bahan penulisan karya ilmiah.pdf
TRANSCRIPT
1
PETUNJUK PRAKTIS
PENULISAN KARYA ILMIAH1
Usmawadi, SH.,MH2
A. PENGANTAR
Bentuk penulisan hukum, baik untuk kalangan praktisi maupun akademisi
dalam pembuatan atau penulisannya tidak dapat dilepaskan dari peroses penelitian
hukum (legal research). Hal ini selaras dengan pendapat salah seorang ahli yang
menyatakan bahwa:3 “… sesungguhnya kegiatan sehari-hari seorang dosen, seorang
hakim, seorang pengacara, jaksa, notaris, konsultan hukum, dan penulis di bidang
hukum tidak terlepas dari “legal research”…”. Jadi suatu “penelitian hukum” dapat
dikatakan secara tanpa disadari telah dilakukan oleh kalangan yang tugasnya
berkaitan dengan masalah hukum dalam tugas mereka sehari-hari.
Tulisan untuk kedua kalangan ini, tidak akan dapat dibuat secara benar tanpa
melalui proses penelitian hukum. Yakni sejak pemilihan topik (menentukan masalah)
diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan, pengolahan dan analisis
data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir.
Bentuk hasil akhirnya, tergantung pada “untuk apa penelitian (hukum)
dilakukan”. Bagi mahasiswa hasil akhirnya dapat berupa skripsi (S1), thesis (S2),
atau disertasi (S3). Sedangkan bagi (para) peneliti atau penulis dapat berupa laporan
penelitian, makalah, naskah buku, dan lain-lain karya ilmiah.
Karangan(tulisan) ilmiah harus memperhatikan syarat-syarat yang merupakan
cirinya antara lain:4
1. Obyektif.
2. Sopan dan rendah hati.
3. Jujur.
4. Jelas-tegas, singkat, sederhana dan teliti.
5. Kompak, berkelanjutan dan lancar.
Dalam membuat karya ilmiah, penulisnya terikat dengan seperangkat norma
(kode etik-penulis) yang berlakuh. Oleh sebab itu penulis harus memahami “etika”
1. Disampaikan dalam acara “Pembekalan Teknis Penulisan Karya Ilmiah” mahasiswa Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya yang dilaksanakan pada tanggal 7 Oktober 2014 di Palembang. 2. Dosen FH UNSRI dalam mata kuliah Hukum Internasional, Hukum Laut Internasional dan Hukum
Penyelesaian Sengketa Internasional. Sekarang menjabat sebagai Koordinator Perkuliahan Fakultas
Hukum UNSRI Kampus Palembang. 3. Sunarjati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad Ke-20, Alumni, Bandung,
1994, hal. 131 4.I Made Wirartha, Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Penerbit Andi, Yogyakarta., 2006., hal. 53-
54
2
penulisan karya ilmiah secara baik. Etika atau aturan dalam menulis ini masih sering
diabaikan, sehingga masih sering terjadi kecurangan dalam bentuk plagiat.
B. PEMILIHAN TOPIK DAN PEMBUATAN PROPOSAL
Seperti disebutkan bahwa penulisan karya ilmiah dibuat sebagai hasil
penelitian. Penelitian melalui beberapa tahap, yakni sejak pemilihan topik
(menentukan masalah) diikuti dengan pembuatan usulan penelitian, pengumpulan,
pengolahan dan analisis data hingga penulisan laporan sebagai hasil akhir. Secara
garis besar, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam setiap tahap adalah:
1. Tahap pendahuluan dan persiapan;
2. Tahap Pengumpulan data;
3. Pengolan Data dan Analisis Data; dan
4. Penulisan Laporan
1. Pemilihan Topik.
Suatu topik atau ide penelitian dapat ditemukan seseorang pada saat kapanpun
dan dimanapun. Semakin banyak seseorang membaca (igra) lingkungannya, semakin
banyak dan mudah pula yang bersangkutan menemukan topik-topik penelitian.5 Topik
suatu penelitian dapat ditemukan melalui: diskusi, membaca, berita lewat mess media
(cetak dan audio), dan hasil pengamatan di lapangan. Namun demikian dalam
pemilihan bidang (topik) penelitian perlu memperhatikan:6
a. Relevansi dan urgensi dari masalah atau bidang yang diteliti dengan keadan
masyarakat;
b. Waktu dan tenaga serta dana yang tersedia.
Pendapat lain, menyatakan bahwa dalam menentukan bidang (topik/ pokok
masalah) dalam suatu penelitian harus memperhatikan:7
a. Manageble topic .
Artinya topik harus terjangkau oleh penliti setelah mempertimbangkan latar
belakang pengetahuan, kecakapan dan kemampuan.
b. Obtainable.
Guna membahas topik cukup tersedia bahan-bahan, (kepustakaan, teknik
pengumpulan data dikuasai, letak daerah, penguasaan bahasa, larangan-larangan
sosial dll).
c. Significance of topic.
5. Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Soail Format-format Kuantitatif dan Kualitatif., Airlangga
University Press., Surabaya, 2001, hal. 41 6. Bambang Waluyo., Penelitian Hukum Dalam Praktek., Sinar Garfika, Jakarta, 1991, hal. 25
7. Marzuki., Metodologi Riset, BPEE-UII, Yogyakarta, 1989., hal. 26
3
Penelitian yang dilakukan harus memberikan sumbangan kepada pengetahuan yang
ada. Juga topik tersebut mempunyai kegunaan praktis yang mendesak dan terhadap
hasil penelitian itu banyak orang yang tertarik.
d. Interested topic.
Topik dapat mengaktifkan minat yang pasif, tanpa ada hadiah-hadiah yang
tersembunyi atas kesuksesan penelitiannya.
Setelah topik yang akan diteliti ditentukan dengan memperhatikan keempat hal
diatas, maka sudah harus dikumpulkan bahan atau tulisan-tulisan mengenai topik
tersebut sebanyak mungkin. Pada awalnya tentu merupakan topik yang sangat luas,
sehingga perlu terus dipersempit pada sub topik-sub topik yang lebih kecil lagi.
2. Pembuatan Proposal
Proposal penelitian memuat komponen sebagai berikut:
a. Judul penelitian;
b. Latar belakang;
c. Perumusan masalah;
d. Kerangka Teoriti;
e. Tujuan;
f. Keguanaan;
g. Metode Penelitian;
h. Jadwal penelitian;
i. Personalia;
j. Anggaran biaya penelitian.
Pedoman dalam pembuatan masing-masing komponen usulan sperti disebutkan
di atas, secara ringkas sebagai berikut:
a. Pembuatan Judul.
Judul merupakan bagian pertama dari suatu usulan penelitian, oleh sebab itu
judul yang baik harus bisa mencerminkan permasalahan atau variavel-variabel
penelitian serta memberikan gambaran umum atau gambaran keseluruhan masalah
yang akan diungkapkan.8 Pemilihan judul dua hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
9
1. Kesesuaian judul dengan isi kegiatan penelitian; dan
2. Pemakaian kata-kata dalam judul tersebut.
Selain itu dalam pembuatan judul, harus digunakan kata-kata yang jelas,
tandas, pilih-pilih, literer, singkat, deskriptif dan tidak merupakan pertanyaan.
