barangkali anda ingin icip-icip seperti apa buku ini...
TRANSCRIPT
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
1
BARANGKALI ANDA INGIN ICIP-ICIP SEPERTI APA BUKU
INI BERCERITA? SIMAK SALAH SATU BAGIAN BAB
DALAM BUKU INI
Bertemu saya
Saya membalik balikkan kembali halaman buku
panduan hipnosis itu. Kali ini dengan kesadaran penuh; alert,
dan menghindari mencoba “tabrak masuk” saat sedang
membaca. Tujuan: agar saya dapat mengecap esensi teorinya
dengan baik. Saya menelisik tahap demi tahap dengan hati-
hati, kata demi kata. Menanyai diri saya apakah benar-benar
siap untuk ini. Siap.. saya mau bertualang kedalam lagi.
Kali ini saya memilih berbaring di sebelah suami saya,
in case saya perlu bantuan, saya rasa suami saya dalam
jangkuan saya. Beliau pasti bisa menolong saya. Soalnya
sudah kursus.. Saya lebih tertarik segera mulai daripada
menganalisis apakah suami saya nanti mampu membantu.
Saya mengajak diri saya relaksasi, dari atas ke bawah,
kemudian memperdalam keadaan hipnosis, dengan
menghitung 10 hingga 1…
Yang terjadi ?
Pyet! Gelap gulita!
Aduh, saya orang yang penakut…. Sekarang saya ada
dalam keadaan gelap. Apa yang salah, ya? Saya belum
sempat memikirkan jawabannya, ketika saya sadari perasaan
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
2
yang saya takutkan muncul, begitu saja. Seketika.
Mencengkeram saya dan melilitkan kekuatannya jauh.. jauh
dalam diri saya yang paling dalam. Saya takut. Ketakutan
meneror saya. Gelap, total tanpa sinar, adalah mediator yang
paling sempurna untuk menendang bebas rasa takut saya
keluar dari persembunyiannya yang paling dalam. Keluar
hanya untuk memamerkan pada saya bahwa dia ada.
Ada dan menguasai saya, sekalipun saya tidak
bersedia. Saya sangat ketakutan !! Saya tidak mampu melihat
apapun. Saya sedikit menyesal masuk dalam keadaan ini.
Tapi menyesal kemudian tak berguna. Lebih baik tidak
menyesal. Coba lihat sisi baiknya, biasanya ada. Keadaan
baiknya, bulu kuduk saya tidak berdiri, jadi bukan tentang
hantu. Lebih tentang ketakutan dalam diri karena ada dalam
pengaruh sikap orang lain. Takut akan orang. Ya, takut akan
orang. Sangat takut!
Pertanyaan baru menyeruak: Takut terhadap siapa?
Dan ada dimana saya? Saya berusaha menggerakkan kaki
saya seinci demi seinci, khawatir, jangan sampai saya
terjungkal ke jurang saat berjalan dalam gelap.
Saya takut sekali akan ketidakjelasan keberadaan
saya. SANGAT.
Takut. Begitu takut, hingga saya menangis, dan saya
menangis ketakutan. Sejadi-jadinya. Saya menangis
ketakutan di dunia antah berantah itu. Pada saat yang sama ,
air mata (AIR MATA) saya keluar berderai-derai membasahi
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
3
pipi saya yang berbaring di atas tempat tidur, di dunia
nyata… Saya ada di dua dunia. Didunia nyata saya terisak
ketakutan, seperti anak kecil melolong ketakutan karena
ditinggal ibunya di keramaian. Suami saya terbangun dari
tidurnya , menggosok-gosok badan saya : “Cup cup cup” kata
suami saya.
Saya ingin menepis bujukan suami saya, meski tidak
bisa karena terkunci. Bukan itu yang saya butuhkan. Saya
ketakutan! Di dalam! Di dunia antah berantah di dalam....,
entah dimana koordinatnya, saya tidak tahu. Ini bukan
seperti yang tampak di luar…, bukan di kesadaran saat ini.
Saya masih tersadar, saya seorang wanita dewasa, menangis
terisak sangat ketakutan dengan airmata tidak berdaya;
sebab tidak tahu ada dimana. Begitu tidak berdaya, hingga
saya mengusap airmata saya seperti anak kecil ketakutan.
