berburuk sangka

28
TINGKAH LAKU TERCELA 1. Hadits Tentang Buruk Sangka ، ِ ّ نَ ّ لظ اَ وْ مُ ك ا َ ّ يِ : اَ ال َ ص.م قِ ه ل ل اَ لْ وُ سَ رَ ّ نَ : ا( ر.صَ ةَ ر ْ يَ رُ ه يِ 0 بَ اُ 3 ثْ يِ د َ حَ لاَ ا، وْ وُ 3 شَ 0 ج اَ ( نَ > تَ لاَ ا، وْ وُ شَ ّ سَ 0 جَ تَ لاَ ا، وْ وُ شَ ّ سَ جَ تَ لاَ . وِ 3 ثْ يِ د َ حْ ل اُ 0 بَ ( د ْ كَ اَ ّ نَ ّ لظ اَ ّ نِ ا َ ( ق ا. ً ( ايَ وْ ( خِ اِ ه ل ل اَ اد َ 0 نِ ع اْ و ُ ( نْ وُ كَ و، اْ وُ رَ 0 ي اَ د َ يَ لاَ ا، وْ وُ ( ضَ ( غ اَ 0 نَ > تَ لاَ ا، وْ وُ دَ اسَ حَ ت ه0 رج( خ ا: ي( ف ارى( ح0 ب ل ا78 0 لا’ دب ا0 اب ن ك. Artinya: “Hadits Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka, sesungguhnya buruk sangka adalah sedusta-dustanya cerita/berita. Janganlah menyelidiki, janganlah memata-matai hal orang lain, janganla tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan saling menghasut, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara.” (Diriwayatkan Imam Bukhori, 78. Kitab Adab) Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya. Orang yang melakukannya berarti telah berbuat dosa, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an: م.3 ث ا ن لظ ا( ض ع0 ب ان ن لظ ا ن م را ي3 ث ك وا0 بe ن ت0 ج وا ا( ب م ا ن ي( الد ها ي ا ا يArtinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), Karena sebagian dari prasangka itu dosa. (Q.S. Al-Hujurat: 12) Buruk sangka dinyatakan Nabi SAW sebagai sedusta-dustanya ucapan. Apalagi kalau berburuk sangka tersebut terhadap masalah aqidah yang harus diyakini apa adanya. Buruk sangka dalam masalah ini adalah haram. Sebaliknya berburuk sangka terhadap masalah-masalah kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya adalah dibelehkan.

Upload: mamun-zahrudin

Post on 26-Dec-2015

225 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Berburuk sangka

TINGKAH LAKU TERCELA

1.      Hadits Tentang Buruk Sangka

و ل� الل��ه� ص.م س��� ة� ر.ض : أ�ن� ر� ر� ي�� ر� ب�ي ه�� د�ي ث� أ ح�

. د�ي ث� ذ�ب� ال ح��� إ�ن� الظ�ن� أ�ك�� ، ف��� �ي�اك�م و�الظ�ن( : إ ال� ق�ا، و�ال� و ا، و�ال� ت�ن�اج�ش��� و س��� ا، و�ال� ت�ج�س� و س��� و�ال� ت�ح�س�اد� ب��� ا ع� ن�و ا، و�ك�و و ا، و�ال� ت�د�اب�ر� و ا، و�ال� ت�ب�اغ�ض� د�و اس� ت�ح�

ان>ا. و� . كتاب األدب78أخرجه البخارى في: الله� إ�خ

Artinya: “Hadits Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka, sesungguhnya buruk sangka adalah sedusta-dustanya cerita/berita. Janganlah menyelidiki, janganlah memata-matai hal orang lain, janganla tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan saling menghasut, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara.” (Diriwayatkan Imam Bukhori, 78. Kitab Adab)

Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya. Orang yang melakukannya berarti telah berbuat dosa, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an:

. اثم الظن بعض ان الظن من كثيرا اجتنبوا أمنوا الذين أيها ياArtinya: Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka (kecurigaan), Karena sebagian dari prasangka itu dosa. (Q.S. Al-Hujurat: 12)

Buruk sangka dinyatakan Nabi SAW sebagai sedusta-dustanya ucapan. Apalagi kalau berburuk sangka tersebut terhadap masalah aqidah yang harus diyakini apa adanya. Buruk sangka dalam masalah ini adalah haram. Sebaliknya berburuk sangka terhadap masalah-masalah kehidupan agar memiliki semangat untuk menyelidikinya adalah dibelehkan.

2.      Hadits tentang Ghibah

: ال� و!ل� الل���ه� ص.م. ق���� س���# �ن% ر� ة� ر.ض. أ ر� ي���! �ى ه#ر� ب� و�ع�ن! أ

ك� ر# : ذ�ك��! ال� ، ق��� �م# �ع!ل #ه# أ و!ل س��# #و!ا: الل��ه# و�ر� �ة�؟ ق�ال !ب !غ�ي �ال و!ن� ب �د!ر# ت� أ

؟ و!ل# �ق��# ا أ �خ�ي م��� �ان� ف�ي أ �ن! ك !ت� ا �ي أ �ف�ر� !ل� أ ه#، ق�ي !ر� #ك �م�ا ي �خ�اك� ب أه� #ن! ف�ي��! �ك �م! ي �ن! ل ه#، و�ا !ت��� �ب د� اغ!ت �ق#و!ل# ف�ق��� !ه� م�ا ت �ان� ف�ي �ن! ك : ا ق�ال�

�ه#، )رواه مسلم(. �ه�ت �ق#و!ل# ف�ق�د! ب م�ا ت

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tahukah kalian apa ghibah itu? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi bersabda: yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya. Beliau ditanya: Bagaimana pendapat Anda kalau itu memang sebenarnya/apa adanya? Jawab Nabi: Kalau memang sebenarnya begitu itulah yang disebut ghibah. Akan tetapi jika

Page 2: Berburuk sangka

menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya berarti kamu telah menuduhnya dengan kebohongan. (HR. Muslim)

Ghibah adalah menceritakan kejelekan yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak suka meskipun hal itu benar. Sedangkan menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya disebut sebagai kebohongan.

Seseorang yang telah tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya telah berbuat dosa. Sedangkan kejelekan orang yang diceritakannya akan berpindah kepadanya sementara kebaikannya akan berpindah ke orang lain.

Sebenarnya tidak semua ghibah dilarang. Ada ghibah yang diperbolehkan, antara lain:a.       Mengadukan orang yang menganiaya kepada wali hakim.b.      Meminta orang yang dianggap sanggup menasehatinya agar menasehati orang

yang berbuat mungkar.c.       Menasehati agar orang lain jangan tertipu oleh orang yang jahat tersebut, dan

sebagainya.Adapun cara bertaubat bagi orang yang melakukan buhtan adalah sebagai berikut:a.       Menarik kembali kabar bohong yang dia sampaikan dahulu.b.      Meminta maaf atau meminta untuk dihalalkan kepada yang difitnah.c.       Meminta ampun kepada Allah atas perbuatan buhtan, karena buhtan termasuk

dosa besar yang sejajar dengan menyembah berhala. Sebagaimana firman Allah:

فاجتنبوا الرجس من األوثان واجتنبوا قول الزور )الح��اج:30)

Artinya: “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan dusta”. (Q.S. Al-Hajj: 30)

3.      Hadits tentang perilaku boros

�ن% و!ل# الل��ه� ص.م.: إ س��# ال� ر� : ق��� ة� ر.ض. ق�ال� !ر� ي �ى ه#ر� ب� ع�ن! أ

#م! �ك ض�ى ل �ر! P، ف�ي �ثا �ال #م! ث �ك !ر�ه# ل #ك P، و�ي �ثا �ال #م! ث �ك ض�ى ل �ر! �ع�ال�ى ي الله� تل� الل��ه� ب��! �ح� م#و!ا ب �ص��� �ع!ت �ن! ت P، و�ا !ئا ي �ه� ش� #و!ا ب ر�ك #ش! � ت #د#و!ه# و�ال �ع!ب �ن! ت اؤ�ال� Yة# الس�� ر� �ث��! ال� و�ك !ل� و�ق��� #م! ق�ي �ك !ر�ه# ل #ك ق#و!ا، و�ي �ف�ر% � ت P و�ال !عا ج�م�ي

. رواه مسلم. !م�ال� �ض�اع�ة# ال و�ا

Page 3: Berburuk sangka

Berbagai prasangka buruk terhadap orang lain sering kali bersemayam di hati kita.

