bencana alam dalam islam dan budha
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
1. Pengantar
Dunia ini tidak selamanya aman, tentram, dan sejahtera, Akan tetapi selalu
ada gejala–gejala alam yang terjadi. Gejala–gejala alam tersebut dinamakan
dengan bencana alam yang disebabkan oleh beberapa faktor, bencana alam
merupakan harga yang harus dibayar atas keindahan yang terhampar. Pemakalah
disini akan mencoba menjelaskan bagaimana bencana alam dapat terjadi, apakah
ada perbedaan dan persamaan pandangan tentang bencana alam menurut tiga
agama, bagaimanakah pandangan para tokoh menurut pandangan islam, kristen,
dan budha.
Bencana alam memiliki arti bencana yang disebabkan oleh serangkaian
peristiwa–peristiwa alam, seperti tanah longsor, gunung meletus, banjir, angin
topan, tsunami, gempa bumi, dll. Bencana alam menurut pandangan agama islam,
budha, dan kristen tidak terlalu jauh berbeda dalam pengertiannya.
Kenyataan sejarah menunjukkan, eksistensi agama sama sekali memang
tidak dapat steril dari berbagai hasrat dan kepentingan manusia, sehingga dalam
titik-titik tertentu agama kerap kali mengorbankan manusia itu sendiri dengan cara
mengatasnamakan agama (Tuhan). Menyadari hal itu semua, agama selain
diyakini sebagai media integratif, tetapi juga rentan mendorong terjadinya
disintegratif bagi umat manusia. Sehingga jati diri agama sepertinya terkesan
paradoks. Karena agama, manusia bisa saling berlomba-lomba berbuat kebajikan,
saling mencintai dan menolong satu sama lain. Tetapi, atas nama agama pula,
manusia bisa saling berperang, menghancurkan dan bahkan membunuh sesama
manusia sendiri.
II. Rumusan Masalah
a. Pengertian Bencana Alam Dalam Pandangan Islam.
b. Bencana Dalam Perspektit Agama Budha
c. Bencana Dalam Perspektit Agama Kristen
POKOK BAHASAN
BENCANA ALAM DALAM PERSPEKTIF AGAMA ISLAM
A. Pengertian Bencana Alam Dalam Pandangan Islam.
Allah menciptakan alam semesta, sebenarnya sangat menyayangi makhluknya
dengan mengaruniakan Kekayaan alam yang sangat berlimpah di laut maupun di
darat. Akan tetapi allah memberikan itu semua tentu saja supaya di mamfaatkan
sebaik mungkin. Bukan untuk menimbulkan kemubazdiran dan kemudharatan,
karena perbuatan demikian tidak di sukai oleh Allah.
Menurut M . Quraish Shihab, dosa dan pelanggaran yang dilakukan manusia
mengakibatkan gangguan keseimbangan didarat , dilaut dan diudara . Ketiadaan
keseimbangan mengakibatkan bencana bagi makhluk hidup termasuk manusia .
Semakin banyak pengrusakan terhadap lingkungan , semakin besar pula dampak
buruknya .Semakin banyak dan beraneka ragam dosa manusia , semakin parah
pula kerusakan lingkungan . Hakikat ini merupakan kenyataan yang tidak dapat
dipungkiri lebih – lebih dewasa ini . Demikian Allah swt menciptakan semua
makhluk , saling kait berkait .Dalam keterkaitan yang harmonis , lahir keserasian
dan keseimbangan dari yang terkecil hingga yang terbesar , dan semua tunduk
dalam pengaturan Allah yang maha besar . 1
Manusia yang menyimpang dari jalan lurus yang telah ditetapkan Allah ,
menjadikan keadaan sekelilingnya , termasuk hukum sebab akibat yang berkaitan
dengan alam raya dan yang mempengaruhi manusia ikut pula terganggu dan pada
akhirnya menimbulkan dampak negatif, seperti krisis moral , ketiadaan kasih
sayang dan kekejaman . Bahkan lebih dari itu, akan bertumpuk musibah dan
bencana alam seperti “keenggangan langit menurunkan hujan atau bumi
menumbuhkan tanaman” , juga terjadinya gempa bumi serta bencana lainnya .2
1 M.Quraish Shihab, Dia dimana – mana : Tangan Tuhan Dibalik Fenomena, hal 1012 Ibid hal 102
Segala bencana tidak terlepas dari perbuatan manusia. Allah menunjukkan
kepada manusia, begitulah akibatnya jika melakukan kerusakan dan kejahatan.
