bibir sumbing
DESCRIPTION
bibir sumbingblok 13TRANSCRIPT
![Page 1: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/1.jpg)
Labio-gnato-palatoschizis
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Alamat Korespondensi:
Arjuna Utara no. 6
Jakarta 11510
Pendahuluan
Celah pada bibir, alveolus dan palatum lunak (molle) dan palatum keras (durum) adalah kelainan
kongenital paling sering pada struktur orofasial. Mereka seringnya muncul sebagai deformitas
terpisah namun dapat dihubungkan dengan kondisi medis lainnya, khususnya penyakit jantung
kongenital. Kelainan ini juga sebagai temuan yang dihubungkan pada > 300 sindroma yang
diketahui.
Semua anak yang lahir dengan celah bibir dan palatum membutuhkan penilaian pediatrik untuk
mengesampingkan kelainan kongenital lainnya. Pada keadaan khusus, konseling genetik harus
dicari jika diduga terdapat sebuah sindroma.
Anamnesis
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Umur : 3 Hari
Keluhan : Bibir sumbing pada bagian bibir atas kiri, rahang kiri, dan langit-langit.
Demikian juga pada bagian kanan.
1
![Page 2: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/2.jpg)
Working Diagnosis
Celah bibir adalah salah satu yang paling umum dari kelainan bawaan. Kondisi ini karena
migrasi mesenchymal cukup selama pembentukan langit-langit primer di keempat melalui
minggu ketujuh kehidupan intrauterin. Hal ini mengakibatkan pengrusakan dan distorsi dari bibir
atas dan hidung. 2
Celah bibir dapat berhubungan dengan sindrom yang mencakup anomali yang melibatkan
beberapa organ. Pasien mungkin memiliki gangguan pertumbuhan wajah, anomali gigi, dan
gangguan bicara (jika langit-langit hadir), dan mereka mungkin mengalami kesulitan psikososial
terlambat. 3
Celah bibir dapat mempengaruhi satu atau kedua sisi bibir atas. Celah bibir dan celah palatum
seringnya muncul sebagai defek lahir tersendiri, namun celah bibir dan celah palatum juga
dihubungkan dengan banyak kondisi genetik.
Gambar 1. Perbedaan antara keadaan normal, cleft lip, dan cleft palate1
2
![Page 3: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/3.jpg)
Pemeriksaan
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Palpasi
Pemeriksaan Penunjang
Rontgen
Beberapa celah orofasial dapat terdiagnosa dengan USG prenatal, namun tidak terdapat
skrining sistemik untuk celah orofasial. Diagnosa antenatal untuk celah bibir, baik
unilateral maupun bilateral, memungkinkan dengan USG pada usia gestasi 18 minggu.
Celah palatum tersendiri tidak dapat didiagnosa pada pemeriksaan USG antenatal. Ketika
diagnosa antenatal dipastikan, rujukan kepada ahli bedah plastik tepat untuk konseling
dalam usaha menghilangkan ketakutan.
Setelah lahir, tes genetik mungkin membantu menentukan perawatan terbaik untuk
seorang anak, khususnya jika celah tersebut dihubungkan dengan kondisi genetik.
Pemeriksaan genetik juga memberi informasi pada orangtua tentang resiko mereka untuk
mendapat anak lain dengan celah bibir atau celah palatum.
Epidemiologi
Terdapat sekitar 1:600 kelahiran yang menyebabkan bibir sumbing. Dan sekitar 1:1000 kelahiran
terkena insiden celah palatum. Dan bibir sumbing cenderung lebih lazim kepada laki-laki.
Kemungkinan terkena dikarenakan sang ibu yang terpajan obat, kompleks sindrom-malformasi,
ataupun genetik. Terjadinya dapat secara sporadis; insiden tertinggi kelainan ini terdapat pada
orang Asia dan terendah pada orang kulit hitam. Penemuan ini sebagian terjelaskan oleh adanya
kenaikan insidens gangguan pendengaran konduktif pada anak yang menderita celah palatum,
sebagian disebabkan karena infeksi berulang pada telinga tengah, juga oleh frekuensi cacat celah
pada anak-anak yang mempunyai kelainan kromosom. 4
3
![Page 4: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/4.jpg)
Bagi orang tua dengan bibir sumbing dan langit-langit mulut atau untuk anak dengan celah bibir
dan langit-langit, resiko memiliki anak yang terkena dampak berikutnya adalah 4%. Risiko
meningkat sampai 9% dengan 2 anak sebelumnya terpengaruh. Secara umum, risiko peningkatan
saudara kandung berikutnya dengan keparahan dari celah tersebut.