Sebagian besarnya, tuduhan itu tidak dibangun di atas tanda atau bukti yang cukup.

Sehingga yang terjadi adalah asal tuduh kepada saudaranya.

Buruk sangka kepada orang lain atau yang dalam bahasa Arabnya disebut su`u zhan

mungkin biasa atau bahkan sering hinggap di hati kita. Berbagai prasangka terlintas di

pikiran kita, si A begini, si B begitu, si C demikian, si D demikian dan demikian. Yang

parahnya, terkadang persangkaan kita tiada berdasar dan tidak beralasan. Memang

semata-mata sifat kita suka curiga dan penuh sangka kepada orang lain, lalu kita

membiarkan zhan tersebut bersemayam di dalam hati. Bahkan kita membicarakan serta

menyampaikannya kepada orang lain. Padahal su`u zhan kepada sesama kaum

muslimin tanpa ada alasan/bukti merupakan perkara yang terlarang. Demikian jelas

ayatnya dalam Al-Qur`anil Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

�ع!ض� الظ%ن\ �ن% ب ا م�ن� الظ%ن\ إ Pير �ث��� وا ك �ب��# �ن ت #وا اج! %ذ�ين� آم�ن Yه�ا ال ي� �اأ يaم! �ث إ

“Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian kebanyakan dari persangkaan

(zhan) karena sesungguhnya sebagian dari persangkaan itu merupakan dosa.” (Al-

Hujurat: 12)

Dalam ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan untuk menjauhi

kebanyakan dari prasangka dan tidak mengatakan agar kita menjauhi semua prasangka.

Karena memang prasangka yang dibangun di atas suatu qarinah (tanda-tanda yang

menunjukkan ke arah tersebut) tidaklah terlarang. Hal itu merupakan tabiat manusia.

Bila ia mendapatkan qarinah yang kuat maka timbullah zhannya, apakah zhan yang baik

ataupun yang tidak baik. Yang namanya manusia memang mau tidak mau akan tunduk

menuruti qarinah yang ada. Yang seperti ini tidak apa-apa. Yang terlarang adalah

berprasangka semata-mata tanpa ada qarinah. Inilah zhan yang diperingatkan oleh Nabi

Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dinyatakan oleh beliau sebagai pembicaraan yang

paling dusta. (Syarhu Riyadhis Shalihin, 3/191)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullahu berkata, “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman

melarang hamba-hamba-Nya dari banyak persangkaan, yaitu menuduh dan menganggap

khianat kepada keluarga, kerabat dan orang lain tidak pada tempatnya. Karena sebagian

dari persangkaan itu adalah dosa yang murni, maka jauhilah kebanyakan dari

Page 4: Berburuk sangka

persangkaan tersebut dalam rangka kehati-hatian. Kami meriwayatkan dari Amirul

Mukminin Umar ibnul Khaththab radhiyallahu ‘anhu beliau berkata, ‘Janganlah sekali-

kali engkau berprasangka kecuali kebaikan terhadap satu kata yang keluar dari

saudaramu yang mukmin, jika memang engkau dapati kemungkinan kebaikan pada kata

tersebut’.” (Tafsir Ibnu Katsir, 7/291)

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah menyampaikan sebuah hadits Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi:

� و!ا، و�ال �ح�س%س# � ت ، و�ال !ث� !ح�د�ي !ذ�ب# ال �ك �ن% الظ%ن% أ #م! و�الظ%ن% ف�إ %اك �ي إ� و!ا، و�ال �اغ�ض��# �ب � ت د#و!ا، و�ال �ح�اس��� � ت و!ا، و�ال �اف�س��# �ن � ت و!ا، و�ال �ج�س%س��# تو! �خ��# �م# أ ل !م#س! ، ال #م! ك م�ر�

� �م�ا أ Pا ك �خ!و�ان �اد� الله� إ ب #و!ا ع� #و!ن و!ا، و�ك �ر# �د�اب تا، و�ى ه�ه#ن��� %ق��! ه#، الت ر# �ح!ق��� � ي #ه#، و�ال �خ!ذ#ل � ي �م#ه#، و�ال �ظ!ل � ي �، ال �م ل !م#س! الر\ ر�ئg م�ن� الش��% ب� ام��! �ح�س��! �ل�ى ص�د!ر�ه�- ب !ر# إ ي #ش� �ا -ي %ق!و�ى هه#ن التaام ر� � ح��� �م ل !م#س��! � ع�ل�ى ال �م ل !م#س! #لY ال ، ك �م� ل !م#س! �خ�اه# ال �ح!ق�ر� أ �ن! ي أ� ، و�ال #م! ام�ك �ج!س��� �ل�ى أ ر# إ !ظ��# �ن � ي �ن% الل��ه� ال #ه#، إ ض#ه# و�م�ال د�م#ه# و�ع�ر!

#م! �ك �ع!م�ال #م! و� أ �ك #و!ب �ل�ى ق#ل !ظ#ر# إ �ن �ك�ن! ي ، و�ل #م! �ل�ى ص#و�ر�ك إ

“Hati-hati kalian dari persangkaan yang buruk (zhan) karena zhan itu adalah ucapan

yang paling dusta. Janganlah kalian mendengarkan ucapan orang lain dalam keadaan

mereka tidak suka. Janganlah kalian mencari-cari aurat/cacat/cela orang lain. Jangan

kalian berlomba-lomba untuk menguasai sesuatu. Janganlah kalian saling hasad, saling

benci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara

sebagaimana yang Dia perintahkan. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang

lain, maka janganlah ia menzalimi saudaranya, jangan pula tidak memberikan

pertolongan/bantuan kepada saudaranya dan jangan merendahkannya. Takwa itu di sini,

takwa itu di sini.” Beliau mengisyaratkan (menunjuk) ke arah dadanya. “Cukuplah

seseorang dari kejelekan bila ia merendahkan saudaranya sesama muslim. Setiap muslim

terhadap muslim yang lain, haram darahnya, kehormatan dan hartanya. Sesungguhnya

Allah tidak melihat ke tubuh-tubuh kalian, tidak pula ke rupa kalian akan tetapi ia

melihat ke hati-hati dan amalan kalian.” (HR. �Al-Bukhari no. 6066 dan Muslim no. 6482)

Zhan yang disebutkan dalam hadits di atas dan juga di dalam ayat, kata ulama kita,

adalah tuhmah (tuduhan). Zhan yang diperingatkan dan dilarang adalah tuhmah tanpa

ada sebabnya. Seperti seseorang yang dituduh berbuat fahisyah (zina) atau dituduh

minum khamr padahal tidak tampak darinya tanda-tanda yang mengharuskan

dilemparkannya tuduhan tersebut kepada dirinya. Dengan demikian, bila tidak ada

Page 5: Berburuk sangka

tanda-tanda yang benar dan sebab yang zahir (tampak), maka haram berzhan yang

jelek. Terlebih lagi kepada orang yang keadaannya tertutup dan yang tampak darinya

hanyalah kebaikan/keshalihan. Beda halnya dengan seseorang yang terkenal di

kalangan manusia sebagai orang yang tidak baik, suka terang-terangan berbuat maksiat,

atau melakukan hal-hal yang mendatangkan kecurigaan seperti keluar masuk ke tempat

penjualan khamr, berteman dengan para wanita penghibur yang fajir, suka melihat

perkara yang haram dan sebagainya. Orang yang keadaannya seperti ini tidaklah

terlarang untuk berburuk sangka kepadanya. (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an 16/217, Ruhul