Supaya segera kembali ke jalan yang benar . Maka dari itu manusia tidak
diperbolehkan semena – mena di dunia ini karena dunia ini milik Allah swt jadi
pantaslah jika Allah menurunkan musibah kepada manusia berupa bencana alam
karena perbuatan manusia sendiri . Dalam hal ini Allah swt tidak sayang terhadap
manusia akan tetapi hanya memberi peringatan terhadap manusia agar menjaga
alam dan seisinya , dan mengikuti perintah Allah swt .
Bagi umat muslim terjadi bencana tidak ada kebetulan . semua rincian tumbuh
mengembangnya alam semesta dalam kegelapan bumi ada dalam catatannya.
Setiap muslim selalu memandang segala sesuatu yang dialami dalam kehidupan,
selalu berperan dalam bingkai “pergaulan” aktif antara dirinya dan dirinya .3
Seperti apa yang telah ditulis oleh M. Quraish Shihab “tangan” Tuhan ada dibalik
setiap fenomena ; bahwa Allah hadir dimana – mana, setiap saat dan di semua
tempat .
Sebagaimana konsep takdir . Allah menjadi sentral dari seluruh kejadian yang
terkait dengan musibah , bencana dan kebaikan adalah kehendak Allah. Bencana
dan rahmat adalah salah satu cara Allah menyampaikan pesan kepada manusia
bahwa Allah adalah Tuhan dan penguasa alam semesta. Tidak ada yang bisa
melawan keperkasaannya . Akan tetapi Allah bukan dzat yang sewenang –
wenang , dia maha Penyayang . 4
Berbicara dalam hal takdir , secara umum konsep ini ada perdebatan diantara 3
kutub , yaitu jabbariyah , mu’tazilah dan khodariyah . Menurut dari kubu
jabbariyah takdir adalah kewenangan mutlak sang khalik , manusia sedikit pun
tidak memiliki kewenagan tentang takdir , ketetapan Allah sudah ditetapkan
sebelum manusia diciptakan . Sedangkan menurut mu’tazilah dan qadariyah ,
Allah tidak campur tangan dengan urusan manusia , karena Allah telah
menyerahkan kehendak dan kekuasaannya kepada manusia , maka manusia bisa
3 Ronny Astrada, Mengkaji Hikmah Bencana,(Jakarta:Elex Media Komputindo,2010), hal . 54 Agus Mustofa, Mengubah Takdir, (Surabaya:Fatma Press,2008), hal. 193
berkehendak sebebas – bebasnya, dengan segala konsekuensi . 5 Dalam mu’tazilah
Allah memerintahkan apa yang dikehendakinya dan melarang apa yang
diperintahkannya untuk tidak dikerjakan . Manusia dengan qodrat ( kekuasaan ) .
Yang dijanjikan Allah pada dirinya , dapat mengerjakan yang baik , maka bila ia
mengerjakan yang buruk berarti ia sendirilah yang menghendakinya .6 Tuhan
bersifat bijaksana dan adil , ia tidak dapat berbuat jahat dan dzalim . Tuhan tidak
memiliki sifat dalam arti sifat memiliki wujud diluar dzat Tuhan ; dan wa’idiah
karena ancaman – ancaman Tuhan terhadap orang – orang yang tidak patuh , pasti
dan tidak boleh dan tidak akan menimpa diri mereka . Tuhan tidak mungkin
menghendaki supaya manusia berbuat hal – hal yang bertentangan dengan
perintahnya , dengan demikian manusia sendirilah yang sebenarnya menunjukkan
perbuatan baik dan perbuatan jahatnya, iman dan khufurnya , kepatuhan dan tidak
kepatuhannya atas perbuatannya sendiri manusia memperoleh balasan . Hal ini
disebut paham qodari’ah 7 .
