik dinamis
meliputi kisi-kisi soal, butir soal, dan pedoman penskoran.Tes diagnostik ini
divalidasi konstruksi dan isi oleh dua dosen fisika dan seorang guru fisika
dan divalidasi bahasa oleh ahli bahasa, kemudian diujicobakan pada siswa
![Page 7: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/7.jpg)
kelas X SMAN 15 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan perangkat tes
diagnostik teknik analitik pada materi listrik dinamis untuk siswa SMA kelas
X yang dikembangkan telah layak digunakan sebagai instrumen untuk
mendeteksi kesulitan belajar siswa. Persentase kesulitan yang dialami siswa
kelas X dalam menyelesaikan permasalahan atau soal fisika pada materi
listrik dinamis meliputi schematic knowledge sebesar 69,32%; strategy
knowledge sebesar 67,28%; algorithmic knowledge sebesar 44,97%; dan
linguistic knowledge sebesar 23,29%
b. Pengembangan Tes Diagnosis Kognitif pada Materi Gelombang dan Optik
untuk SMP Menggunakan 2-Tier Multiple Choice Format
Hasil try out SMP/MTs Kota Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011,
nilai rata-rata untuk mata pelajaran IPA adalah 4,56. Rendahnya hasil belajar
yang dicapai siswa merupakan salah satu indikasi bahwa siswa tersebut
mengalami kesulitan belajar. Salah satu penyebab umum dari rendahnya hasil
belajar IPA yang dicapai siswa adalah terjadinya miskonsepsi dan salah
aplikasi konsep pada siswa. Tes diagnostik perlu dikembangkan untuk
mengidentifikasi kesulitan belajar yang muncul sehingga kegagalan dan
keberhasilan siswa dapat diketahui. Tujuan dari penelitian ini adalah
mengembangkan tes diagnosis kognitif pada materi Gelombang dan Optik,
mengetahui karakteristik butir tes diagnostik yang dikembangkan dan hasil
implementasinya.
Tes diagnostik dalam penelitian ini disusun dalam bentuk pilihan
ganda, dengan 2-tier multiple choice format yakni soal pilihan ganda yang
disertai alasan. Agar hasil yang didapatkan lebih valid, maka ditambahkan
tingkat keyakinan dalam menjawab soal tes diagnostik. Dalam
mengembangkan soal tes diagnostik diperlukan informasi miskonsepsi dan
salah aplikasi konsep materi gelombang dan optik dari penelitian terdahulu.
Validasi ahli dilakukan untuk menjamin validitas isi tes yang dikembangkan.
Uji coba skala terbatas, dan uji coba skala luas dilakukan untuk mengetahui
karakteristik produk, seperti reliabilitas, taraf kesukaran, daya beda, dan
efektivitas distraktor.
![Page 8: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/8.jpg)
Analisis jawaban dan alasan yang diberikan siswa digunakan untuk
mengetahui persentase hasil implementasi. Dari hasil penelitian didapatkan
22 soal yang terdiri atas 12 soal dengan daya beda cukup yaitu antara 0,21–
0,40 dan 10 soal dengan daya beda baik yaitu antara 0,41–0,70. Dari 22 soal
tersebut, 3 soal termasuk kategori mudah, 15 soal kategori sedang dan 4 soal
kategori sukar. Tes diagnostik yang dihasilkan sudah reliabel dengan
koefisien reliabilitas sebesar 0,9121.
Produk yang dihasilkan digunakan untuk tes implementasi kepada 21
siswa di SMP Negeri 13 Semarang. Berdasarkan analisis tes implementasi,
didapatkan miskonsepsi paling banyak dialami siswa yaitu pada soal
pemahaman Satu Gelombang dan Panjang Gelombang pada Suatu
Gelombang yaitu sebesar 76,19%. Salah aplikasi konsep paling banyak
dialami siswa yaitu pada soal menentukan periode dan perbesaran lensa
okuler pada mikroskop yaitu sebesar 52,38%.