Ma’ani 13/219)

Al-Imam Al-Qurthubi rahimahullahu menyebutkan dari mayoritas ulama dengan

menukilkan dari Al-Mahdawi, bahwa zhan yang buruk terhadap orang yang zahirnya

baik tidak dibolehkan. Sebaliknya, tidak berdosa berzhan yang jelek kepada orang yang

zahirnya jelek. (Al Jami’ li Ahkamil Qur`an, 16/218)

Karenanya, Ibnu Hubairah Al-Wazir Al-Hanbali berkata, “Demi Allah, tidak halal berbaik

sangka kepada orang yang menolak kebenaran, tidak pula kepada orang yang menyelisihi

syariat.” (Al-Adabus Syar’iyyah, 1/70)

Dari hadits:

!ث� !ح�د�ي !ذ�ب# ال �ك �ن% الظ%ن% أ ، ف�إ #م! و�الظ%ن% %اك �ي إ

Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata menjelaskan ucapan Al-Khaththabi tentang

zhan yang dilarang dalam hadits ini, “Zhan yang diharamkan adalah zhan yang terus

menetap pada diri seseorang, terus mendiami hatinya, bukan zhan yang sekadar terbetik

di hati lalu hilang tanpa bersemayam di dalam hati. Karena zhan yang terakhir ini di luar

kemampuan seseorang. Sebagaimana yang telah lewat dalam hadits bahwa Allah

Subhanahu wa Ta’ala memaafkan umat ini dari apa yang terlintas di hatinya selama ia

tidak mengucapkannya atau ia bersengaja1.” (Al-Minhaj, 16/335)

Sufyan rahimahullahu berkata, “Zhan yang mendatangkan dosa adalah bila seseorang

berzhan dan ia membicarakannya. Bila ia diam /menyimpannya dan tidak membicarakan

nya maka ia tidak berdosa.”

Dimungkinkan pula, kata Al-Qadhi ‘Iyadh rahimahullahu, bahwa zhan yang dilarang

adalah zhan yang murni /tidak beralasan, tidak dibangun di atas asas dan tidak didukung

dengan bukti. (Ikmalul Mu’lim bi Fawa`id Muslim, 8/28)

Kepada seorang muslim yang secara zahir baik agamanya serta menjaga

kehormatannya, tidaklah pantas kita berzhan buruk. Bila sampai pada kita berita yang

Page 6: Berburuk sangka

“miring” tentangnya maka tidak ada yang sepantasnya kita lakukan kecuali tetap

berbaik sangka kepadanya. Karena itu, tatkala terjadi peristiwa Ifk di masa Nubuwwah,

di mana orang-orang munafik menyebarkan fitnah berupa berita dusta bahwa istri

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mulia, shalihah, dan thahirah (suci dari

perbuatan nista) Aisyah radhiyallahu ‘anha berzina, wal’iyadzubillah, dengan sahabat

yang mulia Shafwan ibnu Mu’aththal radhiyallahu ‘anhu, Allah Subhanahu wa Ta’ala

mengingatkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar tetap berprasangka baik

dan tidak ikut-ikutan dengan munafikin menyebarkan kedustaan tersebut. Dalam

Tanzil-Nya, Dia Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ه�م! !ف#س��� �ن �أ ات# ب !م#ؤ!م�ن��� ون� و�ال !م#ؤ!م�ن��# #م#وه# ظ�ن% ال م�ع!ت �ذ! س��� � إ و!ال ل���aين� �ف!كa م#ب #وا ه�ذ�ا إ ا و�ق�ال Pر! ي خ�

“Mengapa di waktu kalian mendengar berita bohong tersebut, orang-orang mukmin dan

mukminah tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri dan mengapa mereka tidak

berkata, ‘Ini adalah sebuah berita bohong yang nyata’.” (An-Nur: 12)

Dalam Al-Qur`anul Karim, Allah Subhanahu wa Ta’ala mencela orang-orang Badui yang

takut berperang ketika mereka diajak untuk keluar bersama pasukan mujahidin yang

dipimpin oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Orang-orang Badui ini dihinggapi

dengan zhan yang jelek.

�ا #ون �ه!ل �ا و�أ #ن م!و�ال� �ا أ !ن �ت غ�ل اب� ش� �ع!ر� !أل %ف#ون� م�ن� ا ل !م#خ� �ك� ال �ق#ول# ل ي س�

ل! �ه�م! ق��# وب !س� ف�ي ق#ل��# �ي ا ل �ه�م! م��� �ت ن �ل!س��� �أ #ون� ب �ق#ول �ا ي �ن �غ!ف�ر! ل ت ف�اس!اد� ر�

� و! أ� ا أ qر #م! ض��� �ك اد� ب ر�

� �ن! أ Pا إ !ئ ي #م! م�ن� الل��ه� ش��� �ك ك# ل �م!ل��� ف�م�ن! ي�ن! �ن! ل #م! أ !ت �ن �ل! ظ�ن ا. ب Pير� ب �ع!م�ل#ون� خ� �م�ا ت �ان� الله# ب �ل! ك �ف!عPا ب #م! ن �ك بك� \ن� ذ�ل��� ي دPا و�ز# �ب��� �يه�م! أ ه!ل

� �ل�ى أ ون� إ !م#ؤ!م�ن��# ول# و�ال س��# !ق�ل�ب� الر% �ن يا Pور# #م! ق�و!مPا ب !ت #ن و!ء� و�ك #م! ظ�ن% الس% !ت �ن #م! و�ظ�ن �ك #وب ف�ي ق#ل

“Orang-orang Badui yang tertinggal (tidak turut ke Hudaibiyah) akan mengatakan,

‘Harta dan keluarga kami telah menyibukkan kami, maka mohonkanlah ampunan untuk

kami.’ Mereka mengucapkan dengan lidah mereka apa yang tidak ada di dalam hati

mereka. Katakanlah, “Maka siapakah gerangan yang dapat menghalangi-halangi

kehendak Allah jika Dia menghendaki kemudaratan bagi kalian atau jika Dia

menghendaki manfaat bagi kalian. Bahkan Allah Maha Mengetahui apa yang kalian

kerjakan. Tetapi kalian menyangka bahwa Rasul dan orang-orang yang beriman sekali-

kali tidak akan kembali kepada keluarga mereka selama-lamanya dan setan telah

menjadikan kalian memandang baik dalam hati kalian persangkaan tersebut. Dan kalian

Page 7: Berburuk sangka

telah menyangka dengan sangkaan yang buruk, kalian pun menjadi kaum yang binasa.”

(Al-Fath: 11-12)

Wallahu a’lam bish-shawab.

1) Lafadz hadits yang dimaksud adalah:

و!ا %م��# �ل �ك �ت ����م! ي ه�ا م�ا ل !ف#س� �ن �ه� أ �ت! ب �ي م�ا ح�د�ث #م%ت �ج�او�ز� إل� �ن% الله� ت إ�ه� #و!ا ب �ع!م�ل و! ي

� أ

“Sesungguhnya Allah memaafkan bagi umatku apa yang terlintas di jiwa mereka selama

mereka tidak membicarakan atau melakukannya.” (HR. Bukhari no. 2528 dan Muslim no.

327)

Definisi Su’udzona. Menurut bahasa, as-suu’u artinya:

1. Semua yang buruk atau kebalikan dari yang bagus

2. Semua yang menjadikan manusia takut, baik dari urusan dunia maupun urusan akhirat.

Adz-dzonn menurut bahasa berarti:

1. Ragu. Allah berfirman: “Barangsiapa yang menyangka bahwa Allah sekali-kali tiada menolongnya (Muhammad) di dunia dan akhirat, Maka hendaklah ia merentangkan tali ke langit, Kemudian hendaklah ia melaluinya, Kemudian hendaklah ia pikirkan apakah tipu dayanya itu dapat melenyapkan apa yang menyakitkan hatinya.” (QS 22: 15).