Hindari pemakaian kata-kata yang kabur, terlalu puitis, dan bombastis.
8. Hadari Nawawi., Metode Penelitian Bidang Sosial., Gajah Mada University Press, Yogyakarta, Cet.
Kelima, 1991., hal. 41 9. Marzuki., Op.Cit., hal. 27
4
b. Latar Belakang.
Latar belakang sering juga dipakai istilah “latar belakang masalah” atau
“pendahuluan”. Istilah mana yang akan dipakai tidak menjadi masalah, sebab pada
intinya hal-hal yang harus dimuat dalam bagian ini adalah sebagai berikut:10
1. Menceritakan alasan-alasan mengapa kita memilih masalah penelitian yang
demikian, apa yang sudah diketahui tentangnya serta situasi yang melandasi
atau melatarbelakanginya;dan
2. Menceritakan manfaat praktis dari studi yang bersangkutan, serta kesenjangan
penelitian yang mungkin hendak dijembatani.
Pada bagian ini, peneliti memaparkan suatu uraian yang menunjukan latar
belakang dipilihnya masalah yang hendak ditelitinya.
c. Perumusan Masalah.
Setelah menentukan bidang (topik) yang akan diteliti dan ditentukan judul,
maka langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah yang ada dalam penelitian.
Dalam melakukan penelitian “ perumusan masalah” adalah hal yang pertama mesti
dilakukan. Tanpa ada masalah tidak akan ada penelitian ilmiah (no problem, no
scientific study). Secara singkat yang dimaksud dengan masalah adalah ungkapan
rasa ingin tahu tentang sesuatu hal dalam bentuk kalimat pertanyaan.11
Dalam setiap disiplin ilmu, termasuk disiplin ilmu hukum banyak masalah
yang dapat diangkat menjadi masalah penelitian. Perumusan masalah penelitian
idealnya “sederhana tetapi cukup jelas”, sehingga mudah dimengerti dan tidak
bertele-tele ataupun berlebihan. Pedoman umum dalam merumuskan masalah di
antaranya:12
1. Dalam bentuk pertanyaan;
2. Hendaklah jelas dan padat;
3. Harus berisi implikasi adanya data untuk memecahkan masalah;
4. Harus merupakan dasar dalam membuat hipotesa;
5. Harus menjadi dasar bagi judul penelitian.
Namun demikian, bukan merupakan suatu kesalahan jika dirumuskan dalam
bentuk “pernyataan”. Jadi perumusan masalah dapat dirumuskan dalam dua
bentuk, yakni berupa “kalimat pertanyaan” dan dalam “kalimat pernyataan”.
d. Kerangka Teoritis.
Pada sub bagian ini selain istilah kerangka teoritis, juga sering dipakai istilah
landasan teoritis. Teori-teori dapat diperoleh dari semua sumber utama, laporan-
10
. Cesar M.Mercado. Alih bahasa C. Sardjono., Langkah-Langkah Penelitian Ilmu Sosial., FSOSPOL,
Universitas Sebelas Maret., 1982, hal. 7 11
. Wasty Soemanto., Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah)., Bumi Aksara, Jakarta, 1988.,
hal 9-10. 12
. Moh.Nasir., Metode Penelitian., Ghalia Indonesia, Jakarta,Cek ketiga, 1988, hal. 143
5
laporan penelitian (abstrak, jurnal ilmiah, tesis, disertasi dan laporan penelitian
lainnya) dan buku-buku teks (texbook).13
Dalam bagian kerangka teoritis atau landasan teoritis ini harus diutarakan
dan diketengahkan ulasan bahan bacaan yang mendukung konsep-konsep yang
digunakan dalam penelitian. Antara lain berisi pengkajian terhadap teori-teori,
definisi-definisi tertentu yang dipakai sebagai landasan pengertian dan landasan
operasional dalam pelaksanaan penelitian. Dari kerangka teoritis yang baik dan
mendalam akan diperoleh suatu usulan penelitian yang baik dan juga hasil
penelitian yang valid.14
Menurut Cesar M. Mercado15
, ” kerangka teori menggambarkan dari teori
yang mana suatu problem riset berasal (seperti dalam beberapa studi
eksperimental) atau dengan teori yang mana problem itu dikaitkan “. Langka awal
dalam mengembangkan teori adalah membaca literatur-literatur yang relevan. Cara
lain dalam pembentukan suatu kerangka teori adalah dengan melihat teori-teori
lain yang erat hubungannya dengan bidang yang diteliti. Misalnya, penelitian
tentang penerapan hukum (peraturan perundang-undangan), maka yang dicari
adalah teori yang membahas tentang penerapan hukum. Salah seorang di antaranya
adalah Soerjono Soekanto yang membahas faktor-faktor yang mempengaruhi
penegakan hukum.16
e. Tujuan.
Tujuan penelitian pada umumnya sebagai sarana untuk memperoleh data
normatif dan empiris tentang suatu gejala, peristiwa yang terjadi dalam
masyarakat. Pada bagian ini merupakan pernyataan tentang apa yang ingin
dicapai. Menurut Cesar M. Mercado,17
”jika permasalahan dinyatakan dalam
bentuk interogatif atau pertanyaan, maka tujuan atau sasaran riset dinyatakan
dalam bentuk deklaratif “.
Tujuan penelitian harus dimulai dengan ungkapan-ungkapan seperti: “Guna
menentukan apakah……” atau “ Guna mengetahui……” atau “ mengidentifikasi,
mengolah dan menganalisis……”, dst.
13
. Perlu dikemukakan bahwa teori yang diperoleh dari laporan penelitian sering di-kelompokan dalam
subtopik “tinjauan studi (review of related studies)”. Sedangkan teori yang diperoleh darui buku-buku
teks dikelompokan dalam subtopik “tinjauan pustaka (review of related literature). 14
. Bambang Waluyo, Op cit, hal.30 15
. Cecar M.Mercado, Op cit., hal. 12. Sarjana juga menyatakan bahwa kerangka teoritis muncul setelah
tujuan penelitian atau paling tidak setelah hipotesa. Ini disebabkan karena hipotesa merupakan
penjabaran dari teori. Namun yang penting diingat adalah bahwa hipotesa bersumber dari teori. 16
. Lihat lebih lanjut buku Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum,
CV. Rajawali, Jakarta 1983 17
. Cecar M.Mercado, Op cit., hal. 11
6
Rumusan tujuan harus selalu berpedoman pada permasalahan penelitian sehingga
sejalan dan konsisten antara tujuan penelitian dengan permasalahannya. Apa yang
menjadi “permasalahan” harus dinyatakan sebagai tujuan penelitian.
6. Kegunaan.
Bagian ini lazimnya dikaitkan dengan manfaat praktek maupun teori dari
suatu penelitian. Kegunaaan dalam praktek biasanya hasil penelitian dapat
memberikan jalan keluar yang akurat dari permasalahan yang dihadapi. Sedangkan
secara teoritis hasil penelitian dapat mengungkapkan penemuan teori-teori baru
atau pengembangan teori-teori yang telah ada.
g. Metode Penelitian.