Etiologi
Penggunaan fenitoin selama kehamilan dikaitkan dengan peningkatan 10 kali lipat pada kejadian
bibir sumbing. Kejadian bibir sumbing pada bayi lahir dari ibu yang merokok selama kehamilan
adalah dua kali lipat dari yang lahir dari ibu tidak merokok. celah sindromik adalah mereka yang
terkait dengan kelainan di daerah perkembangan lain, dengan frekuensi dilaporkan berkisar
antara 5-14%.
Sindrom paling umum dikenal terkait dengan celah dari bibir dan langit-langit adalah Van der
Woude sindrom. Sindrom ini merupakan gangguan dominan autosomal ditandai dengan celah
bibir dan / atau sinus langit-langit dan buta, atau lubang dari bibir bawah. Celah langit-langit
sekunder saja jauh lebih mungkin untuk dihubungkan dengan sindrom daripada celah melibatkan
bibir saja atau bibir dan langit-langit. Kebanyakan kasus celah bibir yang nonsyndromic dan
diyakini baik multifaktorial di asal atau hasil dari perubahan pada lokus tunggal gen utama. 4
Patofisiologi
Pengembangan bibir atas ditandai oleh perpaduan dari tonjolan rahang atas dengan tonjolan nasal
lateral dan medial. Proses ini dimulai pada minggu keempat kehamilan dan selesai pada minggu
ketujuh. Kegagalan migrasi mesenchymal untuk bersatu salah satu atau kedua tonjolan rahang
atas dengan hasil tonjolan medial hidung dalam celah unilateral atau bilateral dari bibir masing-
masing. 5
4
![Page 5: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/5.jpg)
Klasifikasi
Tidak ada skema klasifikasi diterima secara universal ada untuk celah dari bibir dan langit-langit.
Celah dikategorikan menjadi 4 kelas, sebagai berikut:
1. Celah dari palatum molle.
2. Celah palatum molle dan durum
3. Celah bibir unilateral dan langit-langit
4. Celah bibir bilateral dan langit-langit
Pada celah bibir unilateral, cincin otot nasolabial dan bilabial terganggu pada satu sisi,
menghasilkan deformitas asimetris yang melibatkan kartilago nasi eksternal, septum nasi dan
maksila anterior (premaksila). Deformitas ini mempengaruhi jaringan mukokutan, menyebabkan
perpindahan kulit hidung kedalam bibir dan retraksi kulit labia, juga perubahan ke merah terang
dan mukosa bibir. Semua perubahan ini harus diperhatikan dalam perencanaan perbaikan bedah
pada celah bibir unilateral.
Pada celah bibir bilateral, deformitasnya lebih dalam namun simetris. Kedua cincin otot superior
terganggu pada kedua sisinya, menghasilkan hidung yang mengembang (akibat kurangnya
kontinuitas otot nasolabial), penonjolan premaksila dan area kulit di depan premaksila, dikenal
sebagai prolabium, ketiadaan otot. Sebagaimana celah bibir unilateral, deformitas otot, kartilago
dan skeletal mempengaruhi jaringan mukokutan, yang harus dihargai dalam perencanaan
perbaikan celah bibir bilateral.
Skema klasifikasi ini tidak menyediakan cara untuk mengklasifikasikan celah bibir saja dan
mengabaikan celah tidak lengkap. The Kernahan stripped–Y classification memungkinkan
deskripsi bibir, alveolus, dan langit-langit. Dalam klasifikasi ini, foramen tajam mendefinisikan
batas antara celah langit-langit primer (bibir dan premaxilla) dan orang-orang dari langit-langit
sekunder.
5
![Page 6: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/6.jpg)
Penatalaksanaan
Medicamentosa
Penanganan bibir sumbing dan langitan merupakan suatu seri pengobatan / penatalaksanaan
jangka panjang; yang terdiri dari beberapa tahap.6
1. Penutupan Celah
1.1 Penutupan Celah Bibir
Dikerjakan berdasarkan kriteria rule of ten. Bila memungkinkan (pasien datang sedini mungkin)
dilakukan preliminary treatment, berupa tindakan non bedah yang bertujuan mengendalikan
pertumbuhan premaksila, mendekatkan celah bibir; agar memperoleh hasil yang baik.