2. Menyangka. Allah berfirman: “(yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.” (QS 33: 10).

3. Tahu yang tidak yakin. Allah berfirman: “..kamu tidak menyangka, bahwa mereka akan keluar dan merekapun yakin, bahwa benteng-benteng mereka dapat mempertahankan mereka dari (siksa) Allah; Maka Allah mendatangkan kepada mereka (hukuman) dari arah yang tidak mereka sangka-sangka..” (QS 59: 2).

4. Yakin. Allah berfirman: “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. dan Sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang

Page 8: Berburuk sangka

khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (QS 2: 45-46)

b. Su’udzon menurut istilah: prasangka yang menjadikan seseorang mensifati orang lain dengan sifat yang tidak disukainya tanpa dalil.

Su’udzon dalam Pandangan Islama. Haram

1. Su’udzon kepada Allah. Allah berfirman: “Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah)” (QS 6: 116)

2. Su’udzon kepada Rasul

3. Su’udzon kepada orang-orang Mukmin yang dikenal dengan kebaikannya. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah berdosa.” (49: 12)

b. Wajib.

1. Wajib su’udzon kepada orang kafir yang terang-terangan dengan kekufurannya dan permusuhannya kepada Allah, Rasulullah dan orang-orang Mukmin yang shaleh. Allah berfirman:

“Bagaimana bisa (ada perjanjian dari sisi Allah dan Rasul-Nya dengan orang-orang musyrikin), padahal jika mereka memperoleh kemenangan terhadap kamu, mereka tidak memelihara hubungan kekerabatan terhadap kamu dan tidak (pula mengindahkan) perjanjian. mereka menyenangkan hatimu dengan mulutnya, sedang hatinya menolak. dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik (Tidak menepati perjanjian).” (QS 9: 8)

2. Su’udzon kepada orang Muslim yang dikenal terang-terangan berbuat maksiat, menghalangi jalan Allah dan tidak komitmen terhadap Islam.

Sebab- Sebab Su’udzon

1. Niatan yang buruk2. Tidak terbiasa dalam menggunakan kaidah yang benar dalam menghukumi

sesuatu. Kaidah tersebut adalah:a. Melihat segala sesuatu dari lahiriyahnya dan membiarkan batiniahnya menjadi

urusan Allah.b. Selalu mendasarkan atas bukti-bukti

Page 9: Berburuk sangka

c. Memastikan kebenaran bukti-bukti tersebutd. Bukti-bukti tersebut tidak saling bertentangan satu dengan yang lainnya.

3. Lingkungan yang buruk akhlaknya4. Mengikuti hawa nafsu5. Terjatuh dalam masalah syubhat6. Tidak memperhatikan adab-adab Islam dalam berkomunikasi. Adab komunikasi

adalah: a) Tidak diperbolehkan berkomunikasi berdua dan lebih baik bertiga b) Pembicaraan hendaknya dalam kebaikan dan ketaatan.

7. Mengabaikan masa kini yang baik dan hanya terpaku pada masa lalu yang buruk.

Cara Mengatasi Su’udzon1. Membangun aqidah yang benar yang berpegang di atas prinsip husnudzon pada Allah, Rasul-Nya dan orang-orang Mukmin.2. Melakukan tarbiyah dalam rangka mengokohkan aqidah dalam diri3. Membiasakan diri untuk komitmen dengan adab-adab Islam di dalam menghukumi segala sesuatu.4. Menjauhkan diri dari masalah-masalah subhat5. Berusaha untuk berada dalam lingkungan yang baik6. Mujahadah dan berusaha untuk mengendalikan hawa nafsu dan syahwat7. Mempersepsikan manusia dengan realitas sekarang dan bukan masa lalunya8. Senantiasa membaca buku-buku sejarah orang-orang yang shalih

BURUK SANGKA, GHIBAH DAN BUHTAN DAN LARANGAN BERBUAT BOROS

A. Buruk Sangka.

Artinya : Dari Abu Hurairah ra. Bahwasanya Raulullah saw, bersabda : “Jauhilah oleh kalian berprasangka, karena sesungguhnya berprasangka merupakan sedusta-dusta pembicaraan.” (HR. Bukhari dan Muslim)[1]                       Buruk sangka atau syu`udzon adalah kebalikan dari baik sangka atau husnu dzon. Buruk sangka merupakan salah satu penyakit jiwa, dan termasuk pula sifat tercela. Orang yang dihinggapi penyakit buruk sangka selalu curiga terhadap orang lain. Jika ada orang lain sedang bercakap-cakap lalu disangka sedang mempercakapkan keadaan dirinya. Jika ada orang yang mendapat keuntungan disangkanya orang itu memperoleh keuntungan dengan cara-cara yang tidak baik. Jika ia melihat teman sekelasnya memperoleh nilai yang baik dalam ulangan atau ujian, dituduh temannya itu menyontek, atau dituduhnya guru itu pilih kasih dalam memberi nilai dan sebagainya. Buruk sangka adalah berbuatan dosa, sebagaimana dalam surat At-taubah : 12

Page 10: Berburuk sangka

Artinya : Allah Ta’ala berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa. (At-Taubah : 12)            Rasulullah juga melarang kita berburuk sangka sebagaimana sabda Nabi yang sudah dituliskan di atas. Sifat buruk sangka membuat orang selalu gelisah, senantiasa diliputi perasaan waswas dan curiga kepada orang lain. Orang yang berburuk sangka biasanya sulit bekerja dengan orang lain, karena semua dianggap salah dan curang. Sebenarnya hal yang demikian itu hanya perasaannya saja, karena ia menganggap orang lain seperti dia yang selalu curiga. Bahkan selanjutnya buruk sangka ini dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.[2]            Dan tidak selayaknya kita menyangka yang tidak-tidak terhadap sesama orang muslim, kecuali jika terungkap suatu bukti yang tidak memerlukan takwil lagi atau ada orang yang dapat dipercaya menyampaikan kabar kepadamu dan hatimu yakin benar terhadap kejujurannya. Sebab jika engkau tidak mempercayai pengabarannya, berarti engkau juga berburuk sangka kepada orang yang mengabarkan kepadamu.            Ketahuilah bahwa buah dari buruk sangka adalah mencari-cari kesalahan. Sebab hati tidak akan merasa puas hanya dengan berburuk sangka, tetapi ia akan mencari kebenarannya, sehingga dia sibuk mencari-cari kesalahan. Hal ini dilarang karena bisa menjurus kepada perbuatan membuka aib orang lain.            Dari beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkan buruk sangka adalah curiga yang berlebihan, menaruh prasangka, dan kurang mempercayai kebenaran atas bukti, fakta dan sebagainya.            Untuk menghindari sifat buruk sangka hendaknya kita membiasakan diri menganggap bahwa semua orang itu pada dasarnya baik. Jika ada orang sedang bercakap-cakap yakinlah bahwa mereka sedang mempercakapkan suatu yang baik. Jika teman kita memperoleh keberuntungan, hendaklah kita turut gembira dan ucapkan selamat kepadanya.

B. Ghibah dan Buhtan            Ghibah artinya mengatakan sesuatu tentang seseorang yang orang itu sendiri tidak senang kalau keadaannya diceritakan atau diketahui orang lain.[3]

Artinya : “Dari Abu Hurairah ra, ia berkata : “Bersabda Rasulullah saw, “Tahukah kamu apa itu ghibah? Mereka (para sahabat menjawab), “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui”. Lalu beliau bersabda : “Kamu mengumpat saudaramu semua tidak kamu sukai”. Kemudia ada seorang dari sahabat yang bertanya : “Pernahkah tuan melihat”? “Bagaimana bila ada pada saudaraku itu memang ada yang tuan katakana itu” ? Jawab beliau : “Jika pada saudaramu itu terdapat sesuatu yang kamu katakana, maka itulah yang disebut “Ghibah”, dan jika tidak ada, maka itu namanya “Buhtan” yaitu dusta”.