Perlu diperhatikan bahwa komponen-komponen yang harus diuraikan dalam
bagian ini antara penelitian hukum normatif dan penelitian hukum empiris
berbeda satu sama lain. Hal ini, disebabkan oleh perbedaan jenis data utama yang
dipakai.
Dalam penelitian hukum normatif bagian ini memuat:
1. Tipe penelitian;
2. Lokasi penelitian;
3. Pendekatan (antara lain: pendekatan deskriptif yuridsi analitis, pendekatan
historis, dan pendekatan komparatif/perbandingan, dll .. sesuai dengan masalah
yang diteliti).
4. Analisa data (kualitatif atau kuantitatif).
Lazimnya dalam penelitian kepustakaan data yang terkumpul dianalisis secara
kualitatif.
Sedangkan dalam penelitian hukum empiris atau sosiologis sub-bagian
metode penelitian ini berisi:
1. Tipe penelitian;
2. Lokasi penelitian;
3. Teknik penentuan sampel (probabilitas, non-probabilitas atau multistage
sample);
4. Teknik pengumpulan data (kuestioner, wawancara dan observasi()
e. Analisis data (kualitatif atau kuantitatif)
h. Jadwal Penelitian.
i. Personalia.
j. Anggaran Biaya Penelitian.
7
C. PENGUMPULAN DATA
Dalam bagian ini akan diuraikan jenis-jenis data dan teknik pengumpulan data,
baik dalam penelitian hukum normatif maupun dalam penelitian hukum empiris.
1. Penelitian Hukum Normatif.
Dalam penelitian hukum normatif teknik pengumpulan data adalah studi
kepustakaan, maksudnya peneliti mengumpulkan bahan-bahan yang sudah
berbentuk tertulis. Bahan-bahan dalam bentuk tertulis dalam penelitian hukum
disebut dengan “bahan hukum”. Studi kepustakaan merupakan metode utama yang
dipakai dalam penelitian hukum normatif. Namun demikian dalam pelaksana-
annya, adakalanya penelitian kepustakaan dilengkapi dengan data lapangan yang
sifatnya sebagai pelengkap atau pendukung. Sehingga dapat dipakai teknik
pengumpulan data melalui penyebaran kuestioner, wawancara dan pengamatan.
Namun karena sifatnya sebagai data pelengkap atau pendukung, data yang
diutamakan adalah tetap data hasil studi kepustakaan.
Pengumpulan bahan-bahan kepustakaan, secara singkat dapat dikatakan
“dilakukan” dengan mengunjungi lembaga atau instansi yang diperkirakan
“menyediakan atau menyimpan” data yang diperlukan, yakni antara lain:
a. Perpustakaan;
b. Pusat Dokumentasi;
c. Arsip; dan
d. Musium.
2. Penelitian Hukum Empiris
Dalam penelitian hukum empiris yang juga lazim dipakai dalam penelitian
ilmu sosial. Secara umum melalui kuestioner, wawancara dan pengamatan.
b. Kuestioner
Kuestioner disebut juga dengan “metode angket”, 18
adalah kumpulan
pertanyaan yang dibuat secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan yang
akan disebarkan atau diserahkan kepada para sampel atau responden untuk diisi.
Atau dengan kata lain, kuestioner merupakan suatu daftar yang berisikan suatu
rangkaian pertanyaan pengenai sesuatu hal atau dalam sesuatu bidang.19
Bentuk umum pertanyaan dalam suatu kuestinoer terdiri dari:
1. Pertanyaan terbuka (open question);
2. Pertanyaan pilihan berganda (multiple choice question); dan
3. Pertanyaan dua pilihan (dichotomous question).
18
. Burhan Bungin., Op cit, hal. 130-132 19
. Selo Soemardjan dan Koentjaraningrat, “Penyusun dan Penggunaan Kwestioner”, dalam
Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat., PT. Gramedia, Jakarta, 1977, hal. 215
8
c. Wawancara
Dalam wawancara ada dua pihak, yaitu interviewer dan interviewee.
Interviewer (pewawancara) atau yang mencari informasi yang mengajukan
pertanyaan, meminta penjelasan dan menggali keterangan-keterangan yang
lebih mendalam. Sedangkan interviewee (yang diwawancarai) atau pemberi
informasi (information suplyer, respondent) yang menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh interviewer. Ada beberapa bentuk wawancara:
1. Interview terpimpin (guided interview);
2. interviewer bebas; dan
3. Interview bebas terpimpin (controlled interview).
d. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah metode pengumpulan data yang
digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan peneliti.
Tujuan observasi adalah untuk mendiskripsikan setting (keadaan), kegiatan
yang terjadi, orang yang terlibat di dalam kegiatan, waktu kegiatan dan makna
yang diberikan oleh para pelaku yang diamati tentang peristiwa yang
bersangkutan.20
D. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA
1. Pengolahan Data
Dalam “penelitian hukum normatif” pengolahan data, berupa membaca kembali
bahan-bahan pustaka yang berhasil dikumpulkan, diikuti dengan membuat catatan-
catatan pada secarik kertas berupa kartu. Dengan membuat catatan dalam kartu dan
atau dikelompokan dalam stop map akan sangat membantu sewaktu penulisan
laporan atau proses-proses berikutnya. Pengolahan data pada hakekatnya berarti
kegiatan untuk mengadakan sistimatisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis.
Sistimatisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis
untuk memudahkan pekerjaan menganalisis dan konstruksi.21
Sedangkan dalam penelitian hukum empiris, jika memakai kuestioner, maka
pengolahan datanya meliputi tahap:
a. Editing.
b. Koding. .
c. Tabulasi.
20
. Burhan Ashshofa.,Metode Penelitian Hukum., Rineka Cipta, Cet. Ke 3, Jakarta, 2001.,hal. 58. 21
. Soerjono Soekonto, Op.Cit., hal. 251
9
Sedangkan apabila metode pengumpulan datanya melalui “wawancara” atau
“pengamatan” berpedomanlah dengan yang dikemukakan oleh Bogdan dan Taylor
sebagai berikut:22
a. Bacalah dengan teliti catatan lapangan anda. Seluruh data, baik yang berasal
dari pengamatan, wawancara, 23
komentar peneliti sendiri, gambar, foto,
dokumen, hendaknya ditelaah secara mendalam. Semua memiliki potensi yang
sama kuat untuk menghasilkan sesuatu yang dicari;
b. Berilah kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu. Setelah diberik kode
hendaknya data itu dipelajari,dibaca dan ditelaah lagi, kemudian disortir dan
diuji untuk dimasukan ke dalam kelompok tertentu yang akan menjadi cikal
bakal tema;
c. Susunlah menurut tipelogi. Kerangka klasifikasi atau tipelogi bermanfaat dalam
menemukan tema dan pembentukan hipotesa. Baca dan pelajari kembali data.
