badan meteorologi klimatologi dan geofisika...
TRANSCRIPT
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH IV MAKASSAR
STASIUN KLIMATOLOGI KELAS I MAROS JL. DR. RATULANGI No. 75A Telp. (0411) 372366 Fax. (0411) 372367
E.mail : [email protected], [email protected]
MAROS – SULAWESI SELATAN
ANALISIS KONDISI METEOROLOGI PADA SAAT
BANJIR TANGGAL 14 MEI 2018 DI KABUPATEN SIDRAP SULAWESI SELATAN
Banjir merendam sejumlah rumah di Kecamatan Baranti, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan
tiga desa yang terkena dampak banjir tersebut, yakni Desa Passeno, Tonronge, dan Simpo.
Sumber (http://makassar.tribunnews.com/2018/05/14/banjir-landa-3-desa-di-baranti-sidrap-
ratusan-rumah-terendam). Lokasi Banjir berada pada bagian Timur Laut Pegunungan
Bawakaraeng. Saat ini BMKG telah memiliki beberapa peralatan untuk mengukur curah hujan
pada wilayah Kabupaten Sidrap yang digunakan untuk monitoring terjadinya curah hujan besar
akibat cuaca ekstream. Adapun lokasi banjir dan lokasi sebaran alat pengukur curah hujan (pos
hujan) di ilustrasikan pada gambar dibawah ini.
Gbr1. Lokasi kejadian Banjir dan sebaran Pos Hujan di Kabupaten Sidrap
Sebaran curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir di permukaan tanah, seperti yang
terlihat pada grafik sebaran curah hujan harian (Gbr.2). Gambar ini menunjukkan hasil rekaman
pos hujan daerah Kab.Sidrap yang menerima curah hujan tinggi dan tergolong ekstrem terjadi
pada pos hujan BPP.Paseno Baranti 108 mm/hari terjadi pada tanggal 13 dan Pos Hujan Kulo
183 mm/hari terjadi pada tanggal 14. Adapun pos hujan lainnya tidak menunjukkan adanya curah
hujan ekstrem pada saat ataupun sebelum terjadinya banjir. Jika dilihat pada grafik nampak
adanya akumulasi curah hujan dua hari berturut turut cukup besar yang terjadi pada dua lokasi
pos hujan yang berbeda tetapi cukup dekat jarak keduanya. Lokasi banjir dan lokasi terjadinya
pencatatan curah hujan ekstrem konsisten sehingga diduga kuat intensitas curah hujan yang
besar pada lokasi kejadian bukan banjir kiriman dari daerah lain.
Gambar 2. Hasil Pengukuran Curah Hujan Pada Tanggal 7 s/d 16 Bulan Mei (Keterangan :
Jumlah curah hujan dicatat pada hari berikutnya)
Hasil rekaman pos hujan merupakan curah hujan akumulasi harian sehingga tidak dapat melihat
puncak akumulasi curah hujan setiap jam. Untuk menjembatani kekurangn tersebut digunakan
data citra satelit yang memiliki relolusi waktu perjam. Informasi awan hujan pada satelit
diidentikkan dengan suhu puncak awan, semakin tinggi awan hujan semakin tinggi pula curah
hujan yang terjadi atau semakin kecil suhu puncak awan yang terlihat pada gambar luaran citra
satelit cuaca. Jika dilihat dari hasil citra satelit (Gbr.3 ) suhu puncak awan terendah mulai terjadi
pada dini hari yaitu pada jam 00.00 WITA membesar hingga jam 08.00 WITA dan mulai
meluruh pada jam 10.00WITA hal ini mengindikasikan terjadinya hujan selama selang waktu
tersebut. Kumpulan-kumpulan awan hujan tersebut memberikan curah hujan diatas 100 mm
dalam tempo 8 jam sehingga kemungkinan besar memberikan dampak banjir bandang pada
wilayah sungai.
Gbr 3. Suhu Puncak Awan pada tanggal 14 Bulan Mei (Keterangan : suhu puncak awan kurang
dari -30OC merupakan awan awan hujan), Angka di atas setiap gambar merupakan waktu
dalam WITA dan skala warna merupakan nilai besaran suhu puncakawan, lingkaran
hitam merupakan wilayah Kab. Sidrap
Berdasarkan hasil rekaman nilai curah hujan selama periode 1997-2017 menunjukkan bahwa
peristiwa puncak curah hujan ekstream dengan hujan >100mm/hari umumnya terjadi pada bulan
Mei. Jika melihat hasil rekaman terlihat pada pos hujan BPP.Paseno Baranti yang berdekatan
dengan lokasi banjir menunjukkan bahwa selama periode tersebut telah terjadi 4 kali curah hujan
ekstream dengan intensitas >100mm/hari, hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel.1 Jumlah kejadian Intensitas Curah Hujan (> 100mm/hari ) pada periode 1997-2017
Frekuensi kejadian curah hujan ekstream pada wilayah banjir paling sering terjadi pada bulan
Mei sehingga sangat perlu untuk melihat kondisi Klimatologi curah hujan pada wilayah tersebut.
