bai’at dalam timbangan as- sunnah
DESCRIPTION
Penulis : Al- Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal. Bai’at dalam Timbangan As- Sunnah. Bersumber dari : http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=922. Microsoft PowerPoint By malcomahsan&JuRaiZ. 1. - PowerPoint PPT PresentationTRANSCRIPT
Bersumber dari:http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=922
Microsoft PowerPoint By malcomahsan&JuRaiZMicrosoft PowerPoint By malcomahsan&JuRaiZ
Penulis : Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal
1Definisi bai’at
Bai’at secara bahasa berasal dari kata � yang ب اي ع -م%ب اي ع ةbermakna saling mengikat janji. Disebut mubaya’ah karena diserupakan seperti dua orang yang saling menukar harta, di mana salah satunya menjual hartanya kepada yang lain. (Lihat Lisanul ‘Arab 8/26, ‘Umdatul Qari 1/154, Tajul ‘Arus
20/370) Adapun secara istilah, diterangkan oleh Badruddin Al-’Aini
rahimahullahu: *ه* -اس ب م%ر% الن
2 *م ا ي أ 2ع ه2د ب * ال *م ام ع ق2د% اإل2“Seorang imam mengikat perjanjian (untuk taat) terhadap
apa yang dia perintahkan kepada manusia.” (‘Umdatul Qari, 1/154)
2Ibnu Khaldun mengatakan, “Bai’at adalah perjanjian untuk taat. Di mana orang yang berbai’at telah berjanji kepada amir (pemimpin)nya untuk menyerahkan pandangannya
dalam menentukan urusan dirinya dan kaum muslimin, tidak menyelisihinya dalam hal tersebut, serta menaati apa yang
dibebankan kepada dirinya berupa perintah baik di saat semangat maupun terpaksa.”
(Muqaddimah Ibnu Khaldun, hal. 209)
Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa inti dari bai’at tersebut adalah kewajiban orang yang telah berbai’at
kepada orang yang dia telah berbai’at kepadanya untuk menjalankan serta taat terhadap apa yang telah menjadi
ketetapan dan perintahnya.
3Hukum bai’at
Bai’at merupakan perkara yang disyariatkan berdasarkan nash-nash yang terdapat di dalam Al-Kitab dan As-Sunnah.
Sebab bai’at merupakan salah satu cara dalam menampakkan bentuk ketaatan seseorang terhadap
pemimpinnya. Di antara nash yang menunjukkan disyariatkannya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
*م م ا ف*ي ة* ف ع ل ج ر *ع%ون ك ت ح2ت الش- %ب اي *ذ2 ي *ين إ 2م%ؤ2م*ن ض*ي الله% ع ن* ال ل ق د2 ر Qا 2حQا ق ر*يب ث اب ه%م2 ف ت
2ه*م2 و أ *ين ة ع ل ي ك ل الس- 2ز ن*ه*م2 ف أ %وب ق%ل
“Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah mengetahui apa yang ada dalam hati
mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dengan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan
yang dekat (waktunya).” (Al-Fath:18)
4
*الله* 2ن ب ر*ك %ش2 *ع2ن ك ع ل ى أ ن2 ال ي %ب اي 2م%ؤ2م*ن ات% ي *ذ ا ج اء ك ال *يd إ -ب dه ا الن يي اأ
eه2ت ان% *ب *ين ب 2ت د ه%ن- و ال ي أ و2ال %ل2ن أ *ين و ال ي ق2ت ن ر*ق2ن و ال ي ز2 Qا و ال ي س2 2ئ ي ش
*ع2ه%ن- وفe ف ب اي *ه*ن- و ال ي ع2ص*ين ك ف*ي م ع2ر% ل ج% ر22د*يه*ن- و أ ي
2ن أ ي ف2ت ر*ين ه% ب ي�ح*يم *ن- الله غ ف%ور� ر ت غ2ف*ر2 ل ه%ن- الله إ و اس2
“Wahai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia,
bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka serta tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik,
maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah
Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al-Mumtahanah:12)