Beberapa metoda dapat dikerjakan, antara lain teknik :6
1. Straight line closure (de la faye, Veau, Vaughan, dsb).
2. Triangular flap (Thompson, Barsky, Blair, Le Mesurier, Cronin, dsb).
3. Quadrilateral flap (Bauer, Tennison, dsb).
Teknik penutupan celah ini dikerjakan dalam dua kesempatan (Randall’s lip adhesion, Millard)
maupun satu tahap (Manchester).
1.2 Penutupan Celah Langitan
Diharapkan langitan sudah tertutup pada usia anak mulai bisa berbicara, yaitu usia kurang lebih 2
tahun. Metode yang dikerjakan antara lain teknik mucoperiosteal flap (von Langenbeck, Wardill,
dsb), aplikasi z-plasty (Furlow, Cronin, dsb), dsb.6
1.3 Penutupan Celah Gusi
Dikerjakan bila gigi geligi permanen sudah tumbuh, kurang lebih 8-9 tahun. Alasannya, tindakan
operasi yang dilakukan sebelum gigi permanen ini tumbuh akan mempengaruhi pertumbuhan
tulang. Celah yang ada diisi bone graft dengan donor berasal dari os iliaka.
6
![Page 7: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/7.jpg)
2. Penanganan Sekunder / Secondary Repair
Perbaikan yang diperlukan sangat tergantung pada penatalaksanaan awal, terutama labioplasti.
Teknik / metoda yang diterapkan dalam penutupan celah bibir yang baik, selain berorientasi pada
simetrisitas dan patokan-patokan anatomik bibir; juga memperhitungkan koreksi kelainan yang
sering dijumpai bersamaan, misalnya hidung, baik pada saat bersamaan dengan labioplasti
maupun pada kesempatan yang direncanakan kemudian (mempersiapkan jaringan dan
menghindari parut yang tidak menguntungkan). Masalah umum yang dijumpai pada sumbing
bibir dan langitan bilateral antara lain adalah kolumela yang pendek, konfigurasi nasal tip yang
tidak harmonis, problem gigi dan maksila; dan parut operasi sebelumnya.6
2.1 Perbaikan Konfigurasi Anatomik Bibir
Termasuk perbaikan parut dan pembentukan tuberkulum labii superior, cupid’s bow, filtrum
dengan philtral ridge-nya. Penggunaan flap lokal, dalam hal ini termasuk lip switch surgery
(misal Abbe flap) setelah proses maturasi jaringan pasca bedah sebelumnya, atau pada
kesempatan tindakan operasi berikutnya.6
2.2 Penanganan Hidung
Tindakan koreksi diperlukan untuk memperbaiki bentuk hidung. Kelainan bentuk dan letak dari
kartilago alae dan kolumela yang pendek pada sumbing bibir bilateral merupakan masalah
utama. Tindakan koreksi pada kelainan ini dikerjakan pada rentang waktu antara usia 6 bulan
sampai dengan usia 6 tahun; sedangkan koreksi nasal tip dan nasal vault correction sebagai
tindakan koreksi hidung, dikerjakan pada usia 15-16 tahun.6
2.3 Penanganan Gigi
Penanganan gigi merupakan problematik yang tidak terlepas dari penatalaksanaan sumbing
bibir dan langitan; dan tidak kalah sulitnya dengan tindakan operasinya sendiri. Pengaturan
lengkung dan arah pertumbuhan gigi-geligi (ortodonsi) maupun penatalaksanaan maksila yang
hipoplastik (ortognati) merupakan seri pengobatan sendiri yang membutuhkan waktu yang relatif
cukup lama.6
7
![Page 8: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/8.jpg)
Sampai saat ini dianut penanganan gigi geligi diserahkan pada ortodontis selesai beberapa seri
operasi, atau bila pasien yang bersangkutan cukup awas pada kebutuhannya. Sebenarnya
penatalaksanaan awal secara terpadu jelas lebih menguntungkan bagi pasien.6
2.4 Penanganan Hipoplasi Maksila
1. Tindakan operatif
Tergantung berat ringannya kondisi hipoplastik, berbagai metoda osteotomi rahang atas dapat
dilakukan (osteotomi LeFort, Wasmund) yang kadang-kadang perlu dikombinasi dengan
osteotomi rahang bawah (Obwegesser, dsb).6
2. Tindakan non operatif
Penggunaan maxillary expansion. Ada 2 metoda, yaitu rapid expansion dan non rapid expansion.