2. Pengembangan Media Pembelajaran Fisika
Penelitian yang telah lalu tentang pengembangan media pembelajaran
antara adalah “Pengembangan Media Pembelajaran Fisika Berbasis Komputer
untuk Siswa SMA Kelas XII pada Materi Radioaktivitas”.
Beberapa materi tidak memungkinkan siswa untuk mengamati gejala fisis
secara langsung, sehingga perlu dikembangkan media pembelajaran berbasis
komputer. Materi yang dikembangkan dalam media komputer adalah
radioaktivitas. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan media pembelajaran
fisika berbasis komputer untuk siswa SMA kelas XII pada materi radioaktivitas.
Penelitian ini dirancang menggunakan penelitian pengembangan yang
dilakukan dalam 5 tahap. Tahap-tahap yang dilakukan dalam penelitian
pengembangan ini adalah penyusunan rancangan, penulisan naskah, produksi
media, evaluasi media, serta menghasilkan produk akhir dan revisi. Media ini
dievaluasi oleh dua orang ahli media, tiga orang ahli materi, kemudian
diujicobakan pada enam orang siswa.
![Page 9: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/9.jpg)
Evaluasi dan uji coba dilakukan untuk menguji kelayakan media
pembelajaran dengan mengevaluasi 5 aspek yaitu aspek tampilan, aspek
kelayakan, aspek materi, aspek bahasa dan susunan kalimat dan evaluasi pada
siswa. Evaluasi aspek tampilan oleh ahli media untuk program media
pembelajaran ini dikatakan layak dengan persentase 92.71%. Evaluasi aspek
kelayakan oleh ahli media untuk program media pembelajaran ini dikatakan layak
dengan persentase 80.30%. Evaluasi aspek materi oleh ahli materi untuk program
media pembelajaran ini dikatakan layak dengan persentase 93.24%. Evaluasi
aspek bahasa dan susunan kalimat oleh ahli media, program media pembelajaran
ini dikatakan layak dengan persentase 88.89% dan oleh ahli materi, program
media pembelajaran ini dikatakan layak dengan persentase 85.71%. Evaluasi pada
siswa diperoleh hasil bahwa program layak dengan prosentase 87.22%.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa telah dihasilkan produk
media pembelajaran fisika berbasis komputer untuk siswa SMA kelas XII pada
materi radioaktivitas.
3. Materi Dinamika Gerak
Merujuk pada beberapa buku sekolah elektronik pegangan siswa SMA
kelas X, di antaranya karya Setya Nurachmandani, serta mengacu pada buku
Physics for Scientists and Engineers karya Serway untuk konsep-konsepnya dan
didasarkan pada standar isi dari permendiknas nomor 22 tahun 2006 pada mata
pelajaran fisika SMA, maka uraian materi dinamika gerak adalah sebagai berikut.
a. Hukum-Hukum Newton
1) Hukum I Newton
Pada zaman dahulu, orang percaya bahwa alam ini bergerak dengan
sendirinya. Tidak ada sesuatu pun yang menggerakkannya. Mereka
menyebutnya dengan gerak alami. Di lain sisi, untuk benda yang jelas-jelas
digerakkan, mereka menamakan gerak paksa. Teori yang dipelopori oleh
Aristoteles ini terbukti salah saat Galileo dan Newton mengemukakan
pendapat mereka.
![Page 10: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/10.jpg)
Galileo mematahkan teori Aristoteles dengan sebuah percobaan
sederhana. Ia membuat sebuah lintasan lengkung licin yang digunakan untuk
menggelindingkan sebuah bola. Satu sisi dari lintasan tersebut diubah ubah
kemiringannya. Setelah mengamati, Galileo menyatakan “ Jika gaya gesek
pada benda tersebut ditiadakan, maka benda tersebut akan terus bergerak tanpa
memerlukan gaya lagi”. Teori Galileo dikembangkan oleh Isaac Newton.