Dan saya tidak malu. Sesungguhnya saya memang INGIN
menangis tersedan dan sesenggukan seperti anak kecil :
hu…hu… dan tidak ada seorangpun yang menemani untuk
membantu mengatasi takut saya.
Saya mengusap air mata saya seperti anak kecil, ya
anak kecil. Anak kecil, anak Sekolah Dasar (SD…). Ketika saya
membuka mata saya dalam gelap yang menakutkan itu ;
ternyata saya melihat seorang anak kecil. Upps , setelah saya
perhatikan dengan seksama. Astaga, itu diri saya saat SD. YA,
SAYA SAAT SD dengan rambut panjang saya di kepang dua.
Berdiri ketakutan di gerbang sekolah saya hingga tak berani
bergeming 1 mm pun. Saya menangis terisak isak sambil
mengusap airmata saya yang berderai-derai ( pada
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
4
kenyataannya, saya saat itu masih berbaring di sebelah
suami saya dengan airmata membanjir membasahi kasur ! )
Saya sangat bingung melihat diri saya dalam gelap
itu. Itu jelas-jelas saya saat kecil. Dilihat oleh saya saat ini.
Pada satu waktu! Saat ini. Saya tidak mimpi, saya tidak tidur.
Wow, seperti dalam mesin waktu..…….
Pertanyaan selanjutnya : Apa yang harus saya
lakukan?
Saya dewasa sangat ketakutan, sama ketakutannya
seperti saya saat SD itu. Kali ini ditambah pertanyaan:
bagaimana seharusnya sikap saya ; melihat diri saya yang
demikian nyata, diwaktu yang lalu, pada saat ini. Dalam
keadaan sangat menderita.
Ini tidak ada di buku manual…………
He eh….Saya menggeleng melihat petualangan diri
saya di tempat yang tak saya sangka ini. Now what ?? Apa
yang harus saya lakukan, baik terhadap diri saya…, sang
wanita dewasa yang ketakutan dalam gelap itu…, dan saya
sang anak kecil, yang juga sangat ketakutan, dan tampaknya
jauh lebih ketakutan dari saya yang saat ini??
Mau tanya suami, saya juga tidak yakin-seandaipun
saya bisa bangun dari kondisi hipnosis saya, dan bisa diskusi-
apa advisnya. Ingin bangun, badan saya terasa berat, direkat
semen ditempat tidur.
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
5
Ditambah, saya tidak yakin orang yang baru kemarin
dapat pelatihan hipnosis dasar: Apa sudah mampu
menangani kasus saya ?
Hah.., lalu bagaimana dengan saya sendiri ?
Saya bahkan tidak ikut pelatihan! Saya hanya seorang
curious yang baru menyadari kesistimewaannya beberapa
menit lalu!!
Oke, back to basic
Fakta satu. Ini tidak ada di buku manual. Kendali
otomatis saya juga tidak jalan. Tampaknya saya harus
menggunakan modus alternatif: berpikir.
Fakta dua : Saya orang istimewa, saya seorang wanita
dewasa, saya seorang ibu yang penyayang. Saya seorang
dokter anak yang penuh perhatian, bukan saja pada pasien
saya, tapi seluruh keluarga mereka. Saya lebih dari sekali
mendapat penghargaan untuk intelektualitas dan
kemanusiaan sepanjang hidup singkat ini. Harusnya modal
saya sudah cukup untuk memecahkan kasus ini. Saya
mestinya bisa menghadapi seorang anak kecil, meskipun
anak kecil itu saya, dan meskipun saya yang itu belum jelas
statusnya : tidak nyata atau nyata ? Mari saya coba, sebab
saya juga tidak suka status quo dalam gelap ini.
Saya mendekati anak kecil yang SAYA anggap saya itu
(tapi juga jelas, itu saya di jaman SD). Saya mengumpulkan
seluruh kebaikan dan ketulusan yang ada pada diri saya saat
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
6
menyapa :
“ Halo, kenapa menangis, nak? ”
Hm.., aneh juga menyapa “nak” pada diri saya
sendiri. Tapi kalau dipikir sebaliknya, tentu lebih aneh lagi.
Saya mengenal diri saya saat kecil, tapi diri saya saat kecil ,
logikanya, pasti tidak kenal saya saat dewasa.
Jadi, setidaknya saya kecil pasti senang ada yang memberi
perhatian.
Begitulah, coba saya lihat responnya… Secara
instingtif, saya dewasa tidak memperkenalkan diri.