    (Hadits dikeluarkan oleh Muslim).[4]

Page 11: Berburuk sangka

            Dari hadits tersebut dapatlah diketahui / dimengerti ghibah (umpat) atau disebut juga mengunjing adalah membuka cela seseorang dihadapan umum, dengan kata lain membongkar rahasia orang dihadapan umum atau masyarakat, apakah itu di lingkungan keluarga, di pasar, di tempat-tempat bekerja, di sekolah dan lain-lain. Dengan catatan yang dikatakan atau yang diceritakan tidak ada pada seseorang tersebut maka itulah yang dikatakan dengan “ghibah”, dan jika yang dikatakan atau yang diceritakan tidak ada pada seseorang tersebut maka itulah yang dikatakan dengan “buhtan”.            Kedua sifat ini sangat berbahaya bagi kehidupan dan ketentraman masyarakat. Ghibah membehayakan ketentraman dan kerukunan hidup bermasyarakat, karena setiap orang tidak mau dipandang cacat atau cela.            Ghibah (umpat) baik yang melakukan sendiri maupun yang mendengarnya sama haram hukumnya. Begitu pula baik dengan kata-kata terang maupun sindiran, dengan isyarat gerakan ataupun yang dimaksud untuk membuka rahasia dan merendahkan kehormatan orang adalah haram juga hukumnya. Karena itu apabila terlibat kebetulan suatu percakapan yang bersifat ghibah hendaklah kita menghindarkannya.            Buhtanpun merupakan perbuatan yang sangat tercela dan paling jahat, sebab buhtan lebih buruk lagi dengan ghibah.            Firman Allah swt :

اهيااي   ذلا ني ا ونم ا ن ءاج مك اف قس ءابنب اونيبتف نا اوبيصتا: ٧ )       تارجحل اموق ( اهجب ةل ىلعوحبصتف ام متلعف دن نيم

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa sesuatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu “.                       Apabila kita didatangi orang dengan membawa kabar bertendensi (bertujuan) membubarkan orang lain, maka kita hendaknya  :1. Tidak mempercayai begitu saja kabar itu.

2. Melarang dia dan menasehati, bahwa pekerjaannya itu tidak baik.

3. Jangan terus memburuk sangka terhadap teman yang diberitakan itu.

4. Jangan meniru perbuatan jahat seperti itu.            Firman Allah dalam surat Al-Hujrat ayat 6 tersebut menjelaskan agar kita teliti lebih dahulu terhadap semua kabar, apalagi buhtan itu akan lebih dekat dengan permusuhan.

C. Larangan Berbuat Boros

Artinya :            “Dari Amr bin Syu’aib dari bapaknya dari kakeknya ia berkata : Rasullah saw, bersabda : “Makanlah, minumlah, berpakaianlah, dan bersedekahlah dengan tidak berlebih-lebihan dan tanpa kesombongan.” (HR.Abu Daud dan Ahmad)            Dari Abi Karimah Al-Miqdad ibni Ma’dikarib ra, ia berkata : Saya mendengar Rasulullah saw bersabda : “Tidak ada bejana yang lebih jelek daripada perut yang diisi dengan beberapa suap makanan yang akan menegakkan tulang rusuknya, karena fungsi

Page 12: Berburuk sangka

perut serpertiga untuk makanan, sepertiga untuk minum dan sepertiga untuk bernafas.”(HR. Al-Turmudzi)

            Dari dua hadits di atas memberi pelajaran kepada kita agar selalu berbuat hemat dalam segala hal, baik dalam hal makanan, minuman maupun berpakaian. Bahkan ketika kita memiliki sesuatu untuk diberikan kepada orang lain maka kita harus tetap bersikap tidak boros. Artinya ketika hendak bersedekah maka kita harus memikirkan sudahkah keperluan anak, istri dan orang yang menjadi tanggungan kita penuhi ? kalau sudah terpenuhi, barulah bersedekah dengan tidak mengganggu ketentraman kehidupan keluarga kita.                        Begitu juga dalam hal makanan dan minuman, umat islam hendaknya dapat mengatur kesehatan fisiknya melalui cara makan dan minum yang benar menurut ajaran islam, cara tersebut adalah dengan tidak mengisi seluruh perut dengan makanan dan minuman.            Sebagaimana firman Allah Q.S Al-Isra` : 26-27

Artinya :26.“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan ; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.”27. “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”

            Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman agar membelanjakan harta (uang) yang mereka miliki untuk hal-hal yang bermanfaat, misalnya untuk membantu keluarga dekat, orang-orang miskin, agar hubungan antara sesama lebih akrab.            Allah juga memperingatkan bahwa orang-orang yang membelanjakan hartanya untuk hal-hal yang tidak berguna (boros) merupakan saudara syetan. Syetan adalah makhluk yang sangat ingkar terhadap karunia yang Allah berikan dan senantiasa menantang segala ketentuan syara` serta mengajak manusia untuk berbuat dosa. Dengan demikian, orang-orang yang tidak dapat memanfaatkan dan membelanjakan harta sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah Allah gariskan, termasuk ke dalam kelompok makhluk yang enggan mensyukuri nikmat dan menentang segala ketentuan yang diundangkan oleh zat pemberi nikmat tersebut.            Dari beberapa uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa boros adalah pemakaian barang atau uang secara berlebih-lebihan, tidak ekonomis, dan berlebih-lebihan, serta menghambur-hamburkan harta secara boros, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan orang lain.

[1] Imam Nawawi. Terjemahan Riyadhus Shalihn, jilid 2, (Jakarta : Pustaka Amani, 1994), hlm. 463

[2] Masan Alfat, dkk. Aqidah Akhlak, (Semarang : PT Karya Toha Putra, 1995), hlm. 176

Page 13: Berburuk sangka

[3] Muklis, dkk. (Bandung : CV. Armico, 1987), hlm. 122[4] Alhafizh Ibn Hajar. Terjemahan Bulugul Maram, (Semarang : CV Toha Putra,

1985), hlm. 766

BAB I PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah          Hadits sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al – Qur’an. Hadits mempunyai fungsi sebagai penguat atas dalil – dalil yang terdapat dalam Al – Qur’an dan atas ayat – ayat yang bersifat mujmal. Hadits mempunyai peranan penting dalam berbagai aspek kahidupan manusia  sebagai   pedoman  dan  petunjuk  hidup   di  samping  berpedoman   pada Al – Qur’an.          Pada makalah ini akan dibahas tentang hadits yang berkaitan dengan “ Tingkah laku tercela, antara lain buruk sangka, ghibah, buhtan, dan larangan berbuat boros “.

B.      Rumusan Masalah          Bardasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini meliputi :1.  Apa yang termasuk dalam tingkah laku tercela ?2.  Menyebutkan hadits tentang tingkah laku tercela !3.  Apa keutamaan mempelajari hadits tentang tingkah laku tercela ?

C.      Tujuan Penulisan          Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Hadits dan diharapkan dapat menambah pengetahuan khusunya yang berkaitan dengan masalah hadits agar ukhuwah islamiyah antar sesama muslim tetap terjaga  serta dapat bermanfaat bagi kita semua.

D.      Metode Penulisan          Metode yang penulis gunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode observasi ke perpustakaan dan mengkaji dari berbagai sumber.

