b_indra hukama ardinata_pt. istana cipta sembada.docx

Upload: indra-hukama-ardinata

Post on 09-Oct-2015

86 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Tugas Pengelolaan Buangan IndustriResume Laporan Kerja PraktekSISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT. ISTANA CIPTA SEMBADA, BANYUWANGI

Disusun Oleh:Indra Hukama Ardinata (21080112140134)

Program Studi Teknik LingkunganFakultas Teknik Universitas DiponegoroSemarang2014DAFTAR ISI

CoveriDaftar Isi.ii1. Latar Belakang...12. Gambaran Objek Studi...23. Proses Produksi..34. Pengelolaan Buangan.85. Analisis Pengelolaan Buangan...86. Rekomendasi Pemecahan Masalah107. Kesimpulan118. Daftar Pustaka12

RESUME LAPORAN KERJA PRAKTEK SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PT. ISTANA CIPTA SEMBADA, BANYUWANGI

1. Latar BelakangLimbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis. Upaya pemerintah untuk mengatasi limbah masih sulit dicapai. Penerapan program zero waste memberikan harapan cerah, namun hingga kini masih perlu kerja keras untuk mencapai kondisi tersebut. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20-30%. Produksi ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal ini berarti sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah (Gintings, 1992).Alam memiliki kemampuan untuk mengatasi limbah. Berbagai siklus yang terdapat di alam mampu mengatasi limbah. Meningkatnya konsentrasi limbah yang terlalu cepat akan menyebabkan siklus yang ada tidak mampu bekerja secara baik. Pada konsentrasi tertentu, kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristik limbah (Sugiharto, 1987).Limbah yang dihasilkan dari kegiatan perikanan adalah berupa : 1) ikan rucah yang bernilai ekonomis rendah sehingga belum banyak dimanfaatkan sebagai pangan; 2) bagian daging ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga, industri pengalengan, atau industri pemiletan; 3) ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan melimpah; dan 4) kesalahan penanganan dan pengolahan (Gintings, 1992).Limbah yang kualitasnya baik masih ada yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan bagi manusia, sedangkan limbah yang kualitasnya sudah menurun hanya dapat digunakan sebagai bahan pakan bagi ternak, atau limbah yang sudah membusuk tidak dapat dimanfaatkan sehingga dapat menjadi menjadi pencemar bagi lingkungan.Berbagai teknik penanganan dan pengolahan dapat diterapkan untuk memanfaatkan limbah yang kualitasnya baik atau sudah menurun. Berbagai produk telah dihasilkan dari limbah yang berkualitas baik, seperti surimi, fish jelly, produk fermentasi dan kerupuk. Sedangkan dari limbah yang kualitasnya telah menurun dapat dihasilkan tepung ikan, tepung tulang, dan silase.Pemanfaatan limbah industri perikanan sangat penting karena dapat meningkatkan nilai tambah bagi industri perikanan, selain itu dapat mencegah terjadinya pencemaran lingkungan (Slamet et al., 2000).Limbah yang sudah membusuk tidak dapat dimanfaatkan dengan cara apapun. Limbah demikian harus ditangani secara baik agar tidak menyebabkan pencemaran lingkungan. Ada beberapa tahapan yang dapat dilakukan untuk menangani limbah demikian, sehingga tidak mencemari lingkungan.