Buatlah catatan tentang bagaimana subjek penelitian mengelompokkan orang-
orang dan perilaku mereka, apa yang bagaimana perbedaannya; dan
d. Bacalah kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan setting penelitian.
2. Analisis Data
Analisis data adalah kegiatan menganalisis data-data yang telah diolah
seperti disebutkan di atas. Bentuk analisis data tergantung dengan jenis data, yaitu
apakah secara kualitatif atau kuantitaif.24
Analisa secara kuantitatif digunakan
apabila data yang diperoleh kebanyakan bersifat pengukuran (angka-angka karena
menggunakan kuestioner). Sebaliknya dipakai analisa secara kualitatif jika
datanya berupa keterangan dan bahan-bahan tertulis. Di antara kedua cara analisis
ini, cara analisis kualitatif paling banyak digunakan dalam penelitian hukum.
22
. Dikutif dalam Lexy J.Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, Cet.ketujuh, 1996., hal. 104-105 23
. Jika menggunakan alat bantu rekam (tape recorder) setelah dilakukan proses transkripsi. 24
. Dijelaskan oleh Soerjono Soekanto bahwa dalam ilmu-ilmu sosial pada umumnya dipengaruhi oleh
dua perspektif teoritis pokok, yaitu aliran positivis dan fenomologi. Perbedaan pokok antara keduanya,
antara lain:
a. Pada positivisme yang terpenting adalah meneliti fakta atau sebab-sebab terjadinya gejala-gejala
sosial tertentu;
b. Pada fenomologi yang terpenting adalah memahami perilaku manusia dari sudut pandangan orang
itu sendiri;
c. Para positivis berusaha untuk mengumpulkan data melalui daftar pertanyaan yang berstruktur dan
alat-alat pengumpulan data lainnya, yang menghasilkan data kuantitatif serta memungkinkan untuk
membuat korelasi antara gejala-gejala, dengan mempergunakan statistik;
d. Seorang fenomenoloog akan berusaha untuk mengumpulkan data dengan tertutama menggunakan
pengamatan terlibat, pedoman pertanyaan, dan mungkin menganalisa dokumen-dokumen pribadi.
Bertolak dari perspektif-perspektif di atas, maka ada suatu kecenderungan bahwa para
fenomenolog lebih mementingkan pengolahan, analisa dan konstruksi data secara kualitatif. Sebaliknya
para positivis lebih kepada penggunaan metode kuantitatif. Lihat lebih lanjut, Op.Cit, hal. 249-151
10
Analisis terhadap bahan-bahan (data) yang telah dikumpulkan dan diolah
dilakukan menurut cara-cara analisis atau metode penafsiran (interpretasi) hukum
yang lazim digunakan dalam bidang ilmu hukum.
E. PENULISAN LAPORAN
Langkah pertama untuk mencapai hasil yang maksimal dan sangat membantu
membuat laporan penelitian adalah membuat “kerangka laporan penelitian (out
line)”. Dalam membuat laporan penelitian dan skripsi, termasuk karya ilmiah lainnya
disesuaikan dengan “gaya selingkung” masing-masing instansi yang terkait. Oleh
karena itu, bentuk laporan berbeda-beda untuk setiap instansi atau bahkan Perguruan
Tinggi. Namun demikian yang berbeda tersebut adalah strukturnya atau bentuknya
saja, sedangkan materi atau isi laporan pada dasarnya sama.
Secara sederhana kerangka laporan penelitian adalah sebagai berikut:
1. Judul = usulan penelitian.
2. Halaman pengesahan
3. Abstrak (Lihat bagian cara membuat abstrak)
4. Kata Pengantar
5. Daftar Isi
6. Bab. Pendahuluan
Bab Pendahuluan sebagian besar adalah perubahan atau perbaikan dari usulan
penelitian, sebab bab terdiri dari latar belakang, perumusan masalah, kerangka
teoritis, tujuan dan kegunaan, metode penelitian. Khusus dalam bagian metode
penelitian, jika dalam usulan masih berupa rencana, maka dalam laporan sudah
selesai dilaksanakan. Misalnya, data akan dikumpulkan di…….menjadi data telah
dikumpulkan di….
7. Bab Temuan dan Pembahasan
Bab ini sering juga disebut bab penyajian data dan analisa data. Pada intinya sama
bahwa pada sub-bab temuan/penyajian memuat penemuan-penemuan yang dalam
penelitian berupa data yang sudah melalui proses pengolahan, baik editing, koding
dan tabulasi.
Kemudian dalam sub-bab pembahasan/analisa data adalah data yang sudah
dianalisis secara kualitatif dan/atau kuantitatif. Dalam menganalisis data, peneliti
seringkali memakai kutipan-kutipan dari penelitian terdahulu atau pendapat ahli
dari buku-buku untuk mempertajam analisanya. Pengutipan ini selain menambah
bobot ilmiah hasil penelitian juga akan menambah pengetahuan peneliti. Oleh
sebab itu, perlu diperhatikan tata cara pengutipan dan penulisan kutipan apakah
memakai catatan kaki (foot note) atau catatan perut, tergantung ketentuan lembaga
yang bersangkutan.
11
Dalam Bab temuan dan pembahasan dapat terdiri dari beberapa bab, tergantung
dari materi penelitian.
8. Bab Kesimpulan dan saran-saran
Jawaban atas permasalahan dan adanya kesenjangan antara “yang ada dengan yang
seharusnya ada” menurut hasil analisis.
9. Daftar Pustaka
Sesuaikan dengan ketentuan dari masing-masing instansi terkait (Harvard,
Vancover dan sistem alfabetis).
10. Lampiran-lampiran.
Lampiran (apendiks) adalah bahan-bahan yang bersifat suplementer (menggenapi)
atau eksplanatoris (menjelaskan) yang tidak perlu dimasukan dalam bahan laporan.
E. PEDOMAN MEMBUAT KARYA ILMIAH
Ada beberapa pedoman teknis dalam penyusunan karya ilmiah yang mesti
diperhatikan, yaitu:
1. Teknis Membuat Laporan
Dalam penulisan, khususnya pengetikan laporan penelitian atau skripsi dan tesis
secara garis besar hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:
a. Kertas
Kertas yang dipakai tergantung pada ketentuan Fakultas dan instansi masing-
masing. Ada fakultas atau instansi yang memakai kertas ukuran folio (21,6 x 33 cm)
tetapi khusus pada Fakultas Hukum UNSRI dipakai kertas ukuran kwarto (21,59 x 29,94
cm). Bahkan dewasa ini ada yang memakai kertas ukuran A4 (21 x 29,7 Cm). Jadi mesti
memperhatikan ketentuan yang berlaku di masing-masing lembaga atau instansi.
b. Pengetikan
Pengetikan laporan penelitan atau skripsi atau thesis harus mengikuti pedoman
yang secara umum berlaku. Pengetikan ini laporan atau skripsi atau tesis dan desertasi
tidak serumit pada masa masih memakai mesin ketik ( menggunakan mesin ketik dengan
pita hitam tembusan karbon hitam)). Sekarang sudah sangat tertolong dengan adanya
komputer dan mesin poto copi. Dalam proses pengetikan ini hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah:
- Jarak baris atas dengan baris di bawahnya: dua spasi.
