bahan makalah.docx

36
Latar belakang “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki- laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]:13) Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya. Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat [49]:13) Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.

Upload: septri-rahayu

Post on 28-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hgd

TRANSCRIPT

Latar belakang

 “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat [49]:13)

Pergaulan adalah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang “masih hidup” di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannya. Tidak ada mahluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah mencipatakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaan-Nya. Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al_Hujurat [49]:13) Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi . tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya. Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuh kembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah islamiyah. Tiga kunci utama untuk mewujudkannya yaitu ta’aruf, tafahum, dan ta’awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan. Ta’aruf. Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau mungkinkah ukhuwah islamiyah akan dapat terwujud? Begitulah, ternyata ta’aruf atau saling mengenal menjadi suatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Dengan ta’aruf kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang. Tafahum. Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lain. Setelah kita mengenal seseorang pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami kita dapat memilah dan memilih siapa yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat ,”Bergaul dengan orang shalih ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedang bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya.” Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada kesalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku ( akhlakul

majmumah ). Ta’awun. Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta’awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada ummatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasullulloh SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain. Ta’aruf, tafahum , dan ta’awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhluknya. Wallahu a’lam bishshawab.

http://id.shvoong.com/humanities/1775913-etika-pergaulan-menurut-islam/

Tujuan

Agar mengetahui etika dalam bergaul

Bergaul dengan orang yg lebih tua, teman sebaya,orang yg lebih muda

Permasalahan

Kenapa etika dalam bergaul perlu dipelajari?

Apa Manfaat mengetahui etika dalam bergaul?

1. Hormati perasaan orang lain, tidak mencoba menghina atau menilai mereka cacat.

2. Jaga dan perhatikanlah kondisi orang, kenalilah karakter dan akhlaq mereka, lalu pergaulilah mereka, masing-masing menurut apa yang sepantasnya.

3. Mendudukkan orang lain pada kedudukannya dan masing-masing dari mereka diberi hak dan dihargai.

4. Perhatikanlah mereka, kenalilah keadaan dan kondisi mereka, dan tanyakanlah keadaan mereka.

5. Bersikap tawadhu’lah kepada orang lain dan jangan merasa lebih tinggi atau takabbur dan bersikap angkuh terhadap mereka.

6. Bermuka manis dan senyumlah bila anda bertemu orang lain.

7. Berbicaralah kepada mereka sesuai dengan kemampuan akal mereka.

8. Berbaik sangkalah kepada orang lain dan jangan memata-matai mereka.

9. Mema`afkan kekeliruan mereka dan jangan mencari-cari kesalahan-kesalahannya, dan tahanlah rasa benci terhadap mereka.

10. Dengarkanlah pembicaraan mereka dan hindarilah perdebatan dan bantah-membantah dengan mereka.

Etika Muslim Sehari-hari - Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz

http://www.shirotholmustaqim.wordpress.com

I. Konsep Pergaulan

Gaul, campur, kenal: kata “gaul” verba intransitifnya adalah bergaul bererti hidup berteman dalam masyarakat; berkawan akrab. Saya sudah dua tahun bergaul dengan orang itu. Perkataan campur iaitu, bercampur bererti berkumpulnya orang-orang menjadi satu seperti: Tua muda, besar kecil, laki-laki wanita bercampur menjadi satu dalam pesta itu. Kenal berarti mengerti dan pernah mengetahui seseorang. Sudah berapa lama kamu mengenal dia?.

 

Sebenarnya dalam Islam tidak ada istilah "pergaulan bebas", sebab secara fitrah manusia memiliki keharusan untuk bergaul dalam interaksi sosial yang merupakan sunah sosial dan kehidupan itu sendiri. Namun setelah masuknya budaya asing -ke dalam pergaulan masyarakat muslim- yang dibentuk oleh kecenderungan material semata-mata dan falsafah hidup yang lahir dari bumi dan hawa nafsu, maka Islam menamakannya sebagai pergaulan bebas, bebas dari tuntunan wahyu, moral dan fitrah.

 

Jika kita berbicara masalah pergaulan pada era globalisasi saat ini memang sangat rumit. Dalam erti yang lain, kita hidup dengan manusia yang mempunyai prinsip dan pandangan hidup yang berbeza, bahkan masyarakat di kota-kota besar dapat dikatakan memiliki kecenderungan hidup bebas. Terkadang dengan kondisi seperti itu, kita menghadapi sebuah dilema bagaimana menempatkan diri dalam dunia pergaulan agar kita sebagai muslim dapat diterima oleh lingkungan, tetapi keyakinan atau syariat Islam pun tetap terjaga.

 

Sebetulnya, kaedah yang paling tepat dalam pergaulan, khususnya dengan lawan jenis (berbeza jantina) adalah pandai-pandai menempatkan diri dan menjaga hati (bergantung kepada penilaian iman dalam situasi berkenaan). Usahakanlah untuk mengerti situasi bila kita harus serius dan bila harus santai, "think before you act"sangatlah penting.

 

Meskipun demikian, menjaga etika pergaulan seperti menundukkan pandangan adalah sangat dianjurkan (wajib hukumnya, dalam erti kata, tidak meihat dengan syahwat). Namun inti dari ajaran ini adalah bagaimana kita menjaga kebersihan dan kesucian hati. Istilahnya, untuk apa kita menundukkan pandangan atau menghindar dari pertemuan dengan lawan jenis jika hati tidak kita tundukkan?

 

Allah Swt berfirman:

د�ور� الص� ي ف ت�خ� ا و�م� ع�ي�ن� األ� ائن�ة� خ� )19غافر( :  ي�ع�ل�م�

“Dia (Allah) Mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”. QS. 40:19

 

      Semua tergantung pada niat kita. Contohnya, dalam suasana kerja atau organisasi di mana kita dituntut untuk berinteraksi dengan orang banyak, baik laki-laki atau wanita, kita tentu saja diperbolehkan mengadakan kontak dengan lawan jenis (berbeza jantina, lelaki dengan

perempuan). Pada prinsipnya, jika maksud kita untuk kebaikan dan batasan-batasan syariat tetap dijaga, semuanya dibolehkan dalam Islam. Islam tidaklah pernah bertujuan untuk mempersulitkan sesuatu, tapi justru mempermudahkan hidup kita. Segala yang disyariatkan sudah barang tentu demi kebaikan umat manusia.

 

Demikian halnya dengan seruan ditetapkannya legalitas (undang-undang kenegaraan misalnya) tidak menutup muka wanita serta penyertaan mereka dalam kehidupan sosial bersama laki-laki (seperti dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sebagainya yang sesuai denga tanggungjawab sosial sebagai wanita) dengan menjaga batasan-batasan syariat adalah seruan kepada hidayah, dan hidayah Allah Swt itu membawa kemudahan bagi manusia. Bukan seperti dua kelompok yang kesulitan memahami seruan hidayah ini:

 

      Pertama, kelompok yang mengharamkan terbukanya wajah wanita dan segala bentuk penyertaan wanita dalam pelbagai kondisi,  walau ia sangat memerlukan dan diperlukan serta telah menjaga batasan syariat. Barangkali mereka lupa terhadap satu peringatan Nabi saw.:

 

“Bahwa mengharamkan yang halal sama seperti menghalalkan yang haram”, HR. Athabarani, keduanya dianggap melampaui batas syariat.

