bisnis plan kopi rev
TRANSCRIPT
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
1
PENGEMBANGAN USAHA PRODUKTIF
DI PLTMH RIMBA LESTARI (DESA GUNUNG HALU)
1. PENDAHULUAN
Prospek usaha pengolahan biji kopi di pedesaan sekitar Jawa Barat merupakan
usaha prospektif yang perlu mendapatkan perhatian yang serius, mengingat dahulu
daerah Jawa Barat pernah berjaya dengan kopi Priangan-nya atau Preanger Coffe .
Saat ini, dari total produksi biji kopi yang mencapai 600.000 ton per tahun, baru 20%
biji kopi tesebut yang diolah sebelum dipasarkan. Padahal, usaha pengolahan kopi
dapat memberikan nilai tambah yang besar, membuka peluang pasar dan
menyerap tenaga kerja di pedesaan. Kegiatan usaha budidaya kopi di Jawa Barat
kini tidak dilakukan lagi oleh perkebunan namun dilakukan oleh rakyat dengan
penanganan seadanya. Menyadari masih besarnya prospek usaha kopi di Jawa Barat
perlu dilakukan upaya pengolahan yang lebih besar dan efisien. Faktor keberhasilan
dalam pengolahan kopi ini ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya
ketersediaan bahan, teknologi pengolahan kopi dan potensi pasar.
Gunung Halu adalah sebuah desa di kecamatan Gunung Halu Kabupaten Bandung
barat Propinsi Jawa Barat yang sebagian besar penduduknya bertanam kopi. Produk
Kopi yang dapat dijual di Gunung Halu adalah Kopi Primer dan Kopi sekunder, kopi
primer adalah biji kopi kering atau yang disebut gabah sedangkan kopi sekunder
adalah kopi berbentuk tepung atau kopi bubuk. Margin keuntungan penjualan kopi
sekunder lebih besar daripada kopi primer, dengan demikian untuk produksi yang
relatif kecil <100 ton per tahun akan semakin profitable jika semua kopi diolah dan
dijual menjadi kopi sekunder.
Untuk wilayah Gunung Halu dengan produksi kopi 20 ton/tahun, margin penjualan
kopi kering sekitar Rp 500/kg, margin penjualan kopi gabah Rp 3200/kg dan
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
2
margin penjualan kopi bubuk Rp 4.500 dengan asumsi harga kopi gabah Rp
9.000/kg, harga kopi beras Rp 13.500/kg dan harga kopi bubuk Rp 16.000/kg.
Melihat margin tersebut maka memproduksi dan menjaual kopi bubuk lebih
menguntungkan daripada menjual biji kopi. Saat ini, untuk pengembangan usaha
kopi bubuk di Gunung Halu telah ada beberapa jenis mesin pengolahan kopi, belum
mesin-mesin tersebut belum lengkap untuk dapat megolah biji hasil panen menjadi
kopi bubuk. Salah satu mensin yang belum ada adalah mesin pengupas biji kering
HS. Selain beberapa jenis mesin yang belum ada, untuk pelaksanaan usaha
pengolahan bubuk kopi, juga diperlukan dana untuk modal kerja sehingga skala
keekonomian produksi dapat tercapai.
Untuk usaha pengolahan bubuk kopi ini, dari hasil simulasi keuangan didapat
indikator keuangan yang cukup menarik yakni IRR 21%, pay back periode 5 tahun 1
bulan, dan NPV sudah bernilai positif pada tahun 5, indikator tersebut tentunya tidak
bersifat mutlak bergantung pada efisiensi produksi, kegiatan pemasaran, upaya
intensifikasi dan ektensifikasi kebun.
2. Aspek Pemasaran
2.1 Peluang Pasar
Usaha pengolahan Kopi bubuk merupakan usaha yang baru bagi masyarakat
Gunung Halu sehingga banyak tantangan dan masalah yang harus dihadapi salah
satunya adalah memperkuat jalur distribusi, efisiensi produksi dan penjualan
langsung ke pasar konsumen (end-use) dengan membangun merek atau brand
image product yang tepat.. Untuk pasar kopi kering atau kopi gabah, permintaan
kopi jenis ini relatif unbranded atau tidak memperhatikan merek (brand) hal ini
karena permintaan kopi gabah atau kopi kering yang masih besar daripada supply-
nya. Hal ini berbeda dengan produk kopi bubuk yang merupakan produk end use
yang sensitif terhadap merk (brand).
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
3
Kegiatan usaha pengolahan kopi di Gunung Halu Ini akan dilakukan oleh Kelompok
Pengelola (KP) PLTMH Rimba Lestari, dimana nantinya KP-PLTMH Rimba Lestari akan
membeli produk biji kopi dari masyarakat Gunung Halu, kemudian mengolah kopi
tersebut untuk akhirnya di jual. Kegiatan pengolahan akan difokuskan untuk
mengolah dan menjual kopi sekunder (yakni kopi bubuk) seoptimal mungkin.
Ada dua jenis kopi yang ditanam di Gunung Halu, Kopi Arabika dan kopi Robusta.
Pada usaha pengolahan kopi bubuk ini kedua jenis kopi ni akan diolah menjadi kopi
bubuk. Harga jual kopi yang diterima pelaku pasar kopi dalam jangka panjang
terbukti fluktuatif disebabkan kondisi permintaan dan penawaran di pasar. Khusus
untuk Indonesia saat ini, harga yang diterima oleh para produsen sangat
dipengaruhi oleh depresiasi rupiah terhadap dollar Amerika, sehingga perhitungan
kelayakannya perlu mempertimbangkan kemungkinan penurunan harga
sehubungan dengan apresiasi rupiah di masa depan. Selama ini, kekhawatiran
terhadap produksi kopi yang melimpah lebih mengarah pada jenis Kopi Robusta.
Produksi Kopi Arabika di Indonesia hanya sekitar 5% dari produksi total, sehingga
jenis kopi ini masih mempunyai peluang pasar yang tinggi, karena sekitar 70%
permintaan kopi dunia adalah untuk Kopi Arabika.Volume ekspor kopi Indonesia
tahun 1990 - 1997 cenderung menurun, namun nilai ekspornya cenderung
meningkat.
Permintaan biji kopi di pasaran dunia cukup tinggi, yaitu sekitar 5,5 juta ton, tetapi
70% kopi yang diminta adalah dari jenis arabika dan kopi jenis ini hanya 5% dari
produksi kopi di Indonesia. Kopi Arabika selain banyak diminta pasar luar negeri,
juga harganya lebih tinggi dari kopi robusta, bahkan pada tahun 1997, harga kopi
tersebut lebih tinggi US$ 2,54. Melihat potensi tersebut pemerintah berupaya untuk
meningkatkan pangsa produksi kopi arabika sampai 30%. Untuk itu pemerintah,
melalui Dirjenbun telah melakukan usaha-usaha peningkatan produktivitas dan
ekstensifikasi kebun kopi. Harga kopi Arabika lebih mahal daripada kopi Robusta
selisihnya dapat mencapai Rp 5.000/kg.
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
4
2.2 Marketing Mix
Dalam mengembangkan bauran pemasaran (marketing mix) kopi minimal terdapat 4
aspek yang harus ditinjau yaitu Product, Price, Place dan Promotion. Langkah taktis
penjualan yang akan dilakukan adalah menjual kopi biji karena sudah langsung
diserap oleh pengumpul/bandar dan secara simultan menjual kopi bubuk secara
langsung. Produk yang dipasarkan harus memilki skala keekonomian dan positioning
yang tepat, agar bisa kompetitif dengan pesaing. Penetrasi pasar untuk pasar kopi
bubuk dapat dilakukan dengan membidik segmen menengah ke bawah dan
melakukan pendekatan-pendekatan kepada komunitas setempat. Selain itu, harga
kopi yang dijual harus lebih rendah dari kopi-kopi ber-merk yang telah ada
sebelumnya, langkah ini kemudian secara simultan diikuti oleh pengembangan
merk. Fokus utama produk kopi yang dipasarkan adalah kopi bubuk baik dari jenis
kopi Robusta maupun kopi Arabika. Rantai pemasaran kopi sangat banyak
macamnya, petani dapat memasarkan kopi langsung ke pedagang pengumpul, dan
dari pedagang pengumpul ke pedagang besar atau ke eksportir atau ke perusahaan
pengolahan lanjutan.
Pengumpul biji kopi kering (yang masih terdapat kulit pelapis) banyak terdapat di
Gunung Halu, para pengumpul ini membeli harga biji kopi dari petani dengan
kisaran harga Rp 8.000 – Rp 9.000, kopi kering HS Rp 11.000- Rp 13.000 . Sementara
untuk kopi bubuk belum ada penampung yang siap membeli dari petani, karena
umumnya para pengumpul (bandar) membeli kopi untuk dijual kembali ke pabrik-
pabrik. Ada beberapa strategi yang harus diperhatikan dalam bauran pemasaran kopi
bubuk Gunung Halu yang dikembangkan dengan merk “Kopi Tangsi Wangi”
Strategi-strategi tersebut adalah:
1) meningkatkan atau perluasan pangsa pasar seperti menguasai pasar yang
belum terlayani yakni kopi-kopi bubuk dengan low price,
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
5
2) tetap menjaga kualitas, cita rasa dan aroma khas, dengan cara terus
menerus melakukan pengawasan baik bahan baku, maupun proses, dan
pengepakan. Juga penggunaan mesin untuk menghasilkan kopi bubuk
yang lebih halus
3) memperbaiki strategi promosi, melalui reklame lewat pemasangan pamflet
dan brosur-brosur,
4) melakukan promosi penjualan berupa discount bagi para distributor kopi
seperti warung-warung kecil yang ada disekitar,
5) tetap menjaga kualitas produk dan menetapkan harga yang terjangkau
oleh konsumen, dengan cara tidak mengurangi cita rasa, aroma, dan
takaran meskipun harga produknya murah,
6) perluasan jaringan pemasaran, dengan cara bekerja sama dengan koperasi-
koperasi yang ada di desa-desa, tokotoko eceran, dan swalayan-swalayan,
7) meningkatkan kinerja dengan cara selalu melakukan monitoring dan
evaluasi terhadap keseluruhan aktivitas perusahaan dengan segala sumber
daya yang ada,
8) meningkatkan kapasitas produksi melalui pengaturan waktu, tenaga kerja,
penggunaan mesin yang lebih optimal, dan biaya yang efisien,
9) Pengelola terus-menerus beradaptasi dalam pemanfaatan teknologi
dengan selalu berusaha meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi
yang selalu berubah melalui belajar mandiri atau mengikuti pelatihan,
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
6
3. ASPEK PRODUKSI
3.1 Jenis Kopi
ARABICA ROBUSTA
Tahun ditemukan 1753 1895
Kromosom (2n) 44 22
Waktu berbunga sampai berbuah 9 bulan 10-11 bulan
Berbunga Setelah hujan Tidak tetap
Buah matang Jatuh Di pohon
Produksi(kg/ha) 1500-3000 2300-4000
Akar Dalam Dangkal
Temperatur optimal 15-240 C 24-300 C
Kafein 0,8 – 1,4% 1,7 – 4 %
Pengolahan kopi jenis robusta hampir sama dengan kopi jenis arabika yang
membedakan hanya dibagian fermentasinya. Kopi arabika memerlukan fermentasi
sementara robusta tidak, sehingga kopi arabika akan terasa lebih asam.
3.2 Proses Produksi
Basis usaha kopi di desa Gunung Halu umumnya terdiri atas kebun-kebun kecil
yang tersebar dengan luas areal rata-rata per petani antara 0,3 sampai 1 hektar jika
digabungkan jumlahnya mencapai 20 ha. Dengan jumlah buah per panen yang
relatif kecil, yaitu antara 1500 – 2000 kg per ha maka sebaiknya pengolahan hasil
panen dilakukan secara berkelompok. Kapasitas produksi per kelompok dipilih pada
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
7
skala ekonomis disesuaikan dengan kondisi lingkungan petani seperti, produktivitas
kebun, ketersediaan sumber daya pengolahan [mesin, air, panas dan tenaga kerja
terampil] dan infrastuktur pemasaran hasil. Proses pembuatan bubuk kopi :
Menjelang panen perlu disiapkan alat dan bahan yang diperlukan meliputi
bak perendam/parambang untuk memisahkan buah bernas dan buah
kopong, alat pengupas daging buah (pulper) ketersediaan air bersih,
bak/wadah untuk fermenasi , para-para, dan paranet serta plastik tranparan
untuk tempat penjemuran kopi berkulit tanduk, alat pengering untuk
finalisasi pengeringan atau untuk mengantisipasi cuaca mendung/hujan, alat
pengupas kulit tanduk (huller) alat pengukur kadar air alat sortasi berdasaran
ukuran biji, karung bersih, tempat penyimpanan yang higienis
Buah yang masak dimasukkan bak perendam/perambang berisi air bersih,
buah yang mengapung dipisahkan dan langsung dijemur/diproses dengan
sistem kering menjadi kopi berkualitas inferior. Buah yang tenggelam
dikupas daging buahnya dengan pulper.
Sebelum digunakan pulper diatur kerapatan silindernya agar tidak banyak
buah yang lolos tidak terkupas maupun tidak banyak biji yang pecah.
Biji basah berkulit tanduk hasil pulping dimasukkan bak/wadah berisi air
untuk difermentasi selama 1 malam
Setelah fermentasi, biji berkulit tanduk dicuci dengan air sampai bersih
Biji dijemur di atas para-para setinggi 0,75 - 1,00 meter diatas permukaan
tanah, dialasi dengan paranet dan untuk menghindari hujan yang terjadi
secara mendadak para-para diberi plastik tranparan
Finalisasi peneringan dilakukan dengan alat pengering hingga kadar air 10%
menggunakan alat kompor mengunakan bahan bakar gas elpiji.
Biji berkulit tanduk dikupas kulit tanduknya dengan huller menjadi kopi
pasar (green bean) atau biasa disebut kopi beras.
Setelah dilakukan pengeringan kemudian ditumbuk menjadi kopi bubuk
menggunakan grinder, ukuran kopi disesuaikan ukuran yang diinginkan.
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
8
4. ASPEK KEUANGAN
Dalam perencanaan keuangan tidak cukup membuat simulasi laporan keuangan
seperti neraca, laporan rugi laba dan cash flow, tapi juga perlu dilakukan analisa
perhitungan HPP atau Harga Pokok Penjualan sehingga bisa diketahui margin
keuntunagan dari setiap produk.
Simulasi perhitungan dilakukan untuk produksi kopi sebanyak 20 ton, dimana angka
tersebut diambil dari ketersediaan bahan baku lokal. Sehingga perhitungan HPP
(Harga Pokok Penjualan) sebenarnya akan berbeda untuk setiap skala produksi
kopi, semakin besar skala produksinya tentu akan memperkecil HPP. Berikut hasil-
hasil perhitungan HPP beserta simulasi laporan keuangannya.
4.1 Perhitungan HPP (Harga Pokok Penjualan)
Perhitungan HPP didasarkan pada proses pengolahan kopi yang dibagi kedalam 3
proses yaitu pengolahan kopi basah menjadi kopi gabah yang masih memilki kulit
buah kering, kulit tanduk dan kulit ari kemudian pengolahan kopi kering menjadi biji
kopi WS dan terakhir pengolahan biji kopi menjadi kopi bubuk. Dalam analisa HPP
ini diperhitungan material decrease yaitu penyusutan bahan akibat proses produksi,
depresiasi mesin/maintenance, penggunaan listrik dan gaji operator.
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
9
Proses 1
Kopi gelondongan basah menjadi kopi gabah / kering
Karakteristik Mesin :
Kapasitas mesin pulper 200kg/jam
Mesin pengupas tipe silinder 5 pK = 3725
Watt
Running effective = 1500 Watt
Biaya Operasional :
(Asumsi pengolahan kopi basah 20 ton/bln disesuaikan dengan ketersedian
lokal)
Listrik : 3,725 kW x 0,3 jam/hari x 30 hari x Rp425,-/kWh = Rp 14.250,-/bln
1,5 kW x 10 jam/hari x 30 hari x Rp 425,-/kWh = Rp 191.250,-/bln
Maintenance mesin : Rp 400.000/bln (pemakaian efektive 3bulan/tahun)
Operator : Rp350.000/bln
Biaya bleching : Rp 150.000
Total Biaya Operasional = Rp.1095.500/bulan atau Rp 170/kg
Material decrease : 67 % setara dengan Rp 5.313/kg
Jadi HPP kopi gabah/kering = Rp 7.990/kg
Harga kopi basah Rp 2.500/kg, harga kopi gabah Rp 8.500/kg
HPP gabah bergantung pada jumlah produksi dan jenis kopi, kapasitas
maksimum mesin pulper di Gunung Halu adalah 200 kg/jam, sehingga jumlah
maksimal produksi dapat mencapai 60 ton/bulan dan minimal untuk BEP
(Break Even Point) adalah 5 ton kopi basah.
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
10
Proses 2
Gabah kering menjadi kopi beras
Biaya Operasional :
Langkah Pencucian dan Pengupasan Kulit Kering
(Asumsi pengolahan kopi kering 5 ton/bln)
Listrik : 3,725 kW x 0,3 jam/hari x 30 hari x Rp425,-/kWh = Rp 14.250,-/bln
1,5 kW x 10 jam/hari x 30 hari x Rp 425,-/kWh = Rp 191.250,-/bln
Maintenance mesin : Rp 370.000/bln (pemakaian efektive 3bulan/tahun)
Operator : Rp350.000/bln
Biaya bleching : Rp 150.000
Total Biaya Operasional = Rp.1.027.500/bulan atau Rp 230/kg
Material decrease : 8 % setara dengan Rp 1.180/kg
Jadi HPP kopi beras = Rp 9.800/kg
Harga kopi beras Rp 13.000/kg
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
11
Proses 3
Kopi Beras menjadi kopi bubuk & Pengepakan
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
12
4.2 Simulasi Keuangan
Neraca diatas dibuat berdasarkan harga mesin-mesin yang dibutuhkan untuk
pengolahan kopi, yaitu Mesin Pulper, Washer, Pengering, Huller dan pengukur kadar
air yang umur mesinnya disumsikan 4-8 tahun. Selain kebutuhan mesin juga
estimasi dari nilai inventory yang nilainya naik sesuai dengan skala produksi.
Start-Up Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas 1.000.000Rp 5.000.000Rp 10.000.000Rp 22.000.000Rp
Piutang 1.500.000Rp 2.000.000Rp 2.500.000Rp 1.500.000Rp
Inventory
Kopi Basah 12.500.000Rp 17.500.000Rp 33.000.000Rp 45.000.000Rp Kopi Sekunder 3.125.000Rp 6.500.000Rp 10.400.000Rp 13.000.000Rp
Kopi Primer 1.875.000Rp 16.000.000Rp 32.000.000Rp 64.000.000Rp Jumlah Aktiva Lancar 20.000.000Rp 47.000.000Rp 87.900.000Rp 145.500.000Rp
Aktiva Tetap
Mesin Pulper 15.000.000Rp 15.000.000Rp 15.000.000Rp 15.000.000Rp
Mesin Pengering 20.000.000Rp 20.000.000Rp 20.000.000Rp 20.000.000Rp Kompor Gas 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp
Tabung Gas 3 kg 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp 250.000Rp Mesin Pengupas Kopi kering 27.000.000Rp 27.000.000Rp 27.000.000Rp 27.000.000Rp
Mesin Tumbuk 28.000.000Rp 28.000.000Rp 28.000.000Rp 28.000.000Rp
Depresiasi -Rp -14.002.004 Rp -28.011.074 Rp -42.507.212 Rp
Bangunan Tetap 20.000.000Rp 20.000.000Rp 20.000.000Rp 20.000.000Rp Jumlah Aktiva Tetap 110.500.000Rp 96.497.996Rp 82.488.926Rp 67.992.788Rp
TOTAL AKTIVA 130.500.000Rp 143.497.996Rp 170.388.926Rp 213.492.788Rp
PASSIVAModal 106.500.000Rp 106.500.000Rp 106.500.000Rp 106.500.000Rp
Laba berjalan -Rp 22.997.996Rp 59.888.926Rp 102.992.788Rp Hutang Jangka Pendek 4.000.000Rp 4.000.000Rp 4.000.000Rp 4.000.000Rp
Hutang Jangka Panjang 20.000.000Rp 10.000.000Rp -Rp -Rp TOTAL PASSIVA 130.500.000Rp 143.497.996Rp 170.388.926Rp 213.492.788Rp
PENGOLAHAN KOPI PLTMH RIMBA LESTARI
NERACA KEUANGAN
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
13
Asumsi yang digunakan:
Penjualan kopi naik 1 ton setiap tahunnya dan semua kopi dijual dalam bentuk
kopi bubuk
Jenis kopi yang dijual adalah kopi Robusta dengan harga Jual Rp 16.000
diasumsikan naik 5% setiap tahunnya
Beban bunga 8% per tahun
Inventory naik sesuai dengan jumlah produksi
Material decrease sesuai dengan keadaan ideal 67% untuk proses 1, 8% untuk
proses kedua dan 4 % untuk proses ketiga.
Discount rate diambil 8%
Umur mesin 4 – 6 tahun
Indikator-indikator keuangan dari hasil simulasi:
NPV tahun ke-5 = Rp 25.856.000
IRR = 21,22 %
Pay Back Period = 5 tahun 1 bulan
Indikator diatas berdasarkan asumsi produksi Kopi adalah 20 ton per tahun dengan
kenaikan 3,5 ton per tahunnya, atau (1/3 dari kapasitas optimal mesin)
4.3 Analisis Sensitivitas
Dari analisa diatas sensitiviatas operasional kopi sangat dipengaruhi oleh
sortasi/pemilihan kopi basah yang berkualitas, efisiensi mesin, dan kestabilan harga.
Jika hasil sortasi buruk sehingga efiensi pengolahan menjadi rendah maka akan
menaikan HPP secara signifikan, hal ini akan langsung berdampak pada margin
keuntungan.
Tahun ke-1 Tahun ke-2 Tahun ke-3 Tahun ke-4 Tahun ke-5
Penjualan 6.000 7.000 8.000 9.000 10.000 Kopi Kering/Gabah -Rp -Rp -Rp -Rp -Rp
Kopi Beras -Rp -Rp -Rp -Rp -Rp
Kopi Tepung/bubuk 76.800.000Rp 98.560.000Rp 112.640.000Rp 126.720.000Rp 140.800.000Rp
Jumlah Penjualan 76.800.000Rp 98.560.000Rp 112.640.000Rp 126.720.000Rp 140.800.000Rp
HPP 50.602.004Rp 59.035.671Rp 67.469.338Rp 75.903.005Rp 84.336.673Rp
Pendapatan Kotor 26.197.996Rp 39.524.329Rp 45.170.662Rp 50.816.995Rp 56.463.327Rp Biaya Tranportasi 800.000Rp 900.000Rp 1.000.000Rp 1.100.000Rp 1.200.000Rp
Inventory 800.000Rp 933.400Rp 1.066.800Rp 1.200.200Rp 1.333.600Rp
Biaya Bunga 1.600.000Rp 800.000Rp -Rp -Rp -Rp
Pendapatan Bersih 22.997.996Rp 36.890.929Rp 43.103.862Rp 48.516.795Rp 53.929.727Rp
130.500.000- 22.997.996Rp 36.890.929Rp 43.103.862Rp 48.516.795Rp 53.929.727Rp
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
14
Berikut simulasi perhitungan HPP jika efisensi material decrease kopi turun 10% :
Material decrease dari 8% menjadi 18%
Jika terjadi inefisiensi produksi sebesar 10% maka HPP menjadi Rp 11.500 atau
margin-nya Rp 13.000- Rp 11.500 = Rp 1.500, atau turun dari Rp 3.200 menjadi
1.500. Hal ini tentu akan merubah indikator-indikator keuangan seperti NPV
menjadi negatif, IRR 10% dan pay back menjadi 7 tahun 4 bulan.
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
15
5. KESIMPULAN DAN SARAN
Melihat skala keekonomian Gunung Halu maka akan lebih menguntungkan jika
kegiatan usaha difokuskan pada pengolahan kopi bubuk, sehingga margin yang
diperoleh dapat lebih besar. Terdapat beberapa hal yang harus dilakukan agar
kegiatan usaha kopi di Gunung Halu berjalan dengan baik seperti promosi,
melengkapi mesin-mesin pengolah, dan penambahan modal kerja untuk menjaga
ketersediaan suplai/bahan baku. Upaya promosi yang dilakukan harus cukup gencar
mengingat kopi bubuk ini belum memiliki penampung dan belum memiliki brand
produk yang mapan. Dan juga belum semua mesin tersedia salah satunya adalah
mesin pengupas biji kering HS. Hal-hal tersebut penting untuk meningkatkan daya
saing kopi-kopi di pedesaan khususnya di Gunung Halu sehingga biji kopi yang
dihasilkan memiliki standar ekspor. Dari hasil simulasi keuangan didapat indikator
keuangan yang cukup menarik yakni IRR 21%, pay back periode 5 tahun 1 bulan,
dan NPV sudah bernilai positif pada tahun 5, indikator tersebut tentunya tidak
bersifat mutlak bergantung pada jumlah produksi, penjualan, harga jual, dan
efisiensi produksi.
IMIDAP
Integrated Microhydro and Application Program
16