- Halaman tidak boleh bolak-balik (harus satu muka).
- Margin/batas: 4 cm pada tepi kiri dan atas serta 3 cm pada tepi kanan dan bawah.
12
c. Pemberian nomor halaman
Laporan penelitian/Skripsi/tesis dapat dibagi dalam tiga bagian:
- Bagian Pendahuluan;
- Bagian Teks;
- Bagian Akhir.
Bagian pendahuluan diberi nomor dengan angka Romawi kecil i, ii, iii, iv dan
seterusnya, ditengah pada bagian bawah halaman, dua spasi dari teks, tetapi lazim juga
diletakan di sudut kanan atas.
Bagian teks dan bagian akhir diberi nomor dengan angka Latin 1, 2, 3, 4 dan
seterusnya pada sudut kanan atas, kecuali untuk bab baru di tengah bagian bawah.
Halaman baru untuk Kata Pengantar, Daftar isi tiap bab baru, Daftar pustaka.
Kepala bagian ini diketik dengan hurup besar seluruhnya, tanpa titik.
Alinea baru dimulai tujuh pukulan ketik dari garis tepi (dengan komputer dapat
diatur dengan tab).
1. Bagian pendahuluan
Bagian Pendahuluan terdiri dari:
a. Halam judul
Judul laporan/skripsi/tesis ditulis dengan hurup besar seluruh-nya.
Khusus untuk skripsi/tesis dilengkapi dengan kalimat : Skripsi/tesis diajukan guna
memenuhi salah satu syarat mengikuti ujian Sarjana Hukum/ Magister Hukum/
komperehensip.
Nama Penulis dan Nomor Mahasiswa (center)
Oleh:
Usmawadi
2077005
Nama Fakultas dan Universitas (center)
Fakultas Hukum
Universitas Sriwijaya
Palembang
Tahun penulisan (center)
Tanda tangan dan nama dosen pembimbing (atau halaman khusus pengesahan,
masing-masing fakultas memiliki aturan sendiri).
b. Kata Pengantar
Mengantarkan pembaca pada persoalan-persoalan yang dibahas dan sepatah kata
ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang memberikan bantuan.
c. Daftar isi
Menunjukan isi skripsi sejak dari pengantar hingga lampiran. Dikettik dengan
hurup besar seluruhnya, berjarak dua sepasi, sedang sub bab (subtitles) dengan
hurup kecil, satu sepasi.
13
d. Daftar tabel
Kata daftar tabel diketik hurup besar ditengah, tiap tabel diberi nomor dengan
angka Latin dan nama tabelnya dengan hurup kecil.
e. Daftar Gambar atau Ilustrasi
Daftar gambar atau daftar illustrasi sama dengan aturan daftar tabel.
2. Bagian Teks.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam bagian teks adalah:
a. Bagian pertama karangan adalah pendahuluan dan umumnya merupakan Bab I.
Kemudian disusul oleh bab-bab berikutnya. Tiap bab masih dibagi lagi menjadi
beberapa bagian yang lebih kecil (sub bab).
Kepala untuk sub bab dapat diletakan di tepi kiri tanpa garis (tergantung ketentuan
fakultas, lembaga atau badan).
b. Angka urutan
Pembagian yang bertingkat disusun menurut urutan sebagai berikut:
Angka Romawi besar…I, II, III, IV………dst.
Hurup besar……..A, B, C, D….dst.
Angka Latin……1, 2, 3, 4……..dst.
Hurup kecil………a, b, c, d……dst.
Angka Latin dengan satu tanda kurung…1)….dst.
Hurup kecil dengan satu tanda kurung….a)…..dst.
Angka Latin di antara dua tanda kurung (1)…dst.
Hurup kecil di antara dua tanda kurung…(a)…dst.
Angka Romawi kecil di antara dua tanda kurung …..(ii)…...dst.
c. Menulis Angka
Angka sepuluh ke bawah ditulis penuh, satu, dua, tiga, empat lima……dst. Angka
di atas sepuluh ditulis dengan angka Latin, yaitu: 11, 12, 13, 14, 25, 456…. dan
seterusnya. Tetapi: persen, tanggal, nomor rumah, nomor telpon, jumlah uang,
angka desimal, angka yang disertai oleh singkatan, selalu ditulis dengan angka: 2
%, 18 Oktober, Jalan Putri Rambut Selako 1, Telpon 353373, Rp. 500,- dan 6 km.
Jangan memulai suatu kalimat dengan angka.
d. Memotong kata pada akhir baris
Pemotongan kata pada akhir baris hendaklah memperhatikan EYD, selain itu
hindari pemotongan kata atas dasar suku kata yang terdiri dari satu hurup seperti:
memaka-i, a-tau, a-papun. i-tu, dan sebagainya.
Initial (hurup awal) nama orang jangan dipisahkan dari nama seluruhnya seperti M.
Rasyid Amir dipisah M - Rasyid Amir.
14
e. Singkatan
Membuat singkatan juga harus memperhatikan EYD, namun singkatan dalam teks
sedapat mungkin tidak dipergunakan, kecuali untuk kata-kata yang telah lazim dan
macam-macam ukuran, seperti km, k, kg, ha, cm dan sebagainya.
Kata yang, untuk, telah dan dengan jangan disingkat. Misalnya, yang disingkat yg,
dengan menjadi dgn.
2. Pengutifan
Kejujuran sangat diperlukan dalam mengakui pendapat orang lain, sehingga
sesuatu yang dikutif bukan pendapat atau buah pikiran peneliti sendiri. Untuk itu
selain diperlukan memberikan catatan (foot note) untuk setiap pendapat atau buah
pikiran yang dikutif, juga persyaratan dalam mengutif harus dipenuhi.25
Persyaratan dalam pengutifan, terutama dikaitkan dengan jenis kutifan,
adalah:26
a. Kutifan tidak langsung (pharaparase).
Pharaparase adalan suatu cara mengutif pendapat orang lain dengan tidak
menyalin seluruh kalimatnya, tetapi disusun dan dirangkai dengan kalimat-
kalimat sendiri sehingga tidak sama persis dengan kalimat-kalimat dari
sumbernya. Jadi yang dikutif hanya gagasan atau ide yang terdapat dalam suatu
uraian yang dipaparkan dengan kalimat sendiri. Atau dengan kata lain melalui
cara ini “penulis atau pengarang menyusun kembali pendapat atau pemikiran
penulis atau pengarang lain dengan menggunakan bahasanya sendiri”. Kutifan
jenis ini dibuat dua spasi seperti uraian-uraian yang lainnya, tetapi harus dimulai
dengan tanda petik buka (“) sebelum kutipan dan diakhiri dengan tanda petik
tutup (“) pada akhir kutifan.
b. Kutifan langsung.