Newton mengatakan bahwa “Jika resultan gaya pada suatu benda sama
dengan nol, maka benda yang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak
akan tetap bergerak dengan kecepatan tetap”. Kesimpulan Newton tersebut
dikenal sebagai hukum I Newton. Secara matematis dapat dituliskan sebagai
berikut.
Berdasarkan hukum I Newton, dapat dipahami bahwa suatu benda
cenderung mempertahankan keadaannya. Benda yang mula-mula diam akan
mempertahankan keadaan diamnya, dan benda yang mula-mula bergerak akan
mempertahankan geraknya. Oleh karena itu, hukum I Newton juga sering
disebut sebagai hukum kelembaman atau hukum inersia. Ukuran kuantitas
kelembaman suatu benda adalah massa. Setiap benda memiliki tingkat
kelembaman yang berbeda-beda. Makin besar massa suatu benda, makin besar
kelembamannya.
2) Hukum II Newton
Hukum I Newton hanya membahas benda yang tidak dikenai gaya dari
luar, artinya benda tidak mengalami percepatan. Bagaimana jika suatu benda
mendapat gaya dari luar atau pada benda tersebut bekerja beberapa gaya yang
resultannya tidak sama dengan nol? Pada kondisi ini benda mengalami
perubahan percepatan.
Pada saat kita akan mengendarai motor, setelah mesin digas maka
motor yang semula diam menjadi bergerak. Apabila gas diperbesar maka
motor akan melaju semakin cepat. Apabila motor direm maka laju akan
![Page 11: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/11.jpg)
semakin lambat bahkan berhenti. Motor yang digas atau direm iini dikatakan
mengalami perubahan gerak (perubahan kecepatan). Perubahan gerak ini
terjadi karena adanya gaya.
Apabila sebuah benda mendapat sebuah atau beberapa gaya yang
resultanya tidak nol, maka benda akan mengalami perubahan gerak.
Perubahan gerak ini ditunjukkan dengan adanya perubahan kecepatan atau
dikatakan timbul percepatan. Pengaruh gaya terhadap percepatan ini
dirumuskan dalam hukum II Newton
Dari suatu percobaan diketahui bahwa besar percepatan yang terjadi
sebanding dengan gaya atau resultan gaya yang menimbulkannya. Hal ini
dinyatakan dengan hukum II Newton yaitu, " besarnya percepatan benda
sebanding dengan resultan gaya yang menimbulkannya ". Dirumuskan
Dalam kasus yang lain ketika yang menaiki sepeda motor itu lebih dari
seorang, maka gaya yang harus diberikan harus lebih besar dari pada saat
dikendarai sendiri agar memiliki percepatan yang sama. Itu artinya rumusan di
atas dapat dinyatakan dalam persamaan jika massa menjadi pembilangnya.
Sehingga menjadi
Keterangan :
ΣF = resultan gaya (N)
m = massa benda (kg)
a = percepatan benda (m/s-2)
Konstanta pembanding adalah k=1/m. Besar massa m ini menentukan
sifat kelembaman, yaitu semakin besar massa benda maka sifat kembaman
semakin besar. Hal ini berarti untuk merubah gerak benda yang bermassa
besar akan diperlukan gaya yang lebih besar pula. Selanjutnya massa disebut
dengan konstanta inersia (kelembaman)
![Page 12: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/12.jpg)
3) Hukum III Newton
Newton menyatakan bahwa suatu gaya yang bekerja pada sebuah benda
selalu berasal dari benda lain. Artinya, tidak ada gaya yang hanya melibatkan
satu benda. Gaya yang hadir sedikitnya membutuhkan dua benda yang saling
berinteraksi. Pada interaksi ini gaya-gaya selalu berpasangan. Jika A
mengerjakan gaya pada B (aksi), maka B akan mengerjakan gaya pada A
(reaksi). Pasangan gaya inilah yang terkenal dengan pasangan aksi reaksi.