Page 14: Berburuk sangka

iiiBAB II PEMBAHASANTINGKAH LAKU TERCELA

1.    Buruk Sangka       Buruk sangka adalah menyangka seseorang berbuat kejelekan atau menganggap jelek tanpa adanya sebab yang jelas yang memperkuat sangkaannya. Orang yang melakukannya berarti telah berbuat dosa sebagaimana dinyatakan dalam sebuah Hadits Kitab Al-lulu Wal Marjan (اللؤلؤوالمرجان) ke 1660 :

: . � و�ال و!ا، �ج�س%س# ت � و�ال و!ا، �ح�س%س# ت � و�ال !ث� !ح�د�ي ال !ذ�ب# �ك أ الظ%ن% �ن% ف�إ ، و�الظ%ن\ #م! %اك �ي : إ . ق�ال� م ص الله� و!ل� س# ر� �ن% ب�ي  أ� أ !ث# ح�د�ي

. ض ر ة� !ر� ي ه#ر�

: في البخارى أخرجه Pا �خ!و�ان إ الله� �اد� ب ع� #و!ا #و!ن و�ك و!ا، �ر# �د�اب ت � و�ال �اغ�ض#و!ا، �ب ت � و�ال د#و!ا، �ح�اس� ت � و�ال و!ا، �اج�ش# �ن األدب. 78 ت كتاب

Artinya: “ Hadits Abu Hurairah r.a.: Sesungguhnya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kalian dari buruk sangka, sesungguhnya buruk sangka adalah sedusta-dustanya cerita / berita. Janganlah menyelidiki, janganlah memata-matai hal orang lain, janganla tawar-menawar untuk menjerumuskan orang lain, jangan saling menghasut, jangan saling membenci, jangan saling membelakangi, dan jadilah kalian sebagai hamba Allah yang bersaudara “ ( Diriwayatkan oleh Imam Bukhari 78 Kitab Adab ).  Dan dinyatakan juga dalam Al - Qur’an surah Al -  Hujurat Ayat 12 :

اثم الظن بعض ان الظن من كثيرا اجتنبوا أمنوا الذين أيها يا

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka ( kecurigaan ), karena sebagian dari prasangka itu dosa “.

A.   Dampak Negatif dari Sifat Buruk Sangka       Diantara kerugian sifat buruk sangka yaitu :

a.     Mendapatkan ancaman dan siksaan di neraka Jahannam, laknat dan murka Allahb.    Mendapatkan kecelakaan dari allah di dunia dan di akhiratc.     Merasakan kesempitan, ketidaktenangan dalam kehidupan, karena senantiasa tidak

puas dengan takdir Allah.d.    dijauhi oleh orang lain karena akibat perbuatannya sendirie.     Timbunya permusuhan dan kebencian di antara sesama manusia.f.     Terkadang akan menyeret kepada hal yang lebih buruk lagi yakni ghibah, namimah,

dusta untuk tujuan menjatuhkan atau merugikan pihak lain.g.    Putus hubungan, pemboikotan dan kebencianh.         Merupakan indikasi rusaknya niat dan buruknya kondisi batin.i.           Merupakan salah satu perangai orang munafiq.i.           Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji.j.           Mewariskan kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah swt dan di hadapan manusia.

Page 15: Berburuk sangka

k.         Salah satu petunjuk akan lemahnya iman.iv

B.   Cara Menghindari Sifat Buruk SangkaBerbagai cara dalam menghindari sifat buruk sangka diantaranya adalah :a.         Selalu waspada dan hati-hati dalam setiap tindakan dan ucapan agar tidak timbul suatu

masalahb.         Menumbuhkan rasa persamaan dan kasih sayang sesama manusiac.         Mengamalkan ajaran agama dan mendekatkan diri kepada Allah swtd.        Membiasakan diri bersyukur kepada Allah swt dan merasa cukup atas segala pemberian

  Allah.e.         Menjauhi seluruh penyebabnya, seperti mengikuti hawa nafsu, persaingan duniawi

yang tidak bersih dan lain-lainf.          Berhati-hati dalam berbicara, bertindak dan dalam menerima kebenaran informasi.

C.      Kandungan Hadits       Kandungan hadits diatas, menjelaskan bahwa sebagai seorang muslim hendaknya selalu bersikap hati –hati dalam buruk sangka kerena, buruk sangka itu adalah sedusta – dustanya ucapan apalagi kalau buruk sangka tersebut terhadap masalah aqidah yang harus diyakini apa adanya. Buruk sangka dalam hal seperti ini hukumnya haram sebaliknya berburuk sangka terhadap masalah – masalah kehidupan agar memilii semangat untuk menyelidikinya adalah diperbolehkan. Nabi Muhammad saw bersabda :

                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                

_ : الحديث أكذب الظن فإن والظن إياكم قال وسلم عليه الله صلى الله رسول أن عنه، الله رضي هريرة أبى وعن

عليه متفق

“Dari Abu Hurairah ra. bahwasanya Rasulullah SAW. bersabda: Berhati-hatilah kamu dalam berprasangka (dalam hal ini adalah prasangka buruk), karena sesungguhnya prasangka itu adalah sedusta-dustanya ucapan”. HR. Bukhari Muslim.

 Oleh karena itu hendaknya bagi umat islam untuk selalu membiasakan diri berprasangka baik terhadap orang lain demi kemaslahatan umat islam agar tetap harmonis.

D.      Relevansi Hadits Dengan Kondisi Zaman       Dengan kondisi zaman seperti saat ini peran hadits sangatlah penting dan masih sangat relevan untuk digunakan karena hadits merupakan sumber hukum islam yang kedua setelah Al – Qur’an dan dapat dijadikan sebagai panduan pada zaman yang semakin labil dan akan selalu up to date sepanjang zaman, tinggal manusianya sendiri mau melihat dari sudut pandang apa, mana dan bagaimana cara menentukan posisinya dalam hidupnya.

2.    Ghibah dan Buhtan       Ghibah adalah menceritakan kejelekan yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak suka meskipun hal itu benar. Sedangkan Buhtan menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya disebut sebagai kebohongan atau fitnah. Seseorang yang telah

Page 16: Berburuk sangka

tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya telah berbuat dosa. Sedangkan kejelekan orang

ivyang diceritakannya akan berpindah kepadanya sementara kebaikannya akan berpindah ke orang lain. Sebagaimana di riwayatkan dalam sebuah Hadits Kitab Riyadlus Sholihin(رياضالصالحين) ke 1520 :          

  : : !ل� ق�ي ه#، !ر� #ك ي �م�ا ب �خ�اك� أ ك� !ر# ذ�ك ق�ال� ، �ع!ل�م# أ #ه# و!ل س# و�ر� الله# #و!ا ق�ال �ة�؟ !ب !غ�ي �ال ب و!ن� �د!ر# ت� أ .     ص م ق�ال� . �ن% أ ض ر ة� !ر� ي ه#ر� �ى ب

� أ و�ع�ن!

الله و!ل� س# ر�

( : رواه �ه#، �ه�ت ب ف�ق�د! �ق#و!ل# ت م�ا !ه� ف�ي #ن! �ك ي �م! ل �ن! و�ا �ه#، !ت �ب اغ!ت ف�ق�د� �ق#و!ل# ت م�ا !ه� ف�ي �ان� ك �ن! ا ق�ال� ؟ �ق#و!ل# أ م�ا �خ�ي أ ف�ي �ان� ك �ن! ا !ت� �ي أ �ف�ر� أ

مسلم(

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tahukah kalian apa ghibah itu? Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui. Nabi bersabda: yaitu menyebut saudaramu dengan apa yang tidak disukainya. Beliau ditanya: Bagaimana pendapat Anda kalau itu memang sebenarnya/apa adanya? Jawab Nabi: Kalau memang sebenarnya begitu itulah yang disebut ghibah. Akan tetapi jika menyebut apa-apa yang tidak sebenarnya berarti kamu telah menuduhnya dengan kebohongan. (HR. Muslim)      A.   Dampak Negatif dari Sifat Ghibah dan Buhtan       Kerugian sifat ghibah dan buhtan antara lain :

a.     Mendapatkan ancaman dan murka Allahb.    Mendapatkan laknat dari Allah baik  di dunia maupun di akhiratc.                   Akan melahirkan permusuhan dan kebencian di antara manusia.e.                   Merupakan penyebab jatuh dalam akibat yang buruk dan membuka perbuatan keji

serta munkarf.                    Mewariskan kehinaan dan kerendahan di hadapan Allah swt dan di hadapan

manusia.Menjadikan orang lain tidak percaya

h.                   Dapat mengakibatkan berbagai macam tindakan kriminal yang dilatar belakangi oleh dendam

i.                     Retaknya ukhuwah islamiyah diantara sesama muslimj.           Kebencian terselubung yang dikhawatirkan akan bertambah menjadi bentuk bermusuhan  

       yang nyata

k.         Sifat hasad ( dengki ) yang menggerogoti hati seseorang sehingga ingin merenut kedudukan saudaranya

dalam pandangan manusia

l.           Adanya sifat fasad dan gairah dalam melakukan dosa dan kernunkaran.