 

Sedang Rasulullah saw. ketika mensunahkan (membenarkan akan syariat) terbukanya wajah wanita dan penyertaan mereka dalam kehidupan sosial (sesuai dengan tanggungjawab sosial mereka), Baginda saw menginginkan kebaikan bagi kaum muslimin, karena hal itu akan mempermudahkan pergaulan mereka dalam kehidupan yang positif dan serius, serta membuka pintu aktiviti soleh untuk wanita, mulai dari menuntut dan mengajarkan ilmu, membantu kerja suami yang lemah, hingga andil dalam kegiatan sosial atau politik yang dapat mendukung perkara positif, konsruktif sekaligus melawan kerosakan, penyimpangan dan lain-lain.

 

     Kedua, kelompok yang menentang syariat. Dalam pergaulan mereka senantiasa senang berbuat urakan, bercampur bebas tanpa batas dan aturan kesopanan, berpakaian mini dan setengah telanjang, ketat dan jarang. Maka, pergaulan dan perjumpaan seperti ini sering membuat mereka menderita, kerana di samping terkena murka Allah Swt, mereka terjerumus ke dalam berbagai penyakit sosial seperti yang dideritai oleh masyarakat Barat.

 

Kedua kelompok tersebut sama-sama bingung dalam menempatkan diri mereka di dalam dunia material yang serba maju ini. Oleh karena itu, sebagai muslim yang merasa dirinya beriman, harus memahami etika pergaulan, penyertaan dan perjumpaan laki-laki dan wanita yang telah ditetapkan Islam dalam kehidupan sosial.

 

Etika sempurna; etika yang dapat melindungi moral serta tidak merusak kehidupan yang baik. Etika yang dapat menumbuh kembangkan kebaikan dan kebajikan, menjauhi kemunkaran dan menjinakkan potensi untuk berbuat buruk, adalah etika luhur yang dapat memperkaya kesihatan psikologi laki-laki dan wanita secara sempurna. Kerana di satu sisi tidak terjadi perlecehan, pelanggaran dan rangsangan seksual terhadap lawan jenis, dan di sisi lain bukanlah sebuah pelarian, tindakan berlebihan, perasaan malu yang bukan pada tempatnya dan alergi terhadap lawan jenis.

 

Jika dalam etika Islam ini ada perhatian yang lebih kepada muslimah -ketimbang muslim-, baik dalam berpakaian, bicara atau gerak-gerik dan lain-lain, hal itu karena wanita lebih banyak menanggung beban dalam merealisasikan kemaslahatan dan kepentingan hidup dalam pergaulan serta bermasyarakat. Sebab jika banyak kemaslahatan dan kepentingan, pertemuan pun menjadi banyak.

Sebaliknya jika kepentingan itu sedikit, pertemuan pun menjadi sedikit. http://mukhlis101.multiply.com/journal/item/143

Etika tingkah laku dikenal saat ini dengan sebutan protokoler. Setiap masyarakt memiliki tingkah laku, bahkan para protokoler mempunyai tugas khusus dalam pekerjaannya. Anda makan dengan tingkah laku tertentu, berpakaian dengan etika tertentu, berjumpa dengan etika tertentu, dan tentu saja berdakwah dengan etika tertentu. Tingkah laku harus sesuai dengan waktu, tempat, dan kondisi yang terjadi.

Namun itulah Islam, lengkap dengan semua tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Agama kita memberi perhatian penuh yang istimewa dalam membina masyarakat. Rasullullah pernah memberi peringatan : “Barang siapamenyerupai suatu kaum maka Ia termasuk didalamnya.” Maksud hadits tersebut bukan melarang kita menggunakan sarana-sarana yang ada pada orang lain, tetapi maksud disini agar kita tidak ikut-ikutan orang lain dalam etika dan tingkah laku dan lebih memelihara pada kepribadian kita.

Hal ini bukan didasarkan pada fanatisme, dan pembatasan. Hal ini didasarkan pada alasan tersembunyi yang nyata, yaitu agar perkembangan pola pikir dan karakter pribadi kita sesuai dengan yang seharusnya diperintahkan. Nah, berikut ini akan kami paparkan beberapa etika-etika utama yang perlu untuk segera dipraktekkan pada kepribadian seorang Muslim sehingga membentuk corak insane da’iyah.

Etika perizinanMasalah izin termasuk problem yang penting dalam kehidupan seorang muslim. Meremehkan poin ini akan menjatuhkan martabat individu dan masyarakat. Bagi orang yang konsekuen sangat menghormati waktu dan komitmen dengan etika perizinan. Misalnya izin untuk memasuki rumah orang lain.

Bayangkan jika sekiranya anda sedang melakukan sebuah pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi dan tenaga anda, tiba-tiba datang seorang tanpa permisi dan mengganggu pekerjaan anda, tentunya hal ini akan merusak waktu, pekerjaan, dan berpengaruh pada diri anda.

Firman Allah SWT :Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. Jika kamu tidak menemui seorangpun didalamnya, Maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapat izin. dan jika dikatakan kepadamu: "Kembali (saja)lah, Maka hendaklah kamu kembali. itu bersih bagimu dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS An-Nur ayat 27-28)Karena itu wajib dipahami oleh setiap muslim bahwa apapun kepentingan kita, jangan masuk ke dalam rumah seseorang kecuali ia berkenan dan mengizinkan sehingga masuknya kita ini disukai. Ini adalah salah satu contoh saja. Ada banyak lagi tentunya masalah perizinan, misalnya dalam menggunakan barang milik orang lain.Etika Memberi salamHal ini mungkin sudah lumrah dalam pergaulan kita. Tidak perlu saya terangkan lagi bagaimana besar dan hebatnya kekuatan salam. Dari kalimatnya saja sudah terlukis kecintaan, kasih sayang, dan keberkahan yang tertuang dalam hati sehingga perjumpaan dengan orang lain terlelap dalam kecintaan yang dalam, menjadikan masyarakat suatu persaudaraan dan melupakan kepongahan hidup dan kehidupan.

Jangan lupa saudaraku, mari kita ucapkan salam di setiap kesempatan yang ada, tidak hanya pada orang yang kita kenal, tetapi juga orang yang tidak kita kenal. Di Negara kita Assalamu’alaikum telah menjadi bahasa salam yang umum, sehingga sering digunakan. Jadi, sudahkah Kita mengucapkan salam dalam kehidupan kita sehari-hari?