2. Gambaran Obyek Studi

2.1 Sejarah berdirinya PT. ICS GROUPPT. ICS GROUP merupakan salah satu perusahaan terkemuka di Indonesia yang bergerak di bidang seafood (pengolahan dan pemasaran udang, pengolahan dan pemasaran ikan teri), dan Food Distribution. PT. ICS GROUP pertama didirikan pada tahun 1989 dengan nama PT. Istana Cipta Sejahtera. Sejak tahun 1987 PT. Istana Cipta Sejahtera telah bekerjasama dengan Jepang di bidang pengolahan dan pemasaran udang. Awalnya kerja sama dilakukan melalui Dekopin (Koperasi Indonesia). Namun sejak tahun 1989 perusahaan berlepas diri dari Dekopin dan mulai saat itu PT. Istana Cipta Sejahtera menjadi perusahaan mandiri.PT. Istana Cipta Sejahtera pertama berdiri bertempat di daerah Watukebo Rogo Jampi, bekerja sama dengan perusahaan beras PT. Mahayasa. Pada tahun 2001 PT. Istana Cipta Sejahtera diganti nama menjadi PT. Istana Cipta Sembada dan menempati lokasi perusahaan yang baru berlepas diri dari PT. Mahayasa, yaitu di Desa Labanasem. Keempat perusahaan cabang ini dapat diklasifikasikan menurut bidangnya menjadi:A. MutiaraDigunakan untuk PT. Insan Cipta Prima Sejahtera yang bergerak di bidang pengolahan dan pemasaran ikan teri. Perusahaan ini terletak di Tuban, Rembang, Pemalang, dan Cirebon. Untuk wilayah Madura terletak di daerah Sotaber, Puteran, dan Dongkek.B. IntanDigunakan untuk PT. Istana Cipta Sejahtera (perusahaan pertama, kini bernama PT. Istana Cipta Sembada) yang bergerak di bindang pengolahan dan pemasaran udang. Perusahaan ini terletak di Labanasem, Banyuwangi.

C. BerlianDigunakan untuk PT. Intan Cendekia Surya yang bergerak di bidang NBB (Non Bahan Baku) perusahaan, EMKL, dan valas. Tepatnya menangani kegiatan ekspor dan administrasi pengiriman ke Negara pengimpor tetap seperti USA (sejak 1991), Jepang (sejak 1987), dan Negara bagian Eropa (sejak 1989). Perusahaan ini terletak di Sidoarjo dan menjadi kantor pusat PT. ICS GROUP hingga saat ini.D. PermataDigunakan untuk perusahaan yang bergerak di bidang distribusi makanan, yaitu PT. Istana Cipta Sejahtera yang terletak di daerah Sidoarjo, dan PT. Insan Cipta Prima Sejahtera yang terletak di daerah Pamekasan.PT. Istana Cipta Sembada merupakan Perusahaan Swasta Nasional (PMDN) yang bergerak di bidang usaha pembekuan udang (Cold Storage). Hingga saat ini hasil produksi udang beku PT. Istana Cipta Sembada telah diakui sebagai komoditi ekspor andalan dan mendapat tempat yang baik di pasar internasional khususnya Jepang dan Amerika Serikat.Dengan diterbitkannya SK Bupati Banyuwangi No.94/IMB/2000 tanggal 21 Mei 2000 disebutkan bahwa diinkan mendirikan bangunan di Desa Labanasem, Kecamatan Kabat, Banyuwangi diatas tanah seluas 1,99 Ha. Tanggal 1 Agustus 2001, PT. Istana Cipta Sembada kembali beroperasi. Perkembangan terakhir saat ini perusahaan telah mempunyai empat wilayah proses produksi, yaitu:1. Wilayah AMerupakan wilayah proses potong kepala (PK)2. Wilayah BMerupakam wilayah proses kupas, pisah warna (PW), sortasi, penimbangan, dan susun udang diatas inner.3. Wilayah CMerupakan wilayah proses inkubasi dan Value Added4. Wilayah DMerupakan wilayah pewadahan.