Secara Klimatologi Puncak musim hujan pada Kab. Sidrap terjadi pada bulan Mei dan Puncak
musim kemarau terjadi pada bulan Agustus-September. Gambar .4 merupakan Grafik curah
hujan bulanan rerata 30 tahun yang terjadi pada msing masing pos hujan diwilayah Kab. Sidrap.
Untuk wilayah Pos Hujan BPP.Paseno Baranti Puncak Musim Hujan Tepat pada Bulan Mei
seperti yang ditunjukkan oleh grafik lingkaran merah
Pos Hujan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
BPP. PASSENO BARANTI 0 0 1 1 4 0 4 0 1 1 0 1
BPP. BILOKKA 1 0 1 0 0 0 3 0 0 2 1 3
SEREANG 1 3 4 13 22 8 2 1 0 1 6 8
BULU CENRANA / PITURIAWA 0 0 1 2 2 2 1 1 0 1 0 0
KULO 0 0 0 1 0 1 1 0 0 4 0 0
LAJONGA / PANCA LAUTAN 0 0 0 0 0 1 2 0 0 0 0 0
LANRANG 0 2 3 1 0 5 2 1 1 1 1 2
LAWAWOI / WATAN PULU 1 4 3 0 4 5 3 1 0 3 4 3
TENRU TEDONG / DUA PITUE 1 0 0 3 3 5 0 1 1 1 1 1
Gbr 4. Lokasi Pos Hujan dan Grafik Curah Hujan rerata 30 Tahun pada Kab. Sidrap. Linkaran
Merah Grafik Curah Hujan Bulanan BPP.Paseno
Keumuman Pola curah Hujan rata-rata 30 tahunan pada Kab.Sidrap diatas terlihat
berbeda dengan Wilayah bagian Barat Pegunungan Bawakaraeng dimana puncak curah
hujannya berada pada bulan Desember-Febrauri. Jika ditinjau sirkulasi angin rata-rata di
lapisan 850 mb wilayah Indonesia pada tanggal 11-14 Mei 2018 umumnya masih
didominasi oleh angin Timuran seperti yang terlihat pada gambar 5. Pada periode tersebut
monsoon Australia cukup kuat sehingga membawa uap air yang banyak. Pada Wilayah
Sulawesi Selatan pola angin tersebut masih dominan timuran dan cukup kencang sehingga
bagian timur Pegunungan Bawakaraeng menerima uap air yang lebih besar akibat
terbendungnya aliran massa udara oleh adanya bentangan Pegunungan Bawakaraeng.
Kondisi ini menyebabkan sebagian wilayah bagian Timur Pegunungan wilayah
Bawakaraeng menerima lebih banyak curah hujan termasuk wilayah yang terkena banjir saat
ini.
Jika melihat kondisi perairan wilayah Indonesia bulan Mei 2018 umumnya laut arafuru
yang lebih hangat dari normalnya. Hal ini mengindikasikan bahwa peluang terbentuknya uap
air menjadi lebih besar jika dibandingkan dengan kondisi umumnya .
Gbr.5. Peta Analisis Pola Angin 850 mb (panah) dan Anomali Suhu Permukaan Laut
(warna) 11-14 Mei 2018 (sumber: http://extreme.kishou.go.jp)
Berdasarkan peta rawan banjir pada gambar 6 yang dirilis oleh BMKG bekerjasama dengan
dinas Pekerjaan Umum (PU) dan Badan Informasi Geospasial (BIG) diperoleh peta kategori
tingkat kerawanan terjadinya banjir . Kategori ini berdasarkan pertimbangan beberapa variabel
seperti Curah Hujan rerata dasarian, sistem lahan, wilayah kejadian banjir dan penutupan lahan
pada wilayah Kab. Sidrap. Tingkat kerawanan pada kasus banjir pada Kec. Baranti masuk pada
kategori Menengah hingga Tinggi. Dari informasi ini diperlukan peran pemerintah untuk
membantu meningkatkan kesadaran kepada masyarakat agar lebih memperhatikan fenomena
iklim sehingga kemampuan dalam antisipasi bencana di wilayah mereka lebih besar.
Gbr.6 Peta Rawan Banjir Kab. Sidrap dasarian 2 bulan Mei
Kesimpulan :
1. Secara Klimatologi pada bulan Mei-Juli sebagian besar wilayah Kab. Sidrap mengalami
musim hujan, dan puncaknya terjadi pada bulan Mei.
2. Hasil pencatatan Pos Hujan BPP.Paseno bahwa curah hujan ekstrem pada bulan Mei
terjadi 4 kali cuaca ekstrem (CH >100mm/hari) selama periode 1997-2017
3. Kondisi Banjir diduga kuat diakibatkan oleh besarnya intensitas curah hujan yang terjadi
selama 8 Jam mulai dini hari hingga pagi hari.
MAROS, 21 MEI 2018
A.N KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI MAROS
KEPALA SEKSI DATA DAN INFORMASI PEMBERI INFORMASI
ENDANG ABDURROHIM, ST SYAMSUL BAHRI
NIP. 19770806 199803 1 002 NIP. 19891010 201012 1001