Ketetapan Allah yang dikenal sebagai takdir digambarkan oleh 2 kata : Qada
dan Qadar . Kedua – duanya bermakna ketetapan , tetapi memiliki nuansa yang
berbeda . Qadar memberikan makna : ketetapan yang sepenuhnya ditentukan oleh
Allah tanpa bisa diganggu gugat . Sedangkan Qada adalah ketetapan Allah yang
ditentukan berdasarkan usaha tertentu.8
Menurut Dr . H . Arif Sumantri , SKM., M.Kes . Ada dua pandangan utama
yang berkembang dalam masyarakat dalam melihat berbagai bencana yang sering
melanda . Pertama , bencana adalah sebagai akibat dari perbuatan dosa dan
pelanggaran terhadap aturan Tuhan yang semakin tidak terkendali , bencana
dianggap sebagai adzab Tuhan . Kedua bencana adalah murni fenomena alam dan
tidak ada dengan urusan agama , berupa dosa atau maksiat yang telah dilakukan
oleh manusia9 .
5 Ibid. Hal 686 Yusron Asmuni, Dirasah Islamiyah 11,(Jakarta : Raja Grafindo Persada,1996), hal. 797 Harun Nasution,Teologi Islam, (Jakarta:Universitas Indonesia , 1972), hal. 42,438 Agus Mustofa, Mengubah Takdir, hal. 1079 Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam, (Jakarta:Kencana,2010), hal. 256
Agus Mustofa tidak jauh berbeda dalam memaknai bencana menurutnya ,
bahwa ada dua jenis bencana yang dapat melanda manusia . Pertama , bencana
yang bersifat alamiah . Kedua , bencana yang disebabkan oleh manusia dalam
mengolah alam .
Bencana yang bersifat alamiah adalah bencana yang sudah memang menjadi
bawaan alam . Bahwa alam semesta ini memang telah menuju pada kerusakan
yang semakin hari semakin parah . Bencana yang kedua adalah bencana yang
semata – mata disebabkan oleh manusia . Misalnya banjir , tanah longsor ,
kebakaran hutan 10 .
B. Sebab – Sebab Terjadinya Bencana Alam Pandangan Islam
Setelah mengetahui makna dan arti bencana alam dalam perspektif islam ,
sekiranya perlu diketahui apa sebab – sebab terjadinya bencana alam secara teori
maupun non teori . Beberapa sebab – sebab terjadinya bencana alam menurut
Agus Mustofa , antara lain :
1 . Bencana dari angkasa luar
Bencana dari angkasa luar adalah bencana yang berpotensi menghancurkan
bumi dengan kekuatan yang sangat dahsyat . beberapa ancaman bencana dari
angkasa luar adalah bebatuan – bebatuan yang berbentuk komet dan meteor , sinar
matahari , sinar ultraviolet .
Panas matahari sangat berbahaya untuk makhluk hidup , termasuk manusia .
Karena didalam sinar matahari terkandung energi yang sangat besar . berupa
panas , ultraviolet , maupun gelombang elektromagnetik . Akan tetapi ada
beberapa faktor yang menyelamatkan bumi dari matahari . Yaitu faktor jarak ,
sangat bermanfaat untuk menurunkan suhu , selain itu ada perputaran bumi, hal
ini juga menyebabkan tidak terjadinya pemanasan secara berlebihan di permukaan
bumi .
10 Agus Mustofa, Salah Kaprah, (Surabaya:Padma Press.2011), hal. 159
Ancaman lain yang menyebabkan bencana adalah sinar ultraviolet , ultraviolet
sangat berguna juga untuk kehidupan manusia karena mengandung vitamin D .
Akan tetapi jika berlebihan justru akan membahayakan . Dapat memicu timbulnya
kanker kulit pada manusia .