 Adab Majelis

Setiap majelis mempunyai kebiasaan dan tradisi. Islam adalah sebaik-baik agama yang dikeluarkan untuk manusia dan memiliki kebiasaan dan tradisi yang membedakan dengan yang lainnya. Apabila seorang muslim datang ke suatu majelis, hendaklah Ia mengucapkan salam kepada ahlinya, lalu ia duduk hingga majelis itu berakhir. Semua itu ada etikanya.Sabda Nabi SAW :Maka apabila majelis itu sudah penuh dan tidak ada tempat untuk orang yang baru datang, maka Nabi memerintahkan kepada mereka agar meluaskan tempat duduk (HR khamsah).Adapun apabila majelis itu khusus dan orang-orang duduk saling bertukar pikiran dalam masalah yang sangat penting bagi mereka dan orang lain tidak boleh, maka dalam hal ini Nabi melarang kita ikut bergabung bersama mereka di majelis tersebut. Dan meminta izin dan memberi salam ketika ingin keluar sebagaimana ketika masuk.

Jangan membuat keonaran di dalam majelis. Tidak boleh bicara berbisik dua orang jika dalam majelis tersebut terdapat lebih dari dua orang, karena hal itu akan menyakiti orang yang tidak ikut dibisiki. Tidak boleh mencegah kaidah-kaidah dan etika dari memuliakan seseorang karena lebih tua umurnya atau lebih tinggi ilmunya.

Etika Berbicara dan mendengarDalam hal komunikasi, islam juga telah mengatur sebagai berikut:

- Adab berbicara : 1. Sunnah, dalam ucapannya mudah dipahami.2. Jangan terlalu mendalam dalam berbicara, jangan menggunakan bahasa

yang sukar3. benar dalam ucapannya, tepat pada waktunya4. memberikan hak bagi setiap orang dan majelis. Sesuai dengan kondisi,

jangan bermain di majelis yang serius, jangan sedih di tempat gembira.5. Menjauhi Ghibah.6. Merendahkan suara

- Adab mendengar : 1. Menerima pembicaraan dengan penuh perhatian2. Tidak menerima mentah-mentah, kita boleh memberikan penafsiran dan

penolakan, karena perbedaan membawa hikmah3. dilarang melakukan debat yang batil dan mengharap kemenangan.

Etika MakanMakan menempati tempat yang penting dalam etika. Seorang muslim akan merasakan bahwa makan adalah nikmat Allah atasnya. Tidak ada kekuatan selain Allah. Dan menjauhkan yang haram dalam makanan, minuman, pembicaraan, atau perjumpaan. Berbeda dengan etika makan orang barat. Bagi mereka kelezatan adalah yang paling penting. Memakai pakaian yang berlebih-lebihan. Makanan yang berlebihan, sehingga selesai makan banyak makanan yang masuk ke kantong sampah.

Sedangkan Islam mengajarkan sebagai berikut :1. Makan dimulai dengan membaca basmalah dan diakhiri dengan hamdalah2. Memelihara kebersihan sebelum makandan sesudahnya.3. Makan makanan dengan tangan kanan4. Menghormati makanan dan tidak berlebih-lebihan5. Mengambil makanan yang dekat dahulu6. Janganlah makan terlampau kenyang7. Makanlah dengan mudah. Jika Ia ingin maka Ia makan, jika Ia benci maka ia meninggalkan (HR

Bukhari Muslim)Camkanlah etika yang agung ini, yang diajarkan oleh islam untuk dikomitmenkan pada pemeluknya. Allah menciptaka mahluk dan menyatukan dalam persaudaraan, dijadikannya pada diri manusia kecintaan dan kasih sayang. Dan yang lebih penting etika ini dapat digunakan untuk membantu manusia untuk tetap berada di jalan yang lurus. Menyatukan kita semua, dan menambah erat tali persaudaraan. (Oleh Rizky Syahfandi, BKLDK Undip)Daftar pustaka :

Muhammad Tahhan, Musthafa. Muslim Ideal masa kini. Cendekia, 2000, Jakart

ETIKA PERGAULAN

Oleh Gumgum Gumilar, M.Si.

I. ETIKA

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah "Ethos", yang

berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat

dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos" dan

dalam bentuk jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup

seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari halhal tindakan yang

buruk.

Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan seharihari terdapat

perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang

dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Istilah

lain yang identik dengan etika, yaitu:

-Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan hidup

(sila) yang lebih baik (su).

-Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak.

Filsuf Aristoteles, dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang

pembahasan Etika, sebagai berikut:

- Terminius Techicus

Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang

mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.

- Manner dan Custom

Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang

melekat dalam kodrat manusia (In herent in human nature) yang terikat dengan

pengertian "baik dan buruk" suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.

Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok perhatiannya;

antara lain:

a. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat dari

hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of the right)

b. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama dari

kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular class of

human actions)

c. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai individual. (The

science of human character in its ideal state, and moral principles as of an individual)

d. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)

Macam-macam Etika

Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan

kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral (mores). Manusia

disebut etis, ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajat

hidupnya dalam rangka asas keseimbangan antara kepentingan pribadi dengan pihak

yang lainnya, antara rohani dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhluk berdiri

sendiri dengan penciptanya. Termasuk di dalamnya membahas nilainilai atau norma-

norma yang dikaitkan dengan etika, terdapat dua macam etika (Keraf: 1991: 23), sebagai

berikut:

Etika Deskriptif

Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku

manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai sesuatu yang

bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta secara apa adanya,

yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan

situasi dan realitas yang membudaya. Da-pat disimpulkan bahwa tentang kenyataan

dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai dalam suatu masyarakat yang dikaitkan

dengan kondisi tertentu memungkinkan manusia dapat bertindak secara etis.

Etika Normatif

Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan seharusnya

dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan tindakan

apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif merupakan norma-norma yang dapat

menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal yang

buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika tersebut di atas dapat

diklasifikasikan menjadi tiga (3) jenis definisi, yaitu sebagai berikut:

-Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus membicarakan

tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

-Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan baik

buruknya perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Definisi tersebut tidak melihat

kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan

tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriptif dan lebih bersifat sosiologik.

-Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan

evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku manusia.

Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta, cukup informasi, menganjurkan

dan merefleksikan. Definisi etika ini lebih bersifat informatif, direktif dan reflektif.

Norma dan Kaidah

Di dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal dengan istilah norma-norma atau

kaidah, yaitu biasanya suatu nilai yang mengatur dan memberikan pedoman atau

patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk bersikap tindak, dan

berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati bersama. Patokan

atau pedoman tersebut sebagai norma (norm) atau kaidah yang merupakan standar

yang harus ditaati atau dipatuhi (Soekanto: 1989:7).

Kehidupan masyarakat terdapat berbagai golongan dan aliran yang beraneka ragam,

masing-masing mempunyai kepentingan sendiri, akan tetapi kepentingan bersama itu

mengharuskan adanya ketertiban dan keamanan dalam kehidupan sehari-hari dalam

bentuk peraturan yang disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku dalam

masyarakat, yang disebut peraturan hidup.

Untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan kehidupan dengan aman, tertib dan

damai tanpa gangguan tersebut, maka diperlukan suatu tata (orde=ordnung), dan tata itu

diwujudkan dalam "aturan main" yang menjadi pedoman bagi segala pergaulan kehidupan

sehari-hari, sehingga kepentingan masing-masing anggota masyarakat terpelihara dan

terjamin. Setiap anggota masyarakat mengetahui "hak dan kewajibannya masing-masing

sesuai dengan tata peraturan", dan tata itu lazim disebut "kaedah" (bahasa Arab), dan

"norma" (bahasa Latin) atau ukuran-ukuran yang menjadi pedoman, norma-norma

tersebut mempunyai dua macam menurut isinya, yaitu:

a. Perintah, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk berbuat sesuatu oleh

karena akibatnya dipandang baik.

b. Larangan, yang merupakan keharusan bagi seseorang untuk tidak berbuat sesuatu

oleh karena akibatnya dipandang tidak baik.

Artinya norma adalah untuk memberikan petunjuk kepada manusia bagaimana

seseorang hams bertindak dalam masyarakat serta perbuatan-perbuatan mana yang

harus dijalankannya, dan perbuatan-perbuatan mana yang harus dihindari (Kansil,

1989:81). Norma-norma itu dapat dipertahankan melalui sanksi-sanksi, yaitu berupa

ancaman hukuman terhadap siapa yang telah melanggarnya. Tetapi dalam kehidupan

masyarakat yang terikat oleh peraturan hidup yang disebut norma, tanpa atau

dikenakan sanksi atas pelanggaran, bila seseorang melanggar suatu norma, maka akan

dikenakan sanksi sesuai dengan tingkat dan sifatnya suatu pelanggaran yang terjadi,

misalnya sebagai berikut:

• Semestinya tahu aturan tidak akan berbicara sambil menghisap rokok di hadapan

tamu atau orang yang dihormatinya, dan sanksinya hanya berupa celaan karena

dianggap tidak sopan walaupun merokok itu tidak dilarang.

Seseorang tamu yang hendak pulang, menurut tata krama harus diantar sampai di

muka pintu rumah atau kantor, bila tidak maka sanksinya hanya berupa celaan

karena dianggap sombong dan tidak menghormati tamunya.

• Mengangkat gagang telepon setelah di ujung bunyi ke tiga kalinya serta

mengucapkan salam, dan jika mengangkat telepon sedang berdering dengan kasar,

maka sanksinya dianggap "intrupsi" adalah menunjukkan ketidaksenangan yang

tidak sopan dan tidak menghormati si penelepon atau orang yang ada disekitarnya.

• Orang yang mencuri barang milik orang lain tanpa sepengetahuan pemiliknya,

maka sanksinya cukup berat dan bersangkutan dikenakan sanksi hukuman, baik

hukuman pidana penjara maupun perdata (ganti rugi).

Kemudian norma tersebut dalam pergaulan hidup terdapat empat (4) kaedah atau

norma, yaitu norma agama, kesusilaan, kesopanan dan hukum (lihat Lampiran No. 6).

Dalam pelaksanaannya, terbagi lagi menjadi norma-norma umum (non hukum) dan

norma hukum, pemberlakuan norma-norma itu dalam aspek kehidupan dapat

digolongkan ke dalam dua macam kaidah, sebagai berikut:

1. Aspek kehidupan pribadi (individual) meliputi:

a. Kaidah kepercayaan untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau kehidupan

yang beriman.

b. Kehidupan kesusilaan, nilai moral, dan etika yang tertuju pada kebaikan hidup

pribadi demi tercapainya kesucian hati nu-rani yang berakhlak berbudi luhur

(akhlakul kharimah).

2. Aspek kehidupan antar pribadi (bermasyarakat) meliputi:

a. Kaidah atau norma-norma sopan-santun, tata krama dan etiketdalam pergaulan

sehari-hari dalam bermasyarakat (pleasantliving together).

b. Kaidah-kaidah hukum yang tertuju kepada terciptanya ketertiban, kedamaian dan

keadilan dalam kehidupan bersama atau bermasyarakat yang penuh dengan

kepastian atau ketenteraman (peaceful living together).

Sedangkan masalah norma non hukum adalah masalah yang cukup penting dan

selanjutnya akan dibahas secara lebih luas mengenai kode perilaku dan kode profesi

Humas/PR, yaitu seperti nilai-nilai moral, etika, etis, etiket, tata krama dalam pergaulan

sosial atau bermasyarakat, sebagai nilai aturan yang telah disepakati bersama, dihormati,

wajib dipatuhi dan ditaati.

Norma moral tersebut tidak akan dipakai untuk menilai seorang dokter ketika

mengobati pasiennya, atau dosen dalam menyampaikan materi kuliah terhadap para

mahasiswanya, melainkan untuk menilai bagaimana sebagai profesional tersebut

menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik sebagai manusia yang berbudi luhur,

juiur, bermoral, penuh integritas dan bertanggung jawab.

Terlepas dari mereka sebagai profesional tersebut jitu atau tidak dalam

memberikan obat sebagai penyembuhnya, atau metodologi dan keterampilan dalam

memberikan bahan kuliah dengan tepat. Dalam hal ini yang ditekankan adalah "sikap

atau perilaku" mereka dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai profesional yang

diembannya untuk saling menghargai sesama atau kehidupan manusia.

Pada akhirnya nilai moral, etika, kode perilaku dan kode etik standard profesi

adalah memberikan jalan, pedoman, tolok ukur dan acuan untuk mengambil keputusan

tentang tindakan apa yang akan dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi tertentu

dalam memberikan pelayanan profesi atau keahliannya masing-masing. Pengambilan

keputusan etis atau etik, merupakan aspek kompetensi dari perilaku moral sebagai

seorang profesional yang telah memperhitungkan konsekuensinya, secara matang baikburuknya

akibat yang ditimbulkan dari tindakannya itu secara obyektif, dan sekaligus memiliki tanggung jawab

atau integritas yang tinggi. Kode etik profesi dibentuk dan

disepakati oleh para profesional tersebut bukanlah ditujukan untuk melindungi

kepentingan individual (subyektif), tetapi lebih ditekankan kepada kepentingan yang lebih

luas (obyektif).

Etiket

Pengertian etiket dan etika sering dicampuradukkan, padahal kedua istilah

tersebut terdapat arti yang berbeda, walaupun ada persamaannya. Istilah etika

sebagaimana dijelaskan sebelumnya adalah berkaitan dengan moral (mores), sedangkan

kata etiket adalah berkaitan dengan nilai sopan santun, tata krama dalam pergaulan

formal. Persamaannya adalah mengenai perilaku manusia secara normatif yang etis.