3. Proses Produksi Wilayah ARuangan ini merupakan ruangan awal dari keseluruhan ruang produksi. Ruangan penerimaan dan ruang pengolahan disekat oleh tembok. sebelum masuk ruang pengolahan udang di cek untuk pertama kalinya. Udang diambil sampelnya untuk diuji antibiotik sesuai stadart AOZ di laboratorium, uji mikroorganisme, dan dicek sizenya untuk penentuan harga udang dengan supplier. Ruang penerimaan berukuran 7m x 4m. Ruangan penerimaan memiliki beberapa alat yang mampu menunjang jalannya proses. Sirkulasi udara pada ruangan tersebut cukup nyaman, terdapat pintu masuk yang dilengkapi tirai plastik tebal yang berfungsi untuk meminimalisir masuknya serangga. Lalu setelah itu di ruangan ini proses awal dari semua tahapan pembuatan seafood PT. ICS GROUP dimulai. Yaitu pemotongan kepala (PK) dari udang, untuk dilanjutkan ke tahapan berikutnya.

Wilayah BRuang pengolahan merupakan ruang untuk menghasilkan produk, dimana satu ruangan tersebut terdapat beberapa proses dimulai dari bahan baku hingga produk jadi. Ruang pengolahan terletak jauh dari lingkungan luar agar tidak terkena polusi udara. Ruangan ini memilikidinding dan laintai kedap air, tidak licin, mudah dibersihkan, dan dilengkapi saluran pembuangan. Ruang pengolahan lebih lebar dari ruang yang lainnya. Namun sirkulasi udaranya kurang baik. Karena ventilasi dan kapasitas orang yang berada di dalam tidak sebanding. Ruang pengolahan merupakan tempat berbagai macam proses antara lain potong kepala setelah itu udang dikupas dan di hilangkan usunya kemudian dilakukan pemisahan warna kemudian sortasi, setelah itu penyusun dan perendaman STPP serta terdapat proses nobashi eby. Seluruh proses produksi tidak memiliki tempat yang berbeda. Tempat untuk proses potong kepala hingga pembekuan dengan IQF menjadi satu kesatuan. Ruang pengolahan juga dilengkapi peralatan yang dapat menunjang kelancaran proses. Peralatan tersebut adalah sebagi berikut : Meja Meja untuk pengolahan udang terbuat dari stainless steel. Meja yang digunakan pada ruang proses terdapat tiga jenis yaitu meja sortir dan pisah warna berukuan 200cm x 60cm x 100cm. Pada depan tersebut dilengkapi tempat untuk keranjang udang yang telah disortir. Meja yang berukuran 200cm x 100cm x 83cm, digunakan untuk pemotongan kepala, pengupasan kulit udang, value added, dan cek final. Meja yang berukuran 200cm x 50cm x 87cm dengan rak ditengah untuk menyusun udang. Timbangan Timbangan nagata dengan kapasitas 3kg sebanyak 8 unit digunakan untuk mengecek berat dan jumlah udang pada saat sortasi. Timbangan digital dengan kapasitas 3kg sebanyak 1 unit digunakan sebagai timbangan pemeriksa oleh QC. Wastafel Wastafel yang dilengkapi dengan sabun cair digunakan untuk mencuci tangan para karyawan sebelum melakukan pekerjaan. Bak Bak yang disediakan yaitu bak plastik yang berbentuk bulat. Bak plastik digunakan untuk cuci tangan dan mencuci udang yang jatuh. Keranjang plastikKeranjang plastik digunakan tergantung kegunaan masing-masing. Keranjang yang berkapasitas 40kg berukuran 58cm x 38cm x 16cm. Keranjang tersebut berguna untuk tempat udang yang telah dipotong kepala dan dikupas kulitnya. Selain itu, juga terdapat kerangjang yang berkapasitas 10kg yang berukuran 30cm x 20cm x 12cm. Keranjang tersebut digunakan untuk wadah udang yang telah disortir dan dipisahkan warnanya. Keranjang yang digunakan untuk mengambil es curah berkapasitas 50kg dengan ukuran 60cm x 42cm x 30cm. Keranjang yang digunakan untuk memindahkan udang dari hasil timbang final ke penyusunan berkapasitas 5kg dengan ukuran 30cm x 24cm x 9cm. Keranjang yang digunakan untuk tempat hasil udang yang telah dijepit. Keranjang tersebut berukuran 25cm x 12cm x 6cm. Sarung tangan Sarung tangan yang digunakan berupa sarung tangan karet warna kuning untuk karyawan pada saat timbang dan cek size serta sarung tangan karet warna putih tipis digunakan pada saat potong kepala, pemijatan pada saat value added, dan kupas kulit udang.