(Belakangan saya tahu, memang demikian seharusnya, kata
para ahli)
Saya kecil menoleh kepada saya dewasa… Saya
dewasa menenangkan diri, berusaha tidak memihak, tidak
sok kenal, tidak menggampangkan…, dan saya ingin beliau
bisa merasakan, saya ingin menolong beliau.
Saya kecil menyahut terbata, sedikit lega sebab
tampaknya ada orang yang punya niat baik : lalu tangis saya
kecil lepas lagi : “Takut………………..”
“Kenapa takut, Nak?” Saya dewasa mendekat dan
mengelus kepala, lalu mendekap saya kecil dengan sepenuh
hati.
“Takut sama bu guru…………..”
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
7
Glekkkk…saya tercekat!! Ya, saya memang pernah
mengalami trauma saat SD kelas 3. Saat itu saya ke sekolah
dengan baju baru buatan ibu dan saya diijinkan ikut ayah ke
Denpasar hari itu sepulang sekolah. Ayah akan menjemput
saya ke sekolah dari tempat kerjanya. Itu personal previleges
yang luar biasa. Mengingat kami biasanya berangkat ke
Denpasar sekeluarga. Ke Denpasar, berarti : makan enak, beli
buah dan coklat import, buku cerita terbaru. Hari itu, hanya
saya yang bisa ikut, karena jam sekolah saya berakhir lebih
pagi dari kakak-kakak saya.
Jadi, saya berangkat ke sekolah hari itu dengan hati
riang. Ibu sudah menyisir rambut saya dengan rapi, dan
menggelung rambut panjang saya dengan pita. Apa daya, di
sekolah cerita duka yang terjadi. Saya tidak bisa
mengerjakan soal matematika: ons dan pon. Bu guru tidak
suka dan membenturkan kepala saya di papan tulis. Gelung
rambut saya lepas bersamaan dengan jatuhnya harga diri
saya di depan kelas dan punahnya keriangan dan kecantikan
yang disiapkan ibu pagi itu.
Saya sering menganggap itu adalah pengalaman
paling traumatis saya di SD.
Tapi saya belajar dari pengalaman berhadapan
dengan diri saya di kedalaman antah berantah hipnosis hari
itu. Tampaknya yang paling traumatis bukan itu…
Pengalaman masa kecil paling traumatis saya, bukanlah
trauma yang paling saya sadari.
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
8
Pengalaman paling traumatis saya, tidak saya sadari!
Saya kecil yang di depan saya dewasa, rupanya
sangat ketakutan pada guru kelas 4 SD saya. Ingatan saya
melayang ke kelas 4 SD. Saya ingat guru kelas 4 SD saya
sering memperlakukan saya “aneh”, tapi saya tidak mampu
mendeskripsikan atau memahaminya saat itu.
Saya saat SD senang sekali belajar. Saya rajin
mengerjakan PR dan bersemangat berangkat ke sekolah. Di
sekolah, teman akan bertanya, apakah saya mengerjakan PR.
Saya mengiyakan dan mempersilahkan teman-teman
mencontoh. Jawaban saya pasti benar. Bila tidak bisa
menjawab saya bertanya pada ayah. Ayah saya seorang
dokter yang sangat disegani, bukan saja di kota kami tapi
seluruh Bali. Ayah saya pasti sangat bisa menjawab PR saya.
Jadi pasti benar semua. Faktanya memang demikian.
Saat guru kami bertanya, siapa sudah buat PR?
Semua angkat tangan. Siapa bisa nomor satu? Semua angkat
tangan. Tapi sepanjang tahun, saya mungkin hanya
mendapat satu kali kesempatan, itupun tanpa pujian,
padahal semua jawaban yang diberikan teman mendapat
pujian.
Guru saya juga selalu memberi nilai 6 untuk hasil
keterampilan tangan saya, sedangkan teman mendapat 8.
Bukan apa-apa, umumnya saya yang mengajari teman-
teman. Saya sudah mendapat pelatihan magang saat
menemani kakak saya melakukan hal yang sama saat saya
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
9
kelas 2. Guru saya memberi pujian untuk bunga model baru
yang saya ajarkan pada teman, tapi pujian itu tidak pernah
diberikan pada saya. Saya maklum bahwa beliau mungkin
tidak tahu siapa yang mengajarkan. Tapi, fakta bahwa saya
mendapat nilai 6 untuk pekerjaan yang saya ajarkan,
sedangkan pekerjaan teman sebagai murid saya mendapat
nilai 8, sungguh tidak menyenangkan. Terutama dari sisi
pekerjaan teman tidak lebih rapi karena baru belajar.