Cara ini adalah cara mengutif pendapat atau buah pikiran orang lain
dengan menyalin seluruh kalimat dan tanda baca sebagaimana terdapat dalam
sumbernya. Dengan kata lain penulis/peneliti tidak melakukan perubahan
sedikitpun. Kutipan langsung dapat berupa kutifan panjang atau kutifan pendek.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat kutifan langsung,
yaitu:
1. Kutifan harus sama dengan aslinya (susunan kata-kata, ejaan dan tanda
bacanya);
2. Kutifan yang kurang dari lima baris dimasukan dalam teks dan diketik
seperti teks biasa (dua spasi). Pada awal dan akhir kutifan diberi tanda kutip
“….”.
25
. Op.Cit.,Hadari Nawawi., hal. 203. 26
. Ibid., hal. 204
15
Misalnya: Ada penulis yang berpendapat bahwa ”hukum internasional adalah
seperangkat hukum yang mengatur hubungan antar negara”.
3. Jika kutifan terdiri dari lima baris atau lebih, diketik berspasi satu dengan
jarak empat pukulan ketik dari margin kiri (satu tab), tanpa tanda kutip. (ada
yang memakai tanda kutip).
Misalnya:
Hugh M. Kindred berpendapat berkaitan dengan interpertasi prinsip
universalitas sebagai berikut: (nomor urut foot note---penulis)
Two possible interpretation of this principle have been put forward by
States. First, that a state may exercise jurisdiction over all crimes,
committted by anyone, wherever they occur…. The second is the more
common. It utilities the principle for serious crimes where the
international nature of the offence justifies its universal repression.
4. Menghilangkan beberapa bagian dari sebuah kalimat, dilakukan dengan
memberi “titik tiga buah” pada bagian yang dihilangkan. Jika dihilangkan
satu kalimat atau lebih, maka penggantinya adalah “titik-titik sepanjang satu
garis”.
Contohnya:
Perlu dibedakan antara seorang pemimpin dan kepala. Seorang kepala
adalah seseorang yang secara formil … membawahi orang-orang.
-----------------------------------------------------------------------------------------
Sedangkan seorang leader (pemimpin) ialah orang yang dengan mudah
menggerakan bawahannya untuk melakukan tugasnya dengan penuh
ketaatan….
Semua kutifan, baik kutipan langsung atau tidak langsung, pendek atau
panjang, pada bagian akhirnya (ada yang memberi dibagian awal) harus diberi
nomor urut kutifan. Nomor kutipan ini disebut superskrip footnote karena
digunakan untuk menunjukan hubunganya dengan sumber kutipan yang dimuat
dalam footnote yang tertulis di bagian bawah halaman yang memuat kutifan itu.
3. Penyebutan sumber.
Penyebutan sumber kutifan dapat dilakukan dengan membuat footnote
(catatan kaki), end note (catatan akhir) dan catatan perut. 27
Ketiganya berfungsi
27
. Dalam glosarium buku Mein A. Rifai disebutkan bahwa catatan kaki (footnote). adalah catatan
pengacuan, rujukan, penjelasan, atau komentar yang diletakan di dasar halaman teks tercetak.
Sedangkan catatan akhir (endnote) adalah catatan pengacuan, rujukan, penjelasan, atau komentar yang
diletakan di akhir teks, artikel atau bab. Lebih lanjut baca Mien A.Rifai., Op.Cit., hal. 171. Kemudian
16
sama, yaitu menyatakan sumber suatu kutifan, pendapat, buah pikiran, fakta-fakta
atau ikhtisar. Selain itu, khusus untuk catatan kaki dan end note dapat berupa
komentar atau penjelasan tentang suatu hal yang disampaikan dalam teks. Bentuk
apapun di antara ketiga cara ini yang dipakai tergantung kepada ketentuan yang
berlaku di setiap instansi, lembaga atau badan yang berkaitan dengan pembuatan
suatu karya ilmiah. Khusus di Fakultas Hukum UNSRI dalam menyusun skripsi
digunakan “catatan kaki (foot note)”.
Dalam catatan kaki secara garis besar mencantumkan:
a. Nama pengarang.
b. Judul tulisan/buku (dicetak miring = Italic), jilid atau volume atau nomor.
c. Nama penerbit, tempat penerbitan, tahun terbitan, halaman kutipan.
Dalam pada itu, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam pembuatan
cacatan kaki (footnote), yaitu:
a. Sumber kutifan dari buku.
Pembuatan catatan kaki (footnote) yang kutipannya bersumber dari buku,
tidak sama untuk semua buku. Jelasnya perbedaan dimaksud adalah sebagai
berikut:
1. Jika pengarang buku terdiri dari dua orang atau tiga orang, nama pengarang
dicantumkan semuanya. Sedangkan jika lebih dari tiga orang, maka hanya
nama pengarang pertama yang ditulis dan dibelakangnya ditambah et.al
(singkatan dari et alli = dengan orang lain).
Contoh seorang pengarang:
Ian Bronwlie, The Principles of Public International Law, 3 rd. Ed,
Oxford University Press, Oxford, 1979, hal…
Mochtar Kusumaatmadja., Konvensi-Konvensi Palang Merah th.
1949., Cet. Ketiga.,Binacipta, Bandung, 1979, hal…..
Contoh dua orang pengaran
Usmawadi dan Achmad Romson., Pengantar Hukum Internasional.,
Bagian Hukum Internasional FH.UNSRI, Palembang, 2002., hal…..
Contoh banyak pengarang atau lebih tiga orang:
Hugh M. Kindred et.al., International Law Chiefly as Interpreted and
Applied in Canada., 4 Th.Ed. Edmond Montgomery Publication Limited,
1987, hal…..
catatan perut adalah penyebutan sumber diakhir kutipan, biasanya diawali dengan tanda kurung buka
terdiri dari nama pengarang, tahun terbit, titik dua, dan halaman yang kutip, diakhiri dengan tanda
kurung tutup (penulis).
17
2. Tidak ada pengarang tertentu, disebutkan nama badan, lembaga,
perkumpulan, perusahaan, negara dan sebagainya yang menerbitkan buku
tersebut.
Contohnya.
Indonesia., Keputusan Presiden RI Nomor 22 tahun 1985 tentang
Jabatan Peneliti.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Depdikbud Republik
Indonesis., Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.,
Pt. Gramedia Widia-sarana Indonesia, Jakarta, 1999., hal….
3. Buku terjemahan, yaitu cantumkan nama pengarang asli dan dibelakangnya
nama penerjemah.
Contoh:
Cesar M. Mercado., Langkah-langkah Penelitian Ilmu Sosial., Ali
bahasa C. Sardjono, FOSPOL., Universitas Sebelas Maret, 1982, hal….
b. Kutifan dari majalah atau surat kabar (koran).
Kutipan dari majalan atau surat kabar yang ditulis adalah:
1. Nama pengarang (seperti kutipan pada buku);
2. Judul karangan di antara tanda kutip;
3. Nama Majalah, diberi bergaris (cetak miring);
4. Nomor Majalah dengan angka Romawi (kalau ada);
5. Bulan dan Tahun Penerbitan;
6. Nomor halaman yang bersangkutan.
Kalau nama pengarang tidak diketahui, catatan kaki dimulai dengan judul
karangan.