Pasangan gaya aksi reaksi ini dijelaskan Newton dalam hukum
ketiganya. Bunyi hukum III Newton adalah sebagai berikut “Jika benda A
mengerjakan gaya pada benda B, maka benda B akan mengerjakan gaya pada
benda A, yang besarnya sama tetapi arahnya berlawanan”. Hukum ini
biasanya juga dinyatakan sebagai berikut “Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi
yang sama besar tetapi berlawanan arah”. Secara matematis hukum III
Newton dapat di tulis sebagai berikut.
b. Jenis-Jenis Gaya
Gaya merupakan dorongan atau tarikan yang akan mempercepat atau
memperlambat gerak suatu benda. Pada kehidupan sehari-hari gaya yang Anda
kenal biasanya adalah gaya langsung. Artinya, sesuatu yang memberi gaya
berhubungan langsung dengan yang dikenai gaya. Selain gaya langsung, juga ada
gaya tak langsung. Gaya tak langsung merupakan gaya yang bekerja di antara dua
benda tetapi kedua benda tersebut tidak bersentuhan.
Adapun jenis-jenis gaya menurut karakteristiknya masing-masing
dibedakan menjadi:
1) Gaya Berat
Gaya ini disebut dengan gaya tarik bumi pada buku, yang disebut juga
dengan gaya berat benda. Benda ditarik bumi, sedemikian bumi juga mendapat
gaya tarik dari benda. Oleh karena massa bumi jauh lebih besar daripada
massa benda, maka benda akan cenderung bergerak menuju bumi. Adanya
![Page 13: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/13.jpg)
gaya berat ini akan lebih jelas jika dikaji dengan konsep Hukum Gravitasi
Universal.
Menurut Hukum II Newton, dikatakan bahwa percepatan yang terjadi
pada suatu benda berbanding lurus dengan gaya yang diberikan pada benda
tersebut dengan persamaan F = m . a, sedangkan pada gaya berat, percepatan
benda merupakan percepatan grafitasi bumi, sehingga gaya berat suatu benda
dapat dinyatakan dengan persamaan
Keterangan:
W = gaya gravitasi/ gaya berat benda (N)
M = massa benda (kg)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
Massa sebuah benda di setiap tempat adalah sama, sedangkan berat
tidaklah sama karena bergantung pada besarnya percepata gravitasi bumi yang
mempengaruhi benda tersebut. Percepatan gravitasi di berbagai tempat di
bumi ini berbeda-beda, bergantung pada kedudukan benda diukur dari pusat
bumi. Semakin jauh jarak benda dari titik pusat bumi, percepatan gravitasi
yang dialami benda tersebut juga makin kecil. Percepatan gravitasi di bumi
juga berbeda besarnya dengan percepatan gravitasi di bulan. Adapun
percepatan gravitasi bulan besarnya 1/6 percepatan gravitasi bumi.
2) Gaya Normal
Dengan dimulai dari contoh sebuah buku yang diletakkan di atas meja,
diketahui bahwa ada gaya yang menahan buku agar tidak jatuh. Itu adalah
gaya tekan meja pada buku. Gaya ini ada karena permukaan buku bersentuhan
dengan permukaan meja dan sering disebut gaya normal. Gaya normal (N)
adalah gaya yang bekerja pada bidang yang bersentuhan antara dua permukaan
benda, yang arahnya selalu tegak lurus dengan bidang sentuh. Jadi, pada buku
terdapat dua gaya yang bekerja, yaitu gaya normal (N) yang berasal dari meja
![Page 14: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/14.jpg)
dan gaya berat (w). Kedua gaya tersebut besarnya sama tetapi berlawanan
arah, sehingga membentuk keseimbangan pada buku.
Gaya normal selalu tegak lurus arahnya dengan bidang sentuh. Jika
bidang sentuh antara dua benda adalah horizontal, maka arah gaya normalnya
adalah vertikal. Jika bidang sentuhnya vertikal, maka arah gaya normalnya
adalah horizontal. Jika bidang sentuhya miring, maka gaya normalnya juga
akan miring.