B.   Cara Menghindari  Sifat Ghibah dan BuhtanBerbagai cara yang dapat dilakukan seseorang untuk menghindari ghibah dan buhtan antara lain :

a.     Jangan mudah percaya terhadap berita yang kita dengar sebelum diteliti terlebih dahulu kebenarannya sehingga tidak menyesal bila berita itu membawa akibat buruk.

b.                   Kita tinggalkan berita yang kita dengar bila tidak berkepentingan.c.                   Memperbanyak meneliti keburukan diri sediri.

Page 17: Berburuk sangka

d.                  Membiasakan lidah berdzikir dan menanamkan pengertian bahwa menggunjing itu adalah dosa karena itu sangat dilarang oleh agama Islam.

ive.                   Meningkatkan ketaqwaan dengan mendekatkan diri kapada Allah, misalnya sering bertilawah dan

berzikir agar hati menjadi lunak dan jiwa menjadi tenang.

f.                    Berfikir sebelum memulai pembicaraan, agar yang keluar dari mulut adalah perkataan yang baik-

baik saja, dan mengingat bahwa semua yang kita bicarakan dan kerjakan akan dicatat oleh malaikat Raqib

dan Atid.

g.                   Tabayun sebelum menyampaikan berita, supaya ukhuwah tetap terjaga dan tidak terjadi hal-hal

yang tidak diinginkan.

h.                   Mengingatkan orang lain ketika ia menceritakan saudaranya, agar ia tidak terjatuh kedalam lembah

yang bernama ghibah.C.   Kandungan Hadits       Hadits diatas, menjelaskan bahwa ghibah adalah menceritakan kejelekan orang yang apabila orang tersebut mendengarnya ia tidak akan suka meskipun hal itu benar, sedangkan buhtan adalah menceritakan sesuatu yang tidak sebenarnya terjadi dan merupakan suatu kebonhongan belaka.  Ghibah dan buhtan merupakan perbuatan yang dilarang dalam islam dan pelakunya akan di azab oleh Allah swt selain itu, ghubah juga dapat memicu permusuhan dan pertengkaran diantara sesama muslim orang yang melakukannya bagaikan memakan daging bangkai saudaranya. Oleh karena itu hendaklah bagi umat islam untuk menjaga perkataanya agar tidak tergelincir untuk menceritakan kejelekan orang lain sehingga tidak terjerumus kedalam perbuatan ghibah. Seseorang yang telah tergelincir lisannya dengan menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya ia telah berbuat dosa. Selain itu, apabila orang yang diceritakan tersebut mendengar bahwa kejelekannya diceritakan tentu ia akan marah dan akan menimbulkan permusuhan. Oleh karena itu, setiap orang islam harus berusaha untuk tidak menceritakan kejelekan orang lain atau lebih baik diam itu akan menyelamatkannya di dunia dan di akhirat.Sebenarnya tidak semua ghibah dilarang. Ada ghibah yang diperbolehkan, antara lain:

1.              Mengadukan orang yang menganiaya kepada wali hakim.2.              Meminta orang yang dianggap sanggup menasehatinya agar menasehati orang

yang berbuat mungkar3.              Menasehati agar orang lain jangan tertipu oleh orang yang jahat tersebut, dan

sebagainya.Adapun cara bertaubat bagi orang yang melakukan buhtan adalah sebagai berikut :

 1.  Menarik kembali kabar bohong yang dia sampaikan dahulu.2.              Meminta maaf atau meminta untuk dihalalkan kepada yang di fitnah.3.              Meminta ampun kepada Allah atas perbuatan buhtan, karena buhtan termasuk

dosa yang sejajar dengan menyembah berhala. Sebagaimana firman Allah swt:

الحاج ) الزور قول واجتنبوا األوثان من الرجس فاجتنبوا

Artinya: “Maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu, dan jauhilah perkataan dusta” (Q. S. Al - Hajj : 30)

Page 18: Berburuk sangka

ivD.   Relevansi Hadits Dengan Kondisi Zaman       Di zaman yang semakin maju ini, manusia sudah tidak begitu memperhatikan hak-haksaudaranya. Media massa dengan sangat percaya diri dan bangga menguak sisi negatif seseorang cuma bertujuan mengeruk materi tanpa memperhatikan etika dan adab dalam pergaulan yang telah diajarkan oleh agama bahwa sesunggunnya  diantara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya hendaknya saling mengeratkan satu dengan yang lainnya.

3.    Larangan Berbuat Boros       Boros adalah menggunakan atau membelanjakan harta kepada sesuatu hal yang tidak perlu, atau di sebut juga tabzir. Perbuatan boros dapat merugikan diri sendiri juga orang lain. Allah melarang manusia untuk tidak boros, karena hal tersebut kufur nikmat. Selain itu, Allah juga  menganggap orang-orang yang berbuat boros tersebut adalah  temannya syaitan, seperti diriwayatkan dalam Hadits ke 1778 Kitab Riyadlus Sholihin ((رياضالصالحين

:. . : . . #م! �ك ل !ر�ه# #ك و�ي ،P �ثا �ال ث #م! �ك ل ض�ى �ر! ي �ع�ال�ى ت الله� �ن% إ م ص الله� و!ل# س# ر� ق�ال� ق�ال� ض ر ة� !ر� ي ه#ر� �ى ب� أ ع�ن!

ق#و!ا، �ف�ر% ت � و�ال P !عا ج�م�ي الله� !ل� ب �ح� ب �ص�م#و!ا �ع!ت ت �ن! و�ا ،P !ئا ي ش� �ه� ب #و!ا ر�ك #ش! ت � و�ال #د#و!ه# �ع!ب ت �ن! ا #م! �ك ل ض�ى �ر! ف�ي ،P �ثا �ال ث . مسلم رواه !م�ال� ال �ض�اع�ة# و�ا ؤ�ال� Yالس ة# !ر� �ث و�ك و�ق�ال� !ل� ق�ي #م! �ك ل !ر�ه# #ك (.و�ي

Artinya : Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah saw bersabda “ Sesungguhnya Allah itu ridha untukmu semua akan tiga perkara dan benci untukmu semua akan tiga perkara pula. Allah ridha untukmu semua jikalau engkau semua menyembah-Nya dan tidak menyekutukan sesuatu dengan-Nya dan jikalu engkau semua berpegang teguh dengan agama Allah dengan bersama – sama penuh rasa persatuan – dan engkau semua tidak bercerai – berai. Allah benci untukmu semua akan qif dan qal dikatakan dari sini mengatakan kesana yakni uraian yang tidak ada kepastian benarnya juga banyaknya pertannyaan serta menyia – nyiakan harta “ diriwayatkan oleh Imam Muslim.Hadits ke 340 Kitab Riyadlus Shalihin :

أبو :"   عيسى،  من على تكون أن الله سمح ال قائال النبي، من المغيرة آل شيبه رع ابنبين   استعداد وليس منع عن فضال األمهات، القيام   لجميع مطلوب هو ما من   ما، وطلب به،

على   وزرع  له  ليس .   بنات الله الحياة :   قيد و معين، رجل يقول وأي قلعة كل عبارة قال يكرهإعادة  لر وال يقين، هناك ليس ولكن معين، للما   جل ومضيعة المسألة هذه شيء  إنتاج على تنفق