Contohnya:
Usmawadi, ”Prospek Penyelesaian Sengketa kepulauan Spratly bagi
Keamanan Kawasan Asia Tenggara”., Sriwijaya., Vol. 32 Nomor 1 tahun 1996,
hal….
c. Kutifan dari surat kabar, dengan menuliskan:
1. Macam tulisan (tajuk, ruang ekonomi, pojok, dll);
2. Nama surat kabar;
3. Tanggal, bulan dan tahun penerbitan;
4. Halaman dan kolom.
Contohnya:
GAM dan POLRI Saling Tuduh., Sumatera Ekspres., 3 September 2001,
hal. 1, kolom 2
18
d. Karangan yang tidak diterbitkan (tesis, disertasi, laporan penelitian dan skripsi).
Untuk karangan yang tidak diterbitkan ini, disebutkan nama pengarang, judul
tulisan di antara tanda kutip, lembaganya, tempat lembaga, tahun dan halaman
yang dikutif.
Contohnya:
Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari
Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,
Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……
e. Hasil wawancara (interview).
Hasil wawancara sama dengan kutipan yang bersumber dari keterangan
lisan. Dalam footnote memuat nama, kedudukan atau jabatan yang
bersangkutan, jenis dan tempat mengucapkan statemen tersebut, tanggal, bulan
dan tahun, jam (jika ada).
Contohnya:
Prima Putra, Direktur PT. X, Wawancara bertempat di…., 19 Februari
2001, pukul 09.00 (jika ada).
f. Karangan dalam Ensiklopedi.
Disebutkan nama penulis atau editor, nama ensiklopedi, nomor edisi atau
volume (jika ada), jilid, penerbit, kota penerbit, bulan, tahun terbit dan halaman
yang dikutif.
Contohnya:
Abdurachman., Ensiklopedi Ekonomi, Keuangan dan Perdagangan., Jilid
II, 1963, hal…….
h. Sumber kutipan berupa perundang-undangan.
Pembuatan footnote dari kutipan yang bersumber dari perundang-
undangan unsurnya: Nama negara atau negara bagian, provinsi, kabupaten,
Nomor Undang-undang, Peraturan dan namanya, Bab, Pasal dan Tahun.
Contohnya:
Republik Indonesia., UU Nomor 23, tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup., Bab…, pasal…., tahun 1997.
i. Sumber kutifan berasal dari kutifan dari sumber lain.
Dalam hal atau keadaan seperti ini, pembuatan footnote mengandung
unsur: nama penulis (penyusun/editor): judul/nama buku, diiringi perkataan
dikutip dari (judul tulisan/buku) asli; nama pengarang asli, penerbit buku yang
mengutip, kota penerbitan, tahun terbitan dan halaman yang dikutip.
19
Terakhir berhubungan dengan pembuatan catatan kaki (footnote) adalah
mempersingkat atau menyingkat footnote. Footnote (catatan kaki) dapat disingkat
apabila sumber yang sama pernah disebutkan sebelumnya. Singkatan yang lazim
dipakai adalah:
1. Ibid = Ibidem = pada tempat yang sama.
Dipakai untuk menunjukan kutifan atau sumber yang diambil dari sumber yang
sama, dan belum diselingi oleh sumber yang lain.
Contohnya.
1. Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari
Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,
Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……
2. Ibid., hal…….
2. Op cit= Opere citato= dalam karangan yang disebut.
Menunjukkan buku (sumber) yang telah disebutkan di muka dan telah
diselingi oleh sumber yang lain atau oleh cacatan kaki.
Contohnya:
1. Usmawadi., “Pengaturan Hukum Pencemaran Laut yang Berasal dari
Penambangan Minyak Lepas Pantai Indonesia (Khusus Selat Malaka)”.,
Fakultas Pascasarjana, UNPAD, Bandung, 1989, hal……
2. GAM dan POLRI Saling Tuduh., Sumatera Ekspres., 3 September
2001, hal. 1, kolom 2
3. Op cit., hal…….
Dianjurkan, jika pengarang dimaksud sudah banyak diselilingi oleh pengarang
lain, ditulis nama pengarang, setelah kata “Op cit”. Misalnya, dimaksud
pengarang catatan no. 1 yang telah diselingi oleh 10 pengarang lain, maka tulis
Op.Cit., Usmawadi, hal…..
3. Loc cit= Loco citato= pada tempat yang telah disebut.
Loc cit yaitu menunjuk pada halaman yang sama dari sumber yang telah
disebut dan telah diselingi oleh sumber yang lain. Perlu dikemukakan bahwa
dalam buku teks asing sering ditemukan istilah infra dan supra. Infra dipakai
untuk menunjuk sumber yang sama dan telah disebutkan di bagian atau halaman
di muka atau sebelumnya, sedangkan supra menunjuk sumber yang sama, tapi
terletak di bagian atau halaman belakang.
20
4. Pembuatan Abstrak
Secara umum abstrak dapat diartikan sebagai versi mini dari sebuah karya ilmiah
atau tulisan. Atau dengan kata lain bahwa abstrak adalah rangkuman atau ikhtisar dari
sebuah tulisan. Ada jenis abstrak, yaitu abstrak infromatif dan abstrak deskriptif. 28
Abstrak informatif merupakan ringkasan dan memuat hal-hal pokok yang asli
dalam sebuah karya ilmiah, yang banyak digunakan dalam penulisan makalah, jurnal atau
penulisan karya ilmiah hasil penelitian. Abstrak deskriptif adalah abstrak yang dirancang
untuk menunjukkan subjek atau bahasan dari sebuah karya ilmiah yang mempermudah
calon pembaca untuk memutuskan apakah mereka akan membaca seluruh karya tersebut
atau tidak.
Oleh karena “abstrak” adalah ikhtisar dari sebuah tulisan, menurut R. Day dalam
bukunya Write and Publish a Scientific Paper (1993), abstrak harus memaparkan:29
1. Tujuan utama dan ruang lingkup penelitian;
2. Bahan dan metode yang digunakan;
3. Memberika ringkasan hasil; dan
4. Kesimpulan untuk hal-hal yang mendasar.
Sementara Weisberg & Buker menyebutkan bahwa abstrak laporan penelitian pada
intinya terdiri dari lima hal penting, yaitu:30
1. Latar belakang;
2. Tujuan;
3. Metode;
4. Hasil; dan
5. Kesimpulan.
Latar belakang yang dituliskan adalah beberapa informasi penting yang mendasari
pelaksanaan penelitian secara singkat. Oleh karenanya harus selektif agar tidak terjebak
dalam pemaparan yang bertele-tele. Penulisan tujuan penelitian dalam abstrak juga harus
singkat, tetapi tidak mengurangi esensi tujuan penelitian. Informasi lain yang ditulis
dalam abstrak adalah metode dan hasil penelitian. Tuliskan metode penelitian dengan
jelas dan singkat, begitu juga hasil penelitian yang paling penting dan utama.