Gambar. Contoh lukisan gaya normal
3) Gaya Gesek
Jika seseorang mendorong sebuah almari besar dengan gaya kecil, maka
almari tersebut dapat dipastikan tidak akan bergerak (bergeser). Jika dia
mengelindingkan sebuah bola di lapangan rumput, maka setelah menempuh
jarak tertentu bola tersebut pasti berhenti. Mengapa hal-hal tersebut dapat
terjadi? Apa yang menyebabkan almari sulit di gerakkan dan bola berhenti
setelah menempuh jarak tertentu?
Gaya yang melawan gaya yang diberikan ke almari atau gaya yang
menghentikan gerak bola adalah gaya gesek. Gaya gesek adalah gaya yang
bekerja antara dua permukaan benda yang saling bersentuhan. Arah gaya
gesek berlawanan arah dengan kecenderungan arah gerak benda.
Untuk benda yang bergerak di udara, gaya geseknya bergantung pada
luas permukaan benda yang bersentuhan dengan udara. Makin besar luas
![Page 15: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/15.jpg)
bidang sentuh, makin besar gaya gesek udara pada benda tersebut sedangkan
untuk benda padat yang bergerak di atas benda padat, gaya geseknya tidak
tergantung luas bidang sentuhnya.
Gaya gesek dibedakan menjadi gaya gesek statis, yaitu dialami benda
ketika tepat akan bergerak dan gaya gesek dinamis yang dialami benda ketika
telah bergerak. Besarnya gaya gesek statis dirumuskan
dengan adalah koefisien gesekan statis. Adapun gaya gesek dinamis
dirumuskan
dengan adalah koefisien gesekan dinamis.
4) Gaya Sentripetal
Berkaitan dengan pembahasan tentang gerak melingkar, arah
percepatan sentripetal selalu menuju ke pusat lingkaran dan tegak lurus
dengan vektor kecepatan. Menurut hukum II Newton, percepatan ditimbulkan
karena adanya gaya. Oleh karena itu, percepatan sentripetal ada karena adanya
gaya yang menimbulkannya, yaitu gaya sentripetal. Pada hukum II Newton
dinyatakan bahwa gaya merupakan perkalian antara massa benda dan
percepatan yang dialami benda tersebut.
Sesuai hukum tersebut, hubungan antara percepatan sentripetal, massa
benda, dan gaya sentripetal dapat dituliskan sebagai berikut.
![Page 16: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/16.jpg)
dengan
Keterangan
: gaya sentripetal (N)
: massa benda (kg)
v : kecepatan linear (m/s)
r : jari-jari lingkaran (m)
: kecepatan sudut
Gaya sentripetal pada gerak melingkar berfungsi untuk merubah arah
gerak benda. Gaya sentripetal tidak mengubah besarnya kelajuan benda.
Setiap benda yang mengalami gerak melingkar pasti memerlukan gaya
sentripetal. Misalnya, planet-planet yang mengitari matahari, elektron yang
mengorbit inti atom, dan batu yang diikat dengan tali dan diputar.
c. Penerapan Hukum Newton dalam Kehidupan
Beberapa penerapan hukum Newton antara lain:
1) Gerak Benda pada Bidang Datar
2) Gerak Dua Benda yang Bersentuhan
3) Gerak Benda pada Bidang Miring
4) Gerak Benda yang Dihubungkan dengan Katrol
5) Gaya Tekan Kaki pada Lift
6) Gerak Menikung di Jalan
7) Gerak Melingkar Vertikal
C. Kerangka Pemikiran
![Page 17: BAB_II[1]](https://reader033.vdocuments.pub/reader033/viewer/2022052903/557212f1497959fc0b9141ed/html5/thumbnails/17.jpg)
Dari kajian literatur yang telah dilakukan dan melihat kekinian di
lapangan, penulis merancang penelitian ini dengan pemikiran sebagai berikut
Gambar Kerangka Pemikiran Penelitian
D. Pernyataan Penelitian