Artinya memberikan pedoman atau norma-norma tertentu yaitu bagaimana seharusnya

seseorang itu melakukan perbuatan dan tidak melakukan sesuatu perbuatan.

Istilah etiket berasal dari Etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu

undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan

pertemuan resmi, pesta dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau bangsawan.

Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai peraturan atau tata

krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana), cara duduk, cara

bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan si kap serta perilaku yang penuh

sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.

Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan

kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.

Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui

oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah lake sebagai

anggota masyarakat yang baik dan menyenangkan.

Menurut K. Bertens, dalam buku berjudul Etika, 1994. Penerbit Utama Gramedia

Utama, Jakarta, yaitu selain ada persamaannya, dan juga ada empat perbedaan antara

etika dan etiket, yaitu secara umumnya sebagai berikut:

1. Etika adalah niat, apakah perbuatan itu boleh dilakukan atau tidak sesuai

pertimbangan niat baik atau buruk sebagai akibatnya. Etiket adalah menetapkan

cara, untuk melakukan perbuatan benar sesuai dengan yang diharapkan.

2. Etika adalah nurani (bathiniah), bagaimana harus bersikap etis dan baik yang

sesungguhnya timbul dari kesadaran dirinya. Etiket adalah formalitas (lahiriah),

tampak dari sikap luarnya penuh dengan sopan santun dan kebaikan.

3. Etika bersifat absolut, artinya tidak dapat ditawar-tawar lagi, kalau perbuatan baik

mendapat pujian dan yang salah harus mendapat sanksi.

Etiket bersifat relatif, yaitu yang dianggap tidak sopan dalam suatu kebudayaan

daerah tertentu, tetapi belum tentu di tempat daerah lainnya.

4. Etika berlakunya, tidak tergantung pada ada atau tidaknya orang lain yang hadir.

Etiket hanya berlaku, jika ada orang lain yang hadir, dan jika tidak ada orang lain

maka etiket itu tidak berlaku.

II. ETIKA PERGAULAN MAHASISWA

Etika pergaulan mahasiswa yang sesuai dengan PP 60 tahun 1999 tentang Sistem

Pendidikan Tinggi, diwujudkan dengan diberlakukannya tata tertib kehidupan kampus,

tata tertib ujian, ketentuan-ketentuan pemilihan lembaga kemahaiswaan yang

prinsipnya mengatur tentang perilaku mahasiswa guna menunjang tercapainya tujuan

pendidikan tinggi seperti yang diisyaratkan di dalam PP 60 tahun 1999 tersebut.

1. Faktor Kunci Keberhasilan Mahasiswa dalam Belajar

Perlu diingat bahwa tugas mahasiswa adalah belajar. Untuk mencapai keberhasilan,

maka perlu diketahui faktor-faktor yang menjadi kunci yakni :

1). Atribut Individu

Atribut individu / mahasiswa adalah karekteristik yang dimiliki oleh setiap

mahasiswa yang menjadi salah satu faktor kunci keberhasilan mahasiswa dalam

belajar. Ada tiga karakteristik yang melekat dalam setiap mahasiswa dengan

proporsi yang berbeda-beda yakni :

a. Karakteristik Demografi seperti umur dan jenis kelamin;

b. Karakteristik Kompetensi seperti kecerdasan dan kemampuan;

c. Karakteristik Psikologi seperti nilai, perilaku dan kepribadian.

2). Keinginan Kerja

Keinginan kerja ini artinya keinginan untuk belajar, karena tugas mahasiswa

adalah belajar. Selain itu juga harus ada motivasi, baik dari dalam maupun dari

luar. Motivasi dari dalam berasal dari diri sendiri untuk berhasil dalam rangka

menyongsong masa depan yang lebih baik. Motivasi dari luar berasal dari luar diri

sendiri baik berasal dari orang tua atau dari pihak lain.

3). Dukungan Organisasi

Dukungan organisasi adalah segala sesuatu yang mendukung kepada

mahasiswa untuk memaksimalkan hasil dari belajar.

Untuk mencapai hasil yang optimal, maka ketiga faktor tersebut harus dimaksimalkan.

Kehilangan salah satu faktor saja, maka hasilnya tidak dapat optimal.

Berdasarkan pengamatan terhadap para alumni yang sukses meniti karier di tempatnya

bekerja, maka berikut ini saran-saran yang perlu dikemukakan agar saudara juga dapat

meraih kesuksesan di masa depan :

a. Perbanyak Menggunakan Komputer

Komputer adalah benda mati yang diciptakan oleh daya nalar (logika) manusia,

karenanya, prinsip kerja komputer sama dengan cara kerja nalar manusia..Komputer

tak ubahnya sebagai "pembantu" kerja yang dapat diperintah dengan perintah yang

sesuai dengan logika atau nalar. Karenanya, diharapkan mahasiswa untuk sering

menggunakan komputer agar lebih mengenal "sifat" komputer. Semakin sering

menggunakannya, maka kesalahan-kesalahan perintah yang mungkin terjadi akan

semakin berkurang atau sama sekali tidak akan ada kesalahan. Untuk sering

menggunakannya, maka alangkah baiknya jika setiap mahasiswa memiliki komputer

pribadi.

b. Memilih Teman

Penyesalan biasanya datang terlambat. Ini banyak dialami mahasiswa yang merasa

"tertipu" oleh dirinya sendiri karena salah memilih teman bergaul. Kesenangan

sesaat justru menjerumuskan mereka ke kepedihan yang berkepanjangan. Jangan

sampai saudara mengalami hal ini.

Pilihlah teman, dan bentuklah kelompok-kelompok belajar yang memiliki jiwa inovatif.

Artinya, tidak hanya mengulang pelajaran yang sudah diberikan oleh dosen,

melainkan mencari referensi lain yang mendukung pelajaran tersebut, dan kuasai

materi berikutnya yang akan diajarkan dosen di kelas. Ingat, masa depan saudara

tergantung saudara sendiri, dan mulailah dengan bekerja keras dalam belajar sejak

dini untuk meraih masa depan.

c. Jangan Mudah Mengeluh

Orang yang sering berkeluh-kesah menandakan kurang memiliki kemampuan.

Dalam ilmu psikologi, ada satu alat ukur kemampuan seorang manusia yang disebut

dengan adversity quotient (AQ), yaitu daya ketahanmalangan seseorang, yang

nilainya di atas IQ (kecerdasan otak) dan EQ (kecerdasan emosi).

Orang yang memiliki nilai AQ tinggi, maka ia tidak mudah mengeluh dan tidak mudah

berputus asa walau pada kondisi seburuk apapun. Justru sebaliknya, dengan segala

keterbatasan yang dimilikinya, ia mampu berpikir dan bertindak mensiasati diri untuk

dapat terus maju. Hal ini terjadi atau dapat dilihat para pengusaha ekonomi lemah

yang tetap survive dan maju meskipun krisis ekonomi melanda negara kita.

d. Kembangkan Gairah Membaca dan Menulis

Gunakan waktu-waktu senggang untuk membaca dan menulis yang berkaitan

dengan tugas belajar. Keengganan membeli buku dan membaca buku yang

berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang dijalaninya akan menghambat

proses belajar. Mahasiswa pada umumnya sangat gemar meng-copy transparansi

dosen, padahal, transparansi itu adalah sarana untuk mengajar, bukan sarana untuk

belajar.