Dikerjakan bersamaan dengan tindakan ortodontik.6
2.5 Penanganan Problem Bicara
Gangguan bicara, berupa SUARA SENGAU dijumpai pada celah langitan; dimana terdapat
hubungan antara rongga mulut dan rongga hidung. Otot-otot palatum dan faring (m.tensor
vellipalatini dan levator vellipalatini; m.monstriktor faringeus) tidak tumbuh dan berkembang
sempurna (hipoplastik) dan tidak terkoordinasi baik akibat adanya celah. Tindakan rekonstruksi
awal (sebelum usia 2 tahun) mengupayakan ‘pengembalian anatomik’ otot-otot ini, sehingga
fungsinya diharapkan dapat normal dan suara sengau terkoreksi.6
Upaya lain yang secara nyata mempengaruhi keberhasilan tindakan ini adalah usaha pasien
mengucapkan kata-kata dengan baik dan benar; dan ini dapat dilakukan apabila tingkat
kecerdasan (nilai intelligence quotient / IQ) anak normal, sentra bicara pasien terbiasa (memiliki
memori) mendengarkan kata-kata yang baik dan benar. Kondisi ini hanya dapat diperoleh bila
sejak awal (beberapa saat sejak kelahiran) orang tua pasien membiasakan mengucapkan kata-
kata yang baik dan benar di telinga anaknya / pasien (pendidikan non formal). Bila upaya non
formal belum berhasil memberikan perbaikan, seringkali diperlukan pendidikan formal berupa
terapi wicara (speech therapy).
8
![Page 9: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/9.jpg)
Bila usaha-usaha ini telah dikerjakan, namun tidak juga memberikan hasil, pada penilaian adanya
nasal escape merupakan indikasi tindakan faringoplasti.8
Tabel berikut ini memberikan urutan intervensi kunci untuk perawatan berdasarkan usia.7
Usia Intervensi
Prenatal Rujukan kepada tim yang menangani celah bibir dan palatum
Diagnosis dan konseling genetik
Memperlihatkan masalah psikososial
Mempersiapkan instruksi pemberian makan
Membuat rencana pemberian makan
Lahir – 1 bulan Rujukan kepada tim yang menangani celah bibir dan palatum
Diagnosis dan konseling genetik
Memperlihatkan masalah psikososial
Sediakan instruksi pemberian makan dan periksa pertumbuhan
1 – 4 bulan Periksa pemberian makan dan pertumbuhan
Perbaikan celah bibir
Periksa telinga dan pendengaran
5 – 15 bulan Periksa pemberian makan, pertumbuhan dan perkembangan
Periksa telinga dan pendengaran; pertimbangkan tabung telinga
Perbaikan celah palatum
Sediakan instruksi kebersihan oral
16 – 24 bulan Nilai telinga dan pendengaran
9
![Page 10: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/10.jpg)
Nilai bicara dan bahasa
Periksa perkembangan
2 – 5 tahun Nilai bicara dan bahasa; tangani insufisiensi velofaringeal
Periksa telinga dan pendengaran
Pertimbangkan perbaikan bibir/hidung sebelum mulai sekolah
Nilai perkembangan dan penyesuaian psikososial
6 – 11 tahun Nilai bicara dan bahasa; tangani insufisiensi velofaringeal
Intervensi ortodonti
Cangkok tulang alveolar
Nilai sekolah/penyesuaian psikososial
12 – 21 tahun Pembedahan rahang, rinoplasti jika dibutuhkan
Alat ortodonti, implan jika dibutuhkan
Konseling genetik
Nilai sekolah/penyesuaian psikososial
10
![Page 11: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/11.jpg)
Tabel perencanaan prosedur pembedahan celah bibir dan palatum.7
Celah bibir saja (cleft lip alone)
Unilateral (satu sisi) Satu kali operasi pada usia 5 – 6 bulan
Bilateral (dua sisi) Satu kali operasi pada usia 4 – 5 bulan
Celah palatum saja (cleft palate alone)
Palatum molle saja Satu kali operasi pada usia 6 bulan
Palatum durum dan molle Dua kali operasi
- Palatum molle pada usia 6 bulan
- Palatum durum pada usia 15 – 18 bulan
Celah bibir dan palatum (cleft lip and palate)
Unilateral Dua kali operasi
- Celah bibir dan palatum molle pada usia 5 – 6 bulan
- Palatum durum dan bantalan gusi dengan atau tanpa perbaikan bibir pada usia 15 -18 bulan
Bilateral Dua kali operasi
- Celah bibir dan palatum molle pada usia 4 – 5 bulan
- Palatum durum dan bantalan gusi dengan atau tanpa perbaikan bibir pada usia 15 – 18 bulan
11
![Page 12: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/12.jpg)
Komplikasi
Otitis media berulang dan ketulian sering terjadi. Koreksi ortodontik dibutuhkan apabila terdapat
kesalahan dalam penempatan arkus maksilaris dan letak gigi-geligi. 4
Bayi dengan celah bibir saja biasanya tidak memiliki banyak masalah dengan makan.