Allah mengatur kadar ultraviolet ini lewat lapisan atsmosfer atas , yang
disebut ozonosfer . Lapisan inilah yang berfungsi memfilter kadar ultraviolet agar
sesuai dengan kebutuhan manusia . Jika lapisan ini terlalu tebal maka suhu bumi
akan lebih rendah dari sekarang dan jika lebih tipis , maka suhu bumi akan lebih
tinggi . Lapisan ozon ini diciptakan oleh Allah dengan seimbang .
2 . Bencana dari perut bumi .
Bumi menyimpan potensi bencana didalam perutnya sendiri . Runtuhnya
lempengan – lempengan bumi bisa menyebabkan getaran dahsyat yang disebut
dengan gempa tektonik . Karena kerak bumi bersifat brittle maka getaran itu
sering kali menyebabkan retakan – retakan dan patahan yang sangat
membahayakan kehidupan diatasnya . Gedung dan bangunan bisa ambruk karena
retakan tersebut apalagi ketika getaran yang muncul sedemikian dahsyat ,
misalnya sampai mencapai 8 skala richter .
Bencana yang berasal dari luar perut bumi salah satunya adalah angin . Angin
ada yang membawa manfaat dan ada juga yang membawa bencana , manusia pun
ada juga yang demikian , yang kafir dengan perusakannya mengakibatkan
bencana , sedangkan yang mukmin dengan amal sholehnya mengundang manfaat .
Jelaslah kehidupan dimuka bumi ini memang butuh angin . Akan tetapi sekali
waktu akan diporat porandakan oleh angin sendiri . Yaitu ada angin badai , angin
topan , puting beliung , angin panas dan dingin , angin berdebu dan berbatu .
Bumi senantiasa diincar oleh bencana angin 11 .
Menurut Agus Mustofa , 85% bencana di Indonesia disebabkan oleh arus ,
korupsi , keserakahan , dan perusakan lingkungan . Menurutnya , di abad modern
ini kerusakan lingkungan hidup bakal menjerumuskan kita semua kepada
11 Agus Mustofa,Menghindari Abad Bencana, hal 78
bencana yang paling parah adalah perusakan hutan habis – habisan . Kedua ,
penambangan liar dan lepas kontrol . Ketiga , polusi atau pencemaran , baik di
perairan , daratan maupun udara . Keempat adalah tata guna dan tata kelola ruang
perkotaan atau pedesaan .12
Bencana Terjadi disebabkan oleh keserakahan manusia dalam menggunakan
alam , manusia tamak , dan mengeksploitasi alam tanpa batas , hal ini terjadi
karena krisis ekologi , mereka hanya melihat alam sebagai eksploitasi dan pemuas
kebutuhan hidup manusia .13
Manusia melakukan kerusakan di dunia tanpa memikirkan terlebih dahulu apa
akibat dari buah yang dilakukannya . Allah sudah memberi akal sehat kepada
manusia , akan tetapi manusia lalai akan rahmat yang diberi olehnya sehingga
manusia tidak panjang lebar untuk melakukan kedzaliman di dunia ini .14
Meskipun manusia melakukan shalat tetapi tidak diimbangi dengan perbuatan
– perbuatan baik , ditambah dengan perilaku maksiat . Karena , setiap perbuatan
yang baik atau setiap mengerjakan amal ibadah yang baik dalam pandangan Allah
dan manusia , maka hal itu akan mendatangkan hal yang baik pula . Sebaliknya ,
jika melakukan perbuatan buruk maka akan mendapatkan balasannya yang
sepadan sesuai dengan perbuatan buruk yang telah dilakukan .15
Misalnya , perbuatan – perbuatan anmoral yang dalam ajaran islam dikatakan
sebagai perbuatan maksiat sekarang ini sudah merajalela , kehidupan seks bebas ,
hamil pra-nikah , korupsi , mabuk – mabukan dan lainnya telah menjadi bumbu
hidup . Meskipun manusia menyadari bahwa hal itu adalah perbuatan maksiat
akan tetapi manusia tetap melakukannya , maka dari itu akan mendapatkan
akibatnya kelak baik langsung maupun tidak langsung .