Pada semester 6, setiap mahasiswa diwajibkan untuk menulis sebuah penulisan

ilmiah, yang setiap kata, setiap kalimat, dan setiap alineanya diperiksa oleh dosen

pembimbing dan dosen penguji. Kesalahan dalam memilih kata, mengungkapkan ide

dalam kalimat, dan ketidakkesinambungan antara satu kalimat dengan kalimat lain di

dalam sebuah alinea, merupakan kesalahan yang cukup fatal.

e. Jauhkan Sifat Sombong

Tidak ada satupun manusia yang segala kemampuannya melebihi orang lain.

Kesombongan hanya akan menjauhkan diri kita pada kesempatan baik yang

semestinya dapat kita raih. Bisa saja, karena sifat sombong kita, teman kita yang

tadinya mau mengajak bekerja di perusahaan besar menjadi enggan, teman-teman

yang tadinya simpati karena kepintaran kita, menjadi antipati.

Seorang professor, yang sangat ahli dan sangat menguasai bidangnya, ia tetap tidak

bisa sombong, karena, ilmu terus berkembang, dan suatu saat apa yang telah

dikuasainya ternyata belum apa-apa, karenanya ia harus terus belajar. Konsep

belajar adalah long-life education (belajar seumur hidup), tidak ada hentinya.

f. Miliki Target-terget Pribadi

Biasakan memiliki target-target pribadi, misalkan, di semester depan IPK saya harus

naik, di tahun kelima saya harus bisa membuka usaha di bidang informatika, dan

sebagainya. Untuk mencapai target-target tersebut, maka kita harus memiliki strategi

atau siasat-siasat yang mungkin dapat kita kerjakan. Kita harus dapat menilai

tentang kemampuan diri kita (apa yang kita miliki, apa kelebihan kita, apa

kekurangan kita), selanjutnya kita harus dapat memandang masa depan (apa

peluang yang bisa kita raih, apa tantangan yang bakal kita hadapi), dan dari sana

kita dapat melakukan manajemen diri (mengatur waktu, mengatasi kekurangan,

memilih teman, dan sebagainya).

Dengan memiliki target-target pribadi, maka, jalan hidup kita menjadi lebih terarah,

dan kita tahu prioritas apa yang harus dikerjakan terlebih dulu. Bila target itu tidak

terpenuhi, maka susun target baru sambil mengintrospeksi diri, mengapa target

tersebut tidak tercapai, dan benahi.

2. Etika dalam Berperilaku Mahasiswa

Dalam rangka menciptakan kehidupan ilmiah yang kondusif di dalam dan di luar

lingkungan kampus, maka perlu diketahui etika perilaku sebagai mahasiswa adalah

sebagai berikut :

1). Etika Pergaulan di Lingkungan Kampus

a. Berpakaian dan bersepatu rapi di lingkungan kampus;

b. Menjunjung tinggi nilai-nilai ilmiah;

c. Mengetahui, memahami dan melaksanakan peraturan-peraturan yang berlaku

di lingkungan kampus dan berusaha tidak melanggar;

d. Memberi contoh yang baik dalam berperilaku kepada adik tingkat, teman

setingkat dan kakak tingkat;

e. Saling menghormati dan menghargai terhadap sesama mahasiswa;

f. Berperilaku dan bertutur kata yang sopan, baik di dalam kelas dan di luar

kelas yang mencerminkan perilaku sebagai mahasiswa dan dijiwai oleh nilainilai agama / kepercayaan

yang dianut;

g. Tidak berperilaku asusila atau tidak bermoral;

h. Bersedia menerima sanksi yang ditetapkan atas pelanggaran terhadap

peraturan yang berlaku sebagai bagian dari pendidikan disiplin.

2). Etika Pergaulan di Luar Kampus

a. Menjadi contoh yang baik di lingkungan dimana mahasiswa tersebut berada;

b. Berperilaku dan bertutur kata yang baik

yang mencerminkan sebagai

mahasiswa;

c. Berupaya mengaplikasikan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah

dipelajarinya di masyarakat sebagai wujud pengabdian;

d. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi di luar kampus.

III. TATA KRAMA DALAM PERGAULAN

Tata krama dalam pergaulan merupakan aturan kehidupan yang mengatur

hubungan antar sesama manusia. Tata krama pergaulan berkaitan erat dengan etiket

atau etika. Kata etiket berasal dari bahasa perancis Etiquette yang berarti tata cara

bergaul yang baik, dan etika berasal dari bahasa latin Ethic merupakan pedoman cara

hidup yang benar dilihat dari sudut Budaya, Susila dan Agama.

Dasar - dasar etiket terdiri dari :

1. Bersikap sopan dan ramah kepada siapa saja.

2. Memberi perhatian kepada orang lain.

3. Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain.

4. Bersikap ingin membantu.

5. Memiliki rasa toleransi yang tinggi.

6. Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apapun.

Jadi pada prinsipnya dalam etiket anda harus ' Selalu berusaha untuk menyenangkan

orang lain '(Always wants to please anybody)' .

Manfaat etiket dalam kehidupan seorang manusia adalah :

1. Membuat anda menjadi disegani, dihormati, disenangi orang lain.

2. Memudahkan hubungan baik anda dengan orang lain (Better Human Relation).

3. Memberi keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi.

4. Menjadikan anda dapat memelihara suasana yang baik dalam berbagai

lingkungan, baik itu lingkungan keluarga, pergaulan, dan tempat dimana anda

bekerja.

Etiket Timur Dan Etiket Barat

Etiket sangat dipengaruhi oleh adat istiadat ( tradisi ) dimana hal itupun

dipengaruhi oleh budaya, kehidupan sosial, keadaan lingkungan, dsb. Jadi etiket setiap

daerah tidak akan sama bahkan mungkin akan bertentangan seperti :

1. Sikap tangan ketika bersalaman.

2. Cara menatap mata sewaktu berjabat tangan.

3. Cara memberi sambutan.

4. Sikap tubuh ketika menerima sesuatu, misalnya : Menerima sesuatu dengan

tangan kiri.

Etiket bangsa sendiri merupakan hal yang harus anda ketahui, namun ada baiknya bila

anda mengetahui etiket bangsa lain, sebab hal tersebut pasti akan bermanfaat bagi

pergaulan anda, karena anda dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan dimanapun

berada.

“If you are in Rome do as the Romans do”

Hal - hal yang dapat mempengaruhi kehidupan sosial seorang individu antara

lain:

1. Self Confidence yang baik akan memperkuat rasa percaya diri anda.

2. Self Control, merupakan cara mengontrol terhadap kesabaran, kemarahan dan

rasa tidak puas, sehingga anda tidak mudah terpancing oleh emosi dalam

situasi apapun.