Tambah tidak menyenangkan, karena saya tidak mengerti
kenapa beliau memperlakukan saya seperti itu.
Fakta terakhir adalah bu guru sering sekali
mengangkat dagu saya, menjentikkannya sambil
mengatakan: “aih.. cantiknya.”, tapi dengan muka yang aneh
(setelah dewasa, saya baru mengerti itu namanya : sinis).
Sebagai anak kecil, saya sering diperlakukan manis sambil
dagu saya dijentikkan oleh teman-teman ayah dan ibu, tapi,
muka mereka sejalan dengan ekspresi dan kalimat yang
dicetuskan. Sama manis. Saya bisa memahami maksudnya :
mereka sayang.
Yang dilakukan bu Guru saya tak tahu.., saya tak
mengerti. Saat bertemu dengan saya kecil dalam kondisi
terhipnosis itu, saya sadar telah mengalami keadaan tidak
menyenangkan secara kronis. Keadaan kronis ini tak
ditampakkan secara tajam, namun terasa oleh diri saya,
membuat saya merasa tidak aman, tapi tak ada tempat
untuk mengadu. Sebab itu tidak jelas. Saya tidak diancam,
saya tidak dimarah, hal-hal yang biasanya ditunjukkan oleh
seseorang yang tidak suka. Ini beda. Sebagai anak kecil, saya
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
1
0
tak mampu menjabarkan. Tidak tahu apa itu. Tapi saya bisa
merasa, saya insecure.
Saya kasihan sekali pada diri saya kecil. Karena
pernah mengalami masalah yang tak teridentifikasi. Alhasil,
tak ada yang melakukan sesuatu untuk membantu, termasuk
diri saya juga tidak berusaha. Dan itu mempengaruhi saya.
Seumur hidup, saya sangat ketakutan, di alam bawah sadar
saya. Pasti dampaknya banyak, dalam kehidupan saya
setelah kejadian itu.
Apa dampaknya? Saya tahu jawabannya setelah
kisah hipnosis ini berakhir…
Dalam penyadaran di kondisi hipnosis itu, saya
dewasa mendekap diri saya kecil dengan sepenuh hati dan
membujuknya sebagaimana saya membujuk pasien saya atau
anak saya. ” Ayo, sama ibu saja masuk ke kelas!”
“Takut….” Saya kecil masih meraung ketakutan.
“Tidak apa, nanti belajarnya sama ibu saja. Bu Guru
yang itu sudah tidak ada. Sudah pensiun (saya juga main
hantam saja maju mundur dalam fakta, antara hidup
sekarang dan hidup sewaktu SD. Yang penting target
menenangkan saya kecil ini harus tercapai, karena saya
dewasa juga merasa sama merasa takut seperti beliau. Hanya
saja, buat saya kecil jelas terhadap Bu Guru, sedang saya
dewasa tidak tahu apa sumber takut saya, entah.. Keadaan
baiknya, adalah, saya dewasa merasa lebih nyaman setelah
bisa mendekati dan menemani saya kecil ).
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
1
1
“Takut, kelasnya gelap sekali…“, rintih saya kecil.
Memang kelas tersebut gelap. Dindingnya hitam, bahkan
kaca jendelanyapun hitam, berselaput jelaga. Dan, saya
dewasa juga takut masuk kelas itu.
Saya dewasa paham, bahwa saya memiliki andil
besar dalam penyelamatan saya kecil. Dan saat itu adalah
saat terbaik kami. Saya dewasa tak pernah tahu, kapan bisa
terlempar lagi ke masa itu di waktu yang lain, seandainyapun
saya bisa masuk lorong waktu lagi. Timing kejadian ini
tampaknya random. Apakah bisa diatur? Tidak tahu. Saya
tidak mau ambil risiko bagi diri saya. Sekarang. Saya dewasa
mengambil inisiatif : ”Gimana kalau kita cat saja dindingnya ,
yuk ?”.
Saya kecil menghentikan tangis. Menengadah ke
saya dewasa sambil terisak menatap : “Boleh??”