B. BENCANA ALAM DALAM PERSPEKTIF AGAMA BUDHA
12 Ibid . hal 16213 Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam , hal . 25314 Agus Mustofa ,Menghindari Abad Bencana, hal 216 .15 Qoirul Umam, Shalat oke,maksiat jalan terus, hal 69
A. Pengertian Bencana Alam
Di Indonesia yang terdiridarikeberagaman agama yaknisebanyak 6
agama memiliki pandangan dan intepretasi yang beragam juga dalam
penafsiran suatu fenomena ,maka dalam kasus ini pemakalah mencoba
menafsirkan fenomena bencana alam dalam pandangan agama Budha .
Dalam Agama Budha apabila kita belajar sekilas tentang agama
Budha kita akan mengenal apa yang disebut dengan “karma” yakni
dimana seluruh kejadian yang ada di alam semesta ini terjadi karena akibat
dari tingkah laku manusia tersebut . Memang dalam agama selain Agama
Budha sering menafsirkan seperti itu bahwa menurut Budha semua yang
terjadi di alam semesta akibat dari karma manusia tersebut , akan tetapi
disini Agama Budha tidak menafsir kan atau mengintepretasikan
fenomena bencana alam dalam satu sudut pandang melainkan karena
beberapa faktor .
Agama Budha sendiri ada istilah yang dinamakan dengan
pancaniyama ,panca niyama ini merupakan system kerja alam semesta
yang bekerja dalam satu kesatuan dan bekerja saling ketergantungan satu
sama lain di alam semesta . Istilah niyama ini hanya untuk memudahkan
manusia dalam memahami system kerja alam semesta ,pancaniyama
tersebut adalah: 16
1. Utu Niyama (hukum musiman)
berhubungan dengan asas anorganik fisik, seperti :fenomena angin,
musim, hujan, sebab-sebab angin dan hujan, sifat panas, sifat
dingin, dan sebagainya .
2. Bija Niyama (hokum biologi)
Berkaitan dengan asas benih dan biji (aturan dengan segala sesuatu
yang bersifat hidup), misalnya padi dihasilkan dari biji padi , rasa
manis dihasilkan oleh tebu , madu , dan cirri khusus yang
16Dhammapada Atthakata, Kisah-kisah Dhammapada. Diterjemahkan Oleh Tim Penerjemah Vidya sena / Jotidhammo (ed), (Yogyakarta: Vidya sena, 1999),hal. 432
dihasilkan buah – buahan . Teori ilmiah tentang seldan plasma
pembawa sifat dan kesamaan jasmani pada anak kembar termasuk
dalam kelompo kini .
3. Kamma Niyama (hukum kamma)
berkaitan dengan kausal moral / sebab akibat .Seperti contohnya air
akan selalu mencari permukaannya sendiri ,begitu juga dengan
kamma memberikan kesempatan untuk menghasilkan sebuah hasil
yang tidak dapat dielakkan , bukan sebuah hadiah ataupun
hukuman akan tetapi merupakan rangkaian kejadian yang wajar .
Jadi karma merupakan Rangkaian kejadian yang menghasilkan
kejadian yang wajar dan merupakan prinsip pembalasan .
4. Dhamma Niyama (fenomena alami)
Berkaitan dengan daya listrik ,gerak gelombang , gerak angin , dan
sebagainya .
5. Citta Niyama (Hukum Psikologis)
Berkaitan dengan pengaturan proses kesadaran , pengaruh telepati ,
kekuatan kebatinan , membawa pikiran , dan perwujudan kekuatan
batin lain yang tidak dapat dijelaskan oleh ilmu pengetahuan pada
masa kini .