Bak fiberglassBak fiberglass yang digunakan untuk menampung udang setelah potong kepala sebelum dikupas berukuran 210cm x 170cm x 60cm. Bak fiber glass yang digunakan untuk menampung udang sementara setelah dikupas berukuran 175cm x 130cm x 79cm, bak fiber glass dengan ukuran 165cm x 105cm x 72cm, dan bak fiber glass berukuran 95cm x 80cm x 80cm. Bak fiber glass yang digunakan untuk perendaman sodium tripolyphosfate (STPP) berukuran 165cm x 115cm x 75cm, berukuran 137cm x 120cm x 75cm, berukuran 121cm x 92cm x 75cm, berukuran 81cm x 65cm x 75cm. Bak fiber glass yang digunakan untuk penampungan final berukuran 210cm x 170cm x 60cm, dan berukuran 210cm x 170cm x 50cm. Blong plastikBlong plastik berbentuk tabung dengan volume 130 liter berjumlah 15 buah memiliki fungsi sebagai tempat penampungan air pencucian tanpa klorin maupun menggunakan klorin. Pan pembeku Pan pembeku yang digunakan untuk menyusun udang dari bahan aluminium. Alat ini terdiri dari dua macam, yaitu inner pan berukuran 30cm x 20cm 7cm. Long pan berukuran 128cm x 32cm x 4cm berjumlah 510 unit. Kereta dorong Kereta dorong digunakan sebagai alat pengangkut udang atau es dalam ruang proses. Ukuran dan jenisnya berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Kuku stainless steelKuku palsu yang dibuat dari stainless steel digunakan untuk mempermudah memotong kepala udang dan mengupas kulit udang. Alat cukit Alat cukit terbuat dari PVC yang keras dan tajam seperti tusuk sate digunakan untuk mencabut usu udang. Gunting, pisau, dan alat pemijat Gunting digunakan untuk menggunting telson udang, pisau untuk mengiris perut udang, alat pemijat digunakan untuk meluruskan udang dengan panjang tertentu terbuat dari stainless steel. Ketiga lat tersebut digunakan pada proses added value. Alat pengaduk Alat untuk mengaduk udang di bak fiber glass agar cepa bersih berbentuk seperti huruf T terbuat dari bahan stainless steel. Mesin pengemasan vacum (vacuum packing)Mesin ini digunakan mengemas produk value added dengan sistem kemas tanpa udara. Mesin treck (pelepas inner)Mesin ini menggunakan konfeyor yang dialiri air, digunakan untuk melepas udang blok dari inner pan. Mesin ini menunjukkan ke area pengemasan.

Wilayah CRuang pembekuan tepat berada disebelah ruang pengemasan. Kedua ruang tersebut letaknya menjadi satu dan tidak diberi sekat. Letak kedua ruangan tersebut berdasarkan alur proses pembekuan uang. Setelah udang dibekukan, udang di glassing dan kemudian dikemas. Peralatan yang digunakan dalam ruangan pembekuan adalah :Individual quick frezer (IQF)Individual Quick Frezeer (IQF) adalah suatu alat pembeku udang dengan menggunakan ban berjalan (konfeyor) yang diberi semburan udara dingin. Alat tersebut dapat membekukan udang hanya dalam waktu 9 menit dengan suhu -350C sampai dengan -400C. Suhu pada mesin hardening mencapai -350C. Ukuran mesin ini adalah 14,5m x 3,2m x 5,2m memiliki daya kompresor sebesar 110 KW dan terdapat 9 blower yang masing-masing memiliki daya 1,5 KW mesin IQF tersebut berkapasitas 500kg/jam. Media pendingin (refrigerant) yang digunakan untuk alat ini adalah amoniak tipe R717. Keuntungan menggunakan amoniak adalah jika terjadi kebocoran dapat diketahui dengan mudah yaitu dengan memberikan belerang (sulfur) di tempat adanya kebocoran, dan asp akan keluar apabila terdapat kebocoran. Prinsip kerja IQF yaitu bekerja dengan menyerap lain dengan perantara bahan pendingin.

Wilayah DSetelah melalui proses produksi, selanjutnya produk dikemas di ruang pengemasan. Ruang pengemasan terletak di sebelah ruang proses yang dibatasi oleh tembok dan pintu. Fasilitas produksi yang dapat digunakan pada ruang pengemasan antara lain: Metal detector Mesin deteksi logam adalah suatu alat yang digunakan untuk mendeteksi adanya kandungan logam pada suatu produk. Strapping bandMesin strapping band berjumlah 2 unit digunakan di area packing. Meja Meja yang digunakan pada ruang pengemasan berukuran 200cm x 100cm x 83cm berjumlah 7 buah. Rak MC (master carton)Rak MC digunakan untuk menyusun MC yang belum digunakan dan sudah diberi label size. Rak yang disediakan diruang pengemasan berjumlah 4 buah yang berukuran 3m x 1,5m x 2m.

4. Pengelolaan BuanganPT. ICS menghasilkan limbah padat berupa kepala dan kulit udang. PT. ICS hanya menjual kepala udang kepada para peternak bebek dan lele dengan harga Rp 600,- per kilogram. Sedangkan untuk kulit udang sudah dipesan oleh perusahaan pengeringan kulit udang dan pembuat chitin yang berada di kota Situbondo (Anggraeni, 2010).Proses pengolahan limbah cair di PT. ICS adalah sebagai berikut: Limbah cair dari ruang produksi mengalir melalui pipa-pipa pembuangan menuju saringan, pada saringan terjadi pemisahan antara limbah cair dan limbah padat yang ikut terbuang bersama-sama limbah cair misal kepala atau kulit udang dan kertas. Saringan dibongkar setiap jam dengan tujuan membersihkan limbah padat yang menghambat aliran limbah cair. Limbah cair dialirkan ke bak equalisasi untuk menstabilkan debit limbah yang akan diolah dan selanjutnya di pompa ke reaktor anaerob. Limbah cair disimpan pada reaktor anaerob selama 4 hari sehingga terjadi pengendapan filtrat dengan bantuan gravitasi bumi. Setelah melalui reaktor anaerob, limbah dialirkan menuju reaktor aerob. Pada reaktor aerob terdapat difuser yang digunakan untuk pembangkit oksigen sehingga terjadi pengkondisian yang baik untuk bakteri pengurai. Setelah proses di reaktor aerob selesai, limbah cair dialirkan menuju pembuangan akhir yang dilengkapi dengan clarifier sehingga padatan organik yang terikut dapat mengendap. Pada tahap pembuangan akhir ini, limbah cair sudah tidak berbau atau berwarna sehingga aman untuk dibuang ke saluran air umum atau sungai.

5. Analisis Pengelolaan BuanganPada prinsipnya pengolahan air limbah di PT. ICS menggunakan unit-unit pengolahan limbah seperti berikut:1. Pengolahan tingkat pertama (Pre-treatment) Pre-treatment terdiri dari screen dan bak equalisasi. Screen berfungsi untuk memisahkan padatan kasar yang tercampur dengan air limbah. Padatan kasar yang dihasilkan sebagai sisa produksi pada industri cold storage, khususnya PT. ICS antara lain label ukuran, plastik, karet, udang utuh, serpihan udang. Secara fisik screen yang dipakai berupa kantong kasa yang diikat pada effluent pipa di 3 bak kontrol. Ukuran screen yang dipakai sebesar 5 mm.Bak equalisasi ini memiliki fungsi yaitu untuk mengumpulkan air limbah sebelum masuk ke proses berikutnya, adapun fungsi dari bak equalisasi secara lebih detail adalah untuk menstabilkan debit limbah yang akan diolah dan menghomogenkan limbah.

2. Pengolahan tingkat kedua (Primary-treatment) Primary-treatment terdiri dari reaktor anaerob dan reaktor aerob. Reaktor anaerob dipakai untuk mengolah limbah dengan beban organik dan konsentrasi solid yang tinggi. Reaksi konversi secara biologis dalam proses secara anaerobik berlangsung dalam 3 tahap:

1. HidrolisisMerupakan tahap pertama pada proses anaerob, dimana partikulat dikonversikan manjadi senyawa terlarut yang selanjutnya dapat dihidrolisa menjadi monomer sederhana yang digunakan oleh bakteri sebagai bahan untuk tahap acidogenesis.

2. AcidogenesisTahap ini terjadi degradasi senyawa asam amino, gula dan beberapa asam lemak. Produk akhir dari tahap acidogenesis (Asetat, Hidrogen, CO2) merupakan bahan awal untuk pembentukan metana (tahap methanogenesis).

3. MethanogenesisTahap ini dijalankan oleh sekelompok organisme yang dikenal sebagai methanogens. Reaktor aerob terjadi pengolahan biologis secara aerobik (memerlukan penambahan O2). Pengolahan limbah secara biologis meliputi pengkondisian pertumbuhan mikrobial aktif untuk dapat melakukan kontak dengan air limbah, sehingga mereka mampu mengkonsumsi pengotor limbah yang berupa bahan organik sebagai bahan makanan mikroorganisme.

3. Pengolahan tingkat ketiga (Secoundary-treatment)Pengolahan tingkat ke tiga terdiri dari unit pengendap yang disebut clarifier. Prinsip pengendap ini adalah untuk memisahkan padatan organik yang mampu mengendap. Unit pengendap yang ada di IPAL PT, ICS ini dilengkapi filter ijuk yang berfungsi untuk meningkatkan efisien penurunan TSS (Total Suspensi Solid).Menurut Gintings (1992) teknik-teknik pengolahan air buangan yang telah dikembangkan tersebut secara umum terbagi menjadi 3 metode pengolahan yaitu pengolahan secara fisika, pengolahan secara kimia dan pengolahan secara biologi. Konsep penanganan limbah ini sebenarnya hampir serupa dengan pengolahan yang berada di PT. ICS, hanya saja sistem penamaanya yang berbeda.Pemanfaatan limbah dari PT. Istana Cipta Sembada sudah banyak dilakukan misalnya digunakan sebagai pupuk cair untuk mengairi lahan pertainan disekitar wilayah industri. Limbah yang telah mengalami berbagai macam perlakuan dialirkan ke kolam eceng gondok dan kolam lele agar dapat mereduksi bahan-bahan organik yang terkandung didalamnya. Proses selanjutnya yang dilakukan adalah limbah cair dimasukkan dalam kolam aerob dan tangki anaerob sehingga menjadi lumpur aktif dan limbah cair dapat dijadikan sebagai pupuk. Namun, penanganan limbah padat belum dimaksimalkan. Limbah padat yang berasal dari sisa produksi maupun hasil penyaringan limbah cair langsung dijual ke pengepul. Apabila limbah padat ini diolah sendiri oleh perusahaan maka dapat meningkatkan nilai tambah bagi PT. ICS sendiri.Sistem penanganan limbah di PT. ICS termasuk sistem pengolahan yang cukup baik dan sudah terpadu. Hal ini dikarenakan dalam pengolahan limbahnya perusahaan tersebut telah melakukan penanganan primer dan sekunder. Tetapi Apabila dibandingkan dengan pustaka sistem penanganan di PT. ICS kurang sempurna karena tidak melalukan penanganan lebih lanjut yaitu penanganan tersier sehingga dimungkinkan masih terdapat senyawa organik dan anorganik yang belum hilang pada saat penanganan primer dan sekunder.

6. Rekomendasi Pemecahan MasalahSaran saya ada baiknya jika sistem penanganan limbah tersier juga digunakan. Hal ini dilakukan agar dapat menghilangkan senyawa-senyawa organik maupun anorganik yang tidak dapat dihilangkan saat penanganan primer dan sekunder. Selain itu, pemanfaatan limbah padat sebaiknya dimaksimalkan misalkan dengan pembuatan tepung ikan dan kitin kitosan. Pemanfaatan limbah padat ini akan memberikan nilai tambah bagi perusahaan secara materi dibandingkan di jual secara langsung ke pengepul.Menurut saya sistem penanganan limbah yang baik untuk diterapkan adalah dengan penanganan primer, sekunder serta tersier. Karena ketiga komponen penanganan limbah tersebut dapat mereduksi bahan berbahaya yang dapat merusak lingkungan. Penanganan primer pada limbah akan menghilangkan komponen-komponen fisik/padatan yang terdapat dalam limbah. Penanganan secara sekunder bertujuan untuk menghilangkan komponen-komponen organik/pendegradasian komponen organik yang terdapat pada air limbah. Selain itu dengan sistem penanganan tersier dapat menjadi pelengkap, karena penanganan ini akan menghilangkan senyawa-senyawa yang lolos oleh penanganan primer dan sekunder.Pemanfaatan limbah yang baik sebaiknya menggunakan konsep zero waste yaitu dalam sistem industri pengolahan tidak ada sedikitpun bahan yang terbuang sebagai limbah. Hal ini dikarenakan limbah padat industri perikanan dapat dimanfaatkam menjadi kitin-kitosan ataupun tepung ikan yang memiliki harga yang cukup tinggi sehingga dapat menjadi produk sampingan yang menyumbang keuntungan. Limbah cair perikanan yang umumnya mengandung padatan tersuspensi sebagai sumber protein (nitrogen) dan juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber hara untuk lahan pertanian. Apabila sistem penanganan dan pemanfaatan limbah tersebut dapat diterapkan maka konsep industri yang ramah lingkungan zero waste dapat diwujudkan sehingga tidak akan mencemari lingkungan.

Contoh produk hasil pemanfaatan limbah industri perikananSalah satu senyawa kimia penting dari cangkang udang dan kepiting adalah chitin dan chitosan. Dari jenis biota laut tersebut dapat dihasilkan berbagai bahan alami yang bermanfaat untuk industri farmasi (antibiotik, tumor dan kanker), bidang pertanian (fungisida, pestisida, growth stimilator), industri kosmetik dan makanan (zat pewarna alami, biopolisakarida) (Kaban, 2009).Kitin dan kitosan memiliki karakteristik beragam yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai bidang industri. Menurut Kaban (2009), pemanfaatan kitin dan kitosan yaitu: (a) penanganan limbah dan pengolahan pangan pengikatan logam, (b) kosmetika (shampo, lotion, pasta gigi), obat, food additive, membran serta (c) gizi-pangan, immunology, medical aids, dan farmasi. Kitin banyak dimanfaatkan di bidang pertanian antara lain sebagai pelapis benih untuk mencegah infeksi jamur, bahan pemisah spermatozoa ternak, dan sebagai campuran ransum ayam pedaging maupun petelur. Menurut Suptijah et al., (1992), kitin dalam bidang industri pangan dapat digunakan sebagai agensia pengikat air dan lemak, penstabil, menaikkan loaf volume roti tawar, sebagai agensia pengikat dan pewarna makanan. Sedangkan dalam bidang industri farmasi dan obat-obatan, digunakan sebagai benang jahit operasi yang tidak perlu dibuang dari tubuh, untuk menambal luka, serta bahan anti kolesterol dan tumor. Kitin berdasarkan sifatnya, mudah dijadikan serbuk, pasta, selaput, ataupun serat sehingga dapat diolah menjadi berbagai macam produk seperti perban, kapsul, salep, dan pembalut.Produk dari limbah cair industri perikanan yaitu pupuk cair. Limbah cair industri perikanan umumnya mengandung padatan tersuspensi yang berasal dari sisa-sisa daging sebagai sumber protein (nitrogen), karena mengandung protein tinggi (N), sangat layak dimanfaatkan sebagai sumber hara untuk lahan pertanian dengan menggunakan sistem tetes tebu. Caranya adalah air limbah tersebut dialirkan melalui saluran (pipa) untuk menyirami tanaman (kebanyakan hortikultura) dengan sistem gravitasi (Kaban, 2009).

7. KesimpulanDari laporan kerja praktek Sistem Pengolahan Limbah Cair PT. Istana Cipta Sembada, Banyuwangi, dapat disimpulkan bahwa:1. Limbah PT. Istana Cipta Sembada dapat diklasifikasikan menjadi empat macam, yaitu: Limbah padat, berupa kulit dan kepala udang Limbah cair wilayah A, B, yang mengandung zat organic tinggi Limbah cair wilayah C, mengandung zat aditif (STPP, garam) Limbah wilayah D, tidak perlu diolah.2. Unit Pengolahan limbah yang ada di IPAL PT. Istana Cipta Sembada terdiri dari screen, bak ekualisasi, bak anaerob, bak aerasi sistem lumpur aktif, dan sedimentasi II.3. Nilai efluen hasil pengolahan limbah masih dibawah baku mutu limbah sesuai dengan SK Gubernur Jatim No.45 tahun 2002 kecuali minyak dan lemak (pada bulan agustus)4. Desain IPAL PT. Istana Cipta Sembada belum semuanya memenuhi kriteria desain menurut Tchobanoglous (2003) berdasarkan parameter desain bangunan dan waktu tinggal limbah, diantaranya adalah bak ekualisasi, bak anaerob, dan bak sedimentasi.5. Penanganan limbah di PT. Istana Cipta Sembada menggunakan tiga tahap yaitu penanganan primer dengan penyaringan dan fitoremediasi, serta penanganan sekunder dengan menggunakan lumpur aktif.6. Pemanfaatan limbah di PT. Istana Cipta Sembada belum dimaksimalkan untuk limbah padat, limbah padat hanya dijual kepada pengepul saja tanpa dilakukan suatu pengolahan. Sedangkan untuk limbah cair sudah dimanfaatkan untuk irigasi persawahan yang berada di sekitar pabrik.7. Suatu industri yang baik adalah industri yang menerapkan konsep zero waste dalam usahanya sehingga tidak ada bahan/limbah yang terbuang percuma dan dapat mencemari serta merusak lingkungan.8. Pemanfaatan limbah industri perikanan salah satunya kitosan yang dapat di peroleh dari hasil sampingan industri perikanan (cangkang kepiting rajungan, kulit udang, dll)

8. Daftar Pustaka Anggraeni, F. 2010. Proses Produksi Udang Beku IQF (Individually Quick Freezer) di PT. Istana Cipta Sembada Laban Asem-Banyuwangi. Laporan Magang kerja Industri. Politeknik Negeri Jember. Jember. Gintings, Perdana. 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Edisi 1. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Kaban, Jamaran. 2009. Modifikasi Kitosan dan Aplikasi Produk yang Dihasilkan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Sumatera Utara. Purnomo, Eddy. 2005. Pemanfaatan Bahan Sisa Sebagai Upaya Meminimalisasi Limbah Padat (Studi Kasus Industri Pengalengan Ikan PT. Maya Food Industries Pekalongan) (Tesis). Program Magister Lingkungan Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Semarang. Sahubawa, L. 2011. Bahan Ajar Manajemen Limbah Industri Perikanan. Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian. UGM. Yogyakarta. Tchobanoglous. 2003. Wastewater Engineering Treatment Disposal Reuse. 3th ed. McGraw-Hill Book Co: Singapore.