“Boleh……” (Siapa takut ? Saya biasa mendatangi
sekolah dimana pasien saya sebagai murid mendapat
perlakuan tidak pantas dalam konteks sakitnya. Saya bisa
bicara lantang bahkan dingin pada orangtua murid serta
para guru yang berperilaku tidak pantas buat anak kecil
yang sakit. Masa untuk diri saya sendiri saya tidak bisa)
“Ayo…kan, Bu guru yang itu juga sudah pensiun.
Ayo…” lanjut saya dewasa
“Mau cat warna apa ? Pink pastel, biru muda, kuning
muda? Pakai pelangi, yuk…”, saya dewasa melanjutkan
sambil menggandeng tangan saya kecil masuk kelas. Kami
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
1
2
berdua merasa sama-sama nyaman karena pertemanan dan
kebersamaan.
“Ayo.., isi gambar didindingnya, ada gajah, si Bona
dan Rongrong juga.”( Rongrong, si tokoh kucing pada
majalah Bobo saat saya SD).
“Ayo…”, saya kecil berteriak senang…
“Eh, kacanya dibersihin juga biar tidak aneh, hitam
sendiri.”
“Ya, ayo… gosok-gosok.” Kami berdua bahu
membahu membersihkan kaca jendela kelas, hingga ruangan
kelas menjadi terang benderang dan playful.
“Eh, kursinya ganti juga yuk, jadi yang cakep-cakep,
kuning, pink, pastel.”, saya dewasa menambahkan ide
terkini. “Terus, ajak aja teman-teman yang kamu suka buat
belajar di kelas yang bagus ini,” himbau saya dewasa.
“Boleh?”
“Boleh…, kan sekarang ibu, bu gurunya…”
“Boleh sedikit orang saja?”
“Boleh sekali, lebih sedikit lebih baik. Ibu bisa kasi
perhatian yang besar pada setiap orang….” Wow,
saya merasa saya kecil sangat tersanjung akan
perlakuan saya dewasa. Beliau merasa istimewa.
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
1
3
“Boleh bawa mainan ke kelas ?” saya kecil
menambahkan
“Boleh…Boleh….belajar itu menyenangkan, kalau
kamu mau lebih senang saat belajar, bawa aja. Kalau
kamu senang, pelajaran lebih gampang masuk…”
Saya kecil memandang saya dewasa dengan takjub.
Saya dewasa, dengan bangga melihat diri saya dalam
keadaan sudah dewasa dan berkuasa atas kelas saya saat SD.
Karenanya mengijinkan segala kebahagiaan dan keriangan
masuk ke kelas saya.
Belajar itu menyenangkan……..
Ilmu itu indah, makin disenangi, makin indah. Makin nyantai,
makin kuat masuknya.
Makanya lambangnya Dewi Saraswati, sangat cantik.
Saya kecil sangat excited dan berlari keluar halaman
mencari teman-teman saya saat kecil. Saya kecil berusaha
menemukan Sulastri, teman saya dari desa yang sangat
polos. Saya kecil menggenggam tangan Sulastri.
“Sulastri….ada guru baru, orang nya baik sekali. Kita boleh
bawa mainan di kelas, dan boleh belajar hanya sama teman-
teman yang sayang sama kita saja. Kelasnya bagus.., terang
dan banyak gambarnya.”
“Hore…..” Sulastri ikut senang. Saya kecil senang lihat Sulastri
Finding You
Sa
mp
le F
ind
ing
Yo
u
P a
g e
1
4
senang dan berlari keliling halaman dengan perasaan riang
riang…… dan riang…………. begitu riang………………………………
hingga saya melambung jauh melesat mengelingi Bali di
angkasa, bahkan keliling Indonesia dan….
Saya dewasa terbangun dari hipnosis saya. Saya merasa
sangat riang dan ringan. Seperti kapas. Tanpa beban, tanpa
gaya tarik bumi. Saya juga berdebar. Pengalaman yang luar
biasa !
Saya membangunkan suami saya.
Hm.. Suami saya masih ingin melanjutkan tidur.
Saya memilih duduk, mengheningkan cipta atas semua
pengalaman saya tadi. Terlalu luar biasa. Keriangan saya
masih terlalu kental. Dada saya membuncah. Masih terbang.
Saya kemudian memutuskan mengisi waktu dengan
menonton TV. Untuk apa ?