Dari lima niyama diatas dapat kita tarik dengan suatu fenomena di
Indonesia , seperti contohnya yang masih tidak dapat diatasi yakni bencana
alam lumpur lapindo di Sidoarjo . Kejadian dimana utu niyama dan
kamma niyama sangat berperan .Kamma niyama disini yakni peran
manusia dimana dengan keserakahan manusia untuk terus menggali bawah
tanah untuk mencari minyak , sehingga manusia terus menggalinya dengan
tidak mengukur keadaan tanah yang akan digali akibatnya keluarlah sifat
panas yang ada di dalam perut bumi dimana utu niyama disini berperan
yakni sifat panas dan kerusakan alam terjadi karena ulah dari manusia
sendiri .
Jadi bencana alam dalam agama Budha adalah kerusakan alam
semesta dimana ketidak seimbangan system kerja lima niyama tersebut ,
ketidak seimbangan ini dikarenakan manusia tidak dapat menjaga
kestabilan alam semesta sehingga mengakibatkan karma yang terjadi .
B. Sebab – Sebab Terjadinya Bencana Alam
Sebab – sebab bencana alam dalam perspektif agama Budha tidak
lepas dari akibat ulah tangan makhluk yang tinggal di alam semesta .
Dalam agama Budha juga mengenal hubungan interaksi antara makhluk
dengan alam semesta ,seperti contohnya ketika manusia dengan sifat nya
yang terlalu serakah terhadap alam semesta ini dengan menebang hutan
secara berlebihan dapat mengakibatkan banjir dan tanah longsor sehingga
terjadilah ketidak seimbangan alam semesta . Cermin keadilan dan
kebenaran dari interaksi antar manusia , dapat juga terlihat dari hubungan
manusia dengan alam .17
Ketidak seimbangan pada alam hingga menyebabkan bencana alam
terjadi , karena kesewenang – wenangan makhluk , dalam hal ini manusia
keterkaitan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang di dasari oleh
keserakahan , kebencian , kebodohan batin .18 Semua itu berasal dari
makhluk yakni manusia dimana ketika manusia berfikirakan kejahatan
maka secara tidak langsung ucapan dan tindakannya akan menuju ke
kejahatan karena semuanya itu berpusat dari fikiran jahat kita yang dapat
mengakibatkan kerusakan alam semesta . Penderitaan akan mengikuti
manusia bagaikan roda peti mengikuti jejak lembu yang menariknya 19
apabila manusia tersebut terus berfikiran kejahatan terutama kejahatan
terhadap alam semesta .
Fenomena alam semesta menurut agama Budha akan terus selalu
terjadi dikarenakan di alam semesta masih terdapat kehidupan , fenomena
17Krishnanda Wijaya Mukti, Wacana Budha-Dhamma, (Jakarta: Dharma Pembangunan, 2003), 27818Sumedha Widya dharma, Dhamma-Sari, (Taiwan: The Corporate Body of The Budha Educational Foundation,2007 ), 10819Dhammapada Atthakata dan Budhist Legends: Yamaka Vagga - Apamada Vaga, Citta Vagga. Diterjemahkan oleh Bhikku Aggabalo,(Jakarta: Perpustakaan Narada, 2007) 31
– fenomena alam semesta dapat berhenti apabila tidak ada kehidupan di
alam semesta . Kemunculan bencana alam tidak akan muncul jika tidak
ada yang mendukungnya , begitu sebaliknya fenomena alam akan terus
ada apabila ada yang menyokongnya .20
Jadi sudah jelas dari penyebab – penyebab bencana alam yang
terjadi di alam semesta ini ,semua itu merupakan ulah dari perbuatan
manusia yang menyebabkan ketidak seimbangan alam semesta sehingga
menyebabkan bencana alam yang dahsyat . Bencana alam merupakan
karma kita dimana apabila manusia berbuat kejahatan maka yang di dapat
adalah keburukan juga , begitu sebaliknya apabila di alam semesta ini
manusia melakukan kebaikan maka yang didapat kebaikan juga .