3. Body language (Bahasa Tubuh), merupakan hal yang dapat dimengerti oleh

setiap orang, sehingga dapat digunakan sebagai salah satu faktor yang akan

mempengaruhi hubungan sesama manusia.

4. First Impression, adalah pandangan (Penilaian) seseorang terhadap seorang

individu yang didapatkan dari kesan pertama, dan kesan ini akan

mempengaruhi penilaian dalam hubungan selanjutnya. ' You will get a second

chance to make the first impression ', oleh karena itu ketika anda berjumpa

dengan orang baru berusahalah untuk memberi kesan yang baik.

Hal - hal yang dapat dilakukan untuk memupuk rasa percaya diri :

1. Sediakan selalu waktu untuk membaca mengenai berbagai pengetahuan

umum.

2. Ikuti setiap berita aktual yang ada.

3. Perdalamlah setiap bidang ilmu yang anda kuasai.

4. Janganlah segan untuk bertanya apabila anda tidak mengerti.

5. Siap menerima kritik membangun.

6. Memperhatikan saran - saran penampilan yang disampaikan untuk anda.

7. Siapkan diri anda agar berani berdiskusi, hal tersebut sebagai upaya untuk

menguji apakah pendapat kita dapat diterima oleh suatu lingkungan tertentu.

8. Anda harus banyak bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat.

9. Melatih diri dalam berbagai macam keterampilan.

10. Mempelajari berbagai bahasa asing ataupun daerah untuk digunakan secara

aktif ataupun pasif.

Ciri seorang individu yang memiliki Tata Krama yang baik :

1. Memiliki rasa percaya diri ketika menghadapi masyarakat dari tingkat manapun.

2. Tingkah laku dan ucapannya selalu mempertimbangkan serta mencerminkan

perhatian kepada orang lain.

3. Bersikap sopan, ramah dan selalu menunjukkan sikap yang menyenangkan dan

bersahabat dengan orang lain.

4. Bisa menguasai diri sendiri dan selalu berusaha tidak menyinggung,

mengganggu, menyakiti perasaan dan pikiran orang lain.

5. Selalu berusaha tidak mengecewakan, membuat gusar apalagi membuat marah

orang lain, walaupun diri sendiri dalam keadaan sedih, kesal, lelah ataupun

jenuh.

Etiket Perkenalan

Suatu hubungan antar individu biasanya dimulai dengan suatu perkenalan, dan

hal ini mungkin akan menjadi pertemuan pertama yang akan melahirkan 'First Image'

dan hal ini akan mempengaruhi penilaian seseorang pada hubungan selanjutnya.

Cara mengenalkan :

1. Pada waktu mengenalkan orang, ucapkan namanya dengan jelas, dan apabila

tidak terdengar jelas tanyakan sekali lagi.

2. Tipe individu terdiri dari introvert dan extrovert oleh karena itu pada waktu

mengenalkan seseorang berikan sedikit informasi mengenai orang tersebut.

3. Lakukan Personal Contact dengan cara sebagai berikut :

-Jabatlah tangannya dalam waktu 3 - 4 detik.

-Pandanglah mata orang yang diperkenalkan pada anda.

- Tersenyumlah.

-Tubuh sedikit dibungkukkan kedepan.

Hal - hal yang perlu diperhatikan dalam suatu perkenalan :

1. Orang yang lebih muda diperkenalkan kepada yang lebih tua.

2. Seorang pria diperkenalkan kepada wanita.

3. Wanita dikenalkan kepada pria, apabila pria itu orang yang perlu dihormati

seperti : Kepala Negara, Menteri, Gubernur, Duta Besar, Ulama/Tokoh agama

atau pria yang jauh lebih tua Lebih kurang 20 tahun.

4. Anda boleh mengenalkan diri terlebih dahulu apabila hal tersebut sekiranya

diperlukan.

5. Hindari perkenalan ditempat yang ramai seperti : Jalan raya, pasar, lift, restoran,

dsb.

Hal - hal yang dapat dilakukan ketika sedang diperkenalkan :

1. Pda waktu diperkenalkan wanita tidak perlu berdiri, kecuali bila menghadapi

orang - orang yang pantas dihormati seperti yang sudah diterangkan terlebih

dahulu.

2. Pada waktu menyambut tamu - tamu tuan dan nyonya rumah harus berdiri.

3. Tamu yang akan pulang harus diantar sampai ke depan pintu oleh tuan dan

nyonya rumah.

4. Seorang pria harus berdiri pada waktu :

-Berjabat tangan dengan wanita atau pria.

-Seorang wanita memasuki ruangan.

-Seorang wanita mendekati ia duduk.

-Seorang wanita yang duduk disampingnya berdiri akan meninggalkan

tempat.

Etiket Dalam Percakapan

Percakapan merupakan unsur penting dalam hubungan sesama manusia, nilai suatu

percakapan akan mempengaruhi suasana dan kelanjutan dari suatu hubungan. Dalam

menciptakan suatu percakapan yang menyenangkan diperlukan seni tersendiri dan hal

inipun memerlukan etika tersendiri.

Communication Field terdiri dari :

1.Facial Expression.

2.Body Position.

3.Good ( Clear ) Voice.

Sikap Pokok Yang Harus Dimiliki Pada Saat Berbicara

1. Mutual Respect (Saling Menghargai)

2. Speak Up (Berbicara Dengan Terang Dan Jelas)

3. Careful Listening (Mendengar Dengan Sungguh-Sungguh)

4. Communication Ability (Kemampuan Berkomunikasi)

5. Positive Thinking (Berpikir Positif)

Sikap pada waktu bicara hendaknya sopan:

1. Jangan sambil mengunyah permen karet

2. Jangan menggaruk-garuk badan atau kepala

3. Jangan bertolak pinggang atau tangan disaku

4. Jangan tetap duduk jika seseorang datang mengajak kita berbicara, sedangkan

orang itu tetap berdiri (tentu tergantung siapa orangnya).

5. Tataplah wajah lawan bicara kita

6. Janganlah berbicara dengan rokok dimulut

7. Bila sedang duduk dengan sikap yang santai sekali, dan seorang yang lebih tua

datang, duduk disebelah kita dan mengajak bicara, hendaknya sikap duduk

diperbaiki.

8. Jangan terus menerus bicara sehingga tidak memberi kesempatan pada orang

lain.

Apabila berbicara dengan orang lain, yang harus diperhatikan ialah:

1. Volume suara, keras atau lembut disesuaikan dengan situasi

2. Kecepatan berbicara

3. Tinggi rendahnya nada suara, jangan cempreng atau melengking

4. Nada suara hendaknya mengandung keramahan

5. Pilihlah kata yang sopan

Dalam melakukan pembicaraan (conversation):

1. Jika baru berkenalan jangan membicarakan agama, politik atau hal-hal yang

sifatnya sangat pribadi.