Bagaimanapun, bayi dengan celah bibir/palatum dan bayi dengan celah palatum tersendiri
biasanya memiliki masalah. Celah pada atap mulut membuat bayi kesulitan menghisap cukup
susu melalui puting. Beberapa bayi juga memiliki masalah dengan tersumbat, tercekik atau susu
keluar dari hidung ketika diberi makan. Ada dot dan botol dan yang khusus dibuat untuk
mempermudah pemberian makan pada bayi dengan celah.9
Dapat terjadi juga cacat wicara meskipun penutupan palatum secara anatomik telah dilakukan
dengan baik. Ditandai dengan pengeluaran udara melalui hidung dan ditandai dengan kualitas
hipernasal jika membuat suara tertentu. Cacat ini disebabkan oleh otot-otot palatum dan faring
yang adekuat. Kemungkinan, terapi wicara diperlukan setelah sesuai operasi atau pemasukan alat
bantu wicara. 4
Program habilisasi yang menyeluruh untuk anak yang menderita bibir sumbing atau celah
palatum bisa memerlukan waktu bertahun-tahun. Diperlukan tim yang terdiri dari dokter anak,
ahli bedah plastik, ahli THT, dokter gigi anak, prostodontis, ortodontis, terapi wicara, pekerja
sosial bagian medis, ahli psikologi, psikiater anak, dan perawat kesehatan masyarakat. 4
Prognosis
Hasil penilaian setelah perbaikan bibir sumbing didasarkan pada kontur bibir dan simetri,
pertumbuhan wajah, dan psikologis kesejahteraan. Mayor operasi revisional biasanya tidak
diperlukan setelah perbaikan bibir sumbing. Minor revisi dari revisi vermilion atau bekas luka
mungkin diperlukan. Aspek yang paling menantang dari operasi bibir sumbing adalah koreksi
deformitas hidung. operasi sekunder untuk memperbaiki kontur hidung dan simetri umumnya
diperlukan.6
12
![Page 13: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/13.jpg)
Kesimpulan
Penanganan pada penderita cleft lips atau disebut juga bibir sumbing sebaiknya dilakukan sejak
dini. Dengan demikian, peluang untuk menjadi normalpun lebih besar dibandingkan
mengurusnya dengan terlambat. Hal-hal lain yang dapat diperhatikan untuk mengurangi resiko
terkena bibir sumbing ini adalah dengan memperhatikan obat-obatan yang dipakai dan juga pola
hiduppun juga diperhatikan. Dengan begitu, persentase terkena bibir sumbingpun berkurang.
13
![Page 14: bibir sumbing](https://reader036.vdocuments.pub/reader036/viewer/2022082414/5695cf191a28ab9b028c964c/html5/thumbnails/14.jpg)
DAFTAR PUSTAKA
1. Gambar cleft lip. Di unduh dari easypediatrics.com. 17 Januari 2011.
2. Appleton. Lange. Buku ajar pediatri rudolf. Volume . Jakarta: EGC; 2000
3. Sadler, T.W. Embriologi kedokteran langman. Edisi ke-10. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2009.
4. Behrman REN, Vaughan VC. Nelson ilmu kesehatan anak. Edisi 15. Jakarta: EGC; 2000
5. Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. Buku kuliah 2 ilmu kesehatan anak. Edisi ke-11.
Jakarta: Penerbit Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2007.
6. Labiognatopalatoschizis. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/877970-overview
7. Anonymous. 2008. Labio Gnato Palatoschisis. http://bedahugm.net/Bedah-Plastik/Labio-Gnato-Palatoschisis.html. 10 Desember 20088. Bisono. Petunjuk praktis operasi sumbing. Jakrta: EGC; 2003
9. Staf pengajar FK UI. Hot topics in pediatrics II. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit FK UI;
2002.
14