Kemudian perlu diingat, berhubung abstrak merupakan rangkuman dari isi tulisan
dalam format yang sangat singkat, maka panjang abstrak pada umumnya tidak melebihi
250 kata (bahkan adakalanya diminta maksimal 200 kata). Hal lain yang perlu
diperhatikan bahwa abstrak harus dituliskan sebagai laporan mengenai penelitian atau
kegiatan yang telah dilakukan. Informasi atau kesimpulan yang dituliskan dalam abstrak
harus terdapat dalam penelitian atau karya ilmiah yang ditulis. Sebab itu, penulisan
abstrak dilakukan pada akhir sebuah penulisan (penelitian atau artikel) karena abstrak
berisi informasi esensial yang telah dipaparkan dalam sebuah tulisan. Atau dengan kata
lain, dalam abstrak tidak diperkenankan menambahkan komentar, pendapat atau infromasi
yang tidak terdapat dalam tulisan.
28
. Dalam I.G.A.K. Wardani, dkk, I.G.A.K.Wardani., Teknik Menulis Karya Ilmiah., Universitas
Terbuka, Jakarta. Cet. Ketiga, 2007.,hal. 5.36 29
. Ibid., hal. 5.35. Lihat juga Etty Indriati., Menulis Karya Ilmiah, Artikel, Skripsi, Tesis dan
Disertasi., PT.Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005, hal. 16 30
. Ibid.
21
Untuk memberikan pemahaman yang lebih baik tentang pembuatan atau
penyusunan abstrak, lihat contohnya berikut.
ABSTRAK Selat Malaka-Singapura merupakan wilayah perairan di antara Indonesia dan Malaysia,
Indonesia dan Singapura. Selat ini merupakan jalur singkat dan murah yang menghubungkan
Samudera Indonesia ke Laut Cina Selatan, dan antara Eropa, Asia Selatan dan Asia Timur. Selat
Malaka-Singapura dianggap “surga” dan tempat ideal untuk melakukan kegiatan kejahatan atau
perompakan.Penenlitian bertujuan menjelaskan bentuk kerjasama dan mencari alternatif
tindakan yang perlu dikembangkan dalam menjaga keamanan pelayaran di selat ini. Hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjalin kerjasama antar ketiga Negara tepi untuk
menanggulangi aktivitas perompakan di Selat Malaka-Singapura melalui Patroli Koordinasi:
Indonesia-Singapura, Malaysia-Indonesia, Malaysia-Singapura dan Malaysia-Singapura-
Indonesia. Sedangkan antara Negara tepi dengan Negara pemakai dalam bentuk bantuan sarana
dan prasarana keamanan laut.
Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa kerjasama patroli koordinasi antara ketiga Negara
tepi dan operasi di wilayah masing-masing hanya mampu menekan angka aksi perompakan
priode 2008-2010, oleh karena itu kerjasama tersebut perlu digalakan lagi.
Kata kunci: Kerjasama, Negara-negara, Pemberantasan, Aksi
Perompakan dan Selat Malaka-Singapura.
Contoh abstrak di atas diambil dari salah penelitian yang penulis laksanakan, oleh
sebab itu walau sudah diusahakan sebaik mungkin, tentu masih terdapat kekurangan.
Namun demikian diharapkan sudah sedikit membantu pembaca dalam membuat sebuah
abstrak. Abstrak di atas, sudah berisikan pendahuluan, tujuan, hasil dan kesimpulan.
5. Pembuatan Daftar Pustaka
Penulisan daftar pustaka dilakukan dengan 3 sistem, yaitu :31
a. Sistem Harvard:
b. Sistem Vancouver; dan
c. Sistem alfabetik.
Dalam pada itu, perlu diingatkan kembali bahwa pembuatan daftar pustaka
bertalian dengan penulisan nama pengarang buku atau tulisan, baik untuk
pengarang Indonesia maupun pengarang asing, bila yang bersangkutan memiliki
nama keluarga (family name), maka penulisan nama yang bersangkutan dibuat
terbalik. Akan tetapi tidak semua penulis/pengarang Indonesia memiliki nama
keluarga, hanya untuk suku-suku tertentu, misalnya suku Batak atau Tapanuli,
seperti: Simbolon, Tamba, Nasution, Siregar, Simatupang dan lain-lainnya.
Sedangkan penulis atau pengarang asing dapat dikatakan semuanya memiliki nama
keluarga.
31
. Etty Indriati., Op.Cit., hal. 100
22
Dari kedua cara tadi, yang dipakai harus disesuaikan dengan aturan yang
berlaku di lingkungan (gaya selingkung) universitas, fakultas atau instansi dimana
tulisan tersebut diperlukan, sebab lazimnya setiap fakultas, universitas atau instansi
membuat aturan yang khusus berlaku di lingkungannya.
F. DAFTAR PUSTAKA
Bambang Waluyo., Penelitian Hukum Dalam Praktek., Sinar Grafika., Jakarta, 1991
Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta., Cet.ke 3, Jakarta, 2001
Burhan Bungin., Metodologi Penelitian Soail Format-format Kuantitatif dan
Kualitatif., Airlangga University Press., Surabaya, 2001
Etty Indriati., Menulis Karya Ilmiah Artikel, Skripsi, Tesis dan Disertasi.,
PT.Gramedia Pustaka Utama., Jakarta., 2005
Haradi Nawawi., Metode Penelitian Bidang Sosial., Gajah Mada University Press,
Yogyakarta, Cet. Kelima, 1991 I.G.A.K.Wardani., Teknik Menulis Karya Ilmiah., Universitas Terbuka, Jakarta. Cet. Ketiga,
2007.
Kamisa., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia., Kartika, Surabaya., 1997
Koentjaraningrat., Metode-Metode Penelitian Masyarakat., Gramedia, Jakarta, Cet.
Kedua, 1976
Lexy J. Maleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, PT. Remaja Rosdakarya,
Bandung, Cet.ketujuh, 1996
Marzuki., Metodologi Riset., BPFE-UII, Yogyakarta., 1989
Mercado, Cesar M., Alih bahasa C. Sardjono., Langkah-Langkah Penelitian Ilmu
Sosial.,FSOSPOL, Universitas Sebelas Maret., 1982
Mien A Rifai., Pegangan Gaya Penulisan, penyuntingan dan Penerbitan., Gajah
Mada University Press, Yogyakarta, Cet. Pertama., 1985
Moh. Nasir., Metode Penelitian.,Ghalia Indonesia., Jakarta, Cet. Ke 3, 1988
Nasution , S., Buku Petunjuk Membuat Thesis, Skripsi, Book Report, Laporan., CV.
Jemmars, Bandung, 1977
Sanapiah Faisal., Format-Format Penelitian Sosial., Rajawali Pers., Cet.ke 4, 1999
Soerjono Soekanto., Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,
1981
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji., Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat., Radjawali Pers, Jakarta, Cet. Ketiga, 1990
Sunaryati Hartono., Penelitian Hukum di Indonesia pada Akhir Abad ke-20., Alumni,
Bandung, Cet. 1., 1994
Wasty Soemanto., Pedoman Teknik Penulisan Skripsi (Karya Ilmiah)., Bumi Aksara.,
Jakarta, 1988
23
Wirartha, I Made., Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi.,Penerbit Andi,
Yogyakarta., 2006.