مناسب غير ) عليه) متفق آالئه

Artiya : “ Dari Abu Isa, yaitu al-Mughirah bin Syu'bah r.a. dari Nabi s.a.w., sabdanya: "Sesungguhnya Allah mengharamkan kepadamu semua akan berani kepada para ibu, juga mencegah -tidak melaksanakan- apa-apa yang wajib atas dirinya, meminta yang bukan miliknya serta menanam anak-anak perempuan hidup-hidup. Allah membenci kepada kata-kata qil wa qal -yakni-: katanya dari si Anu, ujarnya dari si Anu, tetapi tidak ada kepastiannya, juga memperbanyak pertanyaan serta menyia-nyiakan harta dibelanjakan kepada sesuatu yang bukan semestinya." (Muttafaq 'alaih)

Page 19: Berburuk sangka

A.   Dampak Negatif dari Sifat Borosa.     Uang yang dimiliki cepat habis karena biaya hidup yang tinggiiv

b.    Menjadi budak hobi (nafsu) yang bisa menghalalkan uang haram

c.     Malas membantu yang membutuhkan & beramal shaleh

d.    Selalu sibuk mencari harta untuk memenuhi kebutuhan

e.     Menimbulkan sifat kikir, iri, dengki, suka pamer, dsb

f.     Anggota keluarga terbiasa hidup mewah tidak mau jadi orang sederhana

g.    Akan ditempatkan ke dalam neraka

h.    Lebih mementingkan urusan harta daripada urusan muamalah

i.     Sumber daya alam yang ada menjadi habis

j.     Tidak punya tabungan untuk saat krisis

k.    Termasuk ke dalam golongan orang – orang yang kufur terhadap nikmat allah       l.     Mendapatkan ancaman dan siksaan dari Allah swt

B.   Cara Menghindari Sifat Boros       Cara yang dapat dilakukan untuk menghindari sifat boros, antara lain :a. Membelanjakan uang sesuai dengan kebutuhan

b.  Memperbanyak bersedekah dan membantu orang yang tidak mampu seperti fakir miskin

c.  Meningkatkan ketaqwaan dengan memperbanyak dzikir serta membaca Al – Qur’an dan Hadits sehingga

dapat mengetahui bahwa dalam Al – Qur’an dan Hadits sifat berburuk sangka sangat diharamkan dalam

islam.

d.  Membiasakan diri hidup sederhana sehingga merasa tentram hati dan jiwanya

e.  Lebih mendekatkan diri kepada Allah swt serta memperbanyak iktikaf

f.  Selalu melihat kondisi ekonomi orang lain sehingga dapat menimbulkan sikap hati – hati dalam

mebelajakan uang agar tidak terjerumus ke dalam lembah kesengsaraan

C.   Kandungan Hadits       Hadits ini mengandung enam hal yakni, tiga hal yang disukai oleh Allah dan tiga hal yang

dibenci Allah, yaitu :a.         Allah menyukai apabila hamba-Nya menyembah kepada-Nya dan tidak menyekutukan -

   Nya dengan suatu apapunb.                   Allah menyukai apabila hamba-Nya berpegang teguh dengan ikatan Allah

c.         Allah menyukai apabila hamba-Nya tidak bercerai – beraid.        Allah membenci hamba-Nya yang banyak bertanya sesuatu yang tidak berguna

e.         Allah membenci hambanya yang memboroskan hartaSelain sifat kikir islam sangat tidak suka dengan orang yang memboroskan uangnya dan bersikap sombong terhadap hal – hal yang tidak berguna.  Allah swt berfirman :

_ المسرفين يحب ال إنه تسرفوا، وال واشربوا وكلوا مسجد كل عند زينتكم خذوا آدم يبنىاألعراف

Artinya : “ Jadi; tidaklah Allah SWT. melarang sesuatu kecuali karena hal tersebut membahayakan, dan tidaklah sekali-kali Allah SWT. menganjurkan suatu hal melainkan didalamnya terkandung manfa`at “.

Page 20: Berburuk sangka

iv       Islam menghendaki agar umatnya mempunyai sifat hemat dan sederhana tetapi tidak jatuh pada derajat kikir yang tidak mau mengeluarkan hartanya untuk kepentingan dirinya maupun orang lain. Begitu, juga sifat pemurah juga tidak boleh berlebihan sehingga menelantarkan dirinya dan keluarganya. Pengeluaran uang terhadap hal – hal yang tidak perlu dinamakan pemborosan sehingga dapat merugikan dirinya dan keluarganya. Memang benar kalau ada yang mengatakan bahwa sifat manusia adalah ingin selalu memiliki walaupun belum tentu apakah ia membutuhkannya. Perbuatan boros sebenarnya ridak hanya dilakukan oleh orang – orang yang mempunyai kelebihan uang, akan tetapi juga terjadi pada mereka yang hidupnya pas – pasan bahkan, tidak sedikit dari mereka yang memboroskan uangnya untuk hal – hal yang diharamkan oleh agama seperti membeli obat – obatan terlarang dan minuman keras atau yang lainnya yang jauh dari tuntunan agama islam alangkah baiknya apabila uang itu diberikan kepada fakir miskin yang betul – betul membutuhkan.Nabi Muhammad saw bersabda:

  _ احمد رواه مخيلة وال إسراف غير فى وتصدق والبس واشرب كل

“Makan, minum, berpakaian dan bersedekahlah kalian tanpa berlebih-lebihan dan kesombongan”.

D.   Relevansi Hadits Dengan Kondisi Zaman       Syarat melakukan penilaian terhadap seseorang itu bervariasi dengan latar belakang pendidikan, sosio cultural dan sudut pandang yang beragam. Di era yang semakin kacau ini kadangkala banyak manusia yang justru menghambur – hamburkan uang untuk hal – hal yang tidak perlu, yang sejatinya masih banyak orang yang membutukan. Oleh karena, itu sebagai orang yang beriman dan memiliki jiwa social yang lebih dibanding dengan makluk lain sudah sewajibnya kita membantu meringankan beban orang yang kesusahan apalagi sesama umat islam seperti apa yang tekandung dalam Al – Qur’an dan Hadits.  Dari penjelasan tersebut maka peran hadits sangatlah penting dan masing relevan untuk digunakan pada zaman global seperti saat ini.

BAB III 

PENUTUP

       Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah

ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunan makalah ini, kerena

terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul

makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman

pada umumnya.

A.      KESIMPULAN       Dari berbagai hadits yang telah kami kemukakan, maka kami dapat menyimpulkan bahwasannya ajaran Islam  mengajarkan kepada kita untuk tidak berburuk sangka dan menggunjing, memfitnah orang lain serta larangan berbuat boros. Hendaklah kita

Page 21: Berburuk sangka

berprasangka yang baik terhadap orang lain dan pergunakanlah harta yang kita miliki dengan sebaik – baiknya agar kita dapat hidup dengan tentram dan mendapat ridha dari Allah swt sejak di dunia sampai kelak di akhirat.

B.   SARAN – SARAN

       Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis

banyak berharap kepada para pembaca yang budiman berkenan kiranya memberikan kritik dan saran

yang membangun kepada penulis. Hal itu akan menjadikan pertimbangan dalam perbaikan makalah in di

kesempatan – kesempatan berikutnya. Terima kasih.

C.      DAFTAR PUSTAKA1.    Drs. Asmaran AS. MA.” Pengantar Study Ahlaq “ Rajawali Pers, Jakarta, 1992.2.    Imam Ghazali. “ Bahaya Lidah “ Bumi Aksara, Jakarta, 1990.3.    Hasan Ayyub “ Etika Islam “ Trigenda Karya, Bandung, 1994.

4.    Salim Banreisy, “ Tarjamah Hadits Al-lulu Wal Marjan “  Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2003.5.    Drs. Anwar Mas’ari, MA. “  Ahlaq al-Qur’an “ PT. Bina Ilmu, Surabaya, 1990.

6.    Sunarto Ahmad 1999 “ Terjemahan Riyadhus Shalihin I “ Pustaka Amani, Jakarta