2. Jangan memonopoli pembicaraan

3. Bila ingin mengundurkan diri, carilah alasan yang dapat diterima

4. Jangan terlalu memperhatikan apa yang dikenakan oleh lawan bicara kita

5. Ucapkanlah kata-kata dengan jelas dan terang, bila kita kurang menangkap apa

yang dikatakan oleh lawan bicara kita jangan menggunakan hata “ha” atau

“apa” melainkan gunakan maaf…..bisa diulang atau dibantu.

Cara dan gaya bahasa berbicara dengan baik antara lain:

1. Berbicara cukup perlahan

Tidak terlalu keras dan tidak terlalu lemah

2. Berbicara bersemangat

3. Berbicara ada tekanan tertentu

• Ada selingan antara tinggi rendah suara

• Ada tekanan-tekanan tinggi bagi pesan yang penting

• Menggunakan efek pembicaraan (berhenti sebentar)

4. Berbicara tidak hanya satu arah, tetapi kepelbagai arah kelompok khalayak

sesuai dengan situasi dan kondisi

5. Pergunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

Seseorang menjadi pendengar yang efektif:

1. Berhentilah bicara karena seseorang tidak akan dapat mendengarkan dengan

baik pada waktu ia bicara

2. Timbulnya suasana yang memungkinkan orang yang berbicara melakukannya

dalam suasana bebas tanpa diliputi oleh rasa takut.

3. Tunjukkan kepada orang yang sedang bicara bahwa anda ingin mendengarkan

hal-hal yang ingin disampaikannya.

4. Tumbuhnya rasa empati

5. Bersikap sabar-jangan melakukan interupsi dalam bentuk apapun

6. Pendengar hendaknya jangan emosional

7. Pendengar sebaiknya mengajukan pertanyaan, misalnya untuk kejelasan yang

sekaligus berarti ia adalaah seorang pendnegar yang betul-betul menaruh minat

pada hal yang sedang dibicarakan

Etiket dalam Penampilan

Busana

1. Mempergunakan busana yang tidak melanggar aturan, norma, kepatutan

dalam lingkungan dimana kita berada. (di kampus jangan mempergunakan

pakaian yang terbuka/terlihat aurat atau anggota tubuh yang seharusnya

ditutupi).

2. Bisa mengikuti mode, tapi tetap harus sesuai acara, sesuai waktu, sesuai

tempat

3. Hindari menggunakan pakaian yang terlalu mencolok atau menarik perhatian

orang, terutama di tempat umum (misl, di kampus)

4. Hindari busana yang membuat anda sulit bergerak/melangkah

5. Hindari aksesoris yang menimbulkan bunyi-bunyi waktu anda bergerak

6. Hindari aksesoris yang menimbulkan bunyi-bunyi dan yang mudah tersangkut,

karena anda akan hilir mudik dipanggung dan belakang panggung serta

berdekatan dan bergesekan dengan orang lain.

7. Hindari sepatu yang tidak nyaman dan bersuara keras waktu melangkah

8. Pastikan busana anda sudah rapih, jangan membetulkan/ merapihkan

sembarangan.

Manfaat Tata Busana

• Penilaian Diri

• Sikap/Tingkah Laku

• Kepercayaan Diri Diimbangi

• Ekspresi

• Citra Diri

• Harmonis

• Peran Diri

IV. SIKAP PRIA DAN WANITA

1. Di Tempat Duduk

-Pada umumnya kita persilahkan orang yang kita hormati mengambil tempat di

sebelah kanan kita

- Pada waktu duduk wanita duduk dulu barulah pria, sedangkan waktu akan

meninggalkan tempat duduk, pria dulu yang berdiri dari tempat dudukberulah

wanita.

2. Keluar/Masuk Dari Ruangan

-Pada dasarnya waktu keluar/masuk suatu ruangan wanita mendahului pria,

setelah pria membukakan pintu untuk wanita, kecuali pada waktu memasuki

ruangan yang banyak orang/penuh sesak (umpamanya diruangan bioskop,

ruangan pesta/peralatan, tempat upacara dan tempat-tempat pertunjukan lainnya,

maka wanita mengikuti pria)

- Fungsi pria disini untuk membuka jalan, mencarikan tempat duduk, kecuali bila

ada panitia atau pengantar tamu, istri mengikuti pengantar, lalu pria mengikuti

pengantar, lalu pria berjalan dibelakangnya. Ini sama halnya pada waktu keluar

ruangan.

3. Naik Turun Tangga

-Bila menaiki tangga pria lebih dahulu, wanita mengikutinya.

-Bila turun tangga wanita dipersilahkan lebih dahulu dan pria mengirinya.

(aturan ini tidak berlaku bagi seorang presiden/pimpinan negara dan istrinya)

4. Menuju Ke Pintu

-Wanita biasanya menuju kepintu dulu, baru diikuti oleh pria lalu wanita berdiri di

depan pintu, pria memegang tangan pintu dan membukakan pintu untuknya, baru

pria mengikuti wanita dibelakangnya.

-Dalam keadaan yang tak mengijinkan seperti diatas wanita dapat langsung

memegang pintu, kemudian tugas selanjutnya dioper oleh pria, yang

mengantarnya.

- Apabila wanita sendirian (tidak ada yang mengantar) membuka pintu dikerjakan

sendiri (bila kebetulan ada pria lain, pria itu membukakan pintu dan wanita

menyampaikan “terima kasih” kepadanya).

5. Di Lift

-Saat naik lift dengan pimpinan, kita yang mempersilahkan masuk (kita dahulu

yang masuk sambil menahan pintu lift) begitu juga saat keluar dari lift.

-Pria menunggu sampai wanita keluar dari lift

-Jika suami isteri dalam lift, maka suamilah yang dulu keluar baru istri mengikutinya.

DAFTAR PUSTAKA

Adji, Oemar Seno.1991. Etika Profesional Hukum. Jakarta: Erlangga.

Effendy, Onong Uchyana. 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra

Aditya Bakti.

Jefkins, Frank. 1996. Public Relations. Edisi Keempat. Jakarta: Erlangga.

Keraf, A. Sonny. 1991. Etika Bisnis Membangun Citra Bisnis Sebagai Profesi Luhur.

Jakarta: Kanisius.

Ruslan, Rusady. Etika Kehumasan, Konsepsi dan Aplikasi, Jakarta: Rajawali Pers.

Suseno, Frank Magnis. 1987. Etika Dasar, Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral.

Jakarta: Kanisius.

Poedjawiyatna. 1996. Etika, Filsafat Tingkah Laku. Jakarta: Rineka Cipta.

Johannsen, Richard L. 1996. Etika Komunikasi. Bandung: Remadja Rosdakarya.

Robinson, Dave dan Chris Garrat. 1994. Mengenal Etika – For Beginners. Bandung:

Mizan.