5
Adapun hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya adalah hadits Ubadah bin Ash-Shamit
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:م2ع* و الط-اع ة* ف*ي س%ول الله* صلى الله عليه وسلم ع ل ى الس- ب اي ع2ن ا ر 2ن ا و ع ل ى أ ن2 ال ةe ع ل ي ث ر
ه* و ع ل ى أ 2ر 2م ك ط* و ال 2ش 2م ن ر* و ال %س2 2ي ر* و ال 2ع%س2 ال-ا ال ن خ اف% في الله* %ن 2ن م ا ك 2ح قw أ ي *ال ه2ل ه% و ع ل ى أ ن2 ن ق%ول ب
%ن از*ع األ2 م2ر أ ن
e *م ئ ل و2م ة ال “Kami telah membai’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam untuk selalu mendengar dan taat (kepada penguasa) baik di saat susah maupun mudah, semangat
atau terpaksa, dan di saat mereka merampas hak-hak kami, dan kami tidak boleh melepaskan ketaatan
kepadanya, dan agar mengatakan kebenaran di mana pun kami berada, kami tidak takut karena Allah kepada
celaan orang yang mencela.” (HR. Muslim no. 1709)
6
Demikian pula ucapan Jarir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu: “Aku membai’at Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat, dan memberi nasihat kepada setiap muslim.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Bahkan dalil-dalil menunjukkan bahwa setiap muslim wajib berbai’at kepada pemimpin dan penguasa negerinya, serta
diharamkan menyelisihinya dan keluar dari ketaatan kepadanya dalam perkara-perkara yang bukan merupakan
bentuk maksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Diriwayatkan dari Abdulah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
2ق*ي ام ة* ال ح%ج-ة ل ه% و م ن2 م ات ل ع ي دQا م*ن2 ط اع ةe ل ق*ي الله ي و2م ال م ن2 خ Qة- *ي 2ع ة� م ات م*يت ةQ ج اه*ل %ق*ه* ب ي 2س ف*ي ع%ن و ل ي
“Barangsiapa melepaskan ketaatannya maka dia bertemu Allah dalam keadaan tidak memiliki hujjah dan barangsiapa
yang mati dalam keadaan tidak berbai’at maka dia mati seperti mati jahiliah.” (HR. Muslim no. 1851)
7
Diriwayatkan pula dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
Qة- *ي %م- م ات م ات م*يت ةQ ج اه*ل 2ج م اع ة ث ق ال ج م*ن الط-اع ة* و ف ار م ن2 خ ر “Barangsiapa keluar dari ketaatan dan meninggalkan jama’ah lalu dia
mati, maka dia mati seperti mati jahiliah.” (HR. Muslim no. 1848)Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:
ق wف ر% و2 ي%م2 أ ق- ع ص اك %ر*يد% أ ن2 ي ش% ج%لe و اح*دe ي %م2 ج م*يع� ع ل ى ر ك م2ر%
%م2 و أ م ن2 أ ت اك%وه% %ل %م2 ف اق2ت ج م اع ت ك
“Siapa yang datang kepada kalian dalam keadaan kalian telah sepakat terhadap satu orang (untuk jadi pemimpin) lalu dia ingin merusak persatuan kalian dan memecah jama’ah kalian maka
bunuhlah dia.” (HR. Muslim no. 1852)Masih banyak lagi dalil-dalil yang semakna dengannya.
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullahu mengatakan: “Dalam hadits ini terdapat dalil wajibnya taat kepada imam (penguasa) yang telah
disepakati untuk dibai’at, serta diharamkan melakukan pemberontakan terhadapnya, meskipun dia (penguasa tersebut) berbuat zalim dalam
menetapkan hukum. Dan bai’at tidak tercabut karena adanya kefasikan yang diperbuatnya.” (Fathul Bari, 1/72)
Download PowerPoint Lain nya di http://mysalafy.wordpress.com
Sumber Artikel ini bisa di lihat di
http://asysyariah.com/syariah.php?menu=detil&id_online=922