C. BENCANA ALAM DALAM PERSPEKTIF AGAMA KRISTEN
20 Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Buddha, (Bandung: Karaniya,2004) 157
Bencana Alam Menurut Pandangan Kristen
Sedangkan menurut agama kristen bencana alam dapat terjadi karena
penyebab dari manusia itu sendiri yang tidak dapat menjaga hawa nafsunya,
seperti manusia itu melakukan dosa dan dosa itu terhadap alam contohnya
membuang sampah sembarangan yang mengakibatkan dosa, maka dari itu Allah
mengijinkan terjadinya bencana alam.
Bencana alam yang banyak terjadi di masa kini nampaknya menimbulkan
pertanyaan tersendiri bagi umat Kristen. Pada umumnya, yang menjadi pertanyaan
adalah bahwa apakah bencana ini menimpa manusia merupakan rencana Allah?
Dan apakah bencana yang terjadi ini adalah sebagai bentuk hukuman atas dosa-
dosa korban bencana atau ada maksud lain dari Allah melalui bencana alam yang
terjadi ini?
Iman kristen yang umumnya memandang Tuhan sebagai pribadi yang
Maha Kasih nampaknya secara tidak langsung menolak pemahaman bahwa Tuhan
menghendaki penderitaan melaui bencana agar dialami oleh umatnya sebagai
wujud dari penghukumannya atas dosa-dosa yang diperbuatnya. pemahaman ini
patutlah direnungkan lebih jauh sebab konsep Tuhan Yang Maha Kasih baiknya
juga harus disandingkan dengan konsep Tuhan Yang Maha Adil. Kedua konsep
doktrin tentang Allah ini harusnya memberi kesadaran kepada manusia bahwa ada
2 dimensi yang muncul dalam kasus bencana alam dalam kehidupan manusia,
yaitu bahwa bencana adalah sebagai saah satu bentuk penghukuman atau
peringatan atas dosa manusia21, namun dalam hal tersebut Allah juga tetap
menunjukkan kasih-Nya kepada manusia.
Yewangoe (2005) dalam seminar tentang teologi bencana di Makassar
mengatakan bahwa “berbahaya jika bencana selalu di identikkan sebagai hukuman
Allah sebab selanjutnya yang terjadi adalah mencari kambing hitam akan
penyebab terjadinya bencana ini”. Agaknya hal ini memang lebih obyektif, sebab 21 [21] yang dimaksud sebagai dosa manusia yaitu dosa yang dilakukan manusia secara universal, tidak hanya penghukuman atau peringatan terhadap manusia yang menjadi korban bencana alam saja.
Alkitab juga tidak selalu mengaitkan bencana sebagai penghukuman Allah.
Namun yang lebih penting lagi ialah bahwa pencarian kambing hitam dalam kasus
ini malah akan memperburuk hubungan manusia kepada Allah dan hubungan
manusia kepada manusia lainnya22. Bencana alam bisa jadi memang adalah
peringatan Allah terhadap dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia namun bencana
tersebut belum tentu selalu sebagai wujud penghukuman bagi korbannya.
Nampaknya, ilmu sains yang bergelut tentang bencana alam yang banyak
melanda sampai saat ini juga belum bisa menyimpulkan apakah bencana itu
merupakan fenomena alam semata, ulah manusia, ataukah merupakan kehendak
Allah. Manusia selain dimandatkan Allah sebagai penakhluk alam semesta, juga
ditugaskan sebagai pemelihara bahkan dikatakan sebagai gembala terhadap alam
semesta23. Konsep creatio continuata nampaknya bisa menjadi salah satu
alternatif pengajaran yang harus diberitakan, yaitu dengan terjadinya bencana
maka Allah sedang mengadakan pemulihan dan penciptaan bagi situasi dan
kondisi yang baru bagi seluruh ciptaan meskipun dilakukan melalui hal yang
kurang enak bagi manusia.
Daniel J. Adams (2006: xv) mengatakan bahwa pada umumnya orang asia
punya pandangan yang dikatakan sebagai “baik-ini-maupun-itu” dalam melihat
hubungan-hubungan yang berlawanan dalam konteks kehidupannya. Penulis
merasa bahwa pandangan inilah yang paling cocok sebagai jalan tengah bagi
permasalahan tentang teologi bencana yang dihadapi manusia, sebab bencana
yang terjadi tidak semata-mata hanya sebagai hukuman (peringatan) Allah atas
dosa manusia semata melainkan juga sebagai cara Allah untuk membangun
solidaritas antar Allah – manusia24 dan juga manusia – manusia.
22 [22] Dalam makalah yang sama, Yewangoe (2005) juga melihat kecenderungan korban bencana untuk membandingkan dosa-dosa mereka dengan dosa manusia lainnya yang tidak mengalami bencana.
23 [23] Disampaikan Dr. Agus Santoso dalam kelas Teologia Perjanjial Lama yang diikuti penulis pada tahun 2010.
24[24] Yewangoe (2005:5) mengatakan “Dalam banyak pandangan teolog-teolog Asia, seperti Kazoh Kitamori, Kosuke Koyama, Choan Seng Song, kita mendapatkan penekanan-penekananan betapa Allah turut menderita bersama manusia.”
Alkitab menyatakan bahwa Yesus Kristus menyatukan seluruh alam
semesta (Kolose 1:16-17). Dapatkah Allah mencegah bencana alam? Sudah tentu!
Apakah kadang-kadang Allah mempengaruhi cuaca? Ya, lihat Ulangan 11:17 dan
Yakobus 5:17. Apakah kadang-kadang Allah menggunakan bencana alam sebagai
hukuman atas dosa? Ya, lihat Bilangan 16:30-34. Kitab Wahyu menggambarkan
banyak peristiwa yang jelas-jelas dapat digambarkan sebagai bencana alam
(Wahyu 6, 8 dan 16). Apakah setiap bencana alam merupakan hukuman Allah.
Sama sekali tidak25
DAFTAR PUSTAKA
Refrensi :
Al-kitab.25 Baca lebih lanjut: http://www.gotquestions.org/Indonesia/Allah-bencana-alam.html#ixzz2XEyVYdMn
Sri Dhammananda, Keyakinan Umat Buddha, (Bandung: Karaniya,2004)
Krishnanda Wijaya Mukti, Wacana Budha-Dhamma, (Jakarta: Dharma
Pembangunan, 2003), 278
Sumedha Widya dharma, Dhamma-Sari, (Taiwan: The Corporate Body of
The Budha Educational Foundation,2007 ), 108
Dhammapada Atthakata, Kisah-kisah Dhammapada. Diterjemahkan Oleh
Tim Penerjemah Vidya sena / Jotidhammo (ed), (Yogyakarta: Vidya sena,
1999),hal. 432a, 2007)
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam , hal . 253
Qoirul Umam, Shalat oke,maksiat jalan terus, hal 69
Yusron Asmuni, Dirasah Islamiyah 11,(Jakarta : Raja Grafindo Persada,1996),
hal. 79
Harun Nasution,Teologi Islam, (Jakarta:Universitas Indonesia , 1972),
Arif Sumantri, Kesehatan Lingkungan Dan Perspektif Islam,
(Jakarta:Kencana,2010), hal. 256
Agus Mustofa,Menghindari Abad Bencana, hal 78
M.Quraish Shihab, Dia dimana – mana : Tangan Tuhan Dibalik
Fenomena, hal 101
Ronny Astrada, Mengkaji Hikmah Bencana,(Jakarta:Elex Media
Komputindo,2010), hal . 5
Agus Mustofa, Mengubah Takdir, (Surabaya:Fatma Press,2008), hal. 193
http://www.gotquestions.org/Indonesia/Allah-bencana-
alam.html#ixzz2XEyVYdMn
‘’Bencana Alam Menurut Agama
Islam, Buddha dan Kristen’’
MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
AGAMA BUDHA
Dosen Pengampu:
Nasruddin, S.Pd, MA
(197308032009011005)
Oleh :
Ahmad Zubaidi (E02211013)
Angga Andar Saputra (E02211014)
M. Nasrul Muttaqin (E82211020)
JURUSAN PERBANDINGAN AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERISUNAN AMPEL